Page 1
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 12 Pages pp. 45- 56
45 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
STUDI ALOKASI KETERSEDIAAN AIR KRUENG
MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA UNTUK
KEBUTUHAN AIR IRIGASI, AIR MINUM, DAN
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Fauzi1, Masimin
2, Ella Meilianda
3
1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
[email protected]
Abstrak : The river not always able to meet water needs especially in the dry season but will be
flooded in the rainy season. Krueng Meureudu is one potential river in Pidie Jaya District. Has
watersheds area of 386.6 km2, the main river length of 58.5 km with an average slope of 0.0336 which
has been used for irrigation and fresh water. This study deals with the allocation of Krueng Meureudu
water availability Pidie Jaya District to the needs of irrigation water, fresh water, and power station.
The purpose of this study for obtain availability information Krueng Meureudu Pidie Jaya District to
the needs of irrigation water, fresh water, and power station for the existing condition and conditions
of 5 to 20 years. The scope includes of the study writing analysis watershed division according to the
intake location, the calculation potential evapotranspiration, streamflow, dependable flow, discharge
requirements for the existing condition and conditions of 5 to 20 years. The first sub-watersheds used
for power station located in the upper reaches of the watersheds with dependable flow (Q90%)
of1.143 m3/s and high water fall of 30 m, so that produce the electrical power of 0.29 Megawatt. The
second, fourth, fifth sub-watersheds used for irrigation water located in the middle and lower reaches
of the watersheds with each dependable flow (Q80%) of 1.584 m3/s,1.601 m
3/s, and 1.702 m
3/s, and
has each existing discharge requirements of 0.065 m3/s, 0.343 m
3/s, dan 2.951 m
3/s. The third and
sixth sub-watersheds used for fresh water located in the middle and lower reaches of the watersheds
with each dependable flow (Q95%) of 0.987 m3/s dan 1.084 m
3/s and has each existing discharge
requirements of 0.142 m3/s and 0.149 m
3/s.
Keywords: Allocation of Water Availability, Water Needs, Krueng Meureudu River
Abstrak : Sungai tidak selalu mampu untuk memenuhi kebutuhan air terutama pada musim kemarau,
namun sebaliknya akan menjadi banjir saat datangnya musim hujan. Krueng Meureudu merupakan
salah satu sungai potensial yang terdapat di Kabupaten Pidie Jaya memiliki luas DAS sebesar 386,6
km2 dengan panjang sungai utama 58,5 km serta slope rata-rata sungai 0,0336 yang selama ini
digunakan untuk air irigasi dan air minum. Studi ini berkaitan dengan alokasi ketersediaan air Krueng
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya untuk kebutuhan air irigasi, air minum, dan pembangkit tenaga listrik.
Tujuan dari studi ini adalah mendapatkan informasi alokasi ketersediaan dan kebutuhan air Krueng
Meureudu untuk kebutuhan air irigasi, air minum dan potensi pembangkit tenaga listrik baik untuk
kondisi existing (Tahun 2014), dan kondisi 5 sampai 20 tahun mendatang (Tahun 2014- 2034). Ruang
lingkup penulisan studi ini meliputi analisa pembagian DAS menurut titik pengambilan, perhitungan
evapotranspirasi potensial, debit sungai, debit andalan, debit kebutuhan pada kondisi existing dan
kondisi 5 sampai 20 tahun mendatang. Sub DAS I sebagai intake pembangkit tenaga listrik berada di
bagian hulu DAS dengan debit andalan (Q90%) sebesar 1,143 m3/dt dan tinggi jatuh air 30 m
sehingga menghasilkan daya listrik 0,26 MW. Sub DAS II, IV, dan V sebagai intake air irigasi berada
di bagian tengah dan hilir DAS dengan debit andalan (Q80%) masing-masing sebesar 1,584 m3/dt,
1,601 m3/dt, dan 1,702 m
3/dt serta memiliki kebutuhan debit existing masing-masing sebesar 0,065
m3/dt, 0,343 m
3/dt, dan 2,951 m
3/dt. Sub DAS III dan VI sebagai intake air minum berada di bagian
tengah dan hilir DAS dengan debit andalan (Q95%) masing-masing sebesar 0,987 m3/dt dan 1,084
m3/dt serta memiliki kebutuhan existing masing-masing sebesar 0,142 m
3/dt dan 0,149 m
3/dt.
Kata kunci : Alokasi Ketersediaan Air, Kebutuhan Air, Krueng Meureudu.
Page 2
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustusi 2015 - 46
PENDAHULUAN
Ada beberapa sungai strategis di Propinsi
Aceh yang merupakan sumber air yang sangat
potensial kepada masyarakat setempat, salah
satunya adalah Sungai Krueng Meureudu yang
terdapat di Kabupaten Pidie Jaya. Sungai
Krueng Meureudu merupakan sumber air utama
untuk untuk dua kecamatan yaitu Kecamatan
Meureudu dan Kecamatan Meurah Dua, serta
sebagian alirannya juga mengalir melalui tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Kecamatan Bandar
Dua, Kecamatan Jangka Buya, dan Kecamatan
Ulim. Sungai Krueng Meureudu merupakan
sungai utama dalam DAS Krueng Meureudu.
Secara geografis DAS Krueng Meureudu
berada dalam Satuan Wilayah Sungai (SWS)
01.01.02 Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya.
Berdasarkan Peta wilayah sungai skala
1:60.000, DAS Krueng Meureudu berada pada
koordinat 96˚07’50” sampai 96˚20’25” BT dan
04˚54’32” sampai 05˚15’45” LU.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng
Meureudu terbentang diantara elevasi
0+1.970mdpl sampai 0+1,525 mdpl. Luas DAS
Krueng Meureudu 386,6 km2 dengan panjang
sungai utama 58,5 km dimana titik pengamatan
berada di muara Krueng Meureudu serta slope
rata-rata sungai 0,0336. Kebutuhan air Krueng
Meureudu semakin meningkat dengan
bertambahnya sawah, penduduk dan kebutuhan
air untuk kegiatan lainnya, sementara debit
sungai Krueng Meureudu tetap. Hal ini dapat
menimbulkan masalah, sehingga suatu studi
perlu dilakukan untuk mengkaji sumber air
yang ada pada Krueng Meureudu saat ini dalam
rangka memenuhi kebutuhan air untuk berbagai
kegiatan baik saat ini dan di masa yang akan
datang. Berdasarkan studi ini diharapkan
tercapai suatu tujuan dan manfaat yaitu adanya
informasi ketersediaan dan kebutuhan
airKrueng Meureudu untuk berbagai kebutuhan
baik pada kondisi existing dan pada kondisi 5
sampai 20 tahun mendatang, sehingga nantinya
sistem pengaturan dan pengalokasian air dapat
diterapkan dalam memenuhi berbagai
kebutuhan. Ruang lingkup penulisan studi ini
mencakup analisa pembagian sub DAS menurut
intake yang yang terdapat di sepanjang aliran
Krueng Meureudu, perhitungan
evapotranspirasi potensial, debit sungai, debit
andalan, debit kebutuhan pada kondisi existing
dan kondisi 5 sampai 20 tahun mendatang.
Ruang lingkup penulisan studi ini mencakup
analisa pembagian sub DAS, perhitungan
evapotranspirasi potensial, debit sungai, debit
andalan, debit kebutuhan pada kondisi existing
dan kondisi 5 sampai 20 tahun mendatang.
Metode dan analisa yang digunakan dalam studi
ini antara lain metode Penman Modifikasi
untuk menghitung evapotranspirasi potensial,
metode Thiessen untuk menghitung hujan
kawasan, metode Dr. Mock debit rata-rata
bulanan untuk menghitung debit andalan
berdasarkan probabilitas, analisa kebutuhan air
irigasi dengan persamaan yang dianjurkan oleh
Direktorat Jenderal Pengairan, analisa
kebutuhan air minum ditentukan berdasarkan
perkiraan jumlah penduduk, dan perhitungan
daya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
tenaga air ditentukan berdasarkan ketersediaan
debit andalan dan besarnya tinggi jatuh air (h).
Page 3
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
47 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Curah Hujan Areal
Untuk menggambarkan curah hujan pada
suatu daerah diperlukan informasi curah hujan
areal yang salah satu metodenya adalah poligon
Thiessen. Pada metode ini, masing-masing
penakar mempunyai daerah pengaruh yang
dibentuk dengan menggambarkan garis-garis
sumbu tegaklurus terhadap garis penghubung di
antara dua buah pos penakar (Soemarto,
1995:10):
d=
n
iiA
n
idiA
1
1.
.........…………………...... ...(1)
dengan:
d= tinggi curah hujan rata-rata areal (mm);
Ai= luas daerah pengaruh pos 1,2,3,...n (km2);
dan
di= tinggi curah hujan di pos 1,2,3,.n (mm).
Evapotranspirasi Potensial
Besaran evapotranspirasi yang terjadi
dihitung dengan menggunakan metode Penman
Modifikasi (FAO), dimana harga ET0 mengacu
pada tanaman acuan yaitu rerumputan pendek.
Persamaan Penman Modifikasi dirumuskan
sebagai berikut : Sudjarwadi (1979:22):
ET0 = c [W.Rn + (1 - W) f(u) (ea - ed)…. .(2)
dengan:
ET0= evapotranspirasi potensial (mm/hari);
c= faktor penyesuaian yang tergantung dari
kondisi cuaca siang dan malam.
W= faktor yang tergantung dari temperatur dan
ketinggian.
Rn = radiasi netto (mm/hari);
f(u) =faktor kecepatan angin rerata yang diukur
pada ketinggian 2 m (km/hari).
ea= tekanan uap udara (mbar.
ed= tekanan uap jenuh (mbar);
Debit Sungai
Debit sungai dapat dihitung dengan
menggunakan metode Dr. Mock. Perhitungan
Dr. Mock menggunakan persamaan sebagai
berikut : Anonim1 (1986:79).
Qs=Qtotal x A....................…...................... (3)
dengan:
Qtotal = besar limpasan (mm/bln);
Qs= debit rata-rata bulanan (m3/bln); dan
A = luas daerah aliran sungai (km2).
Debit Andalan
Debit andalan ini dianalisa berdasarkan
debit sungai. Debit sungai yang telah didapat
diurutkan dari urutan besar ke urutan kecil.
Nomor urut data yang dikembangkan oleh
Weibull (Soemarto, 1995:138)
Pr = 1n
m
x 100%...................................(4)
dengan:
Pr = probabilitas (%);
n= jumlah tahun data; dan
m = nomor urut data setelah diurut dari besar ke
kecil.
Kebutuhan Air Irigasi.
Kebutuhan bersih air untuk padi di
sawah(NFR)
Menurut Anonim 1 (1986:157),
kebutuhan bersih air di sawah tersebut dapat
Page 4
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 48
dihitung dengan persamaan:
NFR = ETc + P – Ref + WLR...................(5)
dengan:
NFR=kebutuhan bersih air untuk padi
(mm/hari);
Ref = curah hujan efektif (mm/hari);
ETc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari);
P= perkolasi (mm/hari); dan
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari).
Kebutuhan bersih air untuk palawija
di sawah (NFR)
Menurut Anonim 1 (1986:157),
kebutuhan bersih air di sawah tersebut dapat
dihitung dengan persamaan:
NFR = ETc + P – Ref..................................(6)
dengan:
NFR = kebutuhan bersih air untuk palawija
(mm/hari);
ETc= kebutuhan air konsumtif (mm/hari);
P= perkolasi dan rembesan (mm/hari);
Ref= curah hujan efektif (mm/hari).
Curah hujan efektif
Curah hujan efektif merupakan hujan
70% dari hujan berpeluang terpenuhi 80% atau
berpeluang gagal 20%. Curah hujan efektif
untuk padi dihitung dengan periode ulang
kegagalan rata-rata 5 tahun sekali (Anonim 1,
1986:165) dengan persamaan sebagai berikut:
Ref=
x 70.................(7)
Ref = curah hujan efektif (mm/hari); dan
R80% = hujan setengah bulanan berpeluang
terpenuhi 80% (mm).
Curah hujan efektif untuk palawija juga
dihitung dengan periode ulang kegagalan rata-
rata 5 tahun sekali (Anonim 1, 1986:165)
dengan persamaan sebagai berikut:
Ref =
x 70................(8)
Ref= curah hujan efektif (mm/hari); dan
R50%=hujan setengah bulanan berpeluang
terpenuhi 80% (mm).
Kebutuhan pengambilan
Menurut Anonim 1 (1986:178),
besarnyakebutuhan pengambilan dihitung
dengan persamaan :
DR=
….…….................................(9)
dimana effisiensi dapat dicari : eff = ef1 x ef2 x
ef3
dengan:
DR = kebutuhan pengambilan (ltr/dt/ha);
NFR=kebutuhan bersih air di sawah (mm/hari);
ef = efisiensi irigasi total;
ef1 = efisiensi pada jaringan utama (90%);
ef2 = efisiensi pada jaringan sekunder (90%);
ef3 = efisiensi pada jaringan tersier (80%);
1/8,64 = angka konversi satuan mm/hari
menjadi ltr/dt/ha.
Debit pengambilan
Menurut Anonim 2, (1986:20), debit
pengambilan dapat dihitung dengan persamaan
(Anonim 2, 1986:20):
Q =
................................................(10)
dengan: Q = debit pengambilan (m
3/dt);
DR= kebutuhan pengambilan (ltr/dt/ha);
A = luas areal sawah (ha).
Page 5
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
49 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
Kebutuhan Air minum
Kebutuhan air minum ditentukan
berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk
yang dilayani dan pemakaian air perkapita per
orang baik untuk kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non-domestik. Selanjutnya
dijelaskan sebagai berikut :
Penentuan konsumsi air
Kebutuhan air domestik
Menurut Zulfiandi (2010), hitungan
kebutuhan total air minum (Qt) untuk kelompok
domestik adalah faktor kehilangan air 20%
dengan persamaan :
Qt = Qmd x 100/80…....………..……...... (11)
Kebutuhan air non-domestik
Patman (2009:4) menyebutkan bahwa
untuk klasifikasi kebutuhan air non-domestik
dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fasilitas
umum dan besarnya kebutuhan air. Klasifikasi
kebutuhan air non-domestik dapat dilihat dalam
Tabel 1 berikut ini.
Dalam perhitungan total kebutuhan air
minum domestik dan non-domestik merujuk
kepada Tabel 2 berikut :
Tabel 2: Klasifikasi dan strukturkebutuhan air
domestik dan non-domestik
No. Paramater Metro Besar Sedang Kecil
1 Tingkat peayanan 100 % 100 % 100 % 100 %
2
Tingkat pemakaian air : (liter/orang/hari)
-. Sambungan rumah -. Kran umum
190 30
170 30
150 30
130 30
3 Kebutuhan non-domestik
15 % - 30 %
dari kebutuhan domestik
4 Kebutuhan hari rata-
rata Kebutuhan domestik + non-domestik
5 Kebutuhan hari
maksimum Kebutuhan hari rata-rata x (1,15-1,20)
(faktor jam maksimum)
6 Kehilangan air -. Sistem baru
-. Sistem lama
80 % x kebutuhan rata-rata 30% - 40 % x kebutuhan rata-rata
7 Kebutuhan jampuncak Kebutuhan rata-rata x faktor jam puncak
(165 % - 200 %)
Sumber : Anonim 3 (2002:49)
Proyeksi pertumbuhan penduduk
Prediksi mengenai pertambahan
penduduk jangka panjang dihitung dengan
persamaan (Soemarwoto, 2005:166) sebagai
berikut:
Pt=P0(1+r)t………….........………...........(12)
dengan:
Pt = jumlah penduduk yang akan datang pada
tahun ke-t;
P0=jumlah penduduk pada tahun awal
pencatatan;
r = laju pertambahan jumlah penduduk (%); dan
t = periode waktu perhitungan proyeksi.
PotensiTenaga Listrik yang Mampu
Dibangkitkan
Potensi tenaga listrik yang dihasilkan
Tabel 1 Klasifikasi kebutuhan air non-domestik
No. Jenis Fasilitas Umum Besar Kebutuhan Air
10 liter / orang / hari
a. Untuk TK, SD, SLTP, SMU
a. Toko Obat 30 liter /unit / hari
b. Praktik Dokter 300 liter / unit / hari
c. Puskesmas/balai pengobatan 10000 liter /unit/ hari
a. Mesjid 3500 liter / unit / hari
b. Menasah 2000 liter /unit/ hari
Sumber : Patman (2009)
Air minum fasilitas pelayanan
umum
(liter/unit/hari)
4
Air minum fasilitas ibadah
(liter/unit/hari)5
1000 liter /Ha/ hari
1000 liter /Unit/ hari
Air minum fasilitas pendidikan
(liter/orang/hari)1
Air minum fasilitas
kesehatan
2
Air minum fasilitas olahraga
lapangan terbuka
(liter/Ha/hari)3
Page 6
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 50
didasarkan pada ketersediaan debit air untuk
memutar turbin dan tinggi jatuh air (h). Tenaga
listrik yang dihitung adalah tenaga listrik
setelah masuk ke turbin dan generator sehingga
didapatkan persamaansebagai berikut (Marsudi,
D : 2011: 92) :
P-terpakai = P = ρ x Q x h x g x ηturbin
xηgenerator......................................................(13)
dengan :
P = Daya Keluaran secara teoritis (watt) ;
ρ = massa jenis fluida/air (kg/m3)
Q= Debit yang masuk ke turbin (m3/det) ;
h = Tinggi efektif jatuh (head) air (m) ;
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
ηturbin = Efisiensi turbin ;
ηgenerator = Efisiensi generator.
METODOLOGI STUDI
Metode dan analisa studi yang dilakukan
dalam studi ini mencakuppengumpulan dan
pengolahan data. Metode pengumpulan dan
pengolahan data diuraikan sebagai berikut :
Metode Pengumpulan Data
1. Peta pendukung
Peta yang digunakan dalam studi ini
adalah peta topografi tingkat ketelitian
1:50.000, peta ketinggian, peta kelerengan, peta
tata guna lahan, dan peta rencana
pengembangan lahan Kabupaten Pidie Jaya
tingkat ketelitian 1:60.000. Peta tersebut
diperoleh dari Materi Teknis Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2014 sampai 2034.
2. Data klimatologi
Data klimatologi yang digunakan adalah data
klimatologi selama 10 tahun mulai tahun 1990
sampai 1999 dari stasiun meteorologi Blang
Bintang diperoleh dari Balai penyuluhan
pertanian (BPP) Kabupaten Pidie Jaya. Data
klimatologi ini terdiri dari data temperatur
udara, data kelembaban, data penyinaran
matahari, dan data kecepatan angin.
3. Data curah hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah
data curah hujan harian dari stasiun BPP
Meureudu yang merupakan hasil pencatatan
dari tahun 2003-2012, data curah hujan harian
dari stasiun BPP Tangse dari tahun 1994-2003,
data curah hujan harian dari stasiun BPP
Peudada dari tahun 1994-2003. yang diperoleh
dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Pidie Jaya.
4. Data jumlah penduduk
Data penduduk yang digunakan adalah data
penduduk Tahun 2012 dan 2014 untuk
Kecamatan Meureudu, Meurah Dua, Ulim,
Jangka Buya, Bandar Dua, dan Trienggadeng.
Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Pidie Jaya.
5. Data daerah irigasi
Daerah irigasi yang digunakan tersebut
adalah daerah irigasi free intake Lhok Bambui
dengan luas areal 36,95 Ha, daerah irigasai free
intake Lhok Sandeng dengan luas areal 193,5
Ha, dan daerah irigasi bendung Seunong yang
merupakan bendung utama daerah irigasi
Krueng Meureudu dengan luas areal 1666,1 Ha.
Page 7
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
51 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
6. Data pelanggan air minum
Data pelanggan air minum yang
digunakan adalah data pelanggan dari6
Kecamatan yang mendapat suplai air dari debit
Krueng Meureudu di 2 Water Treatment Plant
(WTP). Data tersebut diperoleh dariPDAM
Tirta Krueng Meureudu.
7. Data rencana pengembanganpotensi
pembangkit tenaga listrik
Data rencana pengembanganpotensi
pembangkit tenaga listrik sebagai rencana
pengembangan ke depan yang debitnya
bersumber dari Krueng Meureudu diambil dari
Materi Teknis RTRW Kabupten Pidie Jaya
Tahun 2014 sampai 2034, yang dikutip isi nya
antara lain :
1. Dalam Materi Teknis RTRW Kabupaten
Pidie Jaya Bab III tentang Rencana Struktur
Ruang, sub Bab 3.2.2 Rencana Sistem
Jaringan Energi halaman III-22 disebutkan :
Rencana pembangunan pembangkit
listrik Mikrohidro (PLTMH) berlokasi:
a. Gampong Lhok Sandeng, Kecamatan
Meurah Dua dengan kapasitas 5,033 MW
setara dengan5.033.000 watt
b. Gampong Lhok Pineng Kecamatan
Meurah Dua dengan kapasitas1,8 MW setara
dengan1.800.000 watt.
Metode Pengolahan Data
1. Hujan areal
Curah hujan areal dianalisa dengan metode
poligon Thiessen. Pada metode ini, masing-
masing penakar mempunyai daerah pengaruh
yang dibentuk dengan menggambarkan garis-
garis sumbu tegak lurus terhadap garis
penghubung di antara dua buah pos penakar.
Curah hujan areal ini dianalisa menggunakan
persamaan 1.
2. Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi potensial dihitung
dengan metode Penman Modifikasi (FAO)
berdasarkan data klimatologi. Evapotranspirasi
potensial (ET0) perhitungannya menggunakan
persamaan 2.
3. Debit sungai
Debit sungai dihitung dengan
menggunakan metode Dr. Mock. Perhitungan
ini dapat diselesaikan dengan menggunakan
persamaan 3.
4. Debit andalan
Debit sungai yang sudah didapatkan
denganmetode Dr. Mock selanjutnya diurutkan
dari nilai terbesar ke nilai terkecil. Debit
andalan dihitung berdasarkan probabilitas pada
persamaan 4. Debit rata-rata bulan dari
probabilitas 80% diambil untuk irigasi, 90%
untuk kebutuhan pembangkit listrik, dan 95%
untuk kebutuhan air minum. Tabel 3
menampilkan andalan untuk beberapa
kebutuhan.
Tabel 3 : Besarnya andalan beberapa kebutuhan
No. Jenis kebutuhan Q andalan
1 Untuk penyediaan air minum 88-95%
Untuk penyediaan air irigasi bagi :
-Daerah beriklim setengah lembab 70-85%
Daerah beriklim terang 80-95%
3 Untuk pembangkit listrik tenaga air 85-90%
Sumber : Soemarto (1995)
2
Page 8
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 52
5. Pembagian DAS Krueng Meureudu
Pembagian DAS Krueng Meureudu ke
dalam beberapa sub DAS didasarkan pada titik
pengambilan yang terdapat di sepanjang aliran
Krueng Meureudu. Lokasi titik
pengambilanselanjutnya akan dibuat mengikuti
daerah cekungan masing-masing yang bermuara
ke titik pengambilan. Berdasarkan kontur
daratan pada peta topografi, selanjutnya dari
cekungan tersebut membentuk bagian-bagian
dari DAS Krueng Meureudu yang disebut sub
DAS.
6. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi dihitung untuk
mengetahui jumlah air total yang akan
diberikan pada petak sawah. Besarnya
kebutuhan air irigasi dihitung untuk tanaman
padi dan palawija. Perhitungan kebutuhan air
irigasi menggunakan persamaan 5 sampai 10.
7. Kebutuhan air minum
Data kebutuhan air minum pada kondisi
existing saat ini mengacu kepada data jumlah
penduduk di beberapa Kecamatan sesuai
wilayah kerja WTP baik untuk kebutuhan
domestik dan non-domestik. Selanjutnya data
jumlah penduduk dianalisa menggunakan
persamaan 11 untuk kebutuhan domestik pada
kondisi existing. Kebutuhan air domestik pada
kondisi 5 sampai 20 tahun mendatang
digunakan data proyeksi pertumbuhan
penduduk dapat dihitungdengan menggunakan
persamaan 12.
Kebutuhan air minum non-domestik dihitung
berdasarkan jumlah jiwa yang menggunakan
sejumlah fasilitas umum di beberapa kecamatan
sesuai wilayah kerja WTP. Analisa kebutuhan
mengacu kepada Tabel 1 yaitu Klasifikasi
kebutuhan air non-domestik sesuai jenis dan
jumlah fasilitas umum. Untuk kebutuhan total
pemakaian air domestik dan non-domestik
perhitungannya mengacu kepada Tabel 2 yaitu
Klasifikasi dan struktur kebutuhan air domestik
dan non-domestik.
8. Potensi energi listrik yang mampu
dibangkitkan
Potensi energi listrik akan terjadi
apabila adanya sejumlah ketinggian dan debit
pada suatu sungai yang selanjutnya akan
mengubah energi dari energi air tersebut
menjadi energi listrik yang dipengaruhi oleh
percepatan grafitasi dan massa jenis air itu
sendiri. Perhitungan potensi tenaga listrik yang
dihasilkan dihitung dengan persamaan 13.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi potensial yang dipengaruhi
oleh pantauan iklim dan dihitung dengan
metode Penman Modifikasi. Hasil perhitungan
angkaevapotranspirasi potensial (ET0 ) pada
DAS Krueng Meureudu disajikan pada Tabel.4.
Tabel 4 : Evapotranspirasi potensial DAS Krueng Meureudu
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun
Month Jul August Sept Oct Nov Dec
5,10
ET0 (mm /
hari)5,03 5,13 5,27 4,53 4,01 3,84
4,45 5,10 4,90 4,74 5,28ET0 (mm /
hari)
Page 9
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
53 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
Pembagian DAS Krueng Meureudu
Setiap sub DAS memiliki luasan yang
bervariatif, tergantung dari cekungan dan
kontur dasar yang ada pada peta. Berikut ini
uraian pembagian DAS Krueng Meureudu
menurut luas, lokasi dan jenis pengambilan.
a. Sub DAS I seluas 328,66 km2 (85,01%)
berada di daerah bagian hulu DAS yang
terletak di Lhok Pineung Kecamatan Meurah
Dua pada sta sungai 0+23,5 km pada
ketinggian 0+1.100 mdpl, dengan rencana
pengambilan untuk potensi pembangkit
listrik ;
b. Sub DAS II 331,36 km2 (85,71%) berada di
daerah bagian tengah DAS terletak di Lhok
Bambui Kecamatan Meurah Dua pada sta
sungai 0+18 km pada ketinggian 0+900
mdpl, dengan jenis pengambilan free intake
untuk air irigasi ;
c. Sub DAS III 333,62 km2 (86,29%) berada di
daerah bagian tengah DAS terletak di Desa
Lhok Sandeng Kecamatan Meurah Dua pada
sta sungai 0+17,5 km pada ketinggian 0+420
mdpl, dengan jenis pengambilan untuk air
minum;
d. Sub DAS IV 334,82 km2 (86,60%) berada di
daerah bagian tengah DAS terletak di Desa
Sarah Mane Kecamatan Meurah Dua sta
sungai0+16 km pada ketinggian 0+345
mdpl, dengan jenis pengambilan free intake
untuk air irigasi ;
e. Sub DAS V 356,00 km2 (92,08%) berada di
daerah hilir DAS terletak di Desa Seunong
Kecamatan Meurah Dua sta sungai 0+8 km
pada ketinggian0+160 mdpl, dengan jenis
pengambilan untuk air irigasi ;
f. Sub DAS VI 366,46 km2 (94,79%) berada di
daerah hilir DAS terletak di Desa
Beurawang Kecamatan Meureudu sta sungai
0+3 km pada ketinggian 0+60 m dpl, dengan
jenis pengambilan untuk air minum ;
g. Sub DAS VII 386,6 km2 (100%)
adalahdaerah hilir, terletak di Desa Mns.
Balek Kecamatan Meureudu ;
Debit andalan
Debit andalan setiap sub DAS
memberikan angka yang bervariasi tergantung
dari jenis kebutuhannya. Debit andalan 80%
diperlukan untuk air irigasi dan debit andalan
95% diperlukan untuk air minum serta debit
andalan 90% diperlukan untuk pembangkit
listrik tenaga air. Tabel 5 menampilkan debit
andalan setiap sub DAS Krueng Meureudu.
Kebutuhan air irigasi pada sub DAS II, IV,
dan V
Terdapat tiga intake untuk irigasi yaitu
intake Lhok Bambui, Sarah Mane, dan Seunong.
Selengkapnya perhitungan kebutuhan air irigasi
pada ke tiga intake pada kondisi existing dan
kondisi 5 sampai20 tahun mendatang
ditampilkan dalam Tabel 6.
II Air Irigasi I 1,584
III Air Minum I 0,987
IV Air Irigasi II 1,601
V Air Irigasi III 1,702
VI Air Minum II 1,084
I Pemb. Tenaga listrik 1,143
Jenis Kebutuhan Q andalan
(m ³ /det) Sub DAS
Tabel 5 : Debit andalan sub DAS Krueng Meureudu
No.
1
2
3
4
5
6
Page 10
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 54
Kebutuhan Air Minum
Kebutuhan air minum terdapat dua intake
yaitu intake Lhok Sandeng dan Beurawang.
Selengkapnya perhitungan kebutuhan air
minum pada ke dua intake pada kondisi existing
dan kondisi 5 sampai 20 tahun mendatang
ditampilkan dalam Tabel 7.
Potensi Tenaga Listrik.
Potensi tenaga listrik yang dihasilkan
dihitung berdasarkan ketersediaan debit andalan
di intake ini sebesar 1,143 m3/dt, serta tinggi
jatuh air (h) yang didapat dari peta sebesar 30
m. Berdasarkan parameter tersebut didapat
potensi tenaga listrik pada kondisi existing
sebesar 0,26 MW. Potensi kebutuhan debit
untuk pembangkit tenaga listrik pada kondisi 5
tahun mendatang dengan target daya sebesar
1,7 MW adalah 7,55 m3/dt, pada kondisi 10
tahun mendatang dengan target daya sebesar
3,4 MW adalah15,10 m3/dt, pada kondisi 15
tahun mendatang dengan target daya sebesar
5,1 MW adalah 22,65 m3/dt, dan pada kondisi
20 tahun mendatang dengan target daya sebesar
6,83 MW adalah 30,35 m3/dt.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Melihat potensi daya listrik yang mampu
dihasilkan pada lokasi rencana pengambilan
air untuk pembangkit tenaga listrik sebesar
0,26 MW, tentunya merupakan suatupotensi
yang sangat besar untuk dapat membantu
daya listrik jika suatu waktu terjadi
kekurangan daya listrik dari Gardu Induk
Tanjung Morawa yang selama ini
digunakan.
2. Berdasarkan alokasi ketersediaan debit pada
setiap pengambilan untuk air irigasi, terjadi
kekurangan debit pada pengambilan air
irigasi di intake kedua pada kondisi 15 tahun
mendatang. Kebutuhan debit yang mencapai
1,671 m3/det hanya tersedia 1,601 m
3/det.
Kekurangan yang sangat besar terjadi pada
pengambilan air irigasi di intake ketiga pada
kondisi existing dan kondisi 5 sampai 20
tahun mendatang. Kebutuhan debit yang
mencapai 2,951 m3/det hanya tersedia 1,702
m3/det. Berdasarkan kondisi tersebut, tidak
semua luas areal di intake ke tiga akan
Tabel 6 : Kebutuhan air irigasi sepanjang aliran Krueng Meureudu.
No. Jenis Intake
Air Irigasi I
Lokasi
Kondisi Existing 2019 2024 2029 2034
Luas Areal (Ha) 36,95 216,95 396,95 576,95 771,32
Q Kebutuhan terbesar (m³/det) 0,065 0,384 0,703 1,0224 1,366
Air Irigasi II
Lokasi
Kondisi Existing 2019 2024 2029 2034
Luas Areal (Ha) 193,5 443,5 693,5 943,5 1193,5
Q Kebutuhan terbesar (m³/det) 0,343 0,785 1,228 1,671 2,114
Air Irigasi III
Lokasi
Kondisi Existing 2019 2024 2029 2034
Luas Areal (Ha) 1666,1 2366,1 3066,1 3766,1 4499,1
Q Kebutuhan terbesar (m³/det) 2,951 4,19 5,43 6,67 7,97
Intake Sarah Mane
2
3
Intake Lhok Bambui
Intake Seunong
Q andalan Q80% = 1,601 m³/det
Q andalan Q80% = 1,702 m³/det
Q andalan Q80% = 1,584 m³/det
Uraian
1
Tabel 7 : Kebutuhan air minum sepanjang aliran Krueng Meureudu
No. Jenis Intake
Air Minum I
Lokasi
Kondisi Existing 2019 2024 2029 2034
Pertumbuhan Penduduk (jiwa) 48.389 50.900 53.523 56.281 59.181
Q Kebutuhan DM (m³/det ) 0,0824 0,0866 0,0912 0,096 0,1
Q Kebutuhan N-DM (m³/det ) 0,00358 0,00415 0,00471 0,0052 0,00568
Q Kebutuhan Total (m³/det ) 0,142 0,15 0,158 0,166 0,174
Air Minum II
Lokasi
Kondisi Existing 2019 2024 2029 2034
Pertumbuhan Penduduk (jiwa) 51.225 53.884 56.661 59.581 62.651
Q Kebutuhan DM (m³/det ) 0,0872 0,0916 0,096 0,1016 0,106
Q Kebutuhan N-DM (m³/det ) 0,0032 0,00389 0,00445 0,00502 0,00554
Q Kebutuhan Total (m³/det ) 0,149 0,157 0,166 0,175 0,183
Intake Beurawang
2
Q andalan Q95% = 0,987 m³/det
1
Uraian
Q andalan Q95% = 1,084 m³/det
Intake Lhok Sandeng
Page 11
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
55 - Volume 4, No. 3, Agustus 2015
terairi, dari luas areal existing 1666,1 Ha
akan ada sekitar700 Ha yang tidak terairi.
3. Berdasarkan alokasi ketersediaan debit pada
setiap pengambilan untuk air minum,
melihat debit andalan yang tersedia sangat
besar, maka permasalahan kekurangan debit
untuk air minum sangat kecil kemungkinan
terjadi, permasalahan yang mungkin
dirasakan saat ini oleh pelanggan
adalahbelum maksimalnya tingkat pelayanan
PDAM seperti tingkat pemasangan instalasi
jaringan yang masih terbatas disamping
masalah teknis lainnya seperti kondisi
jaringan, sistem pemipaan, penampungan,
dan penjernihan.
Saran
1. Berdasarkan hasil perbandingan antara
ketersediaan dan kebutuhan debit untuk
pengambilan air irigasi terutama pada intake
kedua dan ketiga, debit andalan tidak
mampumemenuhi debit kebutuhan pada
kondisi tertentu. Seperti tersebut dalam
Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie
Tahun 2014-2034, tentang rencana
pengembangan luas areal sawah, Pemerintah
sudah seharusnya perlu mengambil suatu
langkah dalam mengatasi kekurangan debit
di musim kemarau dengan membangun
sarana penyimpanan air yang disebut waduk.
2. Debit andalan yangtersedia untuk kebutuhan
air minum sangat mencukupi untuk
dilakukan pengembangan jaringan PDAM
untuk enam kecamatan yang berada di WTP
I dan II. Namun satu sisi air minum yang
digunakan secara terus-menerus akan
memberikan pengaruh terhadap kebutuhan
air lainnya seperti untuk irigasi pada bulan-
bulan tertentu dimana debit andalan irigasi
mengalami kekurangan. Pemerintah perlu
melihat batas maksimum pengambilan air
untuk PDAM yang juga terkait dengan
target peningkatan pelayanan air minum
Kabupaten Pidie Jaya dari 18% terlayani di
Tahun 2014 menjadi 60% terlayani di Tahun
2034.
3. Berdasarkan hasil perbandingan antara
ketersediaan dan kebutuhan debit untuk
pengambilan untuk pembangkit tenaga
listrik,debit andalan dan tinggi jatuh air
existingtidak mampumemenuhi kebutuhan
debit untuk pembangkit daya listrik seperti
yang tersebut dalam Materi Teknis RTRW
Kabupaten Pidie Tahun 2014-2034, tentang
rencana pengembangan sistem jaringan
energi. Pemerintah perlu mengambil suatu
langkah dalam mengatasi permasalahan ini
dengan tidak membebankan pengambilan
debit pembangkit daya di lokasi intake yang
direncanakan sekarang.
KEPUSTAKAAN
Anonim 1, 1986, Standar Perencanaan Irigasi
KP-01, Direktorat Jenderal Pengairan,
Badan Penerbit Departemen PU,
Jakarta.
Anonim 2, 1986, Standar Perencanaan Irigasi
Bagian Penunjang, Direktorat Jenderal
Pengairan, Badan Penerbit Departemen
PU, Jakarta.
Anonim 3, 2002, Pedoman Petunjuk Teknik dan
Manual Air Minum Perkotaan Edisi
Pertama, Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah,
Page 12
Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 4, No. 3, Agustus 2015 - 56
Jakarta
Bambang Triatmodjo, 2009, Hidrologi Terapan,
Penerbit Beta Offset, Yogyakarta.
Dirwan, 2008, Irigasi, Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
Harto, S., 1981, Mengenal Dasar Hidrologi
Terapan, Keluarga Mahasiswa Teknik
Sipil UGM, Yogyakarta.
Harto, S., 2000, Hidrologi, Teori, Masalah,
Penyelesaian,Nafiri Offset, Yogyakarta.
Linsley, R., K., dan Joseph B., F., 1989, Teknik
Sumber Daya Air, terjemahan Djoko
Sangsongko Edisi Ketiga, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Marsudi, D., 2011, Pembangkitan Energi
Listrik, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Materi Teknis, Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2014-2034, Pidie Jaya
Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, P. T. Rineka Cipta,
Jakarta.
Patman, 2009, Konsep Pengembangan
Infrastruktur Kota (Standar Kebutuhan
Air), Jakarta.
Qanun Nomor 04 Tahun Kabupaten Pidie Jaya,
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2014-
2034, Pidie Jaya
Soemarto, C., D., 1995, Hidrologi Teknik, Edisi
kedua, Erlangga, Jakarta.
Soemarwoto, O., 2005, Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode
Statistik untuk Analisa Data, Jilid 1 dan
2, Penerbit Nova, Bandung.
Sudjarwadi, 1979, Pengantar Tenik Irigasi,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Yulianur, A., 2005, Debit Pengambilan Irigasi,
Northern Sumatera Irrigated
Agriculture Sector Project, Banda
Aceh.
Zulfiandi, 2010, Studi Efektifitas Pemakaian
Air Bersih dan Analisa Debit pada
Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih
dengan Menggunakan Program Epanet
2.0 (Studi Kasus pada Kecamatan Kuta
Raja), Tugas Akhir Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.