Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktivitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidak dikurangi dampaknya. 1 Data International Labour Organization (ILO) tahun 2007- 2010 didapatkan 160 juta orang yang menderita penyakit akibat kerja setiap tahunnya. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak daripada wanita. 1 Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara. Data di Indonesia jumlah pekerja berdasarkan Biro Pusat Statistik tahun 2000 adalah 95 juta orang, 50% bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, 70-80% angkatan kerja bergerak di sektor informal. Pekerja di sektor itu umumnya bekerja dalam lingkungan kerja yang kurang baik, manajemen kurang terorganisasi, perlindungan kerja tidak optimal, tingkat kesejahteraan yang kurang, dan populasi pekerja terus meningkat. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004, jumlah tenaga kerja di Indonesia kini lebih dari 142 juta jiwa. 1 1
42

6. Bab i, II, III, IV Fix

Dec 15, 2015

Download

Documents

Public health TKBM proposal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 6. Bab i, II, III, IV Fix

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktivitas pekerjaan.

Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan

mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini

mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidak dikurangi

dampaknya.1

Data International Labour Organization (ILO) tahun 2007-2010

didapatkan 160 juta orang yang menderita penyakit akibat kerja setiap tahunnya.

Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak daripada wanita.1

Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara. Data di Indonesia

jumlah pekerja berdasarkan Biro Pusat Statistik tahun 2000 adalah 95 juta orang,

50% bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, 70-80% angkatan kerja

bergerak di sektor informal. Pekerja di sektor itu umumnya bekerja dalam

lingkungan kerja yang kurang baik, manajemen kurang terorganisasi,

perlindungan kerja tidak optimal, tingkat kesejahteraan yang kurang, dan populasi

pekerja terus meningkat. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004,

jumlah tenaga kerja di Indonesia kini lebih dari 142 juta jiwa.1

Sedangkan di Sumatera Utara jumlah pekerja terbanyak berdasarkan data

biro statistika Sumatera Utara tahun 2012 adalah sektor pertanian sebanyak

43,40% lalu diikuti 19,42% disektor perdagangan dan selebihnya disektor

informal. Dari data tersebut menjelaskan pendistribusian barang di Sumatera

sangatlah tinggi, salah satu yang memegang peranan penting terhadap

pendistribusian tersebut adalah pelabuhan, tentu saja hal ini menyebabkan kondisi

dipelabuhan sangatlah sibuk hingga memaksa pekerja kadang sering melalaikan

kesehatan kerja demi mencapai target.1

Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja, dimana

kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas

dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.2

1

Page 2: 6. Bab i, II, III, IV Fix

Kesehatan kerja juga merupakan bagian dari cakupan kerja dari Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) sesuai PERMENKES 2348/MENKES/PER/XI/2011

pasal 33E menyatakan bahwa salah satu tugas KKP di bidang upaya Pengendalian

Resiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah adalah kesehatan kerja.2

Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja ini bersifat berat dan

mengakibatkan kecacatan. Akan tetapi ada dua faktor yang membuat penyakit

penyakit ini mudah dicegah.Pertama, bahan penyebab penyakit dapat

diidentifikasi, diukur, dan dikontrol. Kedua, populasi yang berisiko biasanya

mudah didatangi dan dapat diawasi secara teratur serta diobati. Selain itu,

perubahan-perubahan awal seringkali dapat pulih dengan penanganan yang tepat.3

Oleh karena itu, perhatian terhadap kesehatan kerja sangatlah penting.

Dengan demikian dapat dilakukan pencegahan agar tenaga kerja dapat terlindung

dari penyakit.3

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku tenaga kerja bongkar muat

(TKBM) tentang kesehatan kerja di pelabuhan Belawan Medan

1.2.2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pengetahuan tenaga kerja bongkar muat

(TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan BelawanMedan

b) Untuk mengetahui sikap tenaga kerja bongkar muat (TKBM)

tentang kesehatan kerja di Pelabuhan BelawanMedan

c) Untuk mengetahui tindakan tenaga kerja bongkar muat (TKBM)

tentang kesehatan kerja di Pelabuhan BelawanMedan

1.3. Manfaat

1. Menambah pemahaman dan wawasan penulis mengenai hasil

penelitian hasil penelitian gambaran perilaku tenaga kerja bongkar

muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan

2

Page 3: 6. Bab i, II, III, IV Fix

2. Sebagai masukan untuk KKP Belawan untuk melaksanakan perannya

dalam hasil penelitian gambaran perilaku tenaga kerja bongkar muat

(TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan

3

Page 4: 6. Bab i, II, III, IV Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behaviour).2

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu:3

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)

4. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

4

Page 5: 6. Bab i, II, III, IV Fix

2.2. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Yang bersangkutan dengan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap terdiri dari

tingkatan sebagai berikut :2

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding), diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertannyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuting), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible), segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3. Pengertian Tindakan

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yakni :2

a) Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau seseorang

telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan.

b) Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau

seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara

otomatis.

5

Stimulus(rangsangan)

Proses Stimulus

Reaksi Tertutup(Pengetahuan & Sikap)

Reaksi Terbuka(Tindakan)

Page 6: 6. Bab i, II, III, IV Fix

c) Adopsi (adoption), yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau

perilaku yang berkualitas.

2.4. Kesehatan Dan  Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja

2.4.1. Pengertian Kesehatan Kerja

Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan

oleh manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi pada khususnya,

adalah faktor kesehatan.Kesehatan berasal dari bahasa Inggris “health”, yang

pada saat ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi

pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat

secara sosial. Pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera

(well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun

pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk

mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar

manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat.3

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan

bahwa pengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial

kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Tahun

1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan

bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,

bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan

sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Menurut Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang

Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.3

6

Page 7: 6. Bab i, II, III, IV Fix

Kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :3

a. Kesehatan fisik, aspek ini terwujud apabila sesorang tidak merasa sakit

atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak

sakit, serta semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami

gangguan.

b. Kesehatan mental (jiwa), aspek ini mencakup 3 komponen, yakni

pikiran, emosional, dan spiritual.

1) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

2) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir,

sedih dan sebagainya.

3) Spiritual sehat, tercermin dari cara seseorang dalam

mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya

terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha

Kuasa. Sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan

seseorang, dengan perkataan lain sehat spiritual adalah keadaan

dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan

agama yang dianutnya.

c. Kesehatan sosial, aspek ini terwujud apabila seseorang mampu

berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa

membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,

politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

d. Kesehatan dari aspek ekonomi, aspek ini terwujud apabila seseorang

(dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan

sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau

keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa

atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan

ini tidak berlaku. Bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah

produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi

kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau

7

Page 8: 6. Bab i, II, III, IV Fix

mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan

kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 1960,

BAB I pasal 2, kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan

agar masyarakat pekerja (seluruh pekerja yang bekerja ditempat kerja baik

didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara yang

berada diwilayah RI) memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan,

lingkungan kerja maupun penyakit umum.2,3

Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja

adalah penggerak atau aset perusahaan konstruksi, jadi kondisi fisik harus

maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan

dari ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan

sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan

penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi

pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor

yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam

suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan

psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan

setiap manusia kepada jabatannya.2,6

Suma’mur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai,

“Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang

bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan

setinggi- tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan

yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap

penyakit-penyakit umum”.4

Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan

kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit.

8

Page 9: 6. Bab i, II, III, IV Fix

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I

pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani,

rohani, dan kemasyarakatan (Slamet, 2012). Mia (2011) menyatakan bahwa

kesehatan kerja disamping mempelajari faktor-faktor pada pekerjaan yang

dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational

disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-

related disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau

pendekatan untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam

meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut.4

2.4.2. Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan utama dari kesehatan kerja yakni :7

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

c. Perawatan mempertinggi efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.

d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta

kenikmatan kerja.

e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya-bahaya pencemaran

yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.

f. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.

2.4.3. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja

Manusia merupakan unsur paling penting dalam proses-proses

organisasi ataupun proses kerja. Dalam hal ini manusialah yang dapat

menentukan maju mundurnya sebuah organisasi, dan pada intinya manusialah

yang menjadi sumber daya yang perlu terus dipelihara. Pemeliharaan ataupun

perawatan SDM merupakan salah satu tindakan penting untuk terus

menghasilkan kualitas manusia yang unggul serta memiliki dedikasi tinggi.3

Pengertian pemeliharaan (maintenance) menurut Hasibuan (2000;176),

adalah “usaha mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental,

9

Page 10: 6. Bab i, II, III, IV Fix

dan sikap tenaga kerja, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk

menunjang tercapainya tujuan perusahaan”. Pemeliharaan yang baik

dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan

sebagian besar tenaga kerja serta berpedoman kepada internal dan eksternal

konsistensi.3

Pemeliharaan (maintenance) adalah usaha mempertahankan dana atau

meningkatkan kondisi fisik, mental, dansikap tenaga kerja, agar mereka tetap

loyal dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan

perusahaan.2,8

Pemeliharaan (maintenance) tenaga kerja harus mendapat perhatian

yang sungguh-sungguh dari manajer. Jika pemeliharaan tenaga kerja

kurangdiperhatikan, semangat kerja, sikap, loyalitas tenaga kerja akan

menurun. Absensinya dan turn-over meningkat, disiplin akan menurun,

sehingga pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan pengintegrasian tenaga

kerja yang telah dilakukan dengan baik dan biaya yang besar kurang berarti

untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Supaya tenaga kerja

semangat bekerja, berdisiplin tinggi, danbersikap loyal dalam menunjang

tujuan perusahaan maka fungsi pemeliharaan mutlak mendapat perhatian

manajer. Tidak mungkin tenaga kerja bersemangat bekerja dan konsentrasi

penuh terhadap pekerjaanya jika kesejahteraan mereka tidak diperhatikan

dengan baik.3

2.4.4. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja

a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja.

b. Meningkatkan disiplin dan menurunkan absensi tenaga kerja.

c. Meningkatkan loyalitas dan menurunkan turn-over tenaga kerja.

d. Memberikan ketenangan, keamanan, dan kesehatan tenaga kerja.

e. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

f. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap tenaga kerja.

g. Mengurangi konflik serta menciptakan suasana yang harmonis.

h. Mengefektifkan pengadaan tenaga kerja.3

10

Page 11: 6. Bab i, II, III, IV Fix

2.4.5. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans

No Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha

kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan:6

a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik

fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan

tenaga kerja

b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul

dari pekerjaan atau lingkungan kerja

c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan

fisik tenaga kerja

d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga

kerja yang menderita sakit

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri

oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan

dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa

perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu pelayanan

kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:6

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan

pemeriksaan khusus

b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga

kerja

c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair

e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja

f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat

kerja

g. Pertolongan pertama pada kecelakaan

h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas

pertolongan pertama pada kecelakaan

11

Page 12: 6. Bab i, II, III, IV Fix

i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,

pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta

penyelenggaraan makanan di tempat kerja

j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja

k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai

kelainan tertentu dalam kesehatannya

l. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada

pengurus

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan

oleh seorang dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan

pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan profesional oleh pengurus.

Selain itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan

pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang

diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib

diberikan kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per

03/Men/1982).7

2.5. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian

PAK merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. WHO

membedakan empat kategori PAK, yaitu :7

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumokoniosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma

bronkogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-

faktor penyebab lainnya, misalnya bronkitis kronis.

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada

sebelumnya, misalnya asma.

12

Page 13: 6. Bab i, II, III, IV Fix

Faktor penyebab PAK sangat banyak, tergantung pada bahan yang

digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga

tidak mungkin disebutkan satu per satu.7

Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan,

yaitu:9

1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang

sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

2. Golongan kimiawi: bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,

maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,

gas, larutan, awan atau kabut.

3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur

4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan

cara kerja

5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

Ditinjau dari faktor penyebab, PAK mempunyai kesamaan dengan

kecelakaan akibat kerja, namun ruang lingkup keduanya sangat berbeda, terutama

dalam aspek pengelolaannya. Oleh karena itu, PAK dikelola oleh seorang dokter

atau ahli kesehatan, sedangkan kecelakaan kerja dikelola oleh seorang ahli

keselamatan kerja (safety engineering).5

Gangguan kesehatan akibat kerja antara lain adalah:5,7

• Gangguan alat reproduksi : Gangguan fertilitas, gangguan fungsi seksual,

gangguan menstruasi, toksemia, aborsi spontan.

• Gangguan alat pendengaran

• Gangguan alat penglihatan : kesilauan, kelelahan mata, sakit kepala dekat

mata, gangguan kornea atau sklera, katarak,kelelahan visual.

• Gangguan alat pernafasan : Pneumokoniosis (silikosis, asbestosis,

Byssinosis,dan sebagainya), Alergis (asma, rhinitis), kanker paru, dan

sebagainya.

13

Page 14: 6. Bab i, II, III, IV Fix

• Gangguan pada kulit : dermatitis, peradangan pada kulit, tumor, alergi

kulit, eksema.

• Gangguan kardiovaskuler : penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.

• Gangguan ginjal : DM, nekrosis tubuh.

• Gangguan alat pencernaan : kerusakan hati, sindrom gastrointestinal,

gangguan lambung dan sebagainya.

• Gangguan jiwa : stres kerja.

Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu

dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan ini dapat dilakukan

melalui dua cara, yaitu:3

1. Pendekatan epidemiologis (bila ada gangguan atau keluhan pekerja,

mengidentifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit)

2. Pendekatan klinis (individual) dgn cara :

a) Menentukan Diagnosis Klinisnya

b) Menentukan pajanan yg dialami oleh naker selama ini.

c) Menentukan hubungan pajanan dgn penyakit

d) Menentukan jumlah pajanan yg dialami

e) Menentukan keberadaan factor-faktor lain diluar pekerja yg mungkin

mempengaruhi

f) Mencari kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.

g) Membuat keputusan apakah penyakit tsb disebabkan oleh pekerjaannya.

2.5.1. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat

kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :7

1) Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit

2) Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan

3) Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial

tenaga kerja yang diatur dalam undang-undang

14

Page 15: 6. Bab i, II, III, IV Fix

Pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan menjadi

lahan untuk menuai penyakit, diantaranya:7

1) Pencegahan Primer – Health Promotion

a) Perilaku Kesehatan

b) Faktor bahaya di tempat kerja

c) Perilaku kerja yang baik

d) Olahraga

e) Gizi seimbang

2) Pencegahan Sekunder – Specifict Protection

a) Pengendalian melalui perundang-undangan

b) Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam

kerja

c) Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri

(APD)

d) Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi

e) Pencegahan Tersier

3) Early Diagnosis and Prompt Treatment

a) Pemeriksaan kesehatan pra-kerja

b) Pemeriksaan kesehatan berkala

c) Penelitianlans

d) Pemeriksaan lingkungan secara berkala

e) Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja

f) Pengendalian segera di tempat kerja

2.6. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus

digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.

Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses, dan

pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang

berbahaya.2

15

Page 16: 6. Bab i, II, III, IV Fix

APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha oleh

karyawan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah disepakati oleh

pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.2

Adapun bentuk APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah

pelindung kepala (helm), pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan

pelindung kaki, pelindung telinga, tali keselamatan, dan jas laboratorium (bagi

pekerja di industri yang banyak bekerja di laboratorium).2

2.6.1. Pelindung kepala

Pelindung kepala (safety helmet) dikenal ada 4 jenis,yaituhard hat kelas

A , kelas B, kelas C dan bump cap . Klasifikasi masing–masing jenis adalah

sebagai berikut:2

a. Kelas A

Hard hat kelas A dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang

jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.

b. Kelas B

Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang

jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.

c. Kelas C

Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh, tetapi tidak

melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.

d. .Bump cap

Bump cap dibuat dari plastik dengan berat yang ringan untuk melindungi

kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol. Bump cap tidak

menggunakan sistem suspensi, tidak melindungi dari benda yang jatuh,

dan tidak melindungi dari kejutan listrik. Karena itu, bump cap tidak boleh

digunakan untuk menggantikan hard hat tipe apapun.

2.6.2. Pelindung mata

Pelindung mata (safety glasses) berbeda dengan kaca mata biasa, baik

normal maupun kir (prescription glasses), karena pada bagian atas kanan dan kiri

16

Page 17: 6. Bab i, II, III, IV Fix

bingkai terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan jenis sinar UV

(Ultra Violet) sampai persentase tertentu. Sinar UV muncul karena lapisan ozon

yang terbuka pada lapisan atmosfer bumi, UV dapat mengakibatkan pembakaran

kepada kulit dan bahkan kanker kulit.2

2.6.3. Pelindung wajah

Pelindung wajah yang dikenal adalah ;2

a. Goggles

Goggles memberikan pelindungan lebih baik dari pada safety glasses

karena goggles terpasang dekat wajah. Karena goggles mengitari area

mata, maka goggles melindungi lebih baik pada situasi yang mungkin

tejadi percikan cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut.

b. Face shield.

Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering

digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia, atau

partikel yang melayang. Banyak face shield yang dapat digunakan

bersamaan dengan pemakaian hard hat. Walaupun face shield melindungi

wajah, tetapi face shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga

pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan pemakaian face shield.

c.Welding helmets

Jenis pelindung wajah yang lain adalah welding helmets (topeng las).

Topeng las memberikan perlindungan pada wajah dan mata.Topeng las

memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan

energi radiasi yang dihasilkan selama operasi pengelasan. Sebagaimana

face shield, safety glasses atau goggles harus dipakai saat menggunakan

topeng las.

d.Masker wajah

Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat zat berbau menyengat

dan dari debu yang merugikan.

17

Page 18: 6. Bab i, II, III, IV Fix

2.6.4. Pelindung Tangan

Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan

cacat adalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat

berkurang. Tangan manusia sangat unik. Tidak ada bentuk lain di dunia yang

dapat mencengkram, memegang, bergerak dan memanipulasi benda seperti tangan

manusia. Karenanya, tangan harus dilindungi dan disayangi.2

Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis,

sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat

menyebabkan iritasi atau membakar tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi

melalui kulit dan masuk ke badan.2

APD tangan dikenal dengan safety glove dengan berbagai jenis

penggunaannya.2

2.6.5. Pelindung Kaki

Para ahli selama berabad-abad membuat rancangan dan struktur umtuk

kaki manusia.Kaki manusia sangat kokoh untuk mendukung berat seluruh badan,

dan cukup fleksibel untuk memungkinkan berlari, bergerak, taupun pergi. Tanpa

kaki dan jari-jari kaki, kemampuan bekerja akan sangat berkurang.2

Hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakan pada kaki salah satunya

adalah akibat bahan kimia.Cairan seperti asam, basa, dan logam cair dapat

menetes ke kaki dan sepatu.Bahan berbahaya tersebut dapat menyebabkan luka

bakar akibat bahan kimia dan panas.2

2.6.6. Pelindung telinga

Pelindung telinga tidak boleh dianggap tidak berguna terutama untuk

pekerja yang bekerja di tempat yang berkondisi bising baik itu dari gesekan

benda-benda keras ataupun bunyi-bunyi keras dari mesin.2

APD yang digunakan untuk kondisi seperti ini adalah dengan

menggunakan ear phone, sIstem kerja alat earphone ini yaitu meredam suara yang

akan masuk ke telinga sehingga suara bising tidak mengganggu dan merusak

sistem kerja telinga, karena manusia mempuinyai batas pendengaran, apabila

kekerasan suara yang terlalu keras maka akan memyebabkan kerusakan pada

gendang telinga.2

18

Page 19: 6. Bab i, II, III, IV Fix

2.7. Pengertian Ergonomi

Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani ergon (kerja) dan nomos

(peraturan,hukum). Jadi, ergonomi merupakan penerapan ilmu-ilmu biologis

tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk

mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap

pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisensi dan

kesejahteraan kerja. Dibeberapa negara tidak mengunakan istilah ergonomi,

misalnya di negara-negara skandinavia menggunakan istilah “Bioteknologi”,

sedangkan dinegara-negara amerika utara menggunakan istilah “Human Factors

Enginering”. Meskipun terdapat perbedaan istilah namun mempunyai misi tujuan

yang sama, yaitu:3

a. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang

menggunakan. Kondisi tenaga kerja ini bukan aspek fisiknya saja, tetapi

juga kemampuan intelektual dan berpikirnya.

b. Apabila peralatan kerja dan tenaga kerja sudah cocok, maka kelelahan

dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu kerja yang efisien

berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu, namun

kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik

meliputi tata kerja dan peralatannya. Ringkasnya, ergonomi merupakan studi

ilmiah tentang perkaitan antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Yang

dimaksud dengan lingkungan kerja merupakan lingkungan sekitar tempat bekerja,

peralatan, bahan, metode kerja, penataan pekerjaan baik sebagai individu maupun

dengan rekan kelompok kerjanya. Semuanya itu tentu harus diperkaitkan dengan

watak orangnya, kecakapannya, kapasitasnya, serta keterbatasannya.Apabila

dalam menyelesaikan pekerjaan orang tidak memerlukan peralatan bukan berarti

ergonomi tidak berlaku. Dalam hal ini ergonomi dapat berlaku , yakni bagaimana

mengatur cara kerja sehingga meskipun hanya dengan menggunakan anggota

tubuh saja pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan efisien.3

2.7.1. Penerapan Prinsip Ergonomi Dalam Pekerjaan

19

Page 20: 6. Bab i, II, III, IV Fix

Beberapa prinsip ergonomi di bawah ini antara lain dapat digunakan

sebagai pegangan dalam program kesehatan kerja.3

a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,

susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat

penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah, kekuatan,

dan sebagainya).

b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran

terbesar sebagai dasar, serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran

tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih

kecil, misalnya: tempat duduk yang dapat dinaik-turunkan, dan dimajukan

atau diundurkan.

c. Ukuran-ukuran antopometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan

alat-alat kerja adalah sebagai berikut:

Berdiri : tinggi badan

tinggi bahu

tinggi siku

tinggi pinggul

panjang lengan

Duduk : tinggi duduk

panjang lengan atas

panjang legan bawah dan lengan

jarak lekuk lutut

d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-

10cm di bawah tinggi siku

e. Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk,

sedang dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak agar punggung tidak

bungkuk dan otot perut tidak lemas.

f. Tempat duduk yang baik adalah:

1) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai

dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.

2) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.

20

Page 21: 6. Bab i, II, III, IV Fix

3) Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan dapat menekan pada

punggung.

g. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah,

sedangkan untuk pekerjaan duduk arah penglihatan antara 32-44 derajat ke

bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.

h. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan

lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan pada daerah tersebut,

lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

i. Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan

gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan

paksa sangat melelahkan.

j. Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg.

k. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu

efisiensi dan efektivitas kerja menurun.

Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan,

yang berpengaruh pada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu

tentang gerakandan sikap badan disebut biomekanika.3

21

Page 22: 6. Bab i, II, III, IV Fix

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan kerangkan fikir mengenai hubungan antara

variable-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep

dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah

diuraikan pada studi kepustakaan.9

Menurut Sapto Haryoko dalam iskandar (2008) menjelaskan secara teoritis

model konseptual variable-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan

yang ingin diteliti, yaitu variable bebas dengan varibel terikat.9

3.2 Defenisi operasional

Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam

istilah yang operasional. Maksudnya adalah agar tidak ada makna ganda dari

istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut, karena pelbagai jenis

pengertian dalam ilmu kedokteran sangat bervariasi.9

Variable Defenisi

operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur

Pengetahuan Pengetahuan

adalah segala

sesuatu yang

diketahui oleh

tenaga kerja

bongkar muat

Kuesioner Wawancara Baik

Sedang

kurang

Ordinal

22

Perilaku tenaga kerja - Pengetahuan- Sikap- Tindakan

Upaya pencegahan

Penyakit akibat kerja

Tenaga Kerja Bongkar

Muat (TKBM)

Page 23: 6. Bab i, II, III, IV Fix

(TKBM)

terhadapat

kesehatan

kerja

Sikap Sikap adalah

cara yang

dilakukan

tenaga kerja

bongkar muat

(TKBM)

terhadap

kesehatan

kerja

Kuesioner Wawancara Baik

Sedang

kurang

Ordinal

Tindakan Tindakan

adalah

perbuatan dan

pencegahan

yang

dilakukan

tenaga kerja

bongkar muat

(TKBM)

terhadap

kesehatan

kerja

Kuesioner Wawancara Baik

Sedang

kurang

Ordinal

23

Page 24: 6. Bab i, II, III, IV Fix

BAB IV

METODE PENELITIAN

Gambaran perilaku tenaga kerja bongkar muat (TKBM) tentang kesehatan

kerja di Pelabuhan Belawan Medan dilakukan melalui proses penelitian. Berikut

ini diuraikan bagaimana penelitian tersebut berlangsung di wilayah kerja Kantor

Kesehatan pelabuhan belawan berlangsung.

4.1.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif (distribusi dan

frekuensi) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tenaga kerja

bongkar muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan, Jl.

Veteran No.219, Belawan, Medan tanggal 1 juni 2015.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja bongkar muat Pelabuhan

Belawan Medan, Jl. Veteran No.219.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 1 juni 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhTenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

adalah sebanyak 75 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah metode Simple Random

Sampling.Pengambilan data berdasar dari kuesioner. Yang ditentukan

dengan rumus Yamane 9 :

24

Page 25: 6. Bab i, II, III, IV Fix

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Besar Populasi

d : Presisi yang ditetapkan (0,1)

Jadi,

Jadi, besar sampel = 42,85 orang digenapkan menjadi 43 orang sebagai

sampel penelitian.

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.4.1. Kriteria Inklusi

a. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang sedang berada dilingkungan

pelabuhan belawan, Medan pada saat penelitian.

b. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

c. Mengisi informed consent dengan benar.

d. Mengisi kuisioner dengan lengkap.

4.4.2. Kriteria Eksklusi

a. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) pelabuhan belawan, Medan yang

tidak hadir saat pengambilan data.

b. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) pelabuhan belawan, Medan yang

tidak bersedia mengikuti penelitian.

25

Nn=------------------

1+N(d)2

7542,85 =------------------

1+ 75(0,1)2

Page 26: 6. Bab i, II, III, IV Fix

4.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berasal dari data primer.Data primer adalah data

yang diperoleh langsung dari respondendan wawancara dengan mengisi kuesioner

yang telah dirancang penelitian.

4.6. Metode Analisis Data

1. Penyunting Data (Editing)

Hasil kuesioner yang diperoleh atau yang telah dikumpulkan perlu

disunting (edit) terlebih dahulu.

2. Membuat lembaran kode (coding shett)

Lembaran kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Memasukkan Data (Data Entry)

4. Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan

jawaban masing-masing pertanyaan.

5. Tabulasi

Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan oleh peneliti.

4.7. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran / penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) terhadap kesehatan kerja di

Pelabuhan Belawan Medan tahun 2015 berdasarkan teori Hadi Pratomo

dan Sudarti :

a. Pengetahuan

Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar

>75% dari maksimal skor (8-10).

Cukup, apabila responden dapat menjawab dengan benar

40%-75% dari maksimal skor (5-7)

Kurang apabila responden dapat menjawab dengan benar

<40% dari maksimal skor (0-4).

26

Page 27: 6. Bab i, II, III, IV Fix

b. Sikap

Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar

>75% dari maksimal skor (8-10).

Cukup, apabila responden dapat menjawab dengan benar

40%-75% dari maksimal skor (5-7)

Kurang apabila responden dapat menjawab dengan benar

<40% dari maksimal skor (0-4).

c. Tindakan

Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar

>75% dari maksimal skor (8-10).

Cukup, apabila responden dapat menjawab dengan benar

40%-75% dari maksimal skor (5-7)

Kurang apabila responden dapat menjawab dengan benar

<40% dari maksimal skor (0-4).

27

Page 28: 6. Bab i, II, III, IV Fix

4.8. Skoring Kuisioner

Skor pertanyaan pada kuisioner gambaran prilaku Tenaga Kerja Bongkar

Muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan.

PertanyaanSkor

2 1 0

I. PENGETAHUAN

1 C A B

2 A C B

3 C B A

4 C B A

5 A C B

II. SIKAP

1 A B C

2 A B C

3 A B C

4 A B C

5 A B C

III. TINDAKAN

1 A B C

2 A B C

3 B C A

4 A B C

5 A B C

28