-
HUBUNGAN MASA KERJA DAN KESADARAN PENGGUNAAN
ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) TERHADAP
KAPASITAS VITAL PARU OPERATOR SPBU
JALAN SULTAN AGUNG SEMARANG
PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Proposal
Oleh:
Arni Ramadani
NIM. 6411411183
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
2014
-
i
HUBUNGAN MASA KERJA DAN KESADARAN PENGGUNAAN
ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) TERHADAP
KAPASITAS VITAL PARU OPERATOR SPBU
JALAN SULTAN AGUNG SEMARANG
PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Proposal
Oleh:
Arni Ramadani
NIM. 6411411183
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
2014
-
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
.................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
........................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL
...............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
...........................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah
.................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah...........................................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian
............................................................................................
4
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
................................................................................
4
1.5 Keaslian Penelitian
.........................................................................................
5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
..............................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
.........................................................................
11
2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Manusia
............................................................ 11
2.2 Fisiologi Saluran Pernafasan
...........................................................................
13
2.3 Mekanisme
Pernafasan....................................................................................
14
2.4 Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital
Paru................................. 14
2.5 Gangguan Fungsi Paru
....................................................................................
18
2.6 Kapasitas Vital Paru
........................................................................................
19
2.7 Kerangka
Teori................................................................................................
21
-
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
......................................................... 22
3.1 Kerangka Konsep
............................................................................................
22
3.2 Hipotesis Penelitian
.........................................................................................
22
3.3 Variabel Penelitian
..........................................................................................
23
3.4 Definisi
Operasional........................................................................................
23
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian
......................................................................
24
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
......................................................................
24
3.7 Instrumen
Penelitian........................................................................................
25
3.8 Teknik Pengumpulan Data
..............................................................................
26
3.9 Analisis Data
...................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................
28
-
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1: Keaslian Penelitian
..............................................................................
5
Tabel 3.1: Definisi Operasional
............................................................................
23
-
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Sistem Pernafasan pada Manusia
...................................................11
Gambar 2.2: Kerangka
Teori...............................................................................21
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
...........................................................................22
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perubahan dunia yang semakin cepat, membawa pengaruh
pada
segala bidang kehidupan di seluruh dunia. Era kehidupan saat ini
dikenal dengan
nama era globalisasi. Dunia terasa menjadi sempit, jarak antara
kota yang dulu harus
ditempuh dalam waktu lama dapat dipersingkat dengan adanya alat
transportasi
canggih (Herry Koesyanto: 2007).
Percepatan pertumbuhan disektor transportasi dapat dilihat dan
dirasakan
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, khususnya di wilayah
kota besar. Kota
sebagai pusat perekonomian bangsa menjadikan semua kegiatan dan
aktivitas
kehidupan manusia berjalan cepat seiring dengan kebutuhan
modernisasi kota
tersebut. Dampak negatif yang didapatkan adalah tingginya
tingkat polusi udara
lingkungan kota, sebagai hasil emisi gas buangan kendaraan
bermotor. Dilihat dari
sumbernya, pencemaran udara terbesar berasal dari asap buangan
kendaraan
bermotor (Riyadina, 1997).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini telah
mengalami
transformasi di segala kehidupannya termasuk dalam pengembangan
lapangan
pekerjaan, untuk mempercepat pekerjaan maka masyarakat
membutuhkan sarana
transportasi (Erwin, 2008).
Saat ini, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke
tahun
semakin meningkat. Pada tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia
-
2
mencapai 76.907.127, tahun 2011 mencapai 85.601.351 dan 2012
semakin
meningkat hingga 94.373.324 (BPS RI, 2012).
Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100 persen timbal, 70,50
persen
carbon monoksida, 8,89 persen oksida nitrogen, 18,34 persen
hidro karbon, serta
1,33 persen partikel. Berbagai pencemaran udara tersebut akan
memberikan efek
yang sangat buruk terutama terhadap sistem pernafasan (Wardhana,
2004).
Hasil penelitian Bapedal (1992) dibeberapa kota besar (Jakarta,
Bandung,
Semarang dan Surabaya) menunjukkan bahwa kendaraan bermotor
merupakan
sumber polusi udara. Kota Semarang merupakan salah satu dari 10
kota besar di
Indonesia yang kondisi transportasi dan kualitas udaranya paling
mengkhawatirkan.
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah kendraan bermotor di
Kota Semarang
mengalami tren meningkat dari tahun 2007 terdata ada 115.051,
tahun 2008 ada
123.527 dan tahun 2009 ada 119.016 kendaraan bermotor (Semarang
Dalam Angka,
2009).
Hal ini menyebabkan tingginya pencemaran udara di Kota
Semarang.Salah
satu titik area dengan jumlah kendaraan terpadat adalah di
SPBU.Petugas SPBU juga
memiliki risiko tinggi terpapar bahan kimia berbahaya khususnya
timbale dari bensin
dan emisi gas kendaraan bermotor yang sedang menunggu antrian
pengisian bahan
bakar, ataupun kendaraan yang berangkat setelah melakukan
pengisian bensin
(Mukono, 2005).
Posisi SPBU di Jalan Sultan Agung Semarang yang berada dekat
dengan
jalan raya dan terdapat traffic light memudahkan operator SPBU
terpapar oleh emisi
-
3
kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya ataupun yang sedang
menunggu traffic
light. Kejadian tersebut akan berlangsung setiap hari yang akan
berdampak pada
pengendapan gas emisi kendaraan bermotor dalam paru-paru karena
terhirup oleh
operator SPBU sehingga menyebabkan penurunan kapasitas vital
paru. Semakin
lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia terpapar
bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Sumamur, 1996).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dianing Kharismawati (2009)
ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru
seseorang, yaitu usia,
kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status gizi, riwayat
penyakit paru,
pemakaian APD pernafasan dan masa kerja. Hal ini diperkuat
dengan penelitian yang
dilakukan oleh Trisno Dase, Syamsiar S. Russeng dan Masyita Muis
yang
menyatakan ada hubungan signifikan antara umur, masa kerja dan
kebiasaan
merokok dengan kapasitas vital patu dengan p value
berturut-turut 0,015 , 0,019 , dan
0,019.
Dari masalah yang ada dan hasil penelitian-penelitian terdahulu
kemudian
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masa kerja
karena sangat
berhubungan dengan kapasitas vital paru. Kemudian saat bekerja,
diharuskan
menggunakan alat pelindung diri (masker) tetapi pada pengamatan
banyak operator
SPBU yang tidak disiplin apabila tidak ada pengawasan maka
masker tidak
digunakan karena merasa tidak nyaman. Melihat keadaan tersebut,
maka penulis
tertarik ingin meneliti hubungan masa kerja dan kesadaran
penggunaan alat
-
4
pelindung diri (masker) terhadap kapasitas vital paru operator
SPBU Jalan Sultan
Agung Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan survey pendahuluan, maka permasalahan dirumuskan
Adakah
hubungan masa kerja dan kesadaran penggunaan alat pelindung diri
(masker)
terhadap kapasitas vital paru operator SPBU Jalan Sultan Agung
Semarang?
1.3 Tujuan
Mengetahui pengaruh masa kerja dan kesadaran penggunaan alat
pelindung
diri (masker) terhadap kapasitas vital paru operator SPBU Jalan
Sultan Agung
Semarang.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi Operator SPBU Jalan Sultan Agung Semarang
Memberi masukan mengenai bahaya pencemaran udara bagi kesehatan
paru
sehingga diperlukan adanya kesadaran untuk menggunakan alat
pelindung diri
(masker berbahan fiber) untuk melindungi paparan partikulat
pencemaran udara.
1.4.2 Bagi Jurusan IKM
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan
perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti
lain sebagai
bahan rujukan dalam upaya pengembangan penelitian.
-
5
1.4.4 Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga menjadi
bekal
dikemudian hari yang kelak dapat diterapkan dalam praktek yang
sesungguhnya
sehingga tercapai keselarasan antara teori dengan praktek
dilapangan, selain itu
menjadi media belajar dalam memecahkan masalah secara
ilmiah.
1.5 Keaslian Penelitian
1.5.1 Keaslian Penelitian
Keaslian ini merupakan matrik yang memuat tentang judul
penelitian, nama
peneliti, tahun dan lokasi penelitian, desain penelitian,
variabel yang diteliti dan hasil
penelitian (Tabel 1.1).
Tabel 1.1: Keaslian Penelitian
No Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Tahun dan
Tempat
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Faktor-
faktor yang
berhubunga
n dengan
kapasitas
vital paru
pada
pegawai
dinas
perhubunga
n bagian
penarik
retribusi
angkutan
barang di
Kabupaten
Dianing
Kharism
awati
2009
Kabupaten
Semarang
Jenis
penelitian
ini adalah
explanato
ry
research
dengan
metode
pendekata
n cross
sectional
Variable
bebas :
usia,
kebiasaan
merokok,
kebiasaan
olahraga,
status
gizi,
riwayat
penyakit
paru,
pemakaia
n APD
(pernapas
an), masa
1. Ada hubunga
n antara
usia
dengan
pemerik
saan
kapasita
s vital
paru
pada
pegawai
dinas
perhubu
ngan
bagian
-
6
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Semarang
tahun 2009
kerja
Variabel
terikat :
kapasitas
vital paru
penarik
retribusi
angkuta
n barang
2. Ada hubunga
n antara
kebiasaa
n
meroko
k
dengan
pemerik
saan
kapasita
s vital
paru
pada
pegawai
dinas
perhubu
ngan
bagian
penarik
retribusi
angkuta
n barang
3. Ada hubunga
n antara
kebiasaa
n
olahraga
dengan
pemerik
saan
kapasita
s vital
paru
-
7
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
pada
pegawai
dinas
perhubu
ngan
bagian
penarik
retribusi
angkuta
n barang
4. Ada hubunga
n antara
status
gizi
dengan
pemerik
saan
kapasita
s vital
paru
pada
pegawai
dinas
perhubu
ngan
bagian
penarik
retribusi
angkuta
n barang
5. Ada hubunga
n antara
riwayat
penyakit
paru
denganp
emerik
saan
-
8
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kapasit
as vital
paru
pada
pegawai
dinas
perhubu
ngan
bagian
penarik
retribusi
angkuta
n barang
6. Ada hubunga
n antara
pemakai
an alat
pelindu
ng diri
dengan
pemerik
saan
kapasita
s vital
paru
pada
pegawai
dinas
perhubu
ngan
bagian
penarik
retribusi
angkuta
n barang
7. Ada hubunga
n
-
9
Lanjutan (Tabel 1.1)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
antara
masa
kerja
dengan
pemerik
saan
kapasita
s vital
paru
pada
pegawai
dinas
perhubu
ngan
bagian
penarik
retribusi
angkuta
n barang
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu
sebagai berikut:
1. Penelitian mengenai hubungan masa kerja dan kesadaran
penggunaan alat
pelindung diri (masker) terhadap kapasitas vital paru operator
SPBU Jalan Sultan
Agung Semarang belum pernah dilakukan.
2. Pada penelitian Dianing Kharismawati variabel bebasnya usia,
kebiasaan merokok,
kebiasaan olahraga, status gizi, riwayat penyakit paru,
pemakaian APD
(pernapasan), masa kerja sedangkan pada penelitian ini variabel
bebasnya masa
kerja dan kesadaran penggunaan alat pelindung diri (masker).
-
10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan diwilayah kerja SPBU di
Jalan Sultan
Agung Semarang.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu meliputi proses penyusunan proposal yang
dilakukan
pada Bulan Maret sampai Juni 2014.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian pada kapasitas vital paru terutama pada
pengaruh masa
kerja operator SPBU di Jalan Sultan Agung Semarang.
-
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Manusia
Dalam bernapas setiap setiap sel dalam tubuh menerima
persediaan
oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidanya.
Oksigen yang
bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan. Pernafasan
merupakan
proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan
atau pernafasan
dalam dan yang terjadi di dalam paru merupakan pernafasan luar.
Udara di tarik ke
dalam paru pada waktu menarik napas dan di dorong ke luar
paru-paru pada waktu
mengeluarkan napas (Evelyn C. Pearce, 2006:211). Dibawah ini
merupakan gambar
sistem pernafasan pada manusia (2.1)
Gambar 2.1: Sistem Pernafasan pada manusia
Sumber: (Evelyn C. Pearce, 1992:219)
-
23
2.1.1 Rongga hidung
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur
kelembaban
udara, pengatur suhu, pelindung, penyaring udara, indera
penciuman dan resonator
suara. Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung. Rongga
hidung berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak dan
kelenjar keringat.Selaput
lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran
pernapasan.Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.Juga
terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan
udara yang masuk.
2.1.2 Faring
Faring merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai
persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid.Maka,
letaknya di belakang hidung, di belakang mulut dan di belakang
laring.
2.1.3 Laring
Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang
menyatukan
trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigesti umum.
Fungsi laring
adalah untuk pembentukkan suara, sebgai proteksi jalan napas
bawah dari benda
asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring
terdiri atas epiglottis,
glottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago
aritenoid dan pita suara.
2.1.4 Trakea
Trakea berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di
leher dan
sebagian di rongga dada.Dinding trakea tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang
-
24
rawan, dan bagian dalam rongga bersilia.Silia ini berfungsi
menyaring benda-benda
asing masuk ke saluran pernapasan.
2.1.5 Bronkus
Trake bercabang menjadi bronkus.Ada dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan
bronkus kiri.Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan
cenderung lebih vertikal
dibanding dengan bronkus kiri.Hal ini menyebabkan benda asing
lebih mudah masuk
ke dalam bronkus sebelah kanan daripada bronkus sebelah
kiri.
2.1.6 Paru
Patu-paru merupakan alat pernapasan utama.Paru-paru mengisi
rongga
dada.Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan
oleh jantung beserta
pembuluh darah besar.Paru-paru berbentuk kerucut dengan puncak
di atas dan
muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar
leher. Paru-paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga, permukaan dalam
yang memuat
tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang
dan sisi depan
yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
2.2 Fisiologi Saluran Pernapasan
Fungsi pernapasan adalah sebagai tempat pertukaran gas oksigen
dan
karbondioksida.Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan
oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi (Evelyn C.
Pearce, 2002:219).Pertukaran gas di dalam tubuh dibedakan
menjadi dua, yaitu
pernapasan eksternal dan pernapasan internal.
-
25
2.2.1 Pernafasan Eksternal
Pernafasan eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah
dan atmosfer
(Darmanto Djojodibroto, 2009:5). Pada pernafasan eksternal
oksigen diambil melalui
hidung dan mulut, pada waktu bernafas udara untuk melalui trakea
dan pipa
bronchial ke alveoli dan erat hubungannya dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris
(Evelyn C. Pearce, 2002:219).
2.2.2 Pernafasan Internal
Pernafasan internal adalah pernafasan selular yang berlangsung
di seluruh
sistem tubuh (Darmanto Djojodibroto, 2009:5). Pada pernafasan
internal atau
pernafasan jaringan, darah yang jenuh hemoglobin dengan oksigen
mengalir ke
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan
oksigen ke dalam
jaringan, mengambil karbondioksida untuk di bawa ke paru dan di
paru di lanjutkan
dengan pernafasan eksternal (Evelyn C. Pearce, 2002:219).
2.3 Mekanisme Pernafasan
Fungsi paru adalah tempat untuk pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.Pernafasan terdiri dari dua bagian, yaitu
inspirasi dan
ekspirasi.Pernafasan inspirasi terjadi bila muskulus diafragma
telah mendapat
rangsangan dari nervus venikulus lalu mengerut datar sehingga
teknan udara
berkurang lalu udara dari luar masuk ke paru. Pernafasan
ekspirasi terjadi saat otot
diafragma akan menjadi cekung, muskulus intercostalis miring
kembali dan dengan
demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara dalam
paru akan di dorong
kembali ke luar (Syaifuddin, 2006:198).
-
26
2.4 Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
2.4.1 Usia
Usia merupakan variabel yang erat hubungannya dengan kapasitas
vital paru.
Semakin, bertambahnya usia terutama disertai dengan kondisi
lingkungan yang
buruk serta kemungkinan terkena suatu penyakit maka kemungkinan
terjadinya
penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi lebih besar.
Seiring bertambahnya usia,
kapasitas vital paru juga akan menurun. Kapasitas vital paru
orang berusia 30 tahun
ke atas rata-rata 3.000 ml-3.500 ml dan pada orang berusia 50
tahun kapasitas vital
paru kurang dari 3.000 ml (Guyton, 1994:627-646).
2.4.2 Jenis Kelamin
Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada
wanita kira-
kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria, dan lebih
besar lagi pada atletis
dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil
dan astenis.
Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas vital paru
pria lebih besar
yaitu 4,8 liter dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 liter.
2.4.3 Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran
pernafasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat
penurunan
kapasitas vital paru. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun
adalah 28,7untuk
non perokok dan 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk
perokok aktif.
-
27
Pengaruh asap rokok dapat lebih besar daripada pengaruh debu
hanya sekitar
sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003).
2.4.4 Kebiasaan olahraga
Kesegaran jasmani berkenaan dengan kondisi fisik seseorang
dalam
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dalam waktu yang
relative lama tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan
tenaga untuk
melakukan aktivitas lainnya.
Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang
melakukan
olahraga.Olahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui
paru-paru sehingga
menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan
volume yang
lebih besar atau maksimum.Kapasitas pada soerang atlet lebih
besar daripada orang
yang tidak pernah berolahraga. Kebiasaan olah raga akan
meningkatkan kapasitas
vital paru 30-40 persen (Guyton, 1997:605).
2.4.5 Status gizi
Gizi kerja merupakan nutrsi yang diperlukan oleh para pekerja
untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan.Segala sesuatu
aspek dari ilmu
gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan untuk kesehatan dan
daya kerja tenaga
kerja yang setinggi-tingginya.Kesehatan dan daya kerja sangat
erat hubungnnya
dengan tingkat gizi seseorang (Sumamur P.K., 1996:197).
2.4.6 Riwayat penyakit paru
Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru
seseorang.Kekuatan otot-otot pernafasan dapat berkurang akibat
sakit (Ganong,
-
28
2002:37).Riwayat penyekit merupakan faktor yang dianggap juga
sebagai pencetus
turunnya kapasitas vital paru karena penyakit yang diderita
seseorang akan
mempengaruhi kondisi kesehatannya. Seseorang yang mengidap
penyakit paru
cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus
akan terlalu sedikit
mengalami pertukaran udara dan memperberat kerja paru sehingga
menurunkan
kapasitas vital paru.
2.4.7 Pemakaian alat pelindung diri
Harry dalam Amin (1985) menyatakan pemakaian APD sangat
penting
sebagai garis pertahanan untkuk melindungi pemakai sebagai
akibat dari
kelalaian atau kondisi yang tidak diperkirakan. Alat pelindung
diri adalah
seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi
sebagian atau
seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan.
Alat ini digunakan
seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk
melindungi
dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari
pekerjaan maupun
dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara
sempurna dapat
melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat
keparahan yang
mungkin terjadi (Budiono, 2003). Perlindungan tenaga kerja
melalui usaha-usaha
teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah
sangat perlu
diutamakan. Namun, kadang-kadang keadaan bahaya masih belum
dapat
dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung
diri. Alat
pelindung diri haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan
memberikan
perlindungan yang efektif ). Pilihan peralatan di bidang ini
amat luas, mulai dari
-
29
masker debu sekali pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi
sendiri dan banyak
kebingungan kapan alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika
pilihan keliru, dapat
membahayakan pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan
pemakian
juga diperlukan, tak tergantung pada alat apa yang dipakai,
demikian juga harus
tersedia fasilitas pemeliharaan dan pembersihan (Gill,
2005).
2.4.8 Masa kerja
Menurut Mila (2006), masa kerja adalah lamanya seorang tenaga
kerja
bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan, dihitung
mulai saat
bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam peneiltian Setiyani
(2005), dalam
lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat mempengaruhi
dan
menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan. Menurut Fahmi
(1990) yang
dikutip oleh Solech (2001), menyebutkan bahwa masa kerja dapat
dikategorikan
menjadi dua yaitu:
1. Masa kerja baru (< 5 tahun )
2. Masa kerja lama ( 5 tahun )
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia
telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut
(Sumamur,
1996).
2.5 Gangguan Fungsi Paru
Gangguan fungsi paru adalah gangguan atau penyakit yang dialami
oleh
paru-paru yang disebabkan oleh berbagai sebab, misalkan virus,
bakterti, debu
maupun partikel lainnya.Penyakit-penyakit pernafasan yang
diklasifikasikan karena
-
30
uji spirometri ada 2 macam, yaitu penyakit-penyakit yang
menyebabkan gangguan-
gangguan ventilasi obstruksi dan penyakit-penyakit yang
menyababkan respirasi
restriktif (Guyton, 1995:379).
2.5.1 Pneumonitis Alergi Ekstriksik
Pneumonitis alergi ekstriksik adalah gangguan yang disebabkan
oleh suatu
reaksi hipersensitivitas terhadap debu yang terintalasi.
2.5.2 Pneumokoniosis
Pneumokoniosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan
oleh
penimbunan debu-debu dalam paru-paru.
2.6 Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara terbesar yang dapat
dikeluarkan dari
paru setelah inspirasi maksimal (William F. Ganong, 2002:625).
Kapasitas paru
dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Kapasitas inspirasi
Kapasitas inspirasi sama dengan kapasitas tidal volume ditambah
dengan
volume cadangan inspirasi yaitu jumlah udara yang dapat dihirup
oleh seseorang
dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru
sampai jumlah
maksimal.
2. Kapasitas Residu Fungsionalis
Kapasitas Residu Fungsionalis yaitu jumlah udara yang tersisa
dalam
paru pada akhir ekspirasi normal, dimana ekspirasi normal itu
dinyatakan kurang
lebih 2300 mL.
-
31
3. Kapasitas Vital
Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi dan
volume
cadangan ekspirasi, yaitu jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dari
seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan
kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kurang lebih 4600
mililiter).
4. Kapasitas Paru Total
Kapasitas paru total merupakan volume maksimum pengembangan
paru-paru
dengan usaha inspirasi yang sebesar mungkin dengan inspirasi
paksa kurang lebih
5800 mililiter (Syaifudin, 2006:199).
2.6.1 Alat pemeriksaan paru
Alat yang digunakan dalam pengukuran kapasitas vital paru
adalah
spirometer. Alat ini mudah digunakan, dapat diandalakan dan
relatif murah. Alat ini
dapat digunakan untuk melakukan berbagai uji, tetapi yang paling
bermanfaat dan
dapat di ulang adalah FEV (Forced Expiratory Volume / Volume
Ekspirasi
Paksa dalam Satu Detik) dan FCV (Forced Vital Capacity / Volume
udara yang dapat
dihembuskan secara kuat dari paru setelah pernafasan maksimal ,
dimana
tergantung pada karakteristik umur, jenis kelamin, dan tinggi
badan). Pengukuran
fungsi respirasi yang penting adalah jumlah ekspirasi kuat dalam
satu detik, yang
disebut sebagai forced expiratory volume (Roger Watson,
1997:309).
2.7 Kerangka Teori
Berdasarkan uraian dalam tinjauan pusataka, maka disusun
kerangka teori
mengenai hubungan masa kerja dan kesadaran penggunaan alat
pelindung diri
-
32
(masker) terhadap kapasitas vital paru operator SPBU Jalan
Sultan Agung Semarang
(Gambar 2.2).
Gambar 2.2: Kerangka Teori
Keterangan :
: Menyebabkan
Sumber: (Guyton, 1994 dan Tambayong, 2001(1)
; Depkes RI, 2003(2); Sumamur
P.K, 1996(3)
; Ganong, 2002(4)
; Budiono, 2003 dan Gill, 2005(5)
).
Variabel Bebas
Faktor Internal
1. Usia(1)
2. Jenis kelamin(1)
3. Status gizi(3)
4. Riwayat(4)
penyakit paru
Faktor Eksternal
1. Kebiasaan
merokok(2)
2. Kebiasaan
olahraga(1)
3. Pemakaian alat
pelindung diri(5)
4. Masa kerja(3)
Kapasitas Vital Paru
-
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu
terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti, atau
dapat diartikan
sebagai suatu hubungan atau kaitan antara konsep atau variabel
yang akan diamati
melalui penelitian yang dimaksudkan (Soekidjo Notoatmodjo,
2002:33).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah (Gambar 3.1).
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan
penelitian, yang harus diuji kesahihannya secara empiris
(Sugigdo Sastroasmoro,
1995: 15). Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan antara pengaruh masa kerja terhadap
kapasitas vital paru
(KVP) pada operator SPBU Jalan Sultan Agung Semarang.
Masa Kerja
Penggunaan APD
(Masker)
Kapasitas Vital Paru
(KVP)
Emisi Kendaraan
Bermotor
-
34
2. Terdapat hubungan antara kesadaran penggunaan alat pelindung
diri (masker)
terhadap kapasitas vital paru (KVP) pada operator SPBU Jalan
Sultan Agung
Semarang.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian
tertentu. Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas, antara lain : masa kerja dan pemakaian alat
pelindung diri
(masker).
2. Variabel terikat, antara lain : kapasitas vital paru.
3.4 Definisi Operasional
Penjelasan definisi operasional merupakan matrik yang memuat
tentang
variabel penelitian, alat ukur, kategori, dan skala
pengukuran.Adapun definisi
operasional penelitian (Tabel 3.1).
Tabel 3.1: Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara
ukur
Alat ukur Kategori Skala
1) Kapasitas Vital Paru
Jumlah udara
maksimum
yang dapat
dikeluarkan
oleh
responden
setelah
terlebih
dahulu
mengisi paru
Mengukur
langsung
kapasitas
vital paru
responden
Spirometer 1. Berat 50%
2. Sedang 51-59%
3. Normal >80%
Ordinal
-
35
dengan udara
secara
maksimum
2) Masa Kerja Kurun waktu atau lamanya
responden
bekerja
sebagai
operator
SPBU di Jalan
Sultan Agung
Semarang
Pengisian
kuesioner
Kuesioner 1. Masa kerja
lama >10
tahun
2. Masa kerja
sedang 6-
10 tahun
3. Masa kerja baru
-
36
3.6.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Soekidjo
Notoatmodjo, 2010: 115). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini
menggunakan total sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan
dengan cara
menetapkan seluruh anggota sampel (Notoatmodjo, 2002).
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data
(Soekidjo Notoatmojo, 2002: 48). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini
meliputi :
3.7.1 Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal
yang ia ketahui (Soekidjo Notoadmojo, 2005: 116). Pertanyaan
dalam kuesioner
yang digunakan pada penelitian ini bersifat tertutup dengan
jawaban yang sudah
disediakan.Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapat data mengenai
masa kerja dan kebiasaan penggunaan alat pelindung diri.
3.7.2 Pengukuran
1. Pengukuran kapasitas vital paru responden yang akan diteliti
dengan
menggunakan spirometer Hutchinson.
2. Pengukuran berat badan responden yang akan diteliti dengan
menggunakan
timbangan injak.
-
37
3. Pengukuran tinggi badan responden yang akan diteliti dengan
menggunakan
mikrotoise.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
3.8.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung pada saat
penelitian dan
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, pengukuran kapasitas
vital
paru.Kuesioner pada penelitian ini diberikan langsung pada
sampel (operator SPBU
di Jalan Sultan Agung Semarang).Kuesioner tersebut juga telah
ditentukan skor
nilainya pada setiap pertanyaannya. Kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner
tertutup untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban,
karena
responden tinggal memilih jawaban dari alternatif-alternatif
jawaban yang telah
ditetapkan, dan juga juga menghemat waktu. Pengukuran kapasitas
vital paru pada
responden dilakukan secara langsung menggunakan alat
spirometer.
3.8.2 Data Sekunder
Data-data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada pada
lokasi
penelitian.Data yang diperoleh adalah data tentang jumlah
operator SPBU di Jalan
Sultan Agung Semarang.
3.9 Analisis Data
Data mentah yang telah dikumpulkan peneliti kemudian dianalisis
dalam
rangka memberikan arti yang berguna untuk pemecahan masalah pada
penelitian ini.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis penelitian adalah
:
1. Editing : untuk meneliti kembali kuesioner yang telah
diisi.
-
38
2. Coding : langkah untuk memberikan kode jawaban responden.
3. Entry :memasukkan data yang diperoleh dengan menggunakan
komputer.
4. Tabulating : proses pengelompokkan jawaban yang serupa dalam
suatu tabel dan
menjumlahkannya.
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mengadeskripskan variable independent
dan
mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari
masing-masing variable
independent tersebut.Variable independentdari penelitian ini
adalah masa kerja dan
pemakaian alat pelindung diri (masker).
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variable
dependent (kapasitas vital paru) dengan variable independent
(masa kerja dan
pemakaian alat pelindung diri masker).Adapun dalam analisis ini
digunakan tabulasi
silang dari masing-masing data menggunakan uji chi
square.Tabulasi silang dari
kapasitas vital paru terhadap masa kerja menggunakantabel 3x3,
sedangkan untuk
kapasitas vital paru terhadap pemakaian alat pelindung diri
maskermenggunakan
tabel 3x2. Apabila tidak dijumpai expected count kurang dari 5
atau dijumpai
expected count kurang dari 5 tetapi tidak lebih dari 20% jumlah
sel maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji chi square dengan membaca
bagian pearson chi
square, namun apabila ada persyaratan yang tidak memenuhi maka
digunakan uji
alternatifnya yaitu penggabungan sel (Widya, dkk, 2013:
139).
-
39
DAFTAR PUSTAKA
_______, 2005, Toksikologi Lingkungan, Airlangga University
Press, Surabaya.
Bisma Murti, 1997,Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi,
Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Darmanto Djojodibroto, 2007, Respirologi, Jakarta: EGC.
Eko Budiarto, 2001,Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarat,
Jakarta: EGC.
Evelyn C. Pearce, 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis,
Jakarta:
Gramedia.
Ganong, 2002, Fisiologi Kedokteran ((Review of Medical
Physiology), Terjemahan
dr M Djauhari Widjajakusuma, Edsi 17, Jakarta: EGC.
Gill Harrington, 2005, Buku Saku Kesehatan Kerja, Jakarta:
EGC.
Guyton C. Arthur, 1994, Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=17¬ab=12
J. Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya:
Universitas
Airlangga Press.
Juli Soemirat, 2000, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta: Gajah
Mada University
Press.
Riyadina, 1997, Pengaruh Pencemaran Pb (Plumbum) Terhadap
Kesehatan,
Media Litbangkes Vol. VII, Hal.29-32.
Soekidjo Notoatmodjo, 2010,Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudigdo Sastroasmoro, 1995,Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, Jakarta:
Binarupa Aksara.
Sugeng, A. M, Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja, Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.
Sumamur P.K., 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta: PT Gunung Agung.
-
40
Syaifudin, 2006, Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat,
Jakarta: PT
Gunung Agung.
Tambayong, 2001, Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan, Jakarta:
Rineka Cipta.
Widya Hary Cahyati, dkk., 2013,Buku Ajar Biostatistika
Inferensia, Semarang:
UPT Unnes Press.
Wisnu Arya W., 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta:
Andi
Yogyakarta.