Top Banner

of 21

ACARA I Ekstraksi Minyak Fix

Mar 05, 2016

Download

Documents

diiiiinaaaaa

telmi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ACARA IEKSTRAKSI MINYAK KELAPA DAN MINYAK BIJIANA. PENDAHULUAN 1. Latar BelakangLemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram (Ketaren, 1986 dalam Sutiah, 2008).Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda, tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarine. Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, alpokat, kacang tanah, dan beberapa jenis sayuran mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut. Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi (invisible fat). Sedangkan lemak dan minyak yang telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat) (Ketaren, 1986 dalam Sutiah, 2008).

Tingkat konsumsi lemak dan minyak oleh masyarakat Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi. Namun, yang perlu menjadi perhatian adalah efek samping dari konsumsi lemak dan minyak dalam jumlah besar. Hal tersebut dapat dihindari dengan mengatur besarnya lemak dan minyak yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai besarnya minyak dan lemak yang terkandung dalam bahan pangan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Dengan begitu, kita masih dapat mengkonsumsi lemak dan minyak dengan aman tanpa membahayakan tubuh kita. 2. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara I Ekstraksi Minyak Kelapa dan Minyak Bijian adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui metode esktraksi lemak dan minyak.b. Mengetahui rendemen dari ekstraksi minyak kelapa, minyak kacang tanah, minyak kemiri, lemak ayam, dan lemak sapi.B. TINJAUAN PUSTAKA Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Secara definitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik yang memiliki kecenderungan nonpolar. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Kadar air yang tinggi dalam bahan menyebabkan lipida sukar diekstraksi dengan pelarut nonpolar karena bahan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan yang basah dan menyebabkan bahan pelarut menjadi jenuh dengan air. Pemanasan bahan yang terlalu tinggi juga tidak baik untuk proses ekstraksi lipida karena sebagian lipida akan terikat dengan protein dan karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga menjadi sukar untuk diekstraksi (Sudarmadji, 1996).Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah. Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air (Panagan, 2010).Sifat fisik minyak, antara lain (1) Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu zat warna alamiah dan warna hasil degradasi zat warna alamiah; (2) bau amis yang disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh; (3) minyak tidak dapat larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen; (4) Titik didih (boiling point) dari asam-asam lemak akan meningkat dengan bertambahnya rantai karbon asam lemak; (5) Titik lunak (softening point) dari minyak ditetapkan dengan maksud untuk identifikasi minyak; (6) Slipping point dipergunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya; (7) Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak; (8) Bobot jenis dari minyak biasanya ditentukan pada temperatur 25oC, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40oC atau 60oC untuk lemak yang titik cairnya tinggi; (9) Titik kekeruhan (turbidity point) ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak dengan pelarut lemak; (10) Apabila minyak dipanaskan dapat dilakukan penetapan titik asap, titik nyala dan titik api. Titik asap adalah temperature pada saat minyak menghasilkan asap tipis kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus-menerus sampai habisnya contoh uji. Sifat kimia dari minyak, antara lain (1) Reaksi hidrolisis mengubah minyak menjadi asamasam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut; (2) Reaksi oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak; (3) Reaksi hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak; (4) Reaksi esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interesterifikasi (Andaka, 2009).Untuk mendapatkan bahan yang siap untuk di ekstrak maka dilakukan pengecilan ukuran yang bertujuan untuk melukai jaringan dan sel, memperluas permukaan kontak dan memperpendek jarak difusi minyak. Pengecilan ukuran ini dilakukan dengan cara pemipihan dan penggerusan. Pengepresan secara batch (hydraulic pressing) adalah pengepresan yang menggunakan sistem hidrolik sebagai energi pengepres bahan. Banyaknya minyak yang di ekstrak tergantung dari lamanya proses pengepresan, tekanan yang diberikan dan banyaknya kandungan minyak dari bahan. Faktor faktor yang berperan yaitu banyaknya kadar air bahan dan kualitas bahan (Fatoni, 2011).

Selain menggunakan media minyak ada juga penggorengan yang tidak menggunakan minyak, cara ini dikenal dengan metode pemasakan kering. Pada pemasakan kering tidak terjadi penyerapan minyak dan air ke dalam produk. Penggorengan tanpa minyak lazim disebut penyangraian. Cara penggorengan seperti ini proses pemanasan berlangsung melalui kontak dengan permukaan pemanas atau melalui media pemanas seperti butiran bahan padat berupa pasir atau bahan lain (Siswantoro, 2008).

Proses pengambilan minyak kemiri dilakukan dengan dua metode, yaitu pengepresan dan ekstraksi. Cara pengambilan minyak atau lemak terutama yang berasal dari biji-bijian pada tumbuh-tumbuhan adalah dengan pengepresan mekanis. Cara ini dilakukan untuk mengambil kandungan minyak yang kadarnya berkisar antara 30-70%. Dua cara umum dalam pengepresan mekanis, yaitu (1) Hydraulic pressing (pengepresan hidrolis), di mana bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 psi tanpa menggunakan media pemanas sehingga cara ini sering juga disebut sebagai cold pressing; (2) Expeller pressing (pengepresan berulir) dimana untuk mengambil minyak atau lemak perlu dilakukan proses pemasakan atau tempering terlebih dahulu pada suhu sekitar 115,5C dan tekanan 15000 20000 psi. Banyaknya minyak atau lemak yang diperoleh dari pengepresan mekanis tergantung pada (1) ukuran partikel, dimana untuk biji yang berukuran relatif besar harus dikecilkan agar mudah dibentuk menjadi flake sehingga dapat mudah dipress dan akhirnya meningkatkan yield minyak; (2) moisture content, dimana berpengaruh secara signifikan terhadap yield minyak hasil pengepresan. Moisture content optimum masing-masing bahan untuk mencapai yield tinggi bervariasi, misalnya untuk biji bunga matahari, moisture content optimum adalah 6%, kedelai berkisar 9,5-10% dan untuk conophor nut berkisar 8-10%; (3) suhu dan waktu pemanasan, dimana dengan pemanasan dapat memecah sel tumbuhan dan dapat juga mengkoagulasi protein yang ada dalam biji, sehingga viskositas minyak turun dan akan mempercepat aliran minyak ke luar. Pada suhu yang tinggi dan waktu lama mungkin akan memberi efek negatif pada kualitas cake oil dan minyak hasil pengepresan; (4) tekanan, dimana secara umum yield berbanding lurus dengan akar tekanan yang digunakan dan akhirnya konstan. Biji bunga matahari membutuhkan tekanan 15 MPa. Untuk pengepresan yang lama akan mengakibatkan kualitas minyak turun, karena mempercepat terjadinya ketengikan. Ekstraksi padatcair atau leaching merupakan kontak antara fase padat dan fase cair di mana solut berdifusi dari fase padat ke fase cair, sehingga komponen-komponen solut dalam padatan dapat dipisahkan. Kegunaan proses leaching dalam industri antara lain untuk memproduksi minyak kacang, minyak tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan pelarut organik seperti aseton dan heksan. Selain itu untuk mengambil lemak hewan dapat dilakukan dengan cara rendering yaitu menghancurkan jaringan tubuh seperti lemak, tulang serta jaringan internal lainnya melalui pemanasan untuk menghilangkan kandungan airnya. Sedangkan ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada prinsipnya adalah melarutkan minyak dalam bahan ke dalam pelarut organik yang sesuai atau selektif. Mekanisme yang terjadi pada proses leaching adalah sebagai berikut perpindahan pelarut ke permukaan padatan, pelarut berdifusi ke dalam padatan, solut larut ke dalam pelarut pelarut, solut berdifusi melalui campuran pelarut dan zat padat ke permukaan partikel, perpindahan solut ke larutan bulk (Estrada dkk, 2007).Faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas dari minyak antara lain genotip, nutrisi, dan kematangan/umur tanaman. Kandungan minyak kacang tanah bervariasi antara 40,8% dan 54,4% pada kultivar India dan di Amerika antara 44,8% dan 58,3%. Nutrisi di sini adalah aplikasi dari N,P, dan K yang mempunyai pengaruh limit pada kandungan minyak tetapi berpengaruh pada produktivitas. Untuk tingkat kematangan atau umur, saat dipanen pada polong yang belum masak dan ditunda kematangannya berkurang kadar minyaknya (Singh, 1993).Kandungan minyak dalam biji kemiri tergolong tinggi, yaitu 55 66% dari berat bijinya. Sifat fisik dan kimia minyak kemiri antara lain, memiliki bilangan penyabunan sebesar 188-202; bilangan asam 6,3-8; bilangan Iod 136-167; bobot jenis pada 150C sebesar 0,924-0,929 (Arlene dkk, 2010).Biji kacang tanah mengandung protein sekitar 25-30%, karbohidrat 12%, dan minyak sekitar 40-50 % dan merupakan salah satu bahan pangan sumber minyak. Sebagai bahan makanan, kacang tanah dapat diolah menjadi kacang rebus, kacang goreng, kacang atom, kacang telur, dan sebagainya. Sebagian besar dari minyak terkandung dalam kutiledon, dan beberapa dalam lembaga dan sejumlah kecil terdapat dalam kulit ari (Santoso, 1998).Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses basah (wet process), karena pada proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi minyak. Sedangkan pembuatan minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal dengan proses kering (dry process). Pada waktu daging buah kelapa diparut, sel- selnya akan rusak dan isi sel dengan mudah dikeluarkan dalam wujud emulsi berwarna putih yang dikenal dengan santan. Santan demikian mengandung minyak sebanyak 50 %. Santan merupakan emulsi minyak di dalam air yang agak stabil. Emulsifikasinya kadang-kadang bersama-sama protein dan karbohidrat. Sisa minyak yang lain dapat diperoleh dengan penambahan air dan pemerasan kedua dan ketiga. Komposisi kimia daging buah kelapa adalah sebagai berikut: air (50 %), minyak (34 %), Abu (2,2 %), serat (3 %), protein (3,5 %), karbohidrat (7,3 %) (Suhardiyono, 1991 dalam Fajrin, 2012).Kadar lemak pada sampel daging ayam adalah sebesar 10,9%, daging sapi sebesar 4,5%, dan daging babi sebesar 8,2%. Kandungan lemak pada ketiga sampel yang diekstraksi menunjukkan sampel daging ayam relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lemak sapi dan lemak babi. Perbedaan kadar lemak ini kemungkinan disebabkan karena secara alamiah kandungan lemak pada setiap spesies relatif berbeda. Disamping itu, perbedaan jenis cuplikan (bagian/jaringan otot daging) yang digunakan juga tidak sama (Hermanto, 2010).C. METODOLOGI 1. Alat a. Baskomb. Beker gelasc. Cabinet dryerd. Gelas ukure. Kain saringf. Komporg. Neraca analitikh. Pancii. Pengadukj. Penumbukk. Press Hidrolikl. Serbetm. Sotiln. Toples kacao. Wajan2. Bahana. Kelapa parutb. Lemak ayamc. Lemak sapid. Kacang tanahe. Kemirif. Air3. Cara Kerja a. Ekstraksi minyak kelapa secara basah dengan pemanasan (Pembuatan Minyak Klentik)

b. Ekstraksi Lemak Ayam

c. Ekstraksi Lemak Sapid. Ekstraksi minyak kelapa secara keringe. Ekstraksi minyak kacang tanah

f. Ekstraksi minyak kemiri

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1.1 Hasil Rendemen Ekstraksi Minyak Lemak

Kel.BahanBerat Bahan

(gram)Volume

(ml)Rendemen

(v/b) %

1Kacang tanah---

2Kelapa kering24002259,375

3Lemak sapi37520253,867

4Kelapa basah21001959,286

5Lemak ayam10001049,02104,902

6Kemiri34201624,737

Sumber: Laporan sementara

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat (Sudarmadji, 1996). Panagan (2010) juga menambahkan, perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah. Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air.

Sifat fisik minyak, antara lain (1) Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu zat warna alamiah dan warna hasil degradasi zat warna alamiah; (2) bau amis yang disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh; (3) minyak tidak dapat larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen; (4) Titik didih (boiling point) dari asam-asam lemak akan meningkat dengan bertambahnya rantai karbon asam lemak; (5) Titik lunak (softening point) dari minyak ditetapkan dengan maksud untuk identifikasi minyak; (6) Slipping point dipergunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya; (7) Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak; (8) Bobot jenis dari minyak biasanya ditentukan pada temperatur 25oC, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40oC atau 60oC untuk lemak yang titik cairnya tinggi; (9) Titik kekeruhan (turbidity point) ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak dengan pelarut lemak; (10) Apabila minyak dipanaskan dapat dilakukan penetapan titik asap, titik nyala dan titik api. Titik asap adalah temperature pada saat minyak menghasilkan asap tipis kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus-menerus sampai habisnya contoh uji. Sifat kimia dari minyak, antara lain (1) Reaksi hidrolisis mengubah minyak menjadi asamasam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut; (2) Reaksi oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak; (3) Reaksi hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak; (4) Reaksi esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interesterifikasi (Andaka, 2009).Pada praktikum acara I Ekstraksi Minyak Kelapa dan Minyak Bijian ini, dilakukan ekstraksi pada sampel yaitu kelapa parut, kacang tanah, kemiri, lemak sapi, dan lemak ayam untuk mendapatkan minyak maupun lemak yang terkandung didalamnya. Ekstraksi sendiri merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung lemak atau minyak (Andaka, 2009). Dalam jurnalnya, Estrada dkk (2007) menyampaikan bahwa proses pengambilan minyak dilakukan dengan dua metode, yaitu pengepresan dan ekstraksi. Dua cara umum dalam pengepresan mekanis, yaitu (1) Hydraulic pressing (pengepresan hidrolis), di mana bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 psi tanpa menggunakan media pemanas sehingga cara ini sering juga disebut sebagai cold pressing; (2) Expeller pressing (pengepresan berulir) dimana untuk mengambil minyak atau lemak perlu dilakukan proses pemasakan atau tempering terlebih dahulu pada suhu sekitar 115,5C dan tekanan 15000 20000 psi. Sedangkan untuk proses ekstraksi dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi dengan pelarut. Ekstraksi padatcair atau leaching merupakan kontak antara fase padat dan fase cair di mana solut berdifusi dari fase padat ke fase cair, sehingga komponen-komponen solut dalam padatan dapat dipisahkan. Kegunaan proses leaching dalam industri antara lain untuk memproduksi minyak kacang, minyak tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan pelarut organik seperti aseton dan heksan. Selain itu untuk mengambil lemak hewan dapat dilakukan dengan cara rendering yaitu menghancurkan jaringan tubuh seperti lemak, tulang serta jaringan internal lainnya melalui pemanasan untuk menghilangkan kandungan airnya. Sedangkan ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada prinsipnya adalah melarutkan minyak dalam bahan ke dalam pelarut organik yang sesuai. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, sampel kacang tanah dan kemiri disangrai dan dikecilkan ukurannya terlebih dahulu. Penyangraian merupakan proses penggorengan yang tidak menggunakan minyak dan dikenal sebagai pemasakan kering atau penyangraian. Pada pemasakan kering tidak terjadi penyerapan minyak dan air ke dalam produk (Siswantoro, 2008). Oleh karena itu dengan dilakukan penyangraian, diharapkan minyak yang terkestrak dari sampel semakin banyak karena dengan penyangraian dapat menghindari penyerapan minyak ke dalam produk. Pengecilan ukuran pada sampel kacang tanah dan kemiri dilakukan dengan cara ditumbuk menggunakan penumbuk tradisional. Pengecilan ukuran tersebut, menurut Fatoni (2011) bertujuan untuk melukai jaringan dan sel, memperluas permukaan kontak dan memperpendek jarak difusi minyak sehingga diperoleh minyak dalam jumlah yang lebih banyak.Dari hasil praktikum, didapatkan rendemen minyak pada kacang adalah sebesar 0%. Hal ini berarti sama sekali tidak diperoleh minyak dari proses ekstraksi kacang tanah. Menurut Santoso (1998), besarnya minyak yang terkandung dalam kacang tanah adalah sebesar 40-50%. Sehingga, besarnya rendemen minyak pada ekstraksi kacang tanah hasil praktikum belum sesuai dengan teori yang ada. Dari hasil praktikum diperoleh besar rendemen hasil ekstraksi kemiri adalah 4,737%. Sedangkan menurut Arlene dkk (2010), dalam kemiri terkandung minyak sebesar 55-60%. Ini menunjukkan bahwa hasil praktikum belum sesuai dengan teori yang dimungkinkan karena perbedaan varietas (jenis, umur, tingkat kematangan, kondisi penanaman, dan sebagainya) baik pada sampel kacang tanah maupun kemiri serta adanya perbedaan pada perlakuan pendahuluan dan cara ekstraksi yang dipilih. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses basah (wet process), karena pada proses ini ditambahkan air untuk mengekstraksi minyak. Sedangkan pembuatan minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal dengan proses kering (dry process). Pada waktu daging buah kelapa diparut, sel- selnya akan rusak dan isi sel dengan mudah dikeluarkan dalam wujud emulsi berwarna putih yang dikenal dengan santan (Suhardiyono, 1991). Besarnya rendemen minyak dari sampel kelapa kering adalah sebesar 9,375%; sedangkan kelapa basah 9,286%. Sedangkan menurut Suhardiyono (1991), besarnya kandungan minyak pada daging buah kelapa adalah 34%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil praktikum belum sesuai dengan teori. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan varietas (jenis, umur, tingkat kematangan, kondisi penanaman, dan sebagainya) baik pada sampel kelapa kering maupun kelapa basah serta adanya perbedaan pada perlakuan khusus dan cara ekstraksi yang dipilih.Dari hasil praktikum diperoleh rendemen lemak sapi adalah sebesar 53,867%. Sedangkan menurut Hermanto (2010), kadar lemak pada daging sapi adalah sebesar 4,5%. Pada ekstraksi lemak ayam, diperoleh rendemen sebesar 104,902%, sedangkan berdasarkan Hermanto (2010), kandungan lemak dalam daging ayam adalah 10,9%. Hasil praktikum pada kedua sampel lemak daging tersebut jauh melampui teori. Dapat diketahui bahwa kesemua hasil praktikum kurang sesuai dengan teori. Perbedaan kadar ini menurut Hermanto (2010) kemungkinan disebabkan karena secara alamiah kandungan lemak pada setiap spesies relatif berbeda. Disamping itu, perbedaan jenis cuplikan (bagian/jaringan otot daging/buah) yang digunakan juga tidak sama.Banyaknya minyak atau lemak yang diperoleh dari pengepresan mekanis tergantung pada (1) ukuran partikel, dimana untuk biji yang berukuran relatif besar harus dikecilkan agar mudah dibentuk menjadi flake sehingga dapat mudah dipress dan akhirnya meningkatkan yield minyak; (2) moisture content, dimana berpengaruh secara signifikan terhadap yield minyak hasil pengepresan. Moisture content optimum masing-masing bahan untuk mencapai yield tinggi bervariasi; (3) suhu dan waktu pemanasan, dimana dengan pemanasan dapat memecah sel tumbuhan dan dapat juga mengkoagulasi protein yang ada dalam biji, sehingga viskositas minyak turun dan akan mempercepat aliran minyak ke luar. Pada suhu yang tinggi dan waktu lama mungkin akan memberi efek negatif pada kualitas cake oil dan minyak hasil pengepresan; (4) tekanan, dimana secara umum yield berbanding lurus dengan akar tekanan yang digunakan dan akhirnya konstan. Faktor yang mempengaruhi besar rendemen (Estrada dkk, 2007).E. KESIMPULAN Dari hasil praktikum acara ektraksi minyak kelapa dan minyak bijian dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan pada ekstraksi minyak secara basah adalah dengan pemanasan, ekstraksi minyak secara kering dengan pengempaan.2. Rendemen hasil ektraksi kacang tanah adalah sebesar 0%.

3. Rendemen hasil ektraksi kelapa kering adalah sebesar 9,375%.

4. Rendemen hasil ektraksi lemak sapi adalah sebesar 53,867%.

5. Rendemen hasil ektraksi kelapa basah adalah sebesar 9,286%.

6. Rendemen hasil ektraksi lemak ayam adalah sebesar 104,902%.

7. Rendemen hasil ektraksi kemiri adalah sebesar 4,737%.

DAFTAR PUSTAKAAndaka, Ganjar. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknologi, Volume 2, Nomor 1 : 80-82.Arlene, Ariestya, Ign. Suharto, dan Jessica N.R. 2010. Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji terhadap Perolehan Minyak Kemiri pada Ekstraksi Biji Kemiri dengan Penekanan Mekanis. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan. Yogyakarta.

Estrada, Ferek, Ruben Gusmao, Mudjijati, Nani Indraswati. 2007. Pengambilan Minyak Kemiri dengan Cara Pengepresan dan dilanjutkan Ekstraksi Cake Oil. Widya Teknik, Vol. 6, No. 2 :121-130.

Fatoni, Anwar dan Cokorda. 2011. Kajian Awal Biji Buah Kepayang Masak sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar. Seminar Nasional Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.Hermanto, Sandra, Anna Muawanah, Rizkina Harahap. 2010. Profil dan Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi dan Babi) Hasil Analisa FTIR dan GCMS. Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.Panagan, Almunandy T. 2010. Analisis Kulaitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Metoda Kromatografi Gas. Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 4(C) 14409.

Santoso, Hieronymus Budi. 1998. Teknologi Tepat Guna Kacang Telur. Kanisius. Yogyakarta.Singh, F. and Diwakar, B. 1993. Nutritive Value and Uses of Pigeonpea and Groundnut. International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics Patancheru, Andhra Pradesh 502 324. India.Siswantoro, dkk. 2008. Model Matematika Transfer Panas pada Penggorengan Menggunakan Pasir. Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 Yogyakarta, 18-19 November 2008.Sudarmadji, Slamet dkk. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Suhardiyono, L. 1991. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta.

Sutiah. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Jurnal Tekno Sains, Vol. 3, No. 1 : 1-5.DOKUMENTASIGambar 1.1 Biji Kemiri Sangrai

Gambar 1.2 Penumbukan Biji Kemiri

Gambar 1.3 Minyak Kemiri Hasil Esktraksi

LAMPIRAN

Perhitungan Rendemen Minyak Hasil Ekstraksi Kemiri

Rendemen kemiri (%)= = = 4,737%

Kelapa parut

Ditimbang

Ditambahkan sedikit demi sedikit

Dipanaskan dengan api kecil selama 2 jam sambil diaduk hingga seluruh air menguap

Dipisahkan minyak dari blondo dengan penyaringan

Dihitung rendemen minyak kelapa basah dengan rumus (ml minyak yang dihasilkan : berat sampel) x100%

Air 1000 ml

Santan

Minyak + blondo

Diukur volume minyak yang diperoleh dengan gelas ukur

Lemak Ayam

Ditimbang

Dihitung rendemen lemak ayam dengan rumus (ml minyak yang dihasilkan : berat sampel) x100%

Diukur volume minyak yang diperoleh dengan gelas ukur

Dipanaskan hingga diperoleh lemak ayam dalam fase cair

Lemak Sapi Beku

Dimasukkan pada wajan

Dipanaskan dengan api sedang

Ditunggu hingga tidak ada lagi lemak yang terekstrak (ampas/sisa berwarna kehitaman)

Dipisahkan ampas/sisa dari lemak

Disiapkan toples kaca beserta tutup (sebelumnya telah ditimbang)

Dituangkan ke dalam toples kaca lemak yang telah didapatkan

Ditimbang

Dihitung rendemennya dengan rumus (ml minyak yang dihasilkan : berat sampel) x100%

Kelapa parut

Ditimbang

Dihitung rendemen minyak kelapa kering dengan rumus (ml minyak yang dihasilkan : berat sampel) x100%

Diukur volume minyak yang diperoleh dengan gelas ukur

Dikeringkan dengan cabinet dryer suhu 600C, 3 jam

Dimasukkan ke dalam kain saring

Dilakukan pengempaan dengan press hidrolik untuk mengekstrak minyak

2 kg Kacang tanah

Ditimbang

Disangrai dengan menggunakan wajan

Dikecilkan ukurannya dengan penumbukan

Dimasukkan ke dalam kain saring

Dilakukan pengempaan dengan press hidrolik untuk mengekstrak minyak

Diukur volume minyak yang diperoleh dengan gelas ukur

Dihitung rendemen minyak kacang tanah dengan rumus (ml minyak yang dihasilkan : berat sampel) x100%

2 kg Kemiri

Ditimbang

Disangrai dengan menggunakan wajan hingga warnanya kemerahan

Dikecilkan ukurannya dengan penumbukan

Dimasukkan ke dalam kain saring

Dilakukan pengempaan dengan press hidrolik untuk mengekstrak minyak

Diukur volume minyak yang diperoleh dengan gelas ukur

Ditentukan rendemen minyak kemiri dengan rumus (ml minyak yang dihasilkan : berat sampel) x100%