9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi (Delitto, 2003). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis (Abrahamova & Hlavacka, 2008). Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah. Contoh keseimbangan statis saat berdiri dengan satu kaki, menggunakan papan keseimbangan. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan. Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari system somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal, otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi, basal ganglia, Cerebellum, area assosiasi (Batson, 2009). Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah posisi. Statis Equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas balance board. Dinamik Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk
36
Embed
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan Keseimbangan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium
baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi
(Delitto, 2003). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan
terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis (Abrahamova & Hlavacka, 2008).
Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi
tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah. Contoh keseimbangan
statis saat berdiri dengan satu kaki, menggunakan papan keseimbangan.
Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh
dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan.
Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari system
somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal,
otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap
respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur
meliputi, basal ganglia, Cerebellum, area assosiasi (Batson, 2009).
Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam
menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah
posisi. Statis Equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan
pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas
balance board. Dinamik Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk
10
mempertahankan posis pada waktu bergerak. keseimbangan bukanlah kualitas
yang terisolasi, namun mendasari kapasitas kita untuk melakukan berbagai
kegiatan yang merupakan kehidupan kegiatan normal sehari-hari (Huxham et al.,
2001).
2.2 Fisiologi Keseimbangan
Banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia memungkinkan kita
untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling penting adalah
proprioception yang menjaga keseimbangan. Kemampuan untuk merasakan posisi
bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al., 2006). Beberapa jenis reseptor
sensorik di seluruh kulit, otot, kapsul sendi, dan ligamen memberikan tubuh
kemampuan untuk mengenali perubahan lingkungan baik internal maupun
eksternal pada setiap sendi dan akhirnya berpengaruh pada peningkatan
keseimbangan. Konsep ini penting dalam pengaturan ortopedi klinis karena fakta
bahwa meningkatkan kemampuan keseimbangan pada atlet membantu mereka
untuk mencapai kinerja atletik yang unggul (Riemann et al., 2002a).
Proprioception dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan
sistem sensorimotor, yang masing-masing memainkan peran penting dalam
menjaga stabilitas postural. Paling diperhatikan dalam meningkatkan
proprioception adalah fungsi dari sistem sensorimotor. Meliputi integrasi
sensorik, motorik, dan komponen pengolahan yang terlibat dalam
mempertahankan homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem
sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang
terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan, dan geometri tulang yang terlibat
11
dalam struktur setiap sendi. Mechanoreceptors sensorik khusus bertanggung
jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam
jaringan menjadi impuls saraf (Riemann et al., 2002b). Mereka yang bertanggung
jawab untuk proprioception umumnya terletak di sendi, tendon, ligamen, dan
kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit
(Riemann et al., 2002a).
Empat jenis utama dari mechanoreceptors yang membantu dalam
proprioception yaitu, termasuk reseptor Ruffini, reseptor Pacinian, Golgi-tendon-
organ (GTO), dan muscle spindle. Ruffini dan Pacinian reseptor berhubungan
dengan sensasi sentuhan dan tekanan pada umumnya terletak di kulit (Shier et al.,
2004). Reseptor Ruffini dianggap sebagai reseptor statis dan dinamis berdasarkan
ambang rendahnya, reseptor ini lambat-mengadaptasi karakteristik. Melalui
perubahan impuls tekanan terjadi perubahan tarik statis dan dinamis pada kulit
dan sangat sensitif terhadap peregangan (Rieman et al., 2002a). Reseptor
Pacinian, agak cepat beradaptasi, namun reseptor dengan ambang batas rendah
yang dianggap reseptor lebih dinamis (Rieman et al., 2002a). Sementara juga
sensor tekanan, reseptor Pacinian mendeteksi tekanan berat dan mengenali
perubahan percepatan dan perlambatan gerak (Shier et al., 2004). Golgi tendon
Organ dan muscle spindle mempunyai yang lebih besar untuk mengetahui posisi
sendi selama gerak. Pertama GTOs berada di persimpangan musculotendinous
dan bertanggung jawab untuk memantau kekuatan kontraksi otot untuk mencegah
otot dari kelebihan beban (Brown et al., 2006). Terhubung ke satu set serat otot
12
dan diinervasi oleh neuron sensorik, GTOs memiliki ambang batas yang tinggi
dan dirangsang oleh ketegangan otot yang meningkat.
Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera yang terdapat di
tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami
gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance),
system indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular,
dan somatosensoris (tactile & proprioceptive).
Gambar 2.1 Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan(Sumber : Vestibular disorders association, www.vestibular.org page 2 of 5)
2.2.1 Sistem Vestibular
Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala,
dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga
bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk
merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Sebuah cairan yang disebut
endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat
kepala bergerak miring dan bergeser. Gangguan fungsi vestibular dapat
Gambar 2.6 Kontraksi dan Relaksasi Otot(Sumber : Kuntarti, 2006).
Mekanisme kerja otot saat berkontraksi :
1. Muscular junction melepas asetilkolin ke motoric dan plate sehingga
terjadi potensial aksi pada membrane plasma sel otot. Asetilkoline
membuat ion Na+ dapat masuk ke membrane plasma sel otot sehingga
terjadi perubahan muatan yaitu depolarisasi.
2. Impuls elektrik disebarkan pada membrane plasma sel otot dan pada
serabbut sel otot melalui tubulus transverses.ion Na bersifat impermeable
terhadap membrane plasma sel otot sedangkan ion K bersifat permeable
terhadap membrane plasma sel otot. Sehingga dalam hal ini asetilkolin
diperlukan.
3. Ion Ca++ dilepaskan oleh reticulum sarkoplasma melalui terminal sisterna,
Ion Ca++ berikatan dengan troponnin (tnc). Tropomiosin bergeser binding
site bergeser membuka kepala myosin dan aktin.
20
4. cross bridge terjadi.
5. energi yang digunakan dari hidrolisis ATP – ADP, digunakan untuk
menggerakkan aktin ke pusat sarkomer, sehingga timbul kontraksi.
2.3.4.2 Mekanisme Otot ketika relaksasi
Relaksasi terjadi jika ion-ion Ca++ dipompa lagi masuk kedalam
reticulum sarkoplasma secara transport aktif dengan bantuan ATP , sehingga
binding site aktin kembali tertutupi oleh tropomiosin , cross bridge tidak dapat
terjadi.relaksasi terjadi.
Kekuatan otot yang lemah dapat menyebabkan terjadinya, contoh otot
punggung karena otot punggung adalah salah satu otot penyangga tubuh yang
berada di pusat tubuh manusia. Bersamaan dengan otot-otot yang menyelimuti
perut, otot punggung termasuk dalam kategori core muscle atau otot pusat tubuh.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot
tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya
gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi
posisi tubuh.
2.4 Stabilitas Postural, Dan Keseimbangan Berdiri.
2.4.1 Stabilitas Postural
Informasi yang diperoleh didapat dari visual, vestibular, tactile dan
proprioceptive. Di dalam stabilitas postural terdapat yang namanya sistem untuk
mengontrol posture yaitu (Postural Kontrol) dimana penting dalam mempengaruhi
21
keseimbangan, beberapa komponen yang mempengaruhi postural control yaitu
dijelaskan pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.7 Sistem Model Kontrol PosturalSumber : (Cheng, 2010)
Sistem control postural manusia sangat kompleks dengan interaksi rumit
antara sistem sensorik, saraf dan motorik. Analisis terbaru mengenai kontrol
postural saat berdiri (Cheng, 2010). Ada dua teori utama dari kontrol postural:
2.4.1.1 Teori Reflex / Hirarkis
Menurut teori ini postur dan keseimbangan dihasilkan dari respon refleks
hirarki terorganisir yang dipicu oleh input sensorik. Sherrington adalah yang
pertama untuk menunjukkan teori ini pada tahun 1910. Dia mengamati bahwa
bahkan setelah memotong sumsum tulang belakang di daerah leher - yang
mencegah sumsum tulang belakang untuk menerima sinyal dari otak, hewan
laboratorium masih bisa berjalan ketika mereka ditempatkan pada treadmill.
Observasi ini dijelaskan oleh adanya hipotetis saraf terstruktur disebut generator
22
pola sentral dalam sumsum tulang belakang yang menghasilkan kegiatan otot
ritmik berdasarkan sinyal aferen dari proprioceptors (Cheng, 2010).
2.4.1.2 Teori Sistem
Berdasarkan Teori ini stabilitas postural tidak hanya dipengaruhi oleh
sistem Indra saja, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak sistem antara lain, sistem
musculosceletal, sistem neuromuscular, sistem sensory, dan sistem adaptive
(Cheng, 2010).
2.4.2 Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga
pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas
bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain
(misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari
tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan
somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitivity
(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu
masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi
informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi
sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk
respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan
gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan
otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur
keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik
23
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi,
menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.
Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan
renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak
sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak
postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin.
Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh,
yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari
permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah
telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah
ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar
dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki
selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun
posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat
bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah
kelelahan.
2.4.3 Gangguan keseimbangan
Sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa pusing, goyang,
dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia serasa berputar. Sebuah
organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth merupakan organ yang berperan dalam
mengatur keseimbangan dan ini merupakan sistem yang bekerja didalam tubuh
24
yaitu (sistem vestibular) kita. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem tubuh
seperti visual, dan skeletal sistem, untuk menjaga keseimbangan posisi tubuh yang
mana sistem ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf, dapat menjadi
masalah keseimbangan (Boese, 2011).
2.4.4 Penyebab Gangguan Keseimbangan
Penyebab gangguan keseimbangan adalah disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, kegemukan, trauma kepala (Head Injury), gangguan sirkulasi darah yang
mempengaruhi telinga bagian dalam atau otak, factor usia, dan gangguan
vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada labyrinth, gangguan vestibular
pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang
menghubungkannya.
2.4.5 Tanda Dan Gejala
1. Sensasi pusing (dizziness).
2. Vertigo (spinning) Mata berputar-putar.
3. Penglihatan kabur.
4. Disorientasi beberapa penderita mengalami mual, muntah, diare,
perubahan denyut jantung (HR) dan tekanan darah (BP). Beberepa reaksi
terhadap symptom ini yaitu kelelahan, depresi, dan penurunan konsentrasi.
2.5 Aktivitas Fisik
Inaktivitas fisik merupakan faktor resiko penting pada banyak penyebab
kematian, morbiditas kronis, dan kecacatan (BRFS, 2001). Aktivitas fisik yang
kurang juga merupakan masalah kesehatan dunia yang umum, dan merupakan
sebagai prioritas dunia kesehatan internasional. Fakta disertai bukti yang jelas
25
mengenai adanya hubungan inaktivitas terhadap banyak peningkatan resiko
penyakit-penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, stroke dan juga penyakit
kanker (Roux et al., 2008). Diantara hal tersebut ada faktor resiko yang
mempengaruhi yaitu seperti obesitas, dyslipidemia, diabetes tipe 2 dan leukemia
(Sakuta & Suzuki, 2005).
Seseorang yang menghabiskan sedikit waktunya untuk melakukan
aktivitas fisik dalam sehari dibanding dengan orang yang aktif memiliki tingkat
METs yang rendah dan memiliki lebih banyak lemak tubuh (Laurien et al., 2008).
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy expenditure yang
bermakna. Aktivitas fisik juga dapat didefinisikan sebagai suatu gerakan fisik
yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot (Utari, 2007).
Aktivitas fisik juga merupakan parameter tingkat kesehatan seseorang.
Pemeliharaan dan peningkatan kondisi kesehatan mutlak diperlukan agar
terlindungi dari dampak negatif penyakit-penyakit non-infeksi di atas. Aktivitas
fisik ini dapat dilihat pengaruhnya terhadap faktor-faktor seperti kondisi
metabolik, dan tingkat berat badan dan gangguan metabolisme (Vouri, 2004).
Menurut Pusat Promosi Kesehatan Indonesia (Promkes, 2009) Aktivitas
fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga
yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Aktivitas fisik dan latihan dapat mempengaruhi keseimbangan, postural
stability dan lain-lain hal ini ditunjukkan oleh gambar dibawah ini :
26
Gambar 2.8 Pengaruh Aktivitas Fisik Dan ExerciseSumber : (Skelton, 2001)
2.5.1 Kriteria Dan Pengukuran Tingkat Aktivitas Fisik.
Ada 3 macam kriteria, dan pengukuran tingkat aktivitas fisik yang dapat
kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu :
2.5.1.1 Aktivitas Fisik Rendah
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung,
paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat tubuh lebih
bertenaga, contohnya :
a. Berjalan kaki
b. Lari ringan
c. Berenang dan senam
d. Berkebun dan kerja di taman.
27
2.5.1.2 Aktivitas Fisik Sedang
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan
lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungsi dengan
baik. Contohnya:
a. Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan,
lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki.
b. Senam taichi atau yoga
c. Mencuci pakaian dan mobil
d. Mengepel lantai.
2.5.1.3 Aktivitas Fisik Berat
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan
mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan
terhadap penyakit seperti osteoporosis, contohnya :
a. Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari
kecelakaan
b. Naik turun tangga
c. Angkat berat/beban
d. Membawa belanjaan
e. Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)
2.5.1.4 Pengukuran Tingkat Aktivitas Fisik
Tingkat aktivitas fisik diukur oleh 2 variabel: frekuensi (berapa kali atau
berapa jam seseorang bekerja dalam seminggu), dan durasi (berapa lama
28
seseorang melakukan pekerjaan tiap minggunya). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan kriteria aktivitas fisik dibagi menjadi 3 bagian yaitu (IPAQ).
a. Aktivitas fisik rendah: Tidak ada aktivitas yang dilaporkan atau beberapa
aktivitas dilaporkan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kategori.
b. Aktivitas Fisik Sedang.
Memenuhi salah satu dari 3 kriteria berikut :
1. 3 hari atau lebih intensitas aktivitas setidaknya 20 menit per hari.
2. 5 hari atau lebih aktivitas intensitas sedang dan / atau berjalan setidaknya
30 menit per hari.
3. 5 hari atau lebih dari kombinasi berjalan, aktivitas intensitas sedang atau
kuat intensitas mencapai minimal setidaknya 600 MET-menit/minggu.
c. Aktivitas Fisik Berat:
Memenuhi salah satu dari 2 kriteria berikut
1. Aktivitas fisik setidaknya 3 hari intensitas kuat dan mengumpulkan
minimal 1500 MET-menit/minggu.
2. 7 hari atau lebih dari kombinasi berjalan, aktivitas sedang atau intensitas
berat mengumpulkan setidaknya 3000 MET-menit/minggu.
Pengukuran tingkat aktivitas fisik menggunakan standart dari
International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Dimana menggunakan
perhitungan akumulasi waktu dalam seminggu dengan kriteria data frekuensi
beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk 10 tahun ke atas.
Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan ‘cukup’ apabila kegiatan dilakukan terus-
menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara
29
kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Selain frekuensi,
dilakukan pula pengumpulan data intensitas, yaitu jumlah hari melakukan
aktivitas ‘berat’, ‘sedang’ dan ‘berjalan’. Perhitungan jumlah menit aktivitas fisik
dalam seminggu mempertimbangkan pula jenis aktivitas yang dilakukan, di mana
aktivitas diberi pembobotan, masing-masing untuk aktivitas ‘berat’ empat kali,
aktivitas ‘sedang’ dua kali terhadap aktivitas ‘ringan’ atau jalan santai.
2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan seseorang (Vouri, 2004) dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti faktor sosiodemografi, psikologi, dan pengetahuan mengenai kesehatan
(Loitz et al., 2009).
Pola aktivitas fisik dalam suatu kelompok masyarakat sangat tergantung
pada pola spesifik dari kehidupan di populasi tersebut yang dipengaruhi oleh
sosial, ekonomis, geografis dan segi hidup beragama. Pola aktivitas fisik ini akan
berbeda di berbeda daerah dan berbeda di setiap budaya (Bull et al, 2010).
Parameter dari faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas fisik dapat dilihat
dari tabel di bawah ini :
30
Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Aktivitas Fisik
(Sumber : Bull et al., 2010. www.ihppthaigov.net)
Populasi dengan prevalensi tingginya inaktivitas fisik merupakan salah
satu tanda keseluruhan kesehatan masyarakat dari gaya hidup kesehatan yang
tidak baik.
Beberapa studi memasukkan faktor umur, jenis kelamin dan merokok.
Faktor tersebut merupakan faktor resiko yang sama dengan pemeriksaan obesitas.
Hal ini menunjukkan adanya pertimbangan antara peran aktivitas fisik terhadap
berat badan. Studi kepustakaan yang ada terdiri dari studi observasi secara luas
menunjukkan bahwa tingkah laku aktivitas fisik selama hidup mengganggu
peningkatan berat badan secara normal yang sangat berhubungan dengan
peningkatan usia, dan patisipasi dari beberapa kegiatan dapat membawa kepada
pengaturan berat badan atau bahkan dapat mengurangi berat badan (Bull et al,
2010). Kelebihan berat badan ditandai dengan naiknya IMT, dimana jika IMT
meningkat akan mempengaruhi tingkat keseimbangan tubuh seseorang dan akan
menimbulkan resiko terjatuh yang tinggi (Emily et al., 2008). Dari semua
Kategori Potensi Parameter yang BerhubunganDemografi
EkonomiSosioekonomiGeografi
KlimatologiPekerjaan
Konsumsi energi/hasil emisi
Data statistic
Populasi NegaraPopulasi DaerahPersentasi UrbanisasiCiri kepadatan Populasi yang dirasakan olehindividuPendapatan PerkapitaPersentasi edukasi akhirSub regionLuas area yang dimilikiRata-rata temperature tahunanPersentasi di sektor petanianPersentasi di sektor industriPersentasi di sektor pelayananMobil per seribu populasiEmisi karbon dioksida yang dihasilkanKualitas prevalensi data