Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mall adalah salah satu pusat pembelanjaan yang menyediakan berbagai macam barang kebutuhan masyarakat, mulai dari kebutuhan yang sangat sederhana hingga kebutuhan mewah dengan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung. Mall masih menjadi pilihan warga Makassar dalam menghabiskan akhir pekan, sendiri maupun bersama keluarga. Ini karena mall bisa menjadi pilihan lain bagi keluarga untuk berbelanja sekaligus berekreasi. Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan luas 175,77 kilometer persegi, memiliki sedikitnya enam mall dan dua trade centre. Salah satunya adalah Mall Panakkukang. Mall Panakkukang merupakan salah satu mall terbesar di Makassar. dengan luas 70.000 meter persegi yang terletak di Kecamatan Rappocini, tepatnya di Kelurahan Panakkukang. yang berdekatan dengan Harapan Baru Department Store, Swiss-Belinn dan dikelilingi oleh berbagai macam rumah toko maupun rumah makan. Mall ini dikelilingi oleh tiga jalan utama dan satu jalan alternatif yaitu, Jl. Adhyaksa di bagian timur, Jl. Bougenvile di bagian Barat, di sisi utara Jl. Boulevard dan Jl. Pengayoman bagian selatan. Mall Panakkukang didirikan pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2006. Mall Panakukang berdiri di Central Business District (CBD) Panakukang, sebuah kawasan kosentrasi bisnis dan perdagangan Makassar. Mall ini
34

8 elemen mp

Oct 02, 2015

Download

Documents

INI TERBAIK MEMAN
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMall adalah salah satu pusat pembelanjaan yang menyediakan berbagai macam barang kebutuhan masyarakat, mulai dari kebutuhan yang sangat sederhana hingga kebutuhan mewah dengan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung. Mall masih menjadi pilihan warga Makassar dalam menghabiskan akhir pekan, sendiri maupun bersama keluarga. Ini karena mall bisa menjadi pilihan lain bagi keluarga untuk berbelanja sekaligus berekreasi. Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan luas 175,77 kilometer persegi, memiliki sedikitnya enam mall dan dua trade centre. Salah satunya adalah Mall Panakkukang. Mall Panakkukang merupakan salah satu mall terbesar di Makassar. dengan luas 70.000 meter persegi yang terletak di Kecamatan Rappocini, tepatnya di Kelurahan Panakkukang. yang berdekatan dengan Harapan Baru Department Store, Swiss-Belinn dan dikelilingi oleh berbagai macam rumah toko maupun rumah makan. Mall ini dikelilingi oleh tiga jalan utama dan satu jalan alternatif yaitu, Jl. Adhyaksa di bagian timur, Jl. Bougenvile di bagian Barat, di sisi utara Jl. Boulevard dan Jl. Pengayoman bagian selatan. Mall Panakkukang didirikan pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2006. Mall Panakukang berdiri di Central Business District (CBD) Panakukang, sebuah kawasan kosentrasi bisnis dan perdagangan Makassar. Mall ini berdampingan dengan Panakkukang Square yang kurang lebih 50 meter sehingga membuat mall ini menjadi semakin luas karena terintegrasi dengan Panakkukang Square melalui jembatan multiguna yang melintas di atas Jl. Tembusan Adhyaksa. Dalam kawasan ini terdapat delapan macam elemen yang membentuk sebuah kota (terutama pusat kota), yakni Tata Guna Lahan (Land Use), Bentuk dan Kelompok Bangunan (Building and Mass Building), Ruang Terbuka (Open Space), Parkir dan Sirkulasi (Parking and Circulation), Tanda-tanda (Signages), Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways), Pendukung Kegiatan (Activity Support), dan Preservasi (Preservation).

B. PermasalahanBangunan-bangunan yang berada di kawasan di sekitar Mall Panakukang cenderung pertumbuhannya tidak terkendali, hal ini mengakibatkan permasalahan pada 8 elemen perancang kota menurut Hamid Shirvani, seperti kurangnya jalur pedestrian dan lahan parkir di setiap bangunan, sehingga banyak masyarakat menggunakan bahu jalan untuk memarkir kendaraan.

C. TujuanAdapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah : 1. Memenuhi tugas mata kuliah Tata Guna Lahan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin2. Memberikan analisis mengenai 8 elemen perancang kota menurut Hamid Shirvani di kawasan Mall Panakukang Makassar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori Elemen Perancangan Kota Menurut Hamid Shirvani (1986)Setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada sehigga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani dalam bukunya Urban Design Process, terdapat delapan macam elemen yang membentuk sebuah kota (terutama pusat kota), yaitu:a. Tata Guna Lahan (Land Use)Tata guna lahan merupakan elemen pokok dalam urban design yang menentukan dasar perencanaan dalam dua dimensi, bagi terlaksananya ruang tiga dimensi. Tata guna lahan merupakan pengaturan suatu lahan dan keputusan untuk menggunakan lahan bagi maksud tertentu sesuai dengan peruntukannya.Pada prinsipnya, pengertian land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.Kebijaksanaan tata guna lahan mempertimbangkan hal-hal berikut : Tipe penggunaan lahan yang di izinkan Hubungan fungsional yang terjadi antara area yang berbeda Jumlah maksimum floor area yang ditampung dalam suatu area tata guna lahan Skala pembangunan baru Tipe intensif pembangunan yang sesuai untuk di kembangkan pada area dengan karakteristik tertentu.Dalam hal ini yang termasuk dalam penggunaan lahan pada elemen perancangan kota antara lain : Tipe penggunaan dalam suatu area Spesifikasi fungsi dan keterkaitan antar fungsi dalam pusat kota Ketinggian bangunan Skalafungsi

b. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa (banyak bangunan) yang ada. Pada penataan suatukota, bentuk dan hubungan antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit horizon (skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai). Building form and massing meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu ketinggian bangunan, kepejalan bangunan, koefisien lantai bangunan (KLB), koefisien dasar bangunan (building caverage), garis sempadan bangunan (GSB), langgam, skala, material, tekstur, dan warna.

c. Sirkulasi dan Parkir (Parking and Circulation)Sirkulasi kota meliputi prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum, dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Semakin meningkatnya transportasi maka area parkir sangat dibutuhkan terutama di pusat-pusat kegiatan kota (CBD).Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain sebagainya.Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.

d. Ruang Terbuka (Open Space)Menurut Rustam Hakim (1897), ruang terbuka adalah suatu bentuk dasar dari ruang terbuka bangunan dan dapat digunakan semua orang untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang mencakup semua unsur landscape (jalan, trotoar dan sejenisnya), taman, dan ruang rekreasi di daerah perkotaan. Dimana ruang terbuka hendaknya menjadi bagian integral dari perancangan kota, bukan hanya merupakan akibat dari penyelesaian arsitekturnya. Ruang terbuka berdasarkan kegiatan terbagi sebagai berikut : Ruang terbuka aktif, yaitu ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan di dalamnya. Ruang terbuka pasif, yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengundang kegiatan manusia.Roger Trancik (1986), dalam bukunya Finding Lost Space, mengungkapkan bahwa menurut sifatnya ruang terbuka kota dapat dibagi menjadi: Hard space, yaitu ruang terbuka yang secara prinsip dibatasi oleh dinding arsitektural dan biasanya sebagai kegiatan sosial. Ruang terbuka jenis ini tidak tertutup oleh massa bangunan namun tertutup oleh pengerasan seperti ubin, aspal, plesteran, paving stone, dan lain-lain. Soft space, yaitu ruang terbuka yang didominasi oleh lingkungan alam. Pada setting kota, soft space berbentuk taman (park) dan kebun (garden) serta jalur hijau (greenways) yang dapat memberikan kesempatan untuk berelaksasi (santai).

e. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)Menurut John Fruin (1979) berjalan kaki adalah salah satu alat penggerak kota, satu-satunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada dalam aktivitas kota. Jalur pejalan kaki juga sebagai sarana bagi pejalan kaki dan sebagai sarana pendukung kegiatan (sektor informal, seperti: kaki lima, dsb), yang sekaligus dapat menghidupkan ruang-ruang terbuka kota. Masalah pokok dalam perencanaan jalan pada pejalan kaki adalah pada kebutuhan akan keseimbangan antara ketentuan elemen bagi pejalan kaki untuk menciptakan pusat kota yang nyaman untuk dinikmati serta pembagian dari akses-akses pelayanan umum lainnya.

f. Aktivitas Pendukung (Activity Support)Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik, karena aktivitas dan ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya berupa sarana pendukung pedestrian way atau plaza tetapi juga pertimbangan antar fungsi dan guna elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.

g. Tanda-tanda (Signages)Sebagai suatu elemen visual yang merupakan alat bantu untuk berorientasinya masyarakat pemakai ruang kota, perlu diatur agar tercipta keserasian melalui keseimbangan antara kepentingan umum dan privat, dampak visual yang tidak berlebihan, sekaligus mengurangi kesemrawutan dan persaingan dengan rambu-rambu lalu lintas yang memang sangat diperlukan. Adapun jenis tanda-tanda (sign) dibedakan menjadi: IdentitasTanda digunakan untuk pengenalan kegiatan pada lingkungan atau lokasi tertentu. Tanda-tanda ini mempunyai bentuk khusus dan skala besar dapat dijadikan landmark. Nama BangunanDipakai sebagai nama bangunan yang biasanya dilengkapi dengan petunjuk jenis kegiatan yang ada di dalamnya. Petunjuk SirkulasiBiasanya disebut sebagai rambu-rambu lalu lintas yang berfungsi untuk mengatur dan mengarahkan pengendara atau pejalan kaki dalam sirkulasi. KomersialTanda jenis ini adalah reklame dan iklan. Petunjuk ke Lokasi dan Fasilitas Lain Tanda jenis ini merupakan tanda petunjuk arah, lokasi kegiatan tertentu yang mempunyai keterangan jarak. InformasiBerfungsi untuk menginformasikan kegiatan di suatu kota.

h. Preservasi (Preservation)Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plaza, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai cirri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah Manfaat dari adanya preservasi antar lain: Peningkatan nilai lahan Peningkatan nilai lingkungan Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial Menjaga identitas kawasan perkotaan Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi

BAB IIIPEMBAHASAA. Data Existing Mall PanakkukangMall Panakkukang merupakan mall terbesar di Kota Makassar. Mall Panakkukang berdiri di Central Business District (CBD) Panakkukang, sebuah kawasan konsentrasi bisnis dan perdagangan Kota Makassar. Mall ini sangat mudah diakses karena terletak di tengah Kota Makassar.Menempati areal seluas kurang lebih 70.000 meter persegi, Mall Panakkukang menjadi mall paling luas di Makassar saat ini. Sebagian digunakan sebagai lapangan parkir. Terdiri dari tiga lantai yang disewa oleh ratusan tenant terkemuka. Mall ini terasa semakin luas karena terintegrasi dengan Panakkukang Square melalui sebuah jembatan multiguna yang melintas di atas Jl Adyaksa Baru. Jembatan tersebut menghubungkan antara Mall Panakkukang dengan Pusat Perbelanjaan seperti Carrefour, Ramayana, Ace, Informa, dll.

Gambar 3.1. Peta citra Mall PanakkukangSumber: Google Earth (2014)Batas wilayah survey 8 elemen perancangan kota di Mall PanakkukangSebelah Barat: Jl. BougenvilleSebelah Utara: Jl. BoulevardSebelah Timur: Jl. Tembusan Adhyaksa Sebelah Selatan: Jl. PengayomanMall Panakkukang sebagai kawasan konsentrasi bisnis dan perdagangan Kota Makassar mengalami peningkatan pembangunan dan peningkatan aktivitas di dalamnya sekaligus mempengaruhi pengembangan dan penggunaan lahan di sekitarnya.

B. Analisis 8 Elemen Perancangan Kota di Mall Panakkukang1. Tata Guna Lahan di Mall PanakkukangBerdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2010-2030 (Gambar 3.2), Wilayah Mall Panakkukang terletak pada Wilayah Pengembangan II (WP II), dengan dasar kebijakan utamanya mengarah pada pengembangan kawasan permukiman perkotaan secara terpadu dalam bingkai pengembangan sentra primer bagian Timur Kota.

Gambar. 3.2. Peta wilayah pengembangan Kota Makassar.Sumber: http://www.darimakassar.com (2014)Keberadaan Mall Panakkukang di lahan peruntukan kawasan permukiman secara terpadu, menjadikan kawasan sekitar Mall Panakkukang sebagai Sub Pusat Kota (Gambar 3.3). Hal ini disebabkan oleh keberadaan Mall Panakkukang sebagai kawasan konsentrasi bisnis dan perdagangan Kota Makassar yang meningkatan pembangunan dan meningkatan aktivitas di dalamnya sekaligus mempengaruhi pengembangan dan penggunaan lahan di sekitarnya.

Gambar 3.3. Peta rencana struktur ruang Kota Makassar.Sumber: http://www.darimakassar.com (2014)Sebagai kawasan yang menjadi konsentrasi bisnis dan perdagangan Kota Makassar, sebagian besar lahan di sekeliling Mall Panakkukang tergolong ke dalam tata guna lahan komersial dengan fungsi perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan langsung berupa pemetaan tata guna lahan yang berada di Mall Panakkukang dan sekitarnya (Gambar 3.4).

Gambar 3.4. Peta tata guna lahan Mall PanakkukangSumber: Dok. Pribadi (2014)Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa bangunan disekitar Jl. Boulevard dan Jl. Pengayoman, didominasi dengan fungsi lahan perdagangan dan jasa. Sedangkan pada Jl. Bougenville masih banyak didapati lahan dengan fungsi hunian. Hal ini disebabkan oleh kawasan Mall Panakkukang termasuk ke dalam pengembangan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Sehingga masih ada bangunan dengan fungsi hunian yang belum mengalami peralihan fungsi dari hunian ke komersial seperti beberapa bangunan lainnya (Gambar 3.5).

(a) (b)Gambar 3.5. Hunian yang berada di Jl. Bougenville yang masih tetap pada fungsinya (a), dan yang telah mengalami peralihan (b).Sumber: Dok. Pribadi (2014)

2. Bentuk dan Massa Bangunan

Gambar 3.6. Peta ketinggian bengunan berdasarkan jumlah lantai dan foto skyline.Sumber: Dok. Pribadi (2014)

Berdasarkan peta di atas, ketinggian bangunan disekitar Mal Panakkukang adalah 1- 4 lantai, danterdapat beberapa hotel yang memiliki ketinggian yang lebih dari 4 lantai. Sebagian besar bangunan memiliki ketinggian 3 lantai, karena sebagian besar bangunan adalah rumah toko(ruko) yang sederet sehingga memiliki ketinggian yang sama. Seperti pada Jl. Boulevard, sepanjang Jl. Boulevard yang berada di depan Mall Panakkukang terbangun Ruko Jasper yang memiliki standar ketinggian bangunan 3 lantai. Namun terdapat beberapa bangunan yang menambah ketinggian bangunannya, seperti Hotel Denpasar (8 lantai) dan One Family Karaoke (4 lantai) (Gambar 3.7)

. (a)(b)Gambar 3.7. Bangunan di ruko jasper yang memiliki ketinggian bengunan lebih dari 4 lantai, Hotel Denpasar (a) dan One Family Karaoke (b).Sumber: Dok. Pribadi (2014)Bangunan pada sepanjang Jl. Pengayoman juga merupakan ruko yang memiliki ketinggian standar 3 lantai dan beberapa bangunan telah mengembangkannya menjadi 4 lantai. Sedangkan pada Jl. Bougenville, ketinggian bangunan lebih bervariasi karena masih terdapat beberapa bangunan 1-2 lantai yang berfungsi sebagai hunian, namun terdapat pula ruko dengan ketinggian 3-4 lantai (Gambar 3.8)

Gambar 3.8. Ketinggian bangunan yang bervariasi di Jl. BougenvilleSumber: Dok. Pribadi (2014)

Berdasarkan kecenderungan yang terjadi di kawasan sekitar Mall Panakkukang yang sebagian besar adalah bangunan dengan fungsi komersial. Bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa memiliki KDB paling tinggi, yaitu antara 60-80 %. Bangunan di kawasan Mall Panakkukang dibangun berdasarakan urban scale.Pada kawasan ini terdapat dua jenis massa bangunan. Massa bangunan pertama adalah massa bangunan padat. Contoh dari massa bangunan padat adalah pertokoan, mall, fasos, fasum, serta hunian. Sedangkan untuk massa bangunan yang kedua adalah massa bangunan kosong. Massa bangunan ini adalah bangunan yang tidak dikelilingi tembok. Misalnya tempat parkir, jalan dan jalur pejalan kaki (pedestrian ways).

3. Sirkulasi dan Parkira. Jalan Utama

Gambar 3.9. Peta sirkulasi jalan utama sekeliling Mall PanakkukangSumber: Dok. Pribadi (2014)Mall Panakkukang dikelilingi oleh 4 jalan utama, antara lain: Jl. BoulevardJalan ini merupakan jalan kolektor primer yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal atau kawasan berskala kecil seperti Mall Panakkukang. Jalan ini menghubungkan pengendara dari Jl. AP. Pettarani yang ingin memasuki Kawasan Mall Panakkukang.Jalan Boulevard memiliki 2 jalur yang dipisahkan oleh jalur hijau dengan lebar jalan masing-masing 15m. Bagian bahu jalan pada Jl. Boulevard di jadikan sebagai lahan parkir (Gambar 3.10).

Gambar 3.10 Kondisi Lahan Parkir di bahu Jl. Boulevard.Sumber: Dok. Pribadi (2014).

Jl. PengayomanSama seperti Jl. Boulevard, jalan ini juga termasuk jalan kolektor primer. Jalan ini menghubungkan pengendara yang ingin masuk dari Toddopuli, Jl. Hertasning, dan Jl. AP. Pettarani untuk masuk ke Kawasan Mall Panakkukang.Jalan ini memiliki 2 jalur yang dipisahkan jalur hijau dengan lebara jalan masing-masing 10 m. Jalan ini memiliki bahu jalan yang difungsikan sebagai lahan parkir (Gambar 3.11).

Gambar 3.11. Kondisi lahan parkir di bahu Jl. Pengayoman.Sumber: Dok. Pribadi (2014). Jl. BougenvilleJalan ini termasuk ke dalam jalan lokal primer yang menghubungkan antara Jl. Boulevard dan Jl. Pengayoman. Jalan ini memiliki 2 jalur yang dipisahkan oleh jalur hijau dengan lebar masing-masing jalur 8 m. Bahu jalan pada jalan ini juga digunakan sebagai lahan parkir (Gambar 3.12).

Gambar 3.12. Kondisi lahan parkir di bahu Jl. Bougenville.Sumber: Dok. Pribadi (2014). Jl. Tembusan AdhyaksaJalan ini termasuk ke dalam jalan lokal primer yang menghubungkan Jl. Adhyaksa Lama dan Jl. Adhyaksa Baru yang masing-masing berbatasan langsung dengan Jl. Abd. Dg. Sirua dan Jl. Hertasning. Jalan ini memiliki 2 jalur yang berbatasan langsung dengan lebar jalan secara keseluruhan 14 m. Jalan ini tidak memiliki bahu jalan.

b. Area Parkir dan Sirkulasi Mall Panakkukang

Gambar 3.13. Peta Sirkulasi dan parkir Mall Panakkukang.Sumber: Dok. PribadiPada kawasan Mall Panakkukang, terdapat berbagai jenis lahan yang disediakan untuk fungsi parkir. Pada lahan yang masuk dalam tapak Mall Panakkukang, terdapat 4 titik parkir kendaraan roda 4, dan 3 titik parkir kendaraan roda dua. Kondisi lahan parkirnya pun beragam. Ada lahan yang luas dan dilengkapi dengan jalur hijau namun ada pula yang sempit. Ada yang menggunakan lahan terbuka dan ada pula yang menggunakan gedung parkir (Gambar 3.14).

Gambar 3.14. Foto Lokasi Parkir yang luas dan memiliki jalur hijau (1) yangmenggunakan gedung parkir (2) dan yang sempit (3).Sumber: Dok. Pribadi (2014).Pada gambar di atas dapat dilihat kondisi parkir yang teratur karena berada di dalam tapak Mall Panakkukang. Namun terdapat pula lahan parkir yang tidak teratur dan semrawut di bagian luar atau sekitar Mall Panakkukang (Gambar 3.15).

Gambar 3.15. Foto lokasi parkir di sekililing atau di sekitar Mall PanakkukangSumber: Dok. Pribadi (2014).

4. Ruang Terbuka Mall Panakkukang.Ruang terbuka berdasarkan sifatnya terbagi atas dua, yaitu ruang terbuka hard space dan ruang terbuka soft space. Pada kawasan Mall Panakkukang terdapat keduanya. Dimana ruang terbuka hard space terletak di sekeliling Mall Panakkukang dan di bagian depan bangnan yang ada di sekitar Mall Panakkukang. Sedangkan ruang terbuka soft space berada di median Jl. Boulevard, Jl. Bougenville, dan Jl. Pengayoman. Selain itu, terdapat pula ruang terbuka soft space di sebelah barat laut dan bagian timur Mall Panakkukang (Gambar 3.16).

Gambar 3.16. Peta ruang terbuka Mall Panakkukang berdasarkan permukaan.Sumber: Dok. Pribadi (2014)Berdasarkan kegiatan pada ruang terbuka, ruang terbuka hard space pada kawasan Mall Pankkukang termasuk ke dalam ruang terbuka aktif. Karena sebagian besar ruangnya digunakan sebagai lahan parkir. Walaupun sifatnya hard space, ruang terbuka yg digunakan sebagai lahan parkir mobil di bagian selatan Mall Panakkukang masih menyediakan beberapa ruang untuk pepohonan (Gambar 3.17).

Gambar 3.17. Lahan Parkir Mobil dengan Pepohonan di Mall PanakkukangSumber: Dok. Pribadi (2014)Sedangkan pada ruang terbuka soft space yang berada di sekitar Mall Panakkukang, berdasarkan kegiatan termasuk ke dalam ruang terbuka pasif. Lahan kosong yang tidak memiliki fungsi publik dan jalur hijau tidak mendukung adanya kegiatan publik yang berlangsung di atasnya (Gambar 3.18).

Gambar 3.18. Jalur Hijau pada Jl. BoulevardSumber: Dok. Pribadi (2014)

5. Jalur Pejalan Kaki Mall Panakkukang (Pedestian Ways)Menurut John Fruin (1979) berjalan kaki adalah salah satu alat penggerak kota, satu-satunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada dalam kehidupan aktivitas kehidupan kota. Oleh karena itu, dibutuhkan jalur khusus untuk pejalan pada suatu kota terutama pada suatu pusat kegiatan.Mall Panakkukang dikelilingi oleh empat jalan utama. Tapi semua jalan tersebut tidak menyediakan jalur khusus untuk pejalan (pedestrian ways). Hal ini menyebabkan para pejalan menggunakan bahu jalan yang dapat mambahayakan diri para pejalan. Seperti pada Jl. Bougenville, terlihat beberapa pejalan yang tidak menggunakan jalur khusus pejalan, melainkan meggunakan bahu jalan (Gambar 3.19).

Gambar 3.19. Pejalan pada Jl. BougenvilleSumber: Dok. PribadiSedangkan pada Jl. Pengayoman dan Jl. Adhyaksa, terdapat jalur yang seharusnya diperuntukkan bagi pejalan. Tapi pada jalur ini terdapat pot-pot tanaman besar yang menghalangi pejalan sehingga pejalan akan merasa terganggu apabila melaluinya (Gambar 3.20).

(a)(b)Gambar 3.20. Jalur pada Jl. Pengayoman dan Jl. Adhyaksa yang seharusnya menjadi jalur pedestrianSumber: Dok Pribadi (2014)

Lain halnya pada Jl. Boulevard. Jalan ini sulit di akses oleh pejalan karena keberadaan kendaraan yang terparkir semrawut di bahu jalan (Gambar 3.21).

Gambar 3.21. Kondisi bahu Jl. Boulevard.Sumber: Dok. Pribadi (2014)

6. Kegiatan Pendukung Mall Panakkukang (Activity Support)Kegiatan pendukung Mall Panakkukang ialah sebagai pusat perbelanjaan, wisata belanja, kuliner, dan pusat hiburan. Selain itu, Mall Panakkukang juga dapat digunakan sebagai tempat pertemuan. (a)(b) (c)(d)Gambar 3.22. Berbagai aktivitas pendukung sekitar Mall Panakkukang yakni, pusat perbelanjaan (a), wisata kuliner (b), hiburan (c), dan tempat pertemuan (d).Sumber: Dok Pribadi (2014)

7. Penandaan Mall Panakkukang (Siganage) Nama BangunanPada sisi utara Mall Panakkukang, terdapat banyak bangunan yang memiliki nama bangunan dengan penandaan masing-masing. Salah satunya adalah Nav Karaoke.

Gambar 3.23. Penandaan Nama Bangunan.Sumber: Dok. Pribadi (2014) Petunjuk SirkulasiBiasanya disebut sebagai rambu-rambu lalu lintas yang berfungsi mengatur dan mengarahkan pengendara kendaraan atau pejalan kaki dalam sirkulasi. Gambar 3.24. Penandaan sebagai petunjuk sirkulasiSumber: Dok Pribadi (2014)

KomersialTanda jenis ini adalah reklame dan iklan. Banyak terdapat di kawasan Mall Panakukang yang merupakan area perdagangan dan berisi area pertokoan.

Gambar 3.25. Penandaan sebagai tempa komersialSumber: Dok. Pribadi Petunjuk ke Lokasi dan Fasilitas LainTanda jenis ini merupakan petunjuk arah, lokasi kegiatan tertentu yang mempunyai keterangan jarak di sekitar Mall Panakukang (MP).

Gambar 3.26. Penandaan sebagai petunjuk lokasi.Sumber: Dok. Pribadi

BAB IVPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan pada hasil analisis 8 elemen perancangan kota di Mall Panakkukang, dapat dilihat kondisi masing-masing elemen sebagai berikut.1. Tata Guna Lahan Mall PanakkukangSebagai kawasan yang menjadi konsentrasi bisnis dan perdagangan Kota Makassar, sebagian besar lahan di sekeliling Mall Panakkukang tergolong ke dalam tata guna lahan komersial dengan fungsi perdagangan dan jasa.Tata guna lahan disekitar Jl. Boulevard dan Jl. Pengayoman, didominasi dengan fungsi lahan perdagangan dan jasa. Sedangkan pada Jl. Bougenville masih banyak didapati lahan dengan fungsi hunian. Hal ini disebabkan oleh kawasan Mall Panakkukang termasuk ke dalam pengembangan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Sehingga masih ada bangunan dengan fungsi hunian yang belum mengalami peralihan fungsi dari hunian ke komersial seperti beberapa bangunan lainnya.2. Bentuk dan Massa Bangunan Mall PanakkukangKetinggian bangunan disekitar Mal Panakkukang adalah 1- 4 lantai, danterdapat beberapa hotel yang memiliki ketinggian yang lebih dari 4 lantai. Sebagian besar bangunan memiliki ketinggian 3 lantai, karena sebagian besar bangunan adalah rumah toko(ruko) yang sederet sehingga memiliki ketinggian yang sama. Seperti pada Jl. Boulevard dan Jl. Pengayoman yang bengunan disekitarnya merupakan ruko yang sederet sehingga memiliki ketinggian yang sama, walaupun terdapat beberapa bangunan yang telah dikembangkan.Pada kawasan ini terdapat dua jenis massa bangunan. Massa bangunan pertama adalah massa bangunan padat. Contoh dari massa bangunan padat adalah pertokoan, mall, fasos, fasum, serta hunian. Sedangkan untuk massa bangunan yang kedua adalah massa bangunan kosong. Massa bangunan ini adalah bangunan yang tidak dikelilingi tembok. Misalnya tempat parkir, jalan dan jalur pejalan kaki (pedestrian ways).3. Sirkulasi dan Parkir Mall PanakkukangMall Panakkukang dikelilingi oleh 4 jalan utama, yaitu Jl. Boulevard di sebelah utara, Jl. Pengayoman di sebelah selatan, Jl. Bougenville di sebelah barat dan Jl. Adhyaksa di sebelah timur. Setiap jalan menggunakan konsep jalur 2 arah. Jalur utama (Jl. Boulevard dan Jl. Pengayoman) terlihat kurang teratur akibat banyaknya kendaraan yang terparkir di bahu jalan.Pada kawasan Mall Panakkukang, terdapat berbagai jenis lahan yang disediakan untuk fungsi parkir. Pada lahan yang masuk dalam tapak Mall Panakkukang, terdapat 4 titik parkir kendaraan roda 4, dan 3 titik parkir kendaraan roda dua. Kondisi lahan parkirnya pun beragam. Ada lahan yang luas dan dilengkapi dengan jalur hijau namun ada pula yang sempit. Ada yang menggunakan lahan terbuka dan ada pula yang menggunakan gedung parkir.

4. Ruang Terbuka Mall PanakkukangRuang terbuka di Kawasan Mall Panakkukang berdasarkan sifatnya, terdapat dua jenis yaitu ruang terbuka hard space dan ruang terbuka soft space. Berdasarkan kegiatan pada ruang terbuka, ruang terbuka hard space pada kawasan Mall Pankkukang termasuk ke dalam ruang terbuka aktif. Karena sebagian besar ruangnya digunakan sebagai lahan parkir. Sedangkan pada ruang terbuka soft space yang berada di sekitar Mall Panakkukang, berdasarkan kegiatan termasuk ke dalam ruang terbuka pasif. Lahan kosong yang tidak memiliki fungsi publik dan jalur hijau tidak mendukung adanya kegiatan publik yang berlangsung di atasnya5. Jalur Pejalan Kaki Mall PanakkukangMall Panakkukang dikelilingi oleh empat jalan utama. Tapi semua jalan tersebut tidak menyediakan jalur khusus untuk pejalan (pedestrian ways). Hal ini menyebabkan para pejalan menggunakan bahu jalan yang dapat mambahayakan diri para pejalan. 6. Aktivitas Pendukung Mall Panakkukang.Kegiatan pendukung Mall Panakkukang ialah sebagai pusat perbelanjaan, wisata belanja, kuliner, dan pusat hiburan. Selain itu, Mall Panakkukang juga dapat digunakan sebagai tempat pertemuan.7. Penandaan Mall Panakkukang.Keberadaan Penandaan di sekitar kawasan Mall Panakkukang cukup memadai. Ditinjau darisegi fungsi, memudahkan pengguna kawasan untuk memahami makna-makna dan simbol-simbol yang di maksudkan masing-masing penandaan. Namun dari segi estetika, khususnya pada jenis nama bangunan dan petunjuk ke lokasi lain terlihat tidak rapid an acak-acakan.Sedangkan penandaan yang bersifat pengumuman maupun komersil (reklame dan iklan) khususnya berupa baliho dan spanduk, tidak tertata rapi dan mengganggu penglihatan.8. Preservasi dan Konservasi Mall PanakkukangTidak ada bangunan yang merupakan konservasi di sekitar kawasan Mall Panakkukang.B. SaranBerdasarkan kondisi 8 elemen perancangan kota di kawasan Mall Panakkukang, elemen yang paling bermasalah adalah sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, dan jalur pejalan kaki. Pengembangan kawasan Mall Panakkukang seharusnya memperhatikan 8 elemen terutama tiga diantaranya tersebut. Lahan parkir dengan volume yang kecil, mengganggu sirkulasi pada kawasan ini, sehingga diperlukan lahan parkir yang lebih besar. Keberadaan ruang terbuka terutama ruang terbuka hijau masih sangat diperlukan. Serta keberadaan jalur khusus untuk pejalan yang sangat diperlukan keberadaannya.

DAFTAR PUSTAKAAnonymous. 2014. Alun-Alun Kota Jepara. Universitas Diponegoro, SemarangAnonymous. 2014. 8 Elemen Percanngan Kota (Hamid Shirvani). http://fariable.blogspot.com/2011/01/elemen-perancangan-kota-hamid-shirvani.html. 1 Oktober 2014Anonymous. 2014. Mall Panakkukang, Mall Kawasan Bisnis. http://enjoy-makassar-id.blogspot.com/2009/02/mal-panakkukang.html