BAB 9
BAB 9
STRUKTUR PASAR
Dalam pembahasan mengenai struktur pasar, dimana akan dibahas
mengenai persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistik,
dan oligopoli. Dimana masing-masing struktur pasar mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
A. Pasar Persaingan Sempurna
Karakteristik pasar persaingan sempurna (perfect competition)
adalah suatu pasar dimana:
(a) Jumlah produsen banyak dan volume produksi setiap produsen
hanya merupakan bagian (share) yang kecil dari volume transaksi
total di dalam pasar, sehingga masing-masing produsen tidak mampu
menentukan harga.
(b) Produk yang dihasilkan oleh para produsen adalah bersifat
homogen, sehingga produksi satu produsen merupakan subtitusi yang
sempurna bagi produksi produsen lain.
(c) Setiap pelaku dalam pasar dapat mendapatkan informasi pasar
yang tepat dan sempurna (perfect information), sehingga setiap
pelaku dalam pasar mampu membuat keputusan berdasarkan informasi
yang tersedia di pasar.
(d) Produsen sebagai price taker, dimana tidak dapat menetapkan
harga. Karena harga sepenuhnya ditentukan berdasarkan tarikan
permintaan-penawaran di pasar, sehingga setiap produsen menetapkan
harga berdasarkan mekanisme harga yang terjadi di pasar.
(e) Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit),
dimana setiap perusahaan mempunyai kebebasan untuk masuk dan keluar
dalam suatu industri. Perusahaan baru bebas untuk masuk ke dalam
industri tanpa adanya hambatan dari para pemain lama. Begitu pula
perusahaan lama memiliki kebebasan untuk keluar dari industri
tersebut apabila melihat potensi pasar yang semakin kecil.
Ketiga sifat utama dari pasar persaingan sempurna ini mempunyai
implikasi:
(1) Seorang produsen (secara individual) tidak bisa mempengaruhi
harga pasar yang berlaku; harga ditentukan oleh pasar untuknya
(2) Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen adalah
garis lurus horisontal, yang berarti bahwa dia bisa menjual output
berapa pun pada tingkat harga yang berlaku tanpa mengakibatkan
penurunan harga jual
(3) Macam keputusan yang perlu diambil oleh seorang produsen
(untuk mencapai keuntungan maksimum atau posisi equilibriumnya)
adalah berapa volume output yang harus ia produksikan/jual; sedang
harga jualnya sudah ditentukan oleh pasar
Dalam pembahasan mengenai bekerjanya pasar persaingan sempurna,
dalam teori dibedakan antara:
a. Keseimbangan (equilibrium) produsen secara individual
b. Keseimbangan (equilibrium) pasar, yaitu posisi keseimbangan
antara penawaran dan permintaan di pasar tersebut.
Produsen secara individual dikatakan mencapai posisi equilibrium
bila keuntungan perusahaannya maksimum. Suatu pasar persaingan
sempurna dikatakan mencapai posisi equilibrium bila (a) semua
perusahaan ada dalam posisi equilibrium dan; (b) jumlah total dari
output-output perusahaan yang masing-masing berada pada posisi
equilibrium tersebut sama dengan jumlah total yang dikehendaki para
konsumen.
Dari segi perspektif jangka waktu analisa mengenai bekerjanya
pasar persaingan sempurna dibedakan antara:
Analisa jangka pendek (short run), yaitu dimana dianggap bahwa
setiap produsen tidak bisa menambah kapasitas pabriknya dan tidak
mungkin bagi produsen-produsen baru untuk masuk ke dalam pasar.
Analisa jangka panjang (long-run), yaitu dimana dimungkinkan
adanya baik perluasan kapasitas oleh perusahaan-perusahaan yang
telah ada maupun pembangunan pabrik-pabrik baru oleh
produsen-produsen baru yang masuk ke dalam industri tersebut.
Sehingga jangka waktu yang dimaksud di sini bukanlah perspektif
lamanya waktu yang digunakan. Melainkan yang menjadi perbedaan
apakah faktor produksi yang digunakan itu konstan atau berubah.
Pasar persaingan sempurna memberikan penjelasan tentang prilaku
perusahaan dalam dunia ideal, dimana perusahaan dapat berproduksi
dalam skala yang efisien dengan harga output barang yang
termurah.
1. Keseimbangan Pasar Jangka Pendek
Dalam persaingan sempurna perusahaan adalah price taker dan
dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pasar hanya
dengan merubah jumlah yang diproduksinya. Dalam jangka pendek
perusahaan hanya mempunyai satu atau lebih faktor tetap, dan
satu-satunya cara untuk merubah outputnya adalah dengan menggunakan
lebih banyak atau lebih sedikit faktor yang dapat diubahnya. Jadi,
kurva biaya perusahaan dalam jangka pendek adalah relevan dengan
keputusan output yang diambilnya. Ada dua syarat yang harus
dipenuhi agar perusahaan berada dalam keseimbangan :
a. Perusahaan sebaiknya hanya berproduksi, paling tidak, bila
biaya variabel (VC) adalah sama dengan penerimaan total (TR), atau
biaya variabel rata-rata (AVC) sama dengan harga (P). Dalam kondisi
ini perusahaan hanya menanggung kerugian biaya tetap (FC), dimana
biaya ini dengan atau tanpa produksi tetap harus dikeluarkan.
Tetapi jika AVC lebih kecil dari harga maka perusahaan tidak mampu
menutupi lagi beban biaya tetap. Kegiatan produksi hanya menambah
beban, karena itu produksi sebaiknya dihentikan.
b. Perusahaan memproduksi pada saat MR = MC agar perusahaan
memperoleh laba maksimum atau, dalam kondisi buruk, kerugiannya
minimum (minimum loss)
Dalam jangka pendek, terdapat tiga kemungkinan dalam corak
keuntungan perusahaan:
i. Mendapat untung luar biasa (super normal)
ii. Mengalami kerugian, tetapi masih dapat beroperasi.
iii. Mengalami kerugian, dimana harus menutup perusahaan.
Keuntungan super normalPerusahaan akan mendapat keuntungan super
normal apabila harga adalah lebih tinggi dari ongkos rata-rata yang
paling minimum. Jadi apabila harga adalah pada Po perusahaan akan
mendapat keuntungan luar biasa. Keuntungan ini dicapai pada waktu
jumlah produksi adalah Qo dan besarnya keuntungan adalah sebesar
kotak yang diarsir. Keuntungan seperti ini hanya akan berlaku dalam
jangka pendek. Dalam jangka panjang adanya keuntungan tersebut akan
menarik masuknya perusahaan-perusahaan baru dalam industri.
Kerugian Masih BeroperasiTerdapat dua kondisi perusahaan yang
mengalami kerugian, yaitu dimana perusahaan tersebut masih dapat
beroperasi dan kondisi yang kedua perusahaan harus tutup atau
membubarkan perusahaan. Untuk kondisi yang pertama, menunjukkan
keadaan yang dinyatakan yaitu harga adalah lebih rendah dari biaya
total rata-rata, tetapi lebih tinggi dari biaya variabel rata-rata.
Gambaran seperti ini berarti perusahaan memperoleh hasil penjualan
yang melebihi biaya variabel yang dikeluarkannya, tetapi kelebihan
tersebut belum dapat menutupi biaya tetapnya. Dalam keadaan yang
seperti ini perusahaan akan meneruskan usahanya, karena kalau tidak
ia akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi yaitu sebanyak
biaya tetap yang dikeluarkannya. Kondisi dapat tergambarkan dalam
gambar 9.2.
Kerugian Harus Tutup
Sementara kondisi kerugian yang kedua adalah perusahaan harus
menutup usahanya, karena hasil penjualannya tidak dapat menutupi
biaya produksinya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Keadaan
yang seperti ini akan berlaku apabila hasil penjualan hanyalah
sebesar atau kurang dari biaya variabel. Kondisi ini terlihat dalam
gambar 9.3.
2. Keseimbangan Pasar Jangka Panjang
Dalam jangka panjang kondisi yang dapat dicapai perusahaan
adalah kondisi keuntungan normal (break even point). Sebab bila
terjadi keuntungan super normal, maka hal ini akan menyebabkan
banyak perusahaan akan masuk, sehingga keuntungan yang diperoleh
semakin lama akan semakin menurun. Kondisi yang sama akan terjadi
pada saat kerugian, dimana kerugian akan menyebabkan banyak
perusahaan keluar, sehingga kerugian semakin lama akan semakin
menurun. Inilah yang menyebabkan dalam jangka panjang hanya
keuntungan normal saja yang diperoleh perusahaan.
Konsekuensi model pasar persaingan sempurna bagi masyarakat
adalah pasar ini memberikan tingkat kemakmuran dan kenikmatan yang
maksimal, karena:
1. Harga jual output produk barang dan jasa yang termurah, sebab
skala produksi perusahaan yang lebih efisien dibandingkan dengan
struktur pasar yang lain.
2. Jumlah output paling banyak sehingga rasio output per
penduduk maksimal, karena setiap penduduk memperoleh barang dan
jasa yang dibutuhkan dan ini berarti kemakmuran maksimal.
3. Masyarakat merasa nyaman dalam mengkonsumsi karena tidak
perlu membuang waktu untuk memilih barang dan jasa (produk yang
homogen) dan tidak takut ditipu dalam kualitas dan harga (informasi
sempurna).
4. Diproduksikan barang-barang yang diperlukan konsumen dengan
ongkos produksi yang minimum, berarti semua skala ekonomis telah
dimanfaatkan, hal ini tergambar pada AC minimum.
Namun demikian, model pasar persaingan sempurna memiliki
beberapa kelemahan, yaitu:
a. Kelemahan dalam hal asumsi, dimana asumsi-asumsi yang
digunakan mustahil untuk terwujud dalam dunia nyata.
b. Kelemahan dalam pengembangan teknologi, sebab perusahaan
tidak mempunyai dana cukup untuk kegiatan riset dan pengembangan
produknya. Padahal kegiatan ini dibutuhkan untuk memperoleh
teknologi produksi yang meningkatkan efisiensi produksi.
c. Konflik efisiensi-keadilan, dimana pasar persaingan sempurna
sangat menekankan efisiensi, tetapi dalam dunia nyata hal ini
menimbulkan masalah ketidakadilan.
d. Ada faktor-faktor external economies dan diseconomies, yang
ternyata tidak tercakup dalam perhitungan welfare optimum
tersebut.
e. Persaingan sempurna ada kalanya menimbulkan biaya sosial
kepada masyarakat, karena ada biaya sosial yang tidak tercakup
dalam biaya perusahaan.
f. Adanya barang-barang yang hanya bisa dinikmati dan diproduksi
secara kolektif (bersama-sama) dan tidak diperjualbelikan di pasar
(misalnya: keamanan, penegakan hukum, dan sebagainya).
B. Pasar Monopoli
Struktur pasar yang kedua adalah struktur pasar monopoli.
Monopoli adalah suatu keadaan dimana di dalam pasar hanya ada satu
penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Ini adalah
kasus monopoli murni atau pure monopoly. Ciri-ciri monopoli
adalah:
1. Produsen sebagai price maker (yang menciptakan harga)2.
Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry) ke dalam industry
tersebut3. Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah mempunyai
ciri khas yang tidak terdapat pada produk lain4. Produksi produsen
bagian besar dari volume transaksi totalDalam kenyataan sulit untuk
mendapatkan suatu kasus monopoli yang murni tanpa adanya unsur
persaingan sama sekali. Sebab seringkali yang terjadi ada
persaingan yang bersifat tidak langsung, misalnya jasa transportasi
kereta api yang dikelola oleh PT KAI, meskipun mereka mempunyai
monopoli dalam jasa transportasi kereta api, namun mereka mempunyai
pesaing dari jasa transportasi yang lain seperti pesawat udara dan
bus. Suatu perusahaan tidak memiliki pesaing karena adanya hambatan
(barriers to entry) bagi perusahaan lain untuk memasuki industri
yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya, hambatan masuk
dikelompokkan menjadi hambatan teknis (technical barriers to entry)
dan hambatan legalitas (legal barriers to entry).
Monopoli dapat terjadi pada beberapa aspek, yaitu:
i. Monopoli usaha, yaitu monopoli yang dilakukan perusahaan
karena menguasai produksi dan penjualan suatu produk atau jasa
secara sendiri/tanpa saingan di suatu pasar.
ii. Monopoli perusahaan, yaitu monopoli yang dilakukan oleh satu
kelompok usaha yang terdiri atas beberapa perusahaan yang
menghasilkan produk yang relatif sama
iii. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan oleh
perusahaan yang telah menguasai pangsa pasar di atas 50% dan
perusahaan tersebut menjadi pemimpin harga untuk produk yang sama
dihasilkan dan dijual di pasaran.
Hambatan teknis disebabkan oleh beberapa hal:
a. Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus
yang memungkinkan berproduksi sangat efisien.
b. Tingginya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis
mempunyai kurva biaya (MC dan AC) yang menurun. Makin besar skala
produksi, biaya marjinal makin menurun, sehingga biaya produksi per
unit (AC) makin rendah.
c. Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi,
baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi
produksi.
d. Perusahaan menemukan atau mempunyai teknologi khusus,
sehingga memungkinkan perusahaan dapat memproduksi barang yang
berbeda dan secara efisien.
Sementara hambatan legalitas (hukum) disebabkan oleh:
a. Undang-undang dan hak khusus
Dimana suatu perusahaan mendapatkan hak monopoli oleh pemerintah
melalui perangkat peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Indonesia
telah memiliki perangkat peraturan ini dalam UU No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
b. Hak paten atau hak cipta
Hak paten atau hak cipta diberikan kepada seseorang yang
mempunyai kemampuan khusus dalam menciptakan suatu inovasi,
sehingga ia mendapatkan hak monopoli atas inovasinya.
Implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang perlu
diperhatikan adalah bahwa dalam pasar monopoli:
a. Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen, hal
ini terjadi karena volume produksi lebih kecil dari volume output
yang optimum, inefisiensi ini menimbulkan kesejahteraan konsumen
yang semakin berkurang.
b. Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pemilik faktor
produksi. Konsumen dirugikan karena harga jual di atas harga
keseimbangan bila berdasarkan mekanisme pasar. Sementara bagi
pemilik faktor produksi dirugikan oleh dengan dibayarnya faktor
produksi dengan harga yang lebih rendah dari nilai pasar
output.
c. Memburuknya kondisi makroekonomi nasional, sebab jumlah
output riil industri lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya.
Karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan
kapasitas produksi maka akan menimbulkan pengangguran maupun faktor
produksi yang lain. Hal ini akan berdampak buruk bagi perekonomian
secara keseluruhan.
d. Memburuknya kondisi perekonomian internasional, hal ini
terjadi karena munculnya inefisiensi. Sesuai dengan tuntutan dalam
perdagangan bebas dimana efisiensi adalah faktor penentu. Monopoli
yang menimbulkan inefisiensi adalah buruk bagi kondisi perekonomian
internasional.
Ada beberapa kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah untuk
mengurangi efek-efek negatif monopoli.:
a. Melalui penetapan Undang-undang Anti-Trust.
b. Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar
tersebut dengan tujuan untuk memberi persaingan kepada si monopolis
untuk membatasi kekuasaan monopolinya.
c. Membuka kran impor sehingga barang-barang buatan luar negeri
bisa memberikan persaingan kepada barang-barang dalam negeri.
d. Dengan membuat ketentuan khusus terhadap operasi perusahaan
monopoli, misalnya menetapkan harga yang seharusnya di bawah harga
monopolis, atau dengan penetapan tingkat output yang optimum bagi
masyarakat. Dapat pula dengan mengenakan pajak kepada
monopolis.
Tetapi monopoli tidak selalu lebih buruk daripada persaingan
sempurna, yaitu bila kita lihat dari segi-segi lain:
a. Monopoli mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi-inovasi
baru dalam produknya. Sebab keuntungan monopoli yang didapatkan
oleh mereka dipergunakan untuk tujuan penelitian dan pengembangan.
Seperti yang dikemukakan oleh Joseph Schumpeter bahwa faktor
pengusaha yang cenderung untuk selalu melakukan inovasilah yang
mampu mendorong pertumbuhan.
b. Dalam kasus monopoli alamiah, dimana luas pasar terbatas dan
skala ekonomis yang besar, maka sangat tidak efisien bila
diharapkan dalam bentuk industri persaingan sempurna. Sebab bila
dipaksakan yang terjadi justru timbulnya banyak perusahaan kecil,
dimana masing-masing perusahaan kecil ini tidak bisa memanfaatkan
skala ekonomis yang besar, hal ini akan menyebabkan industri
menjadi tidak efisien.
1. Keseimbangan Jangka Pendek
Sebagaimana halnya perusahaan yang perusahaan yang bergerak
dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan monopoli juga harus
menyamakan MR dengan MC agar mencapai laba maksimum, seperti yang
digambarkan pada gambar 9.5.
Pada gambar 9.5., laba maksimum tercapai pada output Q*, di mana
MR = MC. Besar laba seluas bidang AP*BC. Jika output lebih kecil
dari Q*, misalnya Q1, laba perusahaan belum maksimum sebab MR >
MC. Sebaliknya jika output lebih besar dari Q*, misalnya Q2, laba
akan berkurang karena MR < MC. Monopolis juga bisa menderita
rugi. Namun, apabila rugi akan diusahakan agar kerugiannya adalah
minimum (juga pada tingkat ouput di mana MR = MC). Hal ini dapat
terlihat pada gambar 9.6.. Tingkat outputnya adalah Q*, harga P*,
TR = OP*CQ*, sedangkan TC = OABQ*, sehingga daerah kerugian adalah
bidang P*ABC (kerugian yang minimum).
2. Keseimbangan Jangka Panjang
Perusahaan monopoli tidak mempunyai masalah besar dengan
keseimbangan jangka panjang, selama dalam jangka pendek memperoleh
laba maksimum. Dalam pasar persaingan sempurna, laba super normal
akan menarik perusahaan lain untuk masuk ke dalam industri sehingga
dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal saja.
Hal tersebut tidak berlaku dalam pasar monopoli. Hambatan untuk
masuk menyebabkan perusahaan monopoli mampu menikmati laba super
normal, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan
monopoli hanya akan kehilangan laba super normal jangka panjang,
bila tidak mampu mempertahankan daya monopolinya. Hal tersebut
dapat saja terjadi, terutama jika perusahaan lalai melakukan riset
dan pengembangan untuk memperoleh teknologi yang meningkatkan
efisiensi produksi. Akibatnya posisi perusahaan tergantikan oleh
perusahaan lain yang mampu menghasilkan atau memanfaatkan teknologi
produksi yang lebih efisien. Keseimbangan dalam jangka panjang akan
menjadi masalah bila dalam jangka pendek perusahaan mengalami
kerugian. Gambar 9.7a. menunjukkan perusahaan monopolis yang
mengalami kerugian dalam jangka pendek. Namun karena biaya
rata-rata variabel masih lebih besar dari harga (AVC > P) untuk
sementara perusahaan masih dapat beroperasi. Bila ingin
mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, perusahaan harus
berupaya mencapai laba.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melakukan efisiensi
agar biaya produksi lebih murah. Dalam Gambar 9.7b. ditunjukkan
dengan menurunnya kurva AC (AC1 AC2). Karena sekarang biaya
rata-rata lebih kecil daripada harga AC < P), perusahaan sudah
dapat menikmati laba.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan atau
memperbesar permintaan. Misalnya dengan menggiatkan promosi dan
memasang iklan. Peningkatan permintaan (D1 D2) menyebabkan P>AC,
yang artinya perusahaan memperoleh laba (Gambar 9.7c). Tentu saja
cara yang terbaik adalah melakukan efisiensi sekaligus meningkatkan
permintaan.
3. Monopoli Alamiah
Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural
monopoly) disebut monopolis alamiah. Perusahaan ini mempunyai kurva
biaya rata-rata (AC) jangka panjang yang menurun (negative slope).
Makin besar output yang dihasilkan makin rendah biaya rata-rata.
Ini dimungkinkan karena perusahaan memiliki kurva biaya marjinal
(MC) yang juga menurun dan berada di bawah kurva AC. Perusahaan
memilki tingkat efisiensi yang makin tinggi, bila skala produksi
diperbesar. Perusahaan seperti ini mampu melakukan eksploitasi
pasar, dilihat dari makin besarnya selisih harga jual dengan biaya
marjinal. Gambar 9.8. menunjukkan hal tersebut, dimana titik
perpotongan kurva MC dengan MR (titik A) jauh di bawah harga jual
(titik B).
Perusahaan hanya akan mampu memiliki daya seperti di atas bila
dalam jangka panjang mampu meningkatkan efisiensi melalui
pengembangan teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia.
Perusahaan yang memilki kekuatan monopoli alamiah, tidak selalu
diawali kekuatan teknologi. Sebaliknya perusahaan yang pada awalnya
memiliki kemampuan teknis, dapat kehilangan kemampuan monopoli dan
tidak mampu menjadi monopolis alamiah
C. Pasar Persaingan Monopolistik
Teori pasar persaingan monopolistik dikembangkan karena
ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna
maupun monopoli. Ekonom yang pertama kali mengajukan ketidakpuasan
terhadap dua model di atas adalah Pierro Sraffa (Universitas
Cambridge), kemudian diikuti oleh Hoteling dan Zeothen. Pada akhir
dasawarsa 1920-an dan awal dasawarsa 1930-an, model persaingan
monopolistik dikembangkan secara intensif oleh Joan Robinson dan
Edward Chamberlain.
Persaingan monopolistik terdapat bila dalam suatu pasar ada
banyak produsen, tetapi ada unsur-unsur diferensiasi produk di
antara produk-produk yang dihasilkan oleh masing-masing produsen.
Tiga asumsi dasar persaingan monopolistik adalah sebagai
berikut:
a. Produk yang terdiferensiasi (differentiated product)
b. Jumlah perusahaan banyak dalam industri (large number
firms)
c. Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit)
d. Persaingan mempromosi penjualan sangat aktife. Perusahaan
mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga1. Keseimbangan
Jangka Pendek
Perusahaan mencapai keseimbangan dalam jangka pendek dan
panjang. Dalam jangka pendek perusahaan dapat menikmati laba
supernormal. Sedangkan dalam jangka panjang perusahaan hanya
menikmati laba normal. Keseimbangan jangka pendek tercapai bila MR
= MC, karena memiliki daya monopoli walau terbatas. Kondisi
keseimbangan perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan
monopolistik sama dengan perusahaan yang bergerak dalam pasar
monopoli. Gambar 9.9. menunjukkan perusahaan mencapai laba maksimum
pada saat MR = MC di titik E.
Sama halnya dengan perusahaan monopolis, harga jual lebih besar
dari biaya marjinal (P > MC). Tetapi kemampuan eksploitasi laba
relatif terbatas, karena kurva permintaan yang dihadapai sangat
landai. Laba super normal yang dinikmati perusahaan sebesar luas
segi empat APBC, dimana harga adalah P dan jumlah output yang
diproduksi Q*.
2. Keseimbangan Jangka Panjang
Dibandingkan dengan pasar monopoli, persaingan monopolistik
masih lebih baik dilihat dari lebih kecilnya total kesejahteraan
yang hilang (dead weight loss). Namun tetap kurang efisien
dibanding pasar persaingan sempurna. Ada dua penyebab mengapa pasar
persaingan monopolistik tidak dapat lebih efisien dibanding pasar
persaingan sempurna:
Harga jual masih lebih besar dari biaya marjinal (P > MC)
Kapasitas berlebihan (excess capacity)
Pada saat berada dalam keseimbangan jangka panjang, perusahaan
sebenarnya tidak berproduksi pada tingkat yang paling efisien,
sebab titik persinggungan antara kurva AC dengan kurva D bukan
titik terendah pada kurva AC. Jika perusahaan ingin memproduksi
pada AC yang paling rendah, output harus ditambah sampai dengan
output pada AC minimum. Tetapi jika output melebihi QLR (output
keseimbangan), penambahan output hanya menurunkan laba (bahkan
merugi) karena penerimaan marjinal lebih kecil dari biaya marjinal
(MR < MC). Dapat disimpulkan, dalam jangka panjang perusahaan
yang bergerak dalam pasar persaingan monopolistik akan mengalami
excess capacity.
D. Pasar Oligopoli
Oligopoli adalah keadaan dimana hanya ada beberapa perusahaan
yang menguasai pasar baik secara independen maupun secara diam-diam
bekerja sama. Oligopoli bisa dibedakan antara oligopoli dengan
diferensiasi produk (setiap perusahaan dengan merk-merk khusus
tersendiri, misalnya industri kosmetik) dengan oligopoli tanpa
diferensiasi produk (misalnya industri seng). Ada tidaknya produk
diferensiasi mempengaruhi sampai seberapa jauh permintaan untuk
produk suatu perusahaan tergantung pada perusahaan-perusahaan lain.
Semakin besar tingkat diferensiasi produk, semakin tidak tergantung
kurva permintaan suatu perusahaan pada prilaku perusahaan lain.
Dari definisi di atas dapat dilihat beberapa unsur penting
(karakteristik) dalam pasar oligopoli, yaitu:
a. Hanya sedikit perusahaan yang terdapat dalam suatu industri
(few number of firms).
b. Produknya bisa homogen tapi bisa juga terdiferensiasi
(homogen or differentiated product)
c. Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi
(interdependence decisions)
d. Kompetisi yang terjadi lebih banyak bersifat kompetisi
non-harga (non-pricing competition)
e. Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry) dalam
industri.E. Perspektif Islam Mengenai Struktur Pasar
1. Persaingan Sempurna
Menurut Islam ini adalah struktur pasar yang ideal terjadi,
dimana penentuan harga sepenuhnya ditentukan oleh tarikan
permintaan dan penawaran di pasar, tidak ada intervensi pasar.
Rasulullah saw sangat menjunjung tinggi pembentukan harga yang
terjadi akibat mekanisme pasar yang terjadi. Apabila Adam Smith
mengatakan bahwasanya mekanisme pasar terjadi oleh adanya invisible
hand (tangan-tangan gaib), sebenarnya yang dikatakan tersebut
terinspirasi oleh pemikiran ekonom muslim terdahulu. Namun struktur
pasar persaingan sempurna tidaklah mungkin dapat terjadi dalam
kehidupan nyata meskipun baik ekonomi konvensional maupun ekonomi
Islam keduanya mengatakan bahwa struktur pasar persaingan sempurna
merupakan struktur pasar yang paling baik dibandingkan dengan
struktur pasar yang lainnya.
2. Monopoli
Secara sunatullah setiap perusahaan termasuk perusahaan
monopoli- akan berlaku hukum pertambahan hasil yang berkurang (law
of diminishing return) artinya dalam jumlah produksi tertentu
perusahaan masih mengalami keuntungan, akan tetapi manakala
produksi telah mencapai titik maksimal maka hasilnya yang diperoleh
justru akan menurun. Oleh karena itu, harga barang di pasar atau
perusahaan monopoli dapat dipastikan selalu lebih tinggi. Lalu
bagaimanakah Islam memandang permasalahan monopoli.
Menurut M.N. Siddiqi (1992), monopoli adalah...as a firm
producing as product whose cross-elasticity of demand is small.
Sementara Qardhawi (1997) mengartikan monopoli adalah menahan
barang untuk tidak beredar di pasar supaya naik harganya. Dari
definisi ini terlihat bahwa tindakan monopoli dilakukan atas
dorongan untuk mendapatkan laba maksimal. Seorang individu yang
melakukan monopoli, akan menetapkan harga sedemikian rupa sehingga
dapat dilakukan penjualan dengan kuantitas kecil namun dapat
memperoleh laba bersih yang lebih besar. Pada dasarnya Islam
menghendaki harga pasar timbul sebagai akibat keseimbangan harga
yang terjadi di pasar. Namun jika dalam suatu kasus terjadi, maka
boleh jadi berlaku pasar monopoli. Meskipun Qardhawi (1997)
menegaskan bahwa tindakan monopoli adalah haram jika dilihat dari
pandangan Islam. Sebab monopoli merupakan salah satu dari unsur
penopang kapitalisme selain riba.
Lebih khusus, M.A. Mannan (1997) menguraikan masalah monopoli
dilihat dari aspek harga monopoli sebagai akibat dari perilaku
pasar yang tidak sempurna. Menurut Mannan, meskipun ada kompetisi
potensial, kemungkinan konsumsi dari barang pengganti dan risiko
dari campur tangan negara, namun menurut pendapat umum harga
monopoli lebih tinggi daripada harga kompetisi. Sementara itu,
hasil yang diperoleh seorang yang melakukan monopoli lebih rendah
daripada yang dibuat apabila pada kondisi persaingan sempurna. Oleh
karena itu pada umumnya, produksi monopoli akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan produksi kompetitif dan harga monopoli lebih
tinggi daripada harga kompetisi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa akan
ada situasi yang menyebabkan terjadinya struktur pasar
monopoli.
Dalam Islam, siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia
satu-satunya penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan
stok barang untuk keperluan persediaan pun tidak dilarang dalam
Islam. Struktur pasar yang bersifat monopoli bukanlah suatu hal
yang haram apabila situasi dan kondisi perekonomian mengarah pada
struktur pasar monopoli seperti pada kasus monopoli alamiah. Namun
yang tidak diperkenankan adalah perilaku monopolistik (monopolistic
behaviour) seperti menetapkan harga di atas harga pasar demi
menarik keuntungan yang sebanyak-banyaknya atau menurunkan
kuantitas produksi agar dapat menaikkan harga yang tinggi seperti
pada definisi monopoli yang dinyatakan oleh M.N. Siddiqi dan
Qardhawi tersebut di atas. Demikian pula menyimpan persediaan. Yang
dilarang adalah ikhtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk
harga yang lebih tinggi, atau istilah ekonominya disebut monopolys
rent. Jadi dalam Islam, monopoli boleh, sedangkan monopolys rent
tidak boleh. Selama ini banyak para ekonom muslim yang menyamakan
arti antara ikhtikar dengan penimbunan, kedua definisi tersebut
tidak bisa disamakan sebab dalam Islam menimbun barang tidaklah
suatu hal yang salah selama penimbunan barang yang dilakukan murni
untuk persediaan dan bukan untuk mengacaukan mekanisme harga yang
terjadi di pasar.
3. OligopoliSehubungan dengan masalah oligopoli dalam spirit
Islam ini, M.A. Mannan (1992) melakukan analisis bahwa pasar
oligopoli keadaannya menunjukkan persaingan tidak sempurna antara
beberapa perusahaan. Namun asumsi yang ada dalam benak orang awam
adalah berupa kesadaran tidak ada teori perkembangan tunggal
tentang pasar oligopoli, walaupun ukuran industri telah maju,
utamanya industri di negara maju. Meskipun asumsi tersebut
memungkinkan untuk menempatkan beberapa hipotesis tentang pasar
oligopoli yang mengkaitkan berbagai variabel dependen seperti:
tingkat harga, infleksibilitas harga, tingkat persaingan non harga,
dan sebagainya. Jika demikian maka apakah diskusi mengenai pasar
oligopoli dalam ekonomi Islam harus dihentikan? Untuk menjawab
pertanyaan ini sangat tergantung pada pengetahuan tentang bagaimana
perusahaan memberlakukan perusahaan kecil menurut spirit Islam.
Namun, bila hal tersebut adalah terlalu mudah bagi perusahaan
untuk mencapai persetujuan tidak tertulis (tacit agreement) untuk
mewujudkan tujuan penggabungan sehingga maksimisasi laba pada
tingkat harga yang lebih tinggi, output dan pekerja lebih rendah,
maka ini jelas-jelas tidak Islami. Tetapi ketika pelaku oligopoli
tidak melakukan kolusi secara aktual akan berhadapan atau menemui
kurva permintaan yang berorientasi Islami atau aransemen
institusional, seluruh masalah harga-output perusahaan adalah
berdasarkan pada dimensi yang ditentukan secara Islam. Secara umum,
pola-pola struktur oligopoli yang tidak diperkenankan dalam ekonomi
Islam adalah kemungkinan munculnya moral hazard di dalamnya.
Praktek-praktek yang dapat merugikan konsumen tidak diperkenankan,
seperti kolusi penetapan harga dan kuota. Sehingga struktur
oligopoli tidak menjadi suatu masalah dalam ekonomi Islam apabila
situasi dan kondisi perekonomian mengarah pada struktur pasar
tersebut, yang tidak diperkenankan adalah perilaku oligopolistik
(oligopolistic behaviour).
F. Kesimpulan
Bentuk pasar persaingan sempurna, adalah bentuk pasar dimana
penentuan keseimbangan baik harga maupun output ditentukan
berdasarkan mekanisme pasar. Ada lima asumsi dalam pasar persaingan
sempurna, yaitu: (a) Produk homogen; (b) perfect knowledge; (c)
free entry and exit; (d) price taker; (e) volume output perusahaan
adalah kecil.
Dalam jangka pendek terdapat beberapa kondisi yang mungkin
dicapai oleh perusahaan yaitu mendapat keuntungan super normal,
keuntungan normal maupun mengalami kerugian baik yang masih dapat
beroperasi maupun harus ditutup karena biaya tidak dapat tertutupi
lagi.
Monopoli adalah penguasaan pasar oleh satu perusahaan atau
kelompok perusahaan besar, dimana terdapat hambatan bagi perusahaan
lain untuk masuk. Secara jangka pendek monopolis pada umumnya
mendapatkan keuntungan, namun bukan berarti monopolis tidak dapat
menderita kerugian. Dalam jangka panjang, monopolis tidak
mendapatkan masalah sama sekali bila mendapatkan keuntungan, sebab
dengan adanya hambatan masuk, monopolis dapat menjaga keuntungan
yang didapatkan. Yang menjadi masalah adalah ketika dalam jangka
pendek monopolis menderita kerugian, namun hal ini dapat
dihilangkan dengan dua cara, yaitu: (1) dengan meningkatkan
efisiensi; (2) dengan meningkatkan iklan untuk menaikkan
permintaan. Struktur pasar monopoli mempunyai beberapa kelemahan,
namun bukan berarti struktur monopoli tidak mempunyai sisi
baik.
Dalam ekonomi Islam, struktur pasar monopoli bukanlah masalah
dan hal ini sah-sah saja, bila hal itu tidak mendatangkan mudharat
bagi pihak lain. Yang tidak diperbolehkan dalam ekonomi Islam
adalah prilaku monopolis (monopolistic behaviour) atau istilah
ekonominya disebut monopolys rent yang merugikan masyarakat.
Persaingan monopolistik adalah bentuk pasar antara monopoli
dengan persaingan sempurna. Teori pasar persaingan monopolistik
dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model
persaingan sempurna maupun monopoli. Perspektif Islam dalam
struktur pasar persaingan monopolistik dan oligopoli adalah tidak
memandang bahwasanya struktur pasar tersebut sebagai suatu hal yang
salah. Di satu sisi kondisi tersebut memang tidak optimal jika
dibandingkan dengan struktur pasar persaingan sempurna, namun
apabila situasi dan kondisi pada akhirnya mengarahkan terwujudnya
struktur pasar tersebut maka dalam ekonomi Islam tidak menjadi
suatu masalah. Yang tidak diperkenankan adalah munculnya perilaku
oligopoli (oligopolistic behaviour).
Gambar. 9.1.
Keuntungan Super Normal
MR = AR = P = D
Po
0
AC
MC
Qo
Gambar 9.2.
Kerugian Masih dapat Beroperasi
MR = AR = P =D
Po
0
AC
MC
Qo
AVC
Gambar 9.3.
Kerugian Harus Tutup
MR = AR = P =D
Po
0
AC
MC
Qo
AVC
Gambar 9.4.
Keuntungan Jangka Panjang
MR = AR = P =D
Po
0
AC
MC
Qo
B
MC
AC
MR
C
P
A
0
Rp
Q
Q*
Q1
Q2
D
Gambar 9.5.
Keseimbangan Jangka Pendek
Perusahaan Monopoli
MR > MC
MR < MC
MR = MC
B
MC
AC
MR
C
P
A
0
Rp
Q
Q*
D
Gambar 9.6.
Monopolis Yang Menderita Kerugian
kerugian
B
MC
AC
MR
C
P
A
0
Rp
Q
Q*
D
Gambar 9.7a
Kondisi Awal Perusahaan Monopolis
AVC
Kerugian jangka pendek
B
MC
AC0
MR
C
P
A
0
Rp
Q
Q*
D
Gambar 10.7b.
Perbaikan efisiensi yang menurunkan biaya
AC1
Laba super normal
B
MC
AC
MR
C
P
A
0
Rp
Q
Q*
D
Gambar 9.7c.
Pemasangan Iklan yang
Meningkatkan Permintaan
D2
D awal
D setelah pemasangan iklan
Laba super normal
B
MC
AC
MR
P
A
0
Rp
Q
Q*
D
Gambar 9.8.
Monopoli Alamiah
Laba super normal
Rp/Q
Quantity
MC
AC
DSR
MRSR
QSR
PSR
Gambar 9.9.
Keseimbangan Jangka Pendek
E
Quantity
Rp/Q
MC
AC
DLR
MRLR
Gambar 9.10
Keseimbangan Jangka Panjang
PLR
QLR
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro
Suatu Pengantar Ed. 3 (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 166
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 228
Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
1996), h. 108
Robert S Pyndick dan Daniel L Rubinfeld, Microeconomics (New
York: Prentice Hall, 2001), h. 258
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 257
Ibid, h. 259
Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
1996), h. 125
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 266
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro:
Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 183
Ibid, h. 184
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 293
Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
1996), h. 131
Zubair Hasan, Introductions to Microeconomics: An Islamic
Perspective (Selangor: Prentice Hall, 2007), h. 215
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro:
Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004), h. 215
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. 18 (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 298
Boediono, Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
1996), h. 137
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro:
Suatu Pengantar (Jakarta: LPFE UI, 2004) h. 222
M. N. Siddiqi, Monopoly and Monopolistic Competition dalam Sayid
Tahir, et.al. ed, Reading in Microeconomics: an Islamic Perspective
(Selangor: Longman Malaysia, 1992), h. 167
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam
(Jakarta: Robbani Press, 1997) h. 321
Ibid, h. 322
M.A. Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktik (Jakarta:
Intermasa, 1992), h. 153
Ibid, h. 154
188