Top Banner
BAB 9 STRUKTUR PASAR Dalam pembahasan mengenai struktur pasar, dimana akan dibahas mengenai persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistik, dan oligopoli. Dimana masing-masing struktur pasar mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. A. Pasar Persaingan Sempurna Karakteristik pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah suatu pasar dimana 1 : (a) Jumlah produsen banyak dan volume produksi setiap produsen hanya merupakan bagian (share) yang kecil dari volume transaksi total di dalam pasar, sehingga masing-masing produsen tidak mampu menentukan harga. (b) Produk yang dihasilkan oleh para produsen adalah bersifat homogen, sehingga produksi satu produsen merupakan subtitusi yang sempurna bagi produksi produsen lain. (c) Setiap pelaku dalam pasar dapat mendapatkan informasi pasar yang tepat dan sempurna (perfect information), sehingga setiap pelaku dalam pasar mampu membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia di pasar. 1 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar Ed. 3 (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 166 165
35

94379712 BAB 9 Struktur Pasar

Nov 22, 2015

Download

Documents

Arman Syah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB 9

BAB 9

STRUKTUR PASAR

Dalam pembahasan mengenai struktur pasar, dimana akan dibahas mengenai persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistik, dan oligopoli. Dimana masing-masing struktur pasar mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

A. Pasar Persaingan Sempurna

Karakteristik pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah suatu pasar dimana:

(a) Jumlah produsen banyak dan volume produksi setiap produsen hanya merupakan bagian (share) yang kecil dari volume transaksi total di dalam pasar, sehingga masing-masing produsen tidak mampu menentukan harga.

(b) Produk yang dihasilkan oleh para produsen adalah bersifat homogen, sehingga produksi satu produsen merupakan subtitusi yang sempurna bagi produksi produsen lain.

(c) Setiap pelaku dalam pasar dapat mendapatkan informasi pasar yang tepat dan sempurna (perfect information), sehingga setiap pelaku dalam pasar mampu membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia di pasar.

(d) Produsen sebagai price taker, dimana tidak dapat menetapkan harga. Karena harga sepenuhnya ditentukan berdasarkan tarikan permintaan-penawaran di pasar, sehingga setiap produsen menetapkan harga berdasarkan mekanisme harga yang terjadi di pasar.

(e) Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit), dimana setiap perusahaan mempunyai kebebasan untuk masuk dan keluar dalam suatu industri. Perusahaan baru bebas untuk masuk ke dalam industri tanpa adanya hambatan dari para pemain lama. Begitu pula perusahaan lama memiliki kebebasan untuk keluar dari industri tersebut apabila melihat potensi pasar yang semakin kecil.

Ketiga sifat utama dari pasar persaingan sempurna ini mempunyai implikasi:

(1) Seorang produsen (secara individual) tidak bisa mempengaruhi harga pasar yang berlaku; harga ditentukan oleh pasar untuknya

(2) Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen adalah garis lurus horisontal, yang berarti bahwa dia bisa menjual output berapa pun pada tingkat harga yang berlaku tanpa mengakibatkan penurunan harga jual

(3) Macam keputusan yang perlu diambil oleh seorang produsen (untuk mencapai keuntungan maksimum atau posisi equilibriumnya) adalah berapa volume output yang harus ia produksikan/jual; sedang harga jualnya sudah ditentukan oleh pasar

Dalam pembahasan mengenai bekerjanya pasar persaingan sempurna, dalam teori dibedakan antara:

a. Keseimbangan (equilibrium) produsen secara individual

b. Keseimbangan (equilibrium) pasar, yaitu posisi keseimbangan antara penawaran dan permintaan di pasar tersebut.

Produsen secara individual dikatakan mencapai posisi equilibrium bila keuntungan perusahaannya maksimum. Suatu pasar persaingan sempurna dikatakan mencapai posisi equilibrium bila (a) semua perusahaan ada dalam posisi equilibrium dan; (b) jumlah total dari output-output perusahaan yang masing-masing berada pada posisi equilibrium tersebut sama dengan jumlah total yang dikehendaki para konsumen.

Dari segi perspektif jangka waktu analisa mengenai bekerjanya pasar persaingan sempurna dibedakan antara:

Analisa jangka pendek (short run), yaitu dimana dianggap bahwa setiap produsen tidak bisa menambah kapasitas pabriknya dan tidak mungkin bagi produsen-produsen baru untuk masuk ke dalam pasar.

Analisa jangka panjang (long-run), yaitu dimana dimungkinkan adanya baik perluasan kapasitas oleh perusahaan-perusahaan yang telah ada maupun pembangunan pabrik-pabrik baru oleh produsen-produsen baru yang masuk ke dalam industri tersebut.

Sehingga jangka waktu yang dimaksud di sini bukanlah perspektif lamanya waktu yang digunakan. Melainkan yang menjadi perbedaan apakah faktor produksi yang digunakan itu konstan atau berubah. Pasar persaingan sempurna memberikan penjelasan tentang prilaku perusahaan dalam dunia ideal, dimana perusahaan dapat berproduksi dalam skala yang efisien dengan harga output barang yang termurah.

1. Keseimbangan Pasar Jangka Pendek

Dalam persaingan sempurna perusahaan adalah price taker dan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pasar hanya dengan merubah jumlah yang diproduksinya. Dalam jangka pendek perusahaan hanya mempunyai satu atau lebih faktor tetap, dan satu-satunya cara untuk merubah outputnya adalah dengan menggunakan lebih banyak atau lebih sedikit faktor yang dapat diubahnya. Jadi, kurva biaya perusahaan dalam jangka pendek adalah relevan dengan keputusan output yang diambilnya. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar perusahaan berada dalam keseimbangan :

a. Perusahaan sebaiknya hanya berproduksi, paling tidak, bila biaya variabel (VC) adalah sama dengan penerimaan total (TR), atau biaya variabel rata-rata (AVC) sama dengan harga (P). Dalam kondisi ini perusahaan hanya menanggung kerugian biaya tetap (FC), dimana biaya ini dengan atau tanpa produksi tetap harus dikeluarkan. Tetapi jika AVC lebih kecil dari harga maka perusahaan tidak mampu menutupi lagi beban biaya tetap. Kegiatan produksi hanya menambah beban, karena itu produksi sebaiknya dihentikan.

b. Perusahaan memproduksi pada saat MR = MC agar perusahaan memperoleh laba maksimum atau, dalam kondisi buruk, kerugiannya minimum (minimum loss)

Dalam jangka pendek, terdapat tiga kemungkinan dalam corak keuntungan perusahaan:

i. Mendapat untung luar biasa (super normal)

ii. Mengalami kerugian, tetapi masih dapat beroperasi.

iii. Mengalami kerugian, dimana harus menutup perusahaan.

Keuntungan super normalPerusahaan akan mendapat keuntungan super normal apabila harga adalah lebih tinggi dari ongkos rata-rata yang paling minimum. Jadi apabila harga adalah pada Po perusahaan akan mendapat keuntungan luar biasa. Keuntungan ini dicapai pada waktu jumlah produksi adalah Qo dan besarnya keuntungan adalah sebesar kotak yang diarsir. Keuntungan seperti ini hanya akan berlaku dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang adanya keuntungan tersebut akan menarik masuknya perusahaan-perusahaan baru dalam industri.

Kerugian Masih BeroperasiTerdapat dua kondisi perusahaan yang mengalami kerugian, yaitu dimana perusahaan tersebut masih dapat beroperasi dan kondisi yang kedua perusahaan harus tutup atau membubarkan perusahaan. Untuk kondisi yang pertama, menunjukkan keadaan yang dinyatakan yaitu harga adalah lebih rendah dari biaya total rata-rata, tetapi lebih tinggi dari biaya variabel rata-rata. Gambaran seperti ini berarti perusahaan memperoleh hasil penjualan yang melebihi biaya variabel yang dikeluarkannya, tetapi kelebihan tersebut belum dapat menutupi biaya tetapnya. Dalam keadaan yang seperti ini perusahaan akan meneruskan usahanya, karena kalau tidak ia akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi yaitu sebanyak biaya tetap yang dikeluarkannya. Kondisi dapat tergambarkan dalam gambar 9.2.

Kerugian Harus Tutup

Sementara kondisi kerugian yang kedua adalah perusahaan harus menutup usahanya, karena hasil penjualannya tidak dapat menutupi biaya produksinya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Keadaan yang seperti ini akan berlaku apabila hasil penjualan hanyalah sebesar atau kurang dari biaya variabel. Kondisi ini terlihat dalam gambar 9.3.

2. Keseimbangan Pasar Jangka Panjang

Dalam jangka panjang kondisi yang dapat dicapai perusahaan adalah kondisi keuntungan normal (break even point). Sebab bila terjadi keuntungan super normal, maka hal ini akan menyebabkan banyak perusahaan akan masuk, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin lama akan semakin menurun. Kondisi yang sama akan terjadi pada saat kerugian, dimana kerugian akan menyebabkan banyak perusahaan keluar, sehingga kerugian semakin lama akan semakin menurun. Inilah yang menyebabkan dalam jangka panjang hanya keuntungan normal saja yang diperoleh perusahaan.

Konsekuensi model pasar persaingan sempurna bagi masyarakat adalah pasar ini memberikan tingkat kemakmuran dan kenikmatan yang maksimal, karena:

1. Harga jual output produk barang dan jasa yang termurah, sebab skala produksi perusahaan yang lebih efisien dibandingkan dengan struktur pasar yang lain.

2. Jumlah output paling banyak sehingga rasio output per penduduk maksimal, karena setiap penduduk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan dan ini berarti kemakmuran maksimal.

3. Masyarakat merasa nyaman dalam mengkonsumsi karena tidak perlu membuang waktu untuk memilih barang dan jasa (produk yang homogen) dan tidak takut ditipu dalam kualitas dan harga (informasi sempurna).

4. Diproduksikan barang-barang yang diperlukan konsumen dengan ongkos produksi yang minimum, berarti semua skala ekonomis telah dimanfaatkan, hal ini tergambar pada AC minimum.

Namun demikian, model pasar persaingan sempurna memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a. Kelemahan dalam hal asumsi, dimana asumsi-asumsi yang digunakan mustahil untuk terwujud dalam dunia nyata.

b. Kelemahan dalam pengembangan teknologi, sebab perusahaan tidak mempunyai dana cukup untuk kegiatan riset dan pengembangan produknya. Padahal kegiatan ini dibutuhkan untuk memperoleh teknologi produksi yang meningkatkan efisiensi produksi.

c. Konflik efisiensi-keadilan, dimana pasar persaingan sempurna sangat menekankan efisiensi, tetapi dalam dunia nyata hal ini menimbulkan masalah ketidakadilan.

d. Ada faktor-faktor external economies dan diseconomies, yang ternyata tidak tercakup dalam perhitungan welfare optimum tersebut.

e. Persaingan sempurna ada kalanya menimbulkan biaya sosial kepada masyarakat, karena ada biaya sosial yang tidak tercakup dalam biaya perusahaan.

f. Adanya barang-barang yang hanya bisa dinikmati dan diproduksi secara kolektif (bersama-sama) dan tidak diperjualbelikan di pasar (misalnya: keamanan, penegakan hukum, dan sebagainya).

B. Pasar Monopoli

Struktur pasar yang kedua adalah struktur pasar monopoli. Monopoli adalah suatu keadaan dimana di dalam pasar hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Ini adalah kasus monopoli murni atau pure monopoly. Ciri-ciri monopoli adalah:

1. Produsen sebagai price maker (yang menciptakan harga)2. Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry) ke dalam industry tersebut3. Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah mempunyai ciri khas yang tidak terdapat pada produk lain4. Produksi produsen bagian besar dari volume transaksi totalDalam kenyataan sulit untuk mendapatkan suatu kasus monopoli yang murni tanpa adanya unsur persaingan sama sekali. Sebab seringkali yang terjadi ada persaingan yang bersifat tidak langsung, misalnya jasa transportasi kereta api yang dikelola oleh PT KAI, meskipun mereka mempunyai monopoli dalam jasa transportasi kereta api, namun mereka mempunyai pesaing dari jasa transportasi yang lain seperti pesawat udara dan bus. Suatu perusahaan tidak memiliki pesaing karena adanya hambatan (barriers to entry) bagi perusahaan lain untuk memasuki industri yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya, hambatan masuk dikelompokkan menjadi hambatan teknis (technical barriers to entry) dan hambatan legalitas (legal barriers to entry).

Monopoli dapat terjadi pada beberapa aspek, yaitu:

i. Monopoli usaha, yaitu monopoli yang dilakukan perusahaan karena menguasai produksi dan penjualan suatu produk atau jasa secara sendiri/tanpa saingan di suatu pasar.

ii. Monopoli perusahaan, yaitu monopoli yang dilakukan oleh satu kelompok usaha yang terdiri atas beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang relatif sama

iii. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan oleh perusahaan yang telah menguasai pangsa pasar di atas 50% dan perusahaan tersebut menjadi pemimpin harga untuk produk yang sama dihasilkan dan dijual di pasaran.

Hambatan teknis disebabkan oleh beberapa hal:

a. Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus yang memungkinkan berproduksi sangat efisien.

b. Tingginya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis mempunyai kurva biaya (MC dan AC) yang menurun. Makin besar skala produksi, biaya marjinal makin menurun, sehingga biaya produksi per unit (AC) makin rendah.

c. Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi produksi.

d. Perusahaan menemukan atau mempunyai teknologi khusus, sehingga memungkinkan perusahaan dapat memproduksi barang yang berbeda dan secara efisien.

Sementara hambatan legalitas (hukum) disebabkan oleh:

a. Undang-undang dan hak khusus

Dimana suatu perusahaan mendapatkan hak monopoli oleh pemerintah melalui perangkat peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Indonesia telah memiliki perangkat peraturan ini dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Hak paten atau hak cipta

Hak paten atau hak cipta diberikan kepada seseorang yang mempunyai kemampuan khusus dalam menciptakan suatu inovasi, sehingga ia mendapatkan hak monopoli atas inovasinya.

Implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pasar monopoli:

a. Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen, hal ini terjadi karena volume produksi lebih kecil dari volume output yang optimum, inefisiensi ini menimbulkan kesejahteraan konsumen yang semakin berkurang.

b. Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pemilik faktor produksi. Konsumen dirugikan karena harga jual di atas harga keseimbangan bila berdasarkan mekanisme pasar. Sementara bagi pemilik faktor produksi dirugikan oleh dengan dibayarnya faktor produksi dengan harga yang lebih rendah dari nilai pasar output.

c. Memburuknya kondisi makroekonomi nasional, sebab jumlah output riil industri lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya. Karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas produksi maka akan menimbulkan pengangguran maupun faktor produksi yang lain. Hal ini akan berdampak buruk bagi perekonomian secara keseluruhan.

d. Memburuknya kondisi perekonomian internasional, hal ini terjadi karena munculnya inefisiensi. Sesuai dengan tuntutan dalam perdagangan bebas dimana efisiensi adalah faktor penentu. Monopoli yang menimbulkan inefisiensi adalah buruk bagi kondisi perekonomian internasional.

Ada beberapa kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah untuk mengurangi efek-efek negatif monopoli.:

a. Melalui penetapan Undang-undang Anti-Trust.

b. Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar tersebut dengan tujuan untuk memberi persaingan kepada si monopolis untuk membatasi kekuasaan monopolinya.

c. Membuka kran impor sehingga barang-barang buatan luar negeri bisa memberikan persaingan kepada barang-barang dalam negeri.

d. Dengan membuat ketentuan khusus terhadap operasi perusahaan monopoli, misalnya menetapkan harga yang seharusnya di bawah harga monopolis, atau dengan penetapan tingkat output yang optimum bagi masyarakat. Dapat pula dengan mengenakan pajak kepada monopolis.

Tetapi monopoli tidak selalu lebih buruk daripada persaingan sempurna, yaitu bila kita lihat dari segi-segi lain:

a. Monopoli mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi-inovasi baru dalam produknya. Sebab keuntungan monopoli yang didapatkan oleh mereka dipergunakan untuk tujuan penelitian dan pengembangan. Seperti yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter bahwa faktor pengusaha yang cenderung untuk selalu melakukan inovasilah yang mampu mendorong pertumbuhan.

b. Dalam kasus monopoli alamiah, dimana luas pasar terbatas dan skala ekonomis yang besar, maka sangat tidak efisien bila diharapkan dalam bentuk industri persaingan sempurna. Sebab bila dipaksakan yang terjadi justru timbulnya banyak perusahaan kecil, dimana masing-masing perusahaan kecil ini tidak bisa memanfaatkan skala ekonomis yang besar, hal ini akan menyebabkan industri menjadi tidak efisien.

1. Keseimbangan Jangka Pendek

Sebagaimana halnya perusahaan yang perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan monopoli juga harus menyamakan MR dengan MC agar mencapai laba maksimum, seperti yang digambarkan pada gambar 9.5.

Pada gambar 9.5., laba maksimum tercapai pada output Q*, di mana MR = MC. Besar laba seluas bidang AP*BC. Jika output lebih kecil dari Q*, misalnya Q1, laba perusahaan belum maksimum sebab MR > MC. Sebaliknya jika output lebih besar dari Q*, misalnya Q2, laba akan berkurang karena MR < MC. Monopolis juga bisa menderita rugi. Namun, apabila rugi akan diusahakan agar kerugiannya adalah minimum (juga pada tingkat ouput di mana MR = MC). Hal ini dapat terlihat pada gambar 9.6.. Tingkat outputnya adalah Q*, harga P*, TR = OP*CQ*, sedangkan TC = OABQ*, sehingga daerah kerugian adalah bidang P*ABC (kerugian yang minimum).

2. Keseimbangan Jangka Panjang

Perusahaan monopoli tidak mempunyai masalah besar dengan keseimbangan jangka panjang, selama dalam jangka pendek memperoleh laba maksimum. Dalam pasar persaingan sempurna, laba super normal akan menarik perusahaan lain untuk masuk ke dalam industri sehingga dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal saja. Hal tersebut tidak berlaku dalam pasar monopoli. Hambatan untuk masuk menyebabkan perusahaan monopoli mampu menikmati laba super normal, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan monopoli hanya akan kehilangan laba super normal jangka panjang, bila tidak mampu mempertahankan daya monopolinya. Hal tersebut dapat saja terjadi, terutama jika perusahaan lalai melakukan riset dan pengembangan untuk memperoleh teknologi yang meningkatkan efisiensi produksi. Akibatnya posisi perusahaan tergantikan oleh perusahaan lain yang mampu menghasilkan atau memanfaatkan teknologi produksi yang lebih efisien. Keseimbangan dalam jangka panjang akan menjadi masalah bila dalam jangka pendek perusahaan mengalami kerugian. Gambar 9.7a. menunjukkan perusahaan monopolis yang mengalami kerugian dalam jangka pendek. Namun karena biaya rata-rata variabel masih lebih besar dari harga (AVC > P) untuk sementara perusahaan masih dapat beroperasi. Bila ingin mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, perusahaan harus berupaya mencapai laba.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melakukan efisiensi agar biaya produksi lebih murah. Dalam Gambar 9.7b. ditunjukkan dengan menurunnya kurva AC (AC1 AC2). Karena sekarang biaya rata-rata lebih kecil daripada harga AC < P), perusahaan sudah dapat menikmati laba.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan atau memperbesar permintaan. Misalnya dengan menggiatkan promosi dan memasang iklan. Peningkatan permintaan (D1 D2) menyebabkan P>AC, yang artinya perusahaan memperoleh laba (Gambar 9.7c). Tentu saja cara yang terbaik adalah melakukan efisiensi sekaligus meningkatkan permintaan.

3. Monopoli Alamiah

Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural monopoly) disebut monopolis alamiah. Perusahaan ini mempunyai kurva biaya rata-rata (AC) jangka panjang yang menurun (negative slope). Makin besar output yang dihasilkan makin rendah biaya rata-rata. Ini dimungkinkan karena perusahaan memiliki kurva biaya marjinal (MC) yang juga menurun dan berada di bawah kurva AC. Perusahaan memilki tingkat efisiensi yang makin tinggi, bila skala produksi diperbesar. Perusahaan seperti ini mampu melakukan eksploitasi pasar, dilihat dari makin besarnya selisih harga jual dengan biaya marjinal. Gambar 9.8. menunjukkan hal tersebut, dimana titik perpotongan kurva MC dengan MR (titik A) jauh di bawah harga jual (titik B).

Perusahaan hanya akan mampu memiliki daya seperti di atas bila dalam jangka panjang mampu meningkatkan efisiensi melalui pengembangan teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia. Perusahaan yang memilki kekuatan monopoli alamiah, tidak selalu diawali kekuatan teknologi. Sebaliknya perusahaan yang pada awalnya memiliki kemampuan teknis, dapat kehilangan kemampuan monopoli dan tidak mampu menjadi monopolis alamiah

C. Pasar Persaingan Monopolistik

Teori pasar persaingan monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna maupun monopoli. Ekonom yang pertama kali mengajukan ketidakpuasan terhadap dua model di atas adalah Pierro Sraffa (Universitas Cambridge), kemudian diikuti oleh Hoteling dan Zeothen. Pada akhir dasawarsa 1920-an dan awal dasawarsa 1930-an, model persaingan monopolistik dikembangkan secara intensif oleh Joan Robinson dan Edward Chamberlain.

Persaingan monopolistik terdapat bila dalam suatu pasar ada banyak produsen, tetapi ada unsur-unsur diferensiasi produk di antara produk-produk yang dihasilkan oleh masing-masing produsen. Tiga asumsi dasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut:

a. Produk yang terdiferensiasi (differentiated product)

b. Jumlah perusahaan banyak dalam industri (large number firms)

c. Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit)

d. Persaingan mempromosi penjualan sangat aktife. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga1. Keseimbangan Jangka Pendek

Perusahaan mencapai keseimbangan dalam jangka pendek dan panjang. Dalam jangka pendek perusahaan dapat menikmati laba supernormal. Sedangkan dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal. Keseimbangan jangka pendek tercapai bila MR = MC, karena memiliki daya monopoli walau terbatas. Kondisi keseimbangan perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan monopolistik sama dengan perusahaan yang bergerak dalam pasar monopoli. Gambar 9.9. menunjukkan perusahaan mencapai laba maksimum pada saat MR = MC di titik E.

Sama halnya dengan perusahaan monopolis, harga jual lebih besar dari biaya marjinal (P > MC). Tetapi kemampuan eksploitasi laba relatif terbatas, karena kurva permintaan yang dihadapai sangat landai. Laba super normal yang dinikmati perusahaan sebesar luas segi empat APBC, dimana harga adalah P dan jumlah output yang diproduksi Q*.

2. Keseimbangan Jangka Panjang

Dibandingkan dengan pasar monopoli, persaingan monopolistik masih lebih baik dilihat dari lebih kecilnya total kesejahteraan yang hilang (dead weight loss). Namun tetap kurang efisien dibanding pasar persaingan sempurna. Ada dua penyebab mengapa pasar persaingan monopolistik tidak dapat lebih efisien dibanding pasar persaingan sempurna:

Harga jual masih lebih besar dari biaya marjinal (P > MC)

Kapasitas berlebihan (excess capacity)

Pada saat berada dalam keseimbangan jangka panjang, perusahaan sebenarnya tidak berproduksi pada tingkat yang paling efisien, sebab titik persinggungan antara kurva AC dengan kurva D bukan titik terendah pada kurva AC. Jika perusahaan ingin memproduksi pada AC yang paling rendah, output harus ditambah sampai dengan output pada AC minimum. Tetapi jika output melebihi QLR (output keseimbangan), penambahan output hanya menurunkan laba (bahkan merugi) karena penerimaan marjinal lebih kecil dari biaya marjinal (MR < MC). Dapat disimpulkan, dalam jangka panjang perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan monopolistik akan mengalami excess capacity.

D. Pasar Oligopoli

Oligopoli adalah keadaan dimana hanya ada beberapa perusahaan yang menguasai pasar baik secara independen maupun secara diam-diam bekerja sama. Oligopoli bisa dibedakan antara oligopoli dengan diferensiasi produk (setiap perusahaan dengan merk-merk khusus tersendiri, misalnya industri kosmetik) dengan oligopoli tanpa diferensiasi produk (misalnya industri seng). Ada tidaknya produk diferensiasi mempengaruhi sampai seberapa jauh permintaan untuk produk suatu perusahaan tergantung pada perusahaan-perusahaan lain. Semakin besar tingkat diferensiasi produk, semakin tidak tergantung kurva permintaan suatu perusahaan pada prilaku perusahaan lain.

Dari definisi di atas dapat dilihat beberapa unsur penting (karakteristik) dalam pasar oligopoli, yaitu:

a. Hanya sedikit perusahaan yang terdapat dalam suatu industri (few number of firms).

b. Produknya bisa homogen tapi bisa juga terdiferensiasi (homogen or differentiated product)

c. Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi (interdependence decisions)

d. Kompetisi yang terjadi lebih banyak bersifat kompetisi non-harga (non-pricing competition)

e. Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry) dalam industri.E. Perspektif Islam Mengenai Struktur Pasar

1. Persaingan Sempurna

Menurut Islam ini adalah struktur pasar yang ideal terjadi, dimana penentuan harga sepenuhnya ditentukan oleh tarikan permintaan dan penawaran di pasar, tidak ada intervensi pasar. Rasulullah saw sangat menjunjung tinggi pembentukan harga yang terjadi akibat mekanisme pasar yang terjadi. Apabila Adam Smith mengatakan bahwasanya mekanisme pasar terjadi oleh adanya invisible hand (tangan-tangan gaib), sebenarnya yang dikatakan tersebut terinspirasi oleh pemikiran ekonom muslim terdahulu. Namun struktur pasar persaingan sempurna tidaklah mungkin dapat terjadi dalam kehidupan nyata meskipun baik ekonomi konvensional maupun ekonomi Islam keduanya mengatakan bahwa struktur pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling baik dibandingkan dengan struktur pasar yang lainnya.

2. Monopoli

Secara sunatullah setiap perusahaan termasuk perusahaan monopoli- akan berlaku hukum pertambahan hasil yang berkurang (law of diminishing return) artinya dalam jumlah produksi tertentu perusahaan masih mengalami keuntungan, akan tetapi manakala produksi telah mencapai titik maksimal maka hasilnya yang diperoleh justru akan menurun. Oleh karena itu, harga barang di pasar atau perusahaan monopoli dapat dipastikan selalu lebih tinggi. Lalu bagaimanakah Islam memandang permasalahan monopoli.

Menurut M.N. Siddiqi (1992), monopoli adalah...as a firm producing as product whose cross-elasticity of demand is small. Sementara Qardhawi (1997) mengartikan monopoli adalah menahan barang untuk tidak beredar di pasar supaya naik harganya. Dari definisi ini terlihat bahwa tindakan monopoli dilakukan atas dorongan untuk mendapatkan laba maksimal. Seorang individu yang melakukan monopoli, akan menetapkan harga sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penjualan dengan kuantitas kecil namun dapat memperoleh laba bersih yang lebih besar. Pada dasarnya Islam menghendaki harga pasar timbul sebagai akibat keseimbangan harga yang terjadi di pasar. Namun jika dalam suatu kasus terjadi, maka boleh jadi berlaku pasar monopoli. Meskipun Qardhawi (1997) menegaskan bahwa tindakan monopoli adalah haram jika dilihat dari pandangan Islam. Sebab monopoli merupakan salah satu dari unsur penopang kapitalisme selain riba.

Lebih khusus, M.A. Mannan (1997) menguraikan masalah monopoli dilihat dari aspek harga monopoli sebagai akibat dari perilaku pasar yang tidak sempurna. Menurut Mannan, meskipun ada kompetisi potensial, kemungkinan konsumsi dari barang pengganti dan risiko dari campur tangan negara, namun menurut pendapat umum harga monopoli lebih tinggi daripada harga kompetisi. Sementara itu, hasil yang diperoleh seorang yang melakukan monopoli lebih rendah daripada yang dibuat apabila pada kondisi persaingan sempurna. Oleh karena itu pada umumnya, produksi monopoli akan lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi kompetitif dan harga monopoli lebih tinggi daripada harga kompetisi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa akan ada situasi yang menyebabkan terjadinya struktur pasar monopoli.

Dalam Islam, siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan stok barang untuk keperluan persediaan pun tidak dilarang dalam Islam. Struktur pasar yang bersifat monopoli bukanlah suatu hal yang haram apabila situasi dan kondisi perekonomian mengarah pada struktur pasar monopoli seperti pada kasus monopoli alamiah. Namun yang tidak diperkenankan adalah perilaku monopolistik (monopolistic behaviour) seperti menetapkan harga di atas harga pasar demi menarik keuntungan yang sebanyak-banyaknya atau menurunkan kuantitas produksi agar dapat menaikkan harga yang tinggi seperti pada definisi monopoli yang dinyatakan oleh M.N. Siddiqi dan Qardhawi tersebut di atas. Demikian pula menyimpan persediaan. Yang dilarang adalah ikhtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau istilah ekonominya disebut monopolys rent. Jadi dalam Islam, monopoli boleh, sedangkan monopolys rent tidak boleh. Selama ini banyak para ekonom muslim yang menyamakan arti antara ikhtikar dengan penimbunan, kedua definisi tersebut tidak bisa disamakan sebab dalam Islam menimbun barang tidaklah suatu hal yang salah selama penimbunan barang yang dilakukan murni untuk persediaan dan bukan untuk mengacaukan mekanisme harga yang terjadi di pasar.

3. OligopoliSehubungan dengan masalah oligopoli dalam spirit Islam ini, M.A. Mannan (1992) melakukan analisis bahwa pasar oligopoli keadaannya menunjukkan persaingan tidak sempurna antara beberapa perusahaan. Namun asumsi yang ada dalam benak orang awam adalah berupa kesadaran tidak ada teori perkembangan tunggal tentang pasar oligopoli, walaupun ukuran industri telah maju, utamanya industri di negara maju. Meskipun asumsi tersebut memungkinkan untuk menempatkan beberapa hipotesis tentang pasar oligopoli yang mengkaitkan berbagai variabel dependen seperti: tingkat harga, infleksibilitas harga, tingkat persaingan non harga, dan sebagainya. Jika demikian maka apakah diskusi mengenai pasar oligopoli dalam ekonomi Islam harus dihentikan? Untuk menjawab pertanyaan ini sangat tergantung pada pengetahuan tentang bagaimana perusahaan memberlakukan perusahaan kecil menurut spirit Islam.

Namun, bila hal tersebut adalah terlalu mudah bagi perusahaan untuk mencapai persetujuan tidak tertulis (tacit agreement) untuk mewujudkan tujuan penggabungan sehingga maksimisasi laba pada tingkat harga yang lebih tinggi, output dan pekerja lebih rendah, maka ini jelas-jelas tidak Islami. Tetapi ketika pelaku oligopoli tidak melakukan kolusi secara aktual akan berhadapan atau menemui kurva permintaan yang berorientasi Islami atau aransemen institusional, seluruh masalah harga-output perusahaan adalah berdasarkan pada dimensi yang ditentukan secara Islam. Secara umum, pola-pola struktur oligopoli yang tidak diperkenankan dalam ekonomi Islam adalah kemungkinan munculnya moral hazard di dalamnya. Praktek-praktek yang dapat merugikan konsumen tidak diperkenankan, seperti kolusi penetapan harga dan kuota. Sehingga struktur oligopoli tidak menjadi suatu masalah dalam ekonomi Islam apabila situasi dan kondisi perekonomian mengarah pada struktur pasar tersebut, yang tidak diperkenankan adalah perilaku oligopolistik (oligopolistic behaviour).

F. Kesimpulan

Bentuk pasar persaingan sempurna, adalah bentuk pasar dimana penentuan keseimbangan baik harga maupun output ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Ada lima asumsi dalam pasar persaingan sempurna, yaitu: (a) Produk homogen; (b) perfect knowledge; (c) free entry and exit; (d) price taker; (e) volume output perusahaan adalah kecil.

Dalam jangka pendek terdapat beberapa kondisi yang mungkin dicapai oleh perusahaan yaitu mendapat keuntungan super normal, keuntungan normal maupun mengalami kerugian baik yang masih dapat beroperasi maupun harus ditutup karena biaya tidak dapat tertutupi lagi.

Monopoli adalah penguasaan pasar oleh satu perusahaan atau kelompok perusahaan besar, dimana terdapat hambatan bagi perusahaan lain untuk masuk. Secara jangka pendek monopolis pada umumnya mendapatkan keuntungan, namun bukan berarti monopolis tidak dapat menderita kerugian. Dalam jangka panjang, monopolis tidak mendapatkan masalah sama sekali bila mendapatkan keuntungan, sebab dengan adanya hambatan masuk, monopolis dapat menjaga keuntungan yang didapatkan. Yang menjadi masalah adalah ketika dalam jangka pendek monopolis menderita kerugian, namun hal ini dapat dihilangkan dengan dua cara, yaitu: (1) dengan meningkatkan efisiensi; (2) dengan meningkatkan iklan untuk menaikkan permintaan. Struktur pasar monopoli mempunyai beberapa kelemahan, namun bukan berarti struktur monopoli tidak mempunyai sisi baik.

Dalam ekonomi Islam, struktur pasar monopoli bukanlah masalah dan hal ini sah-sah saja, bila hal itu tidak mendatangkan mudharat bagi pihak lain. Yang tidak diperbolehkan dalam ekonomi Islam adalah prilaku monopolis (monopolistic behaviour) atau istilah ekonominya disebut monopolys rent yang merugikan masyarakat.

Persaingan monopolistik adalah bentuk pasar antara monopoli dengan persaingan sempurna. Teori pasar persaingan monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna maupun monopoli. Perspektif Islam dalam struktur pasar persaingan monopolistik dan oligopoli adalah tidak memandang bahwasanya struktur pasar tersebut sebagai suatu hal yang salah. Di satu sisi kondisi tersebut memang tidak optimal jika dibandingkan dengan struktur pasar persaingan sempurna, namun apabila situasi dan kondisi pada akhirnya mengarahkan terwujudnya struktur pasar tersebut maka dalam ekonomi Islam tidak menjadi suatu masalah. Yang tidak diperkenankan adalah munculnya perilaku oligopoli (oligopolistic behaviour).

Gambar. 9.1.

Keuntungan Super Normal

MR = AR = P = D

Po

0

AC

MC

Qo

Gambar 9.2.

Kerugian Masih dapat Beroperasi

MR = AR = P =D

Po

0

AC

MC

Qo

AVC

Gambar 9.3.

Kerugian Harus Tutup

MR = AR = P =D

Po

0

AC

MC

Qo

AVC

Gambar 9.4.

Keuntungan Jangka Panjang

MR = AR = P =D

Po

0

AC

MC

Qo

B

MC

AC

MR

C

P

A

0

Rp

Q

Q*

Q1

Q2

D

Gambar 9.5.

Keseimbangan Jangka Pendek

Perusahaan Monopoli

MR > MC

MR < MC

MR = MC

B

MC

AC

MR

C

P

A

0

Rp

Q

Q*

D

Gambar 9.6.

Monopolis Yang Menderita Kerugian

kerugian

B

MC

AC

MR

C

P

A

0

Rp

Q

Q*

D

Gambar 9.7a

Kondisi Awal Perusahaan Monopolis

AVC

Kerugian jangka pendek

B

MC

AC0

MR

C

P

A

0

Rp

Q

Q*

D

Gambar 10.7b.

Perbaikan efisiensi yang menurunkan biaya

AC1

Laba super normal

B

MC

AC

MR

C

P

A

0

Rp

Q

Q*

D

Gambar 9.7c.

Pemasangan Iklan yang

Meningkatkan Permintaan

D2

D awal

D setelah pemasangan iklan

Laba super normal

B

MC

AC

MR

P

A

0

Rp

Q

Q*

D

Gambar 9.8.

Monopoli Alamiah

Laba super normal

Rp/Q

Quantity

MC

AC

DSR

MRSR

QSR

PSR

Gambar 9.9.

Keseimbangan Jangka Pendek

E

Quantity

Rp/Q

MC

AC

DLR

MRLR

Gambar 9.10

Keseimbangan Jangka Panjang

PLR

QLR

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar Ed. 3 (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 166

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 228

Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 108

Robert S Pyndick dan Daniel L Rubinfeld, Microeconomics (New York: Prentice Hall, 2001), h. 258

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 257

Ibid, h. 259

Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 125

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 266

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 183

Ibid, h. 184

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 293

Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 131

Zubair Hasan, Introductions to Microeconomics: An Islamic Perspective (Selangor: Prentice Hall, 2007), h. 215

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 215

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 298

Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), h. 137

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004) h. 222

M. N. Siddiqi, Monopoly and Monopolistic Competition dalam Sayid Tahir, et.al. ed, Reading in Microeconomics: an Islamic Perspective (Selangor: Longman Malaysia, 1992), h. 167

Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam (Jakarta: Robbani Press, 1997) h. 321

Ibid, h. 322

M.A. Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktik (Jakarta: Intermasa, 1992), h. 153

Ibid, h. 154

188