Top Banner
PRATIKUM PETROGRAFI Acara : Batuan Beku III Nama : Wawan S. Hari/ tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010 Stb : D 611 08 016 Perbesaran Total : 50 x No. Urut : 01 No. Peraga : B 14 Jenis Batuan : Batuan Beku Ultrabasa Kedudukan pengamatan (x,y) : (55,22) Kenampakan Mikroskopis : Warna pada nikol sejajar orange kehitaman, warna pada nikol silang abu-abu kehitaman, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas Porfiroafanitik, fabric : bentuk mineral euhedral-subhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus ophitic, struktur massive, range ukuran mineral mulai dari 0,2 mm hingga 1,6 mm, dengan ukuran mineral terkecil 1/50 x 10 mm = 0,2 mm dan ukuran mineral terbesar 1/50 x 80 mm = 1,6 mm. Komposisi mineral batuan ini adalah Olivin, Piroksin Augit, Plagioklas Bitownit, Piroksin Hiperstene. Nikol Nikol A P P A
33

acara III B. B U wawan

Jun 30, 2015

Download

Documents

Wawan Setiawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: acara III B. B U wawan

PRATIKUM PETROGRAFI

Acara : Batuan Beku III Nama : Wawan S.

Hari/ tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010 Stb : D 611 08 016

Perbesaran Total : 50 x

No. Urut : 01

No. Peraga : B 14

Jenis Batuan : Batuan Beku Ultrabasa

Kedudukan pengamatan (x,y) : (55,22)

Kenampakan Mikroskopis :

Warna pada nikol sejajar orange kehitaman, warna pada nikol silang abu-abu

kehitaman, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas Porfiroafanitik, fabric :

bentuk mineral euhedral-subhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus ophitic,

struktur massive, range ukuran mineral mulai dari 0,2 mm hingga 1,6 mm, dengan

ukuran mineral terkecil 1/50 x 10 mm = 0,2 mm dan ukuran mineral terbesar 1/50 x

80 mm = 1,6 mm. Komposisi mineral batuan ini adalah Olivin, Piroksin Augit,

Plagioklas Bitownit, Piroksin Hiperstene.

Nikol Sejajar Nikol Silang

Nikol Sejajar Nikol Silang

A

P P

A

Page 2: acara III B. B U wawan

Deskripsi mineral :

1. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang hijau muda,

pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan

warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas rendah, bentuk

euhedral-subhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang batas

mineral jelas hingga tidak jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul

akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya tinggi, yang

dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang

jelas pada kondisi nikol sejajar, tak meiliki belahan, pecahan tidak rata, indeks

Bias Nm > Ncb, yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah

bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral

1/50 x 35 mm = 0.7 mm, mineral ini tak memiliki kembaran, sudut gelapan 45°

yang diperoleh dari perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap

maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral,

maka ini memiliki jenis gelapan simetris yakni pemadaman yang terjadi pada

posisi simetris. Warna interferensi maksimum (WI Max) hijau muda orde II

dengan nilai bias rangkap 0.036. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan

warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy.

2. Piroksin Augit. (Mg Fe) SiO2

Warna Pada Nikol Sejajar, Warna Orange, pada Nikol Silang Orange bentuk

kristal subhedral – anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana

bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas relief tinggi , pleokroisme dwikroik

yang dimana dapat diidentifikasi jika terjadi perubahan warna pada saat di putar

di 900. indeks bias Nmin>Ncb, belahan sempurna dua arah yang merupakan

bidang batasnya terlihat jelas, bias rangkap lemah kekuningan sampai merah orde

I, dapat di tentukan dengan membandingkan warna interferensi maksimum pada

nikol silang dengan tabel warna pada tabel Michel-Levy kembaran tidak ada.

Sudut gelapannya 350, Gelapan Miring dan Ukuran Mineral ukuran mineralnya

1/50*50= 1 mm.

3. Plagioklas

Warna mineral pada nikol sejajar orange kekuningan, warna pada nikol silang

hitam, bentuk mineral subhedral-anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi

Page 3: acara III B. B U wawan

dimana bentuk bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas, intensitas rendah,

relief rendah dicirikan kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks

bias cahaya dengan media sekitarnya rendah yang dapat diidentifikasi dari bentuk

bidang batas atau bidang sentuh mineral yang cukup jelas pada kondisi nikol

sejajar. Ukuran mineral < 0,01 mm dan masih dapat teramati pada perbesaran

total mikroskop 100 x.

4. Piroksin Hiperstene. (Mg Fe) SiO2 )

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang coklat

kekuningan, pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya

perubahan warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas rendah,

bentuk euhedral-subhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang

batas mineral jelas hingga jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul

akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya tinggi, yang

dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang

jelas pada kondisi nikol sejajar, belahan sempurna satu arah, pecahan rata, indeks

Bias Nm > Ncb. Ukuran mineral 1/50 x 40 mm = 0,8 mm, mineral ini tak

memiliki kembaran, sudut gelapan 45° yang diperoleh dari perhitungan besarnya

simpangan sudut antara gelap maksimum dan terang maksimum, gelapan simetris

yang dimana pemadaman yang terjadi pada posisi simetris. Warna interferensi

maksimum cokelat kekuningan orde II dengan nilai bias rangkap 0.032.

Presentase mineral :

Mineral I II III Rata-rata

Olivin 20% 15% 15% 16,6%

Piroksin Augit 30% 25% 20% 25%

Proksin Hiperstene 20% 20% 20% 20%

Plagioklas 30% 30% 40% 33,3%

Massa Dasar kristal 0 % 10% 5% 5 %

Total 100%

Nama batuan : Basalt Porfiri ( Fenton 1940 )

Porfiri Basalt ( Travis 1969 )

Page 4: acara III B. B U wawan

Hasil perhitungan untuk (Travis, 1955) :

% Rata-Rata K-feldspar ( tidak ada )

% Rata-Rata Plagioclase = % Rata-Rata = 33,3 %

Jadi jumlah seluruh Feldspar = % Rata-Rata K-feldspar + % Rata-Rata Plagioclase

= 0 % + 33,3 % = 33,3%,

23

dari seluruh feldspar = 23

* 33,3 % = 22. 2%

13

dari seluruh feldspar = 13

* 33,3 % =11,09%

Sedikit tidak ada Feldspar

Mineral utama Piroksin atau Olivin.

M assa dasar sebagai tambahan.

Tekstur faneritik & relasi in equigranular

JADI NAMA BATUANNYA ADALAH PORFIRI BASALT (TRAVIS,

1955)

.

Page 5: acara III B. B U wawan

Petroganesa :

Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang memiliki kenampakan dalam

pengamatan Mikroskopis yakni pada nikol sejajar berwarna orange, pada nikol silang

berwarna abu-abu kehitaman. Tekstur : kristalinitas Hipokristalin, hal ini dapat

diidentifikasi dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun atas sebagian

kristal dan sebagian massa dasar, granularitas Faneroporfiritik yang dapat dilihat dari

kenampakan sayatan tipis pada pengamatan mikroskop yang dimana memperlihatkan

adanya mineral sulung atau fenokris pada masa dasar faneritik dan

massa dasar Kristal, Fabric yang terdiri dari bentuk Euhedral-Subhedral yang dapat

dilihat dari bidang batas kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai

bidang batas dari kristal jelek tidak teratur ( masih memperlihatkan bidang batas yang

jelas ). Relasi inequigranular yang dapat dilihat dari ukuran butir dari kristal-kristal

penyusun batuan yang tidak sama besar, tekstur khusus ophitic yang dapat terlihat

dari kenampakan sayatan tipis batuan dengan kenampakan kesan saling tumbuh

antara mineral plagioklas dan piroksin, dimana panjang rata-rata plagioklas tidak

melebihi diameter piroksin struktur batuan massive/kompak yang dapat dilihat dari

susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya

pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Adapun komposisi mineral dari

batuan ini yaitu Mineral Olivin, Piroksin Augit, Piroksin Hiperstene, Masa dasar

Kristalin.

Berdasarkan pengamatan di atas maka dapat diinterpretasi bahwa batuan ini

adalah batuan beku basa dengan nama batuan Basalt Porfiti ( Travis 1955 ) atau

Basalt (Fenton, 1940).

Berdasarkan tempat terbentuknya batuan ini termasuk batuan beku dalam

( plutonic rocks) yang terbentuk pada kedalaman sekitar 15-50 km di bawah

permukaan bumi dan umumnya merupakan batuan penyusun kerak samudera. Proses

pembentukannya diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi yakni dari dapur

magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan bumi, magma

mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan magma

homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda. Adapun proses

pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua yaitu diferensiasi kristalisasi

yang dimana terjadi pemisahan kristal yang terbentuk lebih awal dengan cairan

magma dan diferensiasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki

kandungan silika rendah (magma basa) dengan magma yang tinggi kandungan

Page 6: acara III B. B U wawan

silikanya (magma asam), proses diferensiasi inilah yang menyebabkan magma

cenderung bersifat basa, kemudian dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma

membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reaction series yang diawali

dengan pembentukan mineral Olivin pada suhu > 1200˚C kemudian dilanjutkan

dengan pembentukan mineral pada Piroksin Group yaitu Augit dan Hiperstene yang

Pada suhu sekitar 1000-1200˚C, seiring dengan berlangsungnya proses kristalisasi

dan pengaruh suhu ( temperatur ) yang semakin menurun menyebabkan terbentuknya

minetral Plagioklas mikroklin dengan suhu pemebentukan 5000C. Selama

berlangsungnya proses kristalisasi mineral, suhu magma makin turun, selanjutnya

proses kristalisasi mineral berlangsung dalam kondisi waktu yang relatif cepat

sehingga menyebabkan terbentuknya Massa Dasar Mikrokristalin yang dimana

relatif terlihat sebagai masa dasar kristal. Proses pembentukan mineral dalam kondisi

magma yang berbeda- beda dapat mempengaruhi kenampakan tekstur batuan yaitu

bersifat faneroporfiritik dengan tekstur khusus ophitic dimana pertumbuhan antara

plagioklas dan piroksin, dimana panjang rata-rata plagioklas tidak melebihi diameter

piroksin . Agregasi dari mineral-mineral diatas kemudian membentuk batuan Basalt

( Fenton1940 ) dan Basalt Porfiri ( Travis ) yang terbentuk didalam bumi. Batuan

ini kemudian tersingkap ke permukaan bumi akibat adanya aktivitas tektonik dan

proses-proses geologi lainnya.

Batuan ini umumnya dijumpai berasosiasi dengan batuan beku lainnya seperti

Dasit dan peridotit serta batuan piroklastik seperti Tufa, batuan sedimen seperti

Batupasir, Batulempung dan batuan metamorf seperti Gneis dan lain-lain.

Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai bahan bangunan, pengeras

jalan, dalam bidang sains dan lebih utama digunakan dalam bidang keilmuan geologi,

sebagai bahan dasar pembuatan bahan-bahan metal.

Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.

Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar :

Laboratorium Mineral optik.

Page 7: acara III B. B U wawan

Ulva Ria Irfan, ST. MT. 2010. Penuntun Praktikum Mineral Optik.

Makassar : Laboratorium Petrologi.

Ir. Hamid Umar, MS dkk. 2010. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :

Laboratorium mineral optik.

Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.

Asisten

(Suci Anastasia)

Praktikan

(Wawan Setiawan)

Page 8: acara III B. B U wawan

PRATIKUM PETROGRAFI

Acara : Batuan Beku III Nama : Wawan. S

Hari/ tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010 No. Mhs : D 611 08 016

Perbesaran Total : 50 x

No. Urut : 02

No. Peraga : A17

Jenis Batuan : Batuan Beku Basa

Kedudukan pengamatan (x,y) : (57,25)

Kenampakan Mikroskopis :

Warna pada nikol sejajar orange kehitaman, warna pada nikol silang abu-abu

kehitaman, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas faneroporfiritik, fabric :

bentuk euhedral-subhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik, struktur

massive, range ukuran mineral mulai dari 0,1 mm hingga 1 mm, dengan ukuran

mineral terkecil 1/50 x 5 mm = 0,1 mm dan ukuran mineral terbesar 1/50 x 50 mm =

1 mm. Komposisi mineral batuan ini adalah Hiperstene, Olivin, Massa Dasar Kristal

Nikol Sejajar Nikol Silang

Nikol Sejajar Nikol Silang

A

P P

A

Page 9: acara III B. B U wawan

Deskripsi mineral :

1. Hiperstene

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang cokelat

kekuningan, pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya

perubahan warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas mineral

rendah, bentuk mineral euhedral-subhedral yaitu kenampakan bentuk dua dimensi

dimana bidang batas mineral ada yang dibatasi oleh mineral itu sendiri dan

adapula dibatasi oleh mineral lain, relief tinggi yang dapat diketahui kenampakan

yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya

yang tinggi, yang dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang batas

mineral yang jelas pada kondisi nikol sejajar, belahan sempurna satu arah,

pecahan rata, indeks Bias Nm > Ncb, yang ditandai dengan kenampakan arah

bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral

1/50 x 80 mm = 1,8 mm, mineral ini tak memiliki kembaran, sudut gelapan 45°

yang diperoleh dari perhitungan besarnya perbandingan sudut antara gelap

maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapannya, maka

mineral ini memiliki jenis gelapan simetris yaitu pemadaman yang terjadi pada

posisi simetris. Warna interferensi maksimum cokelat kekuningan orde II dengan

nilai bias rangkap 0.032.

2. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang hijau muda,

pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan

warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas rendah, bentuk

euhedral-subhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang batas

mineral jelas hingga tidak jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul

akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya tinggi, yang

dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang

jelas pada kondisi nikol sejajar, tak meiliki belahan, pecahan tidak rata, indeks

Bias Nm > Ncb, yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah

bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral

1/50 x 35 mm = 0.7 mm, mineral ini tak memiliki kembaran, sudut gelapan 45°

yang diperoleh dari perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap

maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral,

maka ini memiliki jenis gelapan simetris yakni pemadaman yang terjadi pada

Page 10: acara III B. B U wawan

posisi simetris. Warna interferensi maksimum (WI Max) hijau muda orde II

dengan nilai bias rangkap 0.036. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan

warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy.

3. Massa Dasar Kristalin

Warna mineral pada nikol sejajar hitam, warna pada nikol silang hitam, bentuk

subhedral-anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang batas

mineral jelas hingga tidak jelas, intensitas rendah, relief rendah dicirikan

kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan

media sekitarnya rendah yang dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau

bidang sentuh mineral yang cukup jelas pada kondisi nikol sejajar.

4. Piroksin Augit. (Mg Fe) SiO2

Warna Pada Nikol Sejajar, Warna Orange, pada Nikol Silang Orange bentuk

kristal subhedral – anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana

bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas relief tinggi , pleokroisme dwikroik

yang dimana dapat diidentifikasi jika terjadi perubahan warna pada saat di putar

di 900. indeks bias Nmin>Ncb, belahan sempurna dua arah yang merupakan

bidang batasnya terlihat jelas, indeks bias agak lemah kuning sampai merah orde

1, dapat di tentukan dengan membandingkan warna interferensi maksimum pada

nikol silang dengan tabel warna pada tabel Michel-Levy kembaran tidak ada.

Sudut gelapannya 350 Gelapan Miring dan Ukuran Mineral 50 yang di dapat dari

Mikroskop dengan perbesaran 50 kali dengan ukuran mineral maka di dapat

hasilnya 1/50*50= 1 mm

Presentase mineral :

Mineral I II III Rata-rata

Olivin 5% 10% 15% 10%

Hiperstene 55% 45% 60% 53,33%

Piroksin Augit 30 40% 20% 30%

Massa Dasar

Kristalin10% 5% 5% 6,67%

Total 100%

Nama batuan : Porfiri Peridotit (Travis, 1969)

Page 11: acara III B. B U wawan

Piroksin (Straikensen )

Limburgite (Fenton, 1940)

Hasil Perhitungan Klasifiksi Straikensen

OLIVIN + PIROKSIN = 10% + ( 53,3 + 30 ) % = 83,3%

Untuk Olivin = 10/93,3*100% = 10,7%

Untuk Piroksin = 83,3/93,3*100% = 89,3 %

Jadi nama Batuannya adalah : Piroksinit.

Petroganesa :

Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang memiliki kenampakan dalam

pengamatan petrografis yaitu pada nikol sejajar berwarna orange kehitaman, pada

nikol silang berwarna abu-abu kehitaman. Tekstur : kristalinitas Hipokristalin, hal ini

dapat dilihat dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun atas sebagian kristal

dan sebagian massa dasar, granularitas faneroporfiritik yang dapat dilihat dari

kenampakan sayatan tipis yang memperlihatkan adanya kristal-kristal dari mineral

penyusun batuan tampak jelas yang terdiri dari fenokris dan massa dasar kristalin

fabric yang terdiri dari bentuk euhedral-subhedral yang terlihat dari bidang batas

kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai bidang batas dari kristal

Page 12: acara III B. B U wawan

jelek tidak teratur. Relasi inequigranular yang dapat dilihat dari ukuran butir dari

kristal-kristal penyusun batuan yang tidak sama besar, tekstur khusus porfiritik yang

dapat terlihat dari kenampakan sayatan tipis batuan dengan kenampakan dengan

fenokris terdapat pada massa dasar kristalin struktur batuan massive/kompak yang

dapat dilihat dari susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak

menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Adapun

komposisi mineral dari batuan ini yaitu Mineral Olivin, Hiperstene, dan Massa

Dasar Kristalin dan Augit.

Berdasarkan ciri-ciri dan sifat optik di atas maka dapat diinterpretasi bahwa

batuan ini adalah batuan beku Ultrabasa dengan nama batuan Porfiri Limburgit

(Travis, 1955), Olivin Websterite (IUGS) atau Limburgite (Fenton, 1940).

Berdasarkan tempat terbentuknya batuan ini termasuk batuan beku dalam atau

plutonic rocks yang terbentuk pada kedalaman sekitar 15-50 km di bawah permukaan

bumi. Proses pembentukannya diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi

yakni dari dapur magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan

bumi, magma mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan

magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda dan proses

diferensiasi inilah yang menyebabkan magma cenderung bersifat ultrabasa, kemudian

dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai

dengan bowen’s reaction series yang diawali dengan pembentukan mineral Olivin

pada suhu > 1200˚C kemudian dilanjutkan dengan pembentukan mineral Hiperstene

yang merupakan salah satu anggota dari Piroksin Group jenis Othopiroksin Pada

suhu sekitar 1000-1200˚C, Seiring dengan berlangsungnya proses kristalisasi mineral,

suhu magma makin turun, selanjutnya proses kristalisasi mineral berlangsung dalam

kondisi waktu yang relatif cepat sehingga menyebabkan terbentuknya Massa Dasar

Kristalin. Agregasi dari mineral-mineral diatas kemudian membentuk batuan Porfiri

Peridotit (Travis, 1955), Piroksinit ( Straikensen ) atau Limburgite (Fenton, 1940)

yang terbentuk didalam bumi. Batuan ini kemudian tersingkap ke permukaan bumi

akibat adanya aktivitas tektonik dan proses-proses geologi lainnya.

Adapun asosiasi dari batuan ini yaknii piroksenit dan hornblendit batuan

piroklastik seperti aglomerat dan Tufa Lapili, batuan sedimen seperti batupasir dan

batuan metamorf seperti sekis mika

Adapun pemanfaatan dari batuan ini yakni sebagai bahan bangunan, pengeras

jalan, dalam bidang sains dan lebih utama digunakan dalam bidang keilmuan geologi

misalnya untuk mengetahui proses-proses geologi yang bekerja pada suatu daerah.

Page 13: acara III B. B U wawan

Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.

Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar :

Laboratorium Mineral optik.

Ulva Ria Irfan, ST. MT. 2010. Penuntun Praktikum Mineral Optik.

Makassar : Laboratorium Petrologi.

Ir. Hamid Umar, MS dkk. 2010. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :

Laboratorium mineral optik.

Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.

Asisten

(Suci Anastasia)

Praktikan

(Wawan Setiawan )

PRATIKUM PETROGRAFI

Acara : Batuan Beku III Nama : Wawan S

Hari/ tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010 No. Mhs : D 611 08 016

Page 14: acara III B. B U wawan

Perbesaran Total : 50 x

No. Urut : 03

No. Peraga : A7

Jenis Batuan : Batuan Beku Basa

Kedudukan pengamatan (x,y) : (48,10)

Kenampakan Mikroskopis :

Warna pada nikol sejajar orange kehitaman, warna pada nikol silang abu-abu

kehitaman, tekstur kristalinitas holokristalin, granularitas faneritik, fabric : bentuk

euhedral-subhedral, relasi equigranular, tekstur khusus intergrowth, struktur massive,

range ukuran mineral mulai dari 0,1 mm hingga 1 mm, dengan ukuran mineral

terkecil 1/50 x 5 mm = 0,1 mm dan ukuran mineral terbesar 1/50 x 50 mm = 1 mm.

Komposisi mineral batuan ini adalah Hiperstene, Nefelin, Silimanit, Muscovit,

Mineral Opaq dan Kuarsa.

Nikol sejajar. Nikol silang

Deskripsi mineral :

1. Plagioclase (Bitownite) CaAl3SiO8.

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang abu-abu . Pada

pengamatan dibawah mikroskop mineral ini menunjukkan warna absorbsi tidak

Nikol Sejajar Nikol Silang

A

P P

A

Page 15: acara III B. B U wawan

berwarna, bentuk kristal euhedral- anhedral, relief sedang, pleokroisme tidak ada

hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan warna berbeda pada saat

meja objek diputar hingga 90°,, indeks bias nmin> ncb, belahan satu arah, bias

rangkap lemah, kembaran albit, gelapan miring dengan sudut gelapan 320, ukuran

mineral ini yaitu 30mm melalui perbesaran 50 kali jadi agar mendapat ukuran

normal maka di ubah yaitu dengan rumus berikut: 1

50∗30=0,6 mm.

2. Nefelin ( (Na,K)(Al,Si)2O4 )

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang abu-abu,

pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan

warna berbeda pada saat meja objek diputar hingga 90°, Intensitas lemah, bentuk

euhedral-subhedral, yakni bentuk bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas,

relief sedang dicirikan kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks

bias cahaya dengan media sekitarnya sedang yang dapat diidentifikasi dari

bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang cukup jelas pada kondisi

nikol sejajar. Belahan baik satu arah, Pecahan rata, Indeks Bias Nm > Ncb, yang

diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah bayangan gelap searah

dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral 1/50 x 200 mm = 4 mm,

mineral ini tidak memiliki kembaran, sudut gelapan 20°, yang diperoleh dari

perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap maksimum dan terang

maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral, maka ini memiliki

Jenis Gelapan miring, yakni pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu

panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah

getar analisator dan polarisator. warna interferensi maksimum (WI Max) abu-abu

orde I dengan bias rangkap 0.003. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan

warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy.

3. Leusit.

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang abu-abu,

pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya

perubahan warna berbeda pada saat meja objek diputar hingga 90°, Intensitas

tinggi, bentuk euhedral-subhedral, yakni bentuk bidang batas mineral jelas

hingga tidak jelas, relief sedang dicirikan kenampakan yang timbul akibat

adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya sedang yang

dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang

Page 16: acara III B. B U wawan

cukup jelas pada kondisi nikol sejajar. , Pecahan rata, Indeks Bias Nm < Ncb,

yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah bayangan gelap

searah dengan arah penutupan jalannya sinar, kembaran Polisintetik, bias

rangkap Lemah. Ukuran mineral 1/50 x 200 mm = 4 mm, mineral ini tidak

memiliki kembaran, sudut gelapan 20°, yang diperoleh dari perhitungan

besarnya simpangan sudut antara gelap maksimum dan terang maksimum.

Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral, maka ini memiliki Jenis

Gelapan miring, yakni pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu

panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah

getar analisator dan polarisator. warna interferensi maksimum (WI Max) abu-

abu orde I dengan bias rangkap 0.003. Hasil ini diperoleh dengan

membandingkan warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-

Levy

4. Hornblende

Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang hijau

pleokroisme kuat ( tinggi ) hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya

perubahan warna berbeda pada saat meja objek diputar hingga 90°, Intensitas

tinggi , bentuk euhedral-subhedral, yakni bentuk bidang batas mineral jelas

hingga tidak jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul akibat

adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya sedang yang

dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang

cukup jelas pada kondisi nikol sejajar. Belahan baik dua arah, Pecahan rata,

Bias rangkap sedang orde II Hasil ini diperoleh dengan membandingkan

warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy, Indeks

Bias Nm > Ncb, yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah

bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral

1/50 x 200 mm = 4 mm, mineral ini tidak memiliki kembaran, sudut gelapan

20°, yang diperoleh dari perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap

maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan

mineral, maka ini memiliki Jenis Gelapan miring, yakni pemadaman yang

terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan yang sejajar

sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator.

warna interferensi maksimum (WI Max) abu-abu orde I dengan bias rangkap

0.003. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan warna interferensi

maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy

Page 17: acara III B. B U wawan

5. Piroksin Augit. (Mg Fe) SiO2

Warna Pada Nikol Sejajar, Warna Orange, pada Nikol Silang Orange bentuk

kristal subhedral – anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana

bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas relief tinggi , pleokroisme

dwikroik yang dimana dapat diidentifikasi jika terjadi perubahan warna

pada saat di putar di 900. indeks bias Nmin>Ncb, belahan sempurna dua arah

yang merupakan bidang batasnya terlihat jelas, indeks bias agak lemah kuning

sampai merah orde 1, dapat di tentukan dengan membandingkan warna

interferensi maksimum pada nikol silang dengan tabel warna pada tabel

Michel-Levy kembaran tidak ada. Sudut gelapannya 350 Gelapan Miring dan

ukuran mineral maka di dapat hasilnya 1/50*50= 1 mm

Presentase mineral :

Mineral I II III Rata-rata

Augit 30% 20% 20% 23,3%

hornblende 20% 25% 20% 21,6%

Leusit 10% 5% 20% 11,6%

Nefelin 10% 20% 15% 15%

Masa dasar 20% 20% 20% 20%

Plagioklas Bitownit 10% 10% 5% 8,3%

Total 100%

Nama batuan : Porfiri Peridotit ( Travis 1955 )

Hasil perhitungan untuk (Travis, 1955) :

% Rata-Rata feldspartoid Leusit + Nefelin = 26,6 %

% Rata-Rata Plagioclase = % Rata-Rata Bitownit = 8,3%

Jadi jumlah seluruh Feldspar = % Rata-Rata K-feldspar + % Rata-Rata Plagioclase

= 16,6 % + 13,3 % = 30%,

23

dari seluruh feldspar = 23

* 30 % = 20 %

13

dari seluruh feldspar = 13

* 30 % =10 %

Sedikit tidak ada Feldspar

Mineral utama Piroksin atau Olivin.

Page 18: acara III B. B U wawan

M assa dasar sebagai tambahan.

Tekstur faneritik & relasi in equigranular

JADI NAMA BATUANNYA ADALAH PORFIRI PERIDOTIT (TRAVIS,

1955)

Hasil Perhitungan Klasifiksi Straikensen

HORNBLENDE + PIROKSIN = 30 + 40 = 70%

Untuk Hornblende = 30/70*100% = 42,8%

Untuk Piroksin = 40/70*100% = 57.1 %

Jadi nama Batuannya adalah : Olivin- hornblende- Piroksinite

Petroganesa :

Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang memiliki kenampakan dalam

pengamatan petrografis yaitu pada nikol sejajar berwarna orange, pada nikol silang

berwarna abu-abu kehitaman. Tekstur : kristalinitas Holokristalin, hal ini dapat dilihat

dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun seluruhnya mineral (Gambar A),

Page 19: acara III B. B U wawan

granularitas faneritik yang dapat dilihat dari kenampakan sayatan tipis yang

memperlihatkan adanya kristal-kristal dari mineral penyusun batuan tampak jelas

(Gambar B), fabric yang terdiri dari bentuk euhedral-subhedral yang terlihat dari

bidang batas kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai bidang batas

dari kristal jelek tidak teratur. Relasi inequigranular yang dapat dilihat dari ukuran

butir dari kristal-kristal penyusun batuan yang tidak sama besar, tekstur khusus

ophitic yang dapat terlihat dari kenampakan sayatan tipis batuan dengan kenampakan

kesan saling tumbuh antara mineral plagioklas dan piroksin, dimana panjang rata-rata

plagioklas tidak melebihi diameter piroksin (Gambar C), struktur batuan

massive/kompak yang dapat dilihat dari susunan yang kompak dari mineral-mineral

dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk

aliran. Adapun komposisi mineral dari batuan ini yaitu Mineral Leusit, Nefelin,

Hornbelende, Plagioklas ( Bitownit ) dan Piroksin Augit

Berdasarkan pengamatan diatas maka dapat ketahui bahwa batuan ini adalah

batuan beku Ultrabasa dengan nama batuan Porfiri Peridotit (Travis, 1955)

Berdasarkan tempat terbentuknya batuan ini termasuk batuan beku dalam atau

plutonic rocks yang terbentuk pada kedalaman sekitar 15-50 km di bawah permukaan

bumi. Proses pembentukannya diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi

yakni dari dapur magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan

bumi, magma mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan

magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda. Adapun proses

pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua yaitu diferensiasi kristalisasi

yang melibatkan pemisahan kristal yang terbentuk lebih awal dengan cairan magma

dan diferensiasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan

silika rendah (magma basa) dengan magma yang tinggi kandungan silikanya (magma

asam), proses diferensiasi inilah yang menyebabkan magma cenderung bersifat

ultrabasa, kemudian dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk

mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reaction series yang diawali dengan

pembentukan mineral Augit yang merupakan salah satu anggota dari Piroksin Group

jenis Othopiroksin Pada suhu sekitar 1000-1200˚C, kemudian disusul pembentukan

mineral Hornblende 900-1000˚C. selama berlangsungnya proses kristalisasi mineral,

suhu magma makin turun, ketika suhu magma mencapai 600-700˚C maka

terbentuklah mineral Kuarsa dan dilanjutkan dengan pembentukan mineral Nefelin

dan Leusit ketika kondisi magma kekurangan silika. Proses pembentukan mineral

dalam kondisi yang relative lama ini kemudian mempengaruhi kenampakan tekstur

Page 20: acara III B. B U wawan

batuan yakni bersifat faneritik dengan tekstur khusus intergrowth. Agregasi dari

mineral-mineral diatas kemudian membentuk batuan Porfiri Peridotit (Travis, 1955)

yang terbentuk didalam bumi. Batuan ini kemudian tersingkap ke permukaan bumi

akibat adanya aktivitas tektonik dan proses-proses geologi lainnya.

Batuan ini umumnya dijumpai berasosiasi dengan batuan beku lainnya seperti

Basalt dan Diorit, batuan piroklastik seperti Tufa dan Tufa Lapili, batuan sedimen

seperti Batugamping, Batulempung dan batuan metamorf seperti Serpentinite,

Gneiss, Schist dan lain-lain.

Adapun pemanfaatan dari batuan ini yakni sebagai bahan bangunan, pengeras

jalan, dalam bidang sains dan lebih utama digunakan dalam bidang keilmuan geologi

misalnya untuk mengetahui proses-proses geologi yang bekerja pada suatu daerah

dan bagaimana prospek daerah tersebut dimasa mendatang.

Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.

Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar :

Laboratorium Mineral optik.

Ulva Ria Irfan, ST. MT. 2010. Penuntun Praktikum Mineral Optik.

Makassar : Laboratorium Petrologi.

Ir. Hamid Umar, MS dkk. 2010. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :

Laboratorium mineral optik.

Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.

Asisten

(Suci Anastasia)

Praktikan

(Wawan Setiawan )

Page 21: acara III B. B U wawan

(foid)-bearing Trachyte (foid)-bearing

Latite(foid)-bearing Andesite/Basalt

(Foid)ites

10

60 60

35 65

10

20 20

60 60

F

A P

Q

Rhyolite Dacite

Trachyte Latite Andesite/Basalt

Phonolite Tephrite

Page 22: acara III B. B U wawan

Olivine

ClinopyroxeneOrthopyroxene

Lherzolite

Websterite

Orthopyroxenite

Clinopyroxenite

Olivine Websterite

Peridotites

Pyroxenites

90

40

10

10

Dunite