Top Banner
6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN DAN KEBERLANJUTAN SISTEM PRODUKSI PADI SAWAH Rasti Saraswati, Tini Prihatini, dan Ratih Dewi Hastuti Pengembangan pertanian padi sawah berwawasan lingkungan dengan pendekatan produksi dan peningkatan pendapatan petani, seyogianya dilakukan berdasarkan pada peningkatan efisiensi pemupukan, keberlanjutan produktivitas tanah dan sistem produksi pertanian. Cara budi daya padi sawah dengan menggunakan pupuk kimia yang berlebihan dan terus-menerus perlu ditinjau kembali, khususnya untuk mengatasi kehilangan N dan kejenuhan terhadap pupuk P, karena selain tidak efisien juga mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pemeliharaan kesehatan dan kesuburan tanaman dengan memperhatikan aspek kesuburan dan kesehatan tanahnya merupakan hal yang paling penting dalam sistem pertanian. Kaidah- kaidah hayati yang mendukung rantai daur ulang yang terjadi di alam antara organisme produsen, konsumen dan pengurai harus dijaga keberlangsungannya. Penyediaan unsur hara dan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang sinergis dengan kaidah hayati perlu digalakkan dan dilibatkan secara proporsional. Pemanfaatan pupuk dan pestisida hayati berdasarkan respons positif terhadap peningkatan efisiensi pemupukan dan produksi padi, dan penghematan biaya pupuk dan tenaga kerja dapat dipastikan meningkatkan pendapatan petani. Teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi pemupukan dan keberlanjutan sistem produksi pertanian adalah ”teknologi pupuk mikroba”. Suplai sebagian dari hara N, P, K yang dibutuhkan oleh tanaman padi dapat dilakukan oleh bakteri rizosfir, endofitik, pupuk hijau yang mempunyai kemampuan menambat N2 dari udara, mikroba pelarut P dapat membantu menambang P dalam tanah sehingga menjadi P-tersedia bagi tanaman, sehingga kebutuhan pupuk kimia dapat dihemat. Bahkan, belakangan dengan ditemukannya bakteri rizosfir yang mampu hidup dalam jaringan tanaman (endofitik), berfungsi memacu pertumbuhan dan melindungi tanaman inangnya merupakan hal yang lebih menjanjikan terhadap peningkatan efisiensi pemupukan. Pengembalian bahan organik melalui percepatan perombakan jerami dengan bioaktivator perombak bahan organik tidak kalah penting untuk dilakukan dalam upaya memperbaiki struktur tanah, menyediakan hara, menekan perkecambahan spora, menonaktifkan atau menghentikan pertumbuhan patogen. Lahan Sawah dan Teknologi Pengelolaannya 169
21

6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Jan 17, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 169

6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUKMENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN

DAN KEBERLANJUTAN SISTEM PRODUKSIPADI SAWAH

Rasti Saraswati, Tini Prihatini, dan Ratih Dewi Hastuti

Pengembangan pertanian padi sawah berwawasan lingkungan denganpendekatan produksi dan peningkatan pendapatan petani, seyogianya dilakukanberdasarkan pada peningkatan efisiensi pemupukan, keberlanjutan produktivitastanah dan sistem produksi pertanian.

Cara budi daya padi sawah dengan menggunakan pupuk kimia yangberlebihan dan terus-menerus perlu ditinjau kembali, khususnya untuk mengatasikehilangan N dan kejenuhan terhadap pupuk P, karena selain tidak efisien jugamengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pemeliharaan kesehatandan kesuburan tanaman dengan memperhatikan aspek kesuburan dan kesehatantanahnya merupakan hal yang paling penting dalam sistem pertanian. Kaidah-kaidah hayati yang mendukung rantai daur ulang yang terjadi di alam antaraorganisme produsen, konsumen dan pengurai harus dijaga keberlangsungannya.Penyediaan unsur hara dan pengendalian hama dan penyakit tanaman yangsinergis dengan kaidah hayati perlu digalakkan dan dilibatkan secara proporsional.Pemanfaatan pupuk dan pestisida hayati berdasarkan respons positif terhadappeningkatan efisiensi pemupukan dan produksi padi, dan penghematan biayapupuk dan tenaga kerja dapat dipastikan meningkatkan pendapatan petani.

Teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi pemupukan dankeberlanjutan sistem produksi pertanian adalah ”teknologi pupuk mikroba”. Suplaisebagian dari hara N, P, K yang dibutuhkan oleh tanaman padi dapat dilakukanoleh bakteri rizosfir, endofitik, pupuk hijau yang mempunyai kemampuanmenambat N2 dari udara, mikroba pelarut P dapat membantu menambang Pdalam tanah sehingga menjadi P-tersedia bagi tanaman, sehingga kebutuhanpupuk kimia dapat dihemat. Bahkan, belakangan dengan ditemukannya bakteririzosfir yang mampu hidup dalam jaringan tanaman (endofitik), berfungsi memacupertumbuhan dan melindungi tanaman inangnya merupakan hal yang lebihmenjanjikan terhadap peningkatan efisiensi pemupukan.

Pengembalian bahan organik melalui percepatan perombakan jeramidengan bioaktivator perombak bahan organik tidak kalah penting untuk dilakukandalam upaya memperbaiki struktur tanah, menyediakan hara, menekanperkecambahan spora, menonaktifkan atau menghentikan pertumbuhan patogen.

Lahan Sawah dan Teknologi Pengelolaannya 169

Page 2: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.170

Pemanfaatan mikroba antagonis dalam mengendalikan hama dan penyakit dapatmeningkatan kesehatan tanah.

Pengelolaan sistem produksi padi sawah secara intensif dan berkelanjutandapat dilakukan secara terpadu melalui (1) aplikasi pupuk mikroba yang berperandalam meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, K; (2) aplikasi bioaktivatorperombak bahan organik yang berperan dalam mempercepat perombakan danpengembalian sisa organik untuk meningkatkan kesuburan tanah; dan (3)pengendalian hama dan penyakit secara hayati dan terpadu.

KONTRIBUSI MIKROBA DALAM MENINGKATKANKESUBURAN TANAH SAWAH

Peran dan fungsi mikroba tanah sangat menentukan berhasilnyakeberlanjutan sistem produksi pertanian. Mikroba tanah bertanggungjawab padaberbagai transformasi hara dalam tanah yang berhubungan dengan kesuburandan kesehatan tanah (Kennedy and Papendick, 1995). Mikroba penyubur tanahhidup berasosiasi dengan akar tanaman, meningkatkan ketersediaan hara,memacu pertumbuhan dan melindungi tanaman melawan patogen melaluisenyawa fitohormon, antimikroba, toksin dan enzim yang dihasilkannya.

Pada tanah sawah, genangan air merupakan habitat yang cocok bagikomunitas perairan, termasuk dan eukaryotik, gulma air, mikroflora heterotrofikdan fauna, meskipun interaksi antar anggota komunitas perairan sawah masihsangat sedikit diketahui. Genangan air pada tanah sawah sangat berpengaruhterhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akardan rizosfir merupakan tempat berakitivitas mikroba. Aktivitas mikroba dalamtanah sawah dapat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi biokimia tanahseperti pelarutan (solubilisasi), pengikatan (fiksasi), mineralisasi, imobilisasi,oksidasi dan reduksi, sehingga belakangan ini banyak mikroba yangdimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah, seperti untuk penggemburan danpencampuran tanah, serta perombakan bahan organik bagi perbaikan kesuburantanah.

Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan mikroba, yaitu(1) menyediakan sumber hara bagi tanaman; (2) melindungi akar dari gangguanhama dan penyakit; (3) menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurnamemperpanjang usia akar; (4) memacu mitosis jaringan meristem pada titiktumbuh pucuk, kuncup bunga, dan stolon; (5) sebagai penawar racun beberapalogam berat; (6) sebagai metabolit pengatur tumbuh; dan (7) sebagai bioaktivatorperombak bahan organik, sehingga mikroba disebut sebagai bioregulator(pengatur biologis) tanah.

Page 3: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 171

Mikroba yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah biasadikenal sebagai pupuk mikroba (microbial fertilizer). Prinsip aplikasi pupuk mikrobapada tanah dan tanaman ialah memperbanyak populasi mikroba terpilih sehinggamampu bersaing dengan mikroba pribumi (indigenous). Invasi dan kolonisasi awaldari pupuk mikroba yang di introduksi dalam jumlah banyak dan bermutu unggulakan memenangkan kompetisi dengan mikroba pribumi, sehingga mempunyaikesempatan untuk membantu penyediaan hara dan pertumbuhan tanaman.

Pemanfaatan pupuk mikroba dalam membantu pertumbuhan danperlindungan tanaman dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Peranlangsung dilakukan dengan menambat N2 dan memacu pertumbuhan tanamandengan menghasilkan fitohormon (asam indol asetat, sitokinin, giberelin), danmelarutkan P yang terikat menjadi tersedia melalui asam-asam organik dan enzimyang dihasilkannya. Sedangkan peran tidak langsung dilakukan denganmenghasilkan senyawa antimikroba yang mampu menekan pertumbuhan mikrobapatogen. Aplikasi pupuk mikroba pada rizosfir dan tanaman merupakan sesuatuhal yang kompleks, sehingga dalam pemanfaatannya perlu metode aplikasi yangefisien dan pupuk mikroba yang bermutu.

PEMANFAATAN PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSIPEMUPUKAN NITROGEN

Beragam jenis bakteri bertanggungjawab pada penambatan N secarahayati, mulai dari Sianobakter (ganggang hijau biru) dan bakteri fotosintetik padaair tergenang dan permukaan tanah sampai pada bakteri heterotrofik dalam tanahdan zona akar (Kyuma, 2004). Berbagai jenis bakteri penambat N2 yang hidup-bebas (non-simbiotik) di tanah sawah tercantum dalam Tabel 1.

Bakteri penambat N2 di tanah sawah

Bakteri penambat N2 yang bersifat aerob dan anaerob fakultatif, heterotrofdan fototrof pada tanah sawah turut berkontribusi terhadap ketersediaan N bagitanaman. Bakteri heterotrof dominan pada zona perakaran. Bakteri penambat N2

di daerah perakaran dan bagian dalam jaringan tanaman padi, yaituPseudomonas spp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum danHerbaspirillum telah terbukti mampu meningkatkan secara nyata penambatan N2

(James and Olivares, 1997).

Ditinjau dari aspek ekologi, bakteri penambat N2 yang mengkolonisasitanaman gramineae (rumput-rumputan) dapat dikelompokkan menjadi tigagolongan yaitu: (a) bakteri rizosfer penambat N2 (diazotrof) (heterotrofik danfototrofik); (b) bakteri diazotrof endofitik fakultatif; dan (c) bakteri diazotrofendofitik obligat.

Page 4: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.172

Tabel 1. Berbagai jenis bakteri penambat N2 yang hidup-bebas (non-simbiosis)pada tanah sawah (Kyuma, 2004)

Bacteria1. Photosynthetic bacteria

Rhodospirillaceae Rhodospirillum, Rhodopseudomonas,Rhodomicrobium

Chromatiaceae Chromatium, Ectothiorhodospira, TriospirillumChlorobiaceae Chlorobium, Chloropseudomonas

2. Gram-negative aerobic bacteriaAzotobacteriaceae Azotobacter, Azotomonas, Beijerinckia, DerxiaPseudomonadeceae Pseudomonas (P. azotogensis)

3.Gram-negative facultative anaerobic bacteriaEnterobacteriaceae Klebsiella (K. pneumoniae), Enterobacter

(E. cloecae),Escherichia (E. intermedia), Flavobacterium sp.

4. Gram-negative anaerobic bacteria Desulfovibrio (D. vulgaris, D.desulfuricans)5. Methane forming bacteria

Methanobacteriaceae Methanobacterium, Methanobacillus6. Spore-forming bacteria

Bacillaceae Bacillus (B. polymycxa, B. macerans, B.circulans),Clostridium (C. pasteurianum, C. butyricum),Desulfotomaculum sp.

7. Bacteria analogous to ActinomycetesMycobacteriaceae Mycobacterium (M. flavum)

Ganggang hijau biru1. Heterocyst-forming blue-green algae

Nostocaceae Anabaena, Anabaenopsis, Aphnizomenon,Aulosira, Chlorogloepsis, Cylindrospermum,Nostoc

Stigonemataceae Hapalosiphon, Mustigocladus, StigonemaScytonemataceae Microchaete, Scytonema, TolypotrixRivulariaceae Calothrix

2. Non-heterocyst-forming blue-green algaeChloococcaceae Anacystis, Aphanothece, Gloecapsa,

Gloeothece,Microcystis

Eentophysalidaceae ChlorogloeaOscillatoriaceae Lyngbya, Oscillatoria, Phormidium,

TrichodesmiumScytonemataceAe Plectonema

Bakteri rizosfir diazotrof heterotrofik. Bakteri penambat N2 pada rizosfertanaman gramineae, seperti Azotobacter paspali dan Beijerinckia spp. termasuksalah satu dari kelompok bakteri aerobik yang mengkolonisasi permukaan akar(Baldani et al., 1997). Azotobacter merupakan bakteri penambat N2 yang mampumenghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin, dan asam indol

Page 5: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 173

asetat, sehingga pemanfaatannya dapat memacu pertumbuhan akar (Alexander,1977). Populasi Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan dan jenistanaman.

Bakteri rizosfir diazotrof fototrofik. Kelompok prokaryotik fotosintetikterbesar dan menyebar secara luas yaitu Sianobakter (Albrecht, 1998).Kemampuannya menambat N2 mempunyai implikasi untuk mempertahankankesuburan ekosistem pada kondisi alami lahan pertanian. Sianobakter dan bakterifotosintetik hidup dominan pada air mengalir di permukaan tanah. Sianobakteryang membentuk spora dapat bertahan hidup lama pada keadaan keringsehingga populasi pada akhir musim kering menjadi melimpah. PertumbuhanSianobakter dalam tanah meningkatkan pembentukan agregat sehinggamempengaruhi laju infiltrasi, aerasi dan suhu tanah. Belum ada informasimengenai eksudat N yang dihasilkan oleh Sianobakter.

Kehadiran Sianobakter sangat tergantung pada pH dan ketersediaan Ptanah. suhu perairan yang optimum bagi pertumbuhan Sianobakter yaitu sekitar30o-35oC. Pada musim hujan, kurangnya sinar dan air hujan akan membatasipertumbuhan Sianobakter. Sianobakter mengasimilasi P lebih banyak daripadayang diperlukan untuk hidupnya, dan menyimpannya dalam bentuk polyphosphatyang akan digunakan pada waktu kondisi kekurangan P (Roger and Kulasooriya,1980). Fotosintesis dapat meningkatkan pH air sawah maka selama masapertumbuhan, kebanyakan dari N yang dilepas akan dimobilisasi kembali atauakan hilang melalui penguapan dalam bentuk NH3, sehingga N yang berasal dariSianobakter akan menjadi bentuk tersedia bagi tanaman melalui prosesmineralisasi setelah ganggang mati. Besarnya sumbangan Sianobakter terhadapkebutuhan N tanaman ditentukan oleh besarnya biomassa, masa antara duamusim tanam, laju penambatan N2, dan besarnya N tanah yang tersedia bagitanaman. Potensi N yang disumbangkan oleh bakteri penambat nitrogen yanghidup-bebas tidak terlalu tinggi, karena N yang berhasil ditambat berada di luarjaringan tanaman, sehingga sebagian hilang sebelum diserap oleh tanaman(Ladha et al. 1997).

Bakteri diazotrof endofitik fakultatif. Pada umumnya bakteri diazotrofendofitik tidak menyebabkan penyakit, berproliferasi di dalam jaringan, tetapi tidakmembentuk endosimbion di dalam sel tanaman yang hidup. Bakteri diazotrofendofitik biasanya hidup di dalam ruang interseluler atau pembuluh xilem akar,batang, daun, dan permukaan biji (James et al., 2000). Potensi N yangdisumbangkan oleh bakteri diazotrof endofitik lebih besar dari diazotrof non-endofitik, karena N yang berhasil ditambat tidak ada yang hilang. Kolonisasibakteri diazotrof endofitik dalam jaringan tanaman dapat mengeksploitasi substratkarbon yang disuplai oleh tanaman tanpa berkompetisi dengan mikroba lain.Bakteri ini seringkali berlokasi dalam akar di bawah tanah atau berada padajaringan yang kompak, seperti buku batang dan pembuluh xilem, sehingga bakteri

Page 6: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.174

ini mampu tumbuh pada lingkungan dengan tekanan O2 yang rendah yang sangatpenting bagi aktivitas enzim nitrogenase (James dan Olivers, 1997). Beberapabakteri diazotrof endofitik selain mampu menambat N2 juga mampumensekresikan asam indol-3-asetat (Ladha et al., 1997).

Bakteri diazotrof endofitik fakultatif yang merupakan simbion padatanaman Azolla yaitu Anabaena azollae. Bakteri ini tidak pernah dijumpai hidupbebas, tetapi selalu dijumpai sebagai endofit yang terdapat di dalam rongga ataucelah daun Azolla. Penambatan nitrogen terjadi pada sel heterocysts Azolla, yaitusel yang berasal dari sel vegetatif yang berubah bentuk menjadi sel yangberdinding tebal, yang tersebar secara teratur di sepanjang filamen.

Dalam pertumbuhannya, Azolla mutlak membutuhkan hara P, karenaproses penambatan N2 dari udara banyak memerlukan tenaga dalam bentuk ATP.Selain hara P, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan Azolla adalah pH,kelembapan udara, salinitas, cahaya matahari dan temperatur. Kemasaman tanahdi sekitar netral adalah sangat baik untuk pertumbuhannya. Kelembapan relatifyang optimum adalah antara 85-90%. Untuk pertumbuhan yang baik kandungangaram dalam air tidak melebihi 0,1% (Anonymous,1978). Pengaruh suhuterhadap petumbuhan Azolla berbeda-beda untuk tiap jenisnya. Dari penelitian diIRRI terbukti bahwa suhu di atas 22oC menyebabkan perubahan warna sertaukuran daun tetapi tidak terhadap berat serta kandungan N tanaman. Bila suhudiatas 31oC, selain mempengaruhi warna juga mempengaruhi pertumbuhannya.Cahaya matahari yang baik untuk pertumbuhannya adalah sekitar 20.000–50.000lux. Azolla yang tumbuh di bawah naungan, menunjukkan pertumbuhan yangsegar dan daun berwarna hijau. Peningkatan takaran pupuk P dan intensitascahaya sampai 33.83 klux meningkatkan bobot kering tanaman dan aktivitaspenambatan N2.

Bakteri diazotrof endofitik obligat. Bakteri diazotrof endofitik obligathanya mengkolonisasi bagian dalam akar dan bagian luar (aerial part) tanaman,dan hanya dapat diisolasi dari tanaman inang. Bakteri yang tergolong kelompokini ialah Herbaspirillum seropedicae, Acetobacter diazotrophicus, Azoarcus sp,,Burkholderia sp. (Baldani et al., 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwaHerbaspirillum yang diinokulasikan pada benih padi dalam larutan Hoagland yangmengandung 15N-label dapat meningkatkan 40% total nitrogen tanaman. InfeksiHerbaspirillum spp. pada biji tanaman padi terjadi melalui akar dan stomatakemudian ditranslokasikan melalui xilem ke seluruh bagian tanaman.

Proses biokimia penambatan N2 secara skema tertera pada Gambar 1.

Page 7: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 175

Gambar 1. Skema siklus penambatan N2 (Nakamura, 1970; Eady & Postgate,1974)

Enzim nitrogenase yang terdiri dari protein Fe dan MoFe mengubah N2

menjadi NH4+, selanjutnya diabsorbsi menjadi senyawa organik di dalam akar,

dan NO3- yang lebih mobil pada xilem dan diakumulasi di vakuola akar, tajuk dan

organ penyimpanan untuk menjaga keseimbangan kation-anion osmoregulasi.Penambatan N2 oleh mikroba dapat terhambat bila pemberian N mineral berlebih.Menurut Matsuguchi et al. (1977) pemberian 37,5 kg ha-1 NH4-N pada tanahsawah di Thailand, dapat menurunkan aktivitas reduksi asetilen mikrobafotosintetik (Gambar 2). Hambatan terhadap penambatan N2 lebih disebabkan

Gambar 2. Pengaruh aplikasi pupuk N terhadap aktivitas reduksi asetilen padatanah sawah di Thailand (0-2 cm) lapisan bajak). (Matsuguchi etal.,1977).

Page 8: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.176

oleh NH4+ daripada NO3

- atau NO2- bagi Azotobacter dan Sianobakter, karena

NH4+ menghambat sintesis nitrogenase (Yoshida, 1973). Pemupukan N secara

disebar seperti yang dilakukan petani umumnya, tidak hanya menekanpenambatan N2, tetapi juga menyebabkan hilangnya N melalui volatilisasi. Pupukmikroba endofitik merupakan cara yang dapat dipertimbangkan.

Pengaruh penambatan N secara hayati terhadappeningkatan ketersediaan N tanah

Pertanian padi sawah sangat tergantung pada ketersediaan N dalamtanah. Sepanjang periode pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur N, namunyang paling banyak diperlukan antara awal sampai pertengahan pembentukananakan (midtillering) dan tahap awal pembentukan malai. Suplai nitrogen selamaproses pemasakan diperlukan untuk menunda gugurnya daun, memeliharafotosintesis selama pengisian biji dan meningkatkan kadar protein dalam biji(Dobermann and Fairhurst, 2000).

Kebutuhan N padi sawah dapat dipenuhi dari N yang berasal dari tanah,pupuk, dan air irigasi. Dari pupuk urea yang diberikan pada padi sawah beririgasiternyata hanya 29-45% yang ditemukan kembali di dalam tanaman, dan lebih dari50-70% pupuk N yang diberikan hilang karena pencucian dan aliran permukaan,denitrifikasi dan volatilisasi amonia yang berpotensi memproduksi gas NO2, danfiksasi oleh mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Stoltzfus etal. 1997). Hal ini menunjukkan rendahnya efisiensi penggunaan pupuk N.

Salah satu pendekatan untuk mengatasi kehilangan N sebagaipenghematan dalam pemakaian pupuk anorganik, yakni meningkatkan efisiensipenggunaan N tersedia dalam tanah melalui penambatan N2, baik secaralangsung atau interaksi dengan bakteri penambat N2 (Reddy et al. 1997).Pemanfaatan bakteri penambat N2, baik yang diaplikasikan melalui tanah maupundisemprotkan pada tanaman mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N.

Dalam upaya mencapai tujuan akhir strategi jangka panjang, penggunaanbakteri penambat N2 berpotensi meningkatkan produksi dan pendapatan usahatanipadi. Penambatan N pada lahan sawah seperti dipublikasikan sebelum tahun 1980,rata-rata 27 kg ha-1. Menurut Quispel (1974), jumlah total N yang ditambat padalahan sawah sedunia dapat mencapai 4 juta t tahun-1, yang mana 30 kg N ha-1

adalah hasil penambatan N2 yang kurang lebih setara dengan 11% dari pupuk Nyang diaplikasikan setiap tahunnya pada semua jenis tanaman di dunia pada saatitu Berdasarkan analisis N pada permukaan tanah, penambatan N2 dalam lahansawah mencapai 25-35 kg N ha-1 tahun-1 (Ono and Koga, 1984), sedangkanmenurut Ito (1977), berdasarkan studi keseimbangan N selama lebih dari 70 tahundiperolah rata-rata pengkayaan N pada permukaan tanah 38,5 kg N ha-1 tahun-1

pada plot tanpa pemupukan, dan 39,6 kg N ha-1 tahun-1 pada plot yang di kapur.

Page 9: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 177

Roger and Ladha (1992) mengemukakan bahwa kandungan N pada lahan sawahirigasi, 80-110 kg N ha-1 diperoleh dari penambatan N2, air irigasi dan presipitasi,sedangkan 10-20 kg N ha-1 tertinggal di akar pada biji dan jerami.

Pemanfaatan Sianobakter di lahan sawah memerlukan pertimbanganbeberapa aspek teknis agronomis yaitu (1) Sianobakter terdapat dimana-mana didalam tanah; (2) pertumbuhannya di dalam tanah sangat dibatasi oleh rendahnyapH dan kandungan P, adanya musuh alami/pemangsa dan penyebaran pupuk N;(3) strain non-indigenous yang diinokulasikan pada berbagai tanah jarang dapatberkembang dengan sendirinya; dan (4) strain indigenous sering lebih banyak daripada strain yang diintroduksikan. Kenyataan tersebut menyimpulkan lebih banyakperhatian terhadap praktek-praktek budi daya untuk memperbaiki faktor-faktoryang membatasi pertumbuhan dan penambatan N dengan penggunaan strain-strain yang telah beradaptasi dengan lingkungan. Upaya yang biasa dilakukanuntuk meningkatkan pertumbuhan Sianobakter yaitu pengapuran pada lahanmasam, pemberian pupuk P, pengendalian terhadap hewan pemangsa, danpemberian pupuk N secara pembenaman dalam (Roger and Watanabe, 1986).Adanya Sianobakter pada lahan sawah tidak berarti bahwa inokulasi tidakdiperlukan. Inokulasi dengan strain yang diinginkan akan lebih berguna, karenaadanya akumulasi P oleh propagul inokulum akan memberikan keuntungan awaldibandingkan propagul dari strain indigenous yang biasanya kahat P.

Keberhasilan pemanfaatan Sianobakter tergantung pada kemampuanstrain yang diintroduksi untuk bertahan hidup, dan berkembang biak pada tanahsecara cepat, sehingga sangat diperlukan strain yang cepat tumbuh sebagaibahan inokulum. Di India, Birma, Mesir, dan China, inokulum Sianobakterdiperbanyak dalam kolam terbuka dan dangkal dengan menginokulasikan biakanpemula (starter) yang merupakan strain majemuk berupa mikroplot berukuran 5 –15 cm yang mengandung 4 kg tanah-1 m2, 100 g superphosphate, dan insektisida.Bila diperlukan ditambah kapur untuk mencapai pH tanah 7,0 –7,5. Dalam 1 –3minggu, pertumbuhan Sianobakter akan menutupi permukaan kolam, laludibiarkan kering, dan kemudian serpihannya digunakan pada pertanaman padisawah dengan takaran 10 kg ha-1 (Venkataraman, 1979). Dalam kondisi yangmenguntungkan, Sianobakter dapat menambat N2 sekitar 20-40 kg N ha-1 musim-1

tanam (Roger and Watanabe, 1986). Berdasarkan data yang diperoleh darikeseimbangan N menunjukkan bahwa indigenus Sianobakter mengkontribusirata-rata 30 kg N ha-1 musim-1 tanam dan bila diinokulasi ke rizosfir akanmenghasilkan rata-rata 337 kg N ha-1 (Roger and Ladha, 1992).

Pemanfaatan tanaman penambat N2 sebagai pupuk hijau pada padi sawah

Salah satu pendekatan alternatif pemanfaatan bakteri diazotrof hidup-bebas adalah penggunaan pupuk hijau tanaman penambat N2, seperti Sesbaniarostrata, Aeschynomene, dan Azolla pinata sebagai penyumbang N yang tinggipada lahan sawah (Ladha and Reddy, 1995).

Page 10: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.178

Teknologi pengelolaan sawah dengan penanaman tanaman Sesbaniadilakukan untuk memperoleh sebagian N yang dibutuhkan melalui hubungansimbiotik dengan rhizobia. Tanaman ini beradaptasi baik pada lahan sawah,mampu tumbuh cepat dan tahan kondisi tergenang, serta mampu menambat N2

melalui bintil batang seperti halnya bintil akar (Saraswati et al., 1992; Matoh et al.,1992). S. Rostrata mampu menghasilkan biomassa kering 16.8 t ha-1 selama 13minggu dan mengandung 426 kg N ha-1; 75% N dan >60% P diakumulasi padadaun. Pemberian hijauan S. Rostrata setara 45 kg N ha-1 dengan kombinasipupuk N sebanyak 60 kg N ha-1 dapat meningkatkan hasil padi sebesar 24%(Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh pupuk N dan S. Rostrata pada padi sawah di Vertisol JawaTimur (Adiningsih dan Rochayati,1988)

Perlakuan pupuk NTakaran pupuk

HasilP2O5 K2O

kg ha-1 kg ha-1 t ha-1

6060 + SR 45

120LSD 0,05

454545

303030

3,74,64,10,6

Teknologi pengelolaan lahan sawah dengan Azolla terdiri atas tigatahapan yaitu, (1) mempertahankan tersedianya inokulum di antara dua waktutanam; (2) penanaman untuk memperoleh jumlah yang diperlukan di lapangan;dan (3) penggunaan secara agronomis sebagai pupuk hijau. Ketiga tahapan inidiawali dengan seleksi terhadap tersedianya plasma nutfah Azolla.

Ada tiga macam sistem bertanam Azolla:

1. Penanaman secara tunggal yang kemudian dibenamkan ke dalam tanahsebelum tanam. Variasi dari metode ini adalah menanam Azolla kemudianmembenamkannya dalam bentuk kering. Tetapi pada cara ini, prosesmineralisasi berjalan lambat dan input N hanya setengah dari Azolla segar.

2. Penanaman Azolla sebagai tanaman penutup tanah, dimana Azolla akanmembusuk secara alami.

3. Kombinasi antara monocropping dengan intercropping. Dengan sistem inimemungkinkan N dalam keadaan selalu tersedia bagi tanaman padi, tetapidiperlukan lebih banyak tenaga kerja.

Laju pembusukan Azolla dapat secara nyata mempengaruhi pertumbuhantanaman padi. Ketebalan dari hamparan Azolla harus dipertimbangkan karenaakan mempengaruhi suhu serta nilai C/N rasio. Waktu serta metode

Page 11: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 179

pembenaman ke dalam tanah juga mempengaruhi efektivitas Azolla sebagaipupuk hijau.

Pemeliharaan Azolla di antara musim tanam merupakan masalah

penting bagi petani, sehingga biasanya dibibitkan di rumah kaca, di kolam

atau di lapangan. Azolla segar yang dipelihara tergantung pada musim dan

sistem bertanam setempat. Masalah yang dihadapi untuk tetap memelihara

Azolla sebagai bibit dalam bentuk vegetatif dapat teratasi bila sejumlah spora

dapat dihasilkan. Perkecambahan spora bersifat lambat, dan ini akan

bertentangan dengan jadwal tanam. Pada umumnya untuk memelihara Azolla

agar tumbuh cepat diperlukan tambahan hara P yang diberikan secara split.

Pemeliharaan Azolla memerlukan pengelolaan yang terkoordinasi untuk

memperoleh inokulum di lahan sawah secara cepat. Kerapatan yang rendah

akan memberikan peluang untuk tumbuhnya tanaman pengganggu. Jumlah

inokulum yang diperlukan bervariasi dari 300- 500 kg dan 2- 5 t ha-1 berat

basah. Di China, perkecambahan dan pematangan spora memerlukan waktu

sedikitnya 1 bulan. Di Philippina, spora yang tertinggal di lapangan, perlu

waktu 40- 60 hari untuk bertunas ( Roger and Ladha, 1992). Di Vietnam,

petani menggunakan metode half saturation. Pertama kali Azolla ditanam

pada areal tertentu yang dibagi menjadi beberapa bagian. Bila satu bagian

telah tertutup rapat oleh pertumbuhan Azolla, setengah dari biomassanya

dipindahkan ke bagian yang baru. Proses tersebut dilakukan berulang-ulang

sampai semua permukaan lahan tertutup rapat oleh hamparan Azolla.

Alternatif cara lain yaitu dengan cara membenamkan sebagian dari Azolla

yang dipanen (Roger and Ladha, 1992). Azolla segar sebanyak 20 t ha-1 yang

dibenamkan dalam lahan sawah sebelum tanam padi berkhasiat sama dengan

pemberian 60 kg N dari Urea (Prihatini et al., 1980). Namun, mengingat untuk

menghasilkan Azolla 20 t ha-1 musim-1 tanam sangat memberatkan petani,

karena keterbatasan luasan lahan dan waktu yang dimiliki, maka Azolla

ditanam secara bersamaan dengan tanaman padi. Azolla segar yang

dihasilkan dengan cara ini dapat mencapai 1,25 t ha-1 dengan hasil padi

mendekati pemupukan N sebanyak 150 kg urea ha-1. Azolla dapat

mensubstitusi sebagian besar kebutuhan N tanaman, meningkatkan KTK

serta kandungan bahan organik tanah (Tabel 3).

Page 12: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.180

Tabel 3. Pengaruh Azolla sp. terhadap hasil padi sawah, KTK, dan kandungan C-organik pada Inceptisol Jawa Barat (Prihatini dan Komariah, 1988)

Perlakuan Hasil padiKTK

Me tanahC-organik

t ha-1 100 g-1 %

N-urea (150 kg ha-1)A. microphylla.

A. pinnataA. microphylla + A. pinnata

4,33

3,833

13,327,324,422,5

2,85,65,75,5

Pemanfaatan Azolla sangat memerlukan pertimbangan tersedianya pupukP, tenaga kerja dan pemberantasan hama penyakit. Lahan sawah yang berada didaerah dimana Azolla mudah ditanam dan terdapat deposit fosfat adalah kondusifuntuk pemanfaatan Azolla. Perhitungan secara ekonomis perlu dipertimbangkanterhadap keuntungan jangka panjang dari penggunaan Azolla sebagai pupukorganik, seiring dengan meningkatnya kandungan bahan organik dan kesuburantanah yang kemudian dibandingkan dengan harga pupuk N komersial. MenurutLadha et al. (1997) petani enggan menggunakan pupuk hijau karena secaraekonomi tidak lebih menguntungkan dibandingkan denggan penggunaan pupuk Nkomersial.

Peneliti-peneliti di Philippina, Thailand dan China telah mendapatkan jenis-jenis hibrida baru dan telah memahami mekanisme untuk menginduksipembentukan spora. Inovasi baru diperlukan untuk mencari varietas-varietas baruyang bersifat toleran terhadap kondisi tercekam baik tanaman Azolla sebagaitanaman inang juga Anabaena azollae sebagai simbion (Roger and Ladha, 1992).

PEMANFAATAN PUPUK MIKROBA PEMACU TUMBUH UNTUKMENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

Pertumbuhan tanaman merupakan proses yang dinamis dan kompleksdikendalikan oleh suatu substansi pemacu tumbuh tanaman (fitohormon) yangditranslokasikan dalam jaringan tanaman mempengaruhi pertumbuhan,diferensiasi jaringan dan organ (Wareing and Phillips, 1978). Salah satukeuntungan pemanfaatan bakteri rizosfir dan endofitik penambat N2 yaitudihasilkannya substansi zat pemacu tumbuh (Alexander, 1977). Acetobacterdiazotrophicus dan Herbaspirillum seropedicae mampu memproduksi asam indol-3-asetat (AIA) yang berperan memacu pemanjangan sel, pembelahan sel,dominansi apikal, inisiasi akar, diferensiasi jaringan vaskuler, dan biosintesa etilen(Chasan, 1993; Bastian et al., 1998). Substansi yang dihasilkan oleh campuranbakteri penambat N2 dapat memacu pertumbuhan akar tanaman padi (Saraswatiet al., 1992).

Page 13: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 181

Gambar 3. Pertumbuhan akar padi pada medium agar-air 1% yang mengandungbahan ekskresi campuran bakteri penambat N2 (Rhizobium danRhodopseudomonas). A. Kontrol (tanpa bahan ekskresi mikroba). B.Dengan bahan ekskresi mikroba. (Sumber: Saraswati et al., (1992)tidak dipublikasi)

Bakteri diazotrof yang berasosiasi dengan tanaman padi melaluipenambatan N2 dapat memperbaiki nutrisi N, produksi fitohormon, merubahmorfologi dan fisiologi akar, sehingga meningkatkan biomassa akar dan lebihbanyak mengeksploitasi volume tanah, meningkatkan serapan hara, pertumbuhandan produksi tanaman (Bastian et al., 1998). Azospirillum merupakan bakteripenambat N2 dan pemacu tumbuh tanaman yang hidup bebas mengkolonisasipermukaan luar dan dalam akar tanaman padi, jagung, tebu, dan rumputanlainnya. Jenis yang tergolong kelompok ini adalah Azospirillum lipoferum, A.amazonense, A. brasilense dan A. irakense (Baldani et al., 1997). Konsentrasiasam indol asetat dan asam indol butirat, respirasi, aktivitas enzim metabolisme didaerah perakaran menyebabkan meningkatnya serapan hara dalam tanaman(Fallik et al. 1988), jumlah rambut akar tanaman serealia sebesar 15-20% (Okonet al., 1989), dan luas permukaan akar (Dobereiner and Pedrose, 1987).

PEMANFAATAN PUPUK MIKROBA PELARUT FOSFAT UNTUKMENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN P

Pada kebanyakan lahan sawah di Pulau Jawa terjadi akumulasi unsur Pkarena pemupukan yang terus-menerus, padahal unsur P tersebut tidak dapatdimanfaatkan oleh tanaman karena terikat dengan mineral tanah. Untukmeningkatkan ketersediaan P, baik dari tanah maupun dari pupuk diperlukanmikroba yang mampu melarutkan P dan mendorong penyerapan P oleh tanaman.

Berbagai jenis mikroba pelarut fosfat, seperti Pseudomonas, Microccus,Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, dan Aspergillusberpotensi tinggi dalam melarutkan fosfat terikat menjadi fosfat tersedia dalamtanah (Alexander, 1977; Illmer and Schinner, 1992; Goenadi et al. 1993; Goenadi

A B

Page 14: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.182

dan Saraswati, 1993). Mekanisme pelarutan fosfat dari bahan yang sukar larutoleh aktivitas mikroba banyak dikaitkan dengan aktivitas mikroba bersangkutandalam menghasilkan enzim fosfatase, fitase (Alexander, 1977) dan asam-asamorganik hasil metabolisme seperti asetat, propionat, glikolat, fumarat, oksalat,suksinat, tartrat (Banik and Dey, 1982), sitrat, laktat, dan ketoglutarat (lllmer andSchinner, 1992). Menurut Alexander (1977), mekanisme pelarutan fosfat yangterikat dengan Fe (ferric phosphate) pada tanah sawah terjadi melalui peristiwareduksi sehingga Fe dan fosfat menjadi tersedia bagi tanaman. Proses utamapelarutan senyawa fosfat sukar larut karena adanya produksi asam organik dansebagian asam anorganik oleh mikroba yang dapat berinteraksi dengan senyawafosfat sukar larut dari kompleks Al-, Fe-, Mn-, dan Ca- (Basyaruddin, 1982).

Pupuk mikroba pelarut fosfat berhasil meningkatkan ketersediaan P baikdari dalam tanah maupun pupuk. Hasil demonstrasi plot di 12 lokasi transmigrasidi Lambale, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 10 hamenunjukkan bahwa pemberian pupuk mikroba pelarut fosfat dengan takaranpemupukan pola bantuan (Urea 100 kg ha-1; SP-36 50 kg ha-1; dan KCl 50 kg ha-

1) cenderung hanya meningkatkan hasil padi sebesar 4%, dari 3,31 menjadi 3,44 tha-1, sedangkan pemberian pupuk mikroba pelarut fosfat dengan pemupukansetengah takaran pola bantuan (Urea 50 kg ha-1; SP-36 25 kg ha-1; dan KCl 25 kgha-1) dapat meningkatkan hasil padi sebesar 16% dari 2,67 menjadi 3,10 t ha-1

(Tabel 4). Pengaruh pupuk mikroba pelarut fosfat pada padi sawah (200g 20kgbenih-1) di kebun percobaan muara, Bogor (MK 1998) dapat menekan kebutuhanpupuk NPK sampai dengan 75% dari takaran anjuran (Tabel 5).

Tabel 4. Pengaruh pupuk mikroba pelarut fosfat pada padi sawah di 12 lokasitransmigrasi di Lambale, Sulawesi Selatan. MT. 1998. (Saraswatidkk.,1998, tidak dipublikasi)

PemupukanUrea

PemupukanSP-36

PemupukanKCl

pupuk mikrobapelarut fosfat

Hasil padi

Kg ha-1 g ha-1 t ha-1

--

5050

100100

--

25255050

--

25255050

-200

-200200

-

1,902,722,673,103,443,31

* Takaran rekomendasi

Page 15: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 183

Tabel 5. Pengaruh pupuk mikroba pelarut fosfat pada hasil padi sawah diKebun Percobaan. Muara, Bogor (Saraswati dkk. (1998, tidakdipublikasi)

PerlakuanBobot

100 butir

Hasil gabah

kering

g ha-1 t ha-1

100% takaran standar NPK 2,81 5,78

75% takaran standar NPK + pupuk mikroba pelarut fosfat 2,75 6,00

50% takaran standar NPK + pupuk mikroba pelarut fosfat 2,84 5,65

25% takaran standar NPK + pupuk mikroba pelarut fosfat 2,80 5,13

Penggunaan pupuk mikroba pelarut fosfat yang mampu meningkatkankelarutan P merupakan suatu pemecahan masalah peningkatan efisiensipemupukan P yang aman lingkungan.

PEMANFAATAN BIOAKTIVATOR PEROMBAK JERAMI PADI

Penambahan jerami di tanah sawah merupakan cara termudah untukmemelihara atau meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Perombakanjerami merupakan hal yang sangat penting untuk menghindari imobilisasi N tanahdan kemungkinan terbentuknya alelopati dan penyakit tanaman. Penambahanjerami yang telah dikomposkan dengan pupuk mikroba perombak bahan organikmerupakan strategi yang baik untuk melindungi dan meningkatkan kualitas tanah.Untuk meningkatkan aktivitas perombakan jerami dengan cepat diperlukanintroduksi bioaktivator perombak bahan organik yang mampu berkompetisidengan patogen tanah. Mikroba perombak bahan organik bertanggungjawab atasproses perombakan bahan organik, pembentukan humus, dan siklus hara yangsecara agronomis sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan hara dalamtanah.

Hasil penelitian Saraswati dkk. (2001) menunjukkan bahwa pemberianmikroba perombak bahan organik dapat mempercepat proses pengomposan(Tabel 6). Secara alamiah, perombakan jerami memakan waktu sampai 1 (satu)bulan namun dengan inokulasi perombak bahan orgnaik, C/N rasio jerami dapatmencapai 16.85 dalam waktu 12 hari, Dengan mempercepat waktu pengomposandiharapkan petani dapat memperoleh keuntungan dari percepatan waktu tanam.Pemberian jerami yang dikomposkan dengan mikroba perombak bahan organik,pupuk mikroba pelarut fosfat dan Zn mampu meningkatkan bobot beras sekitar26%– 36% (Tabel 7).

Page 16: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.184

Tabel 6. Pengaruh mikroba perombak bahan organik terhadap kecepatanpenurunan C/N rasio jerami (Saraswati dkk. 2001, tidak dipublikasi)

Hari ke- Suhu (0o C) C/N ratio

06

121824

28.030.032.830.530.0

70.0021.7716.8513.4111.57

Tabel 7. Hasil panen padi sawah di Desa Sukarahayu, Kec. Tambelang, Kab.Bekasi yang diberi biokompos jerami, pupuk mikroba pelarut fosfat danZn (MT 2002) (Saraswati dkk. 2001, tidak dipublikasi)

PerlakuanJumlah malaiper rumpun

Bobotjerami

Bobot gabahisi

Bobot beras

kg ha-1

Kontrol 44.50 cd 4686 d 4029 e 3130 d

Biokompos 44.00 d 5825 bc 4954 cd 3954 bc

Biokompos + Zn 59.25 a 7064 a 5133 bcd 4262 b

Pupuk mikroba pelarut fosfat + Zn 56.75 ab 6910 ab 5845 ab 4583 ab

Keterangan: angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%.Biokompos (3 t ha-1), Zn 5kg ha-1), Pupuk mikroba pelarut fosfat (200g ha-1).

PENINGKATAN KESEHATAN TANAH SAWAH SECARA HAYATI

Pada pengendalian hama dan penyakit padi, hingga saat ini petanicenderung meningkatkan Takaran pemakaian pestisida sehingga berdampaksemakin meningkatnya biaya produksi dan tingkat pencemaran tanah danlingkungan.

Dalam upaya menuju pertanian berwawasan lingkungan, pengendalianhama dan penyakit dilakukan secara hayati dan terpadu, seperti penggunaanagen predator, antagonis, parasit, patogen, virus, bahan organik, tanaman unggul,tanaman resisten, imunisasi dengan patogen tidak ganas, bahan kimia selektif,bahan alam, pengaturan kondisi fisik seperti cara agronomis dengan pengaturanpH, penanaman bergilir (rotasi) dan pengeringan (Koul et al., 2000; Chen et al.,2000; Raizada et al., 2001).

Banyak keberhasilan yang telah dicapai dalam pengendalian hama danpenyakit secara hayati, baik dalam skala laboratorium, rumah kaca maupunlapangan. Pengendalian hayati dengan menggunakan mikroba antagonis

Page 17: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 185

terutama bakteri, aktinomiset dan jamur telah teruji potensinya. Pengendalipenyakit tanaman, seperti jamur: Trichoderma hamatum, T. viride, T. koningi,Gliocladium virens, G. roseum , Penicillium janthinellum, Epicocum purpureum,Pythium nunn, bakteri: Bacillus subtilis, B. polymixa, Pseudomonas fluorescens.P. cepacia, Agrobacterium radiobacter dan aktinomiset: Streptomyces spp. (virusHearNPV: Helicoverpa armigera single-nucleocapsid nucleopolyhedrovirus sudahbanyak dibuktikan (Chen et al., 2000). Nematoda patogen serangga (NPS) yangmengandung insektisida sangat toksik terhadap jenis serangga tanah danberpotensi sebagai biopestisida pada hama penggerek batang (Spodoptera sp.)sehingga aplikasi NPS dapat meningkatan kesehatan tanah. Nematoda patogenserangga ini efektif terhadap hama penggerek batang padi dan lanas (Fallon et.al., 1995; Chaerani et al., 1995).

PUSTAKA

Adiningsih, J.S. dan S. Rochayati. 1988. Peranan bahan organik dalammeningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan produktivitas tanah. hlm.161-182 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk, Cipayung.16-17 Nopember 1987. Pusat Penelitian Tanahn dan Agroklimat. Bogor

Albrecht, S.L. 1998. Eukaryotic Algae and Cyanobacteria. p. 94-131 In D.M.Sylvia, J.J. Fuhrmann, P.G. Hartel, D.A. Zuberer (Eds.). Principles andApplications of Soil Microbiology. Prentice-Hall, Inc.

Alexander, M. 1977. Introduction to soil microbiology. pp. 333-349 In. John Wileyand Sons. New York. pp. 333-349.

Anonymous. 1982. Propagation and agricultural use of Azolla. China: Azollapropagation and small scale biogas technology. FAO Soils Bulletin 41: 1-21.

Banik, S. and B.K. Dey. 1982. Available phosphate content of an alluvial soil asinfluenced by inoculation of some isolated phosphate-solubilizing micro-organisms. Plant and Soil 69: 353-364.

Baldani J.I, L. Caruso Vera, L.D. Baldani, Silvia R. Goi, J. Dobereiner. 1997.Recent edvance in BNF with non-legume plants. Soil Biology andBiochemistry 29(5/6): 911-922.

Bastian F., A. Colum, D. Piccoli, V. Lunas, R. Baraldi, Bottini. 1998. Production ofindole-3-acetic acid and giberrellines A1 dan A3 by Acetobacterdiazotrophicus and Herbaspirillum seropedicae in chemically-definedculture media. Plant Growth Regulation 24: 7-11.

Page 18: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.186

Basyarudin. 1982. Penelaahan serapan dan pelepasan fosfat dalamhubungannya dengan kebutuhan tanaman jagung (Zea mays L.) padatanah ultisol dan andisol. Tesis. Fakultas pasca Sarjana, IPB, Bogor.

Boddey, R.M., de O.C. Oliviera, S. Urquiaga, V.M. Reis, F.L. Olivares, V.L.D.Baldani, J. Dobereiner. 1995. Biological nitrogen fixation associated withsugar cane and rice: contributions and prospects for improvement. PlantSoil. 174:195-209.

Chaerani, M.F. Finnegan, M.J. Downes, and C.T. Griffin. 1995. Pembiakanmassal nematoda patogen serangga Steinernema dan Heterorhabditisisolat Indonesia secara in vitro untuk pengendalian hama penggerekbatang padi secara hayati. hlm. 133-138 dalam Prosiding Panel Diskusidan Poster Ilmiah Pekan IPTEK 1995. PUSPIPTEK Serpong. pp. 133-138.

Chasan R. 1993. Embryogenesis: new molecular insight. The Plant Cell. 5:597-599.

Chen X., Sun X., Hu Z., Li M, O'Reilly D.R., Zuidema D., Vlak J.M., 2000, Geneticengineering of Helicoverpa armigera single-nucleocapsid nucleopoly-hedrovirus as an improved pesticide, Journal Invertebr Pathol 76(2): 140-6

Dobereiner, J. and F.O. Pedrosa. 1987. Nitrogen-fixing bacteria in non-leguminous crop plants. Springer, Berlin. 168 pp.

Dobermann A. and P.F. White. 1999. Strategies for nutrient management inirrigated and rainfed lowland rice systems. Nutr. Cycl. AGroecosyst. 53:1-18.

Fallik, E., Y. Okon, Y. Epstein, A. Goldman, and M. Fischer. 1988. Identificationand qualification of IAA and IBA Azospirillum brasilense inoculated maizeroots. Soil Biology and Biochemistry. 21:147-153.

Fallon, D., C. Griffin, Chaerani, and M. Downes. 1995. Field control potential ofindigenous entomopathogenic nematodes against rice stem borers onJava. Paper presented to the Irish Society of Zoologist. 15 p.

Goenadi, D. H., R. Saraswati, dan Y. Lestari. 1993. Kemampuan melarutkanfosfat dari beberapa isolat bakteri asal tanah dan pupuk kandang sapi.Menara Perkebunan 61(2): 44-49.

Goenadi, D. H., dan R. Saraswati. 1993. Kemampuan melarutkan fosfat daribeberapa isolat fungi pelarut fosfat. Menara Perkebunan 61(3): 61-66.

Illmer, P. and F. Schinner. 1992. Solubilization of inorganic phospha micro-organisms isolated from forest soils. Soil Biology and Biochemistry. 24(4):389-395

Page 19: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 187

Ito, J. 1977. Behaviour and fixation of nitrogen in paddy field. Niigata Agronomy.13: 51-61 (In Japanese).

James E.K., P. Gyaneshwara, W.L. Barraquio, N. Mathan, J.K Ladha. 2000.Endophytic diazotroph associated with rice. In J K Ladha, P M Reddy(Eds.). The Quest for Nitrogen Fixation in Rice. IRRI.

James E., F.L. Olivares. 1997. Infection and colonization of sugarcane and othergraminaceous plants by endophytic diazotrophicus. Plant Science 17: 77-119.

Kennedy, A.C. and R.I. Papendick. 1995. Microbial characteristics of soil quality.J. Soil Water Conservation 50: 243-248.

Koul O., Jain M.P., Sharma V.K., 2000, Growth inhibitory and antifeedant activityof extracts from Melia dubia to Spodoptera litura and Helicoverpa armigeralarvae. Indian J Exp. Biology 38(1): 63-8

Kyuma, Kazutake. 2004. Paddy Soil Science. Kyoto Univ. Press and Trans PacificPress. Kyoto.

Ladha J.K, F.J. de Bruijn, and K.A. Malik. 1997. Introducing assessingopportunities for nitrogen fixation in rice: a frontier project. Plant and Soil194: 1-10

Ladha, J.K., S. Milyan, and M. Garcia. 1989. Sesbania rostrata as a green manurefor lowland rice. Growth, N2 fixation, Azorhizobium sp., inoculation, andeffects on suceeding crop yield and nitrogen balance. Biology Fertility Soils,7:191-197.

Ladha, J.K., A. Tirol-Padre, C.K. Reddy, and W. Ventura. 1993. Prospects andproblems of biological nitrogen fixation in rice production: a criticalassessment. In: Palacios R., Mora J., Newton W.E. editors. New horizonsin nitrogen fixation. Dordrecht (Netherlands): Kluwer Academic Publishers.p.677-682.

Ladha J.K. and P.M. Reddy. 1995. Extension of nitrogen fixation to rice: necessityand possibilities. GeoJournal 35: 363-372.

Ladha, J.K. and P.M. Reddy. 2000. The quest for N2-fixation in rice. Proceedingsof the Third working Group Meeting on Assessing Opportunities for N2-fixation in Rice, 9-12 Aug.1999. Los Banos, Laguna, Philippines. MakatiCity (Philippines): IRRI, 351p.

Matsunaga, T., B. Tangcham, and S. Somchai. 1977. Ecology of non-simbioticnitrogen fixers and vacetylene reduction in paddy fields of Thailand. Tech.Bull. (Trop. Agric. res. Center, Tokyo). No. 6.

Page 20: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Saraswati et al.188

Matoh, T. R. Saraswati, and J. Sekiya. 1992. Growth characteristics of sesbaniaunder adverse conditiond in relation to use as green manure in Japan. SoilScience and Plant Nutrition 38(4): 741-747. Japan

Okon, J., Sarig, S., and Blum A. 1989. Promotion of root growth in Sorghumbicolor inoculated with Azospirillum braziliense. p. 196-200. In T. Hattori, Y.Ishida, Y. Maruyama, R. Y. Morita, and A. Uchida (ed.). Recent advancesin microbial ecology. Japan Science Society Press.

Olivares, F.L., Baldani, V.L.D., Reis, V.M., Baldani, J.I., and Dobereiner, J. 1996.Occurrence of the endophytic diazotrophs Herbaspirillum spp. In roots,stems and leaves predominantly of Gramineae. Biology Fertility Soils 21:197-200.

Ono, S. and H. Koga. 1984. Natural nitrogen accumulation in paddy soil in relationto nitrogen fixation by blue-green algae. Jpn. Journal Soil Science andPlant Nutrition 55: 465-470 (In Japanese).

Prihatini T., S. Brotonegoro, S. Abdulkadir, dan Harmastini. 1980. Pengaruhpemberian Azolla pinnata terhadap terhadap produksi padi IR-36 padatanah Latosol Cibinong. hlm. 75-82 dalam Pros. No.1/Pen. TanahCipayung 7-10 Oktober, Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Prihatini, T. dan S. Komariah. 1988. Pemanfaatan Azolla spp. dalam budidayapadi sawah. hlm. 217-227 dalam Prosiding Pertemuan Teknis PenelitianTanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Quispel, A. 1974. General Introduction. pp.1-8 In the Biology of Nitrogen Fixation,North-Holland Res. Monographs. Vol. 33. (Cited from Kawaguchi, K. (Ed.)1978. Paddy Soil Science. Kodansha, Tokyo. In Japanese).

Raizada, B, M.K. Srivastava, R.A. Kaushal, and R.P. Singh. 2001. Azadirachtin, aneem biopesticide: subchronic toxicity assessment in rats. Food ChemToxicol 39 (5): 477-83.

Roger, P.A. and S.A. Kulasooriya. 1980. Blue-green algae and rice. InternationalRice Research Institute, Los Banos.

Roger, P.A. and I.Watanabe. 1986. Technologies for utilizing biological nitrogenfixation in wetland rice: potentialitis, current usage, and limiting factors.Fertilizer Research 9: 39-77.

Roger P.A. and J.K. Ladha. 1992. Biological N2 fixation in wetland rice fields:estimation and contribution to nitrogen balance. Plant Soil 141: 41-55.

Saraswati, R., T. Matoh, and J. Sekiya. 1992. Nitrogen fixation of sesbaniarostrata: contribution of stem nodules to nitrogen acquisition. Soil Scienceand Plant Nutrition 38(4): 775-780. Japan

Page 21: 6. TEKNOLOGI PUPUK MIKROBA UNTUK MENINGKATKAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · terhadap proses metabolisme mikroba, sedangkan tanaman padi, termasuk akar

Teknologi Pupuk Mikroba untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan 189

Yoshida, T., R.A Roncal, and E.M. Bautista. 1973. Atmospheric nitrogen fixationby photosynthetic microorganisms in a submerged Philippine soil. Soil ASci.Plant Nutrition. 19:117-123.

Venkataraman, G.S. 1979. Algal inoculation on rice fields. p. 331-321. inInternational Rice Research Institute. Nitrogen and Rice. Los Banos.Philippines.

Wareing, P.F., and I.D.J Phillips. 1978. The Control of Growth and Differentiationin Plants (2nd). William Clowes & Sons Limited. Great Britain. 347 p.