Top Banner
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196 STUDI HISTOLOGIS USUS HALUS SAPI ACEH Histological Study Small Intestine of Aceh Cattle Adi Firmansyah 1 , Dian Masyitha 2 , Zainuddin 2 , Fitriani 2 , Ummu Balqis 4 , Fadli A. Gani 5 , Azhar 6 1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 2 Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Email: [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang struktur histologis usus halus sapi aceh yang terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum. Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur histologi usus halus sapi aceh. Sampel penelitian diambil dari 3 ekor sapi aceh yang telah dewasa kelamin dan berjenis kelamin jantan yang dipotong di Rumah Potong Hewan Lambaro Aceh Besar. Terhadap sampel penelitian dilakukan proses mikroteknik untuk selanjutnya dilakukan pewarnaan Hematoksilin-eosin (HE). Pengamatan terhadap struktur histologi menggunakan mikroskop cahaya binokuler pembesaran 40x, 100x, dan 400x. Hasil penelitian menunjukkan, struktur histologi duodenum, jejunum dan ileum sapi aceh tersusun atas empat lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Tunika mukosa duodenum, jejunum dan ileum tersusun oleh epitel silindris selapis dan terdapat sel goblet. Ketebalan tunika mukosa duodenum yaitu: (396,68±6,5 μm), Jejunum (339,46±13 μm), dan Ileum (451,92±6,5 μm). Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar, buluh darah dan saraf. Tunika submukosa duodenum terdapat kelenjar brunner dan pada ileum terdapat nodulus limfoideus dengan ketebalan duodenum yaitu: (344,4±10 μm), Jejunum (227,98±7,8 μm), dan ileum (330,35±5,7 μm). Tunika muskularis tersusun oleh otot polos sirkular dan longitudinal dengan ketebalan masing-masing yaitu, duodenum (973,47±5,5 μm), Jejunum (475,5±9,8 μm) dan ileum (670,51±13 μm). Tunika serosa merupakan lapisan paling luar dari usus halus dengan ketebalan berturut-turut yaitu, (335,34 ±7,4 μm) duodenum, (231,33±6,9 μm) jejunum dan (354,67±11 μm) ileum. Kata kunci: Usus halus, duodenum, jejunum, ileum, sapi aceh ABSTRACT A Study to detect the microscopic structure of small intestine (duodenum, jejunum and ileum) of aceh cattle. The aims of this research was to know the histological structure of the small intestine in aceh cattle. The samples were collected from 3 of male aceh cattle in Lambaro Aceh Besar abattoir. The tissue samples were processed by microtechnique and Hematoksilin-eosin (HE). Microscopic analysis was performed using binocular light microscope 40x, 100 x, and 400x. The study showed that the wall of the duodenum, jejunum, and ileum are made up of four layers, that was tunica mucosa, submucosa, muscularis, and serosa. Tunica mucosa duodenum, jejunum and ileum consisted of ephitelium simple columnar cells and goblet celss. The thick of tunica mucosa duodenum are (396,68±6,5 μm), jejunum (339,46±13 μm), and ileum (451,92±6,5 μm). The submucosa contain connective tissue, arteriole, venole and nervous. The submucosa duodenum conside of glands brunners and ileum of nodulus limfoideus and thick of tunica submucosa duodenum are (344,4±10 μm), jejunum (227,98±7,8 μm), and ileum (330,35±5,7 μm). Tunica muscularis consists of two layers of smooth muscle inner circular and longitudinal. The thick of tunica mucularis are (973,47±5,5 μm) duodenum, (475,5±9,8 μm) jejunum and (670,51±13 μm) ileum. The tunika serosa forms the outermost layer with thick (335,34 ±7,4 μm) duodenum, (231,33±6,9 μm), jejunum and (354,67±11 μm) ileum. Keyword: Small intestine, duodenum, jejunum, ileum, sapi aceh PENDAHULUAN Sapi aceh ditetapkan sebagai rumpun sapi asli Indonesia pada tahun 2011 oleh Menteri Pertanian RI melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2907/Kpts/OT.140/6/2011, bahwa sapi aceh mempunyai keseragaman bentuk, fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan, sehingga perlu dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan keunggulannya untuk kepentingan pemuliaan (Permentan Nomer 2907, 2011). Sapi Aceh yang telah berkembang biak dengan baik di Provinsi Aceh mempunyai pola warna yang bervariasi mulai warna merah bata, kuning langsat, putih hingga berwarna hitam, dengan warna dominan adalah merah bata (Rasyid dkk., 2017). Beberapa keunggulan sapi aceh antara lain mempunyai adaptasi yang baik pada iklim ekstrim dan wilayah marginal, reproduksinya baik dan tahan terhadap penyakit di wilayah tropis (Abdullah dkk., 2007). Menurut Yusmadi dkk., (2014) sapi aceh tahan terhadap kondisi pakan yang jelek dan juga tahan terhadap serangan ekto dan endo parasit. Sistem pencernaan sapi berbeda dengan ternak kecil misalnya unggas, sistem pencernaan sapi salurannya cukup panjang. Hal ini dikarenakan sapi memiliki lambung ganda yang khas yaitu 189
8

ABSTRAK - Unsyiah

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

STUDI HISTOLOGIS USUS HALUS SAPI ACEH

Histological Study Small Intestine of Aceh Cattle

Adi Firmansyah1, Dian Masyitha

2, Zainuddin

2, Fitriani

2, Ummu Balqis

4, Fadli A. Gani

5, Azhar

6

1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

2Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang struktur histologis usus halus sapi aceh yang terdiri atas duodenum,

jejunum dan ileum. Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur histologi usus halus sapi aceh. Sampel penelitian

diambil dari 3 ekor sapi aceh yang telah dewasa kelamin dan berjenis kelamin jantan yang dipotong di Rumah Potong

Hewan Lambaro Aceh Besar. Terhadap sampel penelitian dilakukan proses mikroteknik untuk selanjutnya dilakukan

pewarnaan Hematoksilin-eosin (HE). Pengamatan terhadap struktur histologi menggunakan mikroskop cahaya

binokuler pembesaran 40x, 100x, dan 400x. Hasil penelitian menunjukkan, struktur histologi duodenum, jejunum dan

ileum sapi aceh tersusun atas empat lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika

serosa. Tunika mukosa duodenum, jejunum dan ileum tersusun oleh epitel silindris selapis dan terdapat sel goblet.

Ketebalan tunika mukosa duodenum yaitu: (396,68±6,5 µm), Jejunum (339,46±13 µm), dan Ileum (451,92±6,5 µm).

Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar, buluh darah dan saraf. Tunika submukosa duodenum terdapat

kelenjar brunner dan pada ileum terdapat nodulus limfoideus dengan ketebalan duodenum yaitu: (344,4±10 µm),

Jejunum (227,98±7,8 µm), dan ileum (330,35±5,7 µm). Tunika muskularis tersusun oleh otot polos sirkular dan

longitudinal dengan ketebalan masing-masing yaitu, duodenum (973,47±5,5 µm), Jejunum (475,5±9,8 µm) dan ileum

(670,51±13 µm). Tunika serosa merupakan lapisan paling luar dari usus halus dengan ketebalan berturut-turut yaitu,

(335,34 ±7,4 µm) duodenum, (231,33±6,9 µm) jejunum dan (354,67±11 µm) ileum. Kata kunci: Usus halus, duodenum,

jejunum, ileum, sapi aceh

ABSTRACT

A Study to detect the microscopic structure of small intestine (duodenum, jejunum and ileum) of aceh cattle.

The aims of this research was to know the histological structure of the small intestine in aceh cattle. The samples were

collected from 3 of male aceh cattle in Lambaro Aceh Besar abattoir. The tissue samples were processed by

microtechnique and Hematoksilin-eosin (HE). Microscopic analysis was performed using binocular light microscope

40x, 100 x, and 400x. The study showed that the wall of the duodenum, jejunum, and ileum are made up of four layers,

that was tunica mucosa, submucosa, muscularis, and serosa. Tunica mucosa duodenum, jejunum and ileum consisted of

ephitelium simple columnar cells and goblet celss. The thick of tunica mucosa duodenum are (396,68±6,5 µm), jejunum

(339,46±13 µm), and ileum (451,92±6,5 µm). The submucosa contain connective tissue, arteriole, venole and nervous.

The submucosa duodenum conside of glands brunners and ileum of nodulus limfoideus and thick of tunica submucosa

duodenum are (344,4±10 µm), jejunum (227,98±7,8 µm), and ileum (330,35±5,7 µm). Tunica muscularis consists of

two layers of smooth muscle inner circular and longitudinal. The thick of tunica mucularis are (973,47±5,5 µm)

duodenum, (475,5±9,8 µm) jejunum and (670,51±13 µm) ileum. The tunika serosa forms the outermost layer with thick

(335,34 ±7,4 µm) duodenum, (231,33±6,9 µm), jejunum and (354,67±11 µm) ileum. Keyword: Small intestine,

duodenum, jejunum, ileum, sapi aceh

PENDAHULUAN

Sapi aceh ditetapkan sebagai rumpun sapi asli Indonesia pada tahun 2011 oleh Menteri Pertanian RI melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2907/Kpts/OT.140/6/2011, bahwa sapi

aceh mempunyai keseragaman bentuk, fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan, sehingga perlu dilindungi, dilestarikan dan

dikembangkan keunggulannya untuk kepentingan pemuliaan (Permentan Nomer 2907, 2011). Sapi Aceh yang telah berkembang biak dengan baik di Provinsi Aceh mempunyai pola

warna yang bervariasi mulai warna merah bata, kuning langsat, putih hingga berwarna hitam,

dengan warna dominan adalah merah bata (Rasyid dkk., 2017). Beberapa keunggulan sapi aceh

antara lain mempunyai adaptasi yang baik pada iklim ekstrim dan wilayah marginal, reproduksinya

baik dan tahan terhadap penyakit di wilayah tropis (Abdullah dkk., 2007). Menurut Yusmadi dkk.,

(2014) sapi aceh tahan terhadap kondisi pakan yang jelek dan juga tahan terhadap serangan ekto

dan endo parasit. Sistem pencernaan sapi berbeda dengan ternak kecil misalnya unggas, sistem pencernaan

sapi salurannya cukup panjang. Hal ini dikarenakan sapi memiliki lambung ganda yang khas yaitu

189

Page 2: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

teridiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum (Hall, 2009). Keunikan lambung yang dimiliki sapi sehingga sapi di golongkan kedalam hewan ruminansia (Yuliayanto dan Cahyo, 2010).

Secara umum saluran pencernaan sapi dimulai dari rongga mulut, esofagus, lambung (rumen,

retikulum, omasum, abomasum), usus halus (duodenum, jejunum, ileum), usus besar (sekum, kolon, rektum) dan anus (Colville dan Bassert, 2009).

Saluran pencernaan merupakan saluran yang berperan penting dalam penyerapan nutrisi

seperti protein yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan otot atau daging. Saluran pencernaan

menyediakan air, elektrolit, dan makanan secara terus menerus pada tubuh. Hal tersebut dapat

dicapai melalui pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, sekresi getah pencernaan,

absorpsi hasil pencernaan, air dan elektrolit, sirkulasi darah melalui organ-organ pencernaan untuk

membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan pengaturan semua fungsi pencernaan oleh saraf dan hormon

(Telford dan Bridgman, 1995. Disitasi Selan dkk., 2016). Organ pencernaan yang berfungsi dalam proses penyerapan nutrisi adalah usus halus. Usus

halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya proses pencernaan dan absorbsi produk

pencernaan dan mempunyai peranan penting dalam transfer nutrisi (Suprijatna dkk., 2008). Usus

halus terletak antara lambung dan usus besar yang merupakan tempat utama terjadinya pencernaan

secara kimia dan penyerapan nutrisi. Secara anatomis usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu

duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus halus, pada

duodenum terjadi proses pencernaan kimiawi. Jejunum terletak diantara duedenum dan ileum,

sedangkan Ileum merupakan usus yang terletak antara jejunum dan usus besar. Fungsi utama ileum

adalah untuk penyerapan air sehingga penyerapan zat makanan akan lebih maksimal (Colville dan

Bassert, 2008). Secara umum struktur histologi usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) tersusun atas

lapisan mukosa, submukosa, muskularis dan serosa atau adventitia (Lesson dkk., 1996). Lapisan

mukosa terdiri dari lamina epitelia, lamina propria, dan muskularis mukosa. Lapisan submukosa

terdiri atas jaringan ikat padat tidak beraturan, pembuluh darah, limfe saraf dan juga ditandai

dengan adanya kelenjar brunners. Lapisan muskularis terdiri dari dua lapisan otot polos yang

tersusun memanjang (longitudinal) dan melingkar (sirkuler). Sedangkan Lapisan serosa terdiri dari

jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan sel adiposa (Poulsen, 2000). Studi tentang struktur histologi usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) sudah pernah

dilaporkan, diantaranya pada sapi bali (Susari dkk., 2009). Selain pada sapi bali studi histologis

usus halus juga juga pernah dilaporkan oleh (Rajput, 2006) pada domba gaddi dan penelitian yang

dilakukan oleh (Korkmaz dan Kum 2016) pada unta, serta penelitian yang dilakukan (Andleeb dkk.,

2009) pada kambing goddi. Studi tentang struktur histologi usus halus sapi aceh belum pernah

dilaporkan, oleh karena itu penelitian ini sangat perlu dilakukan untuk melengkapi informasi

tentang struktur histologi usus halus sapi aceh dengan menggunakan pewarnaan Hematoksilin-

Eosin (HE).

MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yaitu untuk mengetahui struktur histologi

jaringan usus terutama usus halus sapi aceh. Sampel dikumpulkan dari 3 ekor sapi aceh yang dipotong di rumah potong hewan Lambaro Aceh Besar. Sampel kemudian dibuat menjadi preparat

histologi dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE), lalu hasil pewarnaan diukur menggunakan software toupview yang dipadukan dengan mikroskop Olympus CX31.

Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam

bentuk gambaran histologi dan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Histologi Duodenum

190

Page 3: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap stuktur histologi duodenum sapi aceh tersusun atas

empat lapisan yaitu, tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa. Tunika

mukosa duodenum sapi aceh terdiri dari tiga lapisan utama yaitu, lamina epitelia, lamina propria

dan lamina muskularis mukosa. Tiga lapisan ini membentuk vili usus yang mengarah ke lumen.

Pada Lamina epitelia mukosa duodenum dilapisi oleh epitel silindris selapis. Selain epitel silindris

selapis juga banyak dijumpai adanya sel goblet, kripta liberkuhn dan sel paneth. Hal ini sesuai

dengan yang dilaporkan Verdiglione dkk., (2002) dari hasil penelitiannya pada sapi dan penelitian

yang dilakukan Kumar dkk., (2013) pada kambing, serta sesuai dengan yang dilaporkan Susari dkk.,

(2009) pada sapi bali. Hal ini menyimpulkan bahwa struktur histologi duodenum sapi aceh sama

dengan struktur histologi sapi bali dan sapi lainnya serta hewan ruminansia lain seperti pada

kambing. Sel goblet tersebar diantara sel epitel silindris selapis dan kripta liberkuhn. Sel goblet ini

berukuran lebih kecil dari kripta liberkuhn. Fungsi utama sel goblet adalah menghasilkan musin

yang berfungsi sebagai sekret untuk melindungi epitel mukosa saluran pencernaan dari kerusakan

yang disebabkan oleh mikroorganisme, makanan dan sekresi pencernaan berlebih (Korkmaz, 2016).

Kripta liberkuhn terletak diantara lamina propria dan memiliki lumen yang luas. Pada bagian

membran basal kripta liberkuhn terdapat paneth sel. Menurut Andleeb (2016), Sel paneth adalah sel

berbentuk piramid dengan nukleus yang bulat. Panet sel ini menghasilkan immunoglobulin, lisozim

dan enzim bakteriolitik yang berfungsi sebagai bagian dari mekanisme pertahanan alami usus halus

dari mikroorganisme patogen (Ouellette dkk., 2000). Lamina propria duodenum sapi aceh memperlihatkan lapisan tipis tersusun atas jaringan

ikat, terletak diantara sel-sel liberkuhn dan lamina epitelia mukosa duodenum. Pada lamina propria

ini banyak di temukan adanya limfosit. Limfosit berfungsi sebagai mekanisme pertahanan yang

spesifik terhadap mikroorganisme patogen pada usus halus (Deshmukh, 2003). Lamina muskularis

mukosa duodenum sapi aceh terdiri atas otot polos yang terlihat sangat jelas dan seragam pada

lapisan mukosa dengan menggunakan pewarnaan Hematoksilin-eosin. Berbeda halnya dengan

penelitian Parveen dkk., (2014) pada domba, Said dan Moussa (2015) pada kambing,

mengungkapkan bahwa tunika muskularis mukosa pada duodenum tidak tersusun jelas dan merata

disetiap lapisan mukosa duodenum. Struktur histologi duodenum sapi aceh dapat dilihat pada

gambar 1.

A B

Gambar 1. A. Struktur histologi duodenum sapi aceh. B. Tunika mukosa duodenum sapi aceh. Tunika mukosa (Tmk), tunika submukosa (Tsm), tunika muskularis (Tmu), tunika serosa (Tse),

lamina epitelia (Le), lamina propria (Lp), lamina muskularis mukosa (Lm), kripta liberkuhn (Kl), sel goblet (Sg), epitel silindris selapis (Es), sel paneth (Sp) dan limfosit (Li). Pewarnaan HE,

perbesaran 40 dan 400 kali.

Tunika submukosa sapi aceh terlihat sangat jelas dan tebal, tersusun atas jaringan ikat,

pembuluh darah arteri dan vena, saraf, juga terdapat nodulus limfoid dengan pusat germinal. Pada tunika submukosa juga dijumpai adanya kelenjar intestinal duodenal (brunners). Kelenjar brunners

pada duodenum sapi aceh terlihat sangat banyak pada lapisan submukosa. Lumen kelenjar brunner

191

Page 4: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

sangat lebar dan kelenjar menunjukkan lobulus yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang terdiri dari

serat kolagen dan retikuler. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Salehi dan Sharifabad (2015),

dari hasil penelitiannya pada kerbau Iranian. Menururt Krause (2000) dan Verdiglione dkk., (2002)

menyatakan bahwa fungsi utama kelenjar brunner adalah melindungi lapisan mukosa duodenum

dari isi lambung yang sangat asam, karena kelenjar brunner mengandung glikoprotein mucin netral

atau asam atau kombinasi kedua jenis mucin. Tunika muskularis sapi aceh tersusun atas dua lapisan otot polos yang tersusun sirkuler

dalam dan longitudinal luar. Diantara dua lapisan otot ini dijumpai adanya pleksus saraf

mesenterika dan buluh darah. Menurut Eurell dan Frappier, (2006) kombinasi dari dua lapisan otot

ini menyebabkan kontraksi otot serta menghasilkan gerakan peristaltik usus yang berfungsi untuk memecah makanan serta membawanya ke organ pencernaan selanjutnya.

Tunika serosa duodenum terdapat sel adiposa, terdapat pembuluh darah dan jaringan ikat longgar. Menurut Bansal dkk., (1993b) menyatakan inervasi jaringan ikat ini dilakukan oleh

mesotelium. Tunika submukosa, muskularisa dan serosa duodenum sapi aceh dapat dilihat pada gambar 2.

A B

Gambar 2. A. Tunika submukosa duodenum sapi aceh. B. Tunika Muskularis dan Serosa

duodenum. Tunika mukosa (Tmk), tunika submukosa (Tsu), nodulus limfoideus (Ni), kelenjar

brunners (Kb), vena (Ve), arteri (Ar), jaringan ikat (Ji), tunika muskularis (Tmu), otot sirkuler (Os), otot longitudinal (Ol), pleksus mesenterium (Pm), tunika serosa (Tse) dan lemak (Le). Pewarnaan

Hematoksilin-eosin, Perbesaran 40 kali.

Struktur Histologi Jejunum Hasil pengamatan struktur histologi jejunum sapi aceh menunjukkan bahwa struktur

histologi jejunum tidak berbeda dengan struktur histologi usus halus pada umumnya (duodenum,

jejunum dan ileum), terdiri atas empat lapisan utama yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika

muskularis, dan tunika serosa. Jenis sel epitel yang ditemukan pada lamina epitelialia identik sama

dengan yang ditemukan pada duodenum yaitu epitel silindris selapis yang melekat pada membran

basal mukosa usus. Hal ini didukung oleh penelitian Hasanzadeh dan Monazzah (2011), pada

kerbau. Pada lamina epitelia juga ditemuakan adanya sel goblet, selain itu juga ditemuakan adanya

kelenjar intestinal (kripta liberkuhn) dan sel paneth. Sama hal nya dengan duodenum, pada jejunum

juga banyak ditemukan limfosit yang terletak pada lamina propria mukosa. Berbeda halnya dengan

penelitian Hasanzadeh dan Monazzah, (2011) pada kerbau yang mengungkapkan bahwa pada

lapisan muskularis mukosa terdapat nodulus limfatik, namun pada penelitian ini tidak ditemukannya

nodulus limfatik pada lapisan muskularis mukosa jejunum sapi aceh. Gambaran lapisan histologi

jejunum sapi aceh dapat dilihat pada gambar 3.

192

Page 5: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

A B

Gambar 3. A. Struktur histologi jejunum sapi aceh. B. Tunika mukosa jejunum sapi aceh. Tunika

mukosa (Tmk), tunika submukosa (Tsu), tunika muskularis (Tmu), tunika serosa (Tse), otot sirkuler

(Os), otot longitudinal (Ol), sel goblet (Sg), epitel silindris selapis (Es), kripta liberkuhn (Kl), limfosit (Li), lamina epithelia (Le), lamina propria (Lp) dan lamina muskularis mukosa (Lm).

Pewarnaan Hematoksilin-eosin (HE), perbesaran 40 dan 400 kali.

Tunika submukosa jejunum terlihat sama dengan duodenum yang terdiri atas jaringan ikat

longgar, pembuluh darah arteriole dan venole, saraf, juga terdapat nodulus limfoid dengan pusat

germinal. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Susari dkk., (2009) pada sapi bali serta Salehi dan

Sharifabad (2015), pada kerbau. Tunika muskularis jejunum terdiri dari otot polos yang tersusun

melingkar dan memanjang. Tunika muskularis jejunum sapi aceh banyak terdapat jaringan ikat

longgar, buluh darah dan pleksus mesenterium serta sangat terlihat jelas antara batas otot polos

sirkular dengan otot polos longitudinal. Tunika serosa jejunum sapi aceh terdiri atas jaringan ikat

longgar serta sedikit pembuluh darah perifer. Tunika submukosa, muskularis dan serosa dapat

dilihat pada gambar 4.

A B

Gambar 4. A. Tunika submukosa, muskularisa dan serosa jejunum sapi aceh,. B. Tunika

submukosa jejunum sapi aceh dengan nodulus limfoideus. Tunika submukosa (Tsu), otot sirkuler

(Os), otot longitudinal (Ol), tunika serosa (Tse), pleksus mesenterium (Pm), arteri (Ar) dan nodulus limfoideus (Nl). Pewarnaan Hematoksilin-eosin (HE) perbesaran 40 dan 400 kali.

Struktus Histologi Ileum Sapi Aceh Secara garis besar struktur histologi ileum sapi aceh tidak berbeda dengan struktur histologi

duodenum dan jejunum. Tunika mukosa yang terdiri atas lamina epitelia, lamina propria dan lamina

muskularis mukosa. Lamina epitelia dilapisi oleh epitel silindris selapi dan sel goblet. Lamina

propria terdapat jaringan ikat, saraf, serta banyaknya limfosit. Sedangkan lamina muskularis

mukosa terdiri atas serat otot polos yang jelas dan seragam. Hal ini didukung oleh penelitian Hasan

dan Mousa (2015), pada kambing. Ileum memiliki vili yang panjang dibandingkan dengan duodenum dan jejunum. Ciri khas

ileum adalah adanya sebaran nodulus limfoid yang berukuran besar dan banyak dibandingkan dengan duodenum dan jejunum. Nodulus limfoid membentuk agregasi pada tunika submukosa

193

Page 6: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

untuk membentuk nodulus lymphoideus aggregatus submucosus (payer’s patch). Setiap nodulus

limfoideus memperlihatkan adanya pusat germinal (Traumann dan Fiebiger, 2002). Pada penelitian

ini dijumpai adanya nodulus limfoideus pada tunika submukosa dalam jumlah yang sangat banyak

sepanjang tunika submukosa dan dengan ukuran yang beragam. Menurut Newberry (2008),

menyatakan bahwa nodulus limfoideus ini merupakan penghasil antibodi dan bertindak sebagai

makrofag serta membentuk sawar imunologik pada ileum. Adanya nodulus limfoideus pada ileum

dalam jumlah yang sangat banyak ini kemungkinan berhubungan dengan ketahanan tubuh sapi aceh

yang tahan terhadap kondisi pakan yang jelek. Tunika muskularis ileum tidak berbeda dengan duodenum dan jejunum yang tersusun dari

otot polos melingkar dan memanjang. Tunika muskularis ileum sapi aceh tidak banyak terdapat

jaringan ikat longgar sebagaimana jejunum, serta terdapat otot polos sirkular dan otot polos

longitudinal. Tunika serosa ileum sapi aceh terdiri atas jaringan ikat longgar serta sedikit pembuluh

darah perifer. Struktur histologi ileum sapi aceh yang terdiri dari empat lapisan dapat dilihat pada

gambar 5.

A B

Gambar 5. A. Struktur histologi Ileum sapi aceh potongan transversal. B. Struktur histologi Ileum

sapi aceh potongan longitudinal. tunika mukosa (Tmk), tunika submukosa (Tsu), tunika muskularis

(Tmu), lamina epitelia (Le), lamina propria (Lp), lamina muskularis mukosa (Lm), pleksus mesenterium (Pm), nodulus limfoideus (Nl), tunika serosa (Tse), otot sirkuler (Os), otot longitudinal

(Ol), arteri (Ar). Pewarnaan hematoksilin-eosin (HE), perbesaran 40 kali.

Ketebalan Lapisan Usus Halus Sapi Aceh Berdasarkan hasil pengukuran ketebalan lapisan duodenum, jejunum dan ileum sapi aceh

yang terdiri atas tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa diperoleh

hasil bahwa tunika mukosa duodenum memiliki ketebalan (396,68±6,5 µm), tunika submukosa

(344,4±10 µm), tunika muskularis (973,47±5,5 µm) dan tunika serosa (335,34±7,4 µm). Hasil

pengukuran lapisan jejunum yaitu, tunika mukosa memiliki ketebalan (339,46±13 µm), tunika

submukosa (227,98±7,8 µm), tunikan muskularis (475,5±9,8 µm) dan tunika serosa (231,33±6,9

µm). Sedangkan hasil pengukuran ketebalan lapisan ileum yaitu, tunika mukosa (451,92±6,5 µm),

tunika submukosa (330,35±5,7 µm), tunika muskularis (670,51±13 µm) dan tunika serosa

(354,67±11 µm). Hasil pengukuran ketebalan tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa

sapi aceh disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran ketebalan lapisan usus halus sapi aceh.

Lapisan Usus Halus

Duodenum Jejunum Ileum

(µm) (µm) (µm)

Mukosa 396,68±6,5 339,46±13 451,92±6,5 Submukosa 344,4±10 227,98±7,8 330,35±5,7

Muskularis 973,47±5,5 475,5±9,8 670,51±13

Serosa 335,34±7,4 231,33±6,9 354,67±11

194

Page 7: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

Berdasarkan data diatas, hasil pengukuran ketabalan setiap lapisan usus halus yaitu tunika

mukosa, submukosa, muskularis dan serosa sapi aceh, tunika mukosa ileum memiliki lapisan yang

lebih tebal dibandingkan dengan tunika mukosa duodenum dan jejunum. Hal ini sesuai dengan

penelitian Susari dkk., (2009) yang menyatakan bahwa ileum sapi bali memiliki lapisan yang lebih

tebal dari duodenum dan jejunum. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajput

(2006), pada kambing, menyatakan bahwa jejunum memiliki lapisan yang lebih tebal dibandingkan

duodenum dan jejunum. Hasil pengukuran tunika submukosa, duodenum memiliki lapisan yang paling tebal

dilanjutkan dengan ileum dan jejunum. Hal ini dikarenakan pada lapisan submukosa duodenum

terdapat kelenjar intestinal yaitu brunners dan pada ileum terdapat nodulus limfoideus dalam jumlah

yang banyak, berbeda dengan jejunum yang memilki nodulus limfoideus yang relatif sedikit. Hal ini

didukung oleh penelitian Rajut, (2006) pada domba goddi dan penelitian Susari dkk., (2009) pada

sapi bali. Pada tunika muskularis sapi aceh, hasil pengukuran yang paling tebal terdapat pada bagian

duodenum, selanjutnya ileum dan jejunum. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan susari

dkk., 2009 pada sapi bali yang menyatakan ileum memiliki lapisan yang lebih tebal dibandingkan

dengan duodenum dan jejunum. Sedangkan pada tunika serosa, hasil pengukuran lapisan usus yang

paling tebal terdapat pada bagian ileum, dilanjutkan dengan duodenum dan jejunum.

PENUTUP

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa struktur histologis usus halus sapi

aceh terdiri dari empat lapisan yaitu, tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa. Tebal masing-masing lapisan usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) berturut- turut adalah tunika mukosa (396,68±6,5 µm) duodenum, (339,46±13 µm) jejunum dan (451,92±6,5

µm) ileum. Tunika submukosa (344,4±10 µm) duodenum, (227,98±7,8 µm) jejunum dan (330,35±5,7 µm) ileum. Tunika muskularis (973,47±5,5 µm) duodenum, (475,5±9,8 µm) jejunum

dan (670,51±13 µm) ileum. Sedangkan tunika serosa memiliki ketebalan (335,34±7,4 µm)

duodenum, (231,33±6,9 µm) jejunum dan (354,67±11 µm) ileum.

Saran Mengingat masih sedikitnya informasi mengenai sapi aceh khususnya pada bidang anatomi

mikro, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait organ lain pada sapi aceh seperti usus besar, pankreas, hati, ginjal, kelenjar pertahanan dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah. M.A.N., 2008. Hubungan Kekerabatan Sapi Aceh dengan Menggunakan Daerah Displacement-

loop. Jurnal Agripet 8(2). Andleeb. R., R. Rajesh, K. Massarat, M.A. Baba, F.A. Dar. J. Massuood. 2016. Histomorphological Study of

the Small Intestine in Gaddi Goat. Indian Journal of Veterinary Anatomy. 28(2). Colville, T dan J.M. Bassert. 2008. Clincal Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians, Second

Edision. Elsevier, United State Of America. Colville, T dan J.M. Bassert. 2009. Clincal Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians, Thirt

Edision. Elsevier, United State Of America. Deshmukh, S. 2003. “A textbook of histology” Dominant publisher, New Delhi, 1st edisi. 170 – 183.

Eurell, J. dan B. L. Frappier. 2006. In “Textbook of Veterinary Histology”. Lea and Febiger, Philadelphina.

6th Edisi. 153 – 193. Hall. J.B., 2009. Nutrition and Feeding of the Cow-Calf Herd: Digestive System of the Cow. Virginia

Polytechnic Institute and State University. Hassan S. A., and E. A. Moussa. 2015. Light And Scanning Electron Microscopy Of The Small Intestine Of

Goat (Capra hircus). Journal of Cell and Biology. 9(1). Hasanzadeh, S. and Monazzah, S. (2011) Gross morphology, histomorphology and histomorphometry of the

jejunum in the adult river buffalo. Iranian J. Vet. 12(2): 99-106.

195

Page 8: ABSTRAK - Unsyiah

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 September 2019, 3(4):189-196

Jamaliah. 2010. Pelestarian Plasma Nutfah Sapi Aceh. Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) sapi Aceh Indrapuri. Aceh.

Kiernan, J. A. 1990. Histological and Histochemichal Method: Theory and Practise. 2nd Ed. Pergamon Press, New York.

Korkmaz, D. dan S. Kum. 2016. A Histological And Histochemical Study Of The Small Intestine Of The Dromedary Camel (Camelus dromedarius). Journal of Camel Practice and Research. 23(1): 111-116.

Krause W.J. 2000. Brunner's glands: A structural, histochemical and pathological profile. Progress In Histochemistry and Cytochemistry. 35(4): 259-367.

Kumar, P., Kumar, Pawan, Singh, J. and Poonia, A. 2013. Histological architecture and histochemistry of duodenum of the sheep (Ovis aries). Indian Journal of Veterinary Anatomy. 25(1): 30-32.

Lesson, C.R., S.L. Thomas., A.P. Antoni. 1996. Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Newberry, R.D. 2008. Intestinal lymphoid tissues: Is variety an asset or a liability. Curr. Opin. Gastroenterol. 24: 121-128.

Ouellette, A., D.P. Satchell, M. M. Hsiech, S.I. Hagen, M.E. Selsted, 2000. Characterization of luminal

Paneth cell a-defensins in mouse small intestine. Journal of Biological Chemistry. 275: 33969-

33973.

Parveen, K., K. Pawan, G. Singh, A. Poonia dan T. Parkash. 2014. Histological architecture and histochemistry of jejunum of sheep (ovis aries). Haryana Vet. 53 (1): 55-57.

Permentan. 2011. Surat Keputusan Kementerian Pertanian Nomor : 2907/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi Aceh.

Poulsen, D.F. 2000. Histology and Cell Biology, Examination and Board Riview, Fourth Edition. McGRAW-Hill Companies. Singapore.

Rasyid. A., Y. Adinata, Yunizar, dan L. Affandhy. 2017. Karakteristik Fenotip dan Pengembangan Sapi Aceh di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal MADURANCH. 2(1).

Rajput, R. 2006. Anatomical Studies On The Intestines Of Gaddi Sheep. Thesis. Department of Anatomy

and Histology, College of Veterinary and Animal Sciences. CSK Himachal Pradesh Krishi

Vishvavidyalaya, Palampur~176 062 (H.P.)

Said, A.H. dan E. A. Moussa. 2015. Light and scanning electron microscopy of small intestine of goat.

Journal of cell and animal biology. 9(1): 1-8. Salehi, F dan M. Sharifabad. 2015. Histochemical Study Of Brunner Glands In Iranian Buffalo. Journal Of

Zoology. 4(3). 2319-3883. Selan, Y.N., F.A. Amalo, D.L. Kusindarta, R. Widayanti, M.A. Gelolodo. 2016. Anatomy Study On Small

Intestine Of Pteropus vampirus From Timor Island. Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Supartini. N., dan H. Darmawan. 2012. Strategi Pemberdayaan Peternakan dalam Usaha Konservasi Sapi Jawi Pandaan di Kecamatan Prigen Kecamatan Pasuruan. Jurnal Buana Sains 12(2): 27-34.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono., R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak . Penebar Swadaya, Jakarta. Susari, N.N.W., N.L.E. Setiasih, dan N.K. Suwiti, 2009. Struktur Histologi Duodenum, Jejenum dan Ileum

Sapi Bali. Jurnal Veteriner; 10: 36-40. Trautman, A. dan J. Fiebiger. 2002. “Fundamentals of the histology of domestic animals”. Greenworld

Publishers, Lucknow, 1st

. India Reprint. 180 – 216.

Verdiglione R, C.L. Mammola dan U. Filotto. 2002. Glycoconjugate histochemistry of bovine Brunner glands. Journal Annals of Anatomy. 184: 61-69.

Yuliyanto, P dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. penebar swadaya, Jakarta. Yusmadi, Muhtar, dan S. Arniaty. 2014. Perbandingan daya tahan tubuh sapi aceh dengan sapi brahman

cross. Prosiding Seminar Nasional Peternakan. Kontribusi Ternak Lokal dalam Menunjang Kecukupan Protein Hewani. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. 10-19.

196