Top Banner
LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. H Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : 53 tahun Agama : Islam Suku : Bugis / Indonesia Pekerjaan : Pedagang Alamat : Jl. Poros Mamuju Kalukku No. Register : 539738 Tanggal pemeriksaan : 19 Maret 2012 Rumah sakit : Wahidin Sudirohusodo II. ANAMNESIS KU : Penglihatan kabur pada mata kanan AT : Penglihatan kabur pada mata kanan sejak ± sepuluh hari yang lalu secara tiba-tiba, Pasien mengeluh mata kanannya tidak dapat melihat dengan jelas bagian bawah obyek di depannya yang seperti terpotong, semakin lama semakin memberat. Sebelumnya, pasien merasa seperti melihat bayangan kecil berwarna hitam di bagian bawah. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien mengangkat barang yang sangat berat. Setelah hal tersebut sehingga pasien merasa berdampak pada penglihatannya. Air 1
37

Abalasio Retina Ref

Oct 21, 2015

Download

Documents

ablasio retina
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Abalasio Retina Ref

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. H

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 53 tahun

Agama : Islam

Suku : Bugis / Indonesia

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. Poros Mamuju Kalukku

No. Register : 539738

Tanggal pemeriksaan : 19 Maret 2012

Rumah sakit : Wahidin Sudirohusodo

II. ANAMNESIS

KU : Penglihatan kabur pada mata kanan

AT : Penglihatan kabur pada mata kanan sejak ± sepuluh hari yang lalu secara

tiba-tiba, Pasien mengeluh mata kanannya tidak dapat melihat dengan jelas

bagian bawah obyek di depannya yang seperti terpotong, semakin lama

semakin memberat. Sebelumnya, pasien merasa seperti melihat bayangan

kecil berwarna hitam di bagian bawah. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya

pasien mengangkat barang yang sangat berat. Setelah hal tersebut sehingga

pasien merasa berdampak pada penglihatannya. Air mata berlebihan (-),

kotoran mata berlebih (-), rasa berpasir pada mata (-), gatal pada mata (-), rasa

mengganjal (-), silau (+), sakit kepala (+) sejak enam tahun yang lalu, hilang

timbul dan tidak terlalu mengganggu aktivitas. Riwayat mata merah (-).

Riwayat nyeri (-), riwayat trauma (-), riwayat memakai kaca mata (+) sejak

enam tahun yang lalu, kacamata yang dipakai kacamata baca. Riwayat

Hipertensi (-). Riwayat Diabetes Melitus (-), riwayat penyakit sama pada

keluarga (-). Riwayat penyakit sistemik lainnya (-), riwayat trauma (-). Riw

sering mengangkat barang-barang berat (+).

1

Page 2: Abalasio Retina Ref

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

A. Inspeksi

PEMERIKSAAN OD OS

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Apparatus

Lakrimalis

Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)

Silia Normal Normal

Konjungtiva Hiperemis (-) \Hiperemis (-)

Bola mata Normal Normal

Mekanisme

muscular

- ODS

- OD

- OS

Normal ke segala arah : Normal ke segala

arah :

Kornea Jernih Jernih

Bilik Mata Depan Normal Normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte

(+)

2

Page 3: Abalasio Retina Ref

Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral

Lensa Jernih Jernih

B. Palpasi

Pemeriksaan OD OS

Tensi okuler Tn-1 Tn

Nyeri tekan (-) (-)

Massa tumor (-) (-)

Glandula preaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada

pembesaran

C. Tonometri

TOD : 7,5 mmHg

TOS : 14,6 mmHg

D. Oftalmoskopi

FOD : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3,

makula, refluks fovea (+).

3

Page 4: Abalasio Retina Ref

Retina perifer: ablasio (+) melibatkan ½ area setengah superior

makula, pada terangkat lebih hiperpigmentasi.

FOS : Refleks fundus (+), papil N.II berbatas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3,

refleks fovea (+), retina perifer kesan normal.

E. Slit Lamp

SLOD : konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, Bilik Mata

Depan kesan normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat

sentral, RC (+), lensa jernih.

SLOS : konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, Bilik Mata

Depan kesan normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat

sentral, RC (+), lensa jernih.

F. Visus

VOD 1/300

VOS 6/6

G. Campus Visual

Tidak dilakukan pemeriksaan

[H.] Light Sense

Tidak dilakukan Pemeriksaan

H.[I.] Penyinaran Oblik

Pemeriksaan OD OS

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kornea Jernih Jernih

BMD Normal Normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, sentral, RC(+) Bulat, sentral, RC(+)

Lensa Jernih Jernih

I.[J.] Diafanoskopi

Tidak dilakukan Pemeriksaan

J.[K.] Pemeriksaan B-Scan

Tidak dilakukan Pemeriksaan

4

+LP = + + -

Page 5: Abalasio Retina Ref

K.[L.] CT-Scan kepala

Tidak dilakukan pemeriksaan

L.[M.] Pemeriksaan Laboratorium

Foto thoraks PA: tidak tampak kelainan pada foto thorax ini.

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

HbsAg negatif Negatif

Anti HCV negatif negatif

Glukosa sewaktu 104 mg/dl 140 mg/dl

Ureum 33 mg/dl 10-50 mg/dl

Kreatinin 1,1 mg/dl L (<1,3)

GOT/GPT 28/28 U/L <38/<41 UL

WBC 6,6 103/mm3 4,0-10,0 103/mm3

RBC 4,52 103/mm3 4,50-6,50 103/mm3

HGB 14,3 g/dl 13,0-17,0 g/dl

PLT 216 103/mm3 150-500 103/mm3

IV. DIAGNOSIS

OD Ablasio Retina tipe Regmatogenosa

V. PLANNING

Pemeriksaan B-Scan

VI. ANJURAN TERAPI

Vitanorm 1x1 tts OD

Rencana Laser Fotokoagulasi + Skleral buckling

VI. RESUME

5

Page 6: Abalasio Retina Ref

Seorang laki-laki umur 43 tahun datang ke poliklinik RSWS dengan

keluhan utama penglihatan kabur pada okuli dextra + sepuluh hari yang lalu

secara tiba-tiba, mata kananya tidak dapat melihat bagian bawah obyek di

depannya. Sebelumnya, pasien merasa seperti melihat bayangan kecil

berwarna hitam di bagian bawah. Riw sering mengangkat barang-barang

berat (+).

Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada inspeksi OD dan OS hasil

pemeriksaan normal. Pada pemeriksaan, tekanan bola mata pada okuli dextra

adalah Tn-1, pemeriksaan Tonometri menunjukkan hasil TOD 7,5 mmHg dan

VOS : 1/300 tidak dapat dikoreksi. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan

FOD Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3,

makula, refluks fovea (+).

Retina perifer: ablasio (+) melibatkan ½ area setengah superior makula,

terangkat lebih hiperpigmentasi.

VII. DISKUSI

Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan adanya keluhan pasien

dengan penglihatan kabur pada mata kanan yang dialami secara tiba-tiba

sekitar kurang lebih sepuluh hari yang lalu. Pasien mengeluh mata kanannya

tidak dapat melihat dengan jelas bagian bawah obyek di depannya yang

seperti terpotong, semakin lama semakin memberat. Riwayat seperti melihat

kilatan (+), riwayat seperti ada bintik-bintik hitam yang berterbangan (+).

Gejala yang dirasakan pasien merupakan gejala yang khas yang dapat

dijumpai pada keadaan-keadaan terjadinya ablasio retina. Adapun gejala

tersebut yaitu adanya floaters berupa bintik-bintik hitam berterbangan, light

flashes berupa melihat kilatan dan penurunan ketajaman penglihatan.

Dari pemeriksaan mendukung dengan adanya pemeriksaan

ophthalmology berupa pemeriksaan funduskopi yang memberikan kesan

OD Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel

kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini

sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch.

6

Page 7: Abalasio Retina Ref

Ablasio retina terdiri dari 3 yaitu regmatogenosa, ablasio traksi dan

eksudatif. Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio ini adalah ablasio retina

regmatogenosa. Karakteristik dari ablasio retina ini adalah adanya

pemutusan total suatu rhegma di retina sensorik, traksi korpus vitreum

dengan derajat yang bervariasi dan mengalirnya korpus vitreum cair melalui

defek retina sensorik kedalam ruang subretina. Gejala yang sering

dikeluhkan penderita adalah adanya floaters (terlihatnya benda-benda yang

melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh

adanya darah, pigmen retina yang lepas, atau degenerasi vitreus itu sendiri.

Photopsia atau kilatan cahaya tanpa adanya sumber cahaya disekitarnya

yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya

atau dalam keadaan gelap. Penurunan tajam penglihatan, penderita

mengeluh separuh lapangan pandangnya terganggu.

Pasien ini dianjurkan untuk scleral buckling serta injeksi gas dengan

tujuan untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas. Dengan

melekatnya retina pada koroid diharapkan dapat memperbaiki prognosis

pasien, yaitu terjadi peningkatan visus. Selain itu tindakan ini untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut, yaitu peninggian tekanan bola mata bila

telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasi yang telah lama.

Prinsip bedah pada ablasio retina yaitu :

1. Menemukan semua bagian yang terlepas

2. Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang masing-masing daerah retina

yang terlepas.

3. Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu yang cukup untuk

menghasilkan adhesi dinding korioretinal yang permanen pada daerah

subretinal.

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu

terjadinya ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi

yang cepat prognosisnya lebih baik. Jika makula melekat dan pembedahan

berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat

7

Page 8: Abalasio Retina Ref

baik. Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam

penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.

ABLASIO RETINA

8

Page 9: Abalasio Retina Ref

I. Pendahuluan

Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan

lapisan ketiga bola mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan

jaringan uvea yang merupakan jaringan vaskuler yang terdiri dari iris,

badan siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen

epitel retina. Antara retina dan koroid terdapat rongga yang potensial yang

bisa mengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang disebut

sebagai ablasio retina.1

Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir,

yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik.

Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan

dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya

pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh

otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di

korteks. Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan

fotoreseptor melalui akson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak.2

II. Anatomi retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan,

multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola

mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus

siliare, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata

berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan

5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina

sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga

bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan sklera. Disebagian besar

tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga

membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablsio retina.

Tetapi pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitelium pigmen

retina saling melekat kuat sehingga membatasi perluasan cairan subretina

pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang subkhoroid yang

dapat terbentuk antara khoroid dan sklera yang meluas ke taji sklera.

9

Page 10: Abalasio Retina Ref

Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora serrata, dibawah pars

plana dan pars plikata. Lapisan - lapisan epitel permukaan dalam korpus

siliare dan permukaan posterior iris merupakan perluasan ke anterior retina

dan epitelium pigmen retina. Permukaan dalam retina menghadap ke

vitreus.2

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai

berikut:

1. Epitelium pigmen retina

Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri

dari satu lapisan sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel

silindris dengan inti di basal. Daerah basal sel melekat erat membran

Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina,

yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung

jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin,

mengurangi hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara

koroid dan retina.3, 4, 5

2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.

Sel-sel batang dan kerucut di laisan fotoreseptor mengubah

rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh

jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan ocipital. Fotoreseptor

tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut meningkat di di pusat

makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer.

Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut

mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang

disebut iodopsin yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga

warna (merah,hijau,biru) untuk penglihatan warna. Sel kerucut

berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik). Subgrup sel kerucut

responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan

panjang (biru, hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan

malam (skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini

terlihat beragam corak abu-abu, tetapi warnanya tidak dapat

10

Page 11: Abalasio Retina Ref

dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh kombinasi sel

kerucut dan batang.2,4, 5

3. Membrana limitans externa

4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dari inti dari

batang dan kerucut.3,6

5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan

sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor .3,6

6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan –

sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar .3,6

8. Lapisan sel ganglion, Ini terutama mengandung sel badan sel ganglion

(urutan kedua neuron visual 7 pathway). Ada dua jenis sel ganglion.3,6

9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion

yang berjalan menuju ke nervus optikus.3,6

10. Membrana limitans interna. Ini adalah lapisan paling dalam dan

memisahkan retina dari vitreous. Itu terbentuk oleh persatuan ekspansi

terminal dari serat yang Muller, dan pada dasarnya adalah

dasar membran.3,6

Gambar 1. Lapisan retina dari luar ke dalam (3)

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm

pada kutub posterior. Di tengah – tengah retina posterior terdapat makula.

Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi

kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang

11

Page 12: Abalasio Retina Ref

berdiameter 1,5 mm. Secara histologis makula merupakan bagian retina

yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel. Secara

klinis, makula adalah bagian yang dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh

darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5 mm di sebelah lateral

diskus optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas – jelas merupakan

suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan

oftalmoskop.2

Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi

fluoresens. Secara histologi, fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti

luar dan tidak adanya lapisan – lapisan parenkim karena akson – akson sel

fotorreceptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran secara

sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina.

Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya

adalah sel kerucut dan bagian retina yang paling tipis. Semua gambaran

histologis ini memberikan diskriminasi visual yang halus. Ruang

ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling besar di

makula dan penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel

dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebal sekali.2

Gambar 2. Anatomi makula (6)

Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang

berada tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina

termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotorreceptor, dan

lapisan epitel pigmen retina serta cabang – cabang dari arteri sentralis

retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya

12

Page 13: Abalasio Retina Ref

diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak

dapat diperbaiki kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina

mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar

darah retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar

darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.2,3

III. Definisi

Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina

sensorik, yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan

bagian dalam, epitel pigmen retina dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel

pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara

sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural

dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang

potensial untuk lepas secara embriologis. 1,3,7

Gambar 3. Ablasio retina (4)

IV. Epidemiologi

Penyebab The most common worldwide etiologic factors

associated with retinal detachment are myopia (ie, nearsightedness),

aphakia, pseudophakia (ie, cataract removal with lens implant), and

13

Page 14: Abalasio Retina Ref

traumpaling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina

adalah miop, afakia, pseudofakia, dan trauma. Approximately 40-50% of

all patients with detachments have myopia, 30-40% have undergone

cataract removal, and 10-20% have encountered direct ocular trauma.

Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio memiliki miop, 30-40%

mengalami pengangkatan katarak, dan 10-20% telah mengalami trauma

okuli. Traumatic detachments are more common in young persons, and

myopic detachment occurs most commonly in persons aged 25-45

years.Dablasio ablasio retina yang terjadi akibat trauma lebih sering terjadi

pada orang muda, dan miop terjadi paling sering pada usia 25-45 tahun.

Although no studies are available to estimate incidence of retinal

detachment related to contact sports, specific sports (eg, boxing and

bungee jumping) have an increased risk of retinal detachment. Meskipun

tidak ada penelitian yang menunjukkan untuk terjadinya ablasio retina

yang berhubungan dengan olahraga tertentu (misalnya, tinju dan bungee

jumping) tetapi olahraga tersebut meningkatkan resiko terjadinya ablasio

retina.2,8,9

SexNo predilection exists; overall, incidence is unchanged even

when corrections for the higher rate of ocular trauma in men is

considered.Kejadian ini tidak berubah ketika dikoreksi, meningkat pada

pria dengan trauma okuli.Of those younger than 45 years who have retinal

detachment, 60% are male and 40% are female. Ablasio retina pada usia

kurang dari 45 tahun, 60% laki-laki dan 40% perempuan.9

AgeAs the population ages, retinal detachments (RDs) are

becoming more common.ablasiAblasio retina biasanya terjadi pada orang

berusia 40-70 tahun. However, paintball injuries in young children and

teens are becoming increasingly common causes of eye injuries, including

traumatic retinal detachments. Namun, cedera paintball pada anak-anak

dan remaja merupakan penyebab umum dari cedera mata, yang termasuk

ablasio retina traumatik.9

V. Klasifikasi

14

Page 15: Abalasio Retina Ref

Berdasakan penyebabnya ablasio retina dibagi menjadi:

1. Ablasio Retina Primer (Ablasio Retina Regmatogenosa)

Ablasio regmatogenosa berasal dara kata Yunani rhegma, yang

berarti diskontuinitas atau istirahat . Pada ablasio retina regmatogenosa

dimana ablasi terjadi adanya robekan pada retina sehingga cairan

masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi

pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreus) yang masuk

melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga

mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.

Ablasio regmantogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh

pelepasan korpus vitreum posterior.1,2,8

Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmatogenosa antara

lain: 2,3

a. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun.

Namun, usia tidak menjamin secara pasti karena masih banyak

faktor yang mempengaruhi.

b. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki

dengan perbandingan laki : perempuan adalah 3 : 2

c. Miopi. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa

terjadi karena seseorang mengalami miop.

d. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia

daripada seseorang yang fakia. Pasien bedah katarak diduga akibat

vitreus ke anterior selama atau setelah pembedahan. Lebih sering

terjadi setelah ruptur kapsul, kehilangan vitreus dan vitrektomi

anterior. Ruptur kapsul saat bedah katarak dapat mengakibatkan

pergeseran materi lensa atau sesekali, seluruh lensa ke dalam

vitreus.

e. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi

f. Fenile Posterior Vitreous Detachment (PVD). Hal ini terkait

dengan ablasio retina dalam kasus banyak.

15

Page 16: Abalasio Retina Ref

g. Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus (CMV)

retinitis pada pasien AIDS berupa nekrosis retina dengan formasi

istirahat retina terjadi, kemudian, cairan dari rongga vitreous dapat

mengalir melalui istirahat dan melepas retina tanpa ada hadir traksi

vitreoretinal terbuka. This commonly occurs in acute retinal

necrosis syndrome and in cytomegalovirus (CMV) retinitis in

AIDS patients.

h. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti

Lattice degeneration, Snail track degeneration, White-with-

pressure and white-without or occult pressure, acquired

retinoschisis

Ablasio retina akan memberikan gejala prodromal terdapatnya

gangguan penglihatan yang kadang – kadang terlihat sebagai tabir

yang menutupi (floaters) akibat dari vitreous cepat degenerasi dan

terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan

penglihatan akibat sensasi berkedip cahaya karena iritasi retina oleh

gerakan vitreous.1,3

Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat

berbahaya karena dapat mengangkat macula. Penglihatan akan turun

secara akut bila lepasnya retina mengenai macula lutea. Pada

pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna

pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan

retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina

yang lepas (ablasi) bergoyang. Kadang – kadang terdapat pigmen

didalam badan kaca. Pada pupil terdapat adanya defek aferen pupil

akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat

meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaucoma pada ablasi yang

telah lama.1

16

Page 17: Abalasio Retina Ref

Gambar 4. Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah panah menunjukkan horseshoe tear (7)

2. Ablasio Retina Sekunder (Non regmatogenosa)

i. Ablasio Retina Eksudatif

Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan

cairan eksudat di bawah retina (subretina) dan mengangkat retina.

Penimbunan cairan subretina terjadi akibat ekstravasasi cairan dari

pembuluh retina dan koroid. Penyebab Ablasio retina eksudatif

dibagi menjadi dua yaitu penyakit sistemik yang meliputi

Toksemia gravidarum, hipertensi renalis, poliartritis nodosa.

Sedangkan penyakit mata meliputi akibat inflamasi (skleritis

posterior, selulitis orbita), akibat penyakit vascular (central serous

retinophaty, and axudative retinophaty of coats, akibat neoplasma

(malignant neoplasma koroid dan retinoblastoma), akibat

perforasi bola mata pada operasi intraokuler.1,2,3

Gejala klinis ablasio retina eksudatif antara lain:3

a. Tidak adanya photopsia, lubang / air mata, lipatan dan

undulations.

b. Ablasio retina eksudatif halus dan cembung. Pada puncak

tumor itu biasanya bulat dan tetap dan bisa menunjukkan

gangguan pigmen.

c. Kadang-kadang, pola pembuluh retina mungkin terganggu

akibat adanya neovaskularisasi di puncak tumor.

d. Pergeseran cairan ditandai dengan mengubah posisi daerah

terpisah dengan gravitasi adalah ciri khas yang dari detasemen

retina eksudatif.

e. Pada tes transillumination satu ablasio sederhana muncul

transparan sedangkan ablasio padat.

17

Page 18: Abalasio Retina Ref

Gambar 5. Ablasio retina tipe eksudatif akibat dari hasil metastase karsinoma payudara (6)

ii. Ablasio retina traksi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat

tarikan jaringan parut pada korpus vitreus (badan kaca). Pada

badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan

diabetes melitus proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca

akibat bedah atau infeksi. Tipe ini juga dapat terjadi sebagai

komplikasi dari ablasio retina regmatogensa.1,2,3

Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama

akan membuat retina semakin halis dan tipis sehingga dapat

menyebabkan terbentuknya proliferatif vitreotinopathy (PVR)

yang sering ditenukan pada tipe Regmetogenosa yang lama. PVR

juga dapat terjadi kegagalan dalam penatalaksanaan ablasio retina

regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen retina, sel glia, dan sel

lainya yang berada di dalam maupun di luar retina pada badan

vitreus akan membentuk membrane. Kontraksi dari membrane

tersebut akan menyebabkan retina tertarik ataupun menyusut,

18

Page 19: Abalasio Retina Ref

sehingga dapat mengakibatkan terdapatnya robekan baru atau

brkembang menjadi ablasio retina traksi.1,2,3,6

Gambar 6. Ablasio retina traksi dengan proliferatif vitreoretinopati (6)

VI. Diagnosis

Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

oftalmologi dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan

penderita adalah:

a. Floaters (terlihatnya benda melayang – laying) yang terjadi karena

adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang

lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.1,2,3

b. Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber

cahaya di sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata

digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.3

c. Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya

sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakian luas.

Pada keadaan yang telah lanjut, dapat terjadi penurunan tajam

penglihatan yang berat.1,3,6

Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relative

terlokalisir, tetapi jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka

akan berkembang menjadi lebih berat jika berlangsung sedikit sedikit demi

sedikir menuju ke arah makula. Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa

sakit tiba- tiba kehilangan penglihatan terjadi ketika kerusakannya sudah

parah. Pasien seperti biasanya mengeluhkan kemunculan tiba – tiba awan

gelap atau kerudung didepan mata.2,3

19

Page 20: Abalasio Retina Ref

Selain itu perlu di anamnesa adanya faktor predisposisi yang

menyebakan teradi ablasio retina seperti adanya riwayat trauma, riwayat

pembedahan sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan korpus

alienum inoukler, riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan

vitreus, amblopia, galukoma, dan retinopati diabetik). Riwayat keluarga

dengan sakit mata yang sama serta penyakit serta panyakit sistemik yang

berhubungan dengan ablasio retina (diabetes melitus, tumor, sickle cell

leukimia, eklamsia, dan prematuritas).1,2,3

2. Pemeriksaan oftalmoskopi

Adapun tanda – tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini

antar lain :

a. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan

akibat terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau

badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan

akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat. 1,2,3

b. Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih atau mungkin normal.1,3

c. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk

mendiagnosa ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop

indirek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami

ablasio tampak sebagai membran abu – abu merah muda yang

menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi

cairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi

retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas

dari dasarnya berwarna gelap, berkelok – kelok dan membengkok

di tepi ablasio. Pada retina yang terjadi ablasio telihat lipatan –

lipatan halus. Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda

karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. 1,3,6

d. Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada.3

e. Ultrasonography mngkonfirmasikan diagnosis. Ini adalah nilai

khusus pada pasien media berkabut terutama dihadapan padat

katarak.3

20

Page 21: Abalasio Retina Ref

VII. Penatalaksanaan

Tujuan utama bedah ablasi adalah untuk menemukan dan

memeperbaiki semua robekan retina, digunakan krioterapi atau laser untuk

menimbulkan adhesi antara epitel pigmen dan retina sensorik sehingga

mencegah influks cairan lebih lanjut kedalam ruang subretina,

mengalirkan cairan subretina ke dalam ke luar, dan meredakan traksi

vitreoretina.2,3

Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Prinsip

bedah pada ablasio retina yaitu :6

1. Menemukan semua bagian yang terlepas

2. Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang masing-masing daerah

retina yang terlepas.

3. Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu yang cukup untuk

menghasilkan adhesi dinding korioretinal yang permanen pada daerah

subretinal.

Pada pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara :

1. Scleral buckling

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina

rematogenosa terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur

meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan

cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle (sabuk). Sabuk ini

biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan

bentuk sabuk yang digunakan tergantung posisi lokasi dan jumlah

robekan retina. Pertama – tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk

memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen

retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada

robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut.

Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang

secara spontan dalam waktu 1-2 hari. 2,3,6

21

Page 22: Abalasio Retina Ref

Gambar 7. Spons silikon dijahit pada bola mata untuk menekan sklera di atas robekan retina setelah drainase

cairan sub retina dan dilakukan crioterapi (10)

Gambar 8. Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina sekarang melekat kembali dan traksi pada

robekan retina oleh vitreus dihilangkan (10)

2. Retinopeksi pneumatik

Retinopeksi pneumatik merupakan metode yang juga sering

digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat

robekan tunggal pada bagian superior retina. Teknik pelaksanaan

prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam

rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan

mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan

dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan

hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan

kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus

mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk

meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina.3,6

Gambar 9.

22

Page 23: Abalasio Retina Ref

Setelah pengangkatan gel vitreus pada drainase cairan sub retina, gas fluorokarbon inert disuntikan ke dalam rongga vitreus (10)

iii. Vitrektomi

Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio

akibat diabetes, dan juga pada ablasio regmatogenosa yang disertai

traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu

dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian

memasukkan instruyen ingá cavum vitreous melalui pars plana.

Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk

menghilangkan berkas badan kaca (viteuos stands), membran, dan

perleketan – perleketan. Teknik dan instruyen yang digunakan

tergantung tipe dan penyebab ablasio. Lebih dari 90% lepasnya retina

dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern,

meskipun kadang- kadang diperlukan lebih dari satu kali operasi.3,6

VIII. Prognosis

Prognosis dari penyakit ini berdasarkan pada keadaan makula

sebelum dan sesudah operasi serta ketajaman visualnya. Jika, keadaannya

sudah melibatkan makula maka akan sulit menghasilkan hasil operasi yang

baik, tetapi dari data yang ada sekitar 87 % dari operasi yang melibatkan

makula dapat mengembalikan fungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus

diman makula yang terlibat hanya sepertiga atau setengah dari makula

tersebut.6

Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan

perlangsungannya kurang dari 1 minggu, memiliki kemungkinan sembuh

post operasi sekitar 75 % sedangkan yang perlangsungannya 1-8 minggu

memiliki kemungkinan 50 %.3

Dalam 10-15 % kasus yang dilakukan pembedahan dengan ablasio

retina yang melibatkan makula, kemampuan visualnya tidak akan kembali

sampai level sebelumnya dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya

beberpa faktor seperti irreguler astigmat akibat pergeseran pada saat

operasi, katarak progresif, dan edema makula. Komplikasi dari

23

Page 24: Abalasio Retina Ref

pembedahan misalnya adanya perdarahan dapat menyebabkan kemampuan

visual lebih menurun.6

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Masa edisi ketiga. 2010. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta. p.1-10, 183-6

2. Vaughan, Daniel G. Asbury, Taylor. 2000. Oftalmologi umum (General

ophthalmology) edisi 17. EGC: Jakarta. p. 12-199

3. Khurana. Diseases of retina in comprehensive ophthalmology 4th edition.

New Age International Limited Publisher: India. p. 249- 279.

4. Junqueira LC, Jose C. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta:

EGC; 2007. Hal. 470-464

5. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC;

2002. Hal. 178-165.

6. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12 2007-

2008. Singapore: LEO; 2008. p. 9-299

7. Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition.

2006.Thieme. Germany. p. 305-344.

8. Sundaram venki. Training in Ophthalmology. 2009. Oxford university

press: New York. P.118-119

9. Larkin, L. Gregory. Retinal Detachment.[serial online] 8th septembe 2010

[cited 24th January 2012]. Available from :

http//emedicine.medscape.com/article/1226426

10. James, Bruce, dkk. Oftalmologi Lecture Notes. 2003. Erlangga: Jakarta. p.

117-7

24

Page 25: Abalasio Retina Ref

25