I. JUDUL KAJIAN TEKNIS PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP PRODUKTIFITAS ALAT MUAT ELECTRIC HIDRAULIC SHOVEL DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA I. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Tingkat keberhasilan kegiatan peledakan dapat mempengaruhi kegiatan penambangan berikutnya. Ukuran batuan dan bongkahan hasil peledakan dihapkan tidak banyak menimbulkan kesulitan baik dalam kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun peremukan. Untuk mencegah terjadinya kesulitan dan tercapainya sasaran produksi alat muat yang menggunakan Electric Hidraulic Shovel, factor-faktor yang harus diperhatikan adalah fragmentasi dan bentuk tumpukan material hasil peledakan. Apabila factor-faktor tersebut tidak sesuai dengan alat muat yang dipakai maka akan terjadi kesulitan dan target produksinya tidak tercapai. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan penelitian atau kajian terhadap metode pemboran dan pemboran khususnya geometri peledakan. II. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kegiatan peledakan yang meliputi : Faktor peralatan yang digunakan, parameter pengisian bahan peledak,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. JUDUL
KAJIAN TEKNIS PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP
PRODUKTIFITAS ALAT MUAT ELECTRIC HIDRAULIC SHOVEL DI PT
NEWMONT NUSA TENGGARA
I. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Tingkat keberhasilan kegiatan peledakan dapat mempengaruhi kegiatan
penambangan berikutnya. Ukuran batuan dan bongkahan hasil peledakan
dihapkan tidak banyak menimbulkan kesulitan baik dalam kegiatan pemuatan,
pengangkutan maupun peremukan.
Untuk mencegah terjadinya kesulitan dan tercapainya sasaran produksi alat
muat yang menggunakan Electric Hidraulic Shovel, factor-faktor yang harus
diperhatikan adalah fragmentasi dan bentuk tumpukan material hasil peledakan.
Apabila factor-faktor tersebut tidak sesuai dengan alat muat yang dipakai maka
akan terjadi kesulitan dan target produksinya tidak tercapai. Untuk mengetahui hal
tersebut perlu dilakukan penelitian atau kajian terhadap metode pemboran dan
pemboran khususnya geometri peledakan.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kegiatan peledakan yang
meliputi : Faktor peralatan yang digunakan, parameter pengisian bahan
peledak, geometri peledakan: burden, spasing, diameter lubang bor,
kedalaman lubang bor, powder factor, dan parameter batuan :sifat fisik dan
mekanik batuan.
2. Mengetahui pola pemboran sejajar atau selang seling, pola peledakan srentak
atau beruntun.
3. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemuatan: bentuk
tumpukan material, distribusi fragmentasi, dan metode pemuatan yang
diterapkan.
III.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah menganalisa pengaruh geometri peledakan
terhadap produktifitas alat muat Electric Hidraulic Shovel. Untuk dapat
menentukan geometri peledakan yang sesuai dengan alat muat Electric Hidraulic
Shovel sehingga dapat meningkatkan produktifitas alat muat tersebut.
IV. MANFAAT PENELITIAN
A. Bagi Mahasiswa
1. Dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang ilmu pengetahuan yang
telah dipelajari di perkuliahan dengan praktek di lapangan.
2. Dapat mendorong pengembangan ilmu pengetahuan yang akan
memperluas bagi pengembangan inovasi atau penemuan baru.
B. Bagi Perusahaan
1. Membantu perusahaan dalam menyelsaikan masalah yang sedang
berkembang.
2. Memberi masukan sumbangan pemecahan masalah.
V. DASAR TEORI
Kegiatan pembongkaran batuan pada batuan yang sangat keras dilakukan
dengan cara pemboran dan peledakan dengan tujuan untuk menghancurkan batuan
menjadi material dengan fragmentasi tertentu yang sesuai dengan proses
selanjutnya. Apabila ukuran fragmentasi bertambah (ukuran makin kecil), maka
biaya pemboran dan peledakan juga bertambah, tetapi biaya pemuatan,
pengangkutan dan peremukan menurun. Untuk mencapai keadaan tersebut
diperlukan pengamatan terhadap pola pemboran, pola peledakan, geometri
peledakan, karakteristik atau sifat-sifat fisik batuan yang diledakkan, dan sifat-
sifat bahan peledak yang digunakan.
A. Mekanisme Pecahnya Batuan
Terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan proses pecahnya
batuan. Proses pecahnya batuan oleh peledakan dapat dibagi dalam tiga tahap
menurut Olofsson, yaitu :
3. Tingkat pertama
Pada saat bahan peledak meledak lubang ledak mengembang karena
adanya proses penghancuran batuan di sekitar lubang ledak. Hal ini
diakibatkan karena adanya tekanan yang sangat tinggi dari bahan peledak
4. Tingkat kedua
Gelombang tekan keluar dari segala arah berasal dari lubang ledak, dengan
kecepatan yang sangat tinggi di dalam batuan. Ketika gelombang tekan ini
dipantulkan oleh bidang bebas, sehingga menyebabkan gelombang tarik di
dalam massa batuan di antara lubang ledak dan bidang bebas. Jika daya
regang pada batuan telah terlampaui maka batuan akan hancur di daerah
burden.
5. Tingkat ketiga
Pelepasan volume gas memasuki formasi retakan di bawah tekanan yang
sangat tinggi, mengembangkan retakan. Jika disain peledakan telah
diperhitungkan dengan benar, terutama jarak antara lubang ledak dan
bidang bebas, maka massa batuan di antara lubang ledak dan bidang bebas
akan tersebar dan terdorong ke muka.
B. Pemboran
Prinsip pemboran adalah mendapatkan kualitas lubang tembak yang
baik, dihasilkan oleh pemboran yang cepat dan dalam posisi yang tepat.
Untuk dapat memenuhi prinsip pemboran diatas, banyak faktor yang
mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, adalah :
1. Arah lubang tembak
Arah pemboran dibagi menjadi dua, yaitu tegak dan miring. Arah
penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejajar untuk menjamin
keseragaman burden dan spacing dalam geometri peledakan.
Dari proses mekanisme pecahnya batuan pada peledakan, batuan akan
pecah karena stress tarikan lebih besar dari kuat tarik batuan yang dimulai
dari bidang bebas. Dengan demikian gelombang tekan yang dipantulkan
dari bidang bebas kan berguna untuk membongkar batuan.
Lubang tembak yang dibuat tegak, pada bagian lantai jenjang akan
menerima gelombang tekan terbesar dari pada yang ke arah bidang bebas,
sehingga gelombang tekan akan dipantulkan pada lubang tembak lebih
kecil bila dibandingkan dengan lubang tembak miring. Keuntunagan
lubang tembak tegak antara alin :
- Untuk ketinggian jenjang yang sama, panjang lubang tembak lebih
pendek dibandingkan dengan lubang tembak miring.
- Lebih mudah dalam hal operasi pembuatannya.
- Lebih sedikit kemungkinan terjadi lontaran batuan.
Sedangkan kerugian lubang tembak tegak dibandingkan dengan lubang
tembak miring antara lain :
- Penghancuran sepanjang lubang tembak tidak merata.
- Banyak menghasilkan back break dan permukaan jenjang hasil
peledakan tidak rata.
Secara teoritis, lubang tembak miring akan menghsilkan fragmentasi lebih
seragam dibandingkan lubang tembak tegak. Pada prakteknya pembuatran
lubang tembak miring lebih sulit, terutama dalam membuat lubang-lubang
dengan kemiringan sama.
2. Pola pemboran
Pola pemboran adalah pengaturan letak dari lubang tembak, sehingga pola
pemboran tergantung dari urutan penyalaan yang dipakai. Berdasarkan hal
tersebut, pola pemboran lubang tembak ditentukan sebagai berikut :
- Apabila penyalaan beruntun dalam satu baris, sementara antar baris
dinyalakan serentak, maka pola lubang tembaknya harus segi empat
(square arrangement) dan spacing sama dengan burden.
- Bila penyalaan serentak dalam satu baris dan antar barisnya beruntun,
maka pola pemboran lubang tembaknya selang-seling (staggered
patern) dan spacing dua kali burden.
Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang tembak, yaitu :
- Pola pemboran sejajar (pararel)
- Pola pemboran selang-seling (staggered)
Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang-lubang
tembak dalam baris (row) yang beruntun dan sejajar dengan burden.
Sedangkan pada pola pemboran selang-seling, lubang-lubang tembak
terletak pada baris yang berurutan tidak sejajar terhadap bidang bebas
(burden).
Dalam penerapannya, pola pemboran sejajar adalah pola yang umum,
karena lebih mudah dalam pemboran dan pengaturan lebih lanjut bila
dibandingkan dengan pola pemboran selang-seling. Tetapi dalam
peningkatan mutu, pola pemboran selang-seling lebih efektif.
C. Geometri Peledakan
Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai yang
diinginkan, maka perlu suatu perencanaan peledakan dengan memperhatikan
besaran-besaran geometri peledakan.
Menurut R.L. Ash, geometri peledakan terdiri dari burden, stemming,
spacing, kedalaman lubang tembk, dan subdrilling.
1. Burden ratio
Burden ratio merupakan besaran yang sangat penting, karena dengan
acuan burden ratio tersebut geometri peledakan dapat dirancang. Burden
ratio yang dipergunakan berdasarkan rumusan R. L. Ash, yaitu :
KB = KB std (AF1) (AF2)
AF1 =
AF2 =
=
Dimana :
KB = Burden ratio
KBstd = 30
SG2 = Specivig gravity bahan peledak yang dipergunakan
SG1 = Specivic gravity standar
Ve2 = Kecepatan detonasi bahan peledak yang dipergunakan
Ve1 = Kecepatan detonasi bahan peledak standar
2. Burden
Burden adalah jarak yang diukur dari isian bahan peledak tegak lurus
terhadap bidang bebas terdekat atau pada arah dimana diharapkan sebagian
besar material hasil peledakan akan terlempar.
Untuk menentukan nilai burden dipergunakan rumus :
KB = (12 x B) / De
Dimana :
KB = Burden ratio
B = Burden
De = Diameter lubang tembak
3. Spacing
Spacing adalah jarak antar lubang tembak dalam satu baris. Untuk
menghitung besarnya spacing ratio dengan persamaan :
Ks = S / B
Dimana :
Ks = Spacing ratio
S = Spacing
B = Burden
Bila lubang tembak dalam satu baris diletakkan secara serentak maka
digunakan perbandingan spacing dan burden sebesar dua (Ks = 2). Apabila
lubang tembak dalam satu baris diletakkan secara beruntun maka
perbandingan nilai spacing dan burden sebaiknya dengan burden sebesar satu
(ks = 1).
4. Stemming
Stemming adalah bagian dari lubang tembak yang tidak diisi bahan
peledak tetapi diisi material pemanpat seperti hancuran batuan hasil
pemboran (cutting), pasir dan sebagainya. Persamaan yang dipergunakan
untuk menentukan nilai dari stemming adalah :
KT = T / B
Dimana
KT = Stemming ratio
T = Stemming
B = Burden
Nilai KT berkisar antara 0.5 – 1 ( rata-rata 0.7).
5. Kedalaman lubang tembak
Kedalaman lubang tembak merupakan penjumlahan dari tinggi stemming
dan tinggi isian bahan peledak (termasuk subdrilling).
Untuk menentukan kedalaman lubang tembak dapat dihitung dengan
persamaan :
KH = H / B
Dimana :
KH = Hole Dept Ratio
H = kedalaman lubang tembak
B = Burden
Nilai KH adalah antara 1.5 sampai 4.
6. Subdrilling
Subdrilling adalah bagian ujung lubang tembak yang posisinya lebih
rendah lantai jenjang. Subdrilling dibutuhkan lebih rendah dari lantai
jenjang. Subdrilling dibutuhkan menambah tekanan tarik pada bagian
dasar jenjang dengan tujuan untuk mencegah terbentuknya toe setelah
peledakan. Persamaan yang digunakan untuk memperoleh ukuran
subdrilling adalah :
KJ = J / B
Diamana :
KJ = Subdrilling ratio
J = Subdrilling
B = Burden
Nilai KJ antara 0.2 sampai 0.3.
D. Rock Factor
Batuan dan sifat-sifatnya serta struktur geologi yang
mempengaruhinya merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
penentuan nilai faktor batuan. Dalam deskripsi massa batuan, batuan
dibobotkan dan diklasifikasikan. Sifat-sifatnya dan struktur geologinya.
Pembobotan massa batuan yang berhubungan dengan peledakan adalah
pembobotan batuan berdasarkan nilai blasting index untuk memperoleh rock
factor. Untuk mendapatkan blasting index, parameter yang diperlukan dalam
pembobotan ini adalah :
1. Deskripsi massa batuan (Rock Mass Description)
2. Jarak antar rekahan (Joint Mass Spacing)
3. Orientasi rekahan (Joint Plane Orientation)
4. Specivic Grafity
5. Kekerasan (Hardness)
Rock Mass Description merupakan penggambaran umum batuan
tersebut, mencakup kondisi batuan tersebut, apakah friable, blocky, atau
massive.
Batuan massive mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar. Pada
batuan massive yang keras, harus digunakan bhan peledak yang mempunyai
kekuatan dan kecepatan detonasi yang tinggi. Pada batuan friable dan lemah,
bahan peledak dengan density dan kecepatan detonasi rendah menghasilkan
efisiensi yang lebih baik.
Joint plane spacing adalah sapasi rekahan, dimana spasi rekahan ini
sangat penting untuk menilai struktur massa batuan. Spasi kekar batuan yang
rapat akan mengurangi kekuatan baatuan.
Batuan yang mempunyai densitas tinggi dan kekuatan besar akan
menjadi lemah jika batuan tersebut memiliki spasi rekahan yang besar. Oleh
karena itu dalam menilai massa batuan, tidak ada sifat-sifat fisik batuan
tersebut tetapi juga perlu diperhitungkan struktur pada maassa batuan tersebut.
Orientasi jurus dan kemiringan kekar mempunyai efek yang sangat
penting terhadap kegiatan yang berhubungan dengan batuan. Orientasi jurus
dan kemiringan kekar menentukan fragmentasi yang dihasilkan dari suatu
proses peledakan dan juga menentukan proses pembentukan lantai tambang.
Pola peledakan yang baik adalah peledakan yang sesuai dengan
orientasi jurus dan kemiringan bidang rekahan. Pembagian Joint Plane
Orientasi (JPO) adalah sebagai berikut :
- Horizontal
- Dip out of face
- Strike normal to face
- Dip into face
Hal penting yang harus diperhatikan dalam penentuan rock factor
adalh specific gravity. Specivic gravity (SG) digunakan untuk mendapatkan
Specivic Gravity Influence (SGI), yaitu dengan persamaan SGI = 25 x SG –
50 .
Parameter tersebut selanjutnya dibobotkan untuk mendapatkan blasting
index dan selanjutnya dapat ditentukan nilai rock factor pada batuan tersebut.
Parameter-parameter untuk klasifikasi tersebut dan pembobotan massa
batuan dapat dilihat pada tabel
Blasting index : (BI) = 0.5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H)
Rock factor = BI x 0,12
Selanjutnya dari nilai rock factor yang diperoleh, batuan diklasifikasikan
dalam kisaran rock factor tertentu.
RMD
Pembobotan
Powdery/Friable
10
Blocky
20
Massive
50
JPS
Pembobotan 10
0.1 – 1 m
20
m
50
JPO
Pembobotan
Horizontal
10
Dip out of
zone
20
Strike normal to
face
30
Dip into
face
40
SG SGI = 25 x SG -50
Hardness
Pembobotan H = 1 - 10
E. Bentuk Tumpukan Material Hasil Peledakan
Bentuk tumpukan material hasil peledakan merupakan salah satu
parameter yang dapat dijadikan ukuran untuk menilainya baik tidaknya hasil
peledakan karena distribusi ukuran dan pengembangan material, bentuk geometri
dari tumpukan akan mempengaruhi produksi pemuatan hasil peledakan. Parameter
untuk tumpukan material hasil peledakan yang perlu diperhitungkan adalah
besarnya sudut lereng serta tinggi tumpukan material hasil peledakan. Apabila
tinggi tumpukan terlalu rendah maka akan mempengaruhi kegiatan selanjutnya
atau pemuatan material hasil peledakan yang dilakukan oleh alat muat.
Berdasarkan Carlos L. Jimeno, 1995 bentuk tumpukan material dapat dibagi
menjadi tiga yaitu bentuk tumpukan material apabila menggunakan rope shovel
daya produksinya rendah tetapi bila menggunakan wheel loader daya produksinya
tinggi dan sangat aman untuk operator alat, bentuk tumpukan material apabila
menggunakan wheel loader daya produksinya rendah tetapi apabila menggunakan
rope shovel daya produksinya tinggi dan sangat aman untuk operator alat, bentuk
tumpukan material apabila wheel loader daya produksinya rendah tetapi bila
apabila menggunakan rope loader daya produksinya dan berbahaya untuk operator
alat, serta bentuk tumpukan material apabila menggunakan kedua alat daya
produksinya mencukupi dan aman bagi operator alat.
Pemindahan material akibat proses peledakan dari G1 ke G2 dapat
dibuat suatu persamaan sebagai berikut :
L =
Dimana :
L = Perpindahan material berdasarkan titik pusat gravitasi
= Pengembangan volume (persen swell) %
= Sudut dari tumpukan material
B = Burden (m)
H = Tinggi jenjang (m)
Fungsi tersebut merupakan hubungan langsung dari energi yang ditimbulkan oleh
penyebaran gas.
F. Pemuatan
Produksi alat muat dapatdilihat dari kemampuan alat tersebut dalam
penggunaannya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi produksi alat muat:
waktu edar, efisiensi kerja, factor pengisian (fill factor) dan metode pemuatan.
1. Waktu Edar
Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis untuk untuk
menyelsaikan sekali putaran kerja. Semakin kecil waktu edar alat, maka
semakin tinggi produksinya.
a.Waktu edar alat muat di lapangan pada umumnya terdiri dari :
- Waktu untuk mengisi atau menggali (t1)
- Waktu untuk berputar dengan muatannya (t2)
- Waktu untuk menumpahkan muatan (t3)
- Waktu untuk berputar muatan kosong (t4)
Jadi total waktu edar adalah merupakan penjumlahan beberapa komponen
diatas (Ct ) = t1 + t2 + t3 + t4 (menit).
b. Waktu edar alat angkut terdiri dari
- Waktu menunggu untuk dimuat (T1)
- Waktu untu mengambil posisi siap untuk dimuat (T2)
- Waktu diisi muatan (T3)
- Waktu untuk mengangkut muatan (T4)
- Waktu mengambil posisi untuk menumpahkan (T5)
- Waktu menumpahkan (T6)
- Waktu kembali kosong (T7)
Jadi waktu edar (CT) = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6 + T7 (menit)
2. Metode pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka metode
pemuatan juga harus diperhatikan. Dengan alat muat Electric Hidraulic Shovel
pola pemuatan mengikuti kemajuan penambangan dengan cara pembongkaran
dengan metode pemboran dan peledakan. Kemajuan jenjang ada tiga metode
pemuatan yang dilakukan oleh alat muat dan alat angkut, yaitu :
a. Frontal cuts
Yaitu alat muat di depan jenjang dan menggali ke permuka kerja (lurus) lalu
ke samping. Pada pola pemuatan ini alat muat melayani lebih dulu alat angkut
sebelah kiri nya kemudian setelah penuh dilanjutkan pada alat angkut sebelah
kanannya. Swing angel bervariasi antara 10o – 110o namun untuk operasi
lebih efisien menggunakan swing angel 60o.
b. Drive by cut
Alat muat bergerak memotong dan sejajar muka penggalian. Cara ini lebih
efisien untuk alat muat dan alat angkut, walaupun swing angelnya lebih besar
dari frontal cut, karena alat angkut secara berurutan dimuati oleh alat muat.
c.Pararel cut
Pola pemuatan ini dilakukan posisi alat angkut berada di samping alat muat.
Alatangkut mendekati alat muat dari belakang kemudian mengatur posisi agar
membelangkangi alat muat. Setelah sampai di samping alat muat, kemudian di
beri muatan dan kembali.
3. Efisiensi kerja
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan, atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan
waktu yeng tersedia. Efisiensi dapat dicari dengan persamaan :
Qt =
Diman :
Qt = Kemampuan alat muat (ton/jam)
Ct = Waktu edar alat muat (menit)
C = Kapasitas alat muat (ton)
F = Faktor pengisian alat muat (%)
We = Efesiensi kerja
VII. PEMBATASAN MASALAH
Agar pembahasan terhadap masalah yang ada sesuai dengan tujuan
penulisan tugas akhir ini, maka masalah pokok yang akan dikaji dan dianalisa
adalah kajian terhadap geometri peledakan untuk menghasilkan tumbukan dan
fragmentasi material yang sesuai dengan alat muat Electric Hidraulic Shovel pada
tambang terbuka PT Newmont Nusa Tenggara.
VIII. ANALISA PENYELESAIAN MASALAH
Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya di pelajari dan dikaji
berdasarkan data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil penyelidikan
maupun data penunjang dan didukung berbagai teori yang menunjang
permasalahan tersebut, selanjutnya dicarikan alternatif penyelesaiannya.
Adapun rincian dari kajin teknis terhadap subdrilling optimum sebagai upaya
perbaikan terhadap kondisi perbaikan lantai tambang, adalah sebagai berikut :
A. Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data geometri lubang tembak, arah
lubang ledak, pola pemboran, dan alat bor yang digunakan untuk membuat
lubang ledak, yang digunakan pada saat ini dan dasar teknis penyusunan
perancangan yang digunakan.
B. Tahap penyelidikan awal
Pengumpulan data-data geologis rea kerja yang mempengaruhi dalam
perancangan seperti struktur batuan, kekuatan batuan (rock strength), berat
jenis dan parameter lainnya.
C. Tahap penyelidikan terinci
Pengamatan di lapangan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya tumbukan dan fragmentasi materialyang sesuai, serta data-data
yang digunakan dalam menganalisa produktifitas alat muat.
Setelah melalui tahap ini maka akan dilanjutkan dengan analisa terhadap
rancangan geometri peledakan. Dilakukan perhitungan teoritis hasil yang akan
dicapai serta pemaparan masalah yang akan terjadi dengan kondisi geometri
peledakan yang digunakan.
IX. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam memecahkan permasalahn ini, dengan menggabungkan antara teori
dan data-data lapangan, terutama data-data primer yang didapat dari perusahaan
(PT. NEWMONT NUSA TENGGARA), sehingga dari keduanya didapat
pendekatan penyelesaian masalah. Adapun urutan pengerjaan penelitian sebagai
berikut :
A. Studi literature, brosur-brosur, laporan penelitian terdahulu.
B. Penelitian langsung di lapangan, meliputi :
- Orientasi lapangan
- Penentuan titik pengamatan
- Checking terhadap permasalahan
C. Pengambilan data, antara lain :
- Peta topografi dan morfologi lokasi penambangan
- Data curah hujan dan jumlah hari hujan
- Data mesin pemboran yang digunakan
- Data penggunaan bahan peledak
- Data fowder factor
D. Akuisisi data meliputi pengelompokkan data, jumlah data dan pengujian data
E. Pengolahan data
Dari data yang didapat, kemudian dihitung dengn menggunkn rumus-rumus
(regresi linier).
F. Analisa penolahan data
Menganalisa hasil dari pengolahan data dan memberikan alternatif perbaikan.
F. Kesimpulan
X. JADWAL PENELTIAN
No Kegiatan 2003Juni Juli Agustus
2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
12345
Studi LiteraturOrientasi LapanganPengambilan DataPengolahan DataPenyusunan Draft
X XX
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
XX
X
XX
X
XX
X
XX
X
X
XI. RENCANA DAFTAR ISI
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2 Keadaan Geologi dan Topografi
2.3 Iklim
2.4 Cadangan
2.5 Sistem Penambangan
III DASAR TEORI
3.1 Mekanisme Peledakan
3.2 Pemboran
3.3 Geometri Peledakan
3.4 Rock Factor
IV. Pemboran dan Peledakan di lapangan
4.1. Karakteristik massa batuan
4.2. Pemboran
4.3. Peledakan
4.4. Kegiatan pemuatan di lapangan.
V. Pembahasan
5.1. Geometri peledakan
5.2. Waktu edar pemuatan
5.3. produksi pemboran dan peledakan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
DAFTAR FUSTAKA
XII. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. Ash. Richard l., “Design of Blasting Round”, Surface mining, 2 nd edition,
B. A. Kennedy Editor, Colorado, 1990.
2. Konya, C. J, & Edward J. Walter, “Surface Blast Design”, Prentice Hall Inc.,
New Jersey, 1990.
3. Walpole, Ronald E. , Myer, Raymond H., “Ilmu Peluang dan Statistika
Untuk Insinyur dan Ilmuan”, terbitan ke-2, Penerbit ITB, bandung, 1986.