Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat telat haid dan disertai dengan keluhan mual dan muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan, dikenal dengan nama morning sickness, dialami kira-kira oleh 80% wanita hamil. Mual dialami oleh lebih dari 50% wanita pada awal kehamilan dan muntah terjadi pada 50% hingga 90%. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. 1,2 Derajat beratnya mual dan muntah yang berkelanjutan berkisar dari mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai dengan gangguan yang berat dimana keluhan mual dan muntah dirasakan semakin memburuk, menetap, hingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari. Keadaan inilah yang dikenal dengan hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah bentuk paling yang paling berat dari mual dan muntah dalam kehamilan. 1,2 Hiperemesis gravidarum terjadi pada 0,3-2% dari seluruh kehamilan. Hiperemesis gravidarum ditandai 1
60

abortus iminens

Dec 05, 2015

Download

Documents

Choirul Wiza

keguguran
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: abortus iminens

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat telat haid dan

disertai dengan keluhan mual dan muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan,

dikenal dengan nama morning sickness, dialami kira-kira oleh 80% wanita hamil.

Mual dialami oleh lebih dari 50% wanita pada awal kehamilan dan muntah terjadi

pada 50% hingga 90%. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar

terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan

tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini

biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung

selama kurang lebih 10 minggu. 1,2

Derajat beratnya mual dan muntah yang berkelanjutan berkisar dari mual dan

muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai dengan gangguan yang

berat dimana keluhan mual dan muntah dirasakan semakin memburuk, menetap,

hingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari. Keadaan inilah yang dikenal dengan

hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah bentuk paling yang

paling berat dari mual dan muntah dalam kehamilan.1,2

Hiperemesis gravidarum terjadi pada 0,3-2% dari seluruh kehamilan.

Hiperemesis gravidarum ditandai dengan gejala mual dan muntah persisten hingga

menyebabkan penurunan berat badan hingga lebih dari 5% berat badan sebelum

hamil dan mengganggu aktivitas. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis

menentukan berat ringannya penyakit. Penanganan hiperemesis gravidarum

didasarkan pada berat ringannya gejala dan ada tidaknya faktor penyulit yang

memperberat keluhan pasien. Hiperemesis gravidarum tetap merupakan penyebab

morbiditas yang serius dengan komplikasi seperti ensefalopati, cedera esofagus,

pertumbuhan janin terganggu bahkan kematian. 1,2

1.2 Tujuan

Tujan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami

kasus hiperemesis gravidarum dari segi klinis dan kedokteran keluarga

1

Page 2: abortus iminens

1.3 Manfaat

Menambah pengetahuan medis terhadap penyakit hiperemesis gravidarum dari

segi klinis dan kedokteran keluarga

2

Page 3: abortus iminens

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Penderita

Nama : Ny. S

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : S1

Agama : Islam

Alamat : Jln. Tirto Taruno gg.5 no.6, Kec. Dau

Suku : Jawa

Tanggal Periksa : 4 Oktober 2013

2.1 Anamnesis

1. Keluhan Utama :Muntah

Harapan :Pasien berharap agar keluhannya bisa cepat sembuh

Kekhawatiran :Bila muntah semakin meningkat dan terus-terusan

sehingga akan mengganggu kondisi janin dan pekerjaan sehari-harinya.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien seorang perempuan berusia 33 tahun datang ke IGD RSI UNISMA

dengan keluhan mual muntah sejak bulan oktober 2013. Tiga hari yang

lalu muntah merah kehitaman lebih dari 3 kali dalam jumlah banyak

volume ± 1/2 - 3/4 gelas aqua (220ml), sehari yang lalu muntah

kecoklatan sebanyak 4 kali dalam jumlah yang sama. Dan sekarang tiap

makan dan minum pasti muntah. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan

nafsu makan semakin menurun. Buang air kecil normal sehari 2-3 kali,

warna kuning jernih dalam jumlah normal. Sulit buang air besar, 3-4 hari

sekali baru BAB dengan bentuk padat.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat sakit serupa : disangkal

- Riwayat DM : disangkal

3

Page 4: abortus iminens

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat alergi obat : ranitidin

- Riwayat alergi makanan : disangkal

- Riwayat sakit typhoid : positif

- Riwayat sakit ISK : positif

- Riwayat sakit gastritis : positif

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

- Riwayat hipertensi : Bapak

- Riwayat DM : Bapak

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat penyakit paru : Bapak

5. Riwayat Kebiasaan:

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat minum alkohol : disangkal

- Riwayat olahraga : jarang

- Riwayat pengisian waktu luang : bersih-bersih di rumah bersama

keluarga

6. Riwayat Sosial Ekonomi:

Sumber penghasilan keluarga adalah dari pasien sendiri yang bekerja

sebagai Accounting dan Suami sebagai wiraswasta. Untuk biaya kesehatan

berasal dari diri sendiri dan kebutuhan sehari-hari berasal dari suami dan

istri. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien cukup terpenuhi.

7. Riwayat Gizi:

Penderita makan sehari-hari biasanya 3 kali dengan nasi sepiring, lauk

pauk tahu, tempe, ayam, daging, sayur, buah jarang, minum susu jarang

dan kopi jarang. Makan tidak teratur.

8. Riwayat Haid:

Menarche pada usia 13 tahun dengan siklus haid yang teratur setiap 28

hari, dengan lama menstruasi 3 - 4 hari, pasien tidak merasakan keluhan

4

Page 5: abortus iminens

saat menstruasi. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 5 Agustus 2013 dan

taksiran partus dikatakan tanggal 12 Mei 2014.

9. Riwayat Kehamilan:

Hamil anak kedua. Anak ke-1 lahir normal cukup bulan, dibantu bidan

10. Riwayat Kontrasepsi

Suntik KB tiga bulanan selama 1 tahun.

Anamnesis Sistem

1. Kulit : kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-/-), penglihatan

kabur (-/-), ketajaman penglihatan dalam batas normal

4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)

5. Telinga : pendengaran berkurang(-/-), berdengung (-/-), keluar

cairan (-/-)

6. Mulut : sariawan(-)

7. Tenggorokan : sakit menelan(-), serak (-), sulit menelan (+)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-)

9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)

10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (-), nyeri perut (+)

11. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas

normal

12. Neurologi : kejang (-), lumpuh (-)

13. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-)

14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan (-), nyeri kaki (-),

nyeri otot (-), lemas (-)

15. Estremitas : Atas sebelah kiri : bengkak (-), luka dan nyeri (-)

Atas sebelah kanan : bengkak (-), luka dan nyeri (-)

Bawah sebelah kiri : bengkak (-), luka dan nyeri (-)

Bawah sebelah kanan : bengkak (-), luka dan nyeri (-)

5

Page 6: abortus iminens

2.2 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Tampak sakit sedang (lemas), kesadaran compos mentis (GCS E4 V5 M6)

2. Tanda Vital dan Status Gizi

a. Tanda Vital:

Nadi : 102 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : -

Suhu : 36,80C

Tensi : 100/70 mmHg

b. Status gizi secara antropometri:

BB : 45 kg

TB : 165 cm

IMT : BB/TB : 45/(1,65)2 = 16,53

Status gizi underweight

3. Kulit

ikterik (-), sianosis (-)

4. Kepala

Tidak dilakukan

5. Mata

sklera ikterik (-/-), mata cowong (+/+)

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung

(-/-)

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), lidah kering (+)

8. Telinga

Tidak dilakukan

9. Tenggorokan

Tidak dilakukan

10. Leher

Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar

limfe (-), lesi pada kulit (-)

6

Page 7: abortus iminens

11. Thoraks

Bentuk normal, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi sela iga

(-/-), spidernevi (-), sela iga melebar (-), massa (-),kelainan kulit (-), nyeri

(-)

12. Cor:

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra

Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra

Batas kiri bawah : ICS V medial lineo media

clavicularis sinistra

Batas kanan bawah: ICS IV linea para sternalis dekstra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Suara tambahan jantung : (-)

13. Pulmo:

Inspeksi : bentuk normal, simetris

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler

wheezing rhonchi

14. Abdomen

Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas

jahitan (-)

Palpasi : supel, nyeri epigastrium (+), hepar dan lien tdk teraba,

turgor baik, massa (-), Nyeri tekan perut kanan bawah (-).

Perkusi : timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi : peristaltik (+) normal

7

Page 8: abortus iminens

15. Ekstremitas: palmar eritema (-/-)

Oedem Akral Dingin

- - - -

- - - -

16. Sistem genitalia : tidak dilakukan

17. Pemeriksaan neurologik

Tidak dilakukan

18. Pemeriksaan psikiatrik

Tidak dilakukan

Riwayat Obstetri

• Gll P1001 Ab000

• Kehamilan ke-2

• Anak pertama hidup

• Tidak pernah abortus / keguguran

• Usia Kehamilan : 6-8 minggu

2.3 Diferensial Diagnosis

1. Dispepsia

2. Hepatitis

2.4 Pemeriksaan Penunjang

4 Oktober 2013

1. Darah Lengkap:

a. Leukosit 8,88 ribu/ul

b. Eritrosit 4,92 juta/ul

c. Hemoglobin 14,5 g/dl

d. Hematokrit 42,8 %

e. Trombosit 242 ribu/ul

f. Pct 0,2

g. Diff :

Basofil : 0,3 %

8

Page 9: abortus iminens

Eosinofil : 1,1 %

Limfosit : 19,6 % (kesan turun)

Monosit : 9,8 % (Kesan naik)

Neutrofil : 69,2 %

2.5 Resume

Pasien perempuan, 33 tahun datang ke IGD RSI Unisma pada tanggal 4

Oktober 2013 dengan keluhan sejak bulan September 2013 mual, muntah. Tiga

hari yang lalu muntah merah kehitaman, sehari yang lalu muntah kecoklatan dan

saat ini tiap makan dan minum pasti muntah, sulit menelan, nafsu makan

menurun, nyeri ulu hati, mata tampak cowong, bibir kering, dan lidah kering,

turgor kulit menurun, BAK lancar warna dan jumlah dalam batas normal, BAB 3-

4 hari sekali dengan konsistensi padat. Pasien hamil anak kedua dengan usia

kehamilan 6-8 minggu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 102x/menit, TD

100/70mmHg. nyeri tekan perut di epigastrium. Riwayat sebelumnya pasien

pernah sakit typhoid dan infeksi saluran kemih setahun yang lalu. Didiagnosis

G2P1001Ab000 UK 6-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade 1.

2.6 Diagnosis Holistik

Diagnosis dari segi biologis

G2P1001Ab000 UK 6-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I +

Underweight

Diagnosis dari segi psikososial

Pasien termasuk warga baru namun cepat bersosial dan pasien merasa kurang

puas terhadap lingkungan rumah pasien yang di depan rumahnya terdapat

kandang sapi, serta sawah yang masih banyak tikusnya. Sehingga merasa takut

akan kondisi kesehatan keluarganya.

Diagnosis dari segi sosial

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat,

hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien banyak beraktivitas diluar

sebagai pegawai resto dan pedagang.

Aspek Klinis :

9

Page 10: abortus iminens

G2P1001Ab000 UK 6-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I +

Underweight

Aspek Resiko Internal :

Pasien pernah menderita Typhoid, ISK, Gastritis 1 tahun sebelum MRS.

Aspek Resiko Eksternal :

Pasien sering membeli makanan diluar, yang belum tau pasti bagaimana

kebersihan makanannya, depan rumah terdapat sawah dan kandang sapi

Aspek Fungsional :

Derajat 3. Pasien kurang mampu melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.

2.7 Penatalaksanaan

- Planning Terapi

o Non Farmakoterapi

Edukasi

1. Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi

dengan frekuensi yang lebih sering

2. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,

tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit

dengan teh hangat.

3. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan

makanan atau minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan

panas atau sangat dingin.

Penghitungan Diit

BMI : 45/(1,65)cm2= 16,53

BB Ideal : BMI x (TB) 2= 19 x 2,7225= 52,73 (53kg)

BMR : 0,95 x 53kg x 24 jam = 1208 kkal

Kebutuhan Energi : 1208 kkal x 1,3 = 1571 kkal

Total Kebutuhan Energi : 1571 kkal + 500 kkal= 2071 kkal

Jadi : Protein : 207 kkal – 310,65 kkal / 51,75 g – 77,66 g

Lemak : 207 kkal – 414 kkal / 23 g – 46 g

KH : 1243 kkal – 1553 kkal / 310,75 g – 388,25 g

10

Page 11: abortus iminens

o Farmakoterapi

1. Cairan maintenance RD5 20 tpm,

2. Drip Neurobion 1x/hari

3. Injeksi Trovensis (Ondancetron 8mg) x 2 i.v

4. P.O Polycrol (Antasid ) 4x2 sdt

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

5-10-13 Pusing (+),

Mual (+),

Muntah

(+),

Nyeri ulu

hati (+),

bibir

kering (+),

lidah

kering (+),

nafsu

makan

menurun

(+)

Pem. Fisik

KU: tampak lemah

Kesadaran:

kompos mentis,

GCS (E4V5M6)

T: 110/70 mmHg

N: 80 x/menit

R: -

Tax: 35,30C

TB: 165cm

BB: 44kg

St. General

Mata : An -/-

Cowong +/+

Thorax: Cor/Po

dbn

Abdomen: palpasi:

nyeri epigastrium

Ekt: hangat +/+,

edema -/-

G2P1001Ab000

UK 6-8 minggu

dengan

Hiperemesis

Gravidarum

grade I

Ddx:

Dispepsia

Hepatitis

Tx:

- Maintenance

cairan RD5 1,5

liter/8jam, 20

tetes per menit

- Neurobion drip

1x1 (infus 28

tpm)

- Ondancetron

8mg x 2 i.v

- P.O. Antasid

4x2 sendok teh

- Diit lunak: roti

bakar, bubur

sumsum

Pdx: Urinalisa,

Faal Hepar

- Observasi

Vital sign

11

Page 12: abortus iminens

St. Obstetri

Abdomen: supel

TFU: setinggi

Simfisis Pubis

KIE: pasien

Makan sedikit

tapi sering

Menghindari

stress

6-10-13 Pusing (-),

Mual (+)<<,

Muntah (-),

Nyeri ulu

hati

(+),bibir

kering (+),

lidah

kering (+),

nafsu

makan

menurun

(+)

Pem. Fisik

KU: tampak lemah

Kesadaran:

kompos mentis,

GCS (E4V5M6)

T: 90/70 mmHg

N: 80 x/menit

R: -

Tax: 36,70C

TB: 165cm

BB: 45kg

St. General

Mata : An -/-

Cowong +/+

Thorax: Cor/Po

dbn

Abdomen: palpasi:

nyeri epigastrium

Ekt: hangat +/+,

edema -/-

St. Obstetri

Abdomen: supel

TFU: setinggi

Simfisis Pubis

G2P1001Ab000

UK 6-8 minggu

dengan

Hiperemesis

Gravidarum

grade I

Tx:

- Maintenance

cairan RD5 1,5

liter/8jam, 20

tetes per menit

- Neurobion drip

1x1 (infus 28

tpm)

- Ondancetron

8mg x 2 i.v

- Diit lunak: roti

bakar, bubur

sumsum

- Observasi Vital

sign

KIE: pasien

Makan sedikit

tapi sering

Menghindari

stress

12

Page 13: abortus iminens

7-10-13 Pusing (+),

Mual (-),

Muntah (-),

Nyeri ulu

hati

(+),bibir

kering (+),

lidah

kering (-),

nafsu

makan

menurun

(-)

Pem. Fisik

KU: tampak lemah

Kesadaran:

kompos mentis,

GCS (E4V5M6)

T: 90/70 mmHg

N: 79 x/menit

R: -

Tax: 36,30C

TB: 165cm

BB: 45kg

St. General

Mata : An -/-

Cowong -/-

Thorax: Cor/Po

dbn

Abdomen: palpasi:

nyeri epigastrium

Ekt: hangat +/+,

edema -/-

St. Obstetri

Abdomen: supel

TFU: setinggi

Simfisis Pubis

G2P1001Ab000

UK 6-8 minggu

dengan

Hiperemesis

gravidarum

grade I

Tx:

- Maintenance

cairan RD5 1,5

liter/8jam, 20

tetes per menit

- Neurobion drip

1x1 (infus 28

tpm)

- Ondancetron

8mg x 2 i.v

- P.O. Antasid

4x2 sendok teh

- Diet Nasi (tapi

belum bisa)

- Observasi Vital

sign

KIE: pasien

Makan sedikit

tapi sering

(TKTP)

Menghindari

stress

Istirahat cukup

Boleh Pulang

13

Page 14: abortus iminens

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. E

Alamat Lengkap : Jl. Tirto Taruno gg.5 no.6, Kec. Dau

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No. Nama Kedu-

dukan

L/

P

Umur Pendi-

dikan

Pekerjaan Pasien

RS

Ket.

1 Tn. E Suami L 35 th S1 Swasta Tidak -

2 Ny. S Istri P 33 th S1 Swasta Ya Hiperemesis

Gravidarum

3 An. P Anak L 17bln - - Tidak -

Sumber: Data Primer, 8 Oktober 2013

Kesimpulan:

Keluarga Tn. E adalah nuclear family yang terdiri atas 3 orang yang

tinggal dalam satu rumah. Terdapat satu orang sakit yaitu Ny. S, umur 33 tahun,

beralamat di jalan Tirto Taruno gg.5 no.6, Kec. Dau. Diagnosis klinis penderita

adalah Hiperemesis Gravidarum grade I + Underweight. Penderita adalah tamatan

Sarjana. Penderita sebagai istri yang tinggal dalam satu rumah.

14

Page 15: abortus iminens

3.1 Fungsi Holistik

3.1.1 Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari penderita (Ny. S, 33 tahun), Suaminya (Tn. E, 35 tahun)

dan anaknya (An. P, 7 tahun). Pasien tinggal bertiga. Pasien sibuk dengan

pekerjaannya sendiri namun tetap memperhatikan suami dan anaknya yang tinggal

dalam satu rumah tersebut.

3.1.2 Fungsi Psikologis

Hubungan keluarga mereka terjalin akrab, terbukti dengan permasalahan-

permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan

dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung terbukti keluarga

menjenguk pasien saat dirawat di RS sehingga untuk kesembuhan pasien juga

dinilai baik.

3.1.3 Fungsi Sosial

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat,

hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita aktif berkumpul dengan

tetangga dan kegiatan di desanya.

Penghasilan keluarga berasal dari Ny. S dan Tn. E yang bekerja swasta,

dengan penghasilan yang cukup dalam 1 bulan. Kalau ada keluarga yang sakit

bisa berobat tempat dokter praktik dan RS.

Kesimpulan :

Secara umum, fungsi holistik keluarga Ny. S baik. fungsi sosial baik karena

aktif dalam kegiatan di masyarakat. Fungsi psikologis baik karena hubungan

pasien dengan keluarga yang lain adanya sikap saling mendukung.

3.2 Fungsi Fisiologis

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score

adalah skor yang digunaka untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut

pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga

yang lain. APGAR score meliputi:

15

Page 16: abortus iminens

1. Adaptation

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota

keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota

keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara

anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga

tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan

anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota

keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan

waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Skoring: kriteria nilai APGAR

Hamir selalu : 2 poin 8-10 : baik

Kadang-kadang : 1 poin 6-7 : sedang

Hampir tak pernah : 0 poin <= 5 : buruk

Tabel 2. APGAR score Tn. E

APGAR Tn. E Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

Tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

16

Page 17: abortus iminens

Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru

atau arah hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn. E APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut: Jumlah score: 7

Tabel 3. APGAR score Ny. S

APGAR Ny. S Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

Tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru

atau arah hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

17

Page 18: abortus iminens

perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Ny. S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut: Jumlah score: 7

APGAR score keluarga Ny. S = ( 7+7)/2 = 7

Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Ny.S Sedang

3.3 Fungsi Patologis

Fungsi patologis dari keluarga Tn. N dinilai dengan menggunakan alat

S.C.R.E.E.M sebagai berikut:

Tabel 4. SCREEM keluarga penderita

SUMBER PATHOLOGY KET

SocialTidak mengalami hambatan untuk bersosialisasi dengan

masyarakat setempat, masih bisa berkumpul dengan

anggota keluarga seperti biasanya.

-

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,

penderita menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan

sehari-hari.

-

Religius Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian

juga ketaatanya dalam beribadah.

-

Economy Ekonomi keluarga ini termasuk menengah. -

Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup

memadai, dimana Ny. S berpendidikan sampai lulus S1

-

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini

biasanya menggunakan praktek dokter dan RS.

-

18

Page 19: abortus iminens

Kesimpulan: Keluarga Ny. S tidak mempunyai fungsi patologis

3.4 Pola Interaksi Keluarga

Diagram 1. Pola interaksi keluarga Ny. S

Keterangan:

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik

Kesimpulan: Hubungan antara Ny. S dengan keluarga baik

3.5 Genogram Keluarga Ny. S

Alamat lengkap : Jln. Tirta Taruno gg.5, Kec. Dau

Bentuk keluarga : Nuclear Family

Diagram 2. Genogram keluarga Ny. S

Tn. E Ny. S

35 th 30 th

An. P 7 th

Sumber: data Primer, 8 Oktober 2013

Keterangan:

Ayah suami : meninggal karena DM dan paru

Ayah pasien: meninggal karena HT (terkontrol)

Kesimpulan:

19

An. P

Tn. E Ny. S

Page 20: abortus iminens

Kemungkinan ada faktor keturunan tapi tidak terkait penyakit pasien namun

faktor risiko penyakit yang lain.

3.6 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Menurut anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan

terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini

menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka tidak dapat

bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang dan menjadi

beban anggota keluarga yang lainnya. Ny. S aktif berkomunikasi dengan

keluarganya terutama suami untuk berbagi masalah. Kurang mengontrol akan pola

makan sehingga bisa menyebabkan keluhan yang semakin parah.

2. Faktor Non Perilaku Keluarga

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah.

Keluarga ini memiliki sumber pengahasilan yaitu dari Tn. E, suami pasien yang

bekerja sebagai penjual martabak dan trangbulan dan pasien sendiri sebagai

accounting di sebuah resto.

Kesimpulan: Faktor perilaku dan non-perilaku keluarga Ny. S

berpengaruh ke arah positif terhadap kesehatan pasien.

3.7 Identifikasi Lingkungan Rumah

20

Pengetahuan:Keluarga kurang mengetahui penyakit pasien

Tindakan:Kebiasaan bekerja terlalu keras dan keluarga kurang mengontrol asupan pasien

Lingkungan:Keluarga cukup memahami pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan

Sikap:Keluarga sangat peduli terhadap penyakit penderita

Keturunan:Kemungkinan ada faktor keturunan dalam keluarga

Pelayanan Kesehatan:Jika sakit Ny. S ke tempat dokter praktik dan kadang ke RS

Keluarga Tn. N

Page 21: abortus iminens

Lingkungan Luar Rumah

Keluarga Ny. S tinggal di sebuah rumah berukuran 7 x 6 m2 yang saling

berdekatan dengan rumah tetangganya tanpa jarak. Tidak memiliki

pekarangan rumah dan pagar pembatas. Depan Rumah terdapat sawah dan

kandang sapi milik salah satu warga. Tempat penampungan sampah di depan

rumah.

Lingkungan Dalam Rumah

Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah diplester semen dan telah

dicat, sedangkan lantai rumah terbuat dari keramik. Rumah ini terdiri dari

ruang tamu, 2 kamar tidur, satu dapur, 2 kamar mandi, sumur. Memiliki 2lt,

namun lantai 2 belum difungsikan. Rumah ini mempunya.

satu pintu untuk keluar masuk serta memiliki jendela kayu di ruang kamar

saja. Keluarga ini sudah memiliki fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air

dari sumur. Ventilasi udara cukup kurang. Pencahayaan cukup terang.

Gambar 3.1. Denah rumah pasien

Keterangan: Keadaan dalam rumah keluarga Ny.S tidak memenuhi syarat

kesehatan

3.8 Masalah Medis

21

Page 22: abortus iminens

G2P1001Ab000 UK 6-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade I +

Underweight

3.9 Masalah Non Medis

1. Pengetahuan yang kurang tentang penyakit penderita

2. Kebiasaan pasien yang makan tidak teratur

3. Memiliki resiko penyakit turunan

3.10 Diagram Permasalahan Keluarga Pasien

(menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Diagram 3. Daftar Permasalahan Pasien

3.11 Prioritas Masalah

Dari berbagai permasalahan yang ada dalam keluarga Ny. S, perlu diketahui

adanya prioritas masalah dengan menggunakan matrikulasi masalah antara lain

adalah:

1. Importancy: yaitu pentingnya masalah.

Dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Prevalence (besarnya masalah)

b. Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

c. Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

2. Technology: yaitu teknologi yang tersedia

22

Kebiasaan pasien

yang suka makan tidak

teratur

Pengetahuan yang

kurang tentang penyakit

penderita

Ny. S, 33 tahun, Hiperemesis Gravidarum

grade I + Underweight

Memiliki resiko

penyakit turunan

Page 23: abortus iminens

3. Resources: yaitu sumber daya yang tersedia

Dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Man (tenaga yang tersedia)

b. Money (sarana yang tersedia)

c. Material (pentingnya masalah)

Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, yaitu:

1. = tidak penting

2. = agak penting

3. = cukup penting

4. = penting

5. = sangat penting

Tabel 5. Matriks Prioritas Masalah dari Keluarga Ny. S

No. Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Kebiasaan pasien yang

makan tidak teratur

4 4 4 3 4 4 4 12.288

I

2. Tingkat pengetahuan yang

rendah tentang kesehatan

4 4 3 3 3 4 4 6.912

II

3. Memiliki risiko penyakit

keturunan

3 3 3 3 4 4 4 5184

III

Keterangan:

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (tehnologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingya masalah)

23

Page 24: abortus iminens

Kriteria penilaian:

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

Prioritas masalah yang diambil adalah bagaimana meningkatkan

kedisiplinan pola makan serta meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga

mengenai penyakit yang sedang dialaminya melalui edukasi terhadap penderita

dan keluarga sehingga penderita bisa terdorong untuk mengatur pola makan.

24

Page 25: abortus iminens

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita

hamil sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang

buruk akibat dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar

terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan

tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini

biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung

selama kurang lebih 10 minggu.1

Tabel 6. Definisi-Definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan

(Sumber: J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011)

4.2 Epidemiologi

Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-

90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-

60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-

2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari

1000 kehamilan.2

Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada

usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan

sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-

10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.1,2

Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-

1953) melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia,

menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko

25

Page 26: abortus iminens

untuk terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian,

dari 56 wanita yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada

kehamilan kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan

ketiga.4

4.3 Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di

Canada diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis

gravidarum diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri,

kelainan gastrointestinal, dan diabetes pregestasional.2 Tidak ada bukti bahwa

penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan

biokimia.

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah

sebagai berikut 1,4 :

1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola

hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan

dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.1,4

2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik

akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap

perubahan tersebut.1,4

3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.1,4

4. Faktor psikologis

Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang

retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan

memegang peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis

gravidarum. 1,2,3

Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan Van de Ven (1997), hiperemesis

nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon

korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu,

26

Page 27: abortus iminens

pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis. Namun

adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori sebagai

penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti.2

4.4 Patofisiologi

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya

bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah

merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama

yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom

somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan

aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan

dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari Chemoreceptor Trigger

Zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum.

Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui

nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah

formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan

pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah

dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan

melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.2

Ketika pusat muntah sudah cukup terangsang akan timbul efek: (1) bernafas

dalam, (2) terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong sfingter

krikoesofagus terbuka, (3) tertutupnya glotis, (4) terangkatnya palatum mole

untuk menutup nares posterior. Berikutnya timbul kontraksi yang kuat dari otot

abdomen yang dapat menimbulkan tekanan intragastrik yang meninggi. Akhirnya

sfingter esofagus mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan pengeluaran isi

lambung.2

Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih

kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat

dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang

tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik,

asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum

dan kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga

cairan ekstra vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah

27

Page 28: abortus iminens

turun, demikian juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan

hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya

zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan

bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih

banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. Disamping

dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada

selaput lendir esofagus dan lambung (Mallory-Weiss Syndrom), dengan akibat

perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan

dapat berhenti sendiri.1

Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor

biologis, psikologi dan sosiokultural.1,2

Gambar 4.1 Patofisiologi Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum.6

Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor

biologis, psikologi dan sosiokultural.1,2

4.5 Gejala dan Tanda

Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis

gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah

tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu

28

Page 29: abortus iminens

aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga

tingkatan, yaitu1,4 :

1. Tingkat I.

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu

merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri

pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik

menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.1,4

2. Tingkat II.

Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah

mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan

mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,

hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau

pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam

kencing.1,4

3. Tingkat III.

Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari

somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.

Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy

Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini

terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya

ikterus menunjukan adanya gangguan hati.1,4

4.6 Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.

a.       Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan

muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus

menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas

pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi

29

Page 30: abortus iminens

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum

seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit

sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor

serebri).

b.      Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,

tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan

pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

c.       Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis

dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah

lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, Ultra Sonographic (USG) (pemeriksaan

penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan

tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan

fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum

dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi

infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.

Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan

pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,

kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi

adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

4.7 Diagnosis Banding

Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala

muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara

lain:

1. Dispepsia

Pasien dicurigai menderita dispepsia jika pasien mempunyai riwayat makan

yang tidak teratur, dan sering menggunakan Non-Steroidal Anti Inflammation

Drugs (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan

dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua

pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium

yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko dapat

30

Page 31: abortus iminens

menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain

menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien

hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare. 3,7,8

2. Hepatitis.

Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat

biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan

Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic

Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan

pasien hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang

sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya

memang sudah menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu

menegakkan diagnosis. 3,7,8

4.8 Penatalaksanaan

Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis.

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain :

1. Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan

proses fisiologis. 1,4

2. Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang

normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia

kehamilan 4 bulan. 1,4

3. Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi

yang lebih sering. 1,4

4. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan

untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. 1,4

5. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau

minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1,4

6. Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk

menghindari kekurangan karbohidrat. 1,4

7. Defekasi yang teratur.1

Terapi obat-obatan

31

Page 32: abortus iminens

Jika dengan tindakan pencegahan diatas tidak dapat mengurangi gejala dan

keluhan maka perlu dilakukan pengobatan. Pada pasien dengan hiperemesis

gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap dirumah sakit, dan

dilakukan penanganan yaitu :

1. Obat-obatan.

Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin,

antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin

yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6).

Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah.

Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian

antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada

reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,

menurunkan rangsangan di pusat muntah.

Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan

dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin

antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine,

promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazine bekerja

pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu

metocloperamide bekerja di sentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek

antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan spincter esofagus bagian bawah

dan menurunkan transit time pada saluran cerna.

Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual

dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula.

Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Ondansetron biasanya

diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah

diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih

kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat

meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.1,4

2. Terapi Nutrisi.

32

Page 33: abortus iminens

Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada

derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap

rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna

harus digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan

Nasogastric Tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya

dapat mengabsorbsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk

menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke

hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.2

Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan

adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah

protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari

makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan

muntah.1,2 Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-

hari ditambah dengan 300 kkal perharinya.2

3. Isolasi.

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki

peredaran udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang

diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan

masuk. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya

dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.1

4. Terapi psikologik.

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.

Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan

proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik

lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan

muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan

menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.1

5. Cairan parenteral.

33

Page 34: abortus iminens

Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme

kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi

gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah

berkurang.2 Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi

termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka

tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang

hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang

tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus

memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang

diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.2

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein

dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila

perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan

vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi

kekurangan protein.1

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu

diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh

dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan

pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila

dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba

untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan

makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala

akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik.

6. Terapi Alternatif.

Vitamin B6, merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid,

karbohidrat dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis

masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg per

hari tiap 8 jam. Selain itu Czeizel melaporkan suplementasi multivitamin secara

bermakna mengurangi kejadian mencegah insiden hiperemesis gravidarum.2

34

Page 35: abortus iminens

Diagram 1. Hubungan antara vitamin B6 dengan mual dan muntah pada

kehamilan.8

Vitamin B6 merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme protein dimana

peningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan asupan

vitamin B6. Vitamin B6 diperlukan untuk sintesa serotonin dari tryptophan.

Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf

panca indera akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual dan

muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di

urin. Kedua asam ini diekskresi apabila jalur perubahan tryptophan menjadi niacin

terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi vitamin B6. Kadar hormon

estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja enzim kynureninase

yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi niacin, yang mana

kekurangan niacin juga dapat mencetuskan mual dan muntah.

4.9 Komplikasi

Penyulit yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang

timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata

(oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung. Penyulit

lainnya yang mungkin timbul adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss

pada esofagus, pneumotoraks dan neuropati perifer. Pada janin dapat ditemukan

kematian janin, pertumbuhan janin terhambat, preterm, berat badan lahir rendah,

kelainan kongenital.2,4

35

Page 36: abortus iminens

4.10 Prognosis

Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan

merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut

menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12

minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami

mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah

usia kehamilan 20 minggu.2

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada

usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat,

penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.3

36

Page 37: abortus iminens

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Dasar Penegakan Diagnosis

Menurut pembagian tingkatan atau grade hiperemesis gravidarum, kasus Ny.

S termasuk grade I. Terbukti dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah

kearah sana. Berikut dibawah ini kriteria grade I hiperemesis gravidarum:

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu

merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri

pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik

menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.1,4

Pemeriksaan penunjang diusulkan untuk melakukan pemeriksaan urinalisa,

faal hepar, dan elektrolit dengan tujuan:

a. Urinalisa

Untuk melihat adakah ketonuria yang menunjukkan proses metabolisme

lemak yang tidak sempurna secara berlebihan sehingga mengarah pada

grade II hiperemesisnya.

b. Faal Hepar

Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat

biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai

peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan

Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-

kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III

(tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis

dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis.

Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis

c. Elektrolit

Pasien dengan hiperemesis gravidarum pasti banyak mengeluarkan cairan

elektrolit. Tujuan dalam melakukan pemeriksaan ini adalah agar

mengetahui seberapa banyak elektrolit yang terbuang, misalnya ion

kalium, kalsium, natrium, klorida.

37

Page 38: abortus iminens

(Sumber:Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518)

5.2 Dasar Rencana Penatalaksanaan

ObatNama Bentuk

sediaanFarmakokinetik dan farmakodinamik

Efek samping obat

Pemberian IndikasiCara Dosis/

waktuTrovensis (Ondancetron)

ampul Farmakokinetik: diabsorbsi cepat, kadar maksimum 1-1,5 jam, waktu paruh 3 jam terikat protein plasma 70-76%.Farmakodinamik: mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreseptor trigger zone di area postrema dan juga pada aferen vagal saluran cerna

Konstipasi, sakit kepala, mengantuk, gangguan saluran cerna, dsb

I.V 2x8mg

Digunakan untuk mual dan muntah pada pengobatan kanker dengan radioterapi atau sitostatika

Neurobion Ampul Vit B1: absorbsi cepat, maksimal 8-15mg.hari.Vit B6; mudah diabsorbsi lewat saluran cerna, kebutuhan 2mg/hari.Vit B12:

Reaksi hipersensitivitas

Drip Drip dengan RD5 28 tpm

Profilaksis, pencegahan, dan penyembuhan kekurangan vit. B1, vit. B6, vit. B12,

38

Page 39: abortus iminens

kebutuhan perhari 1 ug

neuritis, dan polineuritis

RD5 Infus Mengganti cairan tubuh yang hilang, komposisi NaCl, Kc, CaCl

I.V 20 tpm

Dehidrasi, hipovolemi

Rehidrasi Maintenance:

• Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik

• misalnya Ringer Laktat, ringer asetat atau normal salin.

• Bila memakai normal salin harus berhati-hati agar jangan sampai diberikan

dalam jumlah yang banyak karena dapat menyebabkan delusional acidosis

atau hyperchloremic acidosis.

• Bila diperlukan dapat ditambahkan ion kalium.

• Perlu diperhatikan bahwa pemberian cairan yang mengandung dekstrosa

harus didahului dengan pemberian thiamin untuk mencegah terjadinya

ensefalopati Wernicke.1,2

• Digunakannya cairan RD5 adalah selain untuk memenuhi kebutuhan

cairan pasien juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalori pasien.

• Digunakan dektrosa, karena pada pasien hiperemesis gravidarum terjadi

oksidasi lemak yang tidak sempurna yang ditandai dengan ditemukannya

benda keton di dalam urin.

• Selain itu cairan dextrose bersifat isotonic hiperosmotik membantu

transport cairan intravaskuler menuju intraseluler sehingga dapat

memperbaiki kondisi dehidrasi pasien.

Drugs (Ondancetron)

• Pengobatan sebaiknya diberikan setelah periode klasik teratogenik

terlampaui

• 31-71 hari setelah hari pertama haid terakhir atau pada usia kehamilan 5-

10 minggu.

• Pada periode tersebut terjadi proses organogenesis sehingga bahan kimia

dapat mempengaruhi proses perkembangan organ mencapai puncak

tercepat.2

39

Page 40: abortus iminens

• Ondancentron lebih aman (efek teratogenik tidak ada) dibandingkan obat

antiemetik lainnya.

• Metokloperamid mempertinggi ambang rangsang muntah di

Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) dan obat ini menurunkan kepekaan

saraf viseral yang menghantarkan impuls aferen dari saluran cerna ke

pusat muntah.

Drugs (Neurobion)

• Neurobion (mengandung vitamin B1, B6, B12) diberikan secara drip IV.

• Suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan mencegah

insiden hiperemesis gravidarum.

• Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan koenzim yang berperan dalam

metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino.

40

Page 41: abortus iminens

BAB VI

PENUTUP

8.1 Kesimpulan Holistik

Ny. S (33 tahun) adalah seorang penderita apendisitis akut, dengan kondisi

keluarga yang harmonis. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota

masyarakat biasa.

1. Diagnosis dari segi biologis

G2P1001Ab000 UK 6-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade I

2. Diagnosis dari segi psikologis

Hubungan antara suami dan anak baik, saling membantu jika terkena

masalah. Bila ada yang sakit keluarga berkunjung dan menjaga

3. Diagnosis dari segi sosial :

Hubungan pasien dan keluarga sedikit kurang membaur dengan

masyarakat terutama suami pasien meski tidak memiliki kedudukan tinggi

di masyarakat.

8.2 Saran Komprehensif

Ny. S dan keluarga perlu membiasakan pola hidup sehat, mengetahui tentang

penyakit hiperemesis gravidarum dan komplikasinya.

1. Promotif

Memberi tahu bahwa kehamilan 6-10 minggu bila terjadi mual

dan muntah itu adalah hal yang normal dan akan menurun pada

usia kehamilan diatas 10 minggu.

Selalu menjaga kesehatan baik diri sendiri dan lingkungan

keluarga karena masih trimester I rentan akan sakit.

Menghidari pekerjaan yang terlalu berat

Selalu minta saran dokter atau bidan bila ingin mengkonsumsi

obat lain selain dari dokter atau bidan.

2. Preventif

Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan

frekuensi yang lebih sering

41

Page 42: abortus iminens

Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi

dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh

hangat.

Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan

atau minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau

sangat dingin.

3. Kuratif

Mengkonsumsi obat yang aman untuk ibu hamil, misalnya antimual

(ondancetron) dan vitamin terutama B6.

4. Rehabilitatif

Olahraga yang teratur, selalu menjaga kebutuhan nutrisi janin dengan

makan tinggi kalori

42