Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Letak Indonesia yang sedemikian rupa menjadikan Inonesia daerah yang sangat aktif akan pergeseran lempeng tektonik. Akibat pergeseran lempeng tektonik, terbentuk banyak gunung berapi.Oleh karena itu, erupsi gunung berapi merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Saat proses erupsinya, gunung berapi memuntahkan berbagai macam material berupa padatan, cairan, ataupun gas. Pada umumnya, material yang keluar dari gunung berapi bersifat destruktif terhadap lingkuangan sekitarnya karena panas dan tekanan yang tinggi. Salah satu material yang sering dikeluarkan gunung berapi adalah abu vulkanik. Abu vulkanik sangat berlimpah jumlahnya saat maupun setelah proses erupsi. Kelimpahan abu vulkanik di alam mempunyai beberapa dampak positif. Sudah menjadi rahasia umum kalau abu vulkanik dapat menyuburkan tanah. Beberapa waktu setelah terjadinya erupsi, daerah yang rusak karena abu vulkanik akan menjadi lahan yang subur. Abu vukanik mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Tidak hanya itu manfaat abu vulkanik. Abu vulkanik juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan yang kualitasnya tidak kalah dari bahan bangunan komersial, misalnya semen. Pada saat ini banyak digencarkan pembangunan infrastruktur. Ketergantungan akan kebutuhan semen semakin meningkat. Sedangkan bahan baku semen itu sendiri semakin berkurang di alam karena dieksploitasi secara besar-besaran. Dan pada akhirnya akan habis. Di sini, abu vulkanik berperan sebagai substitusi semen. Abu vulaknik dapat dijadiakn berbagi macam campuran bahan bangunan. Selain itu jumlahnya juga berlimpah di alam. Untuk itu, abu vulkanik akan dikaji pemanfaatannya sebagai bahan bangunan yang berkualitas.
30

Abu vulkanik

Jul 21, 2015

Download

Engineering

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Abu vulkanik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan dan Rumusan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Indonesia terletak diantara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia.

Letak Indonesia yang sedemikian rupa menjadikan Inonesia daerah yang sangat

aktif akan pergeseran lempeng tektonik. Akibat pergeseran lempeng tektonik,

terbentuk banyak gunung berapi.Oleh karena itu, erupsi gunung berapi merupakan

salah satu fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Saat proses erupsinya,

gunung berapi memuntahkan berbagai macam material berupa padatan, cairan,

ataupun gas. Pada umumnya, material yang keluar dari gunung berapi bersifat

destruktif terhadap lingkuangan sekitarnya karena panas dan tekanan yang tinggi.

Salah satu material yang sering dikeluarkan gunung berapi adalah abu vulkanik.

Abu vulkanik sangat berlimpah jumlahnya saat maupun setelah proses erupsi.

Kelimpahan abu vulkanik di alam mempunyai beberapa dampak positif.

Sudah menjadi rahasia umum kalau abu vulkanik dapat menyuburkan tanah.

Beberapa waktu setelah terjadinya erupsi, daerah yang rusak karena abu vulkanik

akan menjadi lahan yang subur. Abu vukanik mengandung unsur hara yang

bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Tidak hanya itu manfaat abu vulkanik.

Abu vulkanik juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan yang kualitasnya

tidak kalah dari bahan bangunan komersial, misalnya semen.

Pada saat ini banyak digencarkan pembangunan infrastruktur.

Ketergantungan akan kebutuhan semen semakin meningkat. Sedangkan bahan

baku semen itu sendiri semakin berkurang di alam karena dieksploitasi secara

besar-besaran. Dan pada akhirnya akan habis. Di sini, abu vulkanik berperan

sebagai substitusi semen. Abu vulaknik dapat dijadiakn berbagi macam campuran

bahan bangunan. Selain itu jumlahnya juga berlimpah di alam. Untuk itu, abu

vulkanik akan dikaji pemanfaatannya sebagai bahan bangunan yang berkualitas.

Page 2: Abu vulkanik

2

1.1.2 Rumusan Masalah

Upaya apa yang harus dilakukan supaya abu vulkanik hasil erupsi dapat

dimanfaatkan secara efektif dan efisien?

1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini ialah untuk

menemukan manfaat dari material gunung berapi, khususnya abu vulkanik

sebagai bahan dasar material bangunan serta sistem pemanfaatannya.

1.2.2 Manfaat

a. Mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kegiatan perkuliahan.

b. Menjadi penelitian awal yang nantinya dapat djadikan penelitian lanjutan

dalam bidang konstruksi.

c. Memberikan informasi kepada khalayak umum mengenai abu vulkanik.

1.3 Ruang Lingkup Kajian

1. Kandungan unsur dalam abu vulkanik

2. Komposisi dari abu vulkanik

3. Syarat bahan bangunan

4. Keefektifan abu vulkanik sebagai bahan bangunan

5. Nilai ekonomis abu vulkanik

6. Sistem pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan bangunan

1.4 Hipotesis

Abu vulkanik memiliki karateristik dan strukur yang hampir sama dengan

bahan banguna komersial (semen Portland). Oleh karena itu, abu vulkanik dapat

dijadikan alternatif sebagai bahan bangunan.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.5.1 Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data baik dari

literatur maupun dari lapangan kemudian dianalisis. Sehubungan dengan metode

yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode deskriptif analitis dengan

pendekatan empiris dan rasional.

Page 3: Abu vulkanik

3

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan pengambilan dari sumber-sumber tertulis

(buku, karya ilmiah) maupun elektronik yang telah dipercaya keabsahannya.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan (kontak langsung) dengan

obyek yang diteliti maupun secara tidak langsung melalui sebuah alat bantu.

Dengan metode ini kita dapatkan data-data yang dibutuhkan melalui

pengamatan langsung oleh panca-indra, dengan meraba, melihat, mencium

dan lain sebagainya.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memahami penulisan makalah ini, perlu dibuat

sistematika penulisan yang mencakup :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Berisi tentang teori dasar yang berhubungan dengan abu vulkanik,

manfaat abu vulkanik serta teori pengujian.

BAB III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang penjabaran dan analisis data yang diperoleh dari studi

pustaka dan wawancara serta pembahasan untuk menarik kesimpulan.

BAB IV PENUTUP

Berisi simpulan mengenai permasalahan yang kami angat terkait

pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan dasar material bangunan. Bab ini

juga berisi saran-saran yang dapat mendukung pengembangan dalam

penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Abu vulkanik

4

BAB II

TEORI DASAR ABU VULKANIK

2.1 Pengertian Abu Vulkanik

Abu vulkanik terdiri dari kata abu dan vulkanik. Abu adalah material padat

yang tersisa setelah pembakaran oleh api (Wikipedia,2013). Vulkanik sendiri

adalah partikel lava yang halus yang terembus ketika gunung berapi meletus,

kadang-kadang partikel ini berembus tinggi sekali sehingga jatuh di tempat yg

sangat jauh (KBBI). Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang

disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik

terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar

biasanya jatuh sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus

dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer (Sudaryo dan

Sutjipto, 2009). Abu vulkanik menjadi isu lingkungan yang penting karena

jumlahnya yang cukup banyak dan menganggu keseimbangan lingkungan. Abu

vulkanik merupakan material piroklastik yang sangat halus namun memiliki ciri

bentuk dan karakteristik yang beragam.

2.2 Proses Pembentukan Abu Vulkanik

Abu vulkanik yang terbentuk selama letusan gunung berapi, letusan

freatomagmatik dan selama transportasi di arus piroklastik (piroklastik: salah satu

hasil letusan gunung berapi yang bergerak dengan cepat dan terdiri dari gas panas,

abu vulkanik, dan bebatuan). Erupsi eksplosif terjadi ketika magma terdekompresi

hingga memungkinkan zat volatil terlarut (dominan air dan karbon dioksida)

untuk keluar menjadi gelembung-gelembung gas. Karena semakin banyak

gelembung yang dihasilkan, maka akan menurunkan kepadatan magma, sehingga

mempercepat magma menaiki saluran. Fragmentasi terjadi ketika gelembung

menempati ~ 70-80% volume dari campuran erupsi. Ketika fragmentasi terjadi,

gelembung secara keras memecah magma hingga magma terpisah menjadi

fragmen-fragmen yang dikeluarkan ke atmosfer di mana mereka mengeras

menjadi partikel abu. Fragmentasi adalah proses yang sangat efisien dalam

Page 5: Abu vulkanik

5

pembentukan abu dan mampu menghasilkan abu yang sangat halus bahkan tanpa

penambahan air .

Abu vulkanik juga diproduksi selama letusan freatomagmatik. Selama

letusan ini, fragmentasi terjadi ketika magma kontak dengan badan air (seperti

laut, danau dan rawa-rawa), air tanah, salju atau es . Sebagai magma, yang secara

signifikan lebih panas dari titik didih air, kontak dengan air akan membentuk uap

(efek Leidenfrost). Hal tersebut membuat terjadinya fragmentasi magma, mulai

dari sedikit bagian dan terus bertambah seiring dengan banyaknya magma yang

terkena air.

Arus padat piroklastik juga dapat menghasilkan partikel abu. Ini biasanya

dihasilkan oleh runtuhan kubah lava atau runtuhnya kolom erupsi. Dalam arus

padat piroklastik, abrasi partikel terjadi ketika partikel berinteraksi satu sama lain

menghasilkan penurunan ukuran butir dan memproduksi partikel abu berbutir

halus . Selain itu, abu dapat dihasilkan selama fragmentasi sekunder fragmen batu

apung, karena konservasi panas dalam aliran.

Sifat fisik maupun sifat kimia dari abu vulkanik dipengaruhi oleh tipe

letusan gunung berapi. Gunung berapi menampilkan berbagai tipe letusan yang

pengaruhi oleh sifat kimia magma, isi kristal, suhu dan gas-gas terlarut dari erupsi

magma dan dapat diklasifikasikan dengan menggunakan Volcanic Explosivity

Index (VEI). Letusan VEI 1 memiliki produk < 105 m3 ejecta , sedangkan letusan

sangat eksplosif VEI 5 + dapat mengeluarkan > 109 m3 ejecta ke atmosfer.

Parameter lain yang mengendalikan jumlah abu yang dihasilkan adalah durasi

letusan. Semakin lama letusan terjadi, maka semakin banyak abu vulkanik akan

diproduksi.

2.1 Karakteristik Abu Vulkanik

Abu vulkanik merupakan material berukuran kecil dan berstruktur halus

yang keluar dari dalam perut bumi akibat letusan atau erupsi gunung berapi.

Menuru bentuk fisiknya, partikel abu vulkanik terdiri dari berbagai fraksi partikel

vitric (kaca, nonkristal) dan kristal atau litik (nonmagnetik). Ash (or volcanic ash)

Page 6: Abu vulkanik

6

is fine pyroclastic material (under 4.0 mm diameter).1 Secara kimiawi abu

vulkanik juga mengandung silika (SiO2) sehingga sangat berbahaya bagi manusia.

Bila dilihat pada mikroskop, abu vulkanik memiliki ujung runcing sehingga bila

masuk ke paru - paru bisa menyebabkan kerusakan jaringan pada bagian dalam

paru - paru. Juga bila terkena mata dapat menyebabkan mata perih.

2.4 Struktur Abu Vulkanik

Abu vulkanik tersusun dari dari bebabagai jenis material tergantung

darimana abu vulkanik itu berasal karena setiap letusan gunung api memiliki

komposisi yang berbeda-beda. Secara umum, abu vulkanik berasal dari magma

yang terdapat di dalam perut bumi yang kaya akan silika (SiO2) dan oksigen (O2).

Berbagai jenis magma dihasilkan selama letusan gunung berapi. Pertama, letusan

basal dengan energi rendah yang mengahasilkan abu basal. Letusan ini

menghasilkan abu berwarna gelap khas yang mengandung 45%-55% silika dan

umumnya kaya akan zat besi (Fe) dan magnesium (Mg). Letusan yang kedua

adalah letusan riolit dengan energi letusan yang tinggi. Abu vulkanik yang

dihasilkan dari letusan ini adalah abu felsic dengan kandungan silika yang lebih

dari 69%. Jenis abu lain yang dihasilkan dari beberapa letusan gunung berapi

adalah abu andesit atau dasit yang memiliki kandungan silika antara 55%-69%.

Selain silika, sekitar 55 ion juga terdapat dalam abu vulkanik. Ion-ion ini

terbentuk dari reaksi asam (sulfat, klorida, dan fluorida) dengan abu dari letusan

gunung berapi. Ion-ion ini terdiri dari kation dan anion. Kation dan anion yang

paling banyak ditemukan adalah Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+ untuk kation dan Cl-,

F-, dan SO42- untuk anion sehingga dengan adanya ion-ion ini dalam beberapa

kasus letusan gunung berapi terkandung padatan garam sederhana pada abu

vulkanik seperti NaCl dan CaSO4. Dalam sebuah percobaan pada abu vulkanik

dari letusan Gunung St. Helens tahun 1980, ditemukan garam klorida yang

terkandung dalam abu letusan Gunung St. Helens. Namun, bukan berarti setiap

gunung mempunyai jenis kandungan dan konsentrasi yang sama. WHO (World

Health Organization) mengatakan bahwa jenis kandungan dan konsentrasi abu

vulkanik setiap gunung berapi berbeda-beda, tergantung kondisi alam seperti suhu

1 Osamu Hirokawa, Introduction to Description of Volcanoes and Volcanic Rocks (Bandung: Pusat

Pengembangan Teknologi Mineral, 1980), hlm 3.

Page 7: Abu vulkanik

7

udara dan angin. Dengan konsentrasi yang berbeda-beda ini, abu vulkanik

mempunyai dampak lingkungan di sekitarnya dari yang sederhana seperti gatal

atau iritasi pada mata sampai dampak yang mengerikan seperti ganguan

pernafasan akut (bronkitis, emfisema, dan asma).

2.5 Manfaat Abu Vulkanik

Banyak orang sudah mengetahui bahwa abu vulkanik memiliki berbagai

macam manfaat dalam berbagai macam bidang. Manfaat yang langsung dapat

dilihat dari abu vukanik salah setunya pada bidang pertanian. Seperti kita ketahui

bahwa abu vulkanik mengandung unsur yang berguna bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Pada umumnya, daerah yang rusak akibat erupsi gunung

berapi tak lama kemudian akan pulih kembali. Misalnya, letusan Gunung Merapi

tahun 2010 telah menibulkan kerusakan berat pada ekosistem hutan yang berada

pada sekitar lereng Gunung Merapi. Namun, dapat kita lihat saat ini mulai mucul

ekosistem yang baru. Abu vulkanik berguna untuk menyuburkan tanah.

Selain itu, abu vulkanik merupakan salah satu hasil tambang galian C yang

mempunyai nilai ekonomi yang cukup mengiurkan. Di daerah yang terdapat

gunung berapi, umumnya masyarakat sekitar memanfaatkan kelimpahan abu

vulkanik pasca-erupsi. Abu vulkanik yang tercampur dengan material lain terbawa

oleh air. Kemudian mengendap di sepanjang hilir sungai dijadikan lahan mata

pencaharian penduduk. Setiap hari puluhan truk pengangkut pasir (abu vulkanik)

lalu lalang membawa muatannya ke pengepul. Dewasa ini, abu vulkanik juga

sedang diteliti sebagai salah satu alternatif bahan baku bangunan. Dari

karakteristik dan strukturnya, abu vulkanik dipandang memenuhi syarat sebagai

bahan bangunan. Kami juga tertarik akan hal ini. Oleh karena itu, kami mencoba

mengkaji “abu vulkanik sebagai bahan bangunan”.

2.6 Dampak Negatif Abu Vulkanik

Dimana ada cahaya, di situ ada bayangan. Selain memiliki berbagai

macam sisi positif, abu vulkanik juga memiliki dampak negatif. Dalam bidang

kesehatan, akibat yang timbul dari abu vulkanik antara lain gangguan pernafasan

serta iritasi mata dan kulit. Butiran halus abu vulkanik dapat masuk kesaluran

pernafasan dan menimbulkan penyakit pernafasan seperti contoh, sesak nafas dan

asma. Akan sangat berbahaya apabila abu vulkanik masuk ke dalam paru-paru.

Page 8: Abu vulkanik

8

Abu vulkanik juga dapat menyebabkan iritasi apabila terkena mata dan kulit. Sifat

asam abu vulkanik juga dapat merusak jaringan kulit. Abu vulkanik bersifat racun

terhadap tubuh manusia maupun hewan.

Pada bidang infra struktur, dampak abu vulkanik dapat terlihat dengan

rusaknya bangunan-bangunan. Bangunan-bangunan tersebut terkikis akibat abu

vulkanik yang larut dalam air dan masuk ke pori-pori bangunan. Bangunan dapat

runtuh akibat timbunan abu vulkanik yang bercampur dengan. Abu vulkanik yang

bercampur dengan air memiliki massa jenis yang sangat besar. Abu vulkanik

basah sangat berbahaya jika terkena jaringan arus listrik. Kabel bertegangan tinggi

yang terkena abu vulkanik dapat terjadi kebocoran. Jariangan komunikasi juga

dapat terganggu. Frekuensi dari pemancar maupun penerima menjadi tidak stabil

akibat abu vulkanik.

2.7 Pengolahan dan Kefektifan Abu Vulkanik

Secara definisi Pengolahan adalah sebuah proses mengusahakan atau

mengerjakan sesuatu (barang dsb) supaya menjadi lebih sempurna.” (Tim

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: 1988)

Keefektifan dalam suatu usaha atau tindakan berarti “keberhasilan”.

Dalam pengertian lainnya keefektifan mempunyai arti yang berbeda-beda

tergantung dari bidangnya, tentunya seorang dalam bidang pendidikan akan lain

halnya dengan seorang ekonom dalam merumuskan keefektifan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2002:284). Keefektifan abu vulkanik adalah tingkat

keberhasilan pemanfaatan abu vulkanik secara efisien. Dalam makalah ini,

dibahas keefektifan abu vulkanik dalam pemanfaatannya sebagai bahan bangunan.

Keefektifan ada kaitannya dengan pengolahannya, tergantung di bidang

apa abu vulkanik tersebut dimanfaatakan. Pada Sub bab ini kami akan

menjelaskannya pengolahan dan keefektifannya pada beberapa bidang, antara

lain:

a. Bidang pertanian :

Pada bidang ini abu vulkanik dapat menyuburkan tanah tandus dan

meningkatkan kualitas pupuk kompos. Penyebabnya, material abu

Page 9: Abu vulkanik

9

vulkanik jauh lebih lembut daripada pair biasa dengan diameter 0,002

milimeter. Abu vulkanik punya kemampuan lebih kuat mengikat air.

Gaya Adhesi atau pengikatan air dalam skala tinggi bukan hanya

memiliki nutrisi yang bagus untuk tanah.

Gambar 1

Pemanfaatan abu ini bisa dipakai untuk mengubah karakter

sejumlah tanah tandus agar memiliki daya ikat ke air lebih kuat.

Namun, abu ini tetap tak boleh hanya berada di permukaan tanah

karena malah bisa mengeras dan menghalangi air meresap ke tanah.

Dalam pengolahannya abu vulkanik tetap harus dicampur dengan

lapisan bawah permukaan tanah.

Tim riset gabungan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Nutrisi

Tanaman UMY menjajal efektivitas abu Kelud ke tanah merah dari

Gunung Kidul, tanah pasir dari pesisir Bantul dan tanah berpasir dari

kawasan pantai di Kulon Progo. Tanah itu selama ini dimanfaatkan

petani untuk menanam melon, semangka dan cabai. "Tapi waktu

tanam agak lama karena tanah gampang kering," kata dia.

Dalam kondisi biasa tanah itu hanya bertahan basah selama

setengah hari setelah disiram air. Jika adonan tanah dicampur abu

Gunung Kelud, daya ikat terhadap air jauh lebih lama. "Bisa dua hari,

dua malam," kata Gunawan.

Karena memiliki daya ikat yang baik pada zat cair, abu Kelud

yang lembut juga baik untuk memaksimalkan fungsi pupuk kompos.

Pencampuran abu dengan kotoran hewan atau bahan organik yang

melapuk bisa menghasilkan pupuk kompos berkualitas lebih baik.

"Abu Gunung Kelud di DIY lebih baik diarahkan pemanfaatannya

Page 10: Abu vulkanik

10

untuk memulihkan kesuburan tanah di sejumlah kawasan kering," kata

dia.

Sumber: :

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/25/058557478/Abu-Gunung-

Kelud-di-Yogyakarta-Suburkan-Tanah

b. Bidang Kerajinan :

Pada bidang ini kami mengambil contoh pada pembuatan kerajinan

glasir keramik yang akhir-akhir ini banyak diminati warga. Abu

vulkanik yang awalnya mengotori rumah-rumah warga dapat

digunakan sebagai bahan kerajinan glasir keramik. Beberapa pengrajin

mencampur abu vulkanik dan calsium carbonate (kapur) dengan

prosentase >10% pada pembakaran bersuhu 12500C. Hal ini ternyata

jauh lebih efektif dari bahan baku awal glasir keramik. Jika dalam

kondisi biasa untuk membuat glasir suhu tinggi dengan warna hitam

dan coklat dop diperlukan 7 jenis bahan. Bahan tersebut terdiri dari

Silica, Alumina, Flux, Feldspar, Calsium Carbonate, Kaolin, Iron

Oxide. Namun dengan bahan abu gunung Merapi dan gunung Bromo

jumlah jenis bahan yang digunakan untuk membuat glasir tersebut

akan dapat dikurangi. Sisi lain untuk mendapatkan bahan tersebut juga

lebih mudah dan lebih murah, karena abu gunung yang ada terserak

dimana-mana.

Page 11: Abu vulkanik

11

Gambar 2

c. Bidang Material :

Di bidang ini abu vulkanik memerlukan pengolahan tertentu agar dapat

dijadikan bahan campuran semen untuk membuat batako, paving blok,

maupun beton (tentunya dengan perbandingan yang tepat). Untuk

selengkapnya dapat dilihat di penjelasan Bab III sub bab 3.2 – 3.3

Page 12: Abu vulkanik

12

BAB III

PEMANFAATAN ABU VULKANIK

3.1 Syarat Bahan Bangunan

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 bahwa ada macam-macam jenis

bangunan di sekitar kita. Namun terdapat beberapa hal yang dijadikan patokan

agar material tersebut dapat dikatan sebagai bahan bangunan dan layak digunakan.

Pada sub bab ini kami akan menjelaskan beberapa syarat bahan bangunan yang

ada di indonesia dan membandingkan dengan karakteristik abu vulkanik apakah

telah memenuhi syarat sebagai bahan maupun pencampur bahan bangunan.

a. Beberapa Jenis Bahan Bangunan dan Syaratnya:

1. Semen:

Menurut Wikipedia, “Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat

batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.”

Untuk keperluan pembuatan campuran beton, semen harus memenuhi

syarat-syarat sesuai dengan standar Normalisasi Indonesia (NI)-8

sebagai berikut.

1. Waktu pengikatan awal untuk segala jenis semen tidak boleh

kurang dari 1 jam (60 menit).

2. Pengikatan awal semen normal 60 – 120 menit.

3. Air yang digunakan memenuhi syarat air minum, yaitu bersih dari

zat organis yang dapat mempengaruhi proses pengikatan awal.

4. Suhu ruangan 23° C.

5. Kekuatan tekan minimum : 125 kg/cm2 per hari

6. Maksimal % berat yang tidak larut : 1,5 % berat keseluruhan

7. Kehalusan : 92 – 94% berat harus lolos ayakan 0,21 mm

2. Pasir:

“Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung

berapi, sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat

Page 13: Abu vulkanik

13

digolongkan dalam tiga macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir

sungai.” (Somawidjaja, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di

indonesia, 1982)

Gambar 3

Pada konstruksi bahan bangunan pasir digunakan sebagai agregat

halus dalam campuran beton, bahan spesi perekat pasangan bata

maupun keramik, pasir urug, screed lantai dll.

Menurut standar nasional indonesia disebutkan mengenai persyaratan

pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan adalah

sebagai berikut :

a. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras

dengan indekskekerasan < 2,2.

b. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai

berikut:

jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.

jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.

c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir

mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.

d. Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak,

yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari

Abrans–Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%.

e. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara

1,5 sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.

f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir

terhadap alkaliharus negatif.

Page 14: Abu vulkanik

14

g. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua

mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan

bahan bangunan yang diakui.

h. Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan

harus memenuhi persyaratan pasir pasangan.

i. Syarat Batas Gradasi Pasir

Keterangan :

Zone 1 = Pasir Kasar

Zone 2 = Pasir Agak Kasar

Zone 3 = Pasir Halus

Zone 4 = Pasir Agak Halus

3. Kerikil dan Batu Pecah

“Kerikil alam atau batu pecah adalah butiran mineral keras yang

sebagian bsar butirnya berukuran antara 5 – 80 mm.” (Somawidjaja,

Persyaratan Umum Bahan Bangunan di indonesia, 1982)

Syarat-syarat kerikil untuk campuran beton adalah:

1. Kerikil harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.

Lubang

ayakan

(mm)

Berat Tembus Komulatif

(%)

Zone 1 Zone 2

Zone 3 Zone 4

Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas

10 100 100 100 100 100 100 100 100

4.8 90 100 90 100 90 100 95 100

2.4 60 95 75 100 80 100 95 100

1.2 30 70 55 100 75 100 90 100

0.6 15 34 35 59 60 79 80 100

0.3 5 20 8 30 12 40 15 50

0.15 0 10 0 10 0 10 0 15

Page 15: Abu vulkanik

15

2. Bersifat kekal, artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca.

3. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, yang

ditentukan berat kering.

4. Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak

adukan beton.

5. Diameter butir lebih baik yang beraneka ragam besarnya, ukuran

maksimum butir kerikil tergantung oleh beberapa faktor.

Diantaranya jarak dari tulangan pokok dan tebal dari dinding balok

atau ukuran kolom. Hal ini dimaksudkan agar setelah pengecoran

beton tidak terjadi ruang-ruang kosong. Biasanya besar butir

kurang dari 5 mm (max diameter 5 cm).

Gambar 4

4. Sirtu

“Sirtu adalah singkatan dari pasir batu. Sirtu terjadi karena

akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif

rendah atau lembah. Sirtu biasanya merupakan bahan yang belum

terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga

bisa diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di

daerah daratan (daerah yang tinggi).” (Somawidjaja, Persyaratan

Umum Bahan Bangunan di indonesia, 1982)

Syarat Sirtu agar dapat digunakan sebagai bahan bangunan

a. Agregat pasir memenuhi persyaratan di bawah ini :

Page 16: Abu vulkanik

16

Agregat pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras

dengan indikasi kekerasan 2,2. Butir-butir agregat halus harus

bersifat kekal

Agregat pasir tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat

merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali

b. Agregat lempung memenuhi persyaratan di bawah ini :

Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis

terlalu banyak

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %

(ditentukan terhadap berat kering)

c. Agregat batuan memenuhi persyaratan di bawah ini :

Ukuran maksimum, ft2 : 75 (ASTM C615-80)

Densitas lbs/ ft2 : (ASTM C-97)

- Rendah : 150

- Minimal diinginkan : 160

- Tinggi : 190

Penyerapan air % berat :

(ASTM C-121) (ASTM C-97)

- Rendah : 0,02

- Minimal diinginkan : 0,40

Kuat tekan, ksi : (ASTM C-170)

- Minimal diinginkan : 90

- Tinggi : 52

Kuat tarik, ksi : (ASTM C-99)

- Minimal diinginkan : 1,5

- Tinggi : 5,5

Modulus elastisitas, ksi :

- Rendah : 2

- Tinggi : 10

Ketahanan Abrasi : tidak diinginkan

Page 17: Abu vulkanik

17

Gambar 5

5. Tanah Liat dan Tanah Geluh

“Tanah liat adalah jenis tanah yang dalam keadaan kering terasa

seperti berlemak, mempunyai daya susut muai yang besar dan

mempunyai daya ikat yang besar baik dalam keadaan kering maupun

basah.” (Somawidjaja, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di

indonesia, 1982)

Gambar 6

Page 18: Abu vulkanik

18

“Tanah geluh adalah jenis tanah yang dalam keadaan kering tidak

terasa seperti berlemak, mempunyai daya susut muai yanng kecil dan

mempunyai daya ikat yang kecil dalam keadaan basah maupun

kering.” (Somawidjaja, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di

indonesia, 1982)

Gambar 7

Persyaratan untuk tanah liat dan tanah geluh agar dapat digunakan

sebagai bahan bangunan adalah:

1. Harus cukup bebas dari pasir, kerikil, batu, kulit kerang, zat-zat

organik dan kotoran-kotran lainnya.

2. Tanah liat untuk agregat ringan buatan mempunyai persyaratan

sebagai berikut:

Material lempung harus mengandung silika alumia, dan

flux yag cukup seimbang dan dapat menghasilkan cairan

yang cukup kental untuk menahan gas pada atau diatas

temperatur 12000C

Material lempung harus mengandung zat-zat yang dapat

menghasilkan gas temperatur tinggi tersebut.

Page 19: Abu vulkanik

19

3.2 Sistem Pemanfaatan Abu Vulkanik

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2 tetntang pengolahan dan keefektifan

abu vulkanik, bahwa abu vulkanik sangat efektif untuk dapat dimanfaatkan pada

berbagai bidang antara lain pertanian, kerajinan tangan, material bangunan,

bahkan kesehatan. Hal itu disebabkan karakteristik dan kandungannya yang

memang memadai untuk dimanfaatkan. Selain itu sistem pemanfaatannya cukup

mudah, pada umumnya abu vulkanik yang disemburkan pada proses erupsi

gunung api bisa lagsung dimanfaatkan tanpa harus melalui proses pengolahan

terlebih dahulu. Namun, untuk mendapatkan hasil yang maksimal kita harus

sedikit mengolahnya terlebih dahulu. Beda bidang beda pula sistem

pemanfaatannya. Pada subbab ini kami akan menjelaskan secara rinci sistem

pemanfaatan abu vulkanik pada segala bidang, terkhusus bidang material

bangunan.

a. Bidang Pertanian

Secara alamiah abu vulkanik yang turun pada proses erupsi dapat

merusak lapisan tanah maupun lahan pertanian warga yang dilaluinya karena

memang sesaat setelah erupsi abu vukanik yang turun masih sangat panas.

Namun, inilah yang membuat tanah sekitar lingkungan gunung api lebih subur

daripada daerah lainnya. Dari penjelasan tersebut dapat dikatan bahwa sistem

pemanfaatan abu vulkanik pada bidang pertanian dapat dimanfaatkan secara

langsung. Selain itu, abu vulkanik dapat dicampur dengan tanah lapisan bawah

untuk membentuk pupuk alami yang saat ini mulai diperjualbelikan masyarakat.

b. Bidang Kerajinan

Dari beberapa lapisan masyarakat yang kreatif dapat menciptakan

sebuah karya berbahan baku abu vulkanik karena karakteristiknya yang mirip

dengan bahan baku glasir keramik. Dalam pemanfaatannya abu vulkanik

dicampur dengan bahan bahan-bahan kimia lalu dibakar dengan suhu tinggi.

c. Bidang Kesehatan

Abu vulkanik ternyata dapat dimanfaatkan di bidang kesehatan karena

adanya kandungan Sodium Bentonit2. Sistem pemanfaatannya dalam bentuk

kompres untuk mengobati memar, luka, luka eksim, psoriasis, dan ruam kulit.

2 Sodium bentonit: sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit

lebih dari 85% dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. (Stiri Romanesti,

http://wwwheavenof-orienvalent.blogspot.com/2010/11/apa-itu-bentonite.html)

Page 20: Abu vulkanik

20

Namun, tentunya dengan dosis yang perlu dikonsultasikan terlebih dahulu

karena masih jarang penelitian tentang abu vulkanik yang dimanfaatkan untuk

kesehatan.

d. Bidang Material Bangunan

Karakteristik abu vulkanik yang sangat mirip dengan pasir serta

kandungan silika yang tinggi, membuat abu vulkanik sangat

memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam bidang material bagunan yakni

sebagai bahan pencampur dalam pembuatan bahan bangunan. Ada

beberapa aplikasi pemanfaatan abu vulkanik dalam material bangunan,

yaitu:

a. Pembuatan Beton:

Gambar 8

Abu vulkanik sangat baik digunakan untuk bahan beton.

Ujung silika yang runcing membentuk partikel yang memiliki

sudut. Pola partikel bersudut itulah yang membuat ikatan abu

vulkanik dengan semen menjadi lebih kuat.Pasir biasa memiliki

ujung bulat sehingga kekuatan ikatannya dengan bahan

pembuat beton lainnya lebih lemah.Selain silika, abu vulkanik

juga memiliki kandungan besi (FeO). Kandungan besi abu

vulkanik sangat baik karena belum mengalami pelapukan

sehingga baik untuk campuran bahan bangunan. Abu vulkanik

juga memiliki kandungan lempung yang sangat sedikit. Selain

membuat beton semakin kuat, sedikitnya lempung juga akan

meningkatkan daya tahan beton dan membuat tingkat

kekeroposan beton lebih rendah.

Page 21: Abu vulkanik

21

Sumber: sains.kompas.com/read/2010/11/08/06534541/Pasir.dan.Abu

b. Pembuatan Batu Bata:

Selama ini, masyarakat telah lama menggunakan batu bata

sebagai bahan pengisi dinding bangunan. Batu bata jamak

digunakan karena telah teruji kekuatannya dan untuk

mendapatkannya pun tidak sulit.

Seiring berkembangnya teknologi terutama dalam bidang

rekayasa teknik sipil dan bangunan, penemuan akan bahan-

bahan bangunan yang baru terus bermunculan.

Ditangan orang kreatif, abu vulkanik dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku pembuatan bata ringan. Gunung Kelud

yang berlokasi di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar,

Kabupaten Kediri, Jawa Timur, meletus pada Kamis 13

Februari 2014 silam memuntahkan kurang lebih 105 juta m3

material vulkanik, termasuk abu vulkanik yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku bata ringan. Dalam sistem

pemanfaatannya abu vulkanik dicampur dengan pasir dan unsur

lain, seperti pasir, gamping, semen, air, dan busa foam (cairan

pengembang).

Gambar 9

Page 22: Abu vulkanik

22

Dengan formulasi yang tepat di antara bahan-bahan

tersebut, maka dapat dihasilkan batu bata ringan yang kuat dan

ringan. Selain itu, bangunan yang menggunakan batu bata

ringan abu vulkanis juga tidak menyalurkan panas sinar

matahari.Kondisi dalam rumah atau gedung yang

konstruksinya menggunakan batu bata ringan berbahan abu

vulkanis ini juga akan terasa lebih sejuk. Batu bata ringan

tersebut akan mengambang jika dimasukkan ke air. Namun

sekalipun ringan, kekuatan dan daya tahannya dapat

diandalkan.semakin lama usianya, batu bata ringan tersebut

akan semakin keras dan kuat. Seperti abu vulkanis erupsi

gunung api, jika semakin sering terkena air hujan dan panas

matahari, maka zat tersebut akan semakin lengket dan keras.

Sumber: http://www.indonesia-housing.com/read/679/inovasi-

batu-bata-berbahan-dasar-abu-vulkanik tanggal 20 oktober

2014

c. Pembuatan Material Refraktori:

Refraktori didefinisikan sebagai material konstruksi yang

mampu mempertahankan bentuk dan kekuatannya pada

temperatur sangat tinggi dibawah beberapa kondisi seperti

tegangan mekanik (mechanical stress) dan serangan kimia

(chemical attack) dari gas-gas panas, cairan atau leburan dan

semi leburandari gelas, logam atau slag.

Dengan kata lain refraktori merupakan material yang dapat

mempertahankan sifat-sifatnya dalam kondisi yang sangat

berat karena temperatur tinggi dan kontak dengan bahan-bahan

yang korosif. Berdasarkan komposisi kimia penyusunnya,

material refraktori dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

yaitu refraktori asam seperti silika, refraktori netral seperti

alumina dan refraktori basa seperti magnesit, serta refraktori

khusus seperti karbon, silikon karbida, dan lainnya. Masing-

Page 23: Abu vulkanik

23

masing jenis refraktori mempunyai keunggulan yang bisa

diaplikasikan dalam industri pengecoran logam.Dengan

pertimbanganpertimbangan di atas,maka abu vulkanik telah

memenuhi syarat untuk dijadikan bahan dasar refraktori.

Dalam sistem pemanfaatannya abu vulkanik dicampur

dengan bahan baku material refraktori yaitu pasir silika,abu

batu bara,dan limbah pasir cetak. Sebelum dicampur abu

vulkanik terlebih dahulu disaring degan metode sreening3.

d. Pembuatan Geopolimer:

Geopolimer merupakan suatu polimer anorganik

aluminosilikat dengan rantai Si-O-Al yang disintesis dari

material yang kaya akan silika dan alumina dengan larutan

pengaktif natrium hidroksida. Abu vulkanik Merapi dapat

disintesis menjadi geopolimer meskipun mempunyai rasio mol

SiO2/Al2O3 yang tinggi dengan menggunakan larutan pengaktif

NaOH 66,67% serta menambah waktu curing selama 3 hari

pada suhu 70°C untuk membantu proses kondensasi (lepasnya

molekul air) pada proses geopolimerisasinya. Dalam sistem

pemanfaatannya Sintesis geopolimer dilakukan dengan cara

mencampurkan abu vulkanik dengan larutan pengaktif (NaOH

dan H2O).

3 Proses dasar dari screening adalah lolosnya material atau pemakanan dari sebuah screen dengan

beberapa bukaan dari sebuah ukuran. Partikel yang lolos dari screen adalah partikel yang lebih

kecil, dan partikel yang tertinggal adalah partikel yang lebih besar.

Page 24: Abu vulkanik

24

3.3 Keefektifan Abu Vulkanik sebagai Bahan Bangunan

Dalam definisinya, keefiktifan digambarkan melalui perbandingan antara

usaha/tindakan yang dilakukan dengan keberhasilan yang dicapai. Keefektifan abu

vulkanik sebagai bahan bangunan dapat ditentukan melalui variabel-variabel

tertentu. Keefektifan abu vulkanik ditentukan oleh kuat tekan, resapan dan

keausan. Parameter yang digunakan adalah SN Ratio (Signal of Noise Ratio)4.

Penghitungan kuat tekan, resapan dan keausan menggunakan pendekatan

metode fuzzy logics. Persamaan metode fuzzy logics5 adalah

SN Ratio = -10log[MSD]

𝑆𝑁 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = −𝑙𝑜𝑔1

3∑ 1 𝑦𝑘

2⁄

𝑛

𝑘=1

Dengan nilai pembangkit awal

𝑥𝑖(𝑘) =𝛾𝑖 (𝑘)−min 𝛾𝑖 (𝑘)

max 𝛾𝑖(𝑘)−min 𝛾𝑖 (𝑘)

Kuat tekan memiliki SN Ratio nilai minimum 25,554 dan maksimum 32,729.

Untuk resapan memiliki rentang SN Ratio minimum -23,978 dan maksimum -

17,764. Sedangkan keausan SN Ratio-nya dari nilai minimum 5,130 dan

maksimum 31,866.

Dari data mengenai abu vulkanik yang telah diolah dengan persamaan

tersebut maka didapatkan:

1. Kuat tekan

Nilai taksiran SN Ratio untuk kuat tekan abu vulkanik adalah 32.631.

2. Resapan

Nilai taksiran SN Ratio untuk resapan abu vulkanik adalah -18,427.

3. Keausan

Nilai taksiran SN Ratio untuk keausan abu vulkanik adalah 32,024.

4 Dalam bidang teknik Signal to Noise (SN) Ratio digunakan sebagai ukuran untuk memilih

karakteristik kualitas. SN Ratio mentransformasikan data pengamatan berulang ke dalam sebuah

nilai yang mencerminkan keberadaan dari variasi dan nilai rata-rata dari respon (Park, S.H, 1996). 5 Dengan menggunakan pendekatan grey relational analisis, yaitu pendekatan yang mengubah

optimasi kedalam bentuk grey fuzzy yang lebih sederhana dan tunggal daripada kedalam banyak

karakteristik. Langkah awal pada grey relational analisis yaitu membangkitkan data dalam bentuk

perhitungan S/N Ratio yang ditransformasi kedalam pembangkitan nilai grey relation yang mana

nilainya antara 0 sampai 1. ( H.S, Lu, J.Y. Chen dan Ch. T. Chung, 2008).

Page 25: Abu vulkanik

25

Angka-angka di atas masih dalam bentuk SN Ratio, apabila diubah menjadi

Satuan Internasional (SI) menjadi :

1. Kuat tekan 42,588 Mpa.

2. Resapan 8,348%

3. Keausan 0,0023 mm/menit

Dapat diasumsikan bahwa abu vulkanik sangat tepat untuk dijadikan sebagai

bahan bangunan. Abu vulkanik juga telah memenuhi standar bahan bangunan.

3.4 Perbandingan Abu Vulkanik dengan Bahan Bangunan Komersial

Pada bagian ini akan kita bahas tentang perbandingan abu vulkanik dengan

bahan bagunan komersial, khususnya semen Portland. Semen Portland adalah

bahan perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang dapat mengeras bila bersenyawa

dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut dalam air. Alasan kita

membandingkan abu vulkanik dengan semen Portlad adalah kemiripan abu

vulkanik dengan semen Portland. Baik abu vulkanik maupun semen Portland

sering digunakan untuk bahan campuran dalam pembuatan beton, batako, maupun

yang lainnya.

Perbandingan yang akan kita bahas adalah mengenai sifat fisik kedua

bahan tersebut yang mempengaruhi kekuatan dari bangunan. Sifat fisik yang akan

kita bandingkan adalah kuat tekan, resapan dan keausan. Untuk menghitung nilai

dari variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada subbab 3.3, dengan formula yang

ada pada subbab 3.3 maka dapat dihitung nilai-nilai dari variabel-variabel

tersebut.

a. Kuat tekan

Dalam variabel kuat tekan, untuk menentukan kualitas suatu bahan

dengan prinsip Larger is Better atau semakin besar kuat tekannya maka

semakin baik kualitasnya.

b. Resapan

Prinsip yang digunakan adalah Smaller is Better atau semakin kecil

resapannya akan semakin baik kualitasnya.

Page 26: Abu vulkanik

26

c. Keausan

Sama seperti penentuan variabel resapan, keausan juga

mengunakan prinsip Smaller is Better atau semakin kecil daya keausannya

maka semakin baik kualitasnya.

Berikut adalah analisis perbandingan antara semen Portland dan abu

vulkanik :

a. Semen Portland

Dari data yang telah kami kumpulkan melalui studi pustaka

maupun analisis nilai SN Ratio dengan menggunkan metode fuzzy logics,

maka didapatkan data sebagai berikut :

1. Kuat tekan semen Portland adalah 33,772 MPa.

2. Resapan semen Portland adalah 11,391%

3. Keausan semen Portland adalah 0,1054 mm/menit.

b. Abu Vulkanik

Sedangkan pada abu vulkanik, berdasarkan pembahasan pada

subbab 3.3, maka didapatkan data sebagai berikut :

1. Kuat tekan abu vulkanik adalah 42,588 Mpa.

2. Resapan abu vulkanik adalah 8,348%

3. Keausan abu vulkanik adalah 0,0023 mm/menit.

Sekarang, kita dapat bandingkan antara abu vulkanik lebih dengan semen

Portland. Kuat tekan abu vulkanik lebih besar daripada semen Portland. Resapan

abu vulkanik lebih kecil daripada semen Portland. Dan keausan abu vulkanik

lebih kecil daripada semen Portland. Kesimpulannya adalah kualitas abu vulkanik

lebih baik daripada semen Portland (bahan bangunan komersial).

3.5 Nilai Ekonomis Abu Vulkanik

Selain bisa menjadi bahan dasar material bangunan, abu vulkanik juga

memiliki banyak manfaat yang bernilai ekonomis. Bapak Ridwan Kamil

(Walikota Bandung) mengatakan bahwa abu vulkanik secara kreatif dapat

meningkatkan kesejahteraan warga setempat. Dalam hal ini, abu vulkanik akan

menjadi suatu yang bernilai ekonomis tinggi jika berada pada tangan orang yang

Page 27: Abu vulkanik

27

memandang letusan berapi ini dengan pikiran yang positif dan kreatif. Beberapa

hal yang dapat membuat abu vulkanik bernilai ekonomis tinggi seperti

menjadikan abu vulkanik sebagai pupuk atau tempat perantara dalam bidang

pertanian karena abu vulkanik sangat baik untuk kesuburan tanah sehingga akan

meningkatkan kualitas tanaman. Tentunya bagi penduduk yang bermata

pencaharian bertani, hal ini sangat menguntungkan. Selain itu, abu vulkanik juga

sangat menguntungkan apabila dimanfaatkan sebagai bahan material bangunan.

Salah satu contohnya adalah seorang warga Kediri yang mengumpulkan sisa abu

vulkanik Gunung Kelud. Abu vulkanik yang dikumpulknya berguna untuk bahan

material bangunan dan dihargai Rp50.000,00 per karung (Detikcom, 2014).

Page 28: Abu vulkanik

28

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Dari pembahasan tentang abu vulkanik sebagai bahan bangunan dapat kita

ketahui bahwa abu vulkanik dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan

bangunan yang ekonomis. Abu vulkanik telah memenuhi persyaratan sebagi

bahan bangunan sesuai acuhan pada subbab 3.1. Setelah dianalisis abu vulkanik

memiliki kuat tekan sebesar 42,588 MPa, daya resap 8,348%, dan keausanya

adalah 0,0023 mm/menit. Nilai itu jauh lebih baik daripada yang dimiliki bahan

bangunan komersial. Semen Portland memiliki kuat tekan 33,772 MPa, resapan

11,391% dan keausan sebesar 0,1054 mm/menit. Jadi, abu vulkanik memiliki

kualitas yang lebih baik daripada bahan bangunan komersial (semen Portland).

Degan berbagai macam sistem pengolah abu vulkanik dapat dijadikan

berbagai macam produk keperluan pembangunan. Pencampuran abu vulkanik dan

semen dapat menghasilkan beton yang berkualitas. Beton yang dihasilkan

kualitasnya akan lebih baik daripada beton dari campuran pasir dan semen. Abu

vulkanik juga dimanfaatkan untuk pemubuatan batu bata ringan. Prosesnya

hampir mirip dengan pembuatan batu bata biasa [lihat subbab 3.2]. Metode

sreening digunakan untuk pembuatan material refraktori dari abu vulkanik.

Terakhir, abu vulkanik dapat dijadikan geopolimer dengan cara sintesis. Sintesis

dilakukan dengan cara mencampurkan abu vulkanik dengan larutan pengaktif

(NaOH dan air).

Dalam hal ekonomi, abu vulkanik merupakan sumber daya yang sangat

menguntungkan. Perekonomian masyarakat yang berada di sekitar gunung berapi

dapat meningkat dengan memanfaatkan abu vukanik sebagai salah satu sumber

mata pencaharian. Dengan berpikir positif dan kreatif abu vulkanik dapat menjadi

sumber kesejahteraan masyarakat.

4.2 Saran

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang

“alternatif pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan bangunan”. Makalah ini dapat

dijadikan sebagai sumber ilum untuk menambah pengetahuan. Selain itu, bagi

Page 29: Abu vulkanik

29

pihak yang tertarik dengan pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan bangunan,

makalah ini dapat menjadi referensi. Namun, kami selaku penulis menyadari

masih terdapat bayank kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, penelitian lebih

lanjut diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini. Kritik dan saran juga

terbuka bagi kami agar kedepan ketika kami membuat makalah kembali hasilnya

akan lebih baik.

Page 30: Abu vulkanik

30

Daftar Pustaka

Abidin dan Dadang Zainal. 1998. Hubungan Infiltrasi dan Sifat Fisik Tanah pada

Endapan Hasil Gunung Api Kuarter Daerah Bandung. Bandung: Program

Studi Ilmu Geologi PPS ITB.

Devnita dan Rina. 2010. Genesis dan Karakteristik Tanah Abu Gunung Api.

Bandung: Unpad Press.

Hirokawa, Osamu. 1980. Introduction to Description of Volcanoes and Volcanic

Rocks. Bandung: Pusat Pengembangan Teknologi Mineral.

Marti, at al. Volcanoes and The Environment. Cambridge: Cambridge University

Press.

Somawidjaja, Karma. 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.

Jakarta: Departemen PU-RI.

Putra, Randy Nugraha dan Brojol Sutijo SU. “Optimasi Kuat Tekan, Resapan, dan Keausan Paving Blok Abu Vulkanik dengan Pendekatan The Fuzzy Logics”.

Paper. Institut Sepuluh November Surabaya.