Top Banner
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan kesehatan, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Saat ini, perawat professional yang memberikan asuhan keperawatan sistem pernapasan bertanggung jawab dalam melaksanakan proses asuhan keperawatan secara komprehensif. Proses tersebut meliputi bio-psiko-sosio- kultural yang berbasis pada disiplin ilmu dalam ruang lingkup asuhan keperawatan sistem pernapasan yang mencakup pengenalan konsep anatomi dan fisiologi, patofisiologi penyakit, yang nantinya akan mengarah kepada terjadinya masalah keperawatan, pengkajian untuk menegakan masalah keperawatan, perencanaan dan implementasi tindakan keperawatan, serta evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan. Penyusun membahas mengenai “ ABSES PARU ” ini bertujuan untuk memudahkan pembaca terutama para perawat professional dalam memahami penyakit abses baru beserta asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien dengan gangguan sistem pernapasan (Abses paru). Untuk materi yang disajikan, penyusun mencoba menggabungakan beberapa konsep asuhan keperawatan dari beberapa literature yang sesuai dengan konsep dasar asuhan keperawatan. i
33

Abses Paru Edit

Feb 11, 2016

Download

Documents

Helmi

Abses Paru Edit
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Abses Paru Edit

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberi rahmat dan kesehatan, sehingga penulisan makalah ini

dapat terselesaikan.

Saat ini, perawat professional yang memberikan asuhan keperawatan

sistem pernapasan bertanggung jawab dalam melaksanakan proses asuhan

keperawatan secara komprehensif. Proses tersebut meliputi bio-psiko-sosio-

kultural yang berbasis pada disiplin ilmu dalam ruang lingkup asuhan

keperawatan sistem pernapasan yang mencakup pengenalan konsep anatomi

dan fisiologi, patofisiologi penyakit, yang nantinya akan mengarah kepada

terjadinya masalah keperawatan, pengkajian untuk menegakan masalah

keperawatan, perencanaan dan implementasi tindakan keperawatan, serta

evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Penyusun membahas mengenai “ ABSES PARU ” ini bertujuan untuk

memudahkan pembaca terutama para perawat professional dalam memahami

penyakit abses baru beserta asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada

pasien dengan gangguan sistem pernapasan (Abses paru).

Untuk materi yang disajikan, penyusun mencoba menggabungakan

beberapa konsep asuhan keperawatan dari beberapa literature yang sesuai

dengan konsep dasar asuhan keperawatan.

Akhir kata, penyusun mengharapakan adanya masukan, kritik dan saran

yang membangun dalam bentuk apapun demi perbaikan makalah dimasa

mendatang.

Jakarta, 15 September 2014

Penyusun

i

Page 2: Abses Paru Edit

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULAN....................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................1

B. Rumusan masalah...........................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................2

D. Sistematika Penyusunan.................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3

A. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.......................................................3

B. Konsep Abses Paru..........................................................................................6

BAB 3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN......................................................14

A. Pengkajian.....................................................................................................14

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.........................................................14

BAB 4 PENUTUP........................................................................................................19

A. Kesimpulan...................................................................................................19

B. Saran.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 3: Abses Paru Edit

BAB IPENDAHULAN

A. Latar belakangOrgan penting merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia.

Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat

pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida yang

merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga

kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia,

tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah

peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang

mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup

serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan

berbagai penyakit paru – paru.

Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material

purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses

terinfeksi. Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan

gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau

komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob

maupun anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.

Penelitian pada penderita Abses paru nosokomial ditemukan kuman aerob seperti

golongan enterobacteriaceae yang terbanyak. Sedangkan penelitian dengan teknik

biopsi perkutan atau aspirasi transtrakeal ditemukan terbanyak adalah kuman

anaerob.

Terapi ideal harus berdasarkan penemuan kuman penyebabnya secara kultur

dan sensitivitas. Pada makalah ini akan dibahas Abses paru mulai patogenesis, terapi

dan prognosa sebagai penyegaran teori yang sudah ada.

B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan

masalah yaitu sebagai berikut :

1. Apa konsep dasar abses paru?2. Apa pengertian abses paru ?

1

Page 4: Abses Paru Edit

3. Apa klasifikasi abses paru?4. Apa etologi abses paru?5. Bagaimana patofisiologi dari abses paru?6. Apa manifestasi klinis dari abses paru?7. Apa komplikasi dari abses paru?8. Apa pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan pada pasien abses paru?9. Bagaimana penatalaksanaan dari abses paru?10. Bagaimana cara mencegah terjadinya abses paru?11. Asuhan keperawatan yang bagaimana yang diberikan kepada pasien abses paru?

C. Tujuan Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas

Sistem Keperawatan Respirasi 1 yang berjudul ” Abses Paru ”. Tujuan khusus

penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada

rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca dapat memahami tentang konsep

dasar teori Abses Paru serta proses keperawatan yang diberikan kepada klien.

D. Sistematika PenyusunanPenyusunan makalah ini terdiri dari IV (empat) bab yang disusun secara

sistematis. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan

penulisan.

BAB II : Landasan teori, yang terdiri dari anatomi dan fisiologi sistem pernapasan,

konsep dasar Abses Paru, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan.

BAB III : Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, dan evaluasi.

BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

2

Page 5: Abses Paru Edit

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan1. Pengertian

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan

aktivitas berbagai organ atau sel. Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan aktivitas

berbagai organ sel (Carpenita, 2006)

a. Saluran Pernapasan Bagian Atas

Saluran pernapasan atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan

melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan terdiri dari:

1) Hidung

Hidung adalah saluran udara yang pertama mempunyai dua

lubang(kavumnasi),dipisahkan oleh sekat hidung(septum nasi).

(Drs.H.Syaifuddin, 2006)

2) Faring

Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar

tenggorok sampai esophagus yang terletak di belakang nasofaring (di

belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring

(laringofaring). (Sedarmayanti, 2007)

3) Laring (Tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas

bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri

atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.

4) Epiglotis

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu

menutup laring pada saat proses menelan. (K.D. Jayanto, 2008)

3

Page 6: Abses Paru Edit

b. Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan

menghasilkan surfaktan. Saluran ini terdiri dari:

1) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang ± 9 cm yang

dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.

Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi

selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia yang dapat mengeluarkan

debu atau benda asing. (Graha, 2008)

2) Bronkus

Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang

terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan

lebar daripada bagian kiri yang memiliki 3 lobus atas, tengah, dan bawah,

sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari

lobus atas ke bawah. (Ngastiyah, 2007)

3) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.

4) Alveolus

Alveolus itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epithelium pipih, dan disinilah

darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Suatu jaringan pembuluh

darah kapiler mengitari alveolus dan pertukaran gas pun terjadi.

5) Paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam

rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru

terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura

viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru

sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan

kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh

darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru

4

Page 7: Abses Paru Edit

memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai

tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. (Asih Y dan Effendy2004)

2. Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri dari tiga tahap, yaitu

ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas/perfusi.

a. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke

dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang

terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik

napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi

diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal.

Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari

depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot

karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu.

Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh

beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,

adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan

ekspansi, refleks batuk dan muntah.

b. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler

paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan

perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.

c. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan

tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah,

latihan(exercise), eritrosit dan Hb.

5

Page 8: Abses Paru Edit

B. Konsep Abses Paru1. Pengertian

a. Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu rongga

(rongga abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas. (Rassner et al, 2005:

257)

b. Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus

(bakteri, jaringan nekrotik dan SDP). (Smeltzer, S.C et al, 2004:496)

c. Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang terbentuk akibat

kerusakan jaringan. (EGC, 2005:5)

2. Etiologi

Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari pneumonia

aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut. Penderita abses paru biasanya

memiliki masalah periodontal (jaringan di sekitar gigi). Sejumlah bakteri yang

berasal dari celah gusi sampai ke saluran pernafasan bawah dan menimbulkan

infeksi. Tubuh memiliki sistem pertahanan terhadap infeksi semacam ini,

sehingga infeksi hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun,

seperti yang ditemukan pada seseorang yang berada dalam keadaan tidak

sadar atau sangat mengantuk karena pengaruh obat penenang, obat bius atau

penyalahgunaan alcohol, Penderita penyakit sistem saraf. Jika bakteri tersebut

tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, maka akan

terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari kemudian berkembang

menjadi nekrosis (kematian jaringan), yang berakhir dengan pembentukan

abses.Mekanisme pembentukan abses paru lainnya adalah bakteremia atau

endokarditis katup trikuspidalis, akibat emboli septik pada paru-paru.

Pada 89% kasus, penyebabnya adalah bakteri anaerob. Yang paling

sering adalahPeptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium dan

Microaerophilic streptococcus. Organisme lainnya yang tidak terlalu

sering menyebabkan abses paru adalah:

a. Staphylococcus aureus

b. treptococcus pyogenes

c. Streptococcus pneumoniae

6

Page 9: Abses Paru Edit

d. Klebsiella pneumoniae

e. Haemophilus influenzae

f. spesies Actinomyces dan Nocardia

g. Basil gram negatif

Penyebab non-bakteri juga bisa menyebabkan abses paru, diantaranya:

a. Parasit (Paragonimus, Entamoeba)

b. Jamur(Aspergillus, Cryptococcus, Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides)

c. sMycobacteria.

( Asher dan Beandry, 2004)

3. Patofisiologi

menurut Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) adalah:

Bila terjadi aspirasi, kuman Klebsiela Pneumonia sebagai kuman

komensal di saluran pernafasan atas ikut masuk ke saluran pernafasan

bawah, akibat aspirasi berulang, aspirat tak dapat dikeluarkan dan

pertahanan saluran nafas menurun sehingga terjadi keradangan. Proses

keradangan dimulai dari bronki atau bronkiol, menyebar ke parenchim paru

yang kemudian dikelilingi jaringan granulasi. Perluasan ke pleura atau

hubungan dengan bronkus sering terjadi, sehingga pus atau jaringan

nekrotik dapat dikeluarkan. Drainase dan pengobatan yang tidak memadai

akan menyebabkan proses abses yang akut akan berubah menjadi proses

yang kronis atau menahun.

4. PATHWAY ABSES PARU

5. Manifestasi Klinis

a. Kelelahan

b. hilang nafsu

7

Page 10: Abses Paru Edit

c. makan

d. berat badan menurun

e. berkeringat

f. demam

g. batuk berdahak

h. Dahaknya bisa mengandung darah.

Dahak seringkali berbau busuk karena bakteri dari mulut atau

tenggorokan cenderung menghasilkan bau busuk. Ketika bernafas, penderita

juga bisa merasakan nyeri dada, terutama jika telah terjadi peradangan

pada pleura.

Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala

pneumonia pada umumnya yaitu:

1) Panas badan

Dijumpai berkisar 70% – 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai

dengan temperatur > 400C.

2) Batuk

pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses

dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas

(Foetor ex oroe).

3) Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 –

75% penderita abses paru.

4) Nyeri yang dirasakan di dalam dada.

5) Batuk darah

6) Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan.

Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup pada

perkusi, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta

takikardi.

6. Komplikasi dan Prognosis Beberapa komplikasi yang muncul:

a. Empiema

b. Abses otak

c. Atelektasis

d. Sepsis

8

Page 11: Abses Paru Edit

Prognosis Beberapa factor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru

sebagai berikut:

a. Anemia dan hipoalbuminemia

b. Abses yang besar

c. Lesi obstruksi

d. Bakteri aerob

e. Immunocompromised

f. Usia tua

g. Gangguan intelegensia

h. Perawatan yang terlambat

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Gambaran Radiologis

Pada foto torak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan

tanda-tanda konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau

tunggal dengan ukuran f 2 – 20 cm.

Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri.

Bila terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air

fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-

tanda konsolidasi (opasitas).

b. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih

dari 12.000/mm3 (90% kasus) bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai

dengan 32.700/mm3. Laju endap darah ditemukan meningkat > 58 mm /

1 jam.Pada hitung jenis sel darah putih didapatkan pergeseran shit to the left

c. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH merupakan

pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik secara tepat.

d. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotikan merupakan cara

terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis.

8. Penatalaksanaan

Untuk penyembuhan sempurna diperlukan antibiotik,

baik intravena (melalui pembuluh darah) maupun per-oral (melalui mulut).

Pengobatan ini dilanjutkan sampai gejalanya hilang dan rontgen dada menunjukkan

9

Page 12: Abses Paru Edit

bahwa abses telah sembuh. Untuk mencapai perbaikan seperti ini, biasanya

antibiotik diberikan selama 4-6 minggu. Pada rongga yang berukuran besar

(diameter lebih dari 6 cm), biasanya perlu dilakukan terapi jangka panjang.

Perbaikan klinis, yaitu penurunan suhu tubuh, biasanya terjadi dalam waktu

3-4 hari setelah pemberian antibiotik. Jika dalam waktu 7-10 hari setelah

pemberian antibiotik demam tidak juga turun, berarti telah terjadi kegagalan terapi

dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut untuk menentukan

penyebab dari kegagalan tersebut.

Hal -hal yang perlu dipertimbangkan pada penderita yang memberikan

respon yang buruk terhadap pemberian antibiotik adalah penyumbatan bronkial

oleh benda asing atau tumor; atau infeksi oleh bakteri, mikobakteri maupun jamur

yang resisten.

Pada abses paru tanpa komplikasi sangat jarang dilakukan pembedahan.

Indikasi pembedahan biasanya adalah kegagalan terhadap terapi medis, kecurigaan

adanya tumor atau kelainan bentuk paru-paru bawaan. Prosedur yang dilakukan

adalah lobektomi atau pneumonektomi. Angka kematian karena abses paru

mencapai 5%. Angka ini lebih tinggi jika penderita memiliki gangguan sistem

kekebalan, kanker paru-paru atau abses yang sangat besar.

Penatalaksanaan Abses paru harus berdasarkkan pemeriksaan mikrobiologi

dan data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat

ringannya infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses

paru :

a. Medika Mentosa

Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33% pada era

antibiotika maka tingkat kematian dan prognosa abses paru menjadi lebih

baik. Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin pada saat ini

dijumpai peningkatan Abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs

(lebih dari 35% kuman gram negatif anaerob). Maka bisa dipikrkan untuk

memilih kombinasi antibiotika antara golongan penicillin G dengan

clindamycin atau dengan Metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan

Cefoxitin. Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem dengan B Lactamase

inhibitase, pada penderita dengan pneumonia nosokomial yang

berkembang menjadi Abses paru. Waktu pemberian antibiotika tergantung

10

Page 13: Abses Paru Edit

dari gejala klinis dan respon radiologis penderita. Penderita diberikan terapi

2-3 minggu setelah bebas gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan

antibiotika minimal 2-3 minggu.

b. Drainase

Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15

menit diperlukan untuk mempercepat proses resolusi Abses paru. Pada

penderita Abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu

dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.

c. Bedah

Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:

1) Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika

2) Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi

BAB 3KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Anamnesa :

Klien biasanya mengeluh batuk, Demam, Sesak napas, Seputum supuren dan

berbau, terlihat pasien menggigil, napas cepat, suhu lebih dari 40 ̊ C, dan tidak nafsu

makan dan penurunan berat badan.

Riwayat penyakit :

1. Saat ini

Pasien biasanya mempunyai riwayat penyakit 1-3 minggu dengan gejala demam

dan menggigil serta adanya nyeri dada. Rendahnya nafsu makan klien dengan

penurunan berat badan dan lemah badan.

2. Penyakit dahulu

Adanya keluhan malaise, penurunan berat badan, panas badan yang ringan, dan

batuk yang produktif. Adanya riwayat penurunan kesadaran berkaitan dengan

sedasi, terauma, dan serangan epilepsi. Riwayat penyalahgunaan obat yang

mungkin teraspirasi asam lambung saat berada dalam keadaan tidak sadar atau

adanya emboli bakteri di paru akibat suntikan obat.

11

Page 14: Abses Paru Edit

3. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Klien biasanya mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya

seperti batuk, sesak napas, dan demam yang merupakan stresor penting yang

menyebabkan klien cemas. Perawat perlu memberikan dukungan moral dan

memfasilitasi pemenuhan informasi dengan tim medis untuk pemenuhan

informasi mengenai prognosis penyakit klien.

4. Pemeriksaan fisik:

a. Keadaan umum dan TTV

Hasil pemeriksaan TTV pada klien dengan abses paru biasanya didapatkan

peningkatan suhu lebih dari 40 ̊ C, frekuensi nafas meningkat dari normal, denyut

nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi

pernafasan, tekanan darah biasanya tidak bermasalah.

b. IPPA

Inspeksi :

Pergerakan pernafasan menurun, tampak sesak nafas dan kelelahan. Bentuk

dada biasanya tidak mengalami perubahan. Gerakan pernapasan asimetris di

sisi paru yang mengalami lesi, gerakan pernapasannya akan tertinggal sesuai

dengan banyaknya pus yang terakumulasi di paru. Ritme pernapasan cepat

dan dangkal. Batuk dan sputum. Klien mengalami batuk yang produktif

dengan sputum banyak dan berbau busuk, purulen berwarna kuning

kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah, atau kadang-

kadang batuk dengan darah dalam jumlah yang banyak.

Palpasi :

Taktil fremitus pada klien dengan abses paru biasanya normal. Perbedaan

penurunan fremitus ditemukan apabila terjadi akumulasi pus. Adanya

fremitus raba yang meningkat di daerah yang terinfeksi panas badan yang

meningkat diatas normal, takikardi, naiknya tekanan vena jugularis (JVP),

sesak nafas.

Perkusi

Saat dilakukan perkusi, didapatkan bunyi redup pada sisi paru yang terkena.

12

Page 15: Abses Paru Edit

- Auskultasi

Pada daerah sakit terdengar suara nafas bronkhial disertai suara tambahan kasar

sampai halus. Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk,

suara nafas melemah dan jika bronkhus paten dan drainase baik ditambah adanya

konsolidasi di sekitar abses akan terdengar suara nafas bronkhial dan ronkhi basah.

1. Pemeriksaan B6

- B1 (Breathing)

1. Ketidakefektifan pola napas

2. Gangguan pertukaran gas

3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret

- B2 (Blood)

Denyut nadi takikardi dan tekanan darah biasanya normal. Tidak terdapat bunyi

jantung tambahan.

- B3 (Brain)

Tingkat kesadaran pasien biasanya compos mentis jika tidak disertai komplikasi

penyakit yang serius.

- B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan. Oleh

karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan tanda awal

dari syok.

- B5 (Bowel)

Klien biasa sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan

penurunan berat badan. Hasil pemeriksaan rongga mulut sering menunjukkan

keadaan oral higiene yang buruk dengan karies gigi, ginggivitis, periodontitis, dan

keadaan lain yang meningkatkan jumlah bakteri anaerob di rongga mulut.

- B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan klien memerlukan

bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

13

Page 16: Abses Paru Edit

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Radiologis

- Pada fase permulaan, biasanya terlihat gambaran pneumonia dan kemudian

akan tampak daerah radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat dengan batas

permukaan udara cairan (air fluid level) didalamnya yang menunjukkan adanya

drainase yang tidak sempurna. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai

tanda-tanda konsolidasi (opasitas).

- Pada foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda

konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan ukuran f 2 –

20 cm. Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri. Bila

terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air fluid level.

Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda konsolidasi.

Sedangkan gambaran khas CT-Scan abses paru ialah berupa Lesi dens bundar dengan

kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di daerah jaringan paru yang

rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada

dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh darah paru

dan bronkhus yang berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan, juga sisa-sisa

jaringan paru dapat ditemukan di dalam rongga abses. Lokalisasi abses paru

umumnya 75% berada di lobus bawah paru kanan bawah.

1. Pemeriksaan laboratorium

- Hasil pemeriksaan biasanya menunjukkan adanya leukosit terutama

polimorfonuklear dengan pergeseran kekiri. Kadang-kadang jumlah leukosit dapat

mencapai 20.000-30.000/mm3. Laju endap darah ditemukan meningkat > 58 mm / 1

jam.

- Sputum diperiksa dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH merupakan

pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik secara tepat dengan cara

makroskopis, bau dan warna sputum, serta pemeriksaan mikroskopis untuk

14

Page 17: Abses Paru Edit

identifikasi organisme, pewarnaan gramnuntuk pemeriksaan bakteri tahan asam,

dan biakan untuk jamur serta biakan mikroorganisme aerob dan anaerob.

- Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara

terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta tujuan therapi.

- Besar kavitas biasanya sekitar 4-5 cm dan paling sering terletak di segmen

posterior lobus atas kanan. Letak abses dapat timbul di tempat lain bergantung pada

posisi klien saat aspirasi dan dapat mengenai lebih dari satu segmen.

- Pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan angka tekanan O2 dalam darah

arteri.

1. Bronkoskopi

Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase bila

kavitas tidak berhubungan dengan bronkus.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hiperthermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hypothalamus

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi,

peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, batuk tak efektif, dan infeksi

bronkopulmonal

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan

kerusakan alveoli

4. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi parenkhim paru, Reaksi seluler terhadap

sirkulasi toksin, Batuk menetap.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah mengerti

tentang informasi, keterbatasan kognitif

C. Intervensi Keperawatan1. Hiperthermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hypothalamus. Dapat ditandai dengan:

a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal

15

Page 18: Abses Paru Edit

b. Kulit kemerahan

c. Hangat waktu disentuh

d. Peningkatan tingkat pernafasan.

e. Takikardi

Tujuan:

Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan

Kriteria hasil:

Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan

2.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan

produksi sekret, sekresi tertahan, batuk tak efektif, dan infeksi bronkopulmonal. Dapat

ditandai dengan:

a. Pernyataan kesulitan bernafas

b. Perubahan atau kecepatan pernafasan, penggunaan otot aksesori

c. Bunyi nafas tak normal

d. Batuk.

Tujuan :

Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.

Kriteria hasil :

Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas (batuk yang

efektif, dan mengeluarkan secret).

16

INTERVENSI RASIONALa. Pantau suhu pasien (derajat dan

pola); perhatikanb. menggigil/diaphoresis

Peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi

b. Berikan kompres hangat dan ajarkan serta anjurkan keluarga

Dapat memperbaiki atau mencegah kekurangan cairan.

c. Kolaborasi: Antipiretik, Antibiotik Berguna menurunkan kehilangan cairan.

Page 19: Abses Paru Edit

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan

kerusakan alveoli. Dapat ditandai dengan:

a. Dypsnea

b. Bingung/gelisah

c. Ketidak mampuan mengeluarkan sekret

d. Nilai AGD tidak normal

e. Perubahan tanda vital

f. Penurunan toleransi terhadap aktifitas

Tujuan :

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Kriteria :

GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12-

20x/mt, bunyi nafas bersih, tidak ada batuk, frekuensi nadi 60-100x/mt, tidak

dispneu.

17

INTERVENSI RASIONALa. Kaji /pantau frekuensi pernafasan,

catat rasio inspirasi dan ekspirasiTakipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas bronkhial

Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur

Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit

d. Bantu latihan nafas abdomen menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

e. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk

Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

Berikan obat sesuai indikasi Obat dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan istirahat umum

Page 20: Abses Paru Edit

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan

serta catat penggunaan otot aksesori,

ketidakmampuan berbincang

Takipnea, pernafasan dangkal dan

gerakan dada tidak simetris sering terjadi

penurunan aliran darah terjadi pada area

konsolidasi dengan cairan.

b. Tingikan kepala tempat tidur dan

bantu untuk memilih posisi yang

mudah untuk bernafas, dorong nafas

dalam perlahan sesuai kebutuhan dan

toleransi .

Meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi

pada sisi yang tidak sakit

Dorong untuk pengeluaran sputum/

penghisapan bila ada indikasi

Membantu pembersihan jalan nafas.

d. Awasi tanda vital dan status jantung Perubahan FC jantung/TD menurun PC

mngalami nyeri

e. Berikan oksigen tambahan dan

pertahankan ventilasi mekanik dan

Bantu intubasi

Evaluasi berkala keberhasilan

terapi/tindakan tim kesehatan.

4. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi parenkhim paru, Reaksi seluler terhadap

sirkulasi toksin, Batuk menetap. Dapat ditandai dengan:

a. Nyeri dada pleuritik

b. Melindungi area yang sakit

c. Perilaku distraksi, gelisah

Tujuan: Menyatakan nyeri hilang/terkontrol

Kriteria hasil :

1. Menunjukkan perilaku rilek

2. Bisa istirahat/tidur

3. Peningkatan aktifitas dengan tepat

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan karakteristik nyeri: PQRST Untuk mengetahui sajauh mana

nyeri yang dirasakan

18

Page 21: Abses Paru Edit

Pantau tantanda vital Perubahan FC jantung/TD menurun

PC mngalami nyeri

Berikan tindakan nyaman: pijatan punggung,

perubahan posisi, relaksasi dan distraksi

Tindakan nonanalgesik diberikan

dengan sentuhan lembut dapat

menghilangkan ketidak nyamanan

dan memperbesar efek derajat

analgesik.

d. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik

menekan dada selama episode batuk

Alat untuk mengontrol ketidak

nyamanan dada sementara

meningkatkan keepektifan upaya

batuk

Kolaborasi Analgetik Obat dapat digunakan untuk

menekan batuk nonproduktif atau

menurunkan mukosa berlebihan,

meningkatkan kenyamanan istirahat

umum.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah mengerti

tentang informasi, keterbatasan kognitif. Dapat ditandai dengan :

a. Pertanyaan tentang informasi

b. Pernataan masalah/kesalahan konsep

c. Tidak akurat mengikuti instruksi

Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan

Kriteria hasil :

1. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses

penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.

2. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

19

Page 22: Abses Paru Edit

BAB 4PENUTUP

A. KesimpulanAbses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material

purulent dan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses infeksi.

Abses paru timbul karena faktor predisposisi seperti gangguan fungsi imun karena

obat-obatan, gangguan kesadaran (anestesi, epilepsi), oral higine yang kurang serta

obstruksi dan aspirasi benda asing.

Pada abses paru memberikan gejala klinis panas, batuk, sputum purulen dan

berbau, disertai malaise, naspu makan dan berat badan yang turun. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan takikardia, tanda-tanda konsolidasi. Pada pemeriksaan foto polos

dada didapatkan gambaran kavitas dengan air fluid level atau proses konsolidasi saja

bila kavitas tidak berhubungan dengan bronkus.

Diagnosis pasti bila didapatkan biakan kuman penyebab sehingga dapat

dilakukan terapi etiologis.Pemberian antibiotika merupakan pilihan utama disamping

terapi bedah dan terapi suportif fisio terapi.20

INTERVENSI RASIONAL

a. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses

b. penyakit individu

Klien mengetahui proses perjalanan

penyakitnya

b. Dorong pasien/orang terdekat untuk

menanyakan pertanyaan

Kurang pengetahuan pasien tentang

penyakitnya bisa teratasi.

Instruksikan atau kuatkan rasional untuk

latihan nafas, batuk efektif, dan latihan

kondisi umum

Menurunkan efek manual yang

berhubungan dengan penyakit ini.

d. Diskusikan obat pernafasan, efek

samping dan reaksi tak diinginkan

Meningkatkan kerja sama dalam

program pengobatan dan memcegah

penghentian obat sesuai perbaikan

kondisi klien

Page 23: Abses Paru Edit

B. SaranPelajarilah makalah ini dengan seksama karena bermanfaat baik dalam teori

ataupun aplikasi, jagalah dan manfaatkan untuk pribadi atau orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Assegaff H. dkk. 2004. Abses Paru dalam Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. AUP. Surabaya,

136 – 41.

Budjang N. 2005. Radang paru yang tidak spesifik. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

C.Smeltzer, Suzanne dan Brenda G. Bare. 2005. Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta : EGC

Djojodibroto RD. 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Salemba Medika

Datir A. Lung Abscess [online]. 2008. 18 September 2014. 13.20 WIB. URL:

http//radiopaedia.org/articles/Lung_abscess

Koziel H. Lung Abscess [online]. 2011. 18 September 2014. 13.00 WIB. URL:

http//www.scribd.com/doc/28978474/Lung-Abscess

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernfasan.

Jakarta : Salemba Medika.

Somantri, Irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika

21

Page 24: Abses Paru Edit

Price,S.A. dan L.M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.

Jakarta:EGC.

Soeparman. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Potter, P.A. 2004. Pengkajian Kesehatan. Edisi 3. Jakarta:EGC

22