Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM HUBUNGAN TANAH AIR DAN TANAMAN PEESIAPAN LAHAN DAN PINDAH TANAM PADA BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DAN BUDIDAYA PADI SECARA SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) Oleh : Annas Ardiansyah NIM A1H012025 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
29

acara 2 HTAT.

Sep 12, 2015

Download

Documents

annascilacap

n mn
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM HUBUNGAN TANAH AIR DAN TANAMAN

PEESIAPAN LAHAN DAN PINDAH TANAM PADA BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DAN BUDIDAYA PADI SECARA SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

Oleh :Annas ArdiansyahNIM A1H012025

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPersiapan lahan dan pemilihan cara tanam dalam suatu budidaya tanaman akan berpengaruh terhadap hasil panen. Pengolahan lahan dan cara tanam disesuaikan dengan karakteristik tanaman yang dibudidayakan. Lahan untuk menanam padi tentu akan berbeda dengan lahan untuk menanam sayuran. Demikian pula dengan cara tanamnya, yakni penanaman dapat dilakukan dengan sebar benih secara langsung atau melalui proses penyemaian terlebih dahulu yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tanaman untuk memberikan hasil yang optimum.

B. Tujuan1. Mengetahui persiapan lahan untuk budidaya tanaman sayuran dan padi secara SRI (System of Rice Intensification).2. Mengetahui cara pindah tanam pada budidaya berbagai jenis sayuran.3. Mengetahui cara pindah tanam budidaya padi secara SRI (System of Rice Intensification).

II. TINJAUAN PUSTAKAPersiapan lahan berkaitan dengan pengolahan tanah yang diperlukan untuk menciptakan kondisi lingkunga yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Pengolahan yang dilakukan dengan baik dapat menekan pertumbuhan gulma dan penyakit yang muncul dalam tanah dan dapat mengganggu tumbuhnya tanaman. Pengolahan tanah juga ditujukan untuk memperbaiki kapasitas tanah dalam menahan air, drainase dan aerasi tanah.Tanah yang digunakan untuk menanam biji atau bibit sayur diolah menjadi lepas lepas dan gembur. Hal ini disebabkan oleh perakaran tanaman sayur dangkal, memudahkan akar dalam menyerap air dari unsur hara, memudahkan penetrasi akar ke dalam tanah dan oksigen di dataran supaya cukup tersedia untuk respirasi akar. Pada tanah yang gembur akar tanaman sayur akan berkembang cepat dan tumbuh dalam. Akar dan umbi tanaman sayur memerlukan pula tanah yang gembur untuk mendukung pembentukannya, yaitu pertumbuhannya, akar akar supaya seragam bentuk dan ukurannya serta bagian umbi tidak ada yang bergelombang.Tanah perlu dibuat bedengan bedengan supaya memudahkan drainase pada waktu turun hujan dan untuk saluran irigasi parit selama musim kemarau. Bedengan dibuat dengan ukuran tertentu, biasanya dengan lebar 80 - 120 cm dan ukuran panjangnya 20 - 30 cm, kecuali bedengan untuk menanam bawang merah lebih besar atau sama dengan 50 lebar bedengan dibuat 80 - 120 cm dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan tanaman (penyiraman, penyiangan, pembumbuhan, pemberian pupuk, aplikasi pestisida dan insektisida) serta untuk memudahkan pengawasan dan memudahkan panen (supaya tidak terinjak injak). Jarak antar bedengan biasanya 50 - 60 cm, ini diperlukan untuk pengawasan tanaman, pemeliharaan dan juga untuk mengalirkan air irigasi lewat saluran antar bedengan. Saluran air ini berfungsi juga sebagai saluran pembuangan kelebihan air (saluran drainase).Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah dilakukan dengan cara dibajak dan dicangkul. Biasanya dilakukan minimal 2 kali pembajakan yakni pembajakan kasar dan pembajakan halus yang diikuti dengan pencangkulan: total pengolahan lahan ini bisa mencapai 2- 3 hari. Setelah selesai, aliri dan rendam dengan air lahan sawah tersebut selama 1 hari. Pastikan keesokan harinya benih yang telah disemai sudah siap ditanam, yakni sudah mencapai umur 7 - 12 harian, perlu diigat, usahakan bibit yang disemai tidak melebihi umur 12 hari mengingat jika terlalu tua maka tanaman akan sulit beradaptasi dan tumbuh ditempat baru (sawah) karena sudah terlalu besar.

III. METODOLOGIA. Alat dan Bahan1. Bibit siap tanama. Bibit bayam merahb. Bibit sawi dagingc. Bibit selada merahd. Bibit padi2. Lahan tanam3. Tugal untuk melubangi lahan tanam4. Pot tanam padi5. Termometer6. Luxmeter

B. Prosedur Kerja1. Mempersiapkan lahan budidaya sayuran dengan pelubangan tanah pada jarak tanam optimum yang disesuaikan dengan masing-masing jenis sayuran 2. Mempersiapkan lahan budidaya padi secara SRI3. Melakukan pengukuran parametera. Tinggi tanamanb. Jumlah daunc. Panjang akard. Suhu lingkungane. Radiasi matahari4. Melakukan proses pindah tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil(terlampir)B. PembahasanMenanam tanaman sayuran dapat dilakukan dengan dua cara yakni sebar benih langsung atau disemaikan terlebih dahulu pada bak persemaian sebelum dipindahtanamkan ke lahan. Bahan tanam tanaman sayur yang ditanam langsung atau melalui persemaian dapat berupa benih atau organ perbanyakan vegetatif tanaman sayur. Faktor faktor yang mempengaruhi pertimbangan apakah nantinya benih akan ditanam langsung atau disemaikan terlebih dahulu adalah faktor tanamannya dan pertimbangan ekonomis.SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.Pengembangan dan peningkatan dapat dilakukan dengan kegiatan pertanian secara intensif terhadap tanaman padi. Sistem tersebut dikenal dengan metode SRI (System Rice of Intesification). Penerapan SRI merupakan sistem pertanian yang dikembangkan secara organik. Metode SRI dikembangkan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi dan memrikan kontribusi terhadap kesehatan tanah dan tanaman melalui bahan organik serta dapat menghemat penggunaan air tanpa merusak lingkungan karena meminimalisir penggunaan pupuk dan pestisida kimia, sehingga produk yang dihasilkan aman dan sehat.SRI pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1980 oleh French Priest dan Fr. Henri de Laulanie, S.J di Madagaskar. SRI mulai dikenal oleh beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia pada tahun 1997 yang dierkenalkan oleh seorang Norman Uphoff (Direktur dari Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development) dan pada tahun 1999 dilakukan percobaan SRI untuk pertama kalinya di uar Madagaskar.Teknologi SRI memperlakukan tanaman padi tidak seperti tanaman air yang membutuhkan banyak air, karena penggenangan air yang cukup banya akan berdampak tidak baik yaitu menyebabkan rusaknya jaringan kompleks seperti cortex, xylem dan floem pada akar tanaman padi, hal ini akan berpengaruh terhadap aktivitas akar dalam mengambil nutrisi di dalam tanah lebih sedikit, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terhambat dan mengakibatkan kemampuan kapasitas produksi akan lebih rendah.Budidaya SRI dapat diartikan sebagai upaya budidaya tanaman padi yang intensif terhadap semua komponen ekosistem seperti tanah, tanaman, mikroorganisme, makroorganisme, udara, sinar matahari, dan air sehingga memberikan produktivitas yang tinggi serta menghindari berbagai pengaruh negatif bagi komponen ekosistem dan memperkuat dukungan terjadinya aliran energi dan siklus nutrisi secara alami.Prinsip dasar penerapan SRI yang dilakukan adalah menjaga kesehatan dan kestabilan sifat-sifat tanah. Penambahan bahan organik selain jerami dapat dilakukan di atas lahan sebanyak 5 7 ton/ha, bahan-bahan organik yang dapat dimanfaatkan berupa sampah dari sisa-sisa tanaman, limbah dapur, kotoran hewan, hijauan, kompos, limbah organik lainnya yang dapat terdekomposisi, pemberian bahan organik dapat dilakukan secara bertahap. Bahan organik tersebut diberikan pengolahan tanah dan aliran air dalam kondisi lembab selama 7 10 hari.1. Teknik Budidaya Padi Organik metode SRIa. Persiapan benihBenih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukka telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adala benih yang tenggelam dalam larutan tersebut Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti). Selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanamb. Pengolahan tanahPengolahan tanah Untuk Tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.c. Perlakuan pemupukanPemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.d. PemeliharaanSistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata 1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapidilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanikBenih yang digunakan untuk penanaman padi dengan SRI dapat dilakukan menggunakan benih jenis dan varietas dengan syarat benih unggul dan memiliki sertifikasi yang sudah terjamin mutu dan kualitasnya. Kebutuhan benih pada SRI lebih sedikit jika dibandingkan dengan konvensional, benih yang diperlukan dengan SRI sebanyak 5 7 kg/ha sedangkan konvensional memerlukan benih 30 40 kg/ha.Benih padi pada media tanah yang gembur, baik tekstur dan strukturnya agar proses perakaran lebih kondusif. Persemaian dilakukan dengan cara menanam benih pada media tanam yang dicampur dengan kompos 1:1. Benih direndam terlebih dahulu selama semalam untuk merangsang kecambah atau dapat langsung disebar di media semai dengan keadaan lembab selama 7 12 hari dihitung sejak tumbuh kecambah.Bibit padi ditanam pada petakan dengan jarak tanam minimal 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm dan 35 x 35 cm dengan keadaan tidak tergenang. Pemeliharaan tanaman padi pada fase vegetatif dengan melakukan penyulaman, penyiangan dan penambahan cairan MOL (Mikroorganisme Lokal) ketika tanaman berumur 7 10 hari. Pemberian MOL dilakukan selang waktu 10 hari dengan 4 6 kali aplikasi.Pemeliharaan pada fase generatif yaitu pada umur 45 50 hari kondisi air dikeringkan selama 10 hari. Setelah 10 hari dikeringkan tanah diberi air kembali sehingga tanah menjadi lembab kembali. Kondisi basah dikeringkan kembali satu minggu sebelum panen. Pengendalian OPT dilakukan secara biologis dan menggunakan pestisida nabati dari bahan-bahan alami. Di beberapa provinsi metode SRI dapat dilakukan dengan atau tanpa pupuk organik seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil budidaya tanaman padi metode SRI di beberapa provinsi di IndonesiaNoProvinsiHasil rata-rata (ton/ha)Aplikasi pupuk

SRINon SRI

1Jawa Barat8,34,5Organik

2Jawa Tengah7,154,5Organik

3Jawa Timur8,45,00Organik

4NTB8,275,20Semi Organik

5NTT6,963,66Semi Organik

6Sulawesi Selatan7,204,11Semi Organik

7Sulawesi Tengah8,924,27Semi Organik

8Sulawesi Tenggara5,453,40Semi Organik

Biji yang dapat langsung ditanam dan setelah berkecambah tidak mengalami gangguan/kesulitan di dalam pertumbuhannya, maka biji tanaman sayuran tersebut tidak perlu disemaikan. Bilamana kecambah dan tanaman muda yang berasal dari suatu biji masih terlalu lemah, maka biji tersebut tidak boleh ditanam secara langsung tetapi perlu disemaikan terlebih dahulu sehingga tanaman muda tersebut lebih mudah dirawat untuk menghindari berbagai gangguan seperti sinar matahari yang terik, hujan lebat, angin dan lain-lain.Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman sayuran merupakan tanah yang gembur. Hal ini disebabkan oleh perakaran tanaman sayur dangkal, memudahkan akar dalam menyerap air dari unsur hara, memudahkan penetrasi akar ke dalam tanah dan oksigen di dalam tanah supaya cukup tersedia untuk respirasi akar. Pada tanah yang gembur akar tanaman sayuran akan berkembang cepat dan tumbuh dalam. Akar dan umbi tanaman sayuran memerlukan pula tanah yang gembur untuk mendukung pembentukkannya, yaitu pertumbuhan akar-akar supaya seragam bentuk dan ukurannya serta bagian umbi tidak ada yang bergelombang.Padi terdapat dua jenis, padi sawah dan padi gogo, bedanya terletak pada ada atau tidak adanya air. Pada saat ini kita akan membahas tentang budidaya padi sawah. Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter dari permukaan laut dengan temperatur 19-27 derajat celcius, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 7.Cara pindah tanam padi secara konvensional tidak teknik khusus untuk menyeleksi benih. Benih hanya direndam di dalam air selama 1 hari 1 malam, selanjutnya benih diperam selama 2 hari 2 malam, dan benih siap untuk disemaikan.Pada metode SRI ada teknik khusus yaitu benih diseleksi dengan menggunakan larutan garam. Dimana, air dimasukkan ke dalam toples dan masukkan sebuah telur, kemudian masukkan garam perlahan-lahan dan aduk hingga telur mengapung (sebagai penanda larutan siap digunakan). Kemudian masukkan benih yang akan ditanam ke dalam larutan garam tersebut. Benih yang tenggelam adalah benih yang kualitasnya baik. Benih yang baik diambil, disisihkan dan dibersihkan dengan air hingga larutan garam tidak menempel. Selanjutnya benih diperam selama 1 hari 1 malam (tidak lebih) dan benih siap untuk disemaikan.Padi dengan sistem konvensional persemaian dilakukan langsung di lahan sawah dengan kebutuhan benih yang banyak yaitu antara 35 45 kg/ha.Pada metode SRI persemaian bisa dilakukan dengan menggunakan wadah dengan kebutuhan benih yang sedikit yaitu antara 5 10 kg/ha.Keuntungan budidaya padi secara SRI adalah:1. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 cm paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus)2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha, tidak butuh biaya pencabutan bibit, tidak butuh biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang dan lain-lain3. Hemat waktu ditanam bibit muda 5 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal4. Produksi meningkat dibeberapa tempat mencapai 11 ton/ha5. Ramah lingkungan, secara bertahap penggunaan pupuk kimia (urea, SP36, KCl) akan dikurangi dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan MOL), begitu juga penggunaan pestisida.Hama yang menyerang daun bayam merah, pada saat panen rendemen yang dihasilkan tergolong rendah dan hasil panen tidak berukuran besar. Sehingga bobot saat panen cenderung rendah.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanPrinsip dasar penerapan SRI yang dilakukan adalah menjaga kesehatan dan kestabilan sifat-sifat tanah. bahan-bahan organik yang dapat dimanfaatkan berupa sampah dari sisa-sisa tanaman, limbah dapur, kotoran hewan, hijauan, kompos, limbah organik lainnya yang dapat terdekomposisi, pemberian bahan organik dapat dilakukan secara bertahap. Bahan organik tersebut diberikan pengolahan tanah dan aliran air dalam kondisi lembab selama 7 10 hari.Menanam tanaman sayuran dapat dilakukan dengan dua cara yakni sebar benih langsung atau disemaikan terlebih dahulu pada bak persemaian sebelum dipindahtanamkan ke lahan. Bahan tanam tanaman sayur yang ditanam langsung atau melalui persemaian dapat berupa benih atau organ perbanyakan vegetatif tanaman sayur..B. SaranSemoga praktikum berikutnya alat-alatnya dirapikan kembali setelah dipakai, sehingga mempermudah pengguna lain yang ingin praktikum.

DAFTAR PUSTAKAFried, George H. & George J. Hademenos. 2000. Scaums Outlines of Theory and Problems of BIOLOGY , 2nd Edition. The McGraw-Companies

Gardner, F.P., Pearce. R.B., dan Mitchell, R.I.1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan oleh Herawati Susilo). UI Press, Jakarta.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan tanaman. Penerbit P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Noggle, G.R and Frits, G.J. 1983. Introduction Plant Physiology, Second Edition. Mew Jersey. Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts.

Salisbury, F.B. and. Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. (diterjemahkan oleh Diah dan Sumaryono). Penerbit IT. Bandung.

Sudarmadji, S. dkk. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi ketiga. Liberty. Yogyakarta.