Top Banner
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA MEKARSARI KECAMATAN PANCATENGAH KABUPATEN TASIKMALAYA 2010 Oleh : ANI FITRIANI NPM : 0200080087 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)
54

61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Jul 25, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA MEKARSARI KECAMATAN PANCATENGAH

KABUPATEN TASIKMALAYA 2010

Oleh :

ANI FITRIANINPM : 0200080087

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelarAhli Madya Kebidanan (AM.Keb)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA

2010

Page 2: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kurang gizi bukanlah hal yang baru namun masalah ini tetap

aktual terutama di negara-negara berkembang terutama pada anak balita.

Masalah gizi di Indonesia lebih banyak terjadi pada anak di bawah lima tahun,

meskipun selama 10 tahun terakhir terdapat kemajuan dalam penanggulangan

masalah gizi di Indonesia. Status gizi masyarakat dapat dinilai dari keadaan

gizi balita. Masalah gangguan gizi di Indonesia adalah 4 dari 10 anak balita

mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan tingkat kecerdasan disebabkan

karena penyakit kekuarangan gizi berupa Kurang Energi Protein (KEP).1 Anak

yang mengalami gangguan gizi berpengaruh pada tumbuh kembang anak di

masa mendatang. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat pada rentang waktu ini sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi

dalam jumlah yang cukup dan memadai. 2

Kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan tumbuh

kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap

dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik,

kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih

penting lagi keterlambatan perkembangan otak, dan dapat pula terjadinya

penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi .3

1

1

Page 3: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh berbagai hal, baik

faktor penyebab langsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab langsung

yaitu pola makan yang tidak memenuhi syarat, mengakibatkan rendahnya

masukan energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak

memenuhi angka kecukupan gizi dan adanya penyakit infeksi yang dapat

menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan sehingga mengakibatkan

terjadi kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam

tubuhnya, bahkan penyakit infeksi tersebut merupakan penyebab kematian

balita di Indonesia diantaranya pneumonia 23,6%, diare 16,6%, infeksi berat

15,1%, guzu buruk + BGM 3,6% 4.

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuknya

mikroorganisme ke dalam tubuh yang menimbulkan reaksi tidak normal

terhadap tubuh. Penyakit infeksi tersebut dapat menyebabkan merosotnya

nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan,

sehingga menurunnya konsumsi makanan ke dalam tubuh, hal ini dapat

mengakibatkan gizi kurang.5

Berdasarkan data statistik Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI, dari 241.973.879

penduduk Indonesia sebanyak 18,4% orang menderita gizi kurang, jumlah

anak di bawah usia lima tahun atau balita yang menderita gizi buruk secara

nasional tercatat 76.178 orang. Sumber dari WHO (2006) menyebutkan

kelaparan dan kurang gizi menyebabkan angka kematian tertinggi di seluruh

dunia. Sedikitnya 17.289 nyawa anak-anak melayang setiap hari karena sebab

kelaparan dan kurang gizi. Jumlah balita Kurang Energi Protein (KEP) di

2

Page 4: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Indonesia, menurut laporan UNICEF 2006 menjadi 2,3 juta jiwa, atau

meningkat dari 1,8 juta pada tahun 2005 4.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2009

bahwa jumlah penderita gizi kurang sudah mencapai 416.000 orang. Dari

jumlah balita kurang gizi di Jawa Barat tersebut terdapat 119.285 terkena

infeksi saluran pernafasan (pneumonia). Hal ini disebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola makan

yang tidak memadai, infeksi lain serta pola asuh yang tidak memadai 6.

Data pada tahun 2009 menunjukkan jumlah balita di Kabupaten

Tasikmalaya sebanyak 16.386 balita yang tersebar di 39 kecamatan telah

dinyatakan mengalami kekurangan gizi. Jumlah balita penderita gizi buruk,

tercatat sebanyak 566 balita. Dari jumlah sebanyak itu, di antaranya 408 balita

gizi buruk dari keluarga miskin, dan sebanyak 158 dari keluarga nongakin.7

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Pancatengah

bahwa pada tahun 2009 terjadi kasus gizi kurang yaitu sebanyak 136 orang

(2.1%) dari 6458 balita. Data tersebut ditunjang oleh kasus gizi kurang di desa

tawang sebanyak 7 orang, desa pangliaran sebanyak 15 orang, buniasih

sebanyak 15 orang, sedangkan yang paling tinggi terdapat di desa mekarsari.

dari jumlah balita yang ada di desa mekarsari sebanyak 530 orang yang

mengalami gizi kurang sebanyak 37 orang (6,98%). Disisi lain terdapat

adanya kasus angka kesakitan diare yaitu mencapai 189 kasus, pneumonia 17

kasus dan dan 12 TBC 24 kasus8

Disamping itu, hasil studi pendahuluan terhadap 5 orang ibu balita

menggunakan recall 24 jam tentang pola makan yang terdiri dari jenis

3

Page 5: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

makanan pokok yang di konsumsi sebanyak 3 orang responden mengkonsumsi

singkong yang di campur dengan nasi dengan frekwensi 2 kali sehari dan

porsinya ½ piring kemudian jenis lauk pauk yang di konsumsi kerupuk

dicampur kecap kadang-kadang tahu, dan sisanya memberikan pola makan

sesuai dengan kebutuhan bayi. Ke lima responden mengkonsumsi sayur-

sayuran seperti bayam, adapun mengenai buah-buahan sebanyak 2 responden

mengaku biasa memberikan pisang dan pepaya tetapi tidak rutin, sebanyak 1

responden mengaku jarang sekali memberikan buah-buahan, dan 2 orang

responden biasa memberikan buah-buahan sesuai kebutuhan balita. Dari hasil

wawancara tersebut diperoleh keterangan bahwa pemberian pola makan yang

tidak teratur, tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang baik untuk balita,

ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai dan jarang melakukan

pemeriksaan tumbuhkembang ke Posyandu sebagai deteksi status gizi pada

balita. Sehingga dari perilaku tersebut memberikan dampak yang buruk

terhadap status gizi balita.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada

balita di Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya

tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

”Faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi pada balita di Desa

Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010?”

4

Page 6: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terdiri dari :

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada

balita di Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten

Tasikmalaya tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui gambaran pola makan pada balita di Desa Mekarsari

Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010.

2. Mengetahui gambaran penyakit infeksi pada balita di Desa

Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya tahun

2010.

3. Mengetahui gambaran status gizi pada balita di Desa Mekarsari

Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010.

4. Mengetahui hubungan faktor penyakit infeksi dengan status gizi

balita di Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten

Tasikmalaya tahun 2010.

5. Mengetahui hubungan faktor pola makan dengan status gizi balita

di Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten

Tasikmalaya tahun 2010.

5

Page 7: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan Ilmu

Kebidanan, Ilmu Gizi dan Ilmu Perilaku.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik

dalam penanganan masalah status gizi pada balita.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

bahan masukan bagi Puskesmas dalam meningkatkan dan

memperbaiki pelaksanaan upaya penanggulangan masalah gizi

pada balita.

3. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pengembangan pendidikan dan penelitian pada

disiplin ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang gizi yang

berhubungan dengan status gizi pada balita.

4. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan wawasan ilmu

pengetahuan mengenai status gizi pada balita sehingga dapat

menerapkan dan mengimplementasikan dilapangan.

6

Page 8: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Status Gizi Balita

1. Pengertian

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi

buruk, kurang, baik dan lebih. Untuk mencapai status gizi yang baik

diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi dan aman

dikonsumsi. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Bila

terjadi gangguan kesehatan, pemanfaatan zat gizi pun akan terganggu.

Faktor lain yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi adalah keadaan

zat gizi dalam pangan. Pangan disini adalah istilah umum untuk semua

bahan yang dapat dijadikan sebagai makanan. Makanan adalah bahan

selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur ikatan

kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna

bila dimasukkan ke dalam tubuh. 9

7

7

Page 9: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

2. Penyebab Gizi Kurang dan Lebih pada Balita

Status gizi kurang pada balita terjadi bila tubuh mengalami

kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih

terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,

sehingga menimbulkan efek toksik dan membahayakan. Baik pada

status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi.

Gangguan gizi disebabkan oleh factor primer atau sekunder. Faktor

primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas

dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan,

kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan dan

kebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi semua faktor

yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah

makanan dikonsumsi. Faktor-faktor yang menggangu absorbs zat-zat

gizi adalah adanya parasit, infeksi, penggunaan obat cuci perut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme zat-zat gizi adalah

penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, dan minuman beralkohol.9.

3. Akibat Gizi Kurang pada Balita

Akibat kurang gizi pada balita terhadap proses tumbuh

bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi pada

balita secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)

menyebabkan gangguan pada proses-proses8:

8

Page 10: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

1) Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan

sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan

rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat social

ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih tinggi dari pada yang

berasal dari keadaan social ekonomi rendah.

2) Produksi Tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang

kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan

aktivitas. Orang menjadi malas, merassa lemah dan produktivitas

menurun.

3) Pertahanan Tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas

atau antibody berkurang, sehingga balita mudah terserang penyakit

infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Pada balita hal ini dapat

membawa kematian.

4) Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap

perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir otak

mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi

dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

9

Page 11: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

5) Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi

menunjukan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung,

cengeng dan apatis.

Makanan bergizi adalah makanan yang susunannya

seimbang, yang terdiri dari tiga golongan yakni bahan makanan

sumber pembangun, bahan makanan sumber protein (pengatur

tubuh) dan bahan makanan sumber tenaga. Unsur-unsur zat gizi

terdiri dari golongan bahan makanan sumber pembangun (daging,

susu, telur dan ikan), golongan bahan makanan sumber zat

pengatur (sayuran hijau), dan golongan makanan sumber tenaga

(beras, kentang, singkong)10.

4. Pengukuran Status Gizi pada Balita

Pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara,

diantarnya yaitu pengukuran biokimia, biofisika, klinis, dan

pengukuran antropometrik. Pengukuran yang paling sering digunakan

adalah pengukuran antropometrik karena lebih mudah, sederhana, dan

biayanya relatif lebih murah.

Beberapa jenis ukuran antropometrik yang biasa digunakan

yaitu: tinggi badan (TB), berat badan (BB), Lingkar kepala (LIKA),

Lingkar Dada (LIDA), serta Lingkar Lengan Atas (LILA). Ukuran

yang paling banyak digunakan adalah Tinggi badan serta Berat badan.

Berat badan menggambarkan kondisi gizi dan kesehatan saat ini, dan

10

Page 12: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

biasanya dapat naik turun dengan cepat sesuai dengan kondisi gizi dan

kesehatan. Sedangkan tinggi badan dianggap dapat menggambarkan

status gizi dan kesehatan jangka panjang (kondisi yang telah lalu) dan

pada umumnya tinggi badan tidak dapat menyusut.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kurang gizi pada anak

balita umumnya digunakan adalah sebagai berikut :

1) Berat badan menurut umur

Pengukuran ini merupakan cara standar digunakan untuk

pertumbuhan. Penggunaan berat menurut usia yang teratur dan

sering sebagai indikator kurang pangan menunjukkan kurang

pangan yang akut/ suatu masalah yang berkaitan dengan perubahan

pertumbuhan (pengukuran status gizi terlampir).

2) Tinggi Badan menurut umur

Tinggi badan menurut usia yang rendah biasanya menunjukkan

kurang pangan tapi bukan berarti konsumsi pangan pada waktu itu

tidak cukup.

3) Lingkar lengan kiri atas (LILA)

Kekurangan pangan pada balita bisa ditunjukkan oleh mengecil

ukuran lingkar lengan atas. Cara ini lebih efektif dalam

pengamatan berkala dari anak kurang berat badan dan lebih mudah

digunakan daripada pengukuran tinggi dan berat badan. Lingkar

lengan anak yang atas adalah 16 cm, anak usia 1-5 tahun yaitu

antara 12,5 cm dan 13,5 cm 11.

11

Page 13: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berpengaruh

secara langsung dan tidak langsung. Akar pernmasalahan dari semua

masalah gizi adalah kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu yang

dapat menyebabkan kemiskinan, kurang pendidikan dan kurang

keterampilan sehingga berpengaruh terhadap status gizi.

1. Faktor langsung

Faktor langsung yang berpengaruh terhadap status gizi yaitu konsumsi

makanan dan penyakit infeksi.

1) Pola makan Balita

Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara

atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.

Sedangkan yang dimaksud pola makan sehat balita adalah suatu

cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan pada

balitta dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,

status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.

Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang

berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya 12.

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang

dimakan tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk

suatu kelompok masyarakat tertentu2.

12

Page 14: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang

dalam memilih dan mengkonsumsi makanan akibat dari pengaruh

psikologi, fisiologi, sosial dan budaya. Pola makan yang baik dapat

mempengaruhi stamina dan kesehatan tubuh seseorang13.

Pengertian pola makan seperti dijelaskan di atas pada

dasarnya mendekati definisi / pengertian diet dalam ilmu

gizi/nutrisi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis

makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk

mencapai tujuan diet / pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari

masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat

yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan

energi.

Konsumsi makanan adalah jenis dan banyaknya makanan

yang dimakan yang dapat diukur dengan jumlah bahan makanan

dan nilai gizi. Makanan berperan penting terhadap pertumbuhan

balita. Khususnya sebagai materi yang mengandung zat-zat khusus

yang menangkal berbagai jenis penyakit. Pada umumnya, anak

yang tidak memperolah makanan bergizi dalam jumlah yang

memadai sangat rentan terhadap penyakit dan kekurangan gizi 12.

13

Page 15: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Keadaan kesehatan gizi balita tergantung dari tingkat

konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta

kuantitas makanan. Kualitas menunjukan adanya semua zat gizi

yang diperlukan tubuh didalam susunan makanan dan

perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas

menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap keadaan

tubuh. Kalau susunan makanan memenuhi kebutuhan tubuh, baik

dari sudut kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan

mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Kalau

konsumsi baik kalitas maupun kuantitasnya dalam jumlah melebihi

kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih maka akan terjadi

suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik

kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi

kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi 14.

Pola makan untuk anak balita berbeda dengan anak usia

sekolah, remaja dan orang dewasa, terutama pada jumlah porsi dan

frekuensi pemberian makan. Pemberian makan pada anak balita

dengan porsi kecil tapi sering tetap memegang peran.

Pembagian makan pada balita dapat berupa :

1) Sumber Zat Tenaga :

3 - 4 Piring ( 1 gelas nasi / penggantinya seperti : mie, bihun,

dll )

2) Sumber Zat Pembangun :

4 - 5 Porsi lauk @ 50gr , seperti : telur, daging, ikan, tahu,

tempe.

14

Page 16: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

3) Sumber Zat Pengatur

2 - 3 Porsi sayuran dan buah–buahan yang berwarna : 1 Porsi

sayuran = 1 mangkuk sayuran, terdiri dari berbagai sayuran

berwarna ; 1 porsi buah + 100gr

2) Penyakit infeksi Balita

Penyakit infeksi adalah penyakit yang diakibatkan oleh

masuknya dan berkembangnya mikroorganisme pathogen ke dalam

tubuh yang mengakibatkan radang. Infeksi pada balita dapat

menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan

kesulitan menelan dan mencerna makanan. Penyakit infeksi

meningkatkan keperluan akan zat gizi. Pada keadaan ini, untuk

beberapa hari konsumsi makanan biasanya berkurang. Dengan

demikian, tubuh lebih kehilangan zat gizi yang diperlukan. Anak-

anak yang sehat dan jarang sakit biasanya akan memiliki tubuh

lebih berat dan lebih tinggi (status gizi yang baik) daripada anak

yang sakit. Tingkat keadaan gizi yang baik akan memberikan

resistensi yang tinggi dari tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi

misalnya ISPA dan Diare. Sebaliknya penyakit infeksi akan

memperpendek tingkat keadaan gizi karena zat gizi yang didapat

dari makanan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh 15.

Beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kurang gizi

seperti diare, TB paru, ISPA/pneumonia. Diare merupakan

penyakit yang berhubungan dengan pencernaan. Diare adalah

“Keadaan frekuensi buang air lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih

15

Page 17: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer dapat berwarna hijau

atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja”.

Gejalanya adalah mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada,

kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau

lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan

karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya

timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari

laktosa yang tidak diabsorsi oleh usus selama diare.

Selain itu penyakit infeksi lainnya adalah penyakit tuberkulosis

merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (microbacterium tuberculosis), sebagian besar kuman

Tb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh

lainnya. Setelah infeksi primer kuman yang masih dan besarnya

respon daya tahan tubuh (imunitas seluler), ada beberapa kuman

akan menetap sebagia kuman persisten atau dormant (tidur)

kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang

bersangkutan menjai penderita tuberkulosis.

Kemudian penyakit ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia ini

umumnya terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi

16

Page 18: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

kurang ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat,

seperti terdpat asap rokok dalam rumah atau terhadap polusi.

2. Faktor tidak langsung

Faktor tidak langsung yaitu kurangnya ketersediaan pangan

rumah tangga, perawatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan dan

lingkungan.

1) Tidak cukup Persediaan Pangan

Ketahanan pangan di keluarga adalah kemampuan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya

dalam jumlah yang cukup baik kuantitasnya dan kualitasnya

termasuk kecukupan gizi dan keamanannya. Ketahanan pangan

keluarga terkait dengan ketersediaan pangan baik dari hasil

produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain, harga pangan

dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan. Jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan

tersedia tampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan.

Kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan factor

penting dari masalah kurang gizi.4

2) Pola asuh tidak memadai

Pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan

waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh

kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial.

17

Page 19: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu dan

pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan

makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan

sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam

hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum.

pengetahuan, dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang

baik, peran dalam keluarga dan masyarakat, sifat pekerjaan sehari-

hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat dan sebagainya dan

si ibu atau pengasuh anak.

Tidak selalu balita gizi kurang disebabkan kurangnya

masukan makanan, adanya penyakit tertentu atau kemiskinan, tapi

juga bisa karena pola asuh balita yang salah, terutama dalam pola

pemberian makan pada balita. Pola asuh  berupa sikap dan perilaku

ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak,

memberikan makan, merawat kebersihan, memberi kasih sayang

dan sebagainya

Penelitian Siregar (1999) menyebutkan, apabila ibu

bekerja/ berdagang, makanan anak dipercayakan kepada orang

yang berada di rumah, dan makanan yang diberikan kepada balita

adalah makanan yang juga dikonsumsi untuk anggota keluarga

yang lain. Pemberian makanan seperti ini terkadang dapat

menyebabkan ketergantungan, balita hanya mau diberi makanan

oleh orang yang biasa memberinya makan sehingga balita tidak

18

Page 20: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

mau diberi makan oleh orang lain, meskipun misalnya yang biasa

memberinya makan sedang bepergian. Hal tersebut menyebabkan

makanan yang dikonsumsi oleh balita tidak sesuai dengan makanan

yang seharusnya dibutuhkan oleh mereka untuk pertumbuhan dan

perkembangannya, kondisi ini dikhawatirkan akan menjurus pada

Kurang Energi Protein (KEP).8

3) Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan (PHBS)

Pelayanan kesehatan dan kebersihan lingkungan adalah

tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang

terjangkau oleh setiap keluarga. Pelayanan kesehatan adalah akses

atau keterjangkauan anak dan anggota keluarga lainnya terhadap

upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan,

imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana

kesehatan yang baik. Tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan

karena tidak mampu membayar, kurang pendidikan dan

pengetahuan merupakan kendala keluarga memanfaatkan secara

baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini akan berdampak

pada status gizi masyarakat.13

19

Page 21: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

2.2 Kerangka Teori

UNICEF (1988) mengemukakan bahwa masalah Kurang Energi

Protein (KEP) dapat disebabkan oleh penyebab langsung yaitu pola makanan

yang tidak memenuhi syarat dan penyakit dapat secara langsung

menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan

asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat

cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita

gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan,

maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang

penyakit.

Penyebab tidak langsung menyebabkan gizi kurang yaitu ketersediaan

pangan keluarga yang kurang memadai. Disamping itu juga, pola pengasuhan

anak kurang memadai. Perilaku yang tidak mendukung ke arah hidup bersih

dan sehat serta pelayanan kesehatan kurang memadai. Ketiga faktor tersebut

berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan ibu balita. Makin tinggi

tingkat pendidikan, pengetahuan ibu balita, makin baik tingkat ketahanan

pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak

keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Pokok masalah yang terjadi di masyarakat yaitu kurangnya

pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat

yang berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Dan

yang menjadi akar masalah yaitu kurangnya pendapatan keluarga, sosial, dan

20

Page 22: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

budaya, serta kepadatan penduduk. Keadaan tersebut teleh memicu

munculnya kasus kurang energi protein (KEP).

Sumber 21

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Pemikiran

Status gizi pada balita di pengaruhi oleh berbagai penyebab langsung

dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung terjadinya Kurang gizi pada

balita adalah adanya penyakit infeksi yang dapat menyebabkan balita tidak

mempunyai nafsu makan sehingga terjadi kekurangan jumlah makanan dan

minuman yang masuk ke dalam tubuhnya. Selain hal tersebut di atas,

21

Kurang Energi Protein

Pola MakanTidak Memenuhi Syarat

Penyakit Infeksi

Tidak Cukup Persediaan

Pangan

Pola Asuh Anak Tidak Memadai

Kurang Pendidikan, dan Pengetahuan

Kurang Pemberdayaan Keluarga dan Kurang Pemanfaatan Sumberdaya Masyarakat

Pengangguran, Inflasi, Kurang Pangan dan Kemiskinan

Sosial, Budaya, Pendapatan dan Kepadatan Penduduk

Dampak

Penyebablangsung

Penyebab Tidak langsung

Pokok Masalahdi Masyarakat

Akar Masalah(Nasional)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)/ Pelayanan

Kesehatan Dasar Tidak memadai

Page 23: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

timbulnya kasus gizi pada balita dihubungkan dengan persediaan pangan yang

lemah sehingga daya beli keluarga rendah, pola asuh anak tidak memadai

sehingga anak kurang diperhatikan dalam mengkonsumsi makanan, tidak

adanya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehinga menimbulkan

berbagai penyakit serta kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar.

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Keterangan : : Variabel Diteliti : Variabel tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

22

Penyebab Langsung

- Penyakit Infeksi- Pola makan

Penyebab Tidak Langsung

- Ketersediaan Pangan- Pola asuh - PHBS/ pelayanan Kesehatan

Status Gizi balita

Page 24: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

2.4 Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara faktor penyakit infeksi dengan status gizi balita

di Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya tahun

2010.

2. Terdapat hubungan antara faktor pola makan dengan status gizi balita di

Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya tahun

2010.

23

Page 25: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai

balita di Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya

tahun 2010 periode Januari sampai April yang berjumlah 426 orang. Jumlah

sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah Populasi

d = tingkat kepercayaan 0,1

(Notoatmodjo, 2005)

N= 80.98 dibulat menjadi 81 orang

24

24

Page 26: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Ibu balita yang mempunyai KMS

2. Kondisi ibu dan balita dalam keadaan sehat

3. Bersedia menjadi responden

4. Mampu menulis dan membaca

5. Berada di tempat pada saat penelitian berlangsung

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk kuantitatif dan menggunakan metode

analitik, sedangkan desain penelitian cross sectional.

3.2.2 Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : penyakit infeksi, pola makan.

2. Variabel Terikat : Status gizi pada balita

25

Page 27: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

3.2.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Kategori Skala

Penyakit

Infeksi

Suatu kondisi dimana

bayi sebelumnya atau

pada saat dilakukan

penelitian menderita

penyakit infeksi

seperti diare, ISPA,

dan pneumonia dan

lain-lain

Kuesioner - Ya (jika

menderita

penyakit infeksi

- Tidak (tidak

menderita

penyakit infeksi)

Ordinal

Pola makan Perilaku ibu dalam

memenuhi asupan

nutrisi pada balita

setiap harinya dengan

memilih jenis dan

variasi makanan

sesuai dengan

kebutuhan

pemenuhan gizi

seimbang untuk

balita yaitu zat tenga,

zat pembangun dan

zat pengatur

Kuesioner - sesuai (jika

sesuai dengan

kebutuhan

pemenuhan gizi

seimbang untuk

balita yaitu zat

tenga, zat

pembangun dan

zat pengatur

- Tidak sesuai

(jika tidak sesuai

dengan

kebutuhan zat

tenga, zat

pembangun dan

zat pengatur

Ordinal

Status Gizi

balita

Keadaan sebagai

asuan nutrisi yang

Pengukura

n

- Baik : (jika berat

badan bayi

Ordinal

26

Page 28: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

dikonsumsi oleh

balita

antopometr

i

sesuai dengan

kategori status

gizi baik

menurut WHO)

- Kurang (jika

berat badan bayi

sesuai dengan

kategori status

kurang menurut

WHO)

- Buruk (jika

berat badan bayi

sesuai dengan

kategori status

buruk menurut

WHO)

3.2.4 Cara kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Cara kerja

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu penulis melakukan

identifikasi masalah yang akan dijadikan sebagai sumber awal.

Kemudian peneliti mencari data-data ke Puskesmas Pancatengah

dengan membawa surat ijin dari STIKes Respati. Setelah itu

peneliti menemukan adanya data-data yang cukup untuk dijadikan

masalah penelitian yakni adanya kasus gizi kurang, buruk dan

kasus bawah garis merah. Kemudian penelilti melakukan cross

check dengan ibu yang mempunyai balita tentang penyebab adanya

27

Page 29: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

kasus tersebut. Sejalan dengan itu peneliti mengajukan proposal

dan konsultasi kepada pembimbing. Setelah itu, dilanjutkan dengan

mengidentifikasi ibu balita yang akan dijadikan sebagai sampel

penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung pada

responden menggunakan kuesioner untuk mengetahui variabel

bebas dan variabel terikat, kuesioner tersebut dibuat oleh peneliti

sendiri yang berjumlah 15 pertanyaan yang terdiri dari :

1) Sebanyak 2 pertanyaan untuk mengungkap penyakit infeksi

Pemberian nilai untuk penyakit infeksi yaitu nilai 1 untuk Ya

dan nilai 0 untuk tidak

2) Sebanyak 6 pertanyaan untuk mengungkap pola makan.

Pemberian nilai untuk pola makan yaitu setiap pertanyaan

mempunyai nilai 1, dan nilai 0 jika salah satu jenis makanan

tidak diisi.

3) Sedangkan status gizi diukur dengan menggunakan timbangan

berat badan melalui indeks berat badan/umur dan dibandingkan

dengan standar WHO.

Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

28

Page 30: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

1) Editing Data, yaitu pemeriksaan kuesioner, apakah masih ada

yang kurang lengkap atau ada jawaban yang kurang konsisten

2) Coding Data, yaitu mengubah jawaban yang berbentuk huruf ke

dalam bentuk angka sehingga memudahkan mengentri data

3) Tabulating Data, yaitu memasukan data ke dalam bentuk tabel

agar dapat dengan mudah dijumlahkan, disusun dan ditata untuk

disajikan serta dianalisis.

4) Entry Data, yaitu memasukan data ke dalam komputer

3.2.5 Rancangan Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian20. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan variabel

bebas dan status gizi pada balita dengan menggunakan table distribusi

frekuensi dan persentase (%).

F : Frekuensi

n : distribusi responden berdasarkan kategori

N : Jumlah sampel

b. Analisis Bivariat

Analisi bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi20. Sesuai dengan tujuan penelitian maka

analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis antara variabel bebas

29

Page 31: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

dan variabel terikat dalam bentuk tabulasi silang dan uji statistik

menggunakan uji Chi Square.

Rumus :20

Keterangan :

X2 = Chi kuadrat

OP = Distribusi jawaban

E = frekuensi yang diharapkan

EP = Distribusi frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi chi-quadrat/chi-

square (χ²) dengan derajat kebebasan tertentu. Apabila χ² lebih besar

dari χ² tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

hubungan, namun sebaliknya apabila χ² lebih kecil dari χ² tabel, maka

Ho diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan.

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah

Kabupaten Tasikmalaya yang dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni

tahun 2010.

3.3 Implikasi /Aspek Etik Penelitian

30

Page 32: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

Penelitian ini tidak etik karena dilakukan pada manusia, tapi

penelitian ini hanya meneliti kemampuan kognitif dan sikap responden

yang terlebih dahulu memohon persetujuan dari responden. Didalam

melaksanakan penelitian ini ada beberapa etika yang dilaksanakan untuk

mendukung kelancaran penelitian :

3.3.1 Sukarela ( Voluntary)

Partisipasi responden sebagai subyek di dalam penelitian ini

harus secara sukarela atau tidak terdapat unsur paksaan, tekanan secara

langsung maupun tidak langsung atau paksaan secara halus atau

adanya unsur ingin menyenangkan dan sejenisnya.

3.3.2 lnformed Consent

Membuat surat persetujuan dengan responden untuk kesukarelaan

mereka menjadi subyek penelitian ini, setelah responden mendapatkan

penjelasan tentang maksud, cara pelaksanaan dan efek dari penelitian itu

dan izin tertulis.

3.3.3 Anonimitas dan kerahasiaan

Penelitian ini tidak akan membuka identitas subyek penelitian

baik individu maupun kelompok demi kepentingan privasi atau

kerahasiaan, nama baik dan aspek hukum serta psikologis, secara

langsung maupun tidak langsung atau efeknya dikemudian hari.

31

Page 33: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Aritonang 2005. Pemantauan Pertumbuhan Balita (Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi dan Kesehatan). Yogyakarta: Kanisius, Dari : http://www.harian-batampos.com diakses tahun 2010

2. Santoso, Jihad. 2005. Skripsi : ” Karateristik Keluarga Dengan Balita KEP Di Dusun Kersan, Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY.

3. Soesilawati, 2007 Gizi Rawan, Posyandu pun Hilang. Dari : http://pribadi.or.id/diary/2005/03/31/kejang-demam/ diakses tahun 2010

4. Depkes RI. 2007. Indonesia Masuk Prioritas Penanggulangan Kelaparan Dan

Gizi Buruk Pada Anak-Anak. Dari : http://www.kpai.go.id/ diakses tahun 2010

5. Ariati, 2008.Pada Bayi dan Anak-anak Diare dan Kekurangan Gizi Berkait. http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/3/12/kel2.html

6. Profil Kesehatan Puskesmas Pancatengah, 2009 http://webcache.com, 2010.

7. Dinas Kesehatan Tasikmalaya http://library.usu.ac.id.

8. Zulkifli, 2010. Ratusan Balita Derita Gizi Buruk. http://www.infoanda.com/2010 diakses 16 April 2010

9. Almatsier, S. 2002. Prinsip dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

10. Widjaja D.B. 2002. Zat-zat gizi penting. Dari : http://www.tempo.co.id/ diakses tahun 2010

11. Setiawan, 2007, Pengenalan gizi dan gangguan gizi . http://www.siaksoft.net12. Krisnatuti,2005. Menu Sehat Untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Dan Balita

Puspa Swara. Jakarta

13. Anonymous, 2006. Pola Makan http://www.gizi.net/cgi-bin/ diakses tahun 2007

14. Sediaoetama, 2000. Ilmu Gizi, Jilid II, Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.

15. Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

32

Page 34: 61742346 Proposal Faktor Gizi Balita 3

16. Wikipedia, 2008, Definisi Pendidikan. http://www.wikipedia.com diakses 16 April 2010

17. Notoatmodjo, S2007. Promosi Kesehatan. Edisi Revisi, Rhineka Cipta

18. Hidayat, 2007. Metode penelitain Kebidanan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta

19. Supariasa,I Dewa Nyoman, dkk.2002.Penelitian Status Gizi.EGC:Jakarta

20. Notoatmodjo, 2005. Metodologi Kesehatan. Rhineka Cipta. Jakarta

21. Depkes RI, Program Perbaikan Gizi Makro. http://www.gizi.net/

22. Suhardjo, 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Bogor

23. Siregar, Upaya Mengatasi Masalah Kelaparan dan Kurang Gizi. Dari http://www.gizi.net/ diakses tanggal 29 Mei 2010.

24. Ngastiyah, 2004. Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

33