Top Banner
TUGAS PBL SKENARIO 2 Disusun oleh : KELOMPOK 27 No. Nama NPM 1. PUTU INDAH L. D. R 10700258 2. RAGIL MUHAMMAD A. 10700260 3. RIZKY NILAM SARI 10700262 4. ANNISA HAYATI 10700264 5. AJUNG SATRIADI 10700266 6. VERONICA OLGA PASCA S. 10700268 7. SANG MADE AGUS WIRA N.Y 10700270 8. DIAN NATALIA MARAMIS 10700274 9. IVAN ROY CHRISTY 10700276 10. VISCA ZERLINDA 10700278 11. MEILIANA ANGELINE UIRIANTO 10700280 12. BERKATNU INDRAWAN J 10700282 PEMBIMBING TUTOR: dr. Iva Puspitasari FAKULTAS KEDOKTERAN 1
55

5B-27-2-dr. Iva

Dec 29, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 5B-27-2-dr. Iva

TUGAS PBL

SKENARIO 2

Disusun oleh : KELOMPOK 27

No. Nama NPM

1. PUTU INDAH L. D. R 10700258

2. RAGIL MUHAMMAD A. 10700260

3. RIZKY NILAM SARI 10700262

4. ANNISA HAYATI 10700264

5. AJUNG SATRIADI 10700266

6. VERONICA OLGA PASCA S. 10700268

7. SANG MADE AGUS WIRA N.Y 10700270

8. DIAN NATALIA MARAMIS 10700274

9. IVAN ROY CHRISTY 10700276

10. VISCA ZERLINDA 10700278

11. MEILIANA ANGELINE UIRIANTO 10700280

12. BERKATNU INDRAWAN J 10700282

PEMBIMBING TUTOR: dr. Iva Puspitasari

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2012/2013

1

Page 2: 5B-27-2-dr. Iva

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nyalah kami

telah menyelesaikan Tugas Problem Based Learning Skenario 2 ini bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.

Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat

bantuan, dorongan dan bimbingan dari pihak-pihak yang lain, sehingga kendala-kendala yang

kami hadapi teratasi.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang

membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Surabaya, Oktober 2012

Kelompok 27

2

Page 3: 5B-27-2-dr. Iva

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3

BAB I SKENARIO........................................................................................................... 4

BAB II KATA KUNCI...................................................................................................... 5

BAB III PROBLEM............................................................................................................ 14

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 15

4.1 BATASAN................................................................................................... 15

4.2 ANATOMI/ HISTOLOGI/ FISIOLOGI/ PATOFISIOLOGI/ PATOMEKANISME .................................................................................. 15

4.3 JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN.......................................... 20

4.4 PEMERIKSAAN.......................................................................................... 22

BAB V HIPOTESA AWAL............................................................................................... 23

BAB VI ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS.............................................. 24

BAB VII HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS).................................................................... 30

BAB VIII MEKANISME DIAGNOSIS................................................................................ 21

BAB IX STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH.................................................... 32

9.1 PENATALAKSANAAN............................................................................. 32

9.2 PRINSIP TINDAKAN MEDIS.................................................................... 33

BAB X PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI..................................................................... 34

10.1 CARA PENYAMPAIAN PROGNOSIS KEPADA PASIEN/ KELUARGA PASIEN................................................................................. 34

10.2 TANDA UNTUK MERUJUK..................................................................... 34

10.3 PERAN PASIEN/ KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN................... 35

10.4 PENCEGAHAN PENYAKIT...................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 37

3

Page 4: 5B-27-2-dr. Iva

BAB I

SKENARIO

Seorang anak laki – laki, berusia 26 bulan dengan berat badan 6.2 kg dan tinggi badan 78

cm, dibawa ibunya ke dokter karena tidak mau makan. Ibunya mengatakan bahwa setiap kali

diberi makan ia muntah, sering menangis, dan badan lemas. Menurut ibunya berat badan

anaknya terlalu kurus, tidak sesuai dengan teman sebayanya dan ibunya jarang membawa

anaknya ke POSYANDU.

4

Page 5: 5B-27-2-dr. Iva

BAB II

KATA KUNCI

Kata kunci yang terdapat dalam skenario 2 ini, antara lain:

1. Muntah

Muntah pada bayi dan anak merupakan gejala yang sering ditemukan dan sering kali

merupakan gejala awal dari penyakit infeksi didalam atau luar gastrointestinal , dan

kelainan anatomi gastrointestinal. Tekanan intrakranial yang meningkat pada awalnya

memberikan gejala muntah juga. Penatalaksanan ditujukan pada penyebab muntah.

Penggunaan obat antiemetik hanya untuk gangguan fungsional gatrointestinaldan

merupakan kontraindikasi pada kelainan mekanik gastrointestinal. Muntah Didefinisikan

sebagai keluarnya isi lambung dengan kekuatan bagaikan menyem -prot melalui mulut.

Hal ini dapat terjadi sebagai reflek protektif untuk mengeluarkan bahan toksik dari dalam

tubuh atau untuk mengurangi tekanan dalam organ intestinal yang dibawahnya

didapatkan obstruksi, kejadian ini biasanya didahului nausea dan retching. Pada usia bayi

gangguan muntah sering terjadi saat usia di bawah 3 bulan sampai lebih dari 3-5 kali

perhari. Gejala muntah berangsur membaik saat di atas usia 3 bulan. Di atas 1 tahun

keluhan muntah masih ada meskipun tidak tiap hari, Biasanya terjadi malam hari yang

didahului batuk-batuk. Setelah muntah anak tidur terlelap seperti tidak mengalami

gangguan. Pada usia anak anak kebiasaan muntah akan berkurang, biasanya akan timbul

hanya saat menangis, batuk, tertawa keras atau berlari, atau saat di dalam kendaraan.

Muntah pada neonatal atau sering disebabkan kelainan struktural saluran cerna, penyakit

metabolisme bawaan dan sekunder terhadap efek penghentian obat ibu ketergantuangan

obat sewaktu hamil. Anamnesa yang komplek selama hamil seperti riwayat pemakaian

5

Page 6: 5B-27-2-dr. Iva

obat sewaktu hamil, riwayat kehamilan sebelumnya dan keguguran, persalinan dan

periode setelah melahirkan. Beberapa keadaan muncul pada umur tertentu seperti stenosis

pylorus pada umur 2 – 8 minggu, invaginasi pada 3-18 bulan, apedistis jarang sebelum

umur 12 bulan. Pada anak lebih besar keadaan lain seperti gastroenteritis, otitis media

dan infeksi saluran nafas akut lebih sering terjadi.

2. Tidak mau makan

Faktor penyebab seorang anak susah makan dikarenakan faktor fisik dan faktor psikis.

Faktor fisik meliputi terdapatnya gangguan di organ pencernaan maupun terdapatnya

infeksi dalam tubuh anak. Sedangkan faktor psikis meliputi gangguan psikologis pada

anak, seperti kondisi rumah tangga yang bermasalah, suasana makan yang kurang

menyenangkan, tidak pernah makan bersama orangtua, maupun anak dipaksa memakan

makanan yang tidak disukai. Pemberian makan pada anak memang sering menjadi

masalah buat orangtua atau pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua

kepada dokter yang merawat anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang

sering dialami oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70%

pada anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering

membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Penelitian

yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan

prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih

dari 3 bulan

Kesulitan makan yang sering terjadi dan berlangsung lama sering dianggap biasa.

Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak.

Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa

mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan.

6

Page 7: 5B-27-2-dr. Iva

Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak anak

kesulitan makannya tidak membaik. Sering juga terjadi bahwa kesulitan makan tersebut

dianggap dan diobati sebagai infeksi tuberkulosis yang belum tentu benar diderita anak.

Gejala kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap,

menelan makanan atau hanya bisa makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau

menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (3).Makan berlama-

lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke

dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan,

menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7),

Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

3. Sering menangis

Penyebab bayi sering menangis :

1. Lapar

Pikiran pertama para orangtua saat bayinya menangis adalah karena si

bayi lapar. Cobalah untuk mengenali tanda-tanda bayi lapar untuk membantu

Anda memulai menyuapi bayi sebelum ia menangis. Beberapa tanda yang perlu

diperhatikan pada bayi yang baru lahir ketika ia lapar; bergerak-gerak seperti tidak

nyaman, menggerak-gerakkan mulutnya dan mengecapkan bibirnya, mencari

tangan Anda ketika Anda mengusap pipinya (gerak refleks bayi untuk mencari

asal makanan), dan menaruh tangannya di mulut

2. Popok kotor

Beberapa bayi akan langsung memberitahu orangtuanya langsung setelah

ia membuang kotoran. Anda pun bisa mengecek dengan menyentuh popoknya,

7

Page 8: 5B-27-2-dr. Iva

apakah ada yang berat atau tidak. Beberapa bayi lain bisa tahan untuk tidak

menangis begitu popoknya kotor.

3. Mengantuk

Orang dewasa berpikir, bayi bisa dengan mudahnya tertidur di mana pun,

kapan pun. Padahal, nyatanya, bayi tidak semudah itu untuk tertidur. Sebagian

bayi akan rewel dan menangis sebelum tidur, khususnya jika mereka terlalu lelah.

Ketika Anda melihat si bayi mulai menguap, coba ajak ia ke tempat tidur dan buat

nyaman. Jika ia memang lelah dan butuh tidur, ia akan tertidur. 

4. Hanya ingin dipeluk

Bayi butuh banyak sentuhan dan pelukan. Mereka senang menatap wajah

orangtuanya, mendengar suara orangtuanya, mendengar detak jantung, bahkan

bisa mendeteksi aroma tubuh orangtuanya. Tangisan bisa jadi merupakan cara

mereka minta didekap. 

5. Masalah dengan perut (gas, kolik, dan lainnya)

Masalah dengan pencernaan anak, yang berkaitan dengan gas atau kolik

bisa menyebabkan tangisan bayi. Bahkan, kolik bisa menyebabkan bayi menangis

berjam-jam, bahkan berhari-hari.  Jika bayi Anda sering merengek dan menangis

setelah diberi makan, kemungkinan ia merasakan sakit pada perutnya. Bila bukan

terjadi akibat kolik, gas dalam lambung bisa menyebabkan rasa tidak nyaman.

Untuk mengatasinya, cobalah letakkan ia dalam posisi telentang, pegang kakinya,

dan gerakkan kakinya seperti ia sedang mengayuh sepeda dengan gerakan lamban.

Lihat pula celana yang ia kenakan, jika talinya dalam bentuk karet, bisa jadi

celana itu menekan perutnya dan menahan gas yang ingin keluar dari perutnya.

Angkat karetnya. Tekanan sedikit pun bisa menyakiti perutnya. Carilah

8

Page 9: 5B-27-2-dr. Iva

kemungkinan lain yang bisa menyebabkan rasa sakit pada perut bayi, seperti asam

lambung, flu perut, alergi susu, intoleransi laktosa, konstipasi, dan pengeluaran

tersumbat. 

6. Gumoh

Gumoh atau bersendawa adalah hal yang perlu. Jika si bayi menangis usai

diberi makan, mungkin ia hanya perlu dibantu untuk mengeluarkan sendawa

(gumoh). Ini terjadi ketika bayi menelan udara saat ia menyusu ASI atau dari

botol. Jika udara tidak dikeluarkan, itu bisa menyebabkan ketidaknyamanan.

Beberapa bayi akan merasa amat terganggu jika ada angin dalam perutnya.

Sebagian bayi tak masalah dengan adanya angin dan akan keluar dengan

sendirinya. 

7. Terlalu dingin atau terlalu panas

Bayi baru lahir sangat suka dibungkus rapat dan dijaga hangat, tetapi

bukan panas. Umumnya, bayi butuh satu lapisan tambahan lebih ketimbang yang

dikenakan orang dewasa untuk merasa nyaman dengan suhu sekitar. Umumnya,

bayi tidak terlalu rewel dengan suhu terlalu hangat ketimbang merasa kedinginan. 

8. Sempit

Bayi bisa merasa tak nyaman akan hal-hal kecil, seperti adanya rambut

yang melilit pada salah satu bagian tubuhnya dan menyebabkan sirkulasi darah

tersumbat. Hal-hal semacam inilah yang pertama kali dicari oleh dokter ketika

ada bayi yang tak berhenti menangis. Ada pula sebagian anak yang ekstrasensitif

terhadap bagian-bagian pakaian yang membuat tidak nyaman, seperti label merek

pakaian atau jahitan baju.  

9. Tumbuh gigi

9

Page 10: 5B-27-2-dr. Iva

Tumbuh gigi bisa bikin gusi terasa sakit. Beberapa anak bisa menangis

lebih parah dari anak lainnya, tetapi umumnya anak-anak akan rewel dan

menangis saat melewati tahap ini. Jika bayi Anda menangis dan Anda tak

mengerti kenapa, coba rasakan gusinya dengan jari Anda. Jika memang ada rasa

keras di gusinya, mungkin memang karena ada gigi yang sedang ingin tumbuh.

Secara rata-rata, gigi pertama anak tumbuh antara usia 4-7 bulan, tetapi bisa juga

lebih cepat. 

10. Terlalu banyak stimulasi

Bayi belajar dari stimulasi dunia di sekitarnya, tetapi kadang mereka butuh

waktu untuk memproses hal-hal tersebut, seperti cahaya, suara, ganti-ganti

gendongan, dan lainnya. Tangisan bisa jadi caranya untuk minta dihentikan

stumulasi itu. 

11. Kurang stimulasi

Anak yang butuh perhatian mungkin akan memiliki sikap yang ceria dan

bersemangat untuk mengenal dunia, dan satu-satunya cara mengehentikan

tangisnya adalah terus beraktivitas. Hal ini bisa jadi hal yang melelahkan untuk

Anda. 

12. Tak enak badan

Jika Anda sudah memberikan segala kebutuhan mendasar si bayi, makan,

mengeluarkan angin, tidak ada yang tersumbat, popok baru, dibungkus,

digendong, dan lainnya, tetapi ia tetap menangis, bisa jadi ia sedang tidak enak

10

Page 11: 5B-27-2-dr. Iva

badan dan temperaturnya tinggi. Umumnya tangisan bayi yang sedang tidak enak

badan berbeda dari tangis biasanya.

4. Anak 26 bulan dan tampak kurus

UmurBerat (Gram) Tinggi (Cm)

Standar 80% Standar Standar 80% Standar

Lahir 

0 - 1 Bulan

     2 Bulan

     3 Bulan

     4 Bulan

     5 Bulan

     6 Bulan

     7 Bulan

     8 Bulan

     9 Bulan

     10 Bulan

     11 Bulan

     12 Bulan

3.400

4.300

5.000

5.700

6.300

6.900

7.400

8.000

8.400

8.900

9.300

9.600

9.900

2.700

3.400

4.000

4.500

5.000

5.500

5.900

6.300

6.000

7.100

7.400

7.700

7.900

50.5

55.0

58.0

60.0

62.5

64.5

66.0

67.5

69.0

70.5

72.0

73.5

74.5

40.5

43.5

46.0

48.0

49.5

51.0

52.5

54.0

55.5

56.5

57.5

58.5

60.0

1 tahun 3 Bulan

           6 Bulan

           9 Bulan

10.600

11.300

11.900

8.500

9.000

9.600

78.0

81.5

84.5

62.5

65.0

67.5

11

Page 12: 5B-27-2-dr. Iva

2 tahun  0 Bulan

            3 Bulan

            6 Bulan

            9 Bulan

12.400

12.900

13.500

14.000

9.900

10.500

10.800

11.200

87.0

89.5

92.0

94.0

69.5

71.5

73.5

75.0

3 tahun  0 Bulan

            3 Bulan

            6 Bulan

            9 Bulan

14.500

15.000

13.500

16.000

11.600

12.000

12.400

12.900

96.0

98.0

99.5

101.5

77.0

78.5

79.5

81.5

4 tahun 0 Bulan

           3 Bulan

           6 Bulan

           9 Bulan

16.500

17.000

17.400

17.900

13.200

13.600

14.000

14.400

103.5

105.0

107.0

108.0

82.5

85.5

86.5

5 tahun  0 Bulan 18.400 14.700 109.0 87.0

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI

5. Tidak pernah ke POSYANDU

Faktor yang menyebabkan ibu tidak mengunjungi posyandu meliputi faktor

pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, umur balita, tingkat

pengetahuan,dorongan keluarga dan sikap .kurangnya pengetahuan tentang posyandu

berakibat untuk berkunjung menjadi kurang yang mempengaruhi lingkungan balitadatang

ke posyandu. Berikut ini hal – hal yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu :

Umur

12

Page 13: 5B-27-2-dr. Iva

Menurut Poerdji dalam (2002) menyatakan bahwa umur 12 hingga 35 bulan

merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan karena pada umur ini

merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Hal lain yang menyebabkan ibu balita tidak lagi

hadir di posyandu khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita merasa

bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan sosial anak

semakin bertambah.

Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi

sehingga pengetahuan tentang Posyandu terbatas. Tingkat pendidikan ibu yang

rendah merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan, hal ini disebabkan

oleh sikap dan perilaku yang mendorong kesehatan masih rendah. Semakin tinggi

tingkat pendidikan ibu, mortalitas dan morbiditas akan semakin menurun. Sehingga

semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka kesadaran untuk berkunjung ke Posyandu

semakin aktif. Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan pengetahuan yang juga

merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku ibu balita membawa balitanya ke

Posyandu. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan membentuk suatu sikap

dan menimbulkan suatu perilaku dalam kehidupan sehari- hari

Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Dukungan keluarga sangat berperan dalam memelihara dan

mempertahankan status gizi balita yang optimal. Keluarga merupakan sistem dasar

dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan,

13

Page 14: 5B-27-2-dr. Iva

keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara

bersama-sama merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab

utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para

professional perawatan kesehatan.

BAB III

PROBLEM

Dalam skenario ini, ada 3 permasalahan, yaitu:

1. Apa yang terjadi dengan anak 26 bulan tersebut?

2. Bagaimana pengobatan yang tepat untuk anak tersebut?

3. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas?

14

Page 15: 5B-27-2-dr. Iva

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Batasan

Dalam pembahasan makalah kami, kami membatasi pembahasan masalah kami pada

penyebab badan anak terasa lemas serta gangguan lain yang menyertai.

4.2 Anatomi/ Histologi/ Fisiologi/ Patofisiologi/ Patomekanisme

4.2.1 Marasmus

4.2.1.1 Pengertian

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama

akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama

tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.

(Dorland, 2002). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering

ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang.

Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang

menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.

(Nelson, 2000)

4.2.1.2 Patofisiologi

15

Page 16: 5B-27-2-dr. Iva

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan

kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan

kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan

hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan

tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak

merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,

karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai

bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan

karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi

kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam

dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat

di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam

lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam

lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan

makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri

jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan

separuh dari tubuh.

4.2.1.3 Etiologi

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang

dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang

tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak

terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.

(Nelson,2000).

4.2.1.4 Manifestasi Klinis

16

Page 17: 5B-27-2-dr. Iva

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai

dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan

kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar

karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap

tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi

menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi

atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi

mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian

lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat

muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar

sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,2000).

4.2.2 Kwasiokhor

4.2.2.1 Pengertian

Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh

defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori

tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar

adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai

Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa

edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.

4.2.2.2 Patofisiologis

Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan

yang sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah

kalori dalam dietnya. kelainanan yang mencolok adalah gangguan

metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan

17

Page 18: 5B-27-2-dr. Iva

hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan

berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk

sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam

serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar

yang kemudian berakibat edem. perlemakan hati terjadi karena

gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari

hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah

dalam hati.

4.2.2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang

berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:

1. Pola makan

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak

untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung

kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam

amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya

mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang

tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju,

tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu

mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi

kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti

ASI.

2. Faktor sosial

18

Page 19: 5B-27-2-dr. Iva

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,

keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk

menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat

menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak

terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan

proteinnya.

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP

dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan

sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan

imunitas tubuh terhadap infeksi.

4.2.3 Gabungan Kwasiokhor dan Marasmus

4.2.3.1 Pengertian

Marasmik Kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie

malnutrition di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga

terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmus kwashiorkor

merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.

4.2.3.2 Etiologi

19

Page 20: 5B-27-2-dr. Iva

Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai

gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang

menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau

sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan

energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai. Apabila

masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan

jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai

untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi

pada anak yang dietnya hanya mengandung karbohidrat saja seperti

beras, jagung atau singkong yang miskin akan protein

4.2.3.3 Prognosis

Kurang energi protein yang dirawat : kematian 20-30%, akan

meningkat bila kadar albumin <1,5 g%, glukosa darah < 3 mmol/L atau

< 50 mg/dl, suhu rektal < 35,50C dan adanya infeksi berat. Gejala sisa :

pencapaian tumbuh kembang terhambat termasuk penurunan

inteligensi, terutama jika KEP terjadi pada usia kurang dari 2 tahun.

4.3 Jenis-Jenis Penyakit Yang Berhubungan

1. Marasmus

2. Kwasiokhor

3. Gabungan Marasmus dan kwasiokhor

4.4 Pemeriksaan

4.4.1 Anamnesa

4.4.1.1 Identitas Pasien

20

Page 21: 5B-27-2-dr. Iva

Nama : An. Muhammad Ali Musa

Umur : 26 bulan

Alamat : Jl. Banjir terus No. 23, Desa Hujan Badai, Kec. Muara

sungai, Kab. Batu kali

Jenis kelamin : Laki-laki

5.4.1.2 Keluhan Utama

Muntah, badan kurus, lemas dan sering menangis

5.4.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Muntah pada saat diberi makan sejak 1 minggu yang lalu, tidak disertai

darah, diasuh oleh ibunya, jarang di bawa ke posyandu, jarang cuci

tangan, ibunya memberi makanan tambahan pada umur 3 bulan, disertai

dengan diare pada 1 minggu yang lalu.

4.4.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Pada saat bayi lahir berat badan bayi rendah dan sering mengalami

muntah.

4.4.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat alergi, tidak ada keterangan pada waktu

ibu hamil kondisi nya seperti apa, keluarga tidak ada yang mengalami

peristiwa seperti ini.

4.4.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Cengeng

Berat Badan : 6.2 Kg

21

Page 22: 5B-27-2-dr. Iva

4.4.2.1 Vital Sign

Denyut Nadi : 96 kali/ menit

Suhu : 36.9 J C

4.4.2.2 Pemeriksaan Fisik

Kepala-Leher : a/i/c/d= -/-/-/-

Rambut : Sering rontok

Penglihatan : Cekung dan sayu

Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : ekstermitas dorsum pedis edema ; akral dingin

4.4.3 Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan darah lengkap

- Profil lemak

- Profil protein

22

Page 23: 5B-27-2-dr. Iva

BAB V

HIPOTESIS AWAL

(DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

Berdasarkan skenario di atas kelompok kami memiliki beberapa macam penyakit sebagai

diagnosis banding berdasarkan apa yang telah dialami oleh An. Santoso,yaitu:

1. Gabungan Kwasiokhor - Marasmus

2. Kwasiokhor

3. Marasmus

23

Page 24: 5B-27-2-dr. Iva

BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

6.1 Gabungan Kwasiokhor - Marasmus

6.1.1 Gejala Klinis

Pada gabungan Kwasiokhor dan Marasmus ditemukan gejala-gejala marasmus

dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor, antara lain sebagai berikut :

1. Pertumbuhan terganggu, berat badan dan tinggi badan kurang

dibandingkan dengan yang sehat.

2. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat, terdapat

gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.

3. Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah

warna

4. Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan

lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi

5. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal,

permukaannya licin dan tajam.

6. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita

7. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum

yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.

24

Page 25: 5B-27-2-dr. Iva

8. Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat

minum.

9. Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu

terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.

10. Hipotoni akibat atrofi otot

11. Perut buncit

12. Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai

13. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis

6.1.2 Pemeriksaan Fisik

1. Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda – tanda

anemia

2. Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema

terutama pada bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot,

adanya perubahan rambut (berwarna kemerahan dan mudah rontok),

adanya perubahan pigmentasi kulit

3. Palpasi : Pembesaran hati

4. Mengukur tinggi badan dan berat badan

5. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram)

dibagi dengan TB (dalam meter)

6. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan

trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya

dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).

Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan

25

Page 26: 5B-27-2-dr. Iva

lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada

wanita.

7. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas

untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,

massa tubuh yang tidak berlemak).

6.1.2 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. Pemeriksaan urin lengkap

3. Pemeriksaan feses lengkap

4. Pemeriksaan protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, profil

protein dan lemak

Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam

serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,tetapi

sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut. Kadar glukosa darah yang

rendah,pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam amino dalam plasma dapat

menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak essensial dan dapat pula

ditemukan aminoasiduria meningkat. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu

ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem

eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi

yang kurang dalam makanan

6.2 Kwasiokhor

6.2.1 Gejala Klinis

26

Page 27: 5B-27-2-dr. Iva

1. Pertumbuhan terganggu, berat badan dan tinggi badan kurang

dibandingkan dengan yang sehat.

2. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat gejala

gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.

3. Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah

warna

4. Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan

lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi

5. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal,

permukaannya licin dan tajam.

6. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita

7. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum

yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.

6.2.2 Pemeriksaan Fisik

1. Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda – tanda

anemia

2. Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema

terutama pada bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot,

adanya perubahan rambut (berwarna kemerahan dan mudah rontok),

adanya perubahan pigmentasi kulit

3. Palpasi : Pembesaran hati

6.2.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap

27

Page 28: 5B-27-2-dr. Iva

2. Pemeriksaan urin lengkap

3. Pemeriksaan feses lengkap

4. Pemeriksaan protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, profil

protein dan lemak

Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam serum.

Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan, tetapi

sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut. Kadar glukosa darah

yang rendah,pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam amino dalam

plasma dapat menurun, jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak

essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat. Pada

pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik

normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis

sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan

6.3 Marasmus

6.3.1 Gejala Klinis

1. Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat

minum.

2. Pertumbuhan berkurang atau terhenti

3. Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek

dan kulit keriput

4. Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu

terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.

5. Hipotoni akibat atrofi otot

28

Page 29: 5B-27-2-dr. Iva

6. Perut buncit

7. Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai

8. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosi

6.3.2 Pemeriksaan Fisik

1. Mengukur TB dan BB

2. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram)

dibagi dengan tinggi badan (dalam meter)

3. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan

trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya

dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).

Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan

lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada

wanita.

4. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas

untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,

massa tubuh yang tidak berlemak).

6.3.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. Pemeriksaan urin lengkap

3. Pemeriksaan feses lengkap

4. Pemeriksaan protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, profil

protein dan lemak

29

Page 30: 5B-27-2-dr. Iva

BAB VII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Dari data pasien yang telah diperiksa (anamnesa dan pemeriksaan fisik), Kelompok kami

mendiagnosa bahwa pasien mengalami gabungan antara kwasiokhor dan marasmus.

30

Page 31: 5B-27-2-dr. Iva

BAB VIII

MEKANISME DIAGNOSIS

31

An. Muhammad Ali Musa (26 bulan)

Anamnesa

1. Tidak mau makan2. Muntah 3. Sering menangis4. Badan lemas5. Jarang dibawa ke

POSYANDU6. Badan terlalu kurus

Pemeriksaan fisik

1. Nadi : 96x/menit2. Suhu : 36.9oC3. Rambut sering

rontok4. Penglihatan cekung

dan sayu5. Edema pada

extermitas dorsum pedis dan akral dingin

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah lengkap

2. Profil lemak3. Profil protein

Kwasiokhor

Pertumbuhan terganggu, edema, terdapat gejala diare, rambut rontok dan berubah warna, kulit kering,terjadi pembesaran hati, anemia ringan

Marasmus

perubahan psikis, Pertumbuhan terhenti, BB menurun, mata cekung dan lebih besar, perut bunci, edema pada tungkai, akral dingin

Gabungan Kwasiokhor - Marasmus

Pertumbuhan terganggu, edema, terdapat gejala diare, rambut rontok dan berubah warna, kulit kering,terjadi pembesaran hati, anemia ringan, perubahan psikis, Pertumbuhan terhenti, BB menurun, mata cekung dan lebih besar, perut bunci, edema pada tungkai, akral dingin

Page 32: 5B-27-2-dr. Iva

Berdasarkan analisa dari data yang diperoleh dan diintegrasikan dengan data klinis pasien diatas,

didapatkan hasil bahwa pasien tersebut mengalami gabungan kwasiokhor dan marasmus

BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 Penatalaksanaan

9.1.1 Non Farmakologis

Memberikan anak makanan yang bergizi agar setiap kebutuhan nutrisi

yang di butuhkan tubuh akan terpenuhi.

Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Sebelum makan, di biasakan

untuk mencuci tangan.

.1.2 Farmakologis

Obat

Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam keadaan sakit,

maka oleh tenaga kesehatan anak diperiksa dan diberikan obat

Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan

dosis sesuai umur pada saat pertama kali ditemukan

Makanan untuk Pemulihan Gizi

Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan lokal atau pabrikan.

32

Gabungan kwasiokhor - Marasmus

Page 33: 5B-27-2-dr. Iva

Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeutic atau gizi siap

saji, F100 atau makanan lokal dengan densitas energi yg sama

terutama dari lemak (minyak/santan/margarin)

Pemberian jenis Makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa

pemulihan (rehabilitasi) :

1. 1 minggu pertama pemberian F 100.

2. Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi

seiring dengan penambahan makanan keluarga.

3. Tenaga kesehatan memberikan makanan untuk pemulihan gizi

kepada orangtua anak gizi buruk pada setiap kunjungan sesuai

kebutuhan hingga kunjungan berikutnya.

9.2 Prinsip Tindakan Medis

Dengan terapi adekuat penderita MEP/KKP dapat ditolong untuk mencapai berat

badan yang cukup perlu waktu 2-3 bulan. Namun pekembangan IQ akan mengalami

retardasi menetap, terutama jiaka MEP/ KKP terjadi sejak usia < 2 tahun (masih terjadi

proses proliferasi, mielinisasi dan migrasi sel otak).

A. Prinsip dasar pengobatan rutin Marasmus Kwashiokor (10 langkah utama), yaitu :

1. Penanganan hipoglikemi

2. Penanganan hipotermi

3. Penanganan dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Pengobatan infeksi

6. Pemberian makanan

7. Fasilitasi tumbuh kejar

33

Page 34: 5B-27-2-dr. Iva

8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

B. Pengobatan penyakit penyerta

Defisiensi vitamin A

Dermatosis

Parasit/cacing

Tuberkulosis

C. Kegagalan pengobatan

Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat

badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi

D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas

Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi

protein (4-6 gr/KgBB/hari).

Beri anak makanan yang sesuai (energi atau protein) dengan porsi paling sedikit 5

kali sehari

Makanan selingan diantara makanan utama

Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit

Teruskan ASI.

E. Tindakan pada kegawatan

Syok à cairan intravena

Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan

kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi

setelah 1 jam.

34

Page 35: 5B-27-2-dr. Iva

BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

10.1 Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien/ Keluarga Pasien

Memberitahukan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit, penyebab dan

penanganan gabungan antara kwasiokhor dan marasmus serta memberikan nasihat untuk

membantu di dalam penyembuhan penyakitnya.

10.2 Tanda Untuk Merujuk Pasien

Jika prognosis ke depannya tidak baik dan terdapat komplikasi yang lebih berat, dengan

sarana dan prasarana yang tidak memadai, maka dokter harus merujuk pasien secepatnya

ke spesialis yang relevan atau ke rumah sakit dengan instlasi yang lebih memadai.

10.3 Peran Pasien/ keluarga Untuk Penyembuhan

10.2.1 Peran Pasien

- Mengikuti nasehat maupun arahan serta tindakan yang dilakukan dokter

- Melaksanakan terapi dan pengobatan yang telah yang diberikan oleh dokter

secara baik dan teratur

10.2.2 Peran Keluarga

- Memotivasi pasien agar melakukan anjuran dokter dengan baik dan teratur

35

Page 36: 5B-27-2-dr. Iva

- Memantau kondisi pasien

- Selalu beri perhatian pada pasien

10.4 Pencegahan Penyakit

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan

dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang

dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara

untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah

itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI

yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,

lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak

minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan

sisanya karbohidrat.

3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program

Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika

tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada

petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah

sakit.

5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori

yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk

36

Page 37: 5B-27-2-dr. Iva

proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat

mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin

penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada

kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi

kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala

kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian

hari.

Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha

keras dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka.

37

Page 38: 5B-27-2-dr. Iva

DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. 2002. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Depdiknas Arisman

2. Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, Jakarta:EGC

3. Nelson, et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1, Edisi 15. Jakarta:EGC

4. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

5. Healthy enthusiast. 2012. Askep pada anak kurang energi protein. Diakses dari

http://healthyenthusiast.com/askep-pada-anak-kurang-energi-protein.html

6. Putri andini. 2011. Kwashiorkor Dampak Kurangnya Sosialisasi Biokimia Kesehatan

oleh Seorang Farmasis Islam bagi Masyarakat Kecil. Diakses dari

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/11/27/kwashiorkor-dampak

kurangnya-sosialisasi-biokimia-kesehatan-oleh-seorang-farmasis-islam-bagi-

masyarakat-kecil/

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Pedoman Pelayanan Anak.

Diakses dari http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Buku-Pedoman-

pelayanan-anakdfr.pdf

8. Nestle. 1999. Energi – Protein: KEP dan Pencegahannya.

9. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta : RajaGrafindo Persada

38

Page 39: 5B-27-2-dr. Iva

39