KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan kesehatan, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Saat ini, perawat professional yang memberikan asuhan keperawatan sistem pernapasan bertanggung jawab dalam melaksanakan proses asuhan keperawatan secara komprehensif. Proses tersebut meliputi bio-psiko-sosio- kultural yang berbasis pada disiplin ilmu dalam ruang lingkup asuhan keperawatan sistem pernapasan yang mencakup pengenalan konsep anatomi dan fisiologi, patofisiologi penyakit, yang nantinya akan mengarah kepada terjadinya masalah keperawatan, pengkajian untuk menegakan masalah keperawatan, perencanaan dan implementasi tindakan keperawatan, serta evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan. Penyusun membahas mengenai “ ABSES PARU ” ini bertujuan untuk memudahkan pembaca terutama para perawat professional dalam memahami penyakit abses baru beserta asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien dengan gangguan sistem pernapasan (Abses paru). Untuk materi yang disajikan, penyusun mencoba menggabungakan beberapa konsep asuhan keperawatan dari beberapa literature yang sesuai dengan konsep dasar asuhan keperawatan. i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberi rahmat dan kesehatan, sehingga penulisan makalah ini
dapat terselesaikan.
Saat ini, perawat professional yang memberikan asuhan keperawatan
sistem pernapasan bertanggung jawab dalam melaksanakan proses asuhan
keperawatan secara komprehensif. Proses tersebut meliputi bio-psiko-sosio-
kultural yang berbasis pada disiplin ilmu dalam ruang lingkup asuhan
keperawatan sistem pernapasan yang mencakup pengenalan konsep anatomi
dan fisiologi, patofisiologi penyakit, yang nantinya akan mengarah kepada
terjadinya masalah keperawatan, pengkajian untuk menegakan masalah
keperawatan, perencanaan dan implementasi tindakan keperawatan, serta
evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Penyusun membahas mengenai “ ABSES PARU ” ini bertujuan untuk
memudahkan pembaca terutama para perawat professional dalam memahami
penyakit abses baru beserta asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien dengan gangguan sistem pernapasan (Abses paru).
Untuk materi yang disajikan, penyusun mencoba menggabungakan
beberapa konsep asuhan keperawatan dari beberapa literature yang sesuai
dengan konsep dasar asuhan keperawatan.
Akhir kata, penyusun mengharapakan adanya masukan, kritik dan saran
yang membangun dalam bentuk apapun demi perbaikan makalah dimasa
mendatang.
Jakarta, 15 September 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULAN....................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Sistematika Penyusunan.................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
A. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.......................................................3
B. Konsep Abses Paru..........................................................................................6
BAB 3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN......................................................14
A. Pengkajian.....................................................................................................14
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.........................................................14
BAB 4 PENUTUP........................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................19
B. Saran.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB IPENDAHULAN
A. Latar belakangOrgan penting merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia.
Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat
pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida yang
merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga
kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia,
tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah
peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang
mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup
serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan
berbagai penyakit paru – paru.
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan
gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau
komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob
maupun anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.
Penelitian pada penderita Abses paru nosokomial ditemukan kuman aerob seperti
golongan enterobacteriaceae yang terbanyak. Sedangkan penelitian dengan teknik
biopsi perkutan atau aspirasi transtrakeal ditemukan terbanyak adalah kuman
anaerob.
Terapi ideal harus berdasarkan penemuan kuman penyebabnya secara kultur
dan sensitivitas. Pada makalah ini akan dibahas Abses paru mulai patogenesis, terapi
dan prognosa sebagai penyegaran teori yang sudah ada.
B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa konsep dasar abses paru?2. Apa pengertian abses paru ?
1
3. Apa klasifikasi abses paru?4. Apa etologi abses paru?5. Bagaimana patofisiologi dari abses paru?6. Apa manifestasi klinis dari abses paru?7. Apa komplikasi dari abses paru?8. Apa pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan pada pasien abses paru?9. Bagaimana penatalaksanaan dari abses paru?10. Bagaimana cara mencegah terjadinya abses paru?11. Asuhan keperawatan yang bagaimana yang diberikan kepada pasien abses paru?
C. Tujuan Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Keperawatan Respirasi 1 yang berjudul ” Abses Paru ”. Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada
rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca dapat memahami tentang konsep
dasar teori Abses Paru serta proses keperawatan yang diberikan kepada klien.
D. Sistematika PenyusunanPenyusunan makalah ini terdiri dari IV (empat) bab yang disusun secara
sistematis. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan
penulisan.
BAB II : Landasan teori, yang terdiri dari anatomi dan fisiologi sistem pernapasan,
konsep dasar Abses Paru, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan.
BAB III : Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, dan evaluasi.
BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan1. Pengertian
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel. Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan aktivitas
berbagai organ sel (Carpenita, 2006)
a. Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan terdiri dari:
1) Hidung
Hidung adalah saluran udara yang pertama mempunyai dua
lubang(kavumnasi),dipisahkan oleh sekat hidung(septum nasi).
(Drs.H.Syaifuddin, 2006)
2) Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tenggorok sampai esophagus yang terletak di belakang nasofaring (di
belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring
(laringofaring). (Sedarmayanti, 2007)
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri
atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan. (K.D. Jayanto, 2008)
3
b. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan
menghasilkan surfaktan. Saluran ini terdiri dari:
1) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang ± 9 cm yang
dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi
selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia yang dapat mengeluarkan
debu atau benda asing. (Graha, 2008)
2) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan
lebar daripada bagian kiri yang memiliki 3 lobus atas, tengah, dan bawah,
sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari
lobus atas ke bawah. (Ngastiyah, 2007)
3) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
4) Alveolus
Alveolus itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epithelium pipih, dan disinilah
darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Suatu jaringan pembuluh
darah kapiler mengitari alveolus dan pertukaran gas pun terjadi.
5) Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam
rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru
terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru
sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan
kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh
darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru
4
memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. (Asih Y dan Effendy2004)
2. Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri dari tiga tahap, yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas/perfusi.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang
terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik
napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi
diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal.
Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari
depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot
karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu.
Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi, refleks batuk dan muntah.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan
perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah,
latihan(exercise), eritrosit dan Hb.
5
B. Konsep Abses Paru1. Pengertian
a. Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu rongga
(rongga abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas. (Rassner et al, 2005:
257)
b. Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus
(bakteri, jaringan nekrotik dan SDP). (Smeltzer, S.C et al, 2004:496)
c. Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang terbentuk akibat
kerusakan jaringan. (EGC, 2005:5)
2. Etiologi
Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari pneumonia
aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut. Penderita abses paru biasanya
memiliki masalah periodontal (jaringan di sekitar gigi). Sejumlah bakteri yang
berasal dari celah gusi sampai ke saluran pernafasan bawah dan menimbulkan
infeksi. Tubuh memiliki sistem pertahanan terhadap infeksi semacam ini,
sehingga infeksi hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun,
seperti yang ditemukan pada seseorang yang berada dalam keadaan tidak
sadar atau sangat mengantuk karena pengaruh obat penenang, obat bius atau
penyalahgunaan alcohol, Penderita penyakit sistem saraf. Jika bakteri tersebut
tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, maka akan
terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari kemudian berkembang
menjadi nekrosis (kematian jaringan), yang berakhir dengan pembentukan
abses.Mekanisme pembentukan abses paru lainnya adalah bakteremia atau
endokarditis katup trikuspidalis, akibat emboli septik pada paru-paru.
Pada 89% kasus, penyebabnya adalah bakteri anaerob. Yang paling
sering adalahPeptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium dan
Microaerophilic streptococcus. Organisme lainnya yang tidak terlalu
sering menyebabkan abses paru adalah:
a. Staphylococcus aureus
b. treptococcus pyogenes
c. Streptococcus pneumoniae
6
d. Klebsiella pneumoniae
e. Haemophilus influenzae
f. spesies Actinomyces dan Nocardia
g. Basil gram negatif
Penyebab non-bakteri juga bisa menyebabkan abses paru, diantaranya:
a. Parasit (Paragonimus, Entamoeba)
b. Jamur(Aspergillus, Cryptococcus, Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides)
c. sMycobacteria.
( Asher dan Beandry, 2004)
3. Patofisiologi
menurut Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) adalah:
Bila terjadi aspirasi, kuman Klebsiela Pneumonia sebagai kuman
komensal di saluran pernafasan atas ikut masuk ke saluran pernafasan
bawah, akibat aspirasi berulang, aspirat tak dapat dikeluarkan dan
pertahanan saluran nafas menurun sehingga terjadi keradangan. Proses
keradangan dimulai dari bronki atau bronkiol, menyebar ke parenchim paru
yang kemudian dikelilingi jaringan granulasi. Perluasan ke pleura atau
hubungan dengan bronkus sering terjadi, sehingga pus atau jaringan
nekrotik dapat dikeluarkan. Drainase dan pengobatan yang tidak memadai
akan menyebabkan proses abses yang akut akan berubah menjadi proses
yang kronis atau menahun.
4. PATHWAY ABSES PARU
5. Manifestasi Klinis
a. Kelelahan
b. hilang nafsu
7
c. makan
d. berat badan menurun
e. berkeringat
f. demam
g. batuk berdahak
h. Dahaknya bisa mengandung darah.
Dahak seringkali berbau busuk karena bakteri dari mulut atau
tenggorokan cenderung menghasilkan bau busuk. Ketika bernafas, penderita
juga bisa merasakan nyeri dada, terutama jika telah terjadi peradangan
pada pleura.
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala
catat rasio inspirasi dan ekspirasiTakipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas bronkhial
Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit
d. Bantu latihan nafas abdomen menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
e. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk
Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
Berikan obat sesuai indikasi Obat dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan istirahat umum
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
serta catat penggunaan otot aksesori,
ketidakmampuan berbincang
Takipnea, pernafasan dangkal dan
gerakan dada tidak simetris sering terjadi
penurunan aliran darah terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan.
b. Tingikan kepala tempat tidur dan
bantu untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas, dorong nafas
dalam perlahan sesuai kebutuhan dan
toleransi .
Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi
pada sisi yang tidak sakit
Dorong untuk pengeluaran sputum/
penghisapan bila ada indikasi
Membantu pembersihan jalan nafas.
d. Awasi tanda vital dan status jantung Perubahan FC jantung/TD menurun PC
mngalami nyeri
e. Berikan oksigen tambahan dan
pertahankan ventilasi mekanik dan
Bantu intubasi
Evaluasi berkala keberhasilan
terapi/tindakan tim kesehatan.
4. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi parenkhim paru, Reaksi seluler terhadap
sirkulasi toksin, Batuk menetap. Dapat ditandai dengan:
a. Nyeri dada pleuritik
b. Melindungi area yang sakit
c. Perilaku distraksi, gelisah
Tujuan: Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan perilaku rilek
2. Bisa istirahat/tidur
3. Peningkatan aktifitas dengan tepat
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan karakteristik nyeri: PQRST Untuk mengetahui sajauh mana
nyeri yang dirasakan
18
Pantau tantanda vital Perubahan FC jantung/TD menurun
PC mngalami nyeri
Berikan tindakan nyaman: pijatan punggung,
perubahan posisi, relaksasi dan distraksi
Tindakan nonanalgesik diberikan
dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidak nyamanan
dan memperbesar efek derajat
analgesik.
d. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk
Alat untuk mengontrol ketidak
nyamanan dada sementara
meningkatkan keepektifan upaya
batuk
Kolaborasi Analgetik Obat dapat digunakan untuk
menekan batuk nonproduktif atau
menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan kenyamanan istirahat
umum.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah mengerti
tentang informasi, keterbatasan kognitif. Dapat ditandai dengan :
a. Pertanyaan tentang informasi
b. Pernataan masalah/kesalahan konsep
c. Tidak akurat mengikuti instruksi
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses
penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.
2. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
19
BAB 4PENUTUP
A. KesimpulanAbses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent dan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses infeksi.
Abses paru timbul karena faktor predisposisi seperti gangguan fungsi imun karena
obat-obatan, gangguan kesadaran (anestesi, epilepsi), oral higine yang kurang serta
obstruksi dan aspirasi benda asing.
Pada abses paru memberikan gejala klinis panas, batuk, sputum purulen dan
berbau, disertai malaise, naspu makan dan berat badan yang turun. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan takikardia, tanda-tanda konsolidasi. Pada pemeriksaan foto polos
dada didapatkan gambaran kavitas dengan air fluid level atau proses konsolidasi saja
bila kavitas tidak berhubungan dengan bronkus.
Diagnosis pasti bila didapatkan biakan kuman penyebab sehingga dapat
dilakukan terapi etiologis.Pemberian antibiotika merupakan pilihan utama disamping
terapi bedah dan terapi suportif fisio terapi.20
INTERVENSI RASIONAL
a. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses
b. penyakit individu
Klien mengetahui proses perjalanan
penyakitnya
b. Dorong pasien/orang terdekat untuk
menanyakan pertanyaan
Kurang pengetahuan pasien tentang
penyakitnya bisa teratasi.
Instruksikan atau kuatkan rasional untuk
latihan nafas, batuk efektif, dan latihan
kondisi umum
Menurunkan efek manual yang
berhubungan dengan penyakit ini.
d. Diskusikan obat pernafasan, efek
samping dan reaksi tak diinginkan
Meningkatkan kerja sama dalam
program pengobatan dan memcegah
penghentian obat sesuai perbaikan
kondisi klien
B. SaranPelajarilah makalah ini dengan seksama karena bermanfaat baik dalam teori
ataupun aplikasi, jagalah dan manfaatkan untuk pribadi atau orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Assegaff H. dkk. 2004. Abses Paru dalam Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. AUP. Surabaya,
136 – 41.
Budjang N. 2005. Radang paru yang tidak spesifik. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
C.Smeltzer, Suzanne dan Brenda G. Bare. 2005. Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta : EGC