7 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu Menurut Romanda (2015), yang meneliti tentang kontribusi dan efektivitas pajak daerah terhadap pendapatan asli Daerah. Kontribusi Pajak Asli Daerah setiap tahun mengalami kenaikan yang di hitung dari tahun 2010-2014 sebesar 15,41%. Kenaikan yang sebesar 15,41% menurut standar Litbang Depnagri menunjukan hasil yang kurang memberikan kontribsi, dapat dikatakan kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD masih rendah. Sedangkan analisis efektivitas pajak daerah kabupaten Musi Banyuasin berada dalam kategori sangat efektif yang dilihat dari ketetapan Depnagri menunjukan bahwa pada efektivitasnya rata-rata pertahun sebesar 122,41%. Menurut Zakariyah (2015) yang meneliti tentang Potensi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Sidoarjo menyatakan bahwa target penerimaan Pajak Penerangan jalan yang ditetapkan oleh dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan Aset (DPPKA) kabupaten Sidoarjo sudah sesuai dengan potensi riil dari pajak penerangan jalan yang di miliki kabupaten Sidoarjo. Sedangkan perhitungan efektivitas pada tahun 2009 adalah sebesar 96%, pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 100%, pada tahun 2012 sebesar 92% dan pada tahun 2013 sebesar 80%. Efektivias pajak penerangan jalan di kabupaten Sidoarjo ini menunjukan bahwa pemungutan dan pengelolaan pajak penerangan jalan di kabupaten Sidoarjo masih belum efektif. Hal ini di karenakan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan di kabupaten Sidoarjo belum mencapai potensi penerimaan riilnya.
23
Embed
A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36562/3/jiptummpp-gdl-siskaekayu-50972-3-babii.pdf · ekonomi. Contohnya pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Penelitian Terdahulu
Menurut Romanda (2015), yang meneliti tentang kontribusi dan efektivitas
pajak daerah terhadap pendapatan asli Daerah. Kontribusi Pajak Asli Daerah
setiap tahun mengalami kenaikan yang di hitung dari tahun 2010-2014 sebesar
15,41%. Kenaikan yang sebesar 15,41% menurut standar Litbang Depnagri
menunjukan hasil yang kurang memberikan kontribsi, dapat dikatakan kontribusi
Pajak Daerah terhadap PAD masih rendah. Sedangkan analisis efektivitas pajak
daerah kabupaten Musi Banyuasin berada dalam kategori sangat efektif yang
dilihat dari ketetapan Depnagri menunjukan bahwa pada efektivitasnya rata-rata
pertahun sebesar 122,41%.
Menurut Zakariyah (2015) yang meneliti tentang Potensi Pajak Penerangan
Jalan di Kabupaten Sidoarjo menyatakan bahwa target penerimaan Pajak
Penerangan jalan yang ditetapkan oleh dinas pendapatan pengelolaan keuangan
dan Aset (DPPKA) kabupaten Sidoarjo sudah sesuai dengan potensi riil dari pajak
penerangan jalan yang di miliki kabupaten Sidoarjo. Sedangkan perhitungan
efektivitas pada tahun 2009 adalah sebesar 96%, pada tahun 2010 dan 2011
sebesar 100%, pada tahun 2012 sebesar 92% dan pada tahun 2013 sebesar 80%.
Efektivias pajak penerangan jalan di kabupaten Sidoarjo ini menunjukan bahwa
pemungutan dan pengelolaan pajak penerangan jalan di kabupaten Sidoarjo masih
belum efektif. Hal ini di karenakan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan
di kabupaten Sidoarjo belum mencapai potensi penerimaan riilnya.
8
Menurut Karina dan Budiarso (2016), penelitiannya yang berjudul Analisis
Efektivitas dan Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli
Daerah Provinsi Gorontalo, yang menyatakan bahwa tingkat efektivitas Pajak
Kendaraan Bermotor di Provinsi Gorontalo sudah efektif yang dilihat dari
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dari tahun 2012-2014 sebesar 104,48%
yang di nilai sudah efektif. Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap
Pendapatan Asli Daerah tahun 2012-2014 yang menunjukan presentase sebesar
29,64% yang dinilai masih sedang kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor tersebut
terhadap Pendapatan Asli Daerah.
B. Landasan Teori
1. Perpajakan Secara Umum
a. Pengertian Perpajakan
Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-
undang. Pembayaran pajak tidak akan mendapatkan kontraprestasi atas pajak
yang telah dibayarkan. Pajak tersebut digunakan oleh negara untuk
membiayai pengeluaran–pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
umum. Dalam pasal 1 angka 1 UU no 28 tahun 2007 tentag ketentuan umum
dan tata cara perpajakan, yang menyebutkan bahwa pajak adalah pajak
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung serta digunakan untuk
keperluan negara yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Dalam Waluyo dan Ilyas dalam Karina dan Budiarso (2016) yang
menyataka bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat di paksakan)
9
yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturannya, dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat di tunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
sehubungan dengan tugas negara untuk menyelegaraan pemerintah.
b. Fungsi Pajak dan Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011), fungsi pajak terbagi menjadi dua yaitu
1. Fungsi budgetair: pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi Pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi regulerend (mengatur): pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Contohnya pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman
keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras, sehingga mengurangi
gaya hidup konsumtif terhadap minuman keras, tarif pajak ekspor 0%,
untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.
Syarat pemungutan pajak yang bertujuan agar tidak ada hambatan
ataupun perlawanan dari subjek pajak, maka pemungutan pajak harus
memenuhi syarat sebagai berikut, pemungutan pajak harus adil yakni sesuai
dengan ketentuan hukum, pemungutan pajak harus sesuai dengan undang-
undang (syarat yuridis), tidak mengganggu ekonomi (syarat ekonomis),
pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial) dan sistem pemungutan
pajak harus sederhana agar memudahkan bagi wajib pajak,
(Mardiasmo,2008:2)
10
Kedudukan hukum pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo
(2008:4) yang menyatakan bahwa hukum pajak mempunyai kedudukan di
antara hukum-hukum pajak yaitu:
a. Hukum perdata yang mengatur hubungan antara satu individu
dengan individu lainnya.
b. Hukum publik yang mengatur hubungan antara pemerintah
dengan rakyatnya. Hukum publik ini di rinci lagi mejadi beberapa
bagian yaitu, hukum tata negara, hukum tata usaha (hukum
administratif), hukum pajak dan hukum pidana.
C. Pengelompokan, Pengenaan Pajak dan Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:11) pengenaan pajak di Indonesia dapat di
kelompokan menjadi 2 bagian yaitu Pajak Negara dan Pajak Daerah. Pajak
Negara Indonesia yang berlaku saat ini yaitu, Pajak Penghasilan (PPH),
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan
PPN-BM), Pajak Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan dan Pajak
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sedangkan Pajak
Daerah yaitu kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung.
Menurut Mardiasmo (2011) pajak dapat di kelompokan menjadi tiga
kelompok yaitu: pertama pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau di limpahkan
kepada orang lain contohnya pajak penghasilan. Kedua pajak tidak langsung
adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
11
pihak lain dan terakhir sistem pemungutannya pajak yang tergabung
menjadi dua yaitu menurut sifatnya dan menurut lembaga pemungutannya,
pajak tersebut dalam pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsipnya, yaitu:
1. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak. contohnya
pajak penghasilan.
2. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. contohnya, pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
Menurut lembaga pemungutnya, yaitu:
1. Pajak pusat adalah pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat dan di
gunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contohnya, Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Pajak Bumi dan bangunan, dan Bea Materai.
2. Pajak Daerah adalah pajak yang di pungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Daerah. Contohnya Pajak
Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Bumi dan Bangunan-Pedesaan dan
Perkotaan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Sistem pemungutan pajak terrbagi menjadi beberapa bagian (mardiasmo
2003:7) yaitu:
1. Official Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan yang
memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. ciri-cirinya adalah
wewenanag untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Fiskus,
12
wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan
surat ketetapan pajak oleh Fiskus.
2. Self Assesment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak terutang. Ciri-cirinya yaitu, wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri, wajib pajak aktif
yang di mulai dari menghitung dan menyetorkan serta melaporkannya
sendiri pajak yang terutang, fiskus tidak ikut campus dan hanya
mengawasi.
3. With Houlding System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepad a pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib
pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya yaitu wewenang menentukan
besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus
dan wajib pajak.
2. Pajak Daerah dan Retribusi
Menurut UU nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, yaitu salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting guna
membiayai pelaksanaan Pemerintah Daerah. Kebijakan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan
keadilan, peran serta masyarakat dan akuntanbilitas dengan memperhatikan
Potensi Daerah, yang disebut sebagai Pemerintah Daerah adalah Gubernur,
Bupati atau Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah.
13
Pajak Daerah yang disebut dengan pajak adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluaan Daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Peraturan Daerah yaitu peraturan yang berada di
Gubernur atau peraturan Bupati. Jenis pajak daerah yang terdiri dari dua jenis
yaitu:
1. jenis pajak provinsi yang terdiri dari:
a. Pajak kendaraan Bermotor
Pajak kendaraan bermotor adalah semua kendaraan roda dua beserta
gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan
oleh peralatan tekhnik berupa motor atau peralatan yang berfungsi
untuk mengubah suatu sumber daya energi menjadi tenaga gerak.
Kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat yang
dalam operasinya menggunakan roda dan motor yang dioperasikan di
air.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahaan hak memiliki kendaraan bermotor atau keadaan yang
terjadi jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukan ke
dalam badan usaha.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
14
d. Pajak Air Permukaan
Pajak air permukaan adala semua air yang terdapat pada permukaan
tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun didarat.
e. Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah.
2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Pengertian hotel yaitu fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup
juga montel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
persinggahaan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.
b. Pajak Restorant
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang di sediakan oleh
restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makanan,
kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/katering.
c. Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Yang
termasuk hiburan yaitu semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,
dan keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
15
d. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan atau media yang
bentuk dan corak ragamnya di rancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
menaruk perhatian umum terhadap barang, jasa orang, atau badan yang
dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan dinikmati oleh umum.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumbe lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah paja atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam
di dalam atau dipermukaan bumi untuk dimanfaatkan.
g. Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir disini yaitu keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
h. Pajak Air Tanah
Pajak air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air
tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah.
16
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiata pengambilan dan
pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang
termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,
collocalia esculanta, dan collocalia linchi.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak atas
bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai atau di manfaatkan oleh
orang pribadi atau badan, kecuali kawasan untuk kegiatan usaha
perkebunana, perhutanan dan pertambangan.
k. Bea Perolehaan hak atas tanah dan bangunan.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan bangunan.
a. Pengelolaan Pajak Daerah
Menurut Sugiato, (2007: 32) Pengelolaan pajak daerah terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Tiap daerah ketika suatu undang-undang di berlakukan di mana pada
proses pembentukan undang-undang di berlakukan pada saat proses
pembentukan proses pembentukan undang-undang tersebut daerah di
libatkan maka daerah harus konsisten dengan undang-undang tersebut.
2. Pengakuan adanya ketimpangan sumber yang tidak merata antara satu
pemerintah daerah dengan pemerintah daerah yang lainnya akibat
timbulnya gap/kecemburuan.
17
3. Kewenangan yang lebih luas yang diberikan kepada daerah dalam
mengatur pajak daerah dan retribusi daerah secara terbuka, sepanjang
memenuhi kriteria, dan peluang adanya potensi yang unik dan spesifik
untuk di jadikan pajak.
4. Pajak dan retribusi daerah tidak menjadi biang keladi terjadinya High cost
Economy yang secara berantai menghambat minat investor untuk
melakukan investasi daerah.
3. Pajak Kendaraan Bermotor
Menurut Sugiato, (2007: 35) Pajak kendaraan bermotor adalah pajak
atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor sehingga secara
otomatis yang menjadi objek dari pajak kendaraan bermotor adalah
kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, tetapi atas pajak ini
terdapat juga beberapa jenis objek yang dikecualikan dari pengenaan pajak,
yaitu kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh:
a. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
b. Kedutaan, konsulat, perwakilan Negara Asing dan perwakilan lembaga-
lembaga Internasional berdasarkan asas timbal balik
c. Subjek pajak lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
a. Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar hukum pemungutan PKB pada suatu provinsi adalah sebagai
berikut:
1. Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
18
2. Undang-Undang nomor 34 tahun 2000 yang merupakan
perubahan atas Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 tentang
tetang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. Peraturan pmerintah nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
4. Keputusan Gubernur yang mengatur Pajak Kendaraan Bermotor
sebagai aturan pelaksanaan peraturan Daerah tentang Pajak
Kendaraan Bermotor pada masing-masing Provinsi.
b. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Menurut peraturan Pajak Daerah nomor 9 tahun 2010 yaitu subjek dan
wajib Pajak Kendaraan Bermotor yaitu Orang Pribadi dan Badan. Dalam
wajib pajak badan, kewajiban perpajakannya di wakili oleh pengurus atau
kuasa badan tersebut. Dasar pengenaan, tarif dan cara pemungutan PKB
adalah sebagai berikut:
1. Dasar pengenaan PKB dihitung sebagai perkalian dari 2 unsur
pokok:
a. Nilai jual Kendaraan Bermotor.
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan
dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan
bermotor. Dalam hal ini yaitu kerusakan jalan atau pencemaran
lingkungan oleh pengguna kendaraan bermotor tersebut
dianggap masih dalam batas toleransi dan penggunaan
kendaraan bermotor tersebut dianggap melewati batas toleransi.
19
2. Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di luar jalan
umum termasuk alat-alat berat, dasar pengenaan pajak kendaraan
bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor.
3. Nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan harga
pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor.
4. Harga pasaran umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
berbagai sumber data yang akurat.
5. Nilai jual kendaraan bermotor sebagaimana ditetapkan berdasarkan
harga pasaran umum, pada minggu pertama bulan desember tahun
sebelumnya.
6. Dalam hal pemasaran umum, satu kendaraan tidak diketahui nilai
jual kendaraan bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian
atau keseluruhan faktor-faktornya yaitu:
a. Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder atau satuan
tenaga yang sama.
b. Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi.
c. Harga kendaraan bermotor dengan merek kendaraan bermotor
yang sama.
d. Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan
bermotor yang sama.
e. Harga kendaraan bermotor dengan pembuatan kendaraan
bermotor.
f. Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis.
20
g. Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen
pemberitahuan import barang (PIB).
7. Dasar pengenaan PKB terhadap kendaraan bermotor roda dua
dengan usia 25 tahun keatas ditetapkan 50% dari nilai jual
kendaraan bermotor yang berlaku.
Dalam pemungutan pajak PKB dengan tarif yang usdah ditetapkan
sebagai berikut:
1. 1,5% kepemilikan pertama untuk kendaraan Bermotor pribadi dan
badan.
2. 1,0% untuk kendaraan bermotor angkutan umum.
3. 0,5% untuk kendaraan ambulans, pamadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial, dan keagamaan Pemerintah,
TNI/POLRI dan Pemerintah Daerah.
4. 0,2% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.
Masa Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan 12 bulan berturut-turut
terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan bermotor. PKB yang dikenakan
kahar (Force Majeur) masa pajak tidak sampai 12 bulan dapat dilakukan
restitusi atas pajak yang sudah dibayar utuk porsi masa pajak yang belum
dilalui, mulai penerbitan PKB pada saat surat SKPD keluar.
c. Objek dan Bukan Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor, maka tidak lepas dari
objeknya yang akan dipungut. Dalam UU nomor 28 tahun 2009 yang
menyatakan bahwa Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan
dan penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua
21
kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis
jalan darat, dan berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat berat dan lat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motpr dan tidak melekat secara permanen serta
kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor beroda beserta
gandengannya, yang dioperasikan disemua jenias jalan darat dan kendaraan
bermitir yang di operasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (Lima
Gross Tonnage sampai dengan Gt & (tujuh Gross Tonnage).
Dalam objek kendararaan bermotor ada yang bukan termasuk objek
kendaraan bermotor. Berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009
pasal 3 ayat 3, dikecualika dari pengertian kendaraan bermotor yang
kepemilikan dan penguasaan atasnya menjadi objek pajak kendaraan
bermotor adalah:
1. kereta Api
2. kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
3. Kendaraan bermotor yang dimiliki atau dikuasai kedutaan,
konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan
lembaga-lembaga Internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari pemerintah pusat.
4. Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
22
Beberapa alternatif objek pajak lainnya yang dikecualikan dari
pengertian kendaraan bermotor yang dapat ditetapkan dalam
peraturan daerah antara lain sebagai beriut:
a. kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh orang
pribadi yang digunakan untuk keperluan keselamatan.
b. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh
BUMN yang digunakan untuk keperluan keselamatan.
c. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor leh pabrik
atau milik importir yang semata-mata digunakan untuk
pameran, untuk dijual, dan tidak dipergunakan dalam lalu
lintas bebas.
d. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh turis
asing yang berada di daerah untuk jangka waktu 60 hari.
e. Kendaraan pemadam kebakaran.
f. Kendaraan bermotor yang disegel atau disita oleh negara.
d. Saat Terutang Pajak, Masa Pajak dan Wilayah Pajak
Menurut UU nomor 28 yahun 2009 pajak kendaraan bermotor yang
terutang dikenakan untuk masa pajak 12 bulan berturut-turut terhitung mulai
saat pendaftaran kendaraan bermotor. Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor dilakukan bersama dengan penerbitan Surat Tanda Nomor
dilakukan di kas daerah atau bank yang ditunjukan oleh kepala Daerah.
Pajak Kendaraan Bermotor di bayar sekalugus di muka, untuk masa pajak
dua belas bulan ke depan. Untuk Pajak Kendaraan Bermotor untuk keadaak
23
kahar (force majeure) masa pajaknya tidak sampai dua belas bulan, dapat
dilakukan restitusi atau pajak yang sudah dibaya untuk porsi masa pajak
yang belum di lalui. Pajak kendaraan bermotor yang terutang di pungut di
wilayah provinsi tempat kendaraan bermotor terdaftar. Hal ini terkait
dengan kewenangan pemerintah provinsi yang hanya terbatas atas
kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup wilayah administrasi.
e. Persyaratan Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Persyarata yanag disiapkan dalam membayar Pajak Kendaraan
Bermotor adalah sebagai berikut:
1. surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) asli.
2. Kartu tanda penduduk (KTP) asli.
Setelah 5 tahun maka menggunakan persyaratannya sebagai berikut:
1. surat tanda nomor kendaraan Bermotor (STNK) fotocopy
2. kartu tanda penduduk (KTP) di fotocopy
3. cek fisik kendaraan bermotor (gesek nomor angka dan nomor
kendaraan).
4. Bukti pembayaran kendaraan bermotor (BPKB) di fotocopy.
4. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 9 tahun 2010
yaitu pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di pungut pajak atas
penyerahaan kendaraan bermotor. Dalam pasal 15 nomor 9 tahun 2010
bentuk pemungutan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yaitu:
24
1. Objek pajak BBNKB adalah penyerahaan kepemilikan kendaraan
bermotor.
2. Termasuk penyerahaan kepemilikan kendaaan bermotor yaitu
pemasukan kendaraan bermtor dari luar negeri untuk dipakai secara
tetap di Daerah, kecuali
a. untuk di pakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan.
b. Untuk diperdagangkan.
c. Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia
d. Digunakan untuk pameran, penelitian, contohnya seperti dalam
kegiatan olahraga bertaraf Internasional.
3. Pengecualian sebagaimana dalam nomor (2) huruf c tidak berlaku
apabila selama 3 tahun berturut-turut tidak di keluarkan kembali
wilayah pabean Indonesia.
Dalam penyerahaan kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:
1. kereta api
2. kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan
pertahanan dan keamana negara.
3. Kendaraan bermotor yang dimiliki atau dikuasai kedutaan,
konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan
lembaga-lembaga Internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari pemerintah.
4. Kendaraan bermotor yang di operasikan di air.
Dalam penguasaan kendaraan bermotor melebihi 12 bulan dapat
dianggap sebagai penyerahaan, dalam penguasaannya tersebut berbeda
25
dengan peraturan sewa kendaraan bermotor. Subjek dan wajib pajak BBNKB
yang meliputi orang pribadi dan badan. Dalam pengenaan dasar, tarif dan cara
perhitungan BBNKB sudah di tetapkan oleh Menteri dalam Negeri. Tarif
yang di tetapkan oleh Menteri dalam negeri yaitu:
1. Tarif BBNKB ditetapkan masing-masing sebagai berikut:
a. penyerahaan pertaman sebesar 15%
b. penyerahaan kedua dan seterunya sebesar 1%
2. Khusus untuk Kendaraan Bermotor dan alat-alat berat besar tarif
BBNKB ditetapkan masing-masing sebagai berikut:
a. peyerahaan pertama sebesar 0,75%.
b. penyerahaan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
a. Jenis-Jenis Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB)
Jenis-jenis pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yaitu
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) I
adalah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor untuk
kendaraan baru.
2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) II
adalah Bea Balik Nama kendaraan Bekas.
b. Persyaratan Membayar Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
Persyaratan untuk mengurus pajak Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor yaitu:
26
a. BPKB Asli dan di fotocopy dua kali.
b. STNK asli da di fotocopy dua kali.
c. Kwitansi jual beli disertai materaaai 6000 dan di
fotocopy dua kali.
d. Faktur BPKB dan di fotocopy dua kali.
e. KTP pemilik baru dan di fotocopy dua kali.
f. Dan yang terakhir di cek fisik kendaraan bermotor
5. Efektivitas Pajak Kendaraan Bermotor
Dalam Devas dalam Rofi, Danurdara dan Sugiarto (2015), yang
menyatakan bahwa efektivitas yaitu hubungan antara output dan tujuan atau
dapat juga dikatakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan
dan prosedur dari organisasi. Dengan demikian efektivitas yaitu
perbandingan antara realisasi dengan target yang sudah ditetapkan oleh setiap
instansi terkait.
Pada tingkat efektivitas PKB yang bisa diukur menggunakan rumus
perbandingan antara realisasi dan target penerimaan PKB di SAMSAT kota
Malang tersebut.
����������� =��������� ���������� ���
������ ���������� ��� � 100%
Pada pengukuran efektivitas Bea Balik Nama Pajak Kendaraan
Bermotor, yaitu rumusnya sama dengan penghitungan efektivitas Pajak
Kendaraan Bermotor yaitu:
27
����������� =��������� ���������� ������
������ ���������� ������ � 100%
Dalam target penerimaan Pajak maka ada beberapa model yang digunakan sebagai alat untuk menghitung target penerimaan pajak. model yang di gunaan di antaranya yaitu:
1. model monitoring penerimaan perpajakan (model bulanan) 2. Model target penerimaan perpajakan (model tahunan) 3. Model dampak kebijakan terhadap penerimaan perpajakan. 4. Model perhitungan potensi penerimaan perpajakan dan 5. model target penerimaan per sektor.
6. Potensi Pajak Kendaraan Bermotor
Pengertian dari Potensi menurut KBBI yaitu sesuatu yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan. Istilah lain Potensi yaitu sesuatu yang
sebenarnya sudah ada nilainya, tetapi nilai tersebut belum terealisasi.
Realisasi nilai tersebut dibutuhkannya usaha-usaha tertentu, misalnya pada
potensi pajak kendaraan bermotor yang potensi penerimaan pajak kendaraan
bermotor sudah terlihat tetapi nilai tersebut belum terealisasi dan
dibutuhkannya suatu usaha agar sesuai dengan potensi yang sudah terhitung,
(Mahmudi dalam Jamil, Husaini Achmad dan Mayowan, 2016).
Potensi pajak yaitu iuran-iuran wajib kepada negara yang nilainya
masih belum terealisasi. Potensi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor di kota Malang ini berpotensi untuk digali dari
tahun ke tahun kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang menjadi
kebutuhan masyarakat kota Malang tersebut. Sehingga potensi Pajak
Kendaraan Bermotor dan bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di kota
Malang patut didalami lagi potensi penerimaan Pajak kendaraan bermotor
dan Bea Balik Nama Kendaraan bermotor.
28
7. Kontribusi
Dalam Mokoginta (2015), yang menyatakan bahwa kontribusi pajak
kendaraan bermotor dan Bea balik Nama Kendaraan Bermotor adalah
Sumbangan PKB dan BBNKB terhadap PAD yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar peran PKB dan BBNKB dalam meningkatkan
pendapatan daerah, sehingga akan dapat memberikan gambaran yang lebih
jelas megenai tindakan/kebijakan apa saja yang harus diperhatikan PKB dan
BBNKB sebagai usaha peningkatan perannya terhadap PAD. Kontribusi
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan
sumbangan dalam penerimaan PAD. Perhitungan kontribusi dengan
menggunakan rumus:
���������� = ��������� ���������� ���
��������� ���������� ���� 100%
Untuk mengukur Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
dengan menggunkan rumus sebagai berikut:
���������� = ��������� ���������� �����
��������� ���������� ���� 100%
6. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah yaitu pendapatan yang bersumber dan di
pungut sendiri oleh Pemerintah Daerah. Pendapatan Asli Daerah ini diatur
dalam UU nomor 33 tahun 2014 menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah
merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan asli daerah yang bertujuan untuk
29
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudkan asas desentralisasi.
(Warsito dalam Karinda dan Budiarso, 2016)
Pendapatan Asli Daerah Kota Malang yaitu Pajak Daerah, Retribusi
Daerah. Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Pajak Kendaraan
Bermotor di kota Malang pada laporan keuangan daerah kota malang yaitu
penerimaan pendapatan bagi hasil antara Provinsi dengan kota/kabupaten.
Perbandingan bagi hasil PKB dan BBNKB kendaraan bermotor di kota
Malang yaitu sebesar 70% masuk keprovinsi dan 30% masuk kepenerimaan