TUGAS PBL SKENARIO 2 Disusun oleh : KELOMPOK 27 No. Nama NPM 1. PUTU INDAH L. D. R 10700258 2. RAGIL MUHAMMAD A. 10700260 3. RIZKY NILAM SARI 10700262 4. ANNISA HAYATI 10700264 5. AJUNG SATRIADI 10700266 6. VERONICA OLGA PASCA S. 10700268 7. SANG MADE AGUS WIRA N.Y 10700270 8. DIAN NATALIA MARAMIS 10700274 9. IVAN ROY CHRISTY 10700276 10. VISCA ZERLINDA 10700278 11. MEILIANA ANGELINE UIRIANTO 10700280 12. BERKATNU INDRAWAN J 10700282 PEMBIMBING TUTOR: dr. Iva Puspitasari FAKULTAS KEDOKTERAN 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS PBL
SKENARIO 2
Disusun oleh : KELOMPOK 27
No. Nama NPM
1. PUTU INDAH L. D. R 10700258
2. RAGIL MUHAMMAD A. 10700260
3. RIZKY NILAM SARI 10700262
4. ANNISA HAYATI 10700264
5. AJUNG SATRIADI 10700266
6. VERONICA OLGA PASCA S. 10700268
7. SANG MADE AGUS WIRA N.Y 10700270
8. DIAN NATALIA MARAMIS 10700274
9. IVAN ROY CHRISTY 10700276
10. VISCA ZERLINDA 10700278
11. MEILIANA ANGELINE UIRIANTO 10700280
12. BERKATNU INDRAWAN J 10700282
PEMBIMBING TUTOR: dr. Iva Puspitasari
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nyalah kami
telah menyelesaikan Tugas Problem Based Learning Skenario 2 ini bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari pihak-pihak yang lain, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi teratasi.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Surabaya, Oktober 2012
Kelompok 27
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I SKENARIO........................................................................................................... 4
BAB II KATA KUNCI...................................................................................................... 5
BAB III PROBLEM............................................................................................................ 14
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 15
Berdasarkan skenario di atas kelompok kami memiliki beberapa macam penyakit sebagai
diagnosis banding berdasarkan apa yang telah dialami oleh An. Santoso,yaitu:
1. Gabungan Kwasiokhor - Marasmus
2. Kwasiokhor
3. Marasmus
23
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
6.1 Gabungan Kwasiokhor - Marasmus
6.1.1 Gejala Klinis
Pada gabungan Kwasiokhor dan Marasmus ditemukan gejala-gejala marasmus
dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor, antara lain sebagai berikut :
1. Pertumbuhan terganggu, berat badan dan tinggi badan kurang
dibandingkan dengan yang sehat.
2. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat, terdapat
gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.
3. Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah
warna
4. Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan
lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi
5. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal,
permukaannya licin dan tajam.
6. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita
7. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum
yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
24
8. Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat
minum.
9. Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu
terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
10. Hipotoni akibat atrofi otot
11. Perut buncit
12. Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
13. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis
6.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda – tanda
anemia
2. Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema
terutama pada bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot,
adanya perubahan rambut (berwarna kemerahan dan mudah rontok),
adanya perubahan pigmentasi kulit
3. Palpasi : Pembesaran hati
4. Mengukur tinggi badan dan berat badan
5. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram)
dibagi dengan TB (dalam meter)
6. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
25
lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
7. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas
untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
6.1.2 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan urin lengkap
3. Pemeriksaan feses lengkap
4. Pemeriksaan protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, profil
protein dan lemak
Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam
serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,tetapi
sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut. Kadar glukosa darah yang
rendah,pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam amino dalam plasma dapat
menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak essensial dan dapat pula
ditemukan aminoasiduria meningkat. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu
ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi
yang kurang dalam makanan
6.2 Kwasiokhor
6.2.1 Gejala Klinis
26
1. Pertumbuhan terganggu, berat badan dan tinggi badan kurang
dibandingkan dengan yang sehat.
2. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat gejala
gastrointestinal seperti anoreksia dan diare.
3. Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah
warna
4. Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan
lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi
5. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal,
permukaannya licin dan tajam.
6. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita
7. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum
yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
6.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Anamnesa : adanya gangguan sistem gastrointestinal dan Tanda – tanda
anemia
2. Inspeksi : Terlihat adanya perubahan mental terganggu, terdapat edema
terutama pada bagian punggung, muka, kaki dan perut, adanya atrofi otot,
adanya perubahan rambut (berwarna kemerahan dan mudah rontok),
adanya perubahan pigmentasi kulit
3. Palpasi : Pembesaran hati
6.2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
27
2. Pemeriksaan urin lengkap
3. Pemeriksaan feses lengkap
4. Pemeriksaan protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, profil
protein dan lemak
Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam serum.
Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan, tetapi
sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut. Kadar glukosa darah
yang rendah,pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam amino dalam
plasma dapat menurun, jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak
essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat. Pada
pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis
sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan
6.3 Marasmus
6.3.1 Gejala Klinis
1. Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat
minum.
2. Pertumbuhan berkurang atau terhenti
3. Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek
dan kulit keriput
4. Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu
terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
5. Hipotoni akibat atrofi otot
28
6. Perut buncit
7. Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
8. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosi
6.3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Mengukur TB dan BB
2. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram)
dibagi dengan tinggi badan (dalam meter)
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
4. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas
untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
6.3.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan urin lengkap
3. Pemeriksaan feses lengkap
4. Pemeriksaan protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, profil
protein dan lemak
29
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
Dari data pasien yang telah diperiksa (anamnesa dan pemeriksaan fisik), Kelompok kami
mendiagnosa bahwa pasien mengalami gabungan antara kwasiokhor dan marasmus.
30
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
31
An. Muhammad Ali Musa (26 bulan)
Anamnesa
1. Tidak mau makan2. Muntah 3. Sering menangis4. Badan lemas5. Jarang dibawa ke
POSYANDU6. Badan terlalu kurus
Pemeriksaan fisik
1. Nadi : 96x/menit2. Suhu : 36.9oC3. Rambut sering
rontok4. Penglihatan cekung
dan sayu5. Edema pada
extermitas dorsum pedis dan akral dingin
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah lengkap
2. Profil lemak3. Profil protein
Kwasiokhor
Pertumbuhan terganggu, edema, terdapat gejala diare, rambut rontok dan berubah warna, kulit kering,terjadi pembesaran hati, anemia ringan
Marasmus
perubahan psikis, Pertumbuhan terhenti, BB menurun, mata cekung dan lebih besar, perut bunci, edema pada tungkai, akral dingin
Gabungan Kwasiokhor - Marasmus
Pertumbuhan terganggu, edema, terdapat gejala diare, rambut rontok dan berubah warna, kulit kering,terjadi pembesaran hati, anemia ringan, perubahan psikis, Pertumbuhan terhenti, BB menurun, mata cekung dan lebih besar, perut bunci, edema pada tungkai, akral dingin
Berdasarkan analisa dari data yang diperoleh dan diintegrasikan dengan data klinis pasien diatas,
didapatkan hasil bahwa pasien tersebut mengalami gabungan kwasiokhor dan marasmus
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
9.1 Penatalaksanaan
9.1.1 Non Farmakologis
Memberikan anak makanan yang bergizi agar setiap kebutuhan nutrisi
yang di butuhkan tubuh akan terpenuhi.
Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Sebelum makan, di biasakan
untuk mencuci tangan.
.1.2 Farmakologis
Obat
Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam keadaan sakit,
maka oleh tenaga kesehatan anak diperiksa dan diberikan obat
Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan
dosis sesuai umur pada saat pertama kali ditemukan
Makanan untuk Pemulihan Gizi
Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan lokal atau pabrikan.
32
Gabungan kwasiokhor - Marasmus
Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeutic atau gizi siap
saji, F100 atau makanan lokal dengan densitas energi yg sama
terutama dari lemak (minyak/santan/margarin)
Pemberian jenis Makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa
pemulihan (rehabilitasi) :
1. 1 minggu pertama pemberian F 100.
2. Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi
seiring dengan penambahan makanan keluarga.
3. Tenaga kesehatan memberikan makanan untuk pemulihan gizi
kepada orangtua anak gizi buruk pada setiap kunjungan sesuai
kebutuhan hingga kunjungan berikutnya.
9.2 Prinsip Tindakan Medis
Dengan terapi adekuat penderita MEP/KKP dapat ditolong untuk mencapai berat
badan yang cukup perlu waktu 2-3 bulan. Namun pekembangan IQ akan mengalami
retardasi menetap, terutama jiaka MEP/ KKP terjadi sejak usia < 2 tahun (masih terjadi
proses proliferasi, mielinisasi dan migrasi sel otak).
A. Prinsip dasar pengobatan rutin Marasmus Kwashiokor (10 langkah utama), yaitu :
1. Penanganan hipoglikemi
2. Penanganan hipotermi
3. Penanganan dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan infeksi
6. Pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh kejar
33
8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
B. Pengobatan penyakit penyerta
Defisiensi vitamin A
Dermatosis
Parasit/cacing
Tuberkulosis
C. Kegagalan pengobatan
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat
badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi
protein (4-6 gr/KgBB/hari).
Beri anak makanan yang sesuai (energi atau protein) dengan porsi paling sedikit 5
kali sehari
Makanan selingan diantara makanan utama
Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
Teruskan ASI.
E. Tindakan pada kegawatan
Syok à cairan intravena
Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi
setelah 1 jam.
34
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
10.1 Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien/ Keluarga Pasien
Memberitahukan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit, penyebab dan
penanganan gabungan antara kwasiokhor dan marasmus serta memberikan nasihat untuk
membantu di dalam penyembuhan penyakitnya.
10.2 Tanda Untuk Merujuk Pasien
Jika prognosis ke depannya tidak baik dan terdapat komplikasi yang lebih berat, dengan
sarana dan prasarana yang tidak memadai, maka dokter harus merujuk pasien secepatnya
ke spesialis yang relevan atau ke rumah sakit dengan instlasi yang lebih memadai.
10.3 Peran Pasien/ keluarga Untuk Penyembuhan
10.2.1 Peran Pasien
- Mengikuti nasehat maupun arahan serta tindakan yang dilakukan dokter
- Melaksanakan terapi dan pengobatan yang telah yang diberikan oleh dokter
secara baik dan teratur
10.2.2 Peran Keluarga
- Memotivasi pasien agar melakukan anjuran dokter dengan baik dan teratur
35
- Memantau kondisi pasien
- Selalu beri perhatian pada pasien
10.4 Pencegahan Penyakit
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan
dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang
dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara
untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI
yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,
lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak
minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan
sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika
tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah
sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk
36
proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat
mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin
penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada
kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha
keras dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman. 2002. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan