Top Banner
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, sektor peternakan lebih bersinggungan dengan software (perangkat lunak) yang salah satunya adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini dikarenakan produk peternakan adalah sumber esensial protein hewani yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan kecerdasan manusia. Subsektor peternakan dapat dikatakan sebagai subsektor yang strategis, karena permintaaan akan protein hewani oleh masyarakat terus meningkat. Salah satu usaha dalam subsektor peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu usaha budidaya sapi potong. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil bahwa budidaya sapi potong memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani peternak atau menguntungkan secara finansial. Penelitian Soebroto (2009) menunjukkan 1
181

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Feb 26, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam pembangunan nasional, sektor peternakan lebih bersinggungan

dengan software (perangkat lunak) yang salah satunya adalah peningkatan

kualitas sumberdaya manusia. Hal ini dikarenakan produk peternakan adalah

sumber esensial protein hewani yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan

kecerdasan manusia. Subsektor peternakan dapat dikatakan sebagai subsektor

yang strategis, karena permintaaan akan protein hewani oleh masyarakat terus

meningkat.

Salah satu usaha dalam subsektor peternakan yang memiliki potensi untuk

dikembangkan yaitu usaha budidaya sapi potong. Beberapa penelitian sebelumnya

menunjukkan hasil bahwa budidaya sapi potong memiliki nilai ekonomis yang

tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani peternak atau menguntungkan

secara finansial. Penelitian Soebroto (2009) menunjukkan hasil, bahwa budidaya

ternak sapi potong sangat menguntungkan karena dengan minimal 4 ekor sapi tiap

kandang, hanya dalam waktu 1 tahun, BEP (Break Even Point) dicapai pada

tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan B/C ratio 1,126.

Menurut Rahim (2010) bahwa pengembangan sapi potong di Indonesia

pada saat sekarang ini maupun dimasa yang akan datang sangat menjanjikan. Hal

ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah permintaan atau kebutuhan

masyarakat terhadap konsumsi protein hewani yang bersumber dari daging. Oleh

karena itu petani peternak dan pengusaha ternak sapi potong serta instansi

1

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

pemerintahan sangat dituntut meningkatkan kuantitas dan kualitas sapi potong

untuk memenuhi permintaan konsumen. Kuantitas dan kualitas ternak sapi potong

dalam hal ini sapi Bali perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius,

karena ada banyak faktor yang berpengaruh dalam pengembangannya seperti

genetik dan lingkungan.

Salah satu langkah yang dilakukan untuk mempercepat laju

pengembangan sapi potong yaitu kegiatan penyuluhan pertanian. Dengan kegiatan

penyuluhan pertanian, petani yang mengusahakan sapi potong dapat mempunyai

persepsi positif terhadap sebuah teknologi. Melalui persepsi yang positif,

diharapkan petani bersedia mengubah perilaku dalam pengolahan usaha yang

dijalankan sesuai dengan anjuran teknologi dari penyuluh. Dengan penerapan

teknologi dalam usaha budidaya sapi potong yang sesuai dengan anjuran

penyuluh diharapkan petani dapat mengelolah usahanya dengan baik, dan

akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak.

Suatu teknologi yang disampaikan oleh penyuluh tidak akan berguna tanpa

adanya adopsi. Demikian juga dengan teknologi dalam budidaya sapi potong yang

telah disuluhkan oleh penyuluh seperti perkandangan, pemberian pakan,

teknologi reproduksi, dan pencegahan dan pengendalian penyakit serta

pemanfaatan limbah ternak tidak akan berguna jika tidak diadopsi oleh sasaran

penyuluhan yaitu para peternak sapi potong. Terkait dengan itu, Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yang merupakan salah satu daerah

pengembangan sapi potong di Kabupaten Wajo yang ditunjukkan dengan jumlah

2

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

populasi sapi potong yang tinggi di Kecamatan Pammana yang dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Sapi Potong tiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Pammana tahun 2011.

No.

Desa / Kelurahan Jumlah Populasi Sapi Potong (Ekor)

1. Tobatang 1592. Wecudai 2513. Lapaukke 5294. Kampiri 6175. Pallawarukka 1056. Watampanua 1497. Cina 5558. Pammana 5559. Simpursia 70410. Lempa 1311. Patila 56012. Lampulung 913. Abbanuange 14814. Tadang Palie 18115. Lagosi 252

Kecamatan Pammana 5. 243Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo, 2011.

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan populasi sapi potong setiap desa di

Kecamatan Pammana dan Desa Simpursia merupakan salah satu desa pusat

pengembangan pertanian terpadu berbasis sapi potong di Kabupaten Wajo yang

memiliki populasi sapi yang tinggi yaitu sebanyak 704 ekor. Pada umumnya

masyarakat di Desa Simpursia memelihara ternak sapi potong. Kondisi ini

didukung oleh adanya kegiatan penyuluhan pertanian di desa ini. Dimana kegiatan

penyuluhan pertanian di Desa Simpursia dilaksanakan secara temporer dan secara

rutin dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Kegiatan penyuluhan pertanian banyak

dilaksanakan karena atas permintaan petani peternak setiap saat bila dibutuhkan.

3

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Pemeliharaan sapi potong di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo merupakan bagian dari usaha tani tanaman yang dijalankan

masyarakat. Masyarakat telah mengetahui manfaat dari pemeliharaan sapi potong

yaitu usaha yang memberikan keuntungan dan dengan hasil penjualan dari sapi

potong, mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti biaya pendidikan

anak dan biaya usaha tani tanaman seperti pembelian pupuk. Namun, pada

umumnya peternak belum melakukan reinvestasi pada usaha sapi potong yang

mereka kelolah yaitu bahwa peternak tidak melakukan penanaman modal kembali

dari keuntungan yang diperoleh dari usaha sapi potong untuk memperbaiki

pengelolaan usaha sapi potong yang meraka jalankan. Peternak menggunakan

hasil penjualan dari sapi potong untuk biaya produksi usaha tani tanaman yang

mereka kelolah seperti pembelian pupuk dan untuk kebutuhan seperti biaya

sekolah anak, sehingga hasil penjualan sapi potong tersebut tidak digunakan untuk

memperbaiki pengelolaan usaha sapi potong dengan melakukan penerapan

teknologi dalam budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi

reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta pemanfaatan limbah)

secara menyeluruh (survei pendahuluan).

Pengelolaan usaha sapi potong yang baik dengan penerapan teknologi

dalam pemeliharaan sapi potong seperti perkandangan, pakan, teknologi

reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta pemanfaatan limbah

dapat meningkatkan produktivitas ternak dan pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan peternak. Namun, pada umumnya peternak sapi potong di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana belum menerapkan teknologi dalam budidaya

4

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan

pengendalian penyakit serta pemanfaatan limbah) secara menyeluruh. Hal ini

dikarenakan dalam mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Mardikanto (2009), dalam mengadopsi suatu teknologi

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : sifat-sifat atau karakteristik inovasi, sifat-

sifat atau karakteristik calon pengguna, saluran atau media yang digunakan, dan

kualifikasi penyuluh. Hasil penelitian dari Prabayanti (2010) yang menyatakan

bahwa adopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh karakteristik teknologi dan

frekuensi seseorang dalam mengakses saluran komunikasi baik melalui

penyuluhan interpersonal maupun media massa untuk mendapatkan informasi

mengenai suatu teknologi. Berdasarkan uraian tersebut, maka diadakan penelitian

mengenai Pengaruh Intensitas Penyuluhan dan Karakteristik Teknologi Budidaya

Sapi Potong terhadap Jenis Adopsi Inovasi oleh Peternak di Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah yang dirumuskan

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya sapi potong

berpengaruh secara signifikan terhadap jenis adopsi inovasi oleh peternak di

Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo?

5

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi

budidaya sapi potong terhadap jenis adopsi inovasi oleh peternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

I.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau sumber informasi

bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang sejenis atau bagi pihak yang

membutuhkan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan

untuk menyusun program peternakan di masa mendatang dan dengan

diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi, maka

pemerintah, penyuluh dan masyarakat dapat mendesain penyuluhan yang baik.

3. Sebagai informasi untuk masyarakat mengenai teknologi budidaya sapi potong.

6

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penyuluhan Pertanian Peternakan

Menurut Hawkins dkk (1982) dalam Prabayanti (2010), penyuluhan

merupakan suatu pendidikan. Program penyuluhan membantu seseorang

meningkatkan pengetahuan mereka dalam aspek teknik dalam pertanian dan

pemahaman mereka secara proses biologis, fisik, dan ekonomi dalam pertanian.

Tujuan meningkatan pengetahuan dan pemahaman dalam lingkungan mereka

adalah untuk membantu petani membuat kegunaan terbaik dalam penghasilan

yang tersedia untuk mereka.

Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non-formal yang

berupaya memberdayakan petani untuk memperbaiki kehidupan dan

penghidupannya, sehingga dapat lebih berpartisipasi dalam pembangunan

pertanian. Pembangunan pertanian merupakan proses pertumbuhan ekonomi dan

pertumbuhan sosial ke arah yang lebih baik. Penyuluhan sebagai sistem

pendidikan non-formal harus dibedakan dengan sistem pendidikan formal.

Perbedaan ini meliputi tempat, kurikulum, sasaran, filsafat dan lingkupnya

(Ibrahim dkk., 2003).

Hanafi (1986) juga menyebutkan bahwa kecepatan adopsi juga

dipengaruhi oleh gencarnya usaha-usaha promosi yang dilakukan oleh agen

pembaharu. Usaha keras agen pembaharu itu ditandai dengan lebih seringnya

mereka berada di lapangan daripada di kantor.

7

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2006, penyuluhan

pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut

penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan men

gorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya

untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,

dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pertanian yang mencakup

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang

selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang

meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan

jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam

agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan

teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk

mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

masyarakat.

II.2 Pengertian Inovasi

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Tidak menjadi soal, sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia,

apakah ide itu betul-betul baru atau tidak jika diukur dengan selang waktu sejak

digunakannya atau diketemukannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur

secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Jika sesuatu

8

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi (bagi orang itu). “Baru”

dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Suatu inovasi

mungkin telah lama diketahui oleh seseorang beberapa waktu yang lalu (yaitu

ketika ia ‘kenal’ dengan ide itu) tetapi ia belum megembangkan sikap suka atau

tidak suka terhadapnya, apakah ia menerima atau menolaknya (Hanafi, 1981).

Segala sesuatu ide, cara-cara baru, ataupun obyek yang dioperasikan oleh

seseorang sebagai sesuatu yang baru adalah inovasi. Baru disini tidaklah semata-

mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakannya

inovasi tersebut. Hal yang penting adalah kebaruan dalam persepsi, atau kebaruan

subyektif hal yang dimaksud bagi seseorang, yang menentukan reaksinya terhadap

inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika sesuatu dipandang baru bagi seseorang,

maka hal itu merupakan inovasi (Nasution, 2004).

II.3 Teknologi Budidaya Sapi Potong

Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan

makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan penting artinya

di dalam kehidupan masyarakat. Sebab seekor atau sekelompok ternak sapi bisa

menghasilkan berbagai macam kebutuhan terutama sebagai bahan makanan

berupa daging, disamping itu hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit,

tulang, dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya disamping sebagai

penghasil protein hewani. Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat

berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang dirubah menjadi bahan

bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging

(Sugeng, 2003).

9

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Menurut Effendy (2003), teknologi budidaya yang dapat diterapkan dalam

beternak sapi potong adalah : pemberian pakan yang baik (penanaman rumput

unggul), pembuatan kandang, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan ternak,

penanggulangan penyakit dan teknologi perkembangbiakan (Inseminasi Buatan).

Adapun teknologi yang dapat diterapkan dalam budidaya sapi potong adalah

sebagai berikut :

1. Teknologi Perkandangan

Kandang merupakan komponen utama yang perlu ada dan perlu

dipersiapkan sebelumnya. Karena akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

dan kesehatan sapi yang dipelihara, kandang sapi harus mampu melindungi sapi

dari hujan, panas dan menjadi tempat beristirahat. Kandang sapi sebaiknya tidak

dekat dari rumah, karena jika terlalu dekat dengan rumah bau dan kotoran sapi

akan mengganggu kesehatan (Asmaki dkk, 2009).

Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah untuk melindungi ternak

dari hujan dan panas matahari, mempermudah perawatan dan pemantauan dalam

proses produksi. Ukuran kandang dan kepadatan sesuai dengan umur ternak.

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah

sapi yang dimiliki (Anonim, 2008).

2. Teknologi Pakan

Teknologi pakan dalam pemeliharaan sapi potong yaitu pemberian pakan

hijauan dan tambahan melalui rumput unggul. Teknologi pakan terdiri dari :

teknologi pakan hijauan lokal (jerami padi/rumput gajah) secara ad-libitum atau

10 % bobot badan diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dan teknologi pakan

10

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

konsentrat 1,5 kg/ekor/hari (dedak padi 1,35 kg/ekor/hari, tepung ikan 0,13

kg/ekor/hari dan pikuten 25 gr/ekor/hari) diberikan 1 kali pada pagi hari sebelum

sapi diberi pakan hijauan serta pemberian Mineral. Pertumbuhan sapi dapat

ditingkatkan dengan cara diberi mineral dalam jumlah yang kecil, yakni 2,5 – 3,0

g/ekor/hari. Pemberian mineral akan dapat membantu pertumbuhan tulang yang

baik sehingga menghasilkan sapi dengan bentuk kaki yang besar dan kokoh

(Husna N dan Repelita Kallo, 2010).

3. Teknologi Reproduksi

Salah satu yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi daging dan

anak sapi atau pedet adalah dengan meningkatkan jumlah pemilikan sapi potong

dan mutu genetik ternak. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan

Inseminasi Buatan (IB) pada sapi potong, karena semen yang digunakan terhadap

IB berasal dari sapi jantan yang genetiknya baik. IB merupakan suatu bentuk

bioteknologi reproduksi dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas

ternak sapi potong dengan sasaran akhir peningkatan pendapatan petani peternak

(Anonima, 2010).

4. Pencegahan dan Pemgendalian Penyakit

Untuk menjamin sapi dapat berkembang secara baik dan dapat terhindar

dari penyakit bahaya, diperlukan ketersediaan vaksin dan obat yang memadai.

Selain dengan pemberian vaksin dan obat-obatan dalam pencegahan penyakit

dapat pula dilakukan sistem manajemen kandang yang tepat. Misalnya : menjaga

kebersihan kandang, menjaga kebersihan peralatan kandang, menjaga kebersihan

11

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

gudang pakan, menjaga sistem sanitasi, dan adanya sistem biosekuriti yang baik

(Abdurrahman dkk, 2011).

5. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Ternak

Menurut Ako (2010), limbah kotoran ternak dapat dimanfaatkan menjadi :

a. Limbah Ternak sebagai Pupuk Organik Kompos

b. Limbah Ternak sebagai Pupuk Organik Cair

c. Limbah Ternak sebagai Sumber Biogas

II.4 Proses Adopsi Inovasi dan Ukuran Adopsi

Adopsi adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar

hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan,

menggunakan) hal baru tersebut. Dalam proses adopsi ini, petani sasaran

mengambil keputusan setelah melalui beberapa tahapan. Pada awalnya, petani

sasaran mengetahui suatu inovasi, yang dapat berupa sesuatu yang benar-benar

baru atau yang sudah lama diketemukan tetapi masih dianggap baru oleh petani

sasaran. Jika petani sasaran tersebut menerapkan suatu inovasi, maka petani

sasaran tersebut meninggalkan cara-cara yang lama (Ibrahim dkk, 2003).

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat

diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik

yang berupa : pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan

(psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang

disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan di sini

12

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi benar-benar dapat melaksanakan

atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan

usaha taninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya

perubahan : sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya (Mardikanto, 2009).

Ibrahim dkk (2003) menyebutkan adopsi adalah proses yang terjadi sejak

pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut

mengadopsinya. Petani sasaran mengambil keputusan setelah melalui beberapa

tahapan dalam proses adopsi. Beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu tingkat

adopsi sangat dipengaruhi tipe keputusan untuk menerima atau menolak inovasi.

Dengan melihat tipe keputusan adopsi inovasi, proses adopsi dapat melalui empat

tahap yaitu: tahap mengetahui (knowledge), persuasi (persuasion), pengambilan

keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation).

Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum

masyarakat mau manerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun

selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainnya itu tidak selalu sama

(tergantung sifat iovasi, karakteristik sasaran, keadaan lingkungan (fisik maupun

sosial), dan aktivitas /kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh). Tahapan-tahapan

adopsi itu adalah : (Mardikanto, 2009).

1) Awareness, atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi

yang ditawarkan oleh penyuluh.

13

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

2) Interest, atau tumbuhnya minta yang seringkali ditandai oleh keinginannya

untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu

yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

3) Evaluation atau penilaian terhadap baik / buruk atau manfaat inovasi yang

telah diketahui inoformasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini,

masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya

saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek-aspek sosial-budaya, bahkan

seringkali ditinjau dari aspek politis atau kesesuainnnya dengan kebijakan

pembangunan nasional dan regional.

4) Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya,

sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

5) Adoption atau menerima/menerpakan dengan penuh keyakinan berdasarkan

penialaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya sendiri.

Ibrahim dkk (2003) menggolongkan adopter berdasarkan kecepatan adopsi

terhadap suatu inovasi menjadi lima golongan, yaitu:

a. Inovator (golongan perintis atau pelopor).

b. Early adopter (golongan pengetrap dini).

c. Early majority (golongan pengetrap awal).

d. Late majority (golongan pengetrap akhir).

e. Laggard (golongan penolak).

Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi inovasi

biasa dilakukan dengan menggunakan tolok-ukur tingkat mutu intensifikasi, yaitu

dengan membandingkan “rekomendasi” yang diterapkan dengan jumlah dan

14

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

kualitas penerapan yang dilakukan di lapangan. Sehubungan dengan itu Totok

Mardikanto (1994) mengukur tingkat adopsi dengan tiga tolok-ukur, yaitu

kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi dan penerapan yang

dilakukan, luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah “diberi”

inovasi baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan

“rekomendasi” yang disampaikan oleh penyuluhnya (Mardikanto, 2009).

II.5 Pengaruh Intensitas Penyuluhan dan Karakteristik Teknologi terhadap Proses Adopsi

Menurut Leeuwis (2009), penyuluhan merupakan suatu pelayanan atau

sistem yang membantu orang bertani, melalui prosedur yang bersifat mendidik,

dalam meningkatkan metode dan teknik berusahatani, meningkatkan efisiensi dan

pendapatan, meningkatkan tingkat kehidupan mereka, dan menaikkan standar

sosial dan pendidikan. Menurut Mardikanto dan Sri (1982) dalam Prabayanti

(2010), penyuluhan pertanian adalah usaha penerus atau penyampaian sesuatu

pesan atau amanat (message) kepada orang-orang (masyarakat) supaya mereka

menjadi tahu dan sadar akan adanya sesuatu. Tujuan penyuluhan pertanian

sebagai salah satu sistem komunikasi pada dasarnya adalah menyampaikan

informasi tentang ide-ide (inovasi) baru sedemikian rupa sehingga komunikan

menjadi berubah perilakunya dan kemudian dengan kesadarannya sendiri bersedia

menerapkan atau mempraktekkan ide-ide atau inovasi tersebut di dalam

kegiatannya sehari-hari.

Dalam kegiatan penyuluhan, pesan penyuluhan akan disampaikan ke

sasaran melalui saluran komunikasi. Menurut Rogers (2003), saluran komunikasi

15

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

sebagai sesuatu melalui mana pesan dapat disampaikan dari sumber kepada

penerimanya, yaitu terdiri dari interpersonal dan media massa. Penyuluhan

melalui saluran komunikasi interpersonal merupakan kegiatan penyuluhan yang

melibatkan dua orang atau lebih secara tatap muka. Mardikanto (1988) dalam

Prabayanti (2010) menyebutkan bahawa saluran antarpribadi merupakan segala

bentuk hubungan atau perukaran pesan antar dua orang atau lebih secara langsung

(tatap muka), dengan atau tanpa alat bantu yang memungkinkan semua pihak

yang berkomunikasi dapat memberikan respons atau umpan balik secara

langsung. Rogers (2003) mendefenisikan, penyuluhan melalui saluran media

massa adalah alat-alat penyampai pesan yang memungkinkan sumber mencapai

suatu audiens dalam jumlah besar yang dapat menembus batasan waktu dan

ruang. Misalnya radio, televisi, film, surat kabar, buku, dan sebagainya.

Saluran media massa lebih efektif dalam menciptakan awareness dan

menyampaikan pengetahuan mengenai inovasi kepada masyarakat luas. Dengan

luas cakupan dan kuantitas pembacanya, media massa dapat membentuk opini

yang baik dari manfaat-manfaat penggunaan suatu inovasi. Sementara itu saluran

interpersonal dalam proses adopsi inovasi ini dinilai lebih efektif untuk membujuk

seseorang dalam artian membentuk dan merubah sikap seseorang terhadap ide-ide

baru serta mempengaruhi keputusan seseorang untuk menerima (atau menolak)

ide baru tersebut. Penularan melalui saluran interpersonal ini akan lebih

menghasilkan keputusan yang segera (Rogers, 2003).

Menurut Rogers (2003), peran media massa dan komunikasi interpesonal

sangat berperan dalam penyebaran informasi untuk adopsi inovasi. Hasil

16

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

penelitian Setyarini (2009), bahwa semakin tinggi intensitas penyuluhan, maka

semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan program.

Selain intensitas penyuluhan, yang mempengaruhi adopsi suatu teknologi

adalah karakteristik teknologi yang disampaikan. Menurut Rogers (2003),

karakteristik teknologi terdiri dari keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan,

dapat dicobakan dan dapat teramati.

Keuntungan Relatif

Apakah suatu inovasi memungkinkan petani meraih tujuannya dengan

lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah daripada yang telah dilakukan

sebelumnya? Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai suatu inovasi tidak

terbatas pada keuntungan relatif yang bersifat ekonomis. Kriteria lainnya bisa

berupa keuntungan sosial (contohnya meningkatkan status sosial, tingkat

kemudahan pemakaiannya, maupun tingkat kepuasan yang diperoleh (Adjid,

2001).

Kompatibilitas/Keselarasan

Kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan kepercayaan,

dengan inovasi yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan keperluan yang

dirasakan oleh petani. Sebagai contoh, akan sangat sulit untuk memperkenalkan

peternakan babi di wilayah umat islam, walaupun peternakan tersebut

memberikan keuntungan tinggi (Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Kompleksitas

17

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa

diantaranya memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Adakalanya lebih

baik memperkenalkan sekumpulan paket inovasi yang relatif sederhana tetapi

sering berkaitan, walaupun kaitan tersebut mungkin sulit dipahami. Sapi perah

unggul umpamanya, hanya akan memproduksi banyak susu jika diberi pakan

berprotein dan berenergi tinggi. Pada gilirannya perlakuan demikian menuntut

sistem peternakan yang canggih karena jika tidak maka hasil bahkan lebih sedikit

dari sapi lokal (Adjid, 2001).

Dapat Dicoba

Kemudahan inovasi dapat dicoba oleh pengguna berkaitan dengan

keterbatasan sumberdaya yang ada. Inovasi yang dapat dicoba sedikit demi sedikit

akan lebih cepat dipakai oleh pengguna daripada inovasi yang tidak dapat dicoba

sedikit demi sedikit (Adjid, 2001).

Dapat Diamati

Petani dapat melihat dari jauh rekannya yang telah beralih memberi jagung

untuk pakan ternaknya, tetapi mungkin tidak tahu tentang sistem tata buku yang

digunakan tetangganya. Karena takut tersaingi petani mungkin tidak

menunujukkan ternak unggul miliknya kepada tetangganya. Para petani belajar

dengan cara mengamati dan diskusi mengenai pengalaman rekannya. Pengamatan

mereka sering menjadi sebab untuk memulai suatu diskusi (Adjid, 2001).

II.6 Structural Equation Modeling

SEM adalah singkatan dari model persamaan struktural (structural

equation model) yang merupakan generasi kedua teknik analisis multivariate yang

18

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks

baik recursive maupun nonrecursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh

mengenai suatu model. Tidak seperti analisis multivariate biasa (regresi berganda

dan analisis faktor). SEM dapat melakukan pengujian secara bersama-sama

(Bollen, 1989), yaitu: model struktural yang mengukur hubungan antara

independent dan dependent construct, serta model measurement yang mengukur

hubungan (nilai loading) antara variabel indikator dengan konstruk (variabel

laten). Dengan digabungkannya pengujian model struktural dan pengukuran

tersebut memungkinkan peneliti untuk : (Ramadiani, 2010).

1. Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) sebagai bagian yang tak

terpisahkan dari structural equation model.

2. Melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis. Dalam

model persamaan struktural (SEM) mengandung 2 jenis variabel yaitu variabel

laten dan variabel teramati, 2 jenis model yaitu model struktural dan model

pengukuran serta 2 jenis kesalahan yaitu kesalahan struktural dan kesalahan

pengukuran.

SEM terdiri dari 2 bagian yaitu model variabel laten dan model

pengukuran. Kedua model SEM ini mempunyai karakteristik yang berbeda

dengan regresi biasa. Regresi biasa umumnya menspesifikkan hubungan kausal

antar variabel-variabel teramati (obsserved variables), sedangkan pada model

variabel laten, hubungan kausal terjadi diantara variabel-variabel tidak teramati

(unobserved variabled) atau variabel-variabel laten (Wijanto, 2008).

19

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, judul, rumusan masalah,

tujuan serta kajian teori, penelitian ini berusaha untuk mengetahui pengaruh

intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya sapi potong terhadap

jenis adopsi inovasi oleh peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo. Berangkat dari teori faktor yang mempengaruhi adopsi suatu

teknologi oleh Mardikanto (2009), yang menyatakan bahwa yang termasuk faktor

yang mempengaruhi seseorang dalam mengadopsi suatu teknologi yaitu intensitas

penyuluhan dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu teknologi. Penyuluhan

melalui saluran komunikasi interpersonal dan media massa, sedangkan

karakteristik teknologi budidaya sapi potong terdiri : keuntungan relatif,

kompatabilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas. Adopsi teknologi

budidaya sapi potong dipengaruhi oleh intensitas penyuluhan yang dilaksanakan

serta karakteristik atau sifat dari teknologi tersebut. Dengan adanya informasi

yang diperoleh peternak melalui media massa, maka akan menambah pengetahuan

peternak tentang teknologi budidaya sapi potong, sedangkan penyuluhan

20

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

interpersonal mempengaruhi atau akan mengubah sikap peternak sehingga

akhirnya akan menerapkan atau menolak teknologi yang disuluhkan.

Hasil penelitan Prabayanti (2010) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi adopsi Biopestisida oleh petani di Kecamatan Mojogedang

Kabupaten Karanganyar, bahwa faktor yang mempengaruhi petani mengadopsi

biopestisida yaitu frekuensi akses saluran komunikasi baik interpersonal maupun

media massa. Petani yang frekuensi akses saluran komunikasinya tinggi, maka

semakin banyak pengetahuan mereka mengenai inovasi sehingga mereka

menerapkan atau mengadopsi inovasi tersebut. Selain itu, bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% sifat inovasi signifikan untuk menentukan adopsi biopestisida.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sifat inovasi berpengaruh terhadap adopsi

biopestisida di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. Semakin baik

persepsi terhadap sifat inovasi maka peluang inovasi tersebut untuk diadopsi

semakin tinggi pula. Sifat inovasi dapat berpengaruh dalam adopsi inovasi karena

inovasi memberikan keuntungan relatif bagi adopternya. Inovasi tersebut sesuai

dengan kondisi petani dan lingkungan.

Menurut Rogers (2003), penerimaan masyarakat terhadap suatu inovasi

teknologi pertanian yang baru diperkenalkan dipengaruhi oleh lima faktor yaitu

keuntungan relatif dari teknologi yang diperkenalkan dengan apa yang sudah

diketahui dan diterapkan selama ini, keseuaian terhadap kondisi lingkungan dan

sosial budaya masyarakat setempat, tingkat kerumitan dari teknologi yang

diperkenalkan, dapat dicoba dan mudah diamati. Kelima faktor tersebut

merupakan karakteristik dari teknologi yang diidentifikasi sebagai persepsi dari

21

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Intensitas Penyuluhan (IP)

Karakteristik Teknologi (KT)

Jenis Adopsi Inovasi (AD)

PM

KO

PI

PLPL

PP

REE

PK

KD

KR

OB

TR

KU

pengadopsi inovasi yang mempunyai pengaruh adopsi inovasi. Menurut teori

inovasi Rogers, persepsi individu akan membentuk sikap terhadap inovasi, yang

pada akhirnya mengarah pada keputusan untuk mengadopsi atau menolak.

Secara ringkas, kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Keterangan :

: menjelaskan pengaruh variabel independen (IP dan KT)

terhadap variabel dependen (AD)

22

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

atau : menunjukkan nilai dari variabel laten (IP,

KT, dan AD) direfleksikan oleh masing-masing variabel observasi

III.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho = intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya sapi potong

tidakberpengaruh secara signifikan terhadap jenis adopsi inovasi peternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo

Ha = intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya sapi potong

berpengaruh secara signifikan terhadap jenis adopsi inovasi peternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

23

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Januari sampai dengan 25 Juli

2012 dan pengambilan data bertempat di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo yang melalui beberapa tahapan yang dapat dilihat pada

Lampiran 1.

IV.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif eksplanatori yaitu

jenis penelitian yang sifatnya menjelaskan pengaruh antara variabel independen

yaitu intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi terhadap variabel

dependen yaitu jenis adopsi inovasi oleh peternak.

IV.3 Jenis dan Sumber Data

24

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Jenis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif yaitu intensitas

penyuluhan. Jenis data kualitatif yaitu persepsi peternak terhadap karakteristik

teknologi dan adopsi peternak terhadap teknologi budidaya sapi potong

(perkandangan, teknologi reproduksi, teknologi pengendalian dan pencegahan

penyakit, dan pemanfaatan limbah ternak). Oleh karena jenis penelitian ini adalah

jenis penelitian kuantitatif, maka data yang sifatnya kualitatif dikuantitatifkan.

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung dengan

responden dengan menggunakan kuesioner seperti data identitas responden,

tanggapan responden terhadap variabel penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait

seperti data monografi desa dan data populasi ternak sapi potong di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana.

IV.4 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak sapi potong di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yang berjumlah 141 orang.

Adapun ukuran sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 103 orang peternak

yang ditentukan dengan menggunakan rumus pengambilan sampel menurut Isaac

dan Michael dan penentuan sampel dilakukan dengan metode Simple Random

Sampling (Sarjono dan Winda, 2011).

25

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Diketahui :

S = jumlah sampel yang dicariN = 141 peternak P = proporsi populasi (0,50)d = tingkat akurasi 0,50X2 = tabel nilai chi-square sesuai tingkat kepercayaan 0,95 3,841

Perhitungan

S = X NP (1-P)d2 (N-1) + X P (1-P)

S = 3,841 x 141 x 0,5 (1-0,5)((0,05)2 (141-1)) + (3,841 x 0,5 (1-0,5))

S = 135,39525 = 103,3354 dibulatkan menjadi 103 0,35 + 0,96025

IV.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian.

2) Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan responden dengan bantuan

kuesioner atau daftar pertanyaan.

IV.6 Analisa Data

Untuk mengetahui ukuran adopsi teknologi budidaya sapi potong

digunakan metode analisis deskriptif yang dibantu dengan teknik skoring data

yang bersifat ordinal. Ukuran adopsi peternak dicari dengan menggunakan metode

analisa penilaian dengan skor, untuk mencari adopsi peternak terhadap komponen

teknologi (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan

pengendalian penyakit, serta pemanfaatan limbah) dalam budidaya sapi potong,

yaitu :

26

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

1) Tinggi, apabila sampel melakukan segala upaya untuk

menerapkan setiap komponen teknologi dalam budidaya sapi

potong.

2) Sedang, apabila sampel tidak sepenuhnya mengeluarkan

upaya untuk menerapkan komponen teknologi dalam budidaya

sapi potong.

3) Rendah, apabila sampel tidak mengeluarkan upaya dalam

menerapkan teknologi dalam budidaya sapi potong.

Teknik analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya sapi potong terhadap

jenis adopsi inovasi oleh peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo adalah dengan menggunakan Structural Equation Modelling

(SEM) dengan menggunakan program lunak LISREL 8.30.

Adapun prosedur dalam analisis SEM adalah sebagai berikut :

a) Menyusun diagram jalur

Diagram jalur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Gambar 2) :

Keterangan simbol-simbol dari Gambar 2. adalah sebagai berikut :

: adalah tanda yang menunjukkan variabel laten/unobserved variable yaitu

variabel yang tidak diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui

dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang diamati.

: adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/observed variable yaitu

27

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

y1

y2

y3

Y4

Y5

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

variabel yang datanya harus dicari melalui lapangan, misalnya melalui

instrumen-instrumen.

: menunjukkan adanya pengaruh yang dipotesakan antara dua variabel,

variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.

Gambar 2. Diagram Jalur Pengaruh Intensitas penyuluhan dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong terhadap Adopsi Peternak.

b) Persamaan Struktural

c) Persamaan Model Pengukuran

X1 = 1 1 + 1X2 = 2 1 + 2

28

X1

X2

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

X3 = 3 2 + 3X4 = 4 2 + 4X5 = 5 2 + 5X6 = 6 2 + 6X7 = 7 2 + 7y1 = 8 1 + 1y2 = 9 1 + 2y3 = 10 1 + 3y4 = 11 1 + 4y5 = 12 1 + 5

Keterngan:

X1 : intensitas penyuluhan interpersonalX2 : intensitas penyuluhan media massaX3 : persepsi peternak terhadap keuntungan relatif teknologiX4 : persepsi peternak terhadap kompatabilitas teknologiX5 : persepsi peternak terhadap kerumitan teknologiX6 : persepsi peternak terhadap triabilitas teknologiX7 : persepsi peternak terhadap observabilitas teknologi : ksi 1, intensitas penyuluhan (variabel laten eksogen 1) : ksi 2, persepsi peternak terhadap karakteristik teknologi

(variabel laten eksogen 2) Y1 : jenis adopsi perkandanganY2 : jenis adopsi pakanY3 : jenis adopsi teknologi reproduksiY4 : jenis adopsi teknologi pencegahan dan pengendalian penyakitY5 : jenis adopsi teknologi pemanfaatan limbah ternak i-j gamma, f aktor loading untuk variabel laten i-j lamda, faktor loading untuk variabel teramati1 : eta 1, jenis adopsi inovasi ij : error term untuk variabel laten eksogen ij : error term untuk variabel laten endogen : kesalahan dalam persamaan

Untuk mengetahui variabel laten, variabel observasi dan indikator

pengukuran pengaruh intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya

sapi potong terhadap jenis adopsi inovasi oleh peternak di Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Variabel Independen dan Indikator Pengukuran Variabel

29

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

No.

VariabelLaten

VariabelObservasi Indikator Pengukuran

1. Intensitas Penyuluhan (1)/(IP)

- Intensitas penyuluhan interpersonal (PI)

- Frekuensi peternak dalam mengikuti penyuluhan interpersonal baik melakukan kontak dengan penyuluh maupun pertemuan kelompok tani dan orang-orang yang memberi informasi mengenai teknologi (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, pemnfaatan limbah) dalam budidaya sapi potong dalam jangka waktu satu tahun.

Lanjutan Tabel 2.

No.

VariabelLaten

VariabelObservasi Indikator Pengukuran

2. Karakteristik teknologi budidaya sapi potong (2)

- Intensitas Penyuluhan Media Massa (PM)

- Kentungan relatif (X3)

- Kompatabilitas (X4)

- Frekuensi petenak dalam mencari dan mendapatkan informasi mengenai teknologi (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, pemnfaatan limbah) dalam budidaya sapi potong melalui media seperti televisi, radio, surat kabar, brosur dalam jangka waktu satu tahun.

- Skor yang diukur dari persepsi peternak terhadap keuntungan realtif teknologi budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan pemanfaatan limbah kotoran ternak).

- Skor yang diukur dari persepsi peternak terhadap kesesuaian teknologi budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi

30

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

- Kerumitan (X5)

reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan pemanfaatan limbah kotoran ternak) dengan kebutuhan dan kondisi peternak setempat.

- Skor yang diukur dari persepsi peternak terhadap kerumitan teknologi budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan pemanfaatan limbah kotoran ternak) untuk diterapkan.

Lanjutan Tabel 2.

No.

VariabelLaten

VariabelObservasi Indikator Pengukuran

- Triabilitas (TR)

- Observabilitas (OB)

- Skor yang diukur dari persepsi peternak terhadap teknologi budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan pemanfaatan limbah kotoran ternak) untuk dapat dicobakan.

- Skor yang diukur dari persepsi peternak terhadap teknologi budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi

31

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan pemanfaatan limbah kotoran ternak) dapat teramati.

Sumber : Prabayanti, 2010.

Untuk mengukur karakteristik teknologi (perkandangan,

pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian

penyakit, dan pemanfaatan limbah kotoran ternak) yaitu dengan

melihat bagaimana persepsi peternak terhadap karakteristik

yang melektat pada teknologi tersebut dengan menggunakan

skala Likert dengan kriteria sebagai berikut :

Sangat Baik: 4Baik : 3Buruk : 2Sangat buruk : 1

Tabel 3. Variabel Dependen dan Indikator Pengukuran Variabel

No. VariabelLaten

VariabelObservasi Indikator Pengukuran

1. Jenis Adopsi inovasi teknologi budidaya sapi potong oleh peternak

- Adopsi teknologi perkandangan

- Adopsi teknologi pakan

- Adopsi teknologi reproduksi

- Skor yang diukur dari upaya yang dilakukan peternak dalam menerapkan teknologi perkandangan sesuai dengan syarat-syarat perkandangan

- Skor yang diukur dari upaya yang dilakukan peternak dalam pemberian pakan dasar, pakan tambahan dan mineral pada sapi

- Skor yang diukur dari upaya yang dilakukan peternak dalam menerapkan teknologi IB

32

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

- Adopsi teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit

- Adopsi pemanfaatan limbah

- Skor yang diukur dari upaya yang dilakukan peternak dalam melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit seperti vaksinasi, sanitasi dan pengobatan jika diperlukan.

- Skor yang diukur dari upaya yang dilakukan peternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dan pupuk organik

Sumber : Syafrudin. 2002.

IV. 7 Penilaian persepsi peternak terhadap karakteristik komponen teknologi budidaya sapi potong untuk setiap Indikator Pengukuran.

Untuk mengetahui penilaian setiap variabel teramati dan indikator

pengukuran persepsi peternak terhadap karakteristik komponen teknologi

budidaya sapi potong berdasarkan interval kelas adalah sebagai berikut :

a. Persepsi peternak terhadap keuntungan relatif teknologi

Untuk mengetahui persepsi peternak terhadap keuntungan relatif yang

dimiliki oleh tiap komponen teknologi budidaya sapi potong adalah sebagai

berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 4 x 103 x 6 = 2472

Nilai terendah = skor terendah x jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 1 x 103 x 6 = 618

Interval Kelas = 2472−618

4 = 1854

4 = 463,5

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat baik : 2008,9 - 2472Baik : 1545,2 – 2008,8Buruk : 1081,6- 1545,1

33

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Sangat buruk : 618-1081,5

b. Persepsi peternak terhadap kompatabilitas teknologi

Untuk mengetahui persepsi peternak terhadap kompatabilitas yang

dimiliki oleh tiap komponen teknologi budidaya sapi potong adalah sebagai

berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 4 x 103 x 6 = 2472

Nilai terendah = skor terendah x jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 1 x 103 x 6 = 618

Interval Kelas = 2472−6184 =

18544 = 463,5

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat baik : 2008,9 - 2472Baik : 1545,2 – 2008,8Buruk : 1081,6- 1545,1Sangat buruk : 618-1081,5

c. Persepsi peternak terhadap kerumitan teknologi

Untuk mengetahui persepsi peternak terhadap kerumitan yang dimiliki

oleh tiap komponen teknologi budidaya sapi potong adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 4 x 103 x 6 = 2472

Nilai terendah = skor terendah x jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 1 x 103 x 6 = 618

Interval Kelas = 2472−618

4 = 1854

4 = 463,5

34

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat baik : 2008,9 - 2472Baik : 1545,2 – 2008,8Buruk : 1081,6- 1545,1Sangat buruk : 618-1081,5

d. Persepsi peternak terhadap triabilitas teknologi

Nilai tertinggi = skor tertinggi jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 4 x 103 x 6 = 2472

Nilai terendah = skor terendah x jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 1 x 103 x 6 = 618

Interval Kelas = 2472−618

4 = 1854

4 = 463,5

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat baik : 2008,9 - 2472Baik : 1545,2 – 2008,8Buruk : 1081,6- 1545,1Sangat buruk : 618-1081,5

e. Persepsi peternak terhadap observabilitas teknologi

Nilai tertinggi = skor tertinggi jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 4 x 103 x 6 = 2472

Nilai terendah = skor terendah x jumlah responden x jumlah pertanyaan

= 1 x 103 x 6 = 618

Interval Kelas = 2472−618

4=¿ 1854

4 = 463,5

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat baik : 2008,9 - 2472Baik : 1545,2 – 2008,8

35

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Buruk : 1081,6- 1545,1Sangat buruk : 618-1081,5

IV. 8 Konsep Operasional

1) Jenis Adopsi inovasi adalah kemampuan peternak dalam melaksanakan atau

menerapkan jenis inovasi atau serangkaian paket teknologi budidaya sapi

potong yang dianjurkan oleh penyuluh kepada petani peternak. Pengukuran

adopsi menggunakan teknik skoring yaitu adopsi rendah denga skor 1, adopsi

sedang dengan skor 2, dan adopsi tinggi dengan skor 3.

2) Paket teknologi yang diterapkan dalam budidaya sapi potong terdiri dari : (a)

perkandangan, (b) pakan, (c) teknologi perkembangbiakan/reproduksi, (d)

pencegahan dan pengendalian penyakit, (e) pemanfaatan limbah ternak.

3) Perkandangan adalah bangunan yang dibuat sebagai tempat berlindung dari

pangaruh luar dan tempat untuk memperoleh makan dan minum. Tingkat

adopsi perkandangan diukur dengan kriteria : (a) melakukan perkandangan

dengan memperhatikan persyaratan perkandangan diberi skor 3,

(b) melakukan perkandangan seadanya tanpa memperhatikan persyaratan

letak, ukuran dan bahan kandang diberi skor 2, dan (c) ternak dipelihara

tanpa dikandangkan diberi skor 1.

4) Pakan sapi potong merupakan makanan yang mengandung cukup zat-zat yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sapi potong. Tingkat

adopsi pakan diukur dengan kriteria : (a) pakan yang diberikan pada sapi

potong lengkap yang terdiri dari pakan dasar berupa hijauan berkualitasr,

pakan tambahan dan mineral diberi skor 3, (b) pakan yang diberikan yaitu

36

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

pakan dasar dan pakan tambahan atau pakan dasar dan mineral diberi skor 2,

(c) pakan yang diberikan kepada sapi potong hanya akan dasar saja tanpa

pakan tambahan dan mineral.

5) Teknologi reproduksi merupakan teknologi yang diterapkan dalam reproduksi

sapi potong sebagai upaya peningkatan kualitas ternak sapi potong. Kriteria

pengukurannya yaitu (a) setiap mengawinkan sapi hanya dengan IB diberi

skor 3, (b)mengawinkan sapi dengan kawin alami dan pernah melakukan IB

diberi skor 2, (c) sapi dikawinkan secara alami diberi skor 1.

6) Pencegahan dan pengendalian penyakit merupakan upaya yang dilakukan

dalam memelihara ternak agar terhindar dari penyakit dan melakukan upaya

dalam mengendalikan penyakit yang menjangkiti sapi potong. Kriteria yang

diukur yaitu (a) melakukan sanitasi serta vaksinasi secara teratur dan

pengobatan jika diperlukan, (b) melakukan sanitasi saja atau vaksinasi saja

atau pengobatan jika ternak sakit diberi skor 2, (c) peternak tidak melakukan

upaya dalam mencegah dan mengendalikan penyakit.

7) Pemanfaatan limbah ternak adalah upaya yang dilakukan dalam mengolah

limbah untuk dimanfaatkan menjadi biogas atau pupuk organik. Kriteria yang

diukur yaitu : (a) melakukan pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk

organik diberi skor 3, (b) memanfaatkan limbah ternak ke tanaman tanpa

diolah terlebih dahulu diberi skor 2, (c) tidak memanfaatkan limbah ternak

dan tidak mengolahnya menjadi pupuk dan biogas diberi skor 1.

8) Intensitas penyuluhan adalah frekuensi peternak dalam mengakses saluran

komunikasi untuk memperoleh informasi mengenai teknologi budidaya sapi

37

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

potong baik melalui penyuluhan interpersonal maupun penyuluhan media

massa dalam satu tahun.

9) Intensitas penyuluhan interpersonal adalah frekuensi peternak dalam

mengakses saluran komunikasi dengan melakukan kontak dengan penyuluh

maupun pertemuan dengan kelompok tani atau orang-orang yang

memberikan informasi tentang teknologi budidaya sapi potong

(perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian

penyakit serta pengolahan limbah ternak) dalam satu tahun.

10) Intensitas penyuluhan media massa adalah frekuensi dalam mencari dan

mendapatkan informasi mengenai teknologi (perkandangan, pakan, teknologi

reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengolahan limbah

ternak) dalam budidaya sapi potong melalui media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, dan brosur dalam jangka waktu satu tahun.

11) Karakteristik teknologi adalah sifat-sifat yang melekat pada teknologi

budidaya sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi,

pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengolahan limbah ternak) yang

dapat mempengaruhi peternak dalam mengadopsi teknologi tersebut.

Karakteristik teknologi terdiri dari : keuntungan relatif, kompatabilitas,

kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas.

12) Keuntungan relatif adalah tingkat dimana teknologi budidaya sapi potong

(perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian

penyakit serta pengolahan limbah ternak) dianggap sebagai suatu teknologi

yang memberikan keuntungan secara teknis dan ekonomi bagi peternak yang

38

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

diukur melalui persepsi peternak terhadap keuntungan relatif yang dimiliki

oleh teknologi budidaya sapi potong.

13) Kompatabilitas (kesesuaian) adalah tingkat kesesuaian teknologi budidaya

sapi potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan

pengendalian penyakit serta pengolahan limbah ternak) dengan kondisi

peternak setempat yang diukur melalui persepsi peternak terhadap kesesuaian

teknologi budidaya sapi potong.

14) Kerumitan (complexity) adalah tingkat dimana teknologi budidaya sapi

potong (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan

pengendalian penyakit serta pengolahan limbah ternak) dirasa sulit atau

tidaknya untuk diterapkan oleh peternak yang diukur dari persepsi peternak

terhadap tingkat kerumitan teknologi.

15) Dapat dicobakan (triability) adalah tingkat dapat dicobanya teknologi

(perkandangan, pakan, teknologi reproduksi, pencegahan dan pengendalian

penyakit serta pengolahan limbah ternak) dalam budidaya sapi potong yang

diukur melalui persepsi peternak terhadap teknologi dapat dicobakan.

16) Dapat dilihat (observability) adalah tingkat mudah atau tidaknya pengamatan

suatu inovasi atau teknologi (perkandangan, pakan, teknologi reproduksi,

pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengolahan limbah ternak)

dalam budidaya sapi potong yang diukur melalui persepsi peternak terhadap

teknologi yang dapat dilihat dan diamati melalui orang lain yang menerapkan

teknologi tersebut.

39

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V.1 Letak dan Keadaan Geografis

Desa Simpursia merupakan salah satu desa dari beberapa Desa dan

kelurahan di wilayah Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dengan batas

wilayah sebagai berikut :

Bagian utara : Desa Patila

Bagian timur : Desa Lempa

Bagian selatan : Desa Wecudai

Bagian barat : Desa Patila

Jarak Desa Simpursia dari ibukota kecamatan adalah 5,3 km dan jarak dari

ibukota kabupaten Wajo adalah 7 km. Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Sareppao, Dusun Totelle, dan

40

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Dusun Calodo. Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo memiliki

ketinggian dari permukaan laut 33 meter.

V.2 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo memiliki luas

12,46 km2 atau 1.246 Ha. Penggunaan lahan di Desa Simpursia Kecamatan

Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penggunaan lahan di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

No. Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)1. Sawah 261 20,952. Pekarangan 59 4,743. Tegal/kebun 280 22,474. Ladang 371 29,775. Lainnya 275 22,07

Total 1.246 100Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo,

2011.

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan penggunaan lahan terbesar di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo adalah ladang dengan

persentase 29,07%. Sedangkan penggunaan lahan terendah yaitu pekarangan

dengan persentase 4,74%. Penggunaan lahan untuk ladang yaitu digunakan untuk

menanam jagung, ubi kayu, kacang tanah, ubi jalar, kacang hijau. Penggunaan

lahan untuk tegal/kabun yaitu digunakan untuk menanam kelapa, kakao, jambu

mete, kapok, dan kemiri. Penggunaan lahan untuk pekarangan yaitu tanaman obat

41

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

dan berbagai jenis bunga. Jenis pengairan sawah di Desa Simpursia Kecamatan

Pammana Kabupaten Wajo yaitu sawah pengairan setengah teknis dan sawah

tadah hujan.

V.3 Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten

Wajo dapat digambarkan dengan melihat jumlah penduduk dan mata pencaharian

penduduk. Jumlah penduduk di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten

Wajo yaitu sebanyak 2.051 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki berjumlah

947 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1.094 jiwa.

Adapun mata pencaharian penduduk di Desa Simpursia Kecamatan

Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Mata pencaharian penduduk di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

No. Nama Dusun Komposisi PendudukPetani Industri Jasa Perdagangan

1. Calodo 260 10 142. Sareppao 215 8 123. Totelle 77 5 11

Jumlah 652 23 37Sumber : Data Sekunder Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo, 2012.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan jenis mata pencaharian di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yaitu terdiri dari petani, bidang

industri dan jasa perdagangan. Adapun penduduk yang mata pencahariannya di

bidang pertanian yaitu penduduk yang mengusahakan tani tanaman dan tani

ternak. Untuk bidang industri yaitu penduduk yang berusaha pada bidang

mengolah bahan mentah menjadi bahan baku seperti pembuatan kue. Sedangkan

42

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

untuk penduduk yang mata pencahariannya di bidang jasa perdagangan yaitu

pedagang yang menjual kebutuhan pokok masyarakat, pedagan ternak, dan

pedagang beras.

V.3 Keadaan Peternakan

Jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat di Desa Simpursia adalah

ayam buras, itik, kuda, dan sapi. Adapun populasi ternak yang dipelihara di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis dan Populasi Ternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

No. Jenis Ternak Populasi (Ekor)1. Sapi 7042. Ayam buras *3. Kuda *4. Itik *

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011.

Keterangan : * : Data tidak tersedia.

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan jenis-jenis ternak yang dipelihara oleh

masyarakat di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo adalah sapi

potong, kuda, ayam buras, dan itik. Untuk populasi sapi potong yaitu 704 ekor.

43

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

BAB VI

GAMBARAN UMUM RESPONDEN

VI.1 Umur

Pengukuran umur respenden yaitu umur responden pada saat dilakukan

penelitian dengan satuan tahun. Berdasarkan hasil penelitian dari 103 peternak

terlihat umurnya cukup beragam. Umur responden termuda yaitu 22 tahun dan

tertua 67 tahun. Adapun distribusi peternak berdasarkan umur dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi responden menurut umur Di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

No. Umur Responden (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)1. Produktif (15-64) 98 95,152. Tidak produktif (>65) 5 4,85

Jumlah 103 100Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

44

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan jumlah responden dengan kelompok

usia produktif lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah responden

kelompok usia tidak produktif. Terdapat 98 responden dengan persentase 95,15 %

yang berusia produktif dan responden dengan usia tidak produktif sebanyak 5

orang dengan persentase 4,85 %. Umur merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi aktivitas kerja seseorang terutama dalam kegiatan usaha tani

ternak dan juga mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu yang baru

walaupun belum banyak mempunyai pengalaman. Seseorang dengan umur yang

produktif biasanya memiliki semangat untuk mengetahui sesuatu yang baru.

Begitupun dengan adanya suatu inovasi, seseorang dengan umur produktif akan

lebih mudah menerima inovasi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Prabayanti (2010) yang menyatakan bahwa seseorang dengan umur produktif

biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu tentang berbagai hal yang belum

diketahui. Selain itu usia juga mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Terkait

dengan adanya inovasi, seseorang pada umur non-produktif akan cenderung sulit

menerima inovasi.

VI.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola

usaha tani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan petani dalam hal

menerima suatu teknologi serta informasi yang diperoleh dari penyuluh untuk

mengoptimalkan usaha tani yang dijalankan. Adapun distribusi tingkat pendidikan

responden dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan di Desa Simpursia

45

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

No.

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. Tidak tamat SD 57 55,342. SD/Sederajat 40 38,843. SMP/Sederajat 5 4,854. SMA/Sederajat 1 0,97

Jumlah 103 100Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh

seluruh responden (103 peternak) menunjukkan adanya variasi, yaitu mulai dari

peternak yang tidak pernah sekolah sampai dengan pendidikan SMA. Berdasarkan

Tabel 8 menunjukkan pendidikan peternak sapi potong relatif rendah dengan

proporsi terbesar tidak tamat SD (55,34%) dan berpendidikan SD (38,84%).

Terlihat bahwa kebanyakan peternak memiliki tingkat pendidikan formal yang

masih rendah. Petani peternak dengan tingkat pendidikan yang rendah akan

menyebabkan kemampuan dalam mengadopsi suatu teknologi akan terhambat.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing (2010), pendidikan formal merupakan

salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Respon petani dalam hal

menerima teknologi untuk mengoptimalkan usaha taninya sangat erat dengan

pendidikan formal.

VI.3 Jumlah Kepemilikan Ternak

Distribusi peternak berdasarkan jumlah kepemilikan ternak dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi peternak menurut jumlah kepemilikan ternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

No. Jumlah sapi potong (ekor) Jumlah (Orang) Persentase (%)

46

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

1. 1-7 91 88,352. 8-14 8 7,773. 15-22 4 3,88

Jumlah 103 100Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan adanya variasi jumlah ternak yang

dimiliki oleh responden. Responden terbanyak dengan jumlah

kepemilikan ternak 1-7 ekor dengan persentase 88,35 % dan

terendah dengan jumlah kepemilikan sapi 15-22 ekor dengan

persentase 3,88 %. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa pada

umumnya peternak dalam mengelola usaha ternak dengan skala

usaha masih kecil dan bersifat sambilan. Menurut Khairunas dkk

(2006), skala usaha ternak sapi potong yang berskala kecil dan

merupakan usaha sambilan dengan jumlah ternak yang dipelihara

berkisar antara 1-3 ekor/peternak. Dalam kondisi semacam ini

beternak bukan saja dipandang sekedar mendatangkan keuntungan,

melainkan juga sebagai tabungan dan kesukaan. Jadi beternak bukan

semata-mata mengelola ternak sapi saja tapi juga mengusahakan

jenis kegiatan pertanian lain seperti palawija dalam sebuah sistem

pertanian terpadu dan terkait. Besar kecilnya skala usaha yang

dimiliki oleh peternak akan mempengaruhi pendapatan yang akan

diperoleh oleh peternak tersebut. Hal ini akan berkaitan dengan

karakteristik usaha yang dijalankan oleh peternak yaitu apakah

termasuk usaha pokok dan usaha sampingan.

VI.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Distribusi peternak berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi peternak menurut jumlah tanggungan keluarga di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

No. Jumlah tanggungan keluarga (orang)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1-2 29 28,152. 3-4 56 54,37

47

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

3. 5-7 18 17,48Jumlah 103 100

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga yang

dimiliki oleh responden atau peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo. Sebagian besar peternak memiliki jumlah tanggungan keluarga

3-4 orang dengan persentase 54,37% dan peternak yang memiliki jumlah

tanggungan keluarga 5-7 orang dengan persentase 17, 48%.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi petani atau peternak dalam mengadopsi suatu

teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1986)

dalam Aceh (2010) yang menyatakan bahwa petani yang

memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan lebih

sulit dalam menerapkan teknologi baru karena biaya untuk

mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi, sehingga mereka

sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut

tidak berhasil.

Untuk mendapat gambaran tentang identitas responden di Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Lampiran 2.

VI.5 Tanggapan Responden terhadap Variabel Penelitian

VI.5.1 Intensitas Penyuluhan

Intensitas penyuluhan merupakan frekuensi peternak dalam mengakses

saluran komunikasi atau informasi mengenai teknologi yang dapat diterapkan

dalam usaha ternak sapi potong. Intensitas penyuluhan terdiri dari intensitas

48

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

penyuluhan interpersonal yaitu frekuensi peternak dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan serta perkumpulan kelompok tani serta penyuluhan media massa yang

didapat oleh peternak melalui acara-acara peternakan melalui televisi.

Adapaun intensitas penyuluhan yang diikuti oleh peternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Intensitas penyuluhan yang diikuti peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

Variabel Laten : Intensitas PenyuluhanVariabel Observasi :

Penyuluhan Interpersonal Penyuluhan Media Massa

Penyu-

luhan(kali)

Frek-uensi(Oran

g)(%)

Kegiatan Frek-

uensi(Oran

g)

(%)Penyu- Frek-

uensi(Oran

g)(%)Kelompo

kluhan

M.Tani massa(Kali) (kali)

0-1 45 43,69 0-1 77 74,7

6 >5 2 1,942-3 58 56,3

12-3 26 25,2

41-4 101 98,0

6Jumla

h103 100 103 100 Jumlah 103 100

Sumber : Data Primer yang telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan distribusi intensitas penyuluhan yang

diikuti oleh responden yang terdiri dari penyuluhan interpersonal dan media

massa. Penyuluhan interpersonal yang diikuti oleh responden terdiri dari kegiatan

penyuluhan yang diadakan oleh penyuluh pertanian serta penyuluhan yang

49

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

diadakan oleh pemerintah Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo yang

bekerja sama dengan Jepang ,serta kegiatan perkumpulan kelompok tani. Bentuk

kerjasama antara Kabupaten Wajo dengan Jepang yaitu dengan pengembangan

pertanian terpadu berbasis sapi potong di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo yang merupakan Asosiasi persahabatan antara pemerintah

Kabupaten Wajo dengan Jepang dengan pelaksanaan kegiatan penyuluhan

peternakan 3 kali dalam waktu 1 tahun. Kegiatan penyuluhan maupun

perkumpulan kelompok tani merupakan salah satu saluran untuk menyampaikan

informasi mengenai teknologi budidaya sapi potong. Selain itu, dalam kegiatan

penyuluhan dan kelompok tani biasanya peternak saling berbagi mengenai

permasalahan yang dihadapi dalam usaha tani ternak. Dengan kegiatan

penyuluhan dan kelompok tani dapat menambah pengetahuan peternak mengenai

teknologi budidaya sapi potong.

Terlihat pula pada Tabel 11 intensitas penyuluhan media massa yang

diikuti oleh responden. Intensitas penyuluhan media massa merupakan frekuensi

peternak dalam mengakses informasi atau teknologi budidaya sapi potong yang

disiarkan melalui media televisi yang menyajikan program-program tentang

peternakan sapi potong, serta adanya pemutaran video teknologi budidaya sapi

potong pada saat dilakukan penyuluhan interpersonal. Melalui penyuluhan media

massa ini, maka menambah pengetahuan peternak mengenai teknologi dalam

budidaya sapi potong.

Dengan penyuluhan yang diikuti oleh peternak baik penyuluhan

interpersonal maupun media massa dapat menambah pengetahuan peternak

50

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi peternak untuk mengambil

keputusan mengadopsi suatu teknologi yang disampaikan. Semakin sering

peternak mengikuti penyuluhan maka pengetahuannya tentang teknologi yang

disampaikan semakin meningkat dan akhirnya dapat mempengaruhi peternak

mengadopsi teknologi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyarini (2009),

bahwa intensitas penyuluhan mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang.

Untuk mendapat gambaran tentang intensitas penyuluhan yang diikuti oleh

peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat

pada Lampiran 3.

VI.4.2 Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong

Suatu inovasi yang disampaikan kepada masyarakat atau peternak pada

khususnya untuk usaha peternakan memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang

melekat dalam inovasi tersebut. Demikian juga dengan teknologi yang diterapkan

dalam budidaya sapi potong yang disampaikan kepada para peternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo memiliki karakteristik yang

melekat dalam inovasi tersebut. Karakteristik teknologi budidaya sapi potong

diukur melalui persepsi peternak terhadap karakteristik yang dimiliki oleh

teknologi tersebut. Persepsi peternak terhadap karakteristik teknologi dalam

budidaya sapi potong dapat diuraikan sebagai berikut :

6.2.1. Persepsi terhadap Keuntungan Relatif

51

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Suatu inovasi akan mudah diadopsi apabila menguntungkan bagi calon

adopternya. Begitu juga dengan teknologi budidaya sapi potong yang merupakan

sebuah inovasi tentunya akan lebih mudah diadopsi apabila dapat memberikan

keuntungan bagi calon adopternya. Keuntungan relatif dapat dilihat melalui

persepsi peternak terhadap keuntungan yang diperoleh peternak dengan

menerapkan paket teknologi budidaya sapi potong. Adapun persepsi peternak

terhadap keuntungan relatif teknologi budidaya sapi potong dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Persepsi peternak terhadap keuntungan relatif teknologi budidaya sapi potong di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi perkandangan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2561152

24,359,214,561,94

100183302

Jumlah 103 100 316Teknologi Pakan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2957143

28,1655,3413,592,91

116171283

Jumlah 103 100 318Teknologi Reproduksi :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)

286012

27,1858,2511,65

11218024

52

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Sangat buruk (1) 3 2,92 3Jumlah 103 100 319Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2859133

27,1852,2812,622,92

112177263

Jumlah 103 100 318Teknologi Pemanfaatan Limbah (Biogas) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2760142

26,2258,2513,591,94

108180282

Jumlah 103 100 301Teknologi Pemanfaatan Limbah (pupuk organik) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

1373125

12,6270,8711,654,86

52219245

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan persepsi peternak terhadap

keuntungan relatif paket teknologi budidaya sapi potong terdiri dari: persepsi

peternak terhadap keuntungan relatif yang dimiliki oleh teknologi perkandangan,

teknologi pakan, reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta

pemanfaatan limbah ternak. Secara keseluruhan responden memiliki persepsi yang

baik terhadap keuntungan relatif yang dimiliki paket teknologi budidaya sapi

potong dengan total skor 1.891 yang berada pada interval 1.545,2 - 2.008,8

(kategori baik). Keuntungan relatif yang melekat pada suatu inovasi akan

mempengaruhi seseorang dalam mengadopsi inovasi tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat Rahab (2009), bahwa keuntungan relatif yang diimiliki oleh

suatu inovasi berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi inovasi. Untuk

53

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

mendapat gambaran tentang persepsi peternak di Desa Simpursia Kecamatan

Pammana Kabupaten Wajo terhadap keuntungan relatif yang dimiliki oleh

teknologi budidaya sapi potong dapat dilihat pada Lampiran 4.

6.2.2. Persepsi terhadap Kompatabilitas

Suatu teknologi dalam budidaya sapi potong akan mudah diadopsi oleh

peternak apabila teknologi tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat setempat

atau dengan kata lain, teknologi yang disampaikan kepada peternak tidak

bertentangan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial maupun

norma yang berlaku dalam masyarakat tempat peternak tinggal. Kompatabilitas

suatu teknologi dapat diukur dari persepsi peternak terhadap suatu teknologi

apakah sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Ada pun persepsi peternak

terhadap kompatabilitas/kesesuaian paket teknologi budidaya sapi potong dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Persepsi peternak terhadap kompatabilitas

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Kandang :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2259175

21,357,2816,54,86

88177345

Jumlah 103 100 305Teknologi Pakan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2354197

22,3352,4318,456,79

92162387

Jumlah 103 100 300Teknologi Reproduksi :Sangat Baik (4) 7 6,8 28

54

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

70197

67,9618,456,79

210387

Jumlah 103 100 284Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

769216

6,7966,9920,395,83

28207426

Jumlah 103 100 284Teknologi Pemanfaatan Limbah (Biogas) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2256196

21,3654,3718,455,82

48168386

Jumlah 103 100 300

Lanjutan Tabel 13.

Kategori Frekuensi

(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi Pemanfaatan Limbah (pupuk organik) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2255206

21,353,419,425,82

88165406

Jumlah 103 100 300Total Skor 1.773

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan persepsi peternak terhadap

kompatabilitas / kesesuaian paket teknologi budidaya sapi potong dengan kondisi

55

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

peternak setempat yang terdiri dari: persepsi peternak terhadap kompatabilitas

yang dimiliki oleh teknologi perkandangan, teknologi pakan, reproduksi,

pencegahan dan pengendalian penyakit serta pemanfaatan limbah ternak. Secara

keseluruhan responden memiliki persepsi yang baik terhadap kompatabilitas yang

dimiliki paket teknologi budidaya sapi potong dengan total skor 1.773 yang

berada pada interval 1.545,2 - 2.008,8 (kategori baik). Kesesuaian suatu teknologi

yang disampaikan kepada peternak akan mempengaruhi peternak dalam

mengadopsi teknologi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahab (2009),

bahwa kesesuaian teknologi dengan kondisi adopternya berhubungan dengan

adopsi inovasi. Untuk mendapat gambaran tentang persepsi peternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo terhadap kompatabilitas

teknologi budidaya sapi potong dapat dilihat pada Lampiran 5.

6.2.3. Persepsi terhadap Kerumitan

Kerumitan suatu teknologi merupakan tingkat kesukaran untuk

menggunakan suatu teknologi bagi peternak. Kerumitan suatu teknologi diukur

dengan melihat bagaimana persepsi peternak terhadap suatu teknologi apakah

mudah atau sulit untuk diterapkan dalam budidaya sapi potong. Apabila peternak

memiliki persepsi yang buruk artinya peternak menganggap teknologi tersebut

sulit atau rumit, sedangkan apabila peternak memiliki persepsi terhadap kermitan

baik artinya peternak menganggap bahwa teknologi dalam budidaya sapi potong

56

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

mudah untuk dilakukan. Ada pun persepsi peternak terhadap kerumitan teknologi

budidaya sapi potong dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Persepsi peternak terhadap kerumitan teknologi budidaya sapi potong

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi perkandangan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

1466194

13,5964,0818,453,88

56198384

Jumlah 103 100 296Teknologi Pakan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

1268194

11,6566,0218,453,88

48204384

Jumlah 103 100 294Teknologi Reproduksi :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2920504

28,1619,4248,593,88

116601004

Jumlah 103 100 280

Lanjutan Tabel 14.

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2949214

28,1647,5720,393,88

116147424

Jumlah 103 100 309

57

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Teknologi Pemanfaatan Limbah (Biogas) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

3048205

29,1346,6119,414,85

120144405

Jumlah 103 100 309Teknologi Pemanfaatan Limbah (pupuk organik) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2948215

28,1646,6020,384,85

116144425

Jumlah 103 100 309Total Skor 1.797

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan persepsi peternak terhadap kerumitan

paket teknologi budidaya sapi potong terdiri dari: persepsi peternak terhadap

kerumitan yang dimiliki oleh teknologi perkandangan, teknologi pakan,

reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta pemanfaatan limbah

ternak. Secara keseluruhan responden memiliki persepsi yang baik terhadap

kerumitan yang dimiliki paket teknologi budidaya sapi potong berada dengan total

skor 1.797 yang berada pada interval 1.545,2 - 2.008,8 (kateori baik) yang artinya

bahwa peternak menganggap bahwa penerapan paket teknologi dalam

pemeliharaan sapi potong mudah untuk dilakukan. Meskipun demikian terlihat

pada Tabel 14 bahwa peternak memiliki persepsi yang buruk terhadap teknologi

reproduksi yang artinya peternak menganggap bahwa penerapan paket teknologi

sulit untuk dilakukan. Tingkat kemudahan atau kerumitan suatu teknologi akan

dapat mempengaruhi peternak untuk mengadopsi suatu teknologi yang

disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahab (2009), bahwa suatu inovasi

akan diadopsi jika inovasi tersebut mudah untuk dilakukan. Untuk mendapat

58

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

gambaran tentang persepsi peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo terhadap kerumitan yang dimiliki oleh teknologi budidaya sapi

potong dapat dilihat pada Lampiran 6.

6.2.4. Persepsi terhadap Triabilitas

Triabilitas suatu teknologi merupakan tingkat dapat dicobanya suatu

teknologi oleh penerima. Suatu inovasi yang dapat dicobakan terlebih dahulu,

akan cepat diterima. Triabilitas teknologi diukur dari persepsi peternak terhadap

apakah teknologi yang disampaikan oleh penyuluh dapat dicobakan terlebih

dahulu oleh peternak. Ada pun persepsi peternak terhadap triabilitas teknologi

dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Persepsi peternak terhadap triabilitas teknologi budidaya sapi potong

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi perkandangan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2455195

23,353,418,454,85

96165385

Jumlah 103 100 304Teknologi Pakan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2353216

22,3351,4520,395,83

92159426

Jumlah 103 100 300Lanjutan Tabel 15.

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi Reproduksi :

59

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2351209

22,3349,5119,428,74

92153409

Jumlah 103 100 300Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2449237

23,347,5722,336,8

96147467

Jumlah 103 100 295Teknologi Pemanfaatan Limbah (Biogas) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

2449219

23,347,5720,398,74

96147429

Jumlah 103 100 294Teknologi Pemanfaatan Limbah (pupuk organik) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

6681910

5,8366,0218,459,7

242043810

Jumlah 103 100 276Total Skor 1.765

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan persepsi peternak terhadap triabilitas

paket teknologi budidaya sapi potong terdiri dari: persepsi peternak terhadap

triabilitas yang dimiliki oleh teknologi perkandangan, teknologi pakan,

reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta pemanfaatan limbah

ternak. Secara keseluruhan responden memiliki persepsi yang baik terhadap

triabilitas yang dimiliki paket teknologi budidaya sapi potong dengan total skor

1.763 yang berada pada interval 1.545,2 - 2.008,8 (kategori baik). Apabila suatu

teknologi mudah untuk dicobakan oleh peternak, maka akan mempengaruhi

60

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

peternak untuk mengadopsi teknologi tersebut . Hal ini sesuai dengan pendapat

Adjid (2001), bahwa kemudahan inovasi dapat dicoba oleh pengguna berkaitan

dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Inovasi yang dapat dicoba sedikit

demi sedikit akan lebih cepat dipakai oleh pengguna daripada inovasi yang tidak

dapat dicoba sedikit demi sedikit. Untuk mendapat gambaran tentang persepsi

peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo terhadap

triabilitas teknologi budidaya sapi potong dapat dilihat pada Lampiran 7.

6.2.5. Persepsi terhadap Observabilitas

Observabilitas teknologi merupakan dapat diamati yaitu mudah atau

tidaknya pengamatan suatu inovasi. Observabilitas teknologi diukur dari persepsi

peternak terhadap observabilitas teknologi. Adapun persepsi peternak terhadap

observabilitas teknologi budidaya sapi potong dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Persepsi peternak terhadap observabilitas teknologi budidaya sapi potong

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi perkandangan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

14373715

13,635,9235,9214,56

561117415

Jumlah 103 100 256Teknologi Pakan :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

15363913

14,5634,9337,8712,62

601087813

Jumlah 103 100 259

61

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Lanjutan Tabel 16.

KategoriFrekue

nsi(Orang)

Persentase(%)

Bobot (Skor)

Teknologi Reproduksi :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

16363813

15,5434,9536,8912,62

641087613

Jumlah 103 100 261Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

16333915

15,532,0437,914,56

64997815

Jumlah 103 100 256Teknologi Pemanfaatan Limbah (Biogas) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

15343816

14,5633

36,915,54

601027616

Jumlah 103 100 254Teknologi Pemanfaatan Limbah (pupuk organik) :Sangat Baik (4)Baik (3)Buruk (2)Sangat buruk (1)

14353717

13,633,9835,9216,5

561057417

Jumlah 103 100 250Total Skor 1.536

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan persepsi peternak terhadap

observabilitas paket teknologi budidaya sapi potong terdiri dari: persepsi peternak

terhadap observabilitas yang dimiliki oleh teknologi perkandangan, teknologi

pakan, reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengolahan

limbah ternak. Secara keseluruhan responden memiliki persepsi yang buruk

62

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

terhadap observabilitas yang dimiliki paket teknologi budidaya sapi potong

dengan total skor 1.536 yang berada pada interval 1081- 1545 (kategori buruk).

Suatu teknologi yang mudah untuk diamati dapat mempengaruhi keputusan

peternak dalam mengadopsi teknologi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rogers (2003), bahwa penerimaan masyarakat terhadap suatu inovasi yang baru

diperkenalkan dipengaruhi oleh sifat teknologi tersebut yaitu mudah diamati.

Untuk lebih jelasnya atau untuk mendapat gambaran tentang persepsi peternak di

Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo terhadap observabilitas

teknologi budidaya sapi potong dapat dilihat pada Lampiran 8.

VI.4.3 Jenis Adopsi Teknologi Budidaya Sapi Potong

Jenis adopsi inovasi teknologi budidaya sapi potong

merupakan kemampuan peternak dalam menerapkan

serangkaian paket teknologi budidaya sapi potong

(perkandangan, pakan, reproduksi, pencegahan dan

pengendalian penyakit serta pemanfaatan limbah). Adopsi

teknologi budidaya sapi potong oleh peternak di Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dijabarkan sebagai

berikut:

Adopsi Teknologi Perkandangan

Adopsi komponen teknologi perkandangan dalam budidaya

sapi potong oleh peternak di Desa Simpursia Kecamatan

Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Gambar 3.

63

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

1 2 3

35.92

52.43

11.65

Keterangan :

1 : Rendah

2 : Sedang

3 : Tinggi

Gambar 3. Adopsi Peternak terhadap Teknologi Perkandangan di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui adopsi komponen

teknologi perkandangan oleh peternak di Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yaitu sebanyak 35,92%

peternak dengan tingkat adopsi yang rendah yaitu peternak

dengan kemampuan menerapkan teknologi perkandangan yang

rendah dalam budidaya sapi potong yang mereka jalankan,

64

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

sebanyak 52,43% peternak dengan adopsi sedang yaitu peternak

yang tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya untuk menerapkan

teknologi perkandangan dalam budidaya sapi potong dan

11,65% peternak dengan kategori adopsi tinggi dengan

melakukan perkandangan dengan memperhatikan persyaratan

perkandangan dengan membangun kandang dari bahan yang

kuat (kandang permanen).

Adopsi Teknologi Pakan

Adopsi komponen teknologi pakan dalam budidaya sapi

potong oleh peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo dapat dilihat pada Gambar 4.

65

1 2 3

47.57

40.78

11.65 Keterangan :

1 : Rendah

2 : Sedang

3 : Tinggi

Gambar 4. Adopsi Peternak terhadap Teknologi Pakan di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan adopsi komponen

teknologi pakan dalam budidaya sapi potong oleh peternak di

Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yaitu

sebanyak 47,57% peternak dengan tingkat adopsi teknologi

pakan yang rendah yaitu peternak hanya memberikan pakan

hijauan tanpa memperhatikan kualitas dari hijauan yang

diberikan kepada sapi potong. Sebanyak 40,78% peternak

dengan adopsi sedang yaitu peternak dengan tidak sepenuhnya

mengeluarkan upaya dalam penerapan teknologi pakan yaitu

dengan memberikan pakan dasar serta pakan tambahan kepada

sapi potong yang mereka pelihara tapi mereka tidak memberikan

mineral untuk sapi potongnya dan 11,65% peternak dengan

adopsi tinggi yaitu peternak dengan memberikan pakan untuk

sapi potongnya lengkap dengan memberikan pakan dasar

berupa hijauan yang berkualitas, pakan tambahan, dan mineral.

Adopsi Teknologi Reproduksi

Adopsi komponen teknologi perkawinan (reproduksi) dalam

budidaya sapi potong oleh peternak di Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat pada

Gambar 5.

66

1 2 3

44.66 44.66

10.68

Keterangan :

1 : Rendah

2 : Sedang

3 : Tinggi

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa adopsi

komponen teknologi reproduksi dalam budidaya sapi potong oleh

peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten

Wajo yaitu sebanyak 44,66% peternak dengan kategori adopsi

rendah yaitu peternak tidak menerapkan teknologi inseminasi

buatan, 44,66% peternak dengan kategori adopsi sedang dan

10,68% peternak dengan kategori adopsi tinggi yaitu peternak

dengan melaksanakan inseminasi buatan dalam usaha budidaya

sapi potong yang mereka kelolah.

Adopsi Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Adapun kemampuan peternak dalam mengadopsi

komponen teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit di

Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat

dilihat pada Gambar 6.

67

1 2 3

44.66 44.66

10.68

Keterangan :

1 : Rendah

2 : Sedang

3 : Tinggi

1 2 3

36.89

49.52

13.59

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa adopsi

komponen teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit

dalam budidaya sapi potong oleh peternak di Desa Simpursia

Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yaitu sebanyak 36,89%

peternak dengan kategori adopsi rendah yaitu peternak tidak

menerapkan vaksinasi dan sanitasi dalam usaha sapi potong,

49,52% peternak dengan kategori adopsi sedang yaitu peternak

tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dalam menerapkan

teknologi pencegahan dan pengendalian penyakitdan 13,59%

peternak dengan kategori adopsi tinggi yaitu peternak

mengeluarkan segala upaya dalam menerapkan teknologi

pencegahan dan pengendalian penyakit.

Adopsi Teknologi Pemanfaatan Limbah Ternak

68

1 2 3

36.89

49.52

13.59

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Adapun kemampuan peternak dalam mengadopsi

komponen teknologi pemanfaatan limbah ternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dapat dilihat

pada Gambar 7.

Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa adopsi

komponen teknologi pemanfaatan limbah dalam budidaya sapi

potong oleh peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo yaitu sebanyak 51,46% peternak dengan

kategori adopsi rendah, 35,92% peternak dengan kategori adopsi

sedang dan 12,62% peternak dengan kategori adopsi tinggi.

Adopsi teknologi pemanfaatan limbah yaitu mengolah limbah

sapi potong menjadi biogas dan pupuk kompos.

69

1 2 3

51.46

35.92

12.62

Keterangan :

1 : Rendah

2 : Sedang

3 : Tinggi

Gambar 7. Adopsi Peternak terhadap Teknologi Pemanfaatan Limbah di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Untuk mendapat gambaran adopsi peternak terhadap

komponen teknologi dalam budidaya sapi potong dapat dilihat

pada Lampiran 9.

BAB VII

HASIL DAN PEMBAHASAN

VII.1 Indeks Kelayakan Model

70

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Menurut Wijanto (2008), untuk mengetahui kelayakan model dilakukan

analisis Goodness of Fit dari model yang telah disusun. Indikator yang digunakan

untuk menilai kelayakan model meliputi nilai chi square, significance probability,

GFI, TLI, CFI, dan RMSEA. Nilai dari beberapa indikator untuk menilai

kelayakan model pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Indeks Kelayakan Model Penelitian

Goodness-Of_Fix Index

Cut-off Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square 63,32 baik Probabilitas ≥0,05 0,11 Fit GFI ≥0,90 0,91 Fit TLI ≥0,90 0,94 FitCFI ≥0,95 0,95 Fit RMSEA ≤0,08 0,049 Marginal fit

Sumber : Output Lisrel, 2012.

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa dari 6 kriteria yang

digunakan untuk menilai kelayakan model, menunjukkan bahwa semua kriteria

dari model yang dikembangkan baik untuk memprediksi variasi dari nilai

populasi. Dengan demikian, model ini dapat diterima yang berarti bahwa ada

kesesuaian antara model dengan data yang digunakan.

VII.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Uji validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa

yang seharusnya diukur. Menurut Rigdon dan Ferguson (1991) dalam Wijanto

(2008) bahwa, suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap

konstruk atau variabel latennya, jika nilai t-muatan faktornya (loading faktor)

lebih besar dari nilai kritis (≥1,96 atau untuk praktisnya ≥2 ) dan muatan faktor

71

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

standarnya (standardized loading factor) ≥0,5. Adapun nilai muatan faktor dari

beberapa variabel teramati (variable observed) untuk mengetahui validitas data

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Dugaan Parameter Model Pengukuran

VariabelLaten

VariabelObservasi

NilaiMuatan Faktor Nilai - t Nilai t–

Tabel

Intensitas Penyuluhan

Penyuluhan Interpersonal

0,81 7,46 1,96

Penyuluhan media massa

0,80 8,25 1,96

Karakteristik Teknologi

Budidaya Sapi Potong

Keuntungan relatif 0,54 8,67 1,96Kompatabilitas 0,50 6,89 1,96Kerumitan 0,54 7,10 1,96Triabilitas 0,63 8,24 1,96Observabilitas 0,58 6.56 1,96

Jenis Adopsi

Perkandangan 0,83 7,05 1,96Pakan 0,78 6,75 1,96Reproduksi 0,51 4,62 1,96Pencegahan dan pengendalian penyakit

0,70 6,20 1,96

Pemanfataan limbah ternak sapi

0,72 6,33 1,96

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa semua variabel indikator

(observed variable) yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel laten yang

digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai muatan faktor ≥0,5 dan nilai t-

hitung lebih besar dari nilai kritis 1,96. Dari hasil tersebut menunjukkan semua

indikator valid yaitu variabel teramati (variable observed) dapat dikatakan valid

mengukur variabel laten.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas (realibility) menunjukkan kekonsistenan suatu alat ukur.

Untuk mengukur reliabilitas alat ukur dalam SEM (Structural Equation Modeling)

72

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

yang akan digunakan adalah Construct Reliability dan Variance Extract dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil perhitungan Reliabilitas dan Variance Extract

Variabel Reliability Construct Variance Extract Intensitas Penyuluhan 0,74 0,58Karakteristik Teknologi 0,77 0,53Jenis Adopsi 0,84 0,52 Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui ringkasan hasil perhitungan

reliabilitas dari model pengukuran dalam penelitian ini yang memperlihatkan

bahwa semua nilai Construct Reliability (CR) ≥ 0,7 dan Variance Extract (VE) ≥

0,5. Menurut Wijanto (2008), evaluasi terhadap reliabilitas (reliability) dari model

pengukuran dalam SEM dengan menggunakan Construc Reliability yang nilainya

≥ 0,7 dan Variance Extract dengan nilai ≥ 0,5. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa reliabilitas model pengukuran adalah baik. ada pun

perhitungan Construct Reliabulity dan Variance Extract dapat dilihat pada

Lampiran 10.

VII.3 Uji Normalitas

Menurut Soedjono (2005), uji normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah data yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Pemeriksaan dilakukan

dengan melihat nilai Z score pada setiap indikator. Z score dikatakan normal

apabila -2,58 ≤ Z score ≤ 2,58, jika berada di luar interval tersebut diindikasi

bahwa ada tanggapan responden pada indikator tersebut yang tidak normal.

Apabila pada suatu indikator ada yang tidak normal, maka akan dicari tanggapan

responden yang menyebabkan ketidaknormalan tersebut dan akan diberi

73

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

penjelasan. Jadi pada uji normalitas tidak ada pengeluaran responden dari

indikator. Responden tetap dipertahankan untuk analisis-analisis berikutnya. Nilai

Z score dari tiap indikator dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Uji Normalitas Data Penelitian

Variabel Z-ScoreSkewness Kurtosis

Penyuluhan Interpersonal -0,306 -2,331Penyuluhan Media Massa -1,618 -1,378Keuntungan Relatif -2,055 0,958Kompatabilitas -2,253 0,666Kerumitan -2,078 -0,328Triabilitas -1,556 -0,854Observabilitas 0,509 -2,470

Sumber : Output Lisrel, 2012.

Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa semua data memiliki nilai Z-

score berada pada interval -2,58 ≤ Z score ≤ 2,58. Hal ini berarti bahwa semua

data berdistribusi normal, jadi dapat dilanjutkan untuk pengujian dengan

menggunakan SEM.

VII.4 Uji Multikolinier

Uji multikolinier dilakukan untuk mengetahu ada tidaknya hubungan antara

konstruk pada suatu variabel. Pada bagian ini akan diuji multikolinier tiga variabel

yaitu : intensitas penyuluhan, karakteristik teknologi, dan jenis adopsi. Menurut

Garson (2003) dalam Soedjono (2005) apabila korelasi antar konstruk lebih kecil

dari 0,85 tidak terkena multikolinier. Uji multikolinier dapat dilihat pada Gambar

berikut :

74

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Gambar 8. Hasil Ouput Lisrel Diagram Jalur Pengaruh Intensitas Penyuluhan dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong Terhadap Jenis Adopsi Inovasi oleh Peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

Analisis pertama dilakukan uji multikolinier intensitas penyuluhan yang

terdiri dari 2 indikator, yaitu penyuluhan interpersonal dan penyuluhan media

massa. Berdasarkan hasil output Lisrel pada Gambar menunjukkan seluruh

korelasi antar variabel lebih kecil dari 0,85 maka dikatakan bahwa antar indikator

variabel intensitas penyuluhan tidak terdapat multikolinier. Jadi indikator

pembentuk kedua konstruk tersebut betul-betul indipendent.

Analisis kedua dilakukan uji multikolinier karakteristik teknologi yang

terdiri dari 5 indikator, yaitu keuntungan relatif, kompatabilitas, kerumitan,

triabilitas dan observabilitas. Berdasarkan hasil output Lisrel pada Gambar

menunjukkan seluruh korelasi antar variabel lebih kecil dari 0,85 maka dikatakan

bahwa antar indikator variabel karakteristik teknologi tidak terdapat multikolinier.

Jadi indikator pembentuk kelima konstruk tersebut betul-betul indipendent.

75

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Analisis ketiga dilakukan uji multikolinier jenis adopsi inovasi yang terdiri

dari 5 indikator, yaitu perkandangan, teknologi pakan, teknologi reproduksi,

pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengolahan limbah. Berdasarkan hasil

output Lisrel pada Gambar menunjukkan sepluruh korelasi antar variabel lebih

kecil dari 0,85 maka dikatakan bahwa antar indikator variabel karakteristik

teknologi tidak terdapat multikolinier. Jadi indikator pembentuk kelima konstruk

tersebut betul-betul indipendent.

VII.5 Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Pengaruh Intensitas Penyuluhan dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong terhadap Jenis Adopsi Inovasi Peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

Untuk mengetahui pengaruh intensitas penyuluhan dan karakteristik

teknologi budidaya sapi potong terhadap jenis adopsi inovasi oleh peternak di

Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo dilakukan dengan

menggunakan analisis Struktural Equation Modelling (SEM) antara variabel

independen yaitu intensitas penyuluhan (IP) dan karakteristik teknologi budidaya

sapi potong (KT) dengan variabel dependen yaitu jenis adopsi inovasi (AD). Hasil

analisis Structural Equation Modelling (SEM) pengaruh intensitas penyuluhan

dan karakteristik teknologi budidaya sapi potong terhadap jenis adopsi inovasi

dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Nilai-t dan Koefisien pada Model Structural Equation Modelling (SEM)

Path Estimasi Nilai-t Keterangan IP→AD 0,59 3,54 Signifikan

76

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

KT→AD 0,28 2,30 SignifikanErrorvariance = 0,38R2 = 0,62

Sumber : Output Lisrel, 2012.

Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari

variabel intensitas penyuluhan terhadap jenis adopsi. Hal ini dapat dilihat dari

nilai-t dari variabel intensitas penyuluhan yang lebih besar dari nilai kritis yaitu

3,54 ≥ 1,96 serta koefisien dari intensitas penyuluhan sebesar 0,59 yang memiliki

arah koefisien positif. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa

intensitas penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jenis adopsi

inovasi diterima. Begitu pun dengan variabel karakteristik teknologi berpengaruh

signifikan terhadap jenis adopsi inovasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai-t dari

variabel karakteristik teknologi yang lebih besar dari nilai kritis yaitu 2,30 ≥ 1,96

serta koefisien dari karakteristik teknologi sebesar 0,28 yang memiliki arah

koefisien positif. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa

karakteristik teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap jenis adopsi

inovasi diterima.

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel IP

dan KT berpengaruh secara simultan terhadap variabel AD dengan nilai R2 sebesar

0,62. Artinya, besarnya pengaruh variabel IP dan KT secara simultan terhadap

variabel AD adalah sebesar 62% dengan parameter estimate (error variance)

sebesar 0,38.

Error merupakan perbedaan antara nilai-nilai yang diamati dan nilai-nilai

yang diprediksi pada masing-masing kasus. Dalam penelitian ini diperoleh nilai

77

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

error sebesar 0,38 atau 38%. Maksudnya pada penelitian ini, terlihat bahwa

variabel AD (jenis adopsi) dipengaruhi oleh variabel IP (Intensitas Penyuluhan)

dan KT (Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong). Dalam kenyataannya

variabel jenis adopsi tidak hanya dipengaruhi oleh variabel intensitas penyuluhan

dan karakteristik teknologi saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

tidak masuk pengujian dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

terdapat error yaitu sebesar 38%.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan tingkat signifikansi pengaruh

variabel IP terhadap variabel AD dan variabel KT terhadap variabel AD, dimana

dari matriks tersebut, dapat diketahui bahwa t-value (thitung) variabel IP sebesar

3,54 dan t-value (thitung) variabel KT sebesar 2,30. Sementara itu, t-tabel adalah

sebesar 1,96. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa variabel IP

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel AD karana nilai thitung (variabel

IP) > ttabel yaitu 3,54 > 1,96. Selain itu, variabel KT juga berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel AD karena nilai thitung (variabel KT) > ttabel yaitu 2,30 >

1,96.

VII.6 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan intensitas penyuluhan memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap jenis adopsi inovasi. Artinya tinggi

rendahnya intensitas penyuluhan yang diikuti oleh peternak, maka jenis adopsi

inovasi peternak akan semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

kemampuan peternak dalam mengadopsi suatu teknologi, maka diperlukan adanya

penyuluhan yang lebih intensif.

78

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Prabayanti (2010) yang

menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

mengadopsi suatu teknologi yaitu frekuensi akses saluran komunikasi baik

interpersonal maupun media massa. Petani yang frekuensi akses saluran

komunikasinya tinggi, maka semakin banyak pengetahuan mereka mengenai

inovasi sehingga mereka menerapkan atau mengadopsi inovasi tersebut.

ditambahkan pula oleh Hanafi (1986) yang menyatakan bahwa kecepatan adopsi

juga dipengaruhi oleh gencarnya usaha-usaha promosi yang dilakukan oleh agen

pembaharu. Usaha keras agen pembaharu itu ditandai dengan lebih seringnya

mereka berada di lapangan daripada di kantor. Mereka lebih sering mengadakan

kontak dengan kliennya, terutama kontak-kontak pribadi untuk menyebarkan ide

baru. Lebih banyak anggota masyarakat yang mereka hubungi, dan lebih beragam

jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi.

Hasil penelitian menunjukkan persepsi peternak terhadap karakteristik

teknologi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jenis adopsi

inovasi. Artinya tinggi rendahnya persepsi peternak terhadap karakteristik

teknologi budidaya sapi potong, maka akan mempengaruhi peternak untuk

memutuskan menerapkan inovasi tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan

pendapat Rogers (2003) yang menyatakan bahwa, penerimaan masyarakat

terhadap suatu inovasi teknologi pertanian yang baru diperkenalkan dipengaruhi

oleh lima faktor yaitu keuntungan relatif dari teknologi yang diperkenalkan

dengan apa yang sudah diketahui dan diterapkan selama ini, keseuaian terhadap

kondisi lingkungan dan sosial budaya masyarakat setempat, tingkat kerumitan dari

79

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

teknologi yang diperkenalkan, dapat dicoba dan mudah diamati. Kelima faktor

tersebut merupakan karakteristik dari teknologi yang diidentifikasi sebagai

persepsi dari pengadopsi inovasi yang mempunyai pengaruh adopsi inovasi.

Menurut teori inovasi Rogers, persepsi individu akan membentuk sikap terhadap

inovasi, yang pada akhirnya mengarah pada keputusan untuk mengadopsi atau

menolak.

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa secara

simultan intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya sapi potong

berpengaruh secara signifikan terhadap jenis adopsi inovasi oleh peternak di Desa

Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yaitu sebesar 62%. Sisanya

yaitu sebesat 38% merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lain yang

tidak menjadi variabel independen dalam penelitian ini. Dengan penyuluhan yang

diikuti oleh peternak baik penyuluhan interpersonal maupun penyuluhan media

massa maka akan menambah pengetahuan peternak mengenai teknologi yang

disampaikan dalam penyuluhan pertanian/peternakan sehingga peternak akan

mengadopsi teknologi tersebut. Begitupun dengan karakteristik atau sifat yang

dimiliki oleh paket teknologi budidaya sapi potong akan mempengaruhi peternak

dalam menerima atau menolak teknologi tersebut.

BAB VIII

PENUTUP

80

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

VIII.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa intensitas penyuluhan dan karakteristik teknologi budidaya

sapi potong berpengaruh secara signifikan terhadap jenis adopsi inovasi

(perkandangan, pakan, reproduksi, pencegahan dan pengendalian penyakit dan

pemanfaatan limbah) oleh peternak di Desa Simpursia Kecamatan Pammana

Kabupaten Wajo.

VIII.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan, yaitu :

1. Diperlukan adanya peningkatan intensitas penyuluhan yang diberikan kepada

peternak mengenai penerapan teknologi dalam budidaya sapi potong agar

peternak dapat memperbaiki pengelolaan usaha sapi potong yang mereka

jalankan dan penyuluh diharapkan mampu memotivasi peternak untuk ikut

berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan untuk menambah pengetahuan

peternak.

2. Sebaiknya teknologi yang disampaikan kepada petani peternak merupakan

teknologi yang memiliki karakteristik yang mudah diterapkan sehingga

teknologi tersebut dapat diadopsi oleh peternak.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan meneliti faktor yang mempengaruhi

peternak dalam mengadopsi suatu teknologi budidaya sapi potong.

DAFTAR PUSTAKA

81

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Aceh, Rais. 2010. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos(Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu,Kabupaten Serdang Bedagai). Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Abdurrahman, HA. Shodiq Saifullah. Ahmad Projo Saputro. 2011. Desa Mandiri Usaha Sapi Potong dan Perannya Mendukung Swasembada Daging 2014. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Adjid, Dudung. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.

Ako, Ambo. 2010. Pengembangan Hijauan Pakan Unggul Melalui Pemanfaatan Limbah Ternak dalam Upaya Mendukung Pengembangan Ternak Sapi yang Ramah Lingkungan. Diucapkan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar tetap dalam Bidang Pemuliaan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin di Depan Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Universitas Hasanuddin pada hari : Rabu, 3 November 2010 di Makassar.

Anonim. 2008. Seri Buku Inovasi Teknologi Budidaya Sapi Potong. Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian.

Anonima .2011. Pengembangan Sapi Potong Melalui IB. http://bertani.wordpress.com/peternakan/pengembangan-sapi-potong-melalui-ib/. Diakses pada Tanggal 10 Maret 2012.

Asmaki, AP, Hasnawi Masturi. Tidi Dhalika Asmaki. 2009. Agribisnis Ternak Sapi. CV Pustaka Grafika. Bandung.

Efendy, Jauhari. 2003. Tesis Hubungan Karakteristik Peternak dan Aktivitas Jaringan Komunikasi dalam Proses Adopsi Inovasi Inseminasi Buatan (IB) (Kasus pada Kelompok Peternak Sapi Madura Barokah Desa Manding Selatan Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep Jawa Timur). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hanafi, Abdillah. 1981. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.

Husnah, N. Repelita Kallo. 2010. Studi Adopsi dan Dampak Diseminasi Teknologi Penggemukan Sapi Mendukung Farmer Managed-Extension Activities

82

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

(FMA) di Provinsi Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Ibrahim, J.T., Armand Sudiyono, dan Harpowo. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Banyumedia Publishing. Malang.

Leeuwis. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan Berpikir Kembali tentang Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Khairunas. Firwan Tan. Fuad Madrisa. 2006. Strategi Pengembangana Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Tanah Datar. Pasca Sarjana Universitas Andalas.

Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press). Surakarta.

Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Prabayanti, Harning. 2010. Skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Biopestisida oleh Petani di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. Fakulta Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rahab. 2009. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.6 No.12 : Hubungan Karakteristik Teknologi dengan Kemungkinan Usaha Kecil Mengadopsi TI. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Sudirman. Purwokerto.

Rahim, L. 2010. Aplikasi Ultrasonografi dalam Pemuliaan Ternak Sapi. Diucapkan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar tetap dalam Bidang Pemuliaan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin di Depan Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Universitas Hasanuddin pada hari : Rabu, 3 November 2010 di Makassar.Singarimbun, dan Effendi. 2006. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Ramadiani. 2010. Structural Equation Model untuk Analisis Multivariate Menggunakan LISREL. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Rogers, Everet. 2003. Diffusin of Innovation Fifth Edition. Free Press. New York.

Sarjono, dan Winda. 2011. SPSS vs LISREL Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Salemba Empat. Jakarta.

83

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Setyarini, Dewi. 2009. Skripsi Pengaruh Intensitas Penyuluhan terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Penghijauan Kota : Studi Kasus Kecamatan Kota Kabupaten Wajo. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sihombing, U.H. 2010. Skripsi Peranan Kelompok Tani dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Rumah Pil-Pil, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang). Fakultas Pertanian Universitas Pertanian. Medan.

Soebroto, N. 2009. Titik Impas (BEP) Usaha Budidaya Ternak Sapi Potong(Studi Kasus di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten). Jurnal Vol.5 No. 1 Maret 2009 : 92-95.

Soedjono. 2005. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 7 : Pengaruh Budaya terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Surabaya.

Sugeng. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syafrudin. 2002. Tesis Pengaruh Media Cetak Brosur dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Undang-undang Republik Indonesia No. 16. 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

Van den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Wijanto. 2008. Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Graha Ilmu. Yogyakarta.

84

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Lampiran 1 . Tahapan Kegiatan Penelitian

No. Uraian

Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-Bulan Maret Bulan April Bulan Mei Bulan Juni Bulan Juli

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

I II

III IV

1. Seminar proposal √2. Perbaikan proposal √ √3. Pengambilan data √ √ √

4. Pengolahan data dan Konsultasi hasil √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5. Seminar hasil √6. Perbaikan laporan akhir √

85

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Lampiran 2. Identitas Responden

No. Nama

J.Ternak

(Ekor)

Umur(Tahu

n)Pendidik

an

J.T.Keluarg

a(Orang)

Pekerjaan

1. Ardi 3 23 SMP 7 Petani2. Cingke 5 62 SD 4 Petani3. Same 8 50 Tdk 3 petani4. Andy 6 30 SD 3 Petani5. Ilyas 15 35 SD 2 Petani6. Anas 20 35 SD 3 Petani7. Asril 5 37 SD 3 Petani8. Jumardin

7 30 SD 2Wiraswa

ta9. Alide 4 42 SD 3 Petani10. Buhe 10 50 SD 3 Petani11. Ambo Tuo 3 41 SD 1 Petani12. Juma 3 58 SD 3 Petani13. Iwan 20 22 SD 6 Petani14. Muh. Siri 4 31 SD 4 Petani15. Pame 4 60 SD 3 Petani16. Pandu 4 44 Tdk 2 Petani17. Arase 4 47 SD 4 Petani18. H.Dg.Mawella

ng   57 SD 1 Petani19. Bahtiar 4 27 SD 3 Petani20. Lompa 6 52 Tdk 3 Petani21. Andung 3 45 Tdk 3 Petani22. Mase 5 56 Tdk 4 Petani23. Sude 22 58 Tdk 5 Petani24. H. Mamma 2 62 Tdk 4 Petani25. Sodding 2 50 Tdk 3 Petani26. Beddu 3 49 Tdk 6 Petani27. Semang 7 50 Tdk 2 Petani28. Siraje 3 50 Tdk 3 Petani29. Arifuddin 5 35 SMA 2 Petani30. Hasse 3 60 Tdk 2 Petani31. Baba 6 60 Tdk 3 Petani32. Sidang 6 28 SMP 5 Petani33. Akib 7 35 SD 3 Petani34. Abidin 9 47 SD 3 Petani35. Lahasse 8 50 SD 4 Petani

86

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

36. Aras 2 47 SD 5 Petani37. Ibrahim 3 40 SMP 5 Petani38. Hannasi 1 55 Tdk 2 Petani

Lanjutan Lampiran 2.

No. Nama

J.Ternak

(Ekor)

Umur(Tahu

n)Pendidik

an

J.T.Keluarg

a(Orang)

Pekerjaan

39. Mannahawu 5 65 Tdk 4 Petani40. Hamzah 4 37 SMP 3 Petani41. Karim 5 42 SD 2 Petani42. Sukardi 4 38 SD 3 Petani43. Tola

5 42 SD 5Wiraswa

ta44. M. Tawir 3 46 SD 4 Petani45. Jufri 2 41 SD 3 Petani46. Abd. Rahim 8 44 SD 3 Petani47. Ahmad Nur 1 41 SD 3 Petani48. Ambo Asse 3 48 SD 2 Petani49. Sanodding 2 31 SD 3 Petani50 Basri 4 61 SD 1 Petani51. Modding 6 34 SD 2 Petani52. Lime 3 36 Tdk 3 Petani53. Mappa 2 43 Tdk 2 Petani54.

Nasir 1 42 SD 3Wiraswa

ta55. Laming 3 42 Tdk 5 Petani56. Bahri 9 53 Tdk 5 Petani57. Juneda 2 56 SD 2 Petani58. Yusufu 7 61 Tdk 3 Petani59. Genda 4 66 Tdk 3 Petani60. Palimae 6 42 Tdk 2 Petani61. H. Mandu 1 62 Tdk 5 Petani62. Ahmad Nur 4 51 Tdk 3 Petani63. H. Masse 5 56 Tdk 4 Petani64. Hamid 5 60 Tdk 2 Petani65. Azis 1 39 Tdk 3 Petani66. Dalle 2 65 Tdk 3 Petani67. H. Deri 7 62 Tdk 1 Petani68. Hajji 5 62 Tdk 5 Petani

87

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

69. Dafi 2 56 Tdk 4 Petani70. Ambo Masse 3 28 SMP 2 Petani71. Bari 2 47 SD 4 Petani72. H. Lamma 3 43 Tdk 7 Petani73. Latuwo 4 67 Tdk 4 Petani74. Jumatan 4 35 SD 5 Petani75. Anwar

Sodding 2 32 SD 1 Petani76. Haddise 7 32 SD 1 Petani77. Mide 3 32 SD 2 Petani78. Sadda 4 62 Tdk 3 PetaniLanjutan Lampiran 2.

No. Nama

J.Ternak

(Ekor)

Umur(Tahu

n)Pendidik

an

J.T.Keluarg

a(Orang)

Pekerjaan

79. H. Amire 1 38 SD 3 Petani80. Muh. Nurung 4 52 SD 3 Petani81. Makmur 3 45 SD 2 Petani82. Semaing 4 59 Tdk 1 Petani83. Dawang 14 67 Tdk 2 Petani84. Beddu Masse 4 60 Tdk 3 Petani85. Palo 3 40 SD 2 Petani86. Suardi 2 34 Tdk 5 Petani87. Beddu 12 55 Tdk 2 Petani88. Jamain 1 40 Tdk 5 Petani89. Lawo 4 40 Tdk 4 Petani90. Mustamin 4 39 SD 2 Petani91. Sanedi 3 31 SD 3 Petani92. Amar

mahmud 4 50 SD 7 Petani93. Wahid 1 50 Tdk 3 Petani94. Sudirman 5 41 SD 3 Petani95. Muh. Amin 2 53 SD 3 Petani96. Hadu 5 55 SD 2 Petani97. M. Nasir 3 41 SD 3 Petani98. Sudi 6 38 SD 3 Petani99. Mandu 4 62 Tdk 5 Petani100 Adam 5 57 Tdk 3 Petani101 Naharuddin 5 53 Tdk 3 Petani

88

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

102 Ali 3 38 SD 3 Petani103 Patta 3 52 SD 4 Petani

Lampiran 3. Distribusi Tanggapan Responden terhadap variabel Intensitas Penyuluhan

No.Respon

den

Variabel Laten : Intensitas PenyuluhanPenyuluhan

Interpersonal Penyuluhan M.Massa

Penyuluhan

(Kali)

Kelompok

Tani(Kali)

Total

(Kali)

TV/PenyiaranVideo

Peternakan(Kali)

Total(Kali)

1. 3 2 5 5 52. 2 1 3 4 43. 3 1 4 4 44. 3 0 3 5 55. 3 1 4 4 46. 3 1 4 3 37. 2 2 4 3 38. 1 2 3 3 39. 2 2 4 4 410. 2 2 4 4 411. 2 1 3 4 412. 3 0 3 2 213. 2 0 2 1 114. 2 1 3 4 415. 2 2 4 3 316. 0 1 1 1 1

89

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

17. 1 2 3 3 318. 1 1 2 4 419. 1 2 3 3 320. 1 0 1 3 321. 3 2 5 4 422. 3 0 3 2 223. 2 1 3 3 324. 3 0 3 3 325. 1 2 3 3 326. 3 0 3 2 227. 2 1 3 3 328. 2 2 4 4 429. 2 0 2 3 330. 0 1 1 1 131. 1 2 3 4 432. 3 0 3 4 433. 3 0 3 2 234. 2 2 4 4 435. 2 1 3 4 436. 1 2 3 4 437. 1 2 3 4 4

Lanjutan Lampiran 3.

No.Respon

den

Variabel Laten : Intensitas PenyuluhanPenyuluhan

Interpersonal Penyuluhan M.Massa

Penyuluhan

(Kali)

Kelompok

Tani(Kali)

Total

(Kali)

TV/PenyiaranVideo

Peternakan(Kali)

Total(Kali)

38. 2 2 4 4 439. 0 1 1 4 440. 3 1 4 4 441. 2 2 4 3 342. 3 0 3 4 443. 3 1 4 4 444. 2 1 3 3 345. 2 1 3 3 346. 0 2 2 2 247. 3 0 3 3 348. 3 0 3 3 349. 2 1 3 3 350 1 1 2 2 251. 3 0 3 3 3

90

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

52. 1 1 2 2 253. 0 1 1 1 154. 3 0 3 4 455. 0 1 1 2 256. 1 1 2 2 257. 3 0 3 3 358. 3 0 3 3 359. 1 0 1 4 460. 1 2 3 4 461. 3 2 5 3 362. 3 0 3 2 263. 1 1 2 3 364. 1 0 1 3 365. 1 1 2 3 366. 2 1 3 3 367. 1 0 1 2 268. 1 0 1 3 369. 1 0 1 3 370. 1 0 1 2 271. 2 1 3 2 272. 1 1 2 2 273. 2 0 2 1 174. 2 1 3 3 375. 1 0 1 3 3

Lanjutan Lampiran 3.

No.Respon

den

Variabel Laten : Intensitas PenyuluhanPenyuluhan

Interpersonal Penyuluhan M.Massa

Penyuluhan

(Kali)

Kelompok

Tani(Kali)

Total

(Kali)

TV/PenyiaranVideo

Peternakan(Kali)

Total(Kali)

76. 1 0 1 2 277. 3 2 5 4 478. 1 0 1 2 279. 2 2 4 3 380. 2 1 3 3 381. 2 2 4 3 382. 1 1 2 2 283. 1 2 3 3 384. 1 1 2 3 385. 1 0 1 1 186. 3 0 3 4 4

91

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

87. 3 1 4 3 388. 2 1 3 3 389. 2 2 4 3 390. 0 1 1 2 291. 1 1 2 4 492. 2 1 3 4 493. 1 1 2 1 194. 1 1 2 2 295. 2 1 3 3 396. 1 1 2 2 297. 2 2 4 4 498. 3 1 4 4 499. 0 1 1 1 1100. 0 1 1 3 3101. 0 1 1 1 1102. 0 1 1 1 1103. 0 1 1 1 1

Lampiran 4. Distribusi Jawaban Repsonden terhadap Variabel Persepesi Peternak terhadap Keuntungan Relatif Teknologi Budidaya Sapi Potong

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e F

Keuntungan

RelatifT.Kandan

g

Keuntungan

RelatifT.Pakan

Keuntungan

RelatifT.Reprodu

ksi

Keuntungan

RelatifP.Penyaki

t

Keuntungan

RelatifP.Limbah

1

Keuntungan

RelatifP.Limbah

21 3 4 4 4 4 42 4 4 4 4 4 33 3 4 4 4 4 44 2 2 2 2 2 25 2 2 2 2 2 26 3 3 3 3 3 37 3 3 3 3 3 3

92

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

8 3 3 3 3 3 39 4 4 4 4 4 310 3 3 3 3 3 311 4 4 4 4 4 312 3 3 3 3 3 313 2 2 3 3 3 314 4 4 4 4 4 315 4 4 4 4 4 316 2 2 1 1 2 217 2 2 2 2 2 118 4 4 4 4 4 319 3 3 3 3 3 320 3 3 3 3 3 321 3 3 3 3 3 322 3 3 3 3 3 323 3 3 3 3 3 324 3 3 3 3 3 325 3 3 3 3 3 326 3 3 3 3 3 327 3 3 3 3 3 328 3 3 3 3 3 329 3 3 3 3 3 330 2 1 1 1 1 131 4 4 4 4 4 332 4 4 4 4 4 333 4 4 4 4 4 334 3 3 3 3 3 335 3 3 3 3 3 336 3 3 3 3 3 336 3 3 3 3 3 3

Lanjutan Lampiran 4.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e F

Keuntungan

RelatifT.Kandan

g

Keuntungan

RelatifT.Pakan

Keuntungan

RelatifT.Reprodu

ksi

Keuntungan

RelatifP.Penyaki

t

Keuntungan

RelatifP.Limbah

1

Keuntungan

RelatifP.Limbah

237 4 4 4 4 4 338 3 3 3 3 3 339 3 3 3 3 3 340 4 4 4 4 4 441 4 4 4 4 4 442 3 3 3 3 3 243 3 3 3 3 3 3

93

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

44 3 3 3 3 3 345 3 3 3 3 3 346 2 2 2 2 2 247 2 2 2 2 2 148 4 4 4 4 3 449 3 3 3 3 3 350 3 3 3 3 3 351 3 3 3 3 3 352 3 3 3 3 2 253 2 2 2 2 2 254 3 3 3 3 3 355 4 4 4 4 4 456 4 4 4 4 4 457 3 3 3 3 3 358 4 4 4 4 4 459 4 4 4 4 4 460 3 3 3 3 3 361 4 4 4 4 4 462 4 4 4 4 4 463 3 3 3 3 3 364 3 3 3 3 3 365 3 3 3 3 3 366 3 3 3 3 3 367 3 3 3 3 3 368 2 2 2 2 2 269 3 3 3 3 3 370 3 3 3 3 3 371 3 3 3 3 3 372 3 3 3 3 3 373 3 3 3 3 3 374 3 3 3 3 3 3

Lanjutan Lampiran 4.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e D

Keuntungan

RelatifT.Kandan

g

Keuntungan

RelatifT.Pakan

Keuntungan

RelatifT.Reprodu

ksi

Keuntungan

RelatifP.Penyaki

t

Keuntungan

RelatifP.Limbah

1

Keuntungan

RelatifP.Limbah

275 3 3 3 3 3 376 3 4 4 4 4 477 3 3 3 2 3 378 2 2 2 2 2 279 4 4 4 4 4 4

94

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

80 3 3 3 3 3 381 3 3 3 3 3 382 2 1 2 2 2 283 4 4 4 4 4 384 2 2 2 2 2 285 2 2 2 2 2 286 3 3 3 3 3 387 3 3 3 3 3 388 3 3 3 3 3 389 4 4 4 4 4 390 3 2 3 3 3 391 4 4 4 4 4 392 3 3 3 3 3 393 3 3 3 3 3 394 4 4 4 4 4 395 4 4 4 4 4 396 3 3 3 3 3 397 3 3 3 3 3 398 1 4 3 3 3 399 3 3 3 3 3 3100 2 2 2 2 2 2101 3 3 3 3 3 3102 3 3 3 3 3 3103 1 1 1 1 1 1

Jumlah 316 318 319 319 318 301

Total

1891

Keterangan :1 = Sangat Buruk2 = Buruk3 = Baik4 = Sangat Baik

Lampiran 5. Distribusi Jawaban Repsonden terhadap Variabel Persepesi Peternak terhadap Kerumitan Teknologi Budidaya Sapi Potong

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e f

Kerumitan

T.Kandan

Kerumitan

T.Pakan

Kerumitan T.Reprodu

ksi

Kerumitan

P.Penyaki

Kerumitan

P.Limbah

Kerumitan

P.Limbah

95

Page 96: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

g t 1 21 4 4 4 4 4 42 3 3 4 4 4 43 4 4 4 4 4 44 4 3 3 2 2 35 3 2 2 2 1 26 3 3 3 3 3 37 4 4 4 4 4 28 3 3 3 3 3 39 3 3 3 3 3 310 3 3 3 3 3 311 4 4 4 4 4 412 3 3 3 3 3 313 3 3 3 3 3 314 3 3 4 4 4 415 3 3 3 3 3 316 3 3 3 3 3 317 2 2 2 2 2 218 3 3 3 3 3 319 2 2 2 2 2 220 3 3 3 3 3 321 2 2 2 2 2 222 3 3 3 3 3 323 4 4 4 3 3 124 3 3 4 4 4 425 3 3 4 4 4 426 3 3 3 3 3 327 4 4 4 4 4 428 3 3 3 3 3 329 3 3 3 3 3 330 1 1 1 1 1 131 3 3 3 3 3 332 3 3 3 3 3 333 4 4 3 4 4 434 3 3 3 3 3 335 3 3 3 3 3 336 2 2 2 2 2 237 3 3 4 4 4 4

Lanjutan Lampiran 5.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e f

Kerumitan

T.Kandang

Kerumitan

T.Pakan

Kerumitan T.Reprodu

ksi

Kerumitan

P.Penyakit

Kerumitan

P.Limbah 1

Kerumitan

P.Limbah 2

96

Page 97: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

38 3 3 4 4 4 439 3 3 3 3 3 340 3 3 3 3 3 341 2 2 2 2 2 242 3 3 3 3 3 343 3 3 3 3 3 344 3 3 4 4 4 445 2 2 2 2 2 246 3 3 3 3 3 347 2 2 2 2 2 248 3 3 4 4 4 449 2 2 2 2 2 250 3 3 3 3 3 351 3 3 3 3 3 352 3 3 3 3 3 353 2 2 2 2 2 254 3 3 3 3 3 355 3 3 4 4 4 456 3 3 4 4 4 457 2 2 2 2 2 258 4 3 4 4 4 459 3 3 3 3 3 360 4 4 4 4 4 461 4 4 4 4 4 462 4 3 4 4 4 463 3 3 3 3 3 364 3 3 3 3 3 365 1 1 1 1 1 166 3 3 3 3 3 367 3 3 3 3 3 368 2 2 2 2 2 269 3 3 3 3 3 370 3 3 4 4 4 471 3 3 3 3 3 372 3 3 3 3 3 373 3 3 3 3 3 374 3 3 3 3 3 375 3 3 3 3 3 3

Lanjutan Lampiran 5.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e F

Kerumitan

T.Kandan

Kerumitan

T.Pakan

Kerumitan T.Reprodu

ksi

Kerumitan

P.Penyaki

Kerumitan

P.Limbah

Kerumitan

P.Limbah

97

Page 98: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

g t 1 276 3 3 4 4 4 477 3 3 4 4 4 478 3 3 3 3 3 379 3 3 3 3 3 380 3 3 3 3 3 381 3 3 4 4 4 482 3 3 3 3 3 383 3 3 4 4 4 484 2 2 2 2 2 285 2 2 2 2 2 286 4 4 4 4 4 487 3 3 4 4 4 488 2 2 2 2 2 289 3 4 4 4 4 490 2 2 2 2 2 291 3 3 4 4 4 492 3 3 3 3 3 393 1 1 1 1 1 194 2 2 2 2 2 295 3 3 3 3 3 396 3 3 3 3 3 397 2 2 2 2 2 298 3 3 3 3 3 399 2 2 2 2 2 2100 3 3 3 3 3 3101 4 4 4 4 4 4102 2 2 2 2 2 2103 1 1 1 1 1 1

Jumlah 296 294 280 309 309 309

Total 1797

Keterangan :1 = Sangat Buruk2 = Buruk3 = Baik4 = Sangat Baik

Lampiran 6. Distribusi Jawaban Repsonden terhadap Variabel Persepesi Peternak terhadap Kompatabilitas Teknologi Budidaya Sapi Potong

98

Page 99: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e F

Kompatabilitas

T.Kandang

Kompatabilitas

T.Pakan

Kompatabilitas

T.Reproduksi

Kompatabilitas

P.Penyakit

Kompatabilitas

P.Limbah 1

Kompatabilitas

P.Limbah 2

1 4 4 4 4 4 42 3 4 4 4 4 43 4 4 4 4 4 44 3 3 3 3 3 35 2 2 2 2 2 26 1 3 2 2 2 27 3 3 3 3 3 38 3 3 4 4 4 49 4 4 4 4 4 410 2 2 2 2 2 211 3 4 4 4 4 412 3 3 3 3 3 313 3 3 3 3 3 314 2 2 2 2 2 215 4 4 3 3 4 416 3 3 3 3 3 317 3 3 3 3 3 318 3 3 3 3 3 319 3 3 3 3 3 320 3 3 3 3 3 321 3 3 3 3 3 322 3 3 3 3 3 323 4 4 3 3 4 424 3 3 3 3 3 325 4 4 3 3 4 426 3 3 3 3 3 327 3 3 3 3 3 328 3 3 3 3 3 329 3 3 3 3 3 330 1 1 1 1 1 131 3 2 3 3 3 232 4 4 3 3 4 433 2 1 2 2 2 234 3 3 3 3 3 335 3 3 3 3 3 336 2 2 2 1 2 237 3 2 3 3 2 3

Lanjutan Lampiran 6.

No. Pertanyaan

99

Page 100: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

UrutRspn

d

a b c d e FKompatabili

tasT.Kandan

g

Kompatabilitas

T.Pakan

Kompatabilitas

T.Reproduksi

Kompatabilitas

P.Penyakit

Kompatabilitas

P.Limbah 1

Kompatabilitas

P.Limbah 2

38 4 4 3 3 4 439 3 3 3 3 3 340 3 3 3 3 3 341 2 2 2 2 2 242 3 3 3 3 3 343 3 3 3 3 3 344 3 3 3 3 3 345 3 3 3 3 3 346 3 2 2 2 2 247 3 3 3 3 3 348 4 4 3 3 4 449 3 3 3 3 3 350 3 3 3 3 3 351 3 3 3 3 3 352 1 1 1 1 1 153 3 3 3 3 3 354 2 2 2 2 2 255 4 4 3 3 4 456 4 4 3 3 4 457 3 3 3 3 3 358 3 3 3 3 3 359 3 3 3 3 3 360 3 3 3 3 3 361 3 3 3 3 3 362 4 4 3 3 4 463 3 3 3 3 3 364 3 3 3 3 3 365 1 1 1 1 1 166 3 3 3 3 3 367 3 3 3 3 3 368 2 1 1 1 1 169 2 2 2 2 1 170 4 4 3 3 4 471 3 3 3 3 3 372 3 3 3 3 3 373 3 3 3 3 3 374 3 3 3 3 3 375 3 3 3 3 3 3

Lanjutan Lampiran 6.

100

Page 101: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e F

Kompatabilitas

T.Kandang

Kompatabilitas

T.Pakan

Kompatabilitas

T.Reproduksi

Kompatabilitas

P.Penyakit

Kompatabilitas

P.Limbah 1

Kompatabilitas

P.Limbah 2

76 4 4 3 3 4 477 4 4 3 3 4 478 3 3 3 3 3 379 3 3 3 3 3 380 3 3 3 3 3 381 3 3 3 3 3 382 3 3 3 3 3 383 4 4 3 3 4 484 2 2 2 2 2 285 2 2 2 2 2 286 4 4 3 3 4 487 4 4 3 3 4 488 4 2 3 3 3 389 2 2 2 2 2 290 2 2 2 2 2 291 3 4 2 2 3 492 3 3 3 3 3 393 2 2 2 2 2 294 4 4 4 4 4 395 3 3 3 3 3 396 4 3 3 3 3 397 4 4 2 2 3 398 3 2 2 2 2 299 3 3 3 3 3 3100 2 2 2 2 2 2101 2 2 1 2 2 2102 2 1 2 2 2 2103 1 1 1 1 1 1

Jumlah 305 300 284 284 300 300

Total 1773

Keterangan :1 = Sangat Buruk2 = Buruk3 = Baik4 = Sangat Baik

101

Page 102: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Lampiran 7. Distribusi Jawaban Repsonden terhadap Variabel Persepesi Peternak terhadap Triabilitas Teknologi Budidaya Sapi Potong

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e F

Triabilitas

T.Kandang

Triabilitas

T.Pakan

Triabilitas T.Reprodu

ksi

Triabilitas

P.Penyakit

Triabilitas

P.Limbah 1

Triabilitas

P.Limbah 2

1 4 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 43 4 4 4 4 4 44 2 2 2 2 2 25 2 3 2 2 2 16 2 2 2 2 2 27 4 4 4 4 4 38 3 3 3 3 3 39 4 4 4 4 4 410 2 2 1 1 2 411 3 3 3 3 3 312 3 3 3 3 3 313 3 3 3 3 3 314 4 4 4 4 4 315 3 3 3 3 3 316 3 3 3 3 3 317 2 2 2 2 2 218 4 4 4 4 4 419 3 3 3 3 3 320 3 3 3 3 3 321 3 3 3 3 3 322 2 2 2 2 2 223 3 3 3 3 3 324 3 3 3 3 3 325 3 3 3 3 3 326 3 3 3 3 3 327 3 3 3 3 3 328 3 3 3 3 3 329 3 3 3 3 3 330 1 1 1 1 1 131 3 3 3 3 3 332 4 4 4 4 4 333 4 4 4 4 4 334 2 2 2 2 2 235 3 3 3 3 3 3

102

Page 103: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

36 3 3 3 3 3 337 4 4 4 4 4 3

Lanjutan Lampiran 7.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e f

Triabilitas

T.Kandang

Triabilitas

T.Pakan

Triabilitas T.Reprodu

ksi

Triabilitas

P.Penyakit

Triabilitas

P.Limbah 1

Triabilitas

P.Limbah 2

38 4 4 4 4 4 339 2 2 2 2 2 240 4 4 4 4 4 341 4 4 4 4 4 342 3 3 3 3 3 343 4 4 4 4 4 344 3 3 3 3 3 345 3 3 3 3 3 346 2 2 2 2 2 247 3 3 3 3 3 348 3 3 3 3 3 349 3 3 3 3 3 350 1 1 1 1 1 151 3 3 3 3 3 352 1 1 1 1 1 153 3 3 3 3 3 354 3 3 3 3 3 355 4 4 4 4 4 356 4 4 4 4 4 357 3 3 3 3 3 358 3 3 3 3 3 359 4 4 4 4 4 360 3 2 1 2 2 261 4 4 4 4 4 362 3 3 3 3 3 363 2 2 2 2 2 264 3 3 2 2 1 165 1 1 1 1 1 166 1 1 1 1 1 167 2 2 2 2 2 168 2 2 3 2 1 169 2 2 2 2 2 270 3 3 3 3 3 371 3 3 3 3 3 372 3 3 3 3 3 3

103

Page 104: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

73 3 3 3 3 3 374 3 3 3 3 3 375 3 3 3 3 3 3

Lanjutan Lampiran 7.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e f

Triabilitas

T.Kandang

Triabilitas

T.Pakan

Triabilitas T.Reprodu

ksi

Triabilitas

P.Penyakit

Triabilitas

P.Limbah 1

Triabilitas

P.Limbah 2

76 3 3 3 3 3 377 4 4 4 4 4 378 2 2 2 2 2 279 2 3 1 2 1 280 3 3 3 3 3 381 2 2 2 2 2 282 3 3 3 3 3 383 4 4 4 4 4 384 3 3 3 3 3 385 2 2 2 2 2 286 4 4 4 4 4 387 3 3 3 3 3 388 3 3 3 3 3 389 4 4 4 4 4 390 3 3 3 3 3 391 4 4 4 4 4 392 4 4 4 4 4 393 2 2 2 2 2 294 4 4 4 4 4 395 3 3 3 3 3 396 3 2 2 2 2 297 3 3 3 3 3 398 3 2 2 2 2 299 3 2 2 2 2 2100 3 3 3 3 3 3101 3 3 3 3 3 3102 3 2 2 2 2 2103 2 1 1 1 1 1

Jumlah 304 300 295 296 294 276

Total 1765

Keterangan :

104

Page 105: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

1 = Sangat Buruk2 = Buruk3 = Baik4 = Sangat Baik

Lampiran 8. Distribusi Jawaban Repsonden terhadap Variabel Persepesi Peternak terhadap Observabilitas Teknologi Budidaya Sapi Potong

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e f

Observabilitas

T.Kandang

Observabilitas

T.Pakan

Observabilitas

T.Reproduksi

Observabilitas

P.Penyakit

Observabilitas

P.Limbah 1

Observabilitas

P.Limbah 2

1 4 3 3 3 3 32 3 3 3 3 3 33 4 4 4 4 4 44 2 2 2 2 2 25 2 2 2 2 2 26 1 2 2 1 1 17 4 4 4 4 4 48 3 3 3 3 3 39 4 4 4 4 4 410 2 2 3 2 2 111 3 3 3 3 3 312 3 3 3 3 3 313 2 2 2 2 2 214 3 3 3 3 3 315 3 3 3 3 3 316 3 3 3 3 3 317 3 3 3 3 3 318 4 4 4 4 3 319 3 3 3 3 3 320 3 3 3 3 3 321 3 3 3 3 3 322 3 3 3 3 3 323 4 4 4 4 4 424 3 3 3 3 3 325 3 3 3 3 3 326 3 3 3 3 3 327 3 3 3 3 3 328 3 3 3 3 3 329 3 3 3 3 3 330 1 1 1 1 1 131 3 3 3 3 3 3

105

Page 106: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

32 4 4 4 4 4 433 3 3 3 3 3 334 2 2 2 2 2 235 3 3 3 3 3 336 3 3 3 3 3 337 3 3 3 3 3 3

Lanjutan Lampiran 8.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e f

Observabilitas

T.Kandang

Observabilitas

T.Pakan

Observabilitas

T.Reproduksi

Observabilitas

P.Penyakit

Observabilitas

P.Limbah 1

Observabilitas

P.Limbah 2

38 3 3 3 3 3 339 2 2 2 2 2 240 4 4 4 4 4 441 4 4 4 4 4 442 2 2 2 2 2 243 2 2 2 2 2 244 3 3 3 3 3 345 2 3 3 3 3 346 2 2 2 2 2 247 2 3 3 2 1 148 2 2 2 1 1 249 1 1 1 1 1 150 1 1 1 1 1 151 2 2 2 2 2 252 1 1 1 1 1 153 1 1 1 1 1 154 2 2 2 2 2 255 3 3 3 3 3 356 2 2 2 2 2 257 2 2 2 2 2 258 2 2 2 2 2 259 2 2 2 2 2 260 1 1 1 1 1 161 4 4 4 4 4 262 4 4 4 4 4 463 2 2 2 2 2 264 3 3 3 3 3 365 2 2 2 2 2 266 1 1 1 1 1 167 1 1 1 1 1 168 1 3 3 3 2 2

106

Page 107: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

69 3 2 2 2 2 170 2 2 2 2 2 271 2 2 2 2 2 272 2 2 2 2 2 273 2 2 2 2 2 274 4 4 4 4 4 475 2 2 2 2 2 2

Lanjutan Lampiran 8.

No.UrutRspn

d

Pertanyaana b c d e f

Observabilitas

T.Kandang

Observabilitas

T.Pakan

Observabilitas

T.Reproduksi

Observabilitas

P.Penyakit

Observabilitas

P.Limbah 1

Keuntungan

RelatifP.Limbah

276 3 4 4 4 4 477 3 3 3 3 3 378 1 1 1 1 1 179 2 2 2 2 2 280 4 4 4 4 4 481 4 4 4 4 4 482 2 2 2 2 2 283 2 2 2 2 2 284 1 1 1 1 1 185 2 2 2 2 2 286 2 2 2 2 2 287 3 3 4 4 4 488 3 2 2 2 2 289 3 4 4 4 4 490 3 3 3 3 3 391 3 3 3 2 2 192 3 3 3 3 3 393 2 2 2 2 2 294 1 1 1 1 1 195 2 2 2 2 2 296 2 2 2 2 2 297 2 2 2 2 2 298 3 2 2 2 3 299 2 2 2 2 2 3100 2 2 2 2 2 2101 2 2 2 2 2 2102 1 1 1 1 1 1103 1 1 1 1 1 1

Jumlah 256 259 261 256 254 250

107

Page 108: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Total 1536

Keterangan :1 = Sangat Buruk2 = Buruk3 = Baik4 = Sangat Baik

Lampiran 9. Distribusi Jawaban Responden terhadap Jenis Adopsi Inovasi

No.Respon

den

Teknologi Budidaya Sapi PotongKandan

g Pakan Reproduksi

P.Penyakit

P.Limbah

1. 3 2 2 3 32. 2 2 2 1 23. 3 3 3 3 34. 2 2 1 1 15. 1 2 2 1 16. 2 2 1 2 27. 2 3 1 2 18. 2 2 1 2 29. 1 1 1 2 210. 2 2 3 2 211. 2 2 2 2 112. 1 2 1 2 113. 2 2 2 1 114. 3 2 1 2 115. 3 3 2 3 116. 1 1 1 1 117. 3 2 3 2 218. 3 2 2 2 219. 3 2 1 3 220. 1 2 2 2 121. 3 3 2 1 122. 2 1 1 3 323. 1 1 3 2 224. 2 2 3 2 125. 2 3 2 2 126. 2 2 3 2 227. 2 2 2 2 328. 2 2 2 2 2

108

Page 109: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

29. 3 3 2 2 330. 1 1 1 1 131. 2 2 3 2 232. 2 3 2 2 333. 2 3 2 2 234. 2 1 2 2 335. 1 2 2 2 336. 2 1 2 2 237. 2 3 1 3 338. 2 1 2 1 239. 2 2 1 2 240. 3 3 2 3 341. 2 2 2 3 2

Lanjutan Lampiran 9.

No.Respon

den

Teknologi Budidaya Sapi PotongKandan

g Pakan Reproduksi

P.Penyakit

P.Limbah

42. 2 2 3 2 343. 3 2 2 1 344. 2 1 2 2 245. 2 2 1 2 246. 2 1 2 2 247. 1 1 2 2 148. 3 3 2 2 249. 2 1 2 2 250 2 1 1 2 151. 1 2 3 2 152. 1 1 1 1 153. 1 1 1 1 154. 2 2 2 1 155. 2 1 1 1 156. 1 1 1 1 157. 2 2 2 2 258. 2 2 2 2 259. 2 2 2 2 260. 2 1 1 1 161. 2 2 1 2 162. 2 2 2 2 263. 1 2 1 3 264. 2 1 2 1 165. 1 2 1 2 166. 2 2 2 1 167. 1 1 1 1 1

109

Page 110: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

68. 2 2 2 2 269. 1 1 1 1 170. 2 3 2 2 371. 1 2 2 1 272. 2 2 2 1 273. 1 1 1 1 174. 2 1 2 2 275. 2 2 2 2 276. 2 1 2 2 277. 2 2 2 2 178. 1 1 1 1 179. 2 1 3 3 280. 2 2 1 3 181. 1 1 1 1 182. 1 1 2 1 1

Lanjutan Lampiran 9.

No.Respon

den

Teknologi Budidaya Sapi PotongKandan

g Pakan Reproduksi

P.Penyakit

P.Limbah

83. 1 1 1 1 184. 1 1 2 1 185. 1 1 2 1 186. 1 1 1 3 187. 1 2 3 2 188. 2 1 1 2 289. 2 2 1 2 290. 1 1 1 1 191. 1 2 2 3 192. 2 2 1 3 193. 1 1 1 1 194. 1 1 1 1 195. 2 2 1 2 296. 1 1 1 1 197. 2 2 1 1 198. 1 2 1 2 199. 1 1 1 1 1100. 1 1 1 1 1101. 2 1 1 1 1102. 1 1 1 1 1103. 1 1 1 1 1

Keterangan :

110

Page 111: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

4) Rendah, apabila sampel tidak mengeluarkan upaya dalam menerapkan teknologi dalam budidaya sapi potong.

5) Sedang, apabila sampel tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya untuk menerapkan komponen teknologi dalam budidaya sapi potong.

6) Tinggi, apabila sampel melakukan segala upaya untuk menerapkan setiap komponen teknologi dalam budidaya sapi potong.

Jenis adopsi inovasi dideskripsikan dengan bagan dengan

memperlihatkan persentase peternak dengan kategori adopsi

peternak yang tinggi, sedang, dan rendah dengan perhitungan

sebagai berikut :

ju ,lah peternak yangmenjawab pilihan1 , 2, atau 3total responden x 100%

Lampiran 10 . Perhitungan Uji Reliabilitas (Construct Reliability dan Variance Extract)

- Construct Reliability

Construct Reliability = (Σ Std .Loading)2

(Σ Std .Loading )2+Σe j

Standard loading didapat dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.Σej adalah measurement

error dari tiap indikator , measurement error dapat diperoleh dari 1- reliabilitas

indikator, tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥ 0,7 .

Hasil standard loading data :

Intensitas Penyuluhan = 0,81 + 0,80 = 1,61

Karakteristik Teknologi = 0,54 + 0,50 + 0,54 + 0,63+ 0,58 = 2,79

Jenis Adopsi = 0,83 + 0,78 + 0,51 + 0,70 + 0,72 = 3,54

Hasil measurement error data :

111

Page 112: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Intensitas Penyuluhan = 0,58 + 0,35 = 0,93

Karakteristik Teknologi = 0,19 + 0,34 + 0,36 + 0,31 + 0,51 = 2,25

Jenis Adopsi = 0,31+ 0,39 + 0,74 + 0,50 + 0,48 = 2,42

Perhitungan reliabilitas data :

Intensitas Penyuluhan = 2,59/3,52 = 0,74

Karakteristik Teknologi = 7,78/10,03 = 0,77

Jenis Adopsi = 12,53/14,95 = 0,84

- Variance Extract

Ekstrak varian (Variance Extract) mencerminkan jumlah varian

keseluruhan dalam indikator-indikator (variable-variabel teramati) yang dijelaskan

oleh variabel laten. Nilai ekstrak varian yang dapat diterima adalah ≥0,5. Ukuran

ekstrak varian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Variance Extracted = Σ Std . Loading2

Σ Std . Loading2+Σe j

Keterangan :

Standard loading didapat dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator yang

didapat dari hasil perhitungan komputer. e j adalah measurement error dari tiap

indikator.

Hasil square standardized loading data :

Intensitas Penyuluhan = (0,81)2 + (0,80)2 = 0,66 + 0,64 = 1,29

Karakteristik Teknologi =( 0,54)2 + (0,50)2 + (0,54)2 + (0,63)2+ (0,58)2

= 0,29 + 0,25 + 0,29 + 0,39 + 0,34

= 1,6

Jenis Adopsi = (0,83)2 + (0,78)2 + (0,51)2 + (0,70)2 + (0,72)2

112

Page 113: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

= 0,69 + 0,61 + 0,26 + 0,49 + 0,52

= 2,57

Perhitungan Variance Exract data :

Intensitas Penyuluhan = 1,29 / 2,23 = 0,58

Karakteristik Teknologi = 1,6/3 = 0,53

Jenis Adopsi = 2,57/ 2,42 = 0,52

Lampiran 11. Hasil Output Lisrel

113

Page 114: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

114

Page 115: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

115

Page 116: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

116

Page 117: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

117

Page 118: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

118

Page 119: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

119

Page 120: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

120

Page 121: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

121

Page 122: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

122

Page 123: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

123

Page 124: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Lampiran 12. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH INTENSITAS PENYULUHAN DAN KARAKTERISTIK TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI POTONG TERHADAP JENIS ADOPSI

INOVASI OLEH PETERNAK DI DESA SIMPURSIA KECAMATAN PAMMANA KABUPATEN WAJO

Nama :Umur :Pendidikan :Lama Beternak :Pekerjaan :J.Tang. Keluarga` :

I. Intensitas Penyuluhan

1. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan pertanian/peternakan serta kegiatan kelompok tani selama 1 tahun terakhir ini?Jawab:

2. Berapa kali anda mengikuti penyuluhan pertanian/peyuluhan serta kegiatan kelompok tani yang diadakan di Desa/Kecamatan tempat anda tinggal?Jawab:

3. Apakah anda pernah memperoleh informasi tentang teknologi yang diterapkan dalam budidaya sapi potong melalui media massa (seperti televisi dan radio)?Jawab :

4. Berapa kali anda mengekases informasi tersebut dalam jangka waktu 1 tahun terakhir ini?Jawab :

II. Jenis Adopsi Inovasi Teknologi dalam Budidaya Sapi Potong

No. Teknologi yang Diterapkan

Pengukuran Skor

1. Perkandangan a. melakukan perkandangan dengan memperhatikan persyaratan perkadangan seperti letak dan bahan pembuatan kandangb. melakukan perkandangan tanpa memperhatikan persyaratan perkandangan

3

2

1

124

Page 125: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

c. ternak dipelihara tanpa dikandangkan 2. Pakan a. pemberian pakan kepada ternak sapi potong secara

lengkap yang terdiri dari pakan dasar atau hijauan, pakan tambahan dan mineral. b. pemberian pakan kepada ternak sapi potong berupa pakan dasar dan pakan tambahan atau pakan dasar dan mineral c. hanya melakukan pemberian pakan hijauan saja

3

2

1

3. Reproduksi a. mengawinkan sapi potong dengan kawin suntik atau IBb. melakukan kawin alami dan IBc. sapi dikawinkan secara alami saja.

321

4. Pencegahan dan pengendalian penyakit

a. melakukan sanitasi, vaksinasi, dan pengobatan pada sapi jika diperlukanb. melakukan sanitasi saja, vaksinasi saja, atau pengobatan ternak jika ternak sakit.c. tidak melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit pada sapi

3

2

1

5. Pemanfaatan limbah ternak

a. melakukan pengolahan limbah menjadi biogas ata pupuk organik b. memanfaatkan limbah ternak tanpa diolah lebih dulu c.tidak mengolah dan tidak memanfaatkan limbah ternak

321

III. Persepsi Peternak terhadap Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong

No Pertanyaan Jawaban1. Persepsi terhadap Keuntungan Relatif

a. Bagaimana persepsi anda terhadap keuntungan relatif yang dimiliki oleh teknologi perkandangan : apakah dengan teknologi perkandangan mempermudah dalam pemeliharaan sapi milik bapak serta biaya pembuatan kandang dapat dijangkau ?b. bagaimana persepsi anda terhadap keuntungan relatif teknologi pakan : apakah dengan memberikan pakan yang berkualitas dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sapi potong milik anda dengan biatya masih dijangkauc.bagaimana persepsi anda terhadap keuntungan relatif teknologi reproduksi : apakah dengan IB memperbaiki kualitas sapi yang anda miliki serta biayanya dapat dijangkau?d. bagaimana persepsi anda terhadap keuntungan relatif teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit : apakah dengan melakukan vaksinasi dan sanitasi dapat menyehatkan sapi serta untuk melaksanakannya biaya dapat dijangkau?

SB

SB

SB

SB

SB

B

B

B

B

B

BU

BU

BU

BU

BU

SBU

SBU

SBU

SBU

SBU

125

Page 126: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

e. bagaiamana persepsi anda terhadap keuntungan relatif pemanfaatan limbah dengan biogas : apakah dapat menambah pendapatan dan untuk mengolahnya biayanya dapat dijangkau?f. bagaiamana persepsi anda terhadap keuntungan relatif teknologi pemanfaatan limbah dengan pupuk kompos : apakah dengan mengolah limbah menjadi pupuk kompos dapat menambah pendapatan dan untuk mengolahnya biayanya dapat dijangkau?

SB B BU SBU

2. Persepsi terhadap Kompatabilitas a. menurut anda apakah menerapkan teknologi perkandangan tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat yang setempat?b. menurut anda apakah pemberian pakan berkualitas pada sapi potong yang anda pelihara tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat yang setempat?c. jika anda menerapkan teknologi IB dalam pemeliharaan sapi potong tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat yang setempat?d. jika anda menerapkan teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit seperti vaksinasi dan sanitasi tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat yang setempat?e. jika anda memanfaatkan limbah ternak dengan mengolahnya menjadi biogas tidak bertentangan dengan masyarakat setempat?f. jika anda memanfaatkan limbah ternak dengan mengolahnya menjadi pupuk kompos tidak bertentangan dengan masyarakat setempat?

SB

SB

SB

SB

SB

SB

B

B

B

B

B

B

BU

BU

BU

BU

BU

BU

SBU

SBU

SBU

SBU

SBU

SBU

3. Persepsi terhadap Kerumitan a. bagaimana persepsi anda : apakah pembuatan kandang mudah dilakukan?b. bagaimana persepsi anda : apakah pemberian pakan pada sapi potong mudah untuk dilakukan? c. bagaimana persepsi anda : apakah mudah untuk melakukan IB termasuk menghubungi petugas IB?d. bagaimana persepsi anda : apakah pelaksanaan teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit seperti vaksinasi dan sanitasi mudah untuk dilakukan?e. bagaimana persepsi anda : pengolahan limbah menjadi biogas mudah untuk dilakukan?f. bagaimana persepsi anda : pengolahan limbah menjadi pupuk kompos mudah untuk dilakukan?

SB

SB

SB

SB

SB

SB

B

B

B

B

B

B

BU

BU

BU

BU

BU

BU

SBU

SBU

SBU

SBU

SBU

SBU

4. Persepsi terhadap Triabilitas a. bagaimana persepsi anda terhadap triabilitas teknologi perkandangan : apakah setelah anda mengetahui adanya teknologi perkadangan, kemudian dapat mencoba untuk menerapkannya juga dalam pemeliharaan sapi anda?b. apakah pemberian pakan hijuan yang berkualitas dapat

SB

SB

B

B

BU

BU

SBU

SBU

126

Page 127: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

anda coba terapkan dalam pemeliharaan sapi potong?c. apakah teknologi IB dapat anda cobakan dalam usaha pemeliharaan sapi potong yang anda kelolah?d. apakah setelah anda mengetahui teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit, kemudian anda dapat mencoba untuk menerapkannya?e. apakah pengolahan limbah menjadi biogas dapat anda coba untuk terapkan?f. apakah pembuatan pupuk kompos dapat anda coba untuk terapkan?

SB

SB

SB

SB

B

B

B

B

BU

BU

BU

BU

SBU

SBU

SBU

SBU

5. Persepsi terhadap Observabilitas a. menurut anda apakah penerapan teknologi perkandangan mudah untuk diamati?b. menurut anda apakah penerapan teknologi pemberian pakan berkualitas pada sapi potong mudah untuk diamati?c. menurut anda apakah pelaksanaan IB mudah untuk diamati?d. menurut anda apakah penerapan teknologi pencegahan dan pengendalian penyakit mudah untuk diamati?e. menurut anda apakah pengolahan limbah menjadi biogas mudah untuk diamati?f. menurut anda apakah pembuatan pupuk kompos mudah untuk diamati?

SB

SB

SBSB

SB

SB

B

B

BB

B

B

BU

BU

BUBU

BU

BU

SBU

SBU

SBUSBU

SBU

SBU

Keterangan :

SB = Sangat Baik

B = Baik

BU = Buruk

SBU = Sangat Buruk

127

Page 128: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

Lampiran 13. Kriteria Pengukuran Indikator Berdasarkan Jawaban Responden

1. Persepsi Peternak terhadap Keuntungan Relatif yang Dimiliki oleh Teknologi

Budidaya Sapi PotongSangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Penerapan paket teknologi memberikan banyak manfaat yang dirasakan peternak dengan biaya yang dikeluarkan dapat dijangkau oleh peternak, serta menghemat waktu jika menerapkan teknologi dalam budidaya sapi potong

Penerapan paket teknologi memberikan manfaat yang dirasakan peternak dengan biaya yang dikeluarkan dapat dijangkau oleh peternak, namun tidak menghemat waktu peternak

Ada manfaat yang dirasakan oleh peternak jika menerapkan paket teknologi namun biaya yang akan dikeluarkan tidak dapat dijangkau oleh peternak

Tidak ada manfaat yang dirasakan oleh peternak jika menerapkan paket teknologi dan biaya yang akan dikeluarkan tidak dapat dijangkau oleh peternak

2. Persepsi Peternak terhadap Kompatabilitas yang Dimiliki oleh Teknologi Budidaya Sapi PotongSangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Penerapan paket teknologi sangat sesuai dengan kebutuhan peternak dan tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat setempat

Penerapan paket teknologi sesuai dengan kebutuhan peternak dan tidak bertentangan dengan kondisi masyarkat setempat

Penerapan paket teknologi tidak sesuai dengan kebutuhan peternak namun tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat setempat

Penerapan paket teknologi tidak sesuai dengan kebutuhan peternak dan juga bertentangan dengan kondisi masyarakat setempat

128

Page 129: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2910... · Web view repository.unhas.ac.idBreak Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan

3. Persepsi Peternak terhadap Kerumitan yang Dimiliki oleh Teknologi Budidaya Sapi PotongSangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Penerapan paket teknologi sangat mudah untuk dilakukan tanpa menguras banyak tenaga dan pikiran peternak

Penerapan paket teknologi mudah untuk dilakukan tanpa menguras banyak tenaga dan pikiran peternak

Penerapan paket teknologi sulit untuk dilakukan karena menguras tenaga peternak

Penerapan paket teknologi sulit untuk dilakukan karena menguras banyak tenaga dan pikiran peternak

4. Persepsi Peternak terhadap triabilitas yang Dimiliki oleh Teknologi Budidaya Sapi PotongSangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Paket teknologi sangat mudah dipelajari dan dicoba untuk diterapkan sedikit demi sedikit

Paket teknologi dapat dipelajari dan dicoba untuk diterapkan sedikit demi sedikit

Peternak merasa sulit untuk mencoba sedikit demi sedikit untuk menerapkan teknologi yang disampaikan

Peternak merasa sangat sulit untuk mencoba sedikit demi sedikit untuk menerapkan teknologi yang disampaikan

5. Persepsi peternak terhadap observabilitas yang Dimiliki oleh Teknologi Budidaya Sapi PotongSangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Penerapan paket teknologi sangat mudah diamati baik melalui peternak lain yang mengadopsi dan peternak dapat mengamati hasil dari penerapan teknologi tersebut

Penerapan paket teknologi mudah diamati baik melalui peternak lain yang mengadopsi dan peternak dapat mengamati hasil dari penerapan teknologi tersebut

Paket teknologi dapat diamati melalui peternak lain yang mengadopsi namun peternak sulit mengamati hasil dari penerapan teknologi tersebut

Paket teknologi tidak dapat diamati oleh peternak melalui peternak lain yang mengadopsi dan peternak juga merasa sulit mengamati hasil dari penerapan teknologi

129