Top Banner
Laporan Praktek Kerja Bengkel "Kerja Baja" Kamis, Juni 30, 2011 Toriq No comments Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Pada setiap kerja praktek, mahasiswa mempunyai kewajiban membuat laporan setelah selesai menjalankan praktek bengkel. Dibawah ini merupakan laporan hasil bengkel saya untuk praktek kerja Baja pada semester 3. Namun laporan ini tidak saya buat dari pengetahuan saya sendiri, melainkan hasil gabungan dari laporan kakak tingkat maupun teman-temen yang sudah saya simpulkan sedemikian rupa. Semoga dapat bermanfaat anda!!! BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baja merupakan bahan bangunan yang berupa campuran dari biji besi, mangan dan karbon. Semakin tinggi nilai karbon pada baja maka baja akan semakin keras, namun mudah patah. Akan tetapi semakin rendah nilai karbon maka baja akan mudah bengkok. Sebagai bahan bangunan yang berhubungan dengan kekuatan struktur ataupun tidak, sangat banyak diperlukan dalam pekerjaan yang dilakukan dalam bidang teknik sipil misalnya; kuda-kuda, tulang beton, kerangka jembatan dan masih banyak lagi. Baja diperlukan dalam bentuk yang beraneka ragam dan ukuran yang berbeda pula sehingga sangatlah mustahil baja itu dibuat dalam keadaan pasif, tentulah kita
31

69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Oct 24, 2015

Download

Documents

Ibnu Septian

a
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Laporan Praktek Kerja Bengkel "Kerja Baja"

Kamis, Juni 30, 2011 Toriq No comments

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi

ke Google Buzz

Pada setiap kerja praktek,

mahasiswa mempunyai kewajiban membuat laporan setelah selesai menjalankan

praktek bengkel.

Dibawah ini merupakan laporan hasil bengkel saya untuk praktek kerja Baja

pada semester 3.

Namun laporan ini tidak saya buat dari pengetahuan saya sendiri, melainkan

hasil gabungan dari laporan kakak tingkat maupun teman-temen yang sudah saya

simpulkan sedemikian rupa.

Semoga dapat bermanfaat anda!!!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baja merupakan bahan bangunan yang berupa campuran dari biji besi, mangan

dan karbon. Semakin tinggi nilai karbon pada baja maka baja akan semakin keras,

namun mudah patah. Akan tetapi semakin rendah nilai karbon maka baja akan mudah

bengkok. Sebagai bahan bangunan yang berhubungan dengan kekuatan struktur

ataupun tidak, sangat banyak diperlukan dalam pekerjaan yang dilakukan dalam

bidang teknik sipil misalnya; kuda-kuda, tulang beton, kerangka jembatan dan masih

banyak lagi.

Baja diperlukan dalam bentuk yang beraneka ragam dan ukuran yang berbeda

pula sehingga sangatlah mustahil baja itu dibuat dalam keadaan pasif, tentulah kita

Page 2: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

harus membuat sambungan-sambungan untuk mendapatkan bentuk yang kita

inginkan.

Pada jaman dahulu orang menyambung suatu baja dengan menggunakan cara

yang sangat sederhana. Tetapi makin lama peradaban manusia makin berkembang,

begitu juga dalam bidang teknologi. Manusia berusaha menganalisa dan menggali

serta memproduksi bahan-bahan yang diperlukannya untuk suatu tujuan tertentu.

Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk dapat melakukan penyambungan

yang kuat dengan menggunakan tenaga listrik. Untuk dapat menyambung baja

tersebut menjadi satu dengan yang lainnya, maka baja tersebut disambung dengan

cara dilas.

Las adalah melelehkan dengan panas. Sedangkan mengelas adalah suatu cara

menyambung dua buah plat/logam atau lebih dengan melelehkan logam dengan

menggunakan panas, baik menggunakan bahan tambah atau tanpa bahan tambah

sehingga menyatu.

Pengelasan pada umumnya memerlukan panas yang sangat tinggi

temperaturnya untuk mencairkan bagian-bagian bahan yang akan disambung atau

dilapisi.

Panas untuk pengelasan dapat diperoleh antara lain dari :

a. Api yang dapat dihasilkan dari arang/pembakaran arang batu, seperti : pada proses

las tempe.

b. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dengan permukaan benda kerja,

seperti las listrik.

c. Tahan listrik yang terjadi antara dua bagian yang akan disambung seperti pada

proses las titik, las tekan dan las roll.

d. Nyala api gas adalah panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan

zat asam, seperti pada proses asitelin.

1.2 Perumusan Masalah

Pada praktek bengkel sipil semester III ini, pekerjaan yang dilakukan meliputi :

1. Kerja bangku.

2. Menggunakan las listrik.

3. Menggunakan las asetilen.

Page 3: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :

1. Agar kita mengetahui prinsip-prinsip pekerjaan baja dengan baik.

2. Agar kita mengetahui langkah kerja yang benar dan baik dalam suatu pekerjaan

sambungan.

Adapun laporan ini telah disesuaikan dengan teori yang telah dipelajari pada

praktek kerja baja dan juga dari praktek yang telah dilakukan selama dua minggu.

Selain dari keterangan diatas dalam praktek pekerjaan bengkel baja ini kita

harus mengetahui point-point penting dalam praktek kerja baja, antara lain :

- Tegak - Rapi

- Lurus - Tepat ukuran

- Datar - Siku

Untuk mencapai point-point diatas bisa dilakukan dengan menggunakan alat

yang tersedia atau hanya menggunakan indera penglihatan ( secara visual ).

Sebelum memulai pekerjaan baja setiap individu haruslah mempunyai

keterampilan dasar dan pengelasan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Las listrik

a. Memperhatikan jarak antara elektroda dengan objek (benda).

b. Memperhatikan sudut busur pada saat mengelas

c. Posisi pada saat mengelas.

2. Las Asetilen

a. Mengatur api yang dihasilkan.

b. Memperhatikan pembakaran pada saat mengelas.

3. Kerja Bangku

a. Penggunaan bahan baja.

b. Pengukuran, pemotongan, pengikiran dan pembentukan harus diperhatikan.

1.4 Jenis Pelaksanaan

a) Las listrik

Page 4: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Las listik adalah suatu cara penyambungan dua logam atau lebih dengan

menggunakan bahan perantara yaitu elektroda dan menggunakan arus listrik.

Penggunaan elektroda berfungsi sebagai penghubung antara arus listrik dengan logam

yang akan disambung. Elektroda dipanaskan hingga mencair dan berpadu dengan

logam.

A. Dampak Merugikan

Pada proses las listrik, akan terdapat asap, cahaya dan sinar yang timbul dari

proses pengelasan dan berdampak merugikan pada kesehatan.

1. Sinar

Sinar dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Sinar Infra Merah

Sinar Infra Merah tidak langsung terasa oleh mata, karena itu lebih berbahaya

sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar ini sama dengan

pengaruh panas yang dapat menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata dan juga

menyebabkan terjangkitnya penyakit kornea serta prebiopia yang merupakan gejala

awal dari penyakit rabun mata.

b. Sinar Ultra Violet

Pancaran sinar ultra violet yang terserap mempunyai pengaruh besar terhadap

reaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Sinar yang terserap oleh lensa dan kornea mata

pada manusia dalam jumlah besar (tertentu), maka mata akan terasa ada benda asing

di dalamnya dalam waktu sekitar 6-12 jam, kemudian mata akan menjadi sakit selama

6-24 jam dan akan hilang rasa sakitnya setelah 48 jam.

2. Cahaya

Cahaya ada 1 macam, yaitu :

Cahaya Tampak

Cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa mata dan kornea

ke retina mata, bila terlalu kuat cahaya yang masuk maka mata akan menjadi lelah

dan kalau terlalu lama mata menjadi sakit tetapi hanya bersifat sementara.

3. Asap

Pada proses pengelasan, selain cahaya dan sinar juga terdapat asap yang

berdampak pada gangguan pernapasan. Asap yang muncul dapat menimbulkan

Page 5: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

keracunan dalam tubuh. Untuk itu, pengaturan tempat pengelasan harus disesuaikan

dengan arah angin yang bertiup dan hendaknya sebelum atau sesudah pengelasan

baiknya mengkonsumsi susu sebagai penetralisir racun tersebut.

Untuk menjaga dan melindungi mata harus menggunakan alat bantu berupa

kacamata las (topeng las) yang mampu menurunkan kekuatan cahaya tampak dan alat

bantu lainnya yang mampu menghisap atau melindungi dari sinar ultra violet dan

sinar infra merah.

Selain asap, cahaya dan sinar yang membahayakan tersebut juga ada beberapa

hal yang harus diperhatikan yaitu penyebab kecelakaan. Penyebab-penyebab

kecelakaan tersebut antara lain :

1. Karena panas busur api waktu mengelas

Juru las harus melindungi diri dari timbulnya panas serta loncatan-loncatan

busur api yang tidak tentu arahnya, bila kena kulit bisa mengakibatkan luka bakar dan

timbulnya kebakaran pada pakaian, untuk menjaga agar terhindar dari busur api, maka

juru las harus memakai pakaian las yang tahan terhadap panas, juru las harus menjaga

supaya pakaian kerja bebas dari minyak.

2. Karena percikan terak

Setelah selesai dalam pengelasan perlu adanya pembersihan terak untuk

mengetahui baik buruknya hasil pengelasan, sewaktu membersihkan terak, sering

terjadi loncatan dari terak-terak, maka perlu memakai kacamata.

3. Karena arus listrik

Banyak sekali juru las atau pekerja lainnya mengalami kecelakaan yang

diakibatkan oleh arus listrik bahkan sampai meninggal dunia. Kadang-kadang dengan

kejutan listrik yang kecil, misalnya: bila orang karena terkejut lalu jatuh dari tempat

yang tinggi, kemungkinan kejutan listrik disebabkan sentuhan antara juru las atau

pekerja dengan elektroda atau pemegang elektroda dari mesin las yang sedang tak

berbeban (tidak dipergunakan) atau karena resenggol oleh kabel penghubung yang

mengalami kerusakan isolator.

B. Sifat Arus Listrik yang digunakan

Pada mesin las terdapat petunjuk beberapa arus yang perlu diperhatikan dalam

penggunaan, sehingga juru las dapat berhati-hati memakainya karena tiap arus listrik

memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu :

Page 6: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

a. Arus I MA

Hanya menimbulkan kejutan yang kecil dan tidak membahayakan.

b. Arus 5 MA

Akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan menimbulkan rasa sakit.

c. Arus 10 MA

Akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.

d. Arus 20 MA

Akan terjadi suatu kejutan/lemas pada otot sehingga orang yang kena tidak dapat

melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.

e. Arus 50 MA

Sudah sangat berbahaya.

f. Arus 100 MA

Mengakibatkan kematian.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka yang harus dilakukan adalah :

1. Harus menggunakan sarung tangan dan sepatu yang berisolasi dan memakai

pakaian kerja (baju las/apron) serta bila badan kita berkeringat kita harus berhenti

dulu dan mengeringkan terlebih dahulu untuk menghindari adanya hubungan

langsung kebadan

2. Harus menggunakan kabel dan gagang yang sempurna elastis dan mempunyai daya

tahan tinggi terhadap panas

3. Elektroda harus diletakkan pada tempat yang berisolator dan digantung apabila

tidak dipakai

4. Penggantian elektroda harus dilakukan dengan hati-hati

5. Dalam keadaan istirahat mesin las harus dimatikan

6. Hindari mesin las dari udara/lokasi yang basah dan gunakanlah kabel penghubung

dengan ukuran yang sesuai

7. Gunakanlah alat bantu yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.

b) Las oksi-Asetilen (Las Karbit)

Las Asetilen adalah suatu jenis penyambungan antara dua logam atau lebih

dengan menggunakan panas dari gas oksigen dan gas asitelin. Penggabungan antara

kedua gas tersebut dapat menghasilkan panas hingga mencapai 1400°C dan dapat

mencairkan besi yang akan disambung.

Page 7: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

2 gas yang terkandung dalam las Asetilen :

1. Oksigen

Proses pembuatan oksigen didapatkan dengan cara :

1. Proses elektrolisa air, dimana Hidrogen dan Oksigen diperoleh dari air. Pemisahan

Hidrogen untuk mendapatkan Oksigen diproses secara elektrolisa listrik.

2. Proses pendinginan udara, cara pemisahan oksigen dan gas-gas lain, didinginkan

menjadi suatu zat cair. Zat cair tadi dipanaskan hingga mendapat oksigen. Zat yang

titik didih rendah akan terpisah lebih dahulu. (titik penguapan oksigen 182° C)

Sifat Oksigen :

1. Tidak berbau

2. Tidak berwarna

3. Tidak sensitif terhadap api

Kegunaan Oksigen :

1. Untuk pernapasan.

2. Digunakan untuk pembakaran.

3. Untuk pengelasan yang dicampur dengan gas asetilen

4. Untuk operasi pemotongan logam.

5. Heat reat ment.

6. Dipergunakan di rumah sakit

Perawatan :

1. Tabung-tabung oksigen harus dibawa hati-hati.

2. Dinding tabung harus bebas dari oli dan minyak-minyak lain.

3. Disimpan ditempat yang teduh.

2. Asetilen

Proses pembentukan asitelin :

a. Tersedia dalam tabung

Page 8: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

b. Diproses dari pabrik/perusahaan

c. Siap untuk dipakai

Proses dalam generator

Ada tiga macam sistem kerja generator :

a. Generator sistem tetes

b. Generator sistem celup

c. Generator sistem umpar

Sifat-sifat Asetilen :

1. Berbau

2. Berwarna

3. Sensitif terhadap api

Nyala Api Asetilen Terbagi dalam 3 Penyalaan :

1. Nyala karburasi

Ialah nyala yang terlalu banyak asetilen dibandingkan oksigen, yang

mempunyai ciri:

1. Inti nyala tumpul dan panjang

2. Kerucut api besar

3. Mempunyai nyala ekor

Nyala karburasi ini berguna untuk mengeraskan permukaan logam, untuk

mengelas logam putih dan untuk membrazing.

Page 9: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

2. Nyala oksidasi

Ialah nyala yang terlalu banyak oksigen dibandingkan asetilen, yang

mempunyai ciri :

1. Inti nyala lebih kecil

2. Ujung inti nyala runcing

3. Tidak mempunyai nyala ekor

4. Suaranya berdesis.

Nyala oksidasi ini berguna untuk mengelas logam lunak (tembaga, aluminium,

kuningan) dan untuk memotong logam.

Page 10: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

3. Nyala Netral

Ialah nyala yang mempunyai perbandingan antara asitelin dan oksigen yang

sama besar, yang mempunyai ciri :

1. Inti nyala pendek dan tumpul

2. Tidak terlalu berdesis

3. dan tidak berekor

Nyala netral berguna untuk mengelas baja dan besi tuang serta pengelasan

biasa.

Bagian Las Asetilen

Page 11: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

1. Botol/tabung

asetilen

2. Botol/tabung oksigen

3. Selang karet asetilin

4. Selang karet oksigen

5. Regulator asetilen

6. Regulator oksigen

7. Blander

8. Nozzle

Secara garis besar, las asetilen terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

1. Botol/tabung asetilen

Botol asetilen terdiri dari botol yang terbuat dari bahan baja yang mempunyai

bentuk pendek kegemuk-gemukan. Botol ini biasanya berwarna merah, orange dan

kuning, tetapi yang umumnya adalah berwarna merah.

Pada bagian dasar atau bawah dari botol dibuat sumbat pengaman, maksudnya

adalah untuk menjaga keselamatan dari tabung ini, apabila terjadi sesuatu, tidak

meledak berkeping-keping. Botol ini harus tahan terhadap tekanan 15 Kg/cm2.

2. Botol/tabung oksigen

Page 12: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Botol zat asam terbuat dari bahan yang sama seperti botol asetilen, dan

mempunyai bentuk ramping dan agak sedikit tinggi. Botol zat asam ini biasanya

berwarna biru dan harus tahan terhadap tekanan 150 Kg/cm2.

3. Selang karet

Selang karet untuk asetilin biasanya berwarna merah, selang karet untuk zat

asam biasanya berwarna biru. Selang karet ini sifatnya harus kuat tetapi lemas, tidak

kaku dan harus tahan terhadap tekanan gas kurang lebih 10 Kg/cm2.

Diameter selang karet ini yang umum untuk digunakan adalah lubang dalamnya 5mm,

6mm, dan 7.5mm

4. Regulator

Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan kerja yang konstan walaupun

tekanan isi dalam botol selalu berubah-ubah. Perbedaan regulator asetilen dan zat

asam adalah untuk regulator asetilen berwarna merah, sedangkan untuk regulator zat

oksigen berwarna biru.

5. Blander

Blander adalah suatu tempat untuk menyampur gas asetilen dan zat oksigen

serta mengatur keluarnya gas untuk pembakar.

6. Nozzle

Nozzle adalah ujung pembakar las. Nozzle ini biasanya dari bahan tembaga.

Page 13: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

1.5 Teknis Pelaksanaan

a. Las Listrik

Langkah-langkah pekerjaan mengelas pada las listrik :

1. Mendekatkan ujung elektroda ke tempat yang akan dilas sampai jarak ± 2,6 cm.

2. Memegang topeng pelindung dengan tangan kiri untuk menutup muka dan

melindungi mata dari sinar yang timbul dari proses pengelasan.

3. Sikap yang paling baik jika elektroda membentuk sudut ± 70° dengan bidang datar

supaya :

a. Permukaan cairan logam dan terak dapat dengan mudah dilihat dengan mata

sehingga mudah menentukan panjangnya busur nyala

b. Dengan mudah dapat diawasi, agar terak tidak tertutup oleh tetesan cairan logam

elektroda yang dapat mengurangi mutu dari hasil pengelasan

1. Menghasilkan rigi-rigi las yang berbentuk bagus, karena busur nyala mendorong

dan menyusun lelehan logam kearah bagian yang telah membeku

Gerakan pada pengelasan yaitu :

1. Gerakan lurus

2. Gerakan melingkar

3. Gerakan trapesium

Page 14: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

4. Gerakan zig-zag

Menyalakan busur nyala

Menyalakan busur nyala adalah langkah pertama yang dilakukan sewaktu mulai

mengelas. Cara menyalakan busur nyala ini ada 2 macam, yaitu :

1. Cara sentakan

2. Cara goresan

Page 15: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

b. Las Asetilen

Langkah-langkah penyalaan api :

1. Buka tabung oksigen dan asetilin dengan memutar katup dikepala tabung sebanyak

½ lingkaran

2. Buka katup tabung oksigen dan asitelin

3. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan tip yang akan dipakai

4. Nyalakan korek api pada ujung tip

5. Atur katup oksigen dan asitelin pada blander secara perlahan-lahan sehingga

menghasilkan api yang diinginkan

TABEL PEMBAKAR LAS/TIP

Nomor Tebal plat dalam mm Tekanan campur dalam bar

1 0,5 –1 2,5

2 1 – 2 2,5

3 2 – 4 2,5

4 4 - 6 2,5

Page 16: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

5 6 - 9 2,5

6 9 - 14 2,5

7 14 - 20 2,5

8 20 - 30 2,5

c. Bentuk-bentuk Sambungan

Pada prinsipnya bentuk sambungan dalam pengelasan terdiri dari 5 macam

sambungan.

Bentuk – bentuk Sambungan :

1. Sambungan tumpu (Butt joint)

2. Sambungan berimpit (Lap joint)

3. Sambungan sudut (Corner joint)

4. Sambungan T (T-joint)

5. Sambungan tepi (Edge joint)

Page 17: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Kampuh Pengelasan Tumpu ( Bult Joint)

a. Kampuh I

- Kampuh I tertutup. Digunakan untuk plat-plat tipis

- Kampuh I terbuka. Digunakan untuk plat-plat yang agak tipis

b. Kampuh V

Sambungan kampuh V dipergunakan untuk menyambungan logam/plat yang

tebal antara 6mm-15mm, dimana sambungan ini terdiri dari kampuh terbuka dan

tertutup.

Page 18: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

c. Kampuh X

Kampuh ini disebut juga kampuh berganda kampu V, dipakai untuk tebal plat

12mm-45mm. Kampuh ini ada yang simetris dan ada yang tidak simetris.

1. Kampuh X simetris. Sering dipakai pada posisi pengelasan dibawah tangan dan

vertikal.

2. Kampuh X tidak simetris. Banyak dipakai pada posisi diatas kepala (over head)

Page 19: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

d. Kampuh ½ X

Kampuh ½ X disebut juga kampuh X, dipakai

untuk tebal plat 12mm - 40mm, karena sukar pada pengelasan, sering dilas dengan

dua pekerjaan las.

e. Kampuh U

Kampuh U dipakai untuk sambungan yang menerima beban berat untuk plat

tebalnya diatas 20mm, kampuh ini mempunyai kampuh berbentuk U dan ½ U.

Sambungan Kampuh Berimpit (Lap Joint )

Page 20: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Kampuh berimpit dilas pada kedua ujungnya,dapat dilas :

1. Sekali jalan untuk tebal plat 3mm-6mm

2. Dua kali jalan untuk tebal plat lebih dari 6mm

Sambungan Sudut (Corner Joint)

Kampuh ini banyak digunakan pada sambungan bak tangki dan sebagainya.

Pengelasan sekali jalan dan dua kali jalan.

Sambungan T (T-Joint)

Penyambungan dengan kampuh T dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

Sambungan las tanpa sudut, yang digunakan untuk menyambung plat/logam

konstruksi, yang dipakai untuk beban-beban statis atau beban-beban yang rendah.

Sambungan bersudut tunggal, untuk plat yang tebalnya 10mm - 20mm.

Page 21: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Sambungan bersudut ganda, untuk plat yang tebalnya 20mm.

Sambungan Tepi (Edge Joint)

Sambungan tepi ini dapat dikerjakan dalam semua posisi, dan biasanya

digunakan untuk menyambung konstruksi dengan beban rendah.

Page 22: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Catatan :

Pengelasan yang paling baik adalah berdasarkan pengalaman yang mana

pengalaman ini harus ditunjang dengan pengetahuan tentang pengelasan. Pengelasan

yang sudah lancar ini harus banyak mengelas sebab apabila kita tinggalkan skill yang

sudah matang bisa kaku lagi dan gerakan akan tidak lancar.

Page 23: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

BAB II

BAHAN DAN ALAT

2.1 Bahan

Selain dari dasar-dasar teori diatas bahan-bahan dan alat-alat dalam

penguasaannya harus sesuai dengan kegunaan dan teknik pemakaian yang benar.

Untuk pekerjaan praktek kerja baja, bahan yang dipakai ialah elektroda (dalam

las listrik) yang bersifat mengandung logam.

Bahan yang dipakai : Elektroda atau kawat las.

1. Elektroda

Elektroda digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pengelasan las

listrik. Elektroda las tersebut dibuat dari macam-macam logam seperti baja, besi

tuang, stainles steel, aluminium, dan sebagainya tergantung dari tujuan dan

komposisinya dari logam yang akan dilas. Elektroda yang akan dipakai seharusnya

mampu memenuhi persyaratan :

1. Mampu untuk pengelasan semua posisi

2. Praktis membentuk kampuh las

3. Terak mudah dibuang / dibersihkan

4. Titik lebur yang tinggi

5. Sifat-sifat mekanik yang tinggi pada kampuh las

Catatan : sifat mekanik disini adalah kekuatan tarik, kekerasan mulur, kekerasan ketahanan pukul

tarik dan sebagainya.

Page 24: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Macam-macam elektroda :

1. Elektroda berbalut

2. Elektroda tak berbalut

Elektroda berbalut dapat dipakai pada mesin AC dan DC untuk mengelas

pekerjaan berkualitas tinggi. Balutan elektroda dinamakan lapisan fluksi. Pelapisan

pada kawat ini dapat dengan cara destrusi, semprot atau celup. Ukura standar

diameter kawat ini dari 1,5 mm - 8 mm dengan panjang antara 350 - 450 mm. Jenis-

jenis selaput fluksi pada elektroda, misalnya Selulosa, Kalsium Karbonat ( Ca CO3),

Natrium Dioksida (rutil), Kaolin, Kalium Oksida, Mangan, Oksida besi, Serbuk besi,

Besi Silikon, Besi Mangan dan sebagainya. Tebal selaput elektroda berkisar antara

10%-50% dari diameter elektroda pada proses pengelasan selaput elektroda (fluk) ini

akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur

listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar, karena udara luar yang

mengandung O2 dan N akan mempengaruhi sifat mekanik dari logam las, cairan

selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang

masih panas.

Tabel 1. Penggunaan Elektroda

Tebal bahan (mm) Diameter elektroda (mm) Kekuatan arus (A)

1 1,5 20 – 35

1 - 1,5 2 35 - 60

1,5 - 2,5 2,6 60 – 100

Page 25: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

2,5 – 4 3,25 90 - 150

4 – 6 4 120 - 180

6 - 10 5 150 – 220

10 - 16 6 200 – 300

diatas 16 8 280 – 400

Kuat arus yang dapat menentukan jumlah panasnya tergantung dari :

1. Tebal bahan

2. Diameter () Elektroda

3. Jenis elektroda (biasa, mild steel, Low Hydrogen)

4. Bentuk dari kampuhnya

5. Posisi pengelasannya

Elektroda baja lunak dan baja panduan rendah untuk las busur listrik menurut

klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E xxxx yang

artinya sebagai berikut :

E : menyatakan elektroda

Xx : (dua angka sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Lb / in2 --

--Tabel 2)

x : (Angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan

Angka 1 untuk pengelasan segala posisi

Angka 2 untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan

X : (angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk

pengelasan (Tabel 4)

Tabel 2. Kekuatan Tarik Menurut AWS

Klasifikasi Kekuatan Tarik

Lb / in2 (PSI) Kg / mm

2

E 60 xx 60.000 42

E 70 xx 70.000 49

Page 26: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

E 80 xx 80.000 56

E 90 xx 90.000 63

E 100 xx 100.000 70

E 110 xx 110.000 77

E 120 xx 120.000 84

Tabel 3. Jenis Selaput dan Pemakaian Arus

Angka keempat Jenis Selaput Pemakaian Arus

0 Selulosa – Natrium DC +

1 Selulosa – Kalium DC, DC +

2 Rutil – Natrium AC, DC -

3 Rutil – Kalium AC, DC

4 Rutil - Serbuk Besi AC, DC

5 Kalium-Hidrogen rendah AC, DC

6 Kalium - Hidrogen rendah AC, DC

7 Serbuk Besi - Oksidasi Besi AC, DC

8 Serbuk Besi - Hidrogen rendah

Kuat arus : - Pada kuat arus yang rendah

- Pada kuat arus yang tinggi

Pada kuat arus yang rendah :

1. Bahan lasnya cepat membeku

2. Busur nyala apinya sukar dipertahankan

3. Dalam pembakarannya sedikit ( perembusan sedikit)

4. Pencairan bahan lasnya kurang baik

5. Rigi lasnya akan terletak diatas platnya

Page 27: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

kerja bangku dalam fabrikasi logam BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata kuliah fabrikasi logam merupakan mata kuliah yang berisikan materi perkuliahan yang harus

dipahami dan praktek yang harus dikuasai.Salah satu praktek yang dilakasanakan dalam perkuliahan

ini adalah praktek kerja bangku.Praktek kerja bangku yaitu praktek tentang bagaimana kita

menghasilkan sebuah baja dengan benda kerja yang mulanya memiliki ukurang yang tidak tentu,

menjadi sebuah benda kerja yang memiliki kerataan yang standar, dan memiliki ukuran yang telah

ditentukan dalam lembar pekerjaan kerja bangku.

Praktek kerja bangku melatih agar mahasiswa mampu menggunakan alat kerja yang baik dan benar,

serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu, sesuai dengan lembar

pekerjaan yang telah ditentukan.Hal ini dapat dicapai bila mahasiswa melakukan pekerjaan dengan

baik dan sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan praktek kerja bangku.

Untuk melaporkan hasil dari pekerjaan yang telah diselesaikan dalam waktu lima pertemuan.Maka

dibuatlah laporan fabrikasi logam, dalam hal ini yaitu praktek pengerjaan kerja bangku.

1.2 Tujuan Penulisan Laporan

Pembuatan laporan ini sangat berguna bagi mahasiswa dalam mempelajari praktek fabrikasi logam

dalam hal ini yaitu praktek kerja bangku.Tujuan dari penulisan laporan ini sendiri yaitu :

• Melaporkan hasil kerja praktek kerja bangku selama lima kali pertemuan

• Memahami cara pengerjaan praktek kerja bangku

• Mengetahui dan mengerti alat dan bahan yang digunakan dalam praktek kerja bangku

• Mengerti cara penggunaan dari alat kerja yang digunakan

• Menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi selama praktek kerja bangku

• Memenuhi tugas akhir dari praktek kerja bangku

1.3 Ruang Lingkup Kajian

Laporan praktek fabrikasi logam ini khususnya kerja bangku memiliki ruang lingkup kajian meliputi :

• Bagaimana tujuan dari praktek fabrikasi logam khususnya praktek kerja bangku

• Alat dan bahan yang digunakan selama praktek kerja bangku

• Langkah kerja dari praktek ini

• Temuan yang dihasilkan dari praktek kerja bangku ini

1.4 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Ruang Lingkup kajian

1.4 Sistematika penulisan

BAB 2 ISI

2.1 A. Tujuan Praktek

2.2 B. Alat ( alat utama, alat tambahan, alat keselamatan kerja)

2.3 C. Bahan ( jenis bahan dan ukuran )

2.4 D. Landasan Teori

2.5 E. Langkah Kerja

2.6 F. Temuan Praktek dan Pembahasan

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 LAMPIRAN

4.1 A. Daftar Rujukan

4.2 B. Jobsheet

4.3 C. Gambar Kerja

Page 28: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

BAB 2

ISI LAPORAN

2.a Tujuan Praktek

2.a.i Tujuan Umum

Tujuan umum dari pengerjaan prkatek kerja bangku ini antara lain :

• Agar mahasiswa memiliki keterampilan

• Mampu melakukan pekerjaan sesuai lembar pekerjaan

• Memakai alat kerja dengan baik dan benar

• Memiliki keterampilan dalam bidang praktek logam

• Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu\

2.a.ii Tujuan Khusus

Selain tujuan umum pekerjaan praktek fabrikasi logam dalam hal ini kerja bangku memiliki tujuan

khusus antara lain :

• Mampu melakukan pekerjaan kikir rata

• Melakukan pengerjaan kikir siku

• Pengukuran baja sesuai dengan lembar pekerjaan

• Mampu melakukan pengeboran

• Mengukur kerataan benda dan kesikuan benda dari enam sisi baja

2.b Alat

2.b.i Alat utama

Alat utama yaitu alat yang memiliki peran penting dalam pengerjaan kerja bangku ini yang diantaranya

:

• Kikir kasar

Yaitu alat kerja pengikis permukaan dari batang baja yang memiliki permukaan kasar.Alat ini memiliki

ulir di permukaannya sebagai pengikisnya.

• Kikir halus

Yaitu alat kerja pengikis permukaan dari batang baja yang memiliki permukaan kasar.Beda dengan

kikir kasar, kikir halus memiliki permukaan yang lebih halus.Digunakan sebagai penghalus permukaan

benda setelah dilakukan pengikiran dengan kikir kasar.

• Jangka sorong

Yaitu alat skala ukur yang mengukur ketebalan, diameter luar benda dan diameter dalam.Disini

digunakan untuk mengukur ketebalan dari batang baja.

• Penggaris siku

Yaitu alat ukur yang digunakan untuk melihat kesikuan dari benda.

2.b.ii Alat Tambahan

• Ragum

Sebagai alat bantu dalam penyimpanan batang baja pada saat dilakukan pengikiran, yaitu dengan cara

dijepit.Posisi ragum sangat mempengaruhi cara pengikiran yang baik.

• High gauge

Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian dari suatu benda.Dalam hal ini, high gauge

digunakan untuk mengukur tinggi batang baja dan melukis batang baja untuk selanjutnya dilakukan

Page 29: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

pengikiran sampai batas garis yang telah tercetak pada batang baja.

2.b.iii Alat Keselamatan kerja

• Sarung tangan

Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan kita dari benda tajam dan juga dari serbuk besi yang

dihasilkan dari pengikiran logam baja.Alat ini juga melindungi tangan kita dari bahaya lecet pada

tangan.

• Safety shoes

Sepatu khusus ini digunakan agar kaki kita terhindar dari benturan benda keras yang mengarah ke kaki

kita pada saat melakukan praktek pengikiran.

2.c Bahan

Jenis bahan yang dipakai dalam praktek ini yaitu batang logam baja ST 37 yang berbentuk

persegi.Untk dimensi ukuran benda kerja dapat dilihat di bagian lampiran.

2.d Landasan Teori

Kerja bangku memiliki beberapa jenis pekerjaan yang harus dilakukan, mulai dari pengikiran,

pengeboran, dan juga pemilihan ragum sebagai dudukan benda kerja. Penjelasan lebih lanjut akan

diterangkan di bawah ini

Kikir

Kegunaan kikir pada pekerjaan penyayatan untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang, membuat

rata dan menyiku antara bidang satu dengan bidang lain, membuat rata dan sejajar, membuat bidang-

bidang berbentuk dan sebagainya..

Gambar 1. kikir

Bentuk kikir bermacam macam sesuai dengan kebutuhannya, sebagai contoh :

1. Kikir gepeng (plat) tebal kikir seluruhnya sama, lebar kikir kearah ujungnya menirus Fungsinya

untuk meratakan dan membuat bidang sejajar dan tegak lurus. 2. Kikir segitiga (Treangle) bentuknya

segi tiga, segitiga kikir pada bagian ujungnya

mengecil. Fungsinya untuk meratakan dan menghaluskan bidang berbentuk sudut 60 atau lebih besar

bidang benda kerja.

Cara memegang kikir yang benar yaitu dengan menempatkan ibu jari di atas tempat pegangan

kikir.Kikir yang baik yaitu kikir yang memiliki gagang untuk pegangan.

Ragum

Ragum diguakan untuk menjepit benda kerja.Dengam memutar handle maka mulut ragum dapat

membuka atau menutup.Dalam praktek kerja bangku kita harus memilih ketinggian ragum yang sesuai

dengan tinggi badan kita.

Gambar 2. ragum

Memilih tinggi ragum yang sesuai

Cara memilih ragum yang sesuai dengan tinggi badan anda :

1. berdiri tegak di ragum

2. tempelkan kepalan tangan pada dagu

3. sikut harus berada diatas mulut ragum dan apabila lengan kita ayunkan, sikut jangan sampai

menyentuh bibir mulut ragum.

Posisi dari kaki juga sangat menentukan, agar ayunan saat melakukan pengikiran dapat sesuai dengan

petunjuk dan menghasilkan pengikiran yang baik.

Pada saat dilakukan penjepitan benda ke dalam mulut ragum perhatikan posisi benda agar tidak miring.

Bor

Mesin bor yang digunakan yaitu mesin bor bangku.Mesin terdiri dari motor listrik tombol tekan, dan

mata bor.Mata bor yang digunakan memiliki diameter jenis yang berbeda.

Penggaris baja

Penggaris baja adalah alat untuk ukur dimensi panjang dan juga bisa digunakan untuk mengukur

kerataan dari benda. Biasanya memiliki skala dalam satuan millimeter dan inchi.

Vernier caliper (segmat)

Vernier caliver atau jangka sorong adalah alat ukur ketebalan, diameter luar dan diameter dalam yang

presisi,sehingga ia dapat mengukur dengan tepat dengan tingkat kepresisian 1/100 milimeter ketelitian

dari alat ukur ini biasanya 5/100 milimeter.

Penggores

Page 30: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

Adalah alat penggambar yang dibuat dari baja perkakas yang berbentuk selindris dan ujungnya

diruncingkan. Dengan penggores dapt digambar garis-garis dipermukaan atas benda kerja. Sedangkan

untuk menggambar garis-garis pada permukaan sisi atau samping benda kerja dapat digunakan balok

gores atau pengukur tinggi.

Balok gores adalah alat berupa penggores yang dipasang pada standar atau balok dan dapat di geser

naik-turun. Untuk mengganbar garis lurs dengan penggores diperlukan mistar baja sebagai alat bantu.

Pada saat menarik garis, posisi penggores dimiringkan keluar dengan sudut kurang dari 90° dan dibuat

sekali tarik, jangan melakukan goresan dobel.

Jika menggunakan penggoresan dengan balok gores maupun pengukur tinggi, ujung goresnya

ditempelkan sedikit menekan sisi samping benda kerja. Kemudian blok standar penggores digeser

sesuai dengan panjang garis yang diinginkan.

Penitik

Agar garis yang telah digoreskan pada permukaan benda kerja tidak mudah terhapus selama benda

kerja tersebut dikerjakan, maka perlu digunakan penitik penggaris untuk memperjelas garis batasnya.

Penitik garis dibuat dari baja perkakas yang berbentuk batang silindris dan salah satunya diruncingkan

60°.

Cara menggunakan penitik garis, ujung penitik ditimpakan pada garis yang telah dibuat kemudian

dipuku-pukul ringan dengan palu dan berpindah-pindah sepanjang garis dengan jarak sedikit rapat.

Untuk menandai titik senter digunakan penitik pusat. Titik senter tersebut jika akan membuat lubang

dengan dibor. Penitik pusat ini mempunyai bentuk mirip dengan penitik garis hanya pada ujung

runcing penitik pusat bersudut 90°. sudut lebar ini (90°) agar pada waktu mengebor pada titik ini

menjadi tepat, karena ujung mata bor tidak lari/keluar dari titik tersebut.

Cara menggunakan penitik pusat, ujung penitik harus tepat pada titik yang ditentukan. Posisi penitik

pusat dipegang miring terlebih dahulu setelah mata penitik pusat tepat mengenai titik yang ditentukan,

posisi penitik diberdirikan tegak lurus kemudian dipukul dengan palu.

High gauge

High gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian benda serta melukis batang logam

baja.High gauge merupakan alat ukur yang memiliki skala millimetre dan inchi.

Gambar 3. High gauge

2.e Langkah kerja

• Siapkan alat kerja, alat tambahan dan bahan kerja serta alat keselamatan kerja.

• Pasang benda kerja ke ragm dengan cara dijepit

• Kikir benda dengan kikir kasar pada salah satu sisi sampai rata dengan pisau baja.

• Setelah halus kikir dengan kikir halus.

• Kikir sisi ke dua (terlampir dalam gambar) dengan kikir kasar sampai permukaan rata, lalu ukur

dengan pisau baja dan ukur juga kesikuannya terhadap sisi satu.

• Lajutkan ke sisi tiga (terlampir dalam gambar) yaitu sisi yang atas.Kikir sampai rata serta siku

terhadap sisi satu dan dua.

• Setelah itu lanjut ke sisi empat (terlampir dalam gambar) lakukan pengkikiran sampai rata, serta siku

terhadap sisi satu dan tiga.Pada sisi ini mulai dilakukan pengukuran ketebalan dari batang baja sampai

20 mm.

• Setelah itu lanjut ke sisi lima (terlampir dalam gambar) lakukan pengkikiran sampai rata, serta siku

terhadap sisi dua dan tiga.Pada sisi ini mulai dilakukan pengukuran ketebalan dari batang baja sampai

20 mm.

• Untuk selanjutnya dilakukan pengkikiran pada sisi ke enam.Pada sisi ini selain permukaan rata dan

juga siku terhadap sisi satu, dua, empat, dan lima, juga dimensi panjang dari benda harus 100 mm

(terlampir dalam gambar)

• Setelah itu mulai melukis benda kerja dengan ukuran berdasarkan lembar kerja bangku (terlampir).

• Lakukan penitikan agar lukisan tidak hilang pada saat pengeboran.

• Lakukan pengeboran dengan bor senter Ø8 sampai Ø11

• Setelah beres melakukan pengeboran, simpan benda kerja di ragum

• Kikir benda kerja yang sudah dibor agar benda rata dan siku.

• Tetap lakukan pengukuran dengan mistar baja siku agar benda tidak kurang dari ukurang yang

diinginkan.

2.f Temuan Praktek dan Pembahasan

Dalam praktek ini letak dari ragum dan juga posisi kaki sangat mempengaruhi hasil dari

pengikiran.Posisi ragum yang pas dengan posisi badan dan juga posisi kaki dapat menghasilkan hasil

kikiran yang rata, hal ini juga dipengaruhi oleh gerakan kaki yang baik.Dalam hal ini usahakan badan

Page 31: 69154362 Laporan Praktek Kerja Bengkel

tidak bergerak karena akan mempengaruhi posisi kikir terhadap benda kerja dan benda pengikiran bisa

miring atau melengkung.

Kerja bangku melatih mahasiswa untuk teliti, sabar serta bekerja berdasarkan lembar kerja yang telah

ditentukan.Pekerjaan yang asal-asalan akan menghasilkan pengikiran yang tidak rata, karena posisi

badan yang bergerak serta tumpuan lengan (siku) yang ikut bergerak.Posisi kaki yang baik yaitu posisi

antara telapak kaki sekitar 45 o.dan juga peletakan benda pada capitan ragum harus pas dan rata,

karena bila tidak rata kemungkinan besar dalam pengikiran, hasil kikir akan miring.

Jangan terlalu terpaku pada pengikiran, pengukuran benda harus terus dilakukan karena bial kita lupa

mengukur benda, bisa saja dimensi benda akan kurang dari ukuran yang ditentukan dikarenakan

pengikisan baja akibat pengkikiran yang berlebihan.

BAB 3

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Pekerjaan fabrikasi logam khususnya kerja bangku sangat berguna bagi keterampilan mahasiswa.Kerja

bangku melatih mahasiswa dalam ketelitian dalam hal ini adalah mengukur kerataan sisi dari benda,

kesikuan dan juga dimensi dari benda.Dan juga tepat waktu dalam hal ini yaitu harus sesuai dengan

waktu yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah.Posisi ragum penjepit, ketinggian dari meja kerja,

posisi kaki dan juga kondisi alat yang dipakai sangat mempengaruhi hasil dari pekerjaan

mahasiswa.Banyak mahasiswa yang tidak tepat waktu dalam melaksanakan tugas kerja bangku yang

salah satunya disebabkan oleh beberapa factor diatas.

Saran

Kondisi tempat kerja dan juga jumlah mahasiswa yang terlalu banyak kadang membuat pengerjaan

terganggu, mudah- mudahan pengaturan jadwal dan juga pembagian tugas misalnya dibagi dalam dua

sift yang berbeda waktu lebih efektif dibandingkan dengan pembagian jenis praktek yang berbeda-

beda.

Penyelesaikan dari pekerjaan sangat dipengaruhi juga oleh kondisi alat kerja.Oleh karena itu alat kerja

harus dalam kondisi baik dan masih layak digunakan sebagai alat praktek, karena banyak pengerjaan

benda kerja yang terbengkalai akibat alat kerja yang kurang memadai, misalnya kikir.

Mudah mudahn ini menjadi motivasi kita untuk lebih baik kedepannya.

BAB 4

LAMPIRAN

4.a Daftar Rujukan

• http://mamoth-pemesinan.blogspot.com/2010/03/kerja-bangku.html

4.b Job sheet (terlampir)

4.c Gambar kerja (terlampir)