Page 1
Laporan Praktek Kerja Bengkel "Kerja Baja"
Kamis, Juni 30, 2011 Toriq No comments
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi
ke Google Buzz
Pada setiap kerja praktek,
mahasiswa mempunyai kewajiban membuat laporan setelah selesai menjalankan
praktek bengkel.
Dibawah ini merupakan laporan hasil bengkel saya untuk praktek kerja Baja
pada semester 3.
Namun laporan ini tidak saya buat dari pengetahuan saya sendiri, melainkan
hasil gabungan dari laporan kakak tingkat maupun teman-temen yang sudah saya
simpulkan sedemikian rupa.
Semoga dapat bermanfaat anda!!!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja merupakan bahan bangunan yang berupa campuran dari biji besi, mangan
dan karbon. Semakin tinggi nilai karbon pada baja maka baja akan semakin keras,
namun mudah patah. Akan tetapi semakin rendah nilai karbon maka baja akan mudah
bengkok. Sebagai bahan bangunan yang berhubungan dengan kekuatan struktur
ataupun tidak, sangat banyak diperlukan dalam pekerjaan yang dilakukan dalam
bidang teknik sipil misalnya; kuda-kuda, tulang beton, kerangka jembatan dan masih
banyak lagi.
Baja diperlukan dalam bentuk yang beraneka ragam dan ukuran yang berbeda
pula sehingga sangatlah mustahil baja itu dibuat dalam keadaan pasif, tentulah kita
Page 2
harus membuat sambungan-sambungan untuk mendapatkan bentuk yang kita
inginkan.
Pada jaman dahulu orang menyambung suatu baja dengan menggunakan cara
yang sangat sederhana. Tetapi makin lama peradaban manusia makin berkembang,
begitu juga dalam bidang teknologi. Manusia berusaha menganalisa dan menggali
serta memproduksi bahan-bahan yang diperlukannya untuk suatu tujuan tertentu.
Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk dapat melakukan penyambungan
yang kuat dengan menggunakan tenaga listrik. Untuk dapat menyambung baja
tersebut menjadi satu dengan yang lainnya, maka baja tersebut disambung dengan
cara dilas.
Las adalah melelehkan dengan panas. Sedangkan mengelas adalah suatu cara
menyambung dua buah plat/logam atau lebih dengan melelehkan logam dengan
menggunakan panas, baik menggunakan bahan tambah atau tanpa bahan tambah
sehingga menyatu.
Pengelasan pada umumnya memerlukan panas yang sangat tinggi
temperaturnya untuk mencairkan bagian-bagian bahan yang akan disambung atau
dilapisi.
Panas untuk pengelasan dapat diperoleh antara lain dari :
a. Api yang dapat dihasilkan dari arang/pembakaran arang batu, seperti : pada proses
las tempe.
b. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dengan permukaan benda kerja,
seperti las listrik.
c. Tahan listrik yang terjadi antara dua bagian yang akan disambung seperti pada
proses las titik, las tekan dan las roll.
d. Nyala api gas adalah panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan
zat asam, seperti pada proses asitelin.
1.2 Perumusan Masalah
Pada praktek bengkel sipil semester III ini, pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1. Kerja bangku.
2. Menggunakan las listrik.
3. Menggunakan las asetilen.
Page 3
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :
1. Agar kita mengetahui prinsip-prinsip pekerjaan baja dengan baik.
2. Agar kita mengetahui langkah kerja yang benar dan baik dalam suatu pekerjaan
sambungan.
Adapun laporan ini telah disesuaikan dengan teori yang telah dipelajari pada
praktek kerja baja dan juga dari praktek yang telah dilakukan selama dua minggu.
Selain dari keterangan diatas dalam praktek pekerjaan bengkel baja ini kita
harus mengetahui point-point penting dalam praktek kerja baja, antara lain :
- Tegak - Rapi
- Lurus - Tepat ukuran
- Datar - Siku
Untuk mencapai point-point diatas bisa dilakukan dengan menggunakan alat
yang tersedia atau hanya menggunakan indera penglihatan ( secara visual ).
Sebelum memulai pekerjaan baja setiap individu haruslah mempunyai
keterampilan dasar dan pengelasan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Las listrik
a. Memperhatikan jarak antara elektroda dengan objek (benda).
b. Memperhatikan sudut busur pada saat mengelas
c. Posisi pada saat mengelas.
2. Las Asetilen
a. Mengatur api yang dihasilkan.
b. Memperhatikan pembakaran pada saat mengelas.
3. Kerja Bangku
a. Penggunaan bahan baja.
b. Pengukuran, pemotongan, pengikiran dan pembentukan harus diperhatikan.
1.4 Jenis Pelaksanaan
a) Las listrik
Page 4
Las listik adalah suatu cara penyambungan dua logam atau lebih dengan
menggunakan bahan perantara yaitu elektroda dan menggunakan arus listrik.
Penggunaan elektroda berfungsi sebagai penghubung antara arus listrik dengan logam
yang akan disambung. Elektroda dipanaskan hingga mencair dan berpadu dengan
logam.
A. Dampak Merugikan
Pada proses las listrik, akan terdapat asap, cahaya dan sinar yang timbul dari
proses pengelasan dan berdampak merugikan pada kesehatan.
1. Sinar
Sinar dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Sinar Infra Merah
Sinar Infra Merah tidak langsung terasa oleh mata, karena itu lebih berbahaya
sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar ini sama dengan
pengaruh panas yang dapat menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata dan juga
menyebabkan terjangkitnya penyakit kornea serta prebiopia yang merupakan gejala
awal dari penyakit rabun mata.
b. Sinar Ultra Violet
Pancaran sinar ultra violet yang terserap mempunyai pengaruh besar terhadap
reaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Sinar yang terserap oleh lensa dan kornea mata
pada manusia dalam jumlah besar (tertentu), maka mata akan terasa ada benda asing
di dalamnya dalam waktu sekitar 6-12 jam, kemudian mata akan menjadi sakit selama
6-24 jam dan akan hilang rasa sakitnya setelah 48 jam.
2. Cahaya
Cahaya ada 1 macam, yaitu :
Cahaya Tampak
Cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa mata dan kornea
ke retina mata, bila terlalu kuat cahaya yang masuk maka mata akan menjadi lelah
dan kalau terlalu lama mata menjadi sakit tetapi hanya bersifat sementara.
3. Asap
Pada proses pengelasan, selain cahaya dan sinar juga terdapat asap yang
berdampak pada gangguan pernapasan. Asap yang muncul dapat menimbulkan
Page 5
keracunan dalam tubuh. Untuk itu, pengaturan tempat pengelasan harus disesuaikan
dengan arah angin yang bertiup dan hendaknya sebelum atau sesudah pengelasan
baiknya mengkonsumsi susu sebagai penetralisir racun tersebut.
Untuk menjaga dan melindungi mata harus menggunakan alat bantu berupa
kacamata las (topeng las) yang mampu menurunkan kekuatan cahaya tampak dan alat
bantu lainnya yang mampu menghisap atau melindungi dari sinar ultra violet dan
sinar infra merah.
Selain asap, cahaya dan sinar yang membahayakan tersebut juga ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yaitu penyebab kecelakaan. Penyebab-penyebab
kecelakaan tersebut antara lain :
1. Karena panas busur api waktu mengelas
Juru las harus melindungi diri dari timbulnya panas serta loncatan-loncatan
busur api yang tidak tentu arahnya, bila kena kulit bisa mengakibatkan luka bakar dan
timbulnya kebakaran pada pakaian, untuk menjaga agar terhindar dari busur api, maka
juru las harus memakai pakaian las yang tahan terhadap panas, juru las harus menjaga
supaya pakaian kerja bebas dari minyak.
2. Karena percikan terak
Setelah selesai dalam pengelasan perlu adanya pembersihan terak untuk
mengetahui baik buruknya hasil pengelasan, sewaktu membersihkan terak, sering
terjadi loncatan dari terak-terak, maka perlu memakai kacamata.
3. Karena arus listrik
Banyak sekali juru las atau pekerja lainnya mengalami kecelakaan yang
diakibatkan oleh arus listrik bahkan sampai meninggal dunia. Kadang-kadang dengan
kejutan listrik yang kecil, misalnya: bila orang karena terkejut lalu jatuh dari tempat
yang tinggi, kemungkinan kejutan listrik disebabkan sentuhan antara juru las atau
pekerja dengan elektroda atau pemegang elektroda dari mesin las yang sedang tak
berbeban (tidak dipergunakan) atau karena resenggol oleh kabel penghubung yang
mengalami kerusakan isolator.
B. Sifat Arus Listrik yang digunakan
Pada mesin las terdapat petunjuk beberapa arus yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan, sehingga juru las dapat berhati-hati memakainya karena tiap arus listrik
memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu :
Page 6
a. Arus I MA
Hanya menimbulkan kejutan yang kecil dan tidak membahayakan.
b. Arus 5 MA
Akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan menimbulkan rasa sakit.
c. Arus 10 MA
Akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
d. Arus 20 MA
Akan terjadi suatu kejutan/lemas pada otot sehingga orang yang kena tidak dapat
melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
e. Arus 50 MA
Sudah sangat berbahaya.
f. Arus 100 MA
Mengakibatkan kematian.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka yang harus dilakukan adalah :
1. Harus menggunakan sarung tangan dan sepatu yang berisolasi dan memakai
pakaian kerja (baju las/apron) serta bila badan kita berkeringat kita harus berhenti
dulu dan mengeringkan terlebih dahulu untuk menghindari adanya hubungan
langsung kebadan
2. Harus menggunakan kabel dan gagang yang sempurna elastis dan mempunyai daya
tahan tinggi terhadap panas
3. Elektroda harus diletakkan pada tempat yang berisolator dan digantung apabila
tidak dipakai
4. Penggantian elektroda harus dilakukan dengan hati-hati
5. Dalam keadaan istirahat mesin las harus dimatikan
6. Hindari mesin las dari udara/lokasi yang basah dan gunakanlah kabel penghubung
dengan ukuran yang sesuai
7. Gunakanlah alat bantu yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
b) Las oksi-Asetilen (Las Karbit)
Las Asetilen adalah suatu jenis penyambungan antara dua logam atau lebih
dengan menggunakan panas dari gas oksigen dan gas asitelin. Penggabungan antara
kedua gas tersebut dapat menghasilkan panas hingga mencapai 1400°C dan dapat
mencairkan besi yang akan disambung.
Page 7
2 gas yang terkandung dalam las Asetilen :
1. Oksigen
Proses pembuatan oksigen didapatkan dengan cara :
1. Proses elektrolisa air, dimana Hidrogen dan Oksigen diperoleh dari air. Pemisahan
Hidrogen untuk mendapatkan Oksigen diproses secara elektrolisa listrik.
2. Proses pendinginan udara, cara pemisahan oksigen dan gas-gas lain, didinginkan
menjadi suatu zat cair. Zat cair tadi dipanaskan hingga mendapat oksigen. Zat yang
titik didih rendah akan terpisah lebih dahulu. (titik penguapan oksigen 182° C)
Sifat Oksigen :
1. Tidak berbau
2. Tidak berwarna
3. Tidak sensitif terhadap api
Kegunaan Oksigen :
1. Untuk pernapasan.
2. Digunakan untuk pembakaran.
3. Untuk pengelasan yang dicampur dengan gas asetilen
4. Untuk operasi pemotongan logam.
5. Heat reat ment.
6. Dipergunakan di rumah sakit
Perawatan :
1. Tabung-tabung oksigen harus dibawa hati-hati.
2. Dinding tabung harus bebas dari oli dan minyak-minyak lain.
3. Disimpan ditempat yang teduh.
2. Asetilen
Proses pembentukan asitelin :
a. Tersedia dalam tabung
Page 8
b. Diproses dari pabrik/perusahaan
c. Siap untuk dipakai
Proses dalam generator
Ada tiga macam sistem kerja generator :
a. Generator sistem tetes
b. Generator sistem celup
c. Generator sistem umpar
Sifat-sifat Asetilen :
1. Berbau
2. Berwarna
3. Sensitif terhadap api
Nyala Api Asetilen Terbagi dalam 3 Penyalaan :
1. Nyala karburasi
Ialah nyala yang terlalu banyak asetilen dibandingkan oksigen, yang
mempunyai ciri:
1. Inti nyala tumpul dan panjang
2. Kerucut api besar
3. Mempunyai nyala ekor
Nyala karburasi ini berguna untuk mengeraskan permukaan logam, untuk
mengelas logam putih dan untuk membrazing.
Page 9
2. Nyala oksidasi
Ialah nyala yang terlalu banyak oksigen dibandingkan asetilen, yang
mempunyai ciri :
1. Inti nyala lebih kecil
2. Ujung inti nyala runcing
3. Tidak mempunyai nyala ekor
4. Suaranya berdesis.
Nyala oksidasi ini berguna untuk mengelas logam lunak (tembaga, aluminium,
kuningan) dan untuk memotong logam.
Page 10
3. Nyala Netral
Ialah nyala yang mempunyai perbandingan antara asitelin dan oksigen yang
sama besar, yang mempunyai ciri :
1. Inti nyala pendek dan tumpul
2. Tidak terlalu berdesis
3. dan tidak berekor
Nyala netral berguna untuk mengelas baja dan besi tuang serta pengelasan
biasa.
Bagian Las Asetilen
Page 11
1. Botol/tabung
asetilen
2. Botol/tabung oksigen
3. Selang karet asetilin
4. Selang karet oksigen
5. Regulator asetilen
6. Regulator oksigen
7. Blander
8. Nozzle
Secara garis besar, las asetilen terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Botol/tabung asetilen
Botol asetilen terdiri dari botol yang terbuat dari bahan baja yang mempunyai
bentuk pendek kegemuk-gemukan. Botol ini biasanya berwarna merah, orange dan
kuning, tetapi yang umumnya adalah berwarna merah.
Pada bagian dasar atau bawah dari botol dibuat sumbat pengaman, maksudnya
adalah untuk menjaga keselamatan dari tabung ini, apabila terjadi sesuatu, tidak
meledak berkeping-keping. Botol ini harus tahan terhadap tekanan 15 Kg/cm2.
2. Botol/tabung oksigen
Page 12
Botol zat asam terbuat dari bahan yang sama seperti botol asetilen, dan
mempunyai bentuk ramping dan agak sedikit tinggi. Botol zat asam ini biasanya
berwarna biru dan harus tahan terhadap tekanan 150 Kg/cm2.
3. Selang karet
Selang karet untuk asetilin biasanya berwarna merah, selang karet untuk zat
asam biasanya berwarna biru. Selang karet ini sifatnya harus kuat tetapi lemas, tidak
kaku dan harus tahan terhadap tekanan gas kurang lebih 10 Kg/cm2.
Diameter selang karet ini yang umum untuk digunakan adalah lubang dalamnya 5mm,
6mm, dan 7.5mm
4. Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan kerja yang konstan walaupun
tekanan isi dalam botol selalu berubah-ubah. Perbedaan regulator asetilen dan zat
asam adalah untuk regulator asetilen berwarna merah, sedangkan untuk regulator zat
oksigen berwarna biru.
5. Blander
Blander adalah suatu tempat untuk menyampur gas asetilen dan zat oksigen
serta mengatur keluarnya gas untuk pembakar.
6. Nozzle
Nozzle adalah ujung pembakar las. Nozzle ini biasanya dari bahan tembaga.
Page 13
1.5 Teknis Pelaksanaan
a. Las Listrik
Langkah-langkah pekerjaan mengelas pada las listrik :
1. Mendekatkan ujung elektroda ke tempat yang akan dilas sampai jarak ± 2,6 cm.
2. Memegang topeng pelindung dengan tangan kiri untuk menutup muka dan
melindungi mata dari sinar yang timbul dari proses pengelasan.
3. Sikap yang paling baik jika elektroda membentuk sudut ± 70° dengan bidang datar
supaya :
a. Permukaan cairan logam dan terak dapat dengan mudah dilihat dengan mata
sehingga mudah menentukan panjangnya busur nyala
b. Dengan mudah dapat diawasi, agar terak tidak tertutup oleh tetesan cairan logam
elektroda yang dapat mengurangi mutu dari hasil pengelasan
1. Menghasilkan rigi-rigi las yang berbentuk bagus, karena busur nyala mendorong
dan menyusun lelehan logam kearah bagian yang telah membeku
Gerakan pada pengelasan yaitu :
1. Gerakan lurus
2. Gerakan melingkar
3. Gerakan trapesium
Page 14
4. Gerakan zig-zag
Menyalakan busur nyala
Menyalakan busur nyala adalah langkah pertama yang dilakukan sewaktu mulai
mengelas. Cara menyalakan busur nyala ini ada 2 macam, yaitu :
1. Cara sentakan
2. Cara goresan
Page 15
b. Las Asetilen
Langkah-langkah penyalaan api :
1. Buka tabung oksigen dan asetilin dengan memutar katup dikepala tabung sebanyak
½ lingkaran
2. Buka katup tabung oksigen dan asitelin
3. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan tip yang akan dipakai
4. Nyalakan korek api pada ujung tip
5. Atur katup oksigen dan asitelin pada blander secara perlahan-lahan sehingga
menghasilkan api yang diinginkan
TABEL PEMBAKAR LAS/TIP
Nomor Tebal plat dalam mm Tekanan campur dalam bar
1 0,5 –1 2,5
2 1 – 2 2,5
3 2 – 4 2,5
4 4 - 6 2,5
Page 16
5 6 - 9 2,5
6 9 - 14 2,5
7 14 - 20 2,5
8 20 - 30 2,5
c. Bentuk-bentuk Sambungan
Pada prinsipnya bentuk sambungan dalam pengelasan terdiri dari 5 macam
sambungan.
Bentuk – bentuk Sambungan :
1. Sambungan tumpu (Butt joint)
2. Sambungan berimpit (Lap joint)
3. Sambungan sudut (Corner joint)
4. Sambungan T (T-joint)
5. Sambungan tepi (Edge joint)
Page 17
Kampuh Pengelasan Tumpu ( Bult Joint)
a. Kampuh I
- Kampuh I tertutup. Digunakan untuk plat-plat tipis
- Kampuh I terbuka. Digunakan untuk plat-plat yang agak tipis
b. Kampuh V
Sambungan kampuh V dipergunakan untuk menyambungan logam/plat yang
tebal antara 6mm-15mm, dimana sambungan ini terdiri dari kampuh terbuka dan
tertutup.
Page 18
c. Kampuh X
Kampuh ini disebut juga kampuh berganda kampu V, dipakai untuk tebal plat
12mm-45mm. Kampuh ini ada yang simetris dan ada yang tidak simetris.
1. Kampuh X simetris. Sering dipakai pada posisi pengelasan dibawah tangan dan
vertikal.
2. Kampuh X tidak simetris. Banyak dipakai pada posisi diatas kepala (over head)
Page 19
d. Kampuh ½ X
Kampuh ½ X disebut juga kampuh X, dipakai
untuk tebal plat 12mm - 40mm, karena sukar pada pengelasan, sering dilas dengan
dua pekerjaan las.
e. Kampuh U
Kampuh U dipakai untuk sambungan yang menerima beban berat untuk plat
tebalnya diatas 20mm, kampuh ini mempunyai kampuh berbentuk U dan ½ U.
Sambungan Kampuh Berimpit (Lap Joint )
Page 20
Kampuh berimpit dilas pada kedua ujungnya,dapat dilas :
1. Sekali jalan untuk tebal plat 3mm-6mm
2. Dua kali jalan untuk tebal plat lebih dari 6mm
Sambungan Sudut (Corner Joint)
Kampuh ini banyak digunakan pada sambungan bak tangki dan sebagainya.
Pengelasan sekali jalan dan dua kali jalan.
Sambungan T (T-Joint)
Penyambungan dengan kampuh T dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
Sambungan las tanpa sudut, yang digunakan untuk menyambung plat/logam
konstruksi, yang dipakai untuk beban-beban statis atau beban-beban yang rendah.
Sambungan bersudut tunggal, untuk plat yang tebalnya 10mm - 20mm.
Page 21
Sambungan bersudut ganda, untuk plat yang tebalnya 20mm.
Sambungan Tepi (Edge Joint)
Sambungan tepi ini dapat dikerjakan dalam semua posisi, dan biasanya
digunakan untuk menyambung konstruksi dengan beban rendah.
Page 22
Catatan :
Pengelasan yang paling baik adalah berdasarkan pengalaman yang mana
pengalaman ini harus ditunjang dengan pengetahuan tentang pengelasan. Pengelasan
yang sudah lancar ini harus banyak mengelas sebab apabila kita tinggalkan skill yang
sudah matang bisa kaku lagi dan gerakan akan tidak lancar.
Page 23
BAB II
BAHAN DAN ALAT
2.1 Bahan
Selain dari dasar-dasar teori diatas bahan-bahan dan alat-alat dalam
penguasaannya harus sesuai dengan kegunaan dan teknik pemakaian yang benar.
Untuk pekerjaan praktek kerja baja, bahan yang dipakai ialah elektroda (dalam
las listrik) yang bersifat mengandung logam.
Bahan yang dipakai : Elektroda atau kawat las.
1. Elektroda
Elektroda digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pengelasan las
listrik. Elektroda las tersebut dibuat dari macam-macam logam seperti baja, besi
tuang, stainles steel, aluminium, dan sebagainya tergantung dari tujuan dan
komposisinya dari logam yang akan dilas. Elektroda yang akan dipakai seharusnya
mampu memenuhi persyaratan :
1. Mampu untuk pengelasan semua posisi
2. Praktis membentuk kampuh las
3. Terak mudah dibuang / dibersihkan
4. Titik lebur yang tinggi
5. Sifat-sifat mekanik yang tinggi pada kampuh las
Catatan : sifat mekanik disini adalah kekuatan tarik, kekerasan mulur, kekerasan ketahanan pukul
tarik dan sebagainya.
Page 24
Macam-macam elektroda :
1. Elektroda berbalut
2. Elektroda tak berbalut
Elektroda berbalut dapat dipakai pada mesin AC dan DC untuk mengelas
pekerjaan berkualitas tinggi. Balutan elektroda dinamakan lapisan fluksi. Pelapisan
pada kawat ini dapat dengan cara destrusi, semprot atau celup. Ukura standar
diameter kawat ini dari 1,5 mm - 8 mm dengan panjang antara 350 - 450 mm. Jenis-
jenis selaput fluksi pada elektroda, misalnya Selulosa, Kalsium Karbonat ( Ca CO3),
Natrium Dioksida (rutil), Kaolin, Kalium Oksida, Mangan, Oksida besi, Serbuk besi,
Besi Silikon, Besi Mangan dan sebagainya. Tebal selaput elektroda berkisar antara
10%-50% dari diameter elektroda pada proses pengelasan selaput elektroda (fluk) ini
akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur
listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar, karena udara luar yang
mengandung O2 dan N akan mempengaruhi sifat mekanik dari logam las, cairan
selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang
masih panas.
Tabel 1. Penggunaan Elektroda
Tebal bahan (mm) Diameter elektroda (mm) Kekuatan arus (A)
1 1,5 20 – 35
1 - 1,5 2 35 - 60
1,5 - 2,5 2,6 60 – 100
Page 25
2,5 – 4 3,25 90 - 150
4 – 6 4 120 - 180
6 - 10 5 150 – 220
10 - 16 6 200 – 300
diatas 16 8 280 – 400
Kuat arus yang dapat menentukan jumlah panasnya tergantung dari :
1. Tebal bahan
2. Diameter () Elektroda
3. Jenis elektroda (biasa, mild steel, Low Hydrogen)
4. Bentuk dari kampuhnya
5. Posisi pengelasannya
Elektroda baja lunak dan baja panduan rendah untuk las busur listrik menurut
klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E xxxx yang
artinya sebagai berikut :
E : menyatakan elektroda
Xx : (dua angka sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Lb / in2 --
--Tabel 2)
x : (Angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan
Angka 1 untuk pengelasan segala posisi
Angka 2 untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan
X : (angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk
pengelasan (Tabel 4)
Tabel 2. Kekuatan Tarik Menurut AWS
Klasifikasi Kekuatan Tarik
Lb / in2 (PSI) Kg / mm
2
E 60 xx 60.000 42
E 70 xx 70.000 49
Page 26
E 80 xx 80.000 56
E 90 xx 90.000 63
E 100 xx 100.000 70
E 110 xx 110.000 77
E 120 xx 120.000 84
Tabel 3. Jenis Selaput dan Pemakaian Arus
Angka keempat Jenis Selaput Pemakaian Arus
0 Selulosa – Natrium DC +
1 Selulosa – Kalium DC, DC +
2 Rutil – Natrium AC, DC -
3 Rutil – Kalium AC, DC
4 Rutil - Serbuk Besi AC, DC
5 Kalium-Hidrogen rendah AC, DC
6 Kalium - Hidrogen rendah AC, DC
7 Serbuk Besi - Oksidasi Besi AC, DC
8 Serbuk Besi - Hidrogen rendah
Kuat arus : - Pada kuat arus yang rendah
- Pada kuat arus yang tinggi
Pada kuat arus yang rendah :
1. Bahan lasnya cepat membeku
2. Busur nyala apinya sukar dipertahankan
3. Dalam pembakarannya sedikit ( perembusan sedikit)
4. Pencairan bahan lasnya kurang baik
5. Rigi lasnya akan terletak diatas platnya
Page 27
kerja bangku dalam fabrikasi logam BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata kuliah fabrikasi logam merupakan mata kuliah yang berisikan materi perkuliahan yang harus
dipahami dan praktek yang harus dikuasai.Salah satu praktek yang dilakasanakan dalam perkuliahan
ini adalah praktek kerja bangku.Praktek kerja bangku yaitu praktek tentang bagaimana kita
menghasilkan sebuah baja dengan benda kerja yang mulanya memiliki ukurang yang tidak tentu,
menjadi sebuah benda kerja yang memiliki kerataan yang standar, dan memiliki ukuran yang telah
ditentukan dalam lembar pekerjaan kerja bangku.
Praktek kerja bangku melatih agar mahasiswa mampu menggunakan alat kerja yang baik dan benar,
serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu, sesuai dengan lembar
pekerjaan yang telah ditentukan.Hal ini dapat dicapai bila mahasiswa melakukan pekerjaan dengan
baik dan sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan praktek kerja bangku.
Untuk melaporkan hasil dari pekerjaan yang telah diselesaikan dalam waktu lima pertemuan.Maka
dibuatlah laporan fabrikasi logam, dalam hal ini yaitu praktek pengerjaan kerja bangku.
1.2 Tujuan Penulisan Laporan
Pembuatan laporan ini sangat berguna bagi mahasiswa dalam mempelajari praktek fabrikasi logam
dalam hal ini yaitu praktek kerja bangku.Tujuan dari penulisan laporan ini sendiri yaitu :
• Melaporkan hasil kerja praktek kerja bangku selama lima kali pertemuan
• Memahami cara pengerjaan praktek kerja bangku
• Mengetahui dan mengerti alat dan bahan yang digunakan dalam praktek kerja bangku
• Mengerti cara penggunaan dari alat kerja yang digunakan
• Menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi selama praktek kerja bangku
• Memenuhi tugas akhir dari praktek kerja bangku
1.3 Ruang Lingkup Kajian
Laporan praktek fabrikasi logam ini khususnya kerja bangku memiliki ruang lingkup kajian meliputi :
• Bagaimana tujuan dari praktek fabrikasi logam khususnya praktek kerja bangku
• Alat dan bahan yang digunakan selama praktek kerja bangku
• Langkah kerja dari praktek ini
• Temuan yang dihasilkan dari praktek kerja bangku ini
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup kajian
1.4 Sistematika penulisan
BAB 2 ISI
2.1 A. Tujuan Praktek
2.2 B. Alat ( alat utama, alat tambahan, alat keselamatan kerja)
2.3 C. Bahan ( jenis bahan dan ukuran )
2.4 D. Landasan Teori
2.5 E. Langkah Kerja
2.6 F. Temuan Praktek dan Pembahasan
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 4 LAMPIRAN
4.1 A. Daftar Rujukan
4.2 B. Jobsheet
4.3 C. Gambar Kerja
Page 28
BAB 2
ISI LAPORAN
2.a Tujuan Praktek
2.a.i Tujuan Umum
Tujuan umum dari pengerjaan prkatek kerja bangku ini antara lain :
• Agar mahasiswa memiliki keterampilan
• Mampu melakukan pekerjaan sesuai lembar pekerjaan
• Memakai alat kerja dengan baik dan benar
• Memiliki keterampilan dalam bidang praktek logam
• Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu\
2.a.ii Tujuan Khusus
Selain tujuan umum pekerjaan praktek fabrikasi logam dalam hal ini kerja bangku memiliki tujuan
khusus antara lain :
• Mampu melakukan pekerjaan kikir rata
• Melakukan pengerjaan kikir siku
• Pengukuran baja sesuai dengan lembar pekerjaan
• Mampu melakukan pengeboran
• Mengukur kerataan benda dan kesikuan benda dari enam sisi baja
2.b Alat
2.b.i Alat utama
Alat utama yaitu alat yang memiliki peran penting dalam pengerjaan kerja bangku ini yang diantaranya
:
• Kikir kasar
Yaitu alat kerja pengikis permukaan dari batang baja yang memiliki permukaan kasar.Alat ini memiliki
ulir di permukaannya sebagai pengikisnya.
• Kikir halus
Yaitu alat kerja pengikis permukaan dari batang baja yang memiliki permukaan kasar.Beda dengan
kikir kasar, kikir halus memiliki permukaan yang lebih halus.Digunakan sebagai penghalus permukaan
benda setelah dilakukan pengikiran dengan kikir kasar.
• Jangka sorong
Yaitu alat skala ukur yang mengukur ketebalan, diameter luar benda dan diameter dalam.Disini
digunakan untuk mengukur ketebalan dari batang baja.
• Penggaris siku
Yaitu alat ukur yang digunakan untuk melihat kesikuan dari benda.
2.b.ii Alat Tambahan
• Ragum
Sebagai alat bantu dalam penyimpanan batang baja pada saat dilakukan pengikiran, yaitu dengan cara
dijepit.Posisi ragum sangat mempengaruhi cara pengikiran yang baik.
• High gauge
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian dari suatu benda.Dalam hal ini, high gauge
digunakan untuk mengukur tinggi batang baja dan melukis batang baja untuk selanjutnya dilakukan
Page 29
pengikiran sampai batas garis yang telah tercetak pada batang baja.
2.b.iii Alat Keselamatan kerja
• Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan kita dari benda tajam dan juga dari serbuk besi yang
dihasilkan dari pengikiran logam baja.Alat ini juga melindungi tangan kita dari bahaya lecet pada
tangan.
• Safety shoes
Sepatu khusus ini digunakan agar kaki kita terhindar dari benturan benda keras yang mengarah ke kaki
kita pada saat melakukan praktek pengikiran.
2.c Bahan
Jenis bahan yang dipakai dalam praktek ini yaitu batang logam baja ST 37 yang berbentuk
persegi.Untk dimensi ukuran benda kerja dapat dilihat di bagian lampiran.
2.d Landasan Teori
Kerja bangku memiliki beberapa jenis pekerjaan yang harus dilakukan, mulai dari pengikiran,
pengeboran, dan juga pemilihan ragum sebagai dudukan benda kerja. Penjelasan lebih lanjut akan
diterangkan di bawah ini
Kikir
Kegunaan kikir pada pekerjaan penyayatan untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang, membuat
rata dan menyiku antara bidang satu dengan bidang lain, membuat rata dan sejajar, membuat bidang-
bidang berbentuk dan sebagainya..
Gambar 1. kikir
Bentuk kikir bermacam macam sesuai dengan kebutuhannya, sebagai contoh :
1. Kikir gepeng (plat) tebal kikir seluruhnya sama, lebar kikir kearah ujungnya menirus Fungsinya
untuk meratakan dan membuat bidang sejajar dan tegak lurus. 2. Kikir segitiga (Treangle) bentuknya
segi tiga, segitiga kikir pada bagian ujungnya
mengecil. Fungsinya untuk meratakan dan menghaluskan bidang berbentuk sudut 60 atau lebih besar
bidang benda kerja.
Cara memegang kikir yang benar yaitu dengan menempatkan ibu jari di atas tempat pegangan
kikir.Kikir yang baik yaitu kikir yang memiliki gagang untuk pegangan.
Ragum
Ragum diguakan untuk menjepit benda kerja.Dengam memutar handle maka mulut ragum dapat
membuka atau menutup.Dalam praktek kerja bangku kita harus memilih ketinggian ragum yang sesuai
dengan tinggi badan kita.
Gambar 2. ragum
Memilih tinggi ragum yang sesuai
Cara memilih ragum yang sesuai dengan tinggi badan anda :
1. berdiri tegak di ragum
2. tempelkan kepalan tangan pada dagu
3. sikut harus berada diatas mulut ragum dan apabila lengan kita ayunkan, sikut jangan sampai
menyentuh bibir mulut ragum.
Posisi dari kaki juga sangat menentukan, agar ayunan saat melakukan pengikiran dapat sesuai dengan
petunjuk dan menghasilkan pengikiran yang baik.
Pada saat dilakukan penjepitan benda ke dalam mulut ragum perhatikan posisi benda agar tidak miring.
Bor
Mesin bor yang digunakan yaitu mesin bor bangku.Mesin terdiri dari motor listrik tombol tekan, dan
mata bor.Mata bor yang digunakan memiliki diameter jenis yang berbeda.
Penggaris baja
Penggaris baja adalah alat untuk ukur dimensi panjang dan juga bisa digunakan untuk mengukur
kerataan dari benda. Biasanya memiliki skala dalam satuan millimeter dan inchi.
Vernier caliper (segmat)
Vernier caliver atau jangka sorong adalah alat ukur ketebalan, diameter luar dan diameter dalam yang
presisi,sehingga ia dapat mengukur dengan tepat dengan tingkat kepresisian 1/100 milimeter ketelitian
dari alat ukur ini biasanya 5/100 milimeter.
Penggores
Page 30
Adalah alat penggambar yang dibuat dari baja perkakas yang berbentuk selindris dan ujungnya
diruncingkan. Dengan penggores dapt digambar garis-garis dipermukaan atas benda kerja. Sedangkan
untuk menggambar garis-garis pada permukaan sisi atau samping benda kerja dapat digunakan balok
gores atau pengukur tinggi.
Balok gores adalah alat berupa penggores yang dipasang pada standar atau balok dan dapat di geser
naik-turun. Untuk mengganbar garis lurs dengan penggores diperlukan mistar baja sebagai alat bantu.
Pada saat menarik garis, posisi penggores dimiringkan keluar dengan sudut kurang dari 90° dan dibuat
sekali tarik, jangan melakukan goresan dobel.
Jika menggunakan penggoresan dengan balok gores maupun pengukur tinggi, ujung goresnya
ditempelkan sedikit menekan sisi samping benda kerja. Kemudian blok standar penggores digeser
sesuai dengan panjang garis yang diinginkan.
Penitik
Agar garis yang telah digoreskan pada permukaan benda kerja tidak mudah terhapus selama benda
kerja tersebut dikerjakan, maka perlu digunakan penitik penggaris untuk memperjelas garis batasnya.
Penitik garis dibuat dari baja perkakas yang berbentuk batang silindris dan salah satunya diruncingkan
60°.
Cara menggunakan penitik garis, ujung penitik ditimpakan pada garis yang telah dibuat kemudian
dipuku-pukul ringan dengan palu dan berpindah-pindah sepanjang garis dengan jarak sedikit rapat.
Untuk menandai titik senter digunakan penitik pusat. Titik senter tersebut jika akan membuat lubang
dengan dibor. Penitik pusat ini mempunyai bentuk mirip dengan penitik garis hanya pada ujung
runcing penitik pusat bersudut 90°. sudut lebar ini (90°) agar pada waktu mengebor pada titik ini
menjadi tepat, karena ujung mata bor tidak lari/keluar dari titik tersebut.
Cara menggunakan penitik pusat, ujung penitik harus tepat pada titik yang ditentukan. Posisi penitik
pusat dipegang miring terlebih dahulu setelah mata penitik pusat tepat mengenai titik yang ditentukan,
posisi penitik diberdirikan tegak lurus kemudian dipukul dengan palu.
High gauge
High gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian benda serta melukis batang logam
baja.High gauge merupakan alat ukur yang memiliki skala millimetre dan inchi.
Gambar 3. High gauge
2.e Langkah kerja
• Siapkan alat kerja, alat tambahan dan bahan kerja serta alat keselamatan kerja.
• Pasang benda kerja ke ragm dengan cara dijepit
• Kikir benda dengan kikir kasar pada salah satu sisi sampai rata dengan pisau baja.
• Setelah halus kikir dengan kikir halus.
• Kikir sisi ke dua (terlampir dalam gambar) dengan kikir kasar sampai permukaan rata, lalu ukur
dengan pisau baja dan ukur juga kesikuannya terhadap sisi satu.
• Lajutkan ke sisi tiga (terlampir dalam gambar) yaitu sisi yang atas.Kikir sampai rata serta siku
terhadap sisi satu dan dua.
• Setelah itu lanjut ke sisi empat (terlampir dalam gambar) lakukan pengkikiran sampai rata, serta siku
terhadap sisi satu dan tiga.Pada sisi ini mulai dilakukan pengukuran ketebalan dari batang baja sampai
20 mm.
• Setelah itu lanjut ke sisi lima (terlampir dalam gambar) lakukan pengkikiran sampai rata, serta siku
terhadap sisi dua dan tiga.Pada sisi ini mulai dilakukan pengukuran ketebalan dari batang baja sampai
20 mm.
• Untuk selanjutnya dilakukan pengkikiran pada sisi ke enam.Pada sisi ini selain permukaan rata dan
juga siku terhadap sisi satu, dua, empat, dan lima, juga dimensi panjang dari benda harus 100 mm
(terlampir dalam gambar)
• Setelah itu mulai melukis benda kerja dengan ukuran berdasarkan lembar kerja bangku (terlampir).
• Lakukan penitikan agar lukisan tidak hilang pada saat pengeboran.
• Lakukan pengeboran dengan bor senter Ø8 sampai Ø11
• Setelah beres melakukan pengeboran, simpan benda kerja di ragum
• Kikir benda kerja yang sudah dibor agar benda rata dan siku.
• Tetap lakukan pengukuran dengan mistar baja siku agar benda tidak kurang dari ukurang yang
diinginkan.
2.f Temuan Praktek dan Pembahasan
Dalam praktek ini letak dari ragum dan juga posisi kaki sangat mempengaruhi hasil dari
pengikiran.Posisi ragum yang pas dengan posisi badan dan juga posisi kaki dapat menghasilkan hasil
kikiran yang rata, hal ini juga dipengaruhi oleh gerakan kaki yang baik.Dalam hal ini usahakan badan
Page 31
tidak bergerak karena akan mempengaruhi posisi kikir terhadap benda kerja dan benda pengikiran bisa
miring atau melengkung.
Kerja bangku melatih mahasiswa untuk teliti, sabar serta bekerja berdasarkan lembar kerja yang telah
ditentukan.Pekerjaan yang asal-asalan akan menghasilkan pengikiran yang tidak rata, karena posisi
badan yang bergerak serta tumpuan lengan (siku) yang ikut bergerak.Posisi kaki yang baik yaitu posisi
antara telapak kaki sekitar 45 o.dan juga peletakan benda pada capitan ragum harus pas dan rata,
karena bila tidak rata kemungkinan besar dalam pengikiran, hasil kikir akan miring.
Jangan terlalu terpaku pada pengikiran, pengukuran benda harus terus dilakukan karena bial kita lupa
mengukur benda, bisa saja dimensi benda akan kurang dari ukuran yang ditentukan dikarenakan
pengikisan baja akibat pengkikiran yang berlebihan.
BAB 3
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Pekerjaan fabrikasi logam khususnya kerja bangku sangat berguna bagi keterampilan mahasiswa.Kerja
bangku melatih mahasiswa dalam ketelitian dalam hal ini adalah mengukur kerataan sisi dari benda,
kesikuan dan juga dimensi dari benda.Dan juga tepat waktu dalam hal ini yaitu harus sesuai dengan
waktu yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah.Posisi ragum penjepit, ketinggian dari meja kerja,
posisi kaki dan juga kondisi alat yang dipakai sangat mempengaruhi hasil dari pekerjaan
mahasiswa.Banyak mahasiswa yang tidak tepat waktu dalam melaksanakan tugas kerja bangku yang
salah satunya disebabkan oleh beberapa factor diatas.
Saran
Kondisi tempat kerja dan juga jumlah mahasiswa yang terlalu banyak kadang membuat pengerjaan
terganggu, mudah- mudahan pengaturan jadwal dan juga pembagian tugas misalnya dibagi dalam dua
sift yang berbeda waktu lebih efektif dibandingkan dengan pembagian jenis praktek yang berbeda-
beda.
Penyelesaikan dari pekerjaan sangat dipengaruhi juga oleh kondisi alat kerja.Oleh karena itu alat kerja
harus dalam kondisi baik dan masih layak digunakan sebagai alat praktek, karena banyak pengerjaan
benda kerja yang terbengkalai akibat alat kerja yang kurang memadai, misalnya kikir.
Mudah mudahn ini menjadi motivasi kita untuk lebih baik kedepannya.
BAB 4
LAMPIRAN
4.a Daftar Rujukan
• http://mamoth-pemesinan.blogspot.com/2010/03/kerja-bangku.html
4.b Job sheet (terlampir)
4.c Gambar kerja (terlampir)