Pendahuluan Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat
daripada gastroenteritis karena istilah yang disebut terakhir ini
memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi, dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang
mengalami peradangan. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi air
besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih
dari satu bulan dan anak bila frekuensi lebih dari 3 kali. gejala
klinis mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian
timbul diare. Anamnesis 1. Waktu dan frekuensi diareDiare pada
malam hari sepanjang hari selalu menunjukan penyakit organic.
Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa ditahan merupakan
kunci penting bagi petunjuk kearah penyakit inflamasi. Diare yang
timbul akut terus berlanjut menjadi kronik dengan riwayat
berpergian mengingatkan pada diare pada turis traveler diarea atau
sprue tropis. Diare dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan terjadi
pagi hari menunjukan sindrom usus iriatif.12. Bentuk tinjaBila
terdapat minyak dalam tinja menunjukan insufisiensi pancreas. Tinja
pucat (steatorea) menandakan kelainan di proksimal ileosekal. Diare
seperti air biasa terjadi akibat kelainan pada semua tingkat dari
system pencernaan terutama usus halus. Adanya makanan yang tidak
tercerna adaalah manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara
tinja dan dinding usus. Bau asam menunjukan penyerapan karbohidrat
yang tidak sempurna. Harus dibedakan anatara perdarahan yang
disertai diare dengan perdrahan yang menyertai tinja normal. Pada
kolitis infeksi dan kolitis ulserosa perdarahan disertai dengan
diare, sedangkan perdarahan yang menyertai tinja normal terdapar
pada keganasan, polip, hemoroid, dan fissura ani.3. Nyeri abdomen
dan keluhan lain yang menyertai diareNyeri abdomen ini merupakan
kelainan tak khas, karena dapat terjadi pada kelainan organik
maupun non organik. Pada penyakit organik, lokasi rasa sakit
menetap sedangkan pada diare psikogenik nyerinya dapat berubah ubah
baik tempat maupun penyebarannya. Nyeri abdomen yang disebabkan
kelainan usus kecil berlokasi disekitar pusat, dan kolik yang
iakibatkan kelaian usus besar, letaknya suprapubik. Nyeri terus
menerus menandakan ulserasi yang berat pada usus atau adanya
komplikasi abses. Demam sering menyertai infeksi atau keganasan.
Mual dan muntah dapat juga menunjukan infeksi.4. ObatBanyak macam
obat mengakibatkan diare, seperti laksan, antasida, diuretik,
bahkan neomisin. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk
membantu menegakan diagnosis. Bila diare berhenti dengan
dihentikannya obat, maka kemungkinan besar diare disebabkan oleh
obat tersebut. 5. Makanan Diare dan mual yang menyertai minum susu
menunjukkan dugaan kuat terhadap intoleransi lactose dan sindrom
usus iriatif. Pada pada pasien dengan riwayat diare terhadap
makanan tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam
keluarganya atau manifestasi alergi lain seperti asma. 6.
Lain-lainAnamnesis diare berupa air yang sangat hebat tanpa gejala
yang jelas ke arah infeksi dapat dikarenakan antara lain tumor
endokrin penyebab diare yaitu karsinoma meduler tiroid dan diare
hormonal yang lain misalnya fipoma, sindrom karsinoid atau
kecanduan obat-obat pencahar. Pemeriksaan :Pemeriksaan fisik :a)
Tanda-tanda vitalSuhu badan mengalami peningkatan, nadi menjadi
cepat dan lemah,t ekanan darah menurunb) AntropometriPemeriksaan
antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala,
lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami
penurunan berat badan c) PencernaanDitemukan gejala mual dan
muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat,
anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encerd) Integumenlecet
pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek, mata
cekung. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan TinjaPemeriksaan
tinja selalu penting,mula-mula di perhatikan apakah bentuknya cair,
setenah padat,atau bercampur darah,lendir.Harus segera di periksa
apakah ada amoeba,cacing/telur,leukosit, dan eritrosit.adanya
gelembung lemak memberi dugaan kearah malabsorbsi lemak dan
penyakit pancreas.adanya eritrosit menunjukan adanya infeksi ,
sedangkan jika ada leukosit kemungkinan ada infeksi dan inflamasi
usus.Pemeriksaan pH tinja perlu di lakukan bila ada dugaan
malabsorbsi karbohidrat,di mana pH tinja di bawah 6,di sertai tes
reduksi positif menunjukan adanya intoleransi glukosa.Pewarnaan
gram perlu di lakukan untu mengetahui diare oleh karna infeksi
bakteri,jamur ,dan sebagainya.selain itu dapat di periksa sifat
tinja berupa volume baik itu banyak dan berbau busuk menunjukan
adanya infeksi dan bila terdapat kelainan demikian ,dapat langsung
di lakukan kultur tinja. Bila terdapat minyak dalam tinja menunjuka
insufisiensi pancreas,tinja pucat(steathore) menandakan kelainan di
proximal ileosekal.diare seperti air bisa terjadi akibat kelainan
pada semua tingkat dari GI tract.adanya makana yang tidak tercerana
di saluran cerna adalah manifestasi dari kontak yang terlalu cepat
antara tinja dengan dinding usus .sedangkan bau asam menunjukan
adanya penyerapan karbohidrat yang tidak sempurna.perlu di bedakan
perdarahan yang disertai diare atau perdarahan yang menyertai tinja
normal.Pada colitis infeksi dan colitis ulcerosa perdarahan
disertai dengan diare,sedangkan yang menyertai tinja normal ada
keganasan,hemoroid.polip dan lainya.Pemeriksaan fisik tinja normal
tidak selalu menyingkirkan kelainan organic.2 Pemeriksaan
darahIdealnya pemeriksaan darah di lakukan setelah pemeriksaan
tinja .bila pemeriksaan tinja saja belum mengarah ke diagnosis.
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan
hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu
protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinaseperti anemia
defesiensi besi,B12 serta asam folat pada gangguan absorbsi. Kadar
B12 rendah adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan pada semua
tempat di usus kecil.kadar albumin rendah menunjukan adanya tanda
protein loosing dari peradangan di ileum,yeyunum ,kolon atau pada
syndrome malabsorbsi.semua keadaan di atas perlu konfirmasi dengan
biobsi.Eusinofil dapat di jumpai pada gastroenteritis eusinofilik
,alergi makanan,atau infeksi parasit diusus.Pemeriksaan serologis
terhadap amoeba harus dilakukan.Pada pasien dengan kecurigaan
infeksi kronik perlu di periksa juga kemungkinan imunodefisiensi.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
fosfor dalam serum. Pemeriksaan untubasi duodenum untuk mengetahui
jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik. Diagnosis :Working
diagnosis :Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut
dan berlangsungkurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7
hari), dengan pengeluarantinja yang lunak / cair yang sering dan
tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut
menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat
mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena
dehidrasi. Penyebab terpenting diare pada anak-anak adalah
Shigella, Campylobacterjejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera,
Salmonella, E. coli, rotavirus.2Diferntial diagnosis :
DysentriSindrom desentri terdiri dari kumpulan gejala diare dengan
darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus.Diare berdarah
dapat disebabkan oleh kelompok penyebab diare,seperti oleh infeksi
virus, bakteri, parasit, Intoleransi laktosa, alergi protein susu
sapi. Tetapi sebagian besar disentri disebabkan oleh
infeksi.Penularannya secara fecal oral kontak dan orang ke orang
atau kontak orang dengan alat rumah tangga. penyebab utama disentri
adalah Shigella, Salmonela, compylobacter jejui, Escherichia ( E.
Coli) , dan Entamoeba histolytica. Disentri berat ummunya
disebabkan oleh shigellia dysentery, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasl
v.e.E.coli ( EIEC).5 Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air
yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada daerah dengan
sanitasi dan higiene perorangan yang buruk Diare pada disentri
umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua atau
ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanda lendir, sakit perut
yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu
makan dan badan terasa lemah.Pada saat tenesmus terjadi, pada
kebanyakan penderita akan mengalami penurunan volume diarenya dan
mungkin feses hanya berupa darah dan lendir. Gejala Infeksi saluran
napas akut dapat menyertai disentri. Dissentri dapat menimbulkan
dehidrasi,dari yang ringan sampai dengan dehidrasi berat walaupun
kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan dengan diare cair akut,
Komplikasi disentri dapat terjadi lokal di saluran cema maupun
sistemik. Diare persistenAdalah diare yang mula-mula bersifat akut
tapi berlangsung selama 14 hari. Episode ini dimulai sebagai diare
cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering
terjadi. Volume tinja dalam jumlah banyak sehingga ada resiko
dehidrasi. Penyebab : E. coli, Shigella dan Cryptosporidium. Diare
persisten berbeda dengan diare kronik, yakni diare intermitten
(hilang-timbul), atau yang berlangsung lama dengan penyebab non
infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan
metabolisme yang menurun.Etiologi :Etiologi diare dapat dibagi
beberapa faktor, yaitu :1. Faktor infeksi Infeksi enternal yaitu
infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak. Infeksi enternal ini meliputi : Infeksi bakteri (10-20%):
vibrio, E.coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersenia,
aeromonas Infeksi virus (70%) : enterovirus , adenovirus, rotairus,
astrovirus Infeksi parasit : cacing (ascaris , trichiuris, oxyuris,
strongyloides Protozoa (10%) : entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homonis Jamur : candida albicans2. Infeksi
parenteral yaitu infitits infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis,
bronkopnemonia, ensefalitis. Keadaan teruta pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.33. Faktor malabsorbsi : Malabsorbsi
Karbohidrat (Gula). Malabsorbsi karbohidrat atau gula adalah
ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap (absorb) gula-gula.
Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi dengan kekurangan
lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu) dimana
produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose, menjurus
pada diare. Lactose tidak diurai dalam usus karena ketidakhadiran
dari enzim usus, lactase, yang normalnya mengurai lactose. Tanpa
diurai, lactose tidak dapat diserap kedalam tubuh. Lactose yang
tidak tercerna mencapai usus besar dan menarik air (dengan osmosis)
kedalam usus besar. Ini menjurus pada diare. Meskipun lactose
adalah bentuk yang paling umum dari malabsorbsi gula, gula-gula
lain dalam diet juga mungkin menyebabkan diare, termasuk fructose
dan sorbitol. Malabsorbsi Lemak. Malabsorbsi lemak adalah
ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap lemak. Malabsorbsi
lemak mungkin terjadi karena sekresi-sekresi pankreas yang
berkurang yang adalah perlu untuk pencernaan lemak yang normal
(contohnya, disebabkan oleh pankreatits atau kanker pakreas) atau
oleh penyakit-penyakit dari lapisan dari usus kecil yang mencegah
penyerapan dari lemak yang telah dicerna (contohnya, penyakit
celiac). Lemak yang tidak tercerna memasuki bagian terakhir dari
usus kecil dan usus besar dimana bakter-bakteri merubahnya kedalam
senyawa-senyawa (kimia-kimia) yang menyebabkan air disekresikan
oleh usus kecil dan usus besar. Lintasan melalui usus kecil dan
usus besar juga mungkin lebih cepat ketika ada malabsorbsi dari
lemak. Faktor makanan : Faktor makanan misalnya makanan basi,
beracun, atau alergi terhadap makanan. Penularan melalui kontak
dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,seperti : Makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber
air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di
dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.4
Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 7
episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil
survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding
survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih
merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas
2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan
proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare pada anak
merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau
tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi
rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya
di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.Patofisisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : Gangguan
osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan sekresi
: akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus Gangguan motilitas usus : hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.Patogenesis diare akut : Masuknya jasad
renik yang msih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung Jasad renik tersebut berkembang biak didalam
usus halus. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diargenik)
Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.3Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang
terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus dapat secara langsung
merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan
terhambatnya perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil
dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini
menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama
infeksi rotavirus.5Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa
mekanisme yang berbeda. Bakteri non invasive (vibrio cholera,
E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang dan
kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan
lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan
sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang
sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus
teregang, kemudian terjadilah diare.Bakteri invasive (salmonella
spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon
inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di
dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin Escherichia coli yang
tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin
yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase.6Gejala klinis
: Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat
badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor
kulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.3Tentukan
status hidrasi : pasien anak-anak juga bisa datang dalam keadaan
kurang cairan, disertai takikardi dan hipotensi postural, sehingga
membutuhkan cairan salin intravena.Pada umumnya demam merupakan
tanda penyakit infeksi, namun bisa juga didapatkan pada kolitis
yang berat. Penanda penyakit kronis (clubbing, koilonikia,
leukonikia, ulkus di mulut, penurunan berat badan) bisa ditemukan
pada penyakit inflamasi usus kronis. Bisa ditemukan nyeri abdomen
nonspesifik. Sigmoidoskopi dan biopsi rectal bisa membantu
Derajat Dehidrasi7Gejala & TandaKeadaan UmumMataMulut/
LidahRasa HausKulit% turun BBEstimasi def. cairan
Tanpa DehidrasiBaik, SadarNormalBasahMinum Normal, Tidak
HausDicubit kembali cepat< 550 %
Dehidrasi Ringan -SedangGelisah RewelCekungKeringTampak
KehausanKembali lambat5 1050100 %
Dehidrasi BeratLetargik, Kesadaran MenurunSangat cekung dan
keringSangat keringSulit, tidak bisa minumKembali sangat
lambat>10>100 %
Gejala klinikRotavirusShigellaSalmonellaE .coli entero sigenikE
. coli entero invasifcholera
Mual muntahSeringjarangsering+-sering
Panas+++++-++-
Nyeri perutTenesmusTenesmus kolikTenesmus kolikKadangTenesmus
kolikKolik
Gejala lainSering distensi abdomenPusing ,dapat ada
kejangHipotensiPusing bakterimia toksemia sistemik
Sifat tinjaVolumeSedangSedikitSedikitBanyakSedikitBanyak
frekuensi5-10 kali>10kaliSeringSeringSeringTerus-menerus
KonsistensiCairLembekLembekCairLembekCair
Darah-SeringKadang-+-
Bau--BusukTdk spesifik-Amis
WarnaKuning hijauMerah hijauHijauTdk berwarnaMerah hijauSeperti
cucian beras
Leukosit-++---
Sifat lainanoreksiakejangsepsisMeteorismusInfeksi sistemik-
Komplikasi :Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik). Renjatan hipovolemik. Hipokalemia (dengan gejala
meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektrokardiogram). Hipoglikemi Intoleransi laktosa sekunder,
sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa usus halus. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.3
Penatalaksanaan : Penggantian Cairan dan elektrolit Aspek paling
penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat
dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan
dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien
kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang
memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya,
cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan
2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa
per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam
paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air.
Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral
pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok teh garam, sendok
teh baking soda, dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua
pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.
Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka
merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan,
cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer
harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan
kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan
memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan
penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan
rehidrasi oral sesegera mungkin.Mengobati kausa Diare Tidak ada
bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji
klinis.Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk
mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air dan elektrolit
serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik
yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin,
hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan
menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya
sembuh sendiri (self limiting).Antibiotik hanya diperlukan pada
sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena
penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus).
Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi
kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara
klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala
diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti
motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan
paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan
absorpsi dan sirkulasi.9Beberapa antimikroba yang sering dipakai
antara lain Kolera : Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2
hari)Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari) Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2
dosis (5 hari)Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis: Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )
Pencegahan : Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat.1. Usahakan untuk selalu mencuci
tangan sebelum menyentuh makanan.Usahakan pula menjaga kebersihan
alat-alat makan.2. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan
sanitasi standar di lingkungan tempat tinggal. 3. Air dimasak
benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan
tidak berasa.4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di
meja.5. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke
sekolah6. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan
tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.97.
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur
atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi.
Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.Prognosis Secara
umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung pada penyakit
penyerta/komplikasi yang terjadi.Jika diarenya segera di tangani
sesuai dengan kondisi umum pasien maka kemungkinan pasien dapat
sembuh.Yang paling penting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan
syok karena dapat berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta
yang memberatkan keadaan pasien maka perlu di lakukan pengobatan
terhadap penyakitnya selain penanganan terhadap diare.10Oleh karna
itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan pemeriksaan
penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan penanganan
yang tepat sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di
alaminyaKesimpulan :1. Diare akut adalah buang air besar pada bayi
atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai dengan perubahan
konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu2. Cara penularan diare
umumnya melalui cara fekal oral. Faktor resiko ( Faktor umur,
Infeksi asimtomatik, Faktor musim, Epidemi dan pandemik)3. Sebagian
besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus. Etiologi diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor, yaitu: Faktor infeksi, Faktor
Malabsopsi, Faktor makanan : makanan, Faktor Psikologis4. Gejala
klinis: Bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul
diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/ atau lendir,
warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena
tinja makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat,
yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus.5. Upaya pencegahan diare: Penggunaan ASI, Perbaikan pola
penyapihan, dan Perbaikan higiene perorangan.10
Daftar pustaka 1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T.
Ilmu kebidanan. Edisi 3; jilid III. Jakarta: P.T. Gramedia. 2004.
Hal 630-40.2. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis
(Diare ) akut dalam: Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono,
Aswitha B,EM Halimun : edisi ke2 Jakarta 2005: Balai penerbit FK-UI
hal 51-763. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2000. hal 283-74. Irwanto,Roim A,
Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan
penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2004 :
Salemba Medika hal 73-1035. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM,
Arvin AM. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15; Vol. 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. Hal 1339-586. Juffire M, Sri
Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK
Gastro-Hepatologi IDAI. 2011 7. Diare pada Anak. [ update 2011 mar
10, citied 2011 mar 20.00 WIB] Available From:
http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-pada-anak8. Panduan
Pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional DR.
Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 20079. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan
rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan
makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 200810. Hegar B, Kadim M.
Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan Kedokteran
indonsia Vol 1 No 06,2006
eses adalah produk limbah pencernaan. Warna feces normalnya
disebabkan oleh kehadiran dariempedu, terutama, bilirubin dalam
empedu. Bilirubin dibentuk dari hemoglobin setelah
hemoglobindilepas dari sel-sel darah merah sewaktu penghancuran
mereka, bagian dari proses yang normal daripenggantian sel-sel
darah merah dalam darah. Hemoglobin yang dilepaskan di modifikasi
secara kimiadan dikeluarkan dari tubuh oleh hati. Di dalam hati
hemoglobin yang dirubah secara kimia (disebutbilirubin) dilekatkan
pada kimia-kimia lain dan dikeluarkan dari sel-sel hati kedalam
empedu. Tergantungpada konsentrasi dari bilirubin, empedu dapat
bervariasi dari hampir hitam ke kuning muda dalamwarnanya. Campuran
makanan dengan empedu dari hati dan enzim pencernaan dari protein
yangmemungkinkan pankreas, karbohidrat, dan lemak yang terdapat di
dalam makanan akan dipecah untukmembentuk slurry (bubur). Campuran
cairan ini melewati usus kecil di mana nutrisi yang diserap kedalam
aliran darah dan limbah cair dikirim ke usus besar. Dalam usus
besar, air yang diserap dan tinjaterbentuk. Tinja yang normal
mengandung bakteri, makanan yang dicerna, selulosa dari bahan
tanamantercerna, dan empedu. Warna feses yang normal dapat berkisar
dari cokelat muda sampai coklat gelap menjadi hijau. Seringkali
warna feses dipengaruhi oleh apa yang telah dimakan, dan
mungkintidak menandakan penyakit apapun. Namun sebaliknya ada
kemungkinan bahwa warna tinja dapatmemberikan petunjuk penting
adanya penyakit di dalam tubuh.Jika kotoran anda berwarna cokelat,
hal ini berarti merupakan pertanda bagus bahwa anda sedangdalam
kondisi yang relatif sehat dan tidak mempunyai masalah dalam
produksi cairan empedu ataubilirubin. Sedangkan jika kotoran anda
sedikit berbeda dengan warna kotoran pada umumnya bisa jadiini
adalah tanda anda sedang mengalami masalah kesehatan. Berikut
beberapa warna kotoran manusiadan penyebabnya.1. Warna tinja
hijauKotoran berwarna hijau terutama disebabkan karena waktu
transit kotoran yang sangat singkat di usus.Hal ini akan
menyebabkan proses pewarnaan kotoran menjadi sangat singkat dan
menghasilkankotoran dengan warna kehijauan. Dalam kondisi ini, Anda
bisa mengalami diare bila kondisi terusmenerus dibiarkan. Selain
itu, kotoran berwarna hijau juga bisa jadi merupakan indikator dari
beberapajenis infeksi bakteri, karena peradangan pada usus juga
menyebabkan waktu transit kotoran menjadisingkat. Kotoran berwarna
hijau ini juga bisa jadi diakibatkan karena gaya hidup anda yang
memangseorang vegetarian. Karena zat klorofil yang terkandung dalam
daun tidak dapat tercerna dan akan ikutterbawa bersama kotoran.2.
KuningKotoran berwarna kuning berarti terdapat banyak kandungan
lemak dalam tinja anda. Dan hal inibukanlah merupakan pertanda yang
baik. Cobalah sedikit demi sedikit untuk mengubah pola makantinggi
lemak anda. Selain itu, kotoran warna kuning juga akan memiliki
aroma dan bau yang sangat kuat,yang akan membuat waktu buang air
besar anda menjadi saat-saat yang tidak nyaman.3. MerahJika anda
melihat kotoran anda berwarna merah, ini bisa menjadi pertanda
adanya perdarahan internalpada usus atau daerah sekitar rektum atau
anus anda. Namun anda jangan keburu khawatir, karenakotoran warna
merah ini bisa juga diakibatkan hanya karena anda baru saja
konsumsi makanan atauminuman berwarna. Selain itu, walaupun sangat
jarang terjadi, hal ini bisa juga diakibatkan karenakelebihan
produksi cairan empedu sehingga menyebabkan diare yang sangat hebat
dan menyebabkansaluran pencernaan anda mengalami pendarahan.4.
HitamWarna kotoran yang kehitaman bisa jadi diakibatkan karena
pendarahan yang terjadi pada lambungatau tenggorokan. Walaupun
pendarahan biasanya menyebabkan warna kotoran anda menjadi
merah,namun pendarahan pada organ lambung atau tenggorokan anda
akan menghasilkan warna kotoranyang hitam. Hal ini dikarenakan
darah akan mengalami proses oksidasi ketika melewati cairan
asamlambung dan menghasilkan warna kehitaman.5. Putih atau
KeabuanWarna kotoran yang kehitaman bisa jadi diakibatkan karena
pendarahan yang terjadi pada lambungatau tenggorokan. Walaupun
pendarahan biasanya menyebabkan warna kotoran anda menjadi
merah,namun pendarahan pada organ lambung atau tenggorokan anda
akan menghasilkan warna kotoranyang hitam. Hal ini dikarenakan
darah akan mengalami proses oksidasi ketika melewati cairan
asamlambung dan menghasilkan warna kehitaman.BAYI YANG MENYUSU
ASI:Usia 0-6 Bulan:
Frekuensi BAB normal:Sehari 1-7 kali atau bahkan hanya 1-2 hari
sekali. Dengan catatan berat badan bayi terus bertambah sesuai
grafik normal yang tertera pada Kartu Menuju Sehat/KMS. Jika yang
terjadi sebaliknya, si kecil harus menjalani pemeriksaan
dokter.Frekuensi BAB tidak normal:*Setelah 2 hari tidak BAB atau
BAB tiga hari 1 kali. Kondisi ini perlu dikonsultasikan pada
dokter. Biasanya dokter akan melihat kondisi perut bayi, kembung
atau tidak, keadaan feses, berat badan, dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa kemungkinan penyebab bayi jarang BAB adalah:*Faktor
makanan ibu. Misal, ibu menyusui sedang mengonsumsi
obat-obatan/jamu. Akibatnya bayi yang memperoleh asupan makanan
dari ASI ibu ikut "merasakan" dampak obat itu. Asal tahu saja,
beberapa obat/jamu bisa membuat gerak/kerja usus menjadi lambat.
Kondisi ini yang pada akhirnya membuat bayi mengalami
sembelit.*Masalah pada sistem pencernaan bayi. Misal, ususnya
tersumbat atau melintir.*Lebih dari 7 kali sehari. Frekuensi BAB
yang lebih sering dari biasanya dapat disebabkan faktor makanan
ibu. Contoh, ibu menyusui yang mengonsumi makanan pedas atau makan
yang mengandung serat tinggi dapat membuat bayinya jadi lebih
sering pup.
BAYI YANG TIDAK MENYUSU ASIUsia Usia 0-6 bulan
Frekuensi BAB yang normal:Sekitar 3-4 kali sehari sampai hanya
1-2 hari sekali. Kenapa frekuensi BAB-nya lebih jarang dari bayi
yang menyusu ASI? ASIseperti diketahui sangat mudah dicerna oleh
bayi. Namun tidak begitu dengan susu formula yang lebih sulit
dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan bayi. Inilah yang
menyebabkan kenapabayi yang menyusu ASI jarang mengalami kegemukan,
sementara "bayi susu formula" kerap kelebihan berat badan.Frekuensi
BAB yang tidak normal:Bila feses bayi encer dan frekuensinya lebih
dari 10 kali per hari disertai penurunan berat badan.
Usia 6 bulan ke atas
Frekuensi BAB normal:Biasanya 3-4 kali sehari atau 2 hari
sekali. Setelah anak menginjak 4 tahun, frekuensi BAB-nya sudah
seperti orangtuanya, yakni satu sampai dua kali sehari.Frekuensi
BAB tidak normal:*Lebih dari 4 kali sehari disertai gejala-gejala
lain. Misalnya, bayi BAB sampai 6 kali sehari. Ini bisa dijadikan
alarm bagi orangtua bahwa kondisi si kecil sedang tidak sehat. Coba
perhatikan apakah bayi juga rewel atau gelisah? Jika ya,
kemungkinan ada sesuatu yang tidak beres pada pencernaannya. Untuk
menelusuri penyebabnya, ingat-ingat apa menu makanannya hari itu
hingga 2 hari sebelumnya; apakah terlalu banyak serat? Terlalu
banyak diberi buah/sayuran mungkin. Bayi yang terlalu banyak
mengonsumsi serat berpotensi untuk lebih sering BAB dan akhirnya
menjadi kurus. Sebab apa yang dikonsumsinya lebih banyak yang
dikeluarkan ketimbang yang diserap.Dua kali dalam kurun waktu tujuh
hari atau kurang. Kemungkinan bayi mengalami konstipasi/sembelit
atau pemampatan feses di usus besar. Hati-hati, jika feses yang
keras membuat anusnya luka dan si kecil mengalami trauma sehingga
enggan untuk buang air besar yang berikutnya.
Penyebab konstipasi:*Bisa jadi bayi terlalu banyak minum susu
dan kurang mendapat makanan padat serta kurang minum air
putih.*Kurang serat/kurang mengonsumsi sayuran atau
buah-buahan.Cara mengatasinya, penyebab pertama bisa diatasi dengan
mengurangi asupan susu formula pada bayi dan menggantikannnya
dengan memperbanyak asupan makanan padat sesuai usianya. Sementara
yang kedua, tentu bayi harus lebih banyak diberi makan buah-buahan,
sayuran, dan tak lupa banyak minum air putih. Bila kondisi ini
tidak mengalami perbaikan, amat bijak bila si kecil diperiksakan ke
dokter
Tiga Hari PertamaBeberapa hari pertama setelah kelahirannya bayi
mengeluarkan mekonium, yakni bahan lengket berwarna hijau pekat
mendekati hitam yang terkumpul di dalam usus bayi selama berada di
kandungan. Pada hari ketiga, bayi yang mendapatkan lebih banyak ASI
akan buang air besar lebih mudah. Biasanya bayi sudah mengeluarkan
seluruh mekonium dan bentuk tinja bayi berubah di hari
keempat.Bulan PertamaTinja bayi yang wajar berwarna kuning, sedikit
berbau, memiliki bentuk lunak agak cair dan berbij-biji. Bentuk
tinja juga dapat sedikit berbeda, misalnya berwarna lebih hijau
atau kuning pekat, berlendir atau berbuih. Perbedaan warna ini
tidak menunjukkan masalah apapun. Bayi ASIX yang semakin mudah
buang air besar di hari ketiga kehidupannya berarti dalam keadaan
yang baik.Bayi yang sehat dan mendapat cukup asupan ASI akan buang
air kecil lebih dari enam kali dalam sehari. Walaupun begitu,
segera periksakan bayi kepada tenaga atau fasilitas kesehatan jika
ia mengalami salah satu dari tanda-tanda di bawah.1. Bayi masih
mengeluarkan mekonium pada usia 4 atau 5 hari2. Bayi usia 5-21 hari
tidak buang air besar dalam 24 jam3. Tinja bayi berwarna coklat,
jarang buang air besar, atau tinja sedikitSelain mengamati asupan
bayi, memantau frekuensi buang air besar dan jumlah tinja merupakan
cara untuk menilai bilamana bayi mendapatkan cukup ASI. Jumlah
tinja bayi seharusnya meningkat setidaknya pada hari kelima dengan
frekuensi buang air besar 2-3 kali setiap hari. Bahkan beberapa
bayi buang air besar setiap selesai menyusu dan ini bukan berarti
bayi menderita diare.Diare adalah kondisi perubahan frekuensi buang
air besar secara mendadak dengan jumlah tinja lebih banyak dan
dalam bentuk yang sangat cair. Terus berikan ASI dan perbanyak
asupannya untuk mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan pada
bayi. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi berikut ini: Mata kering,
bayi menangis tanpa mengeluarkan air mata atau hanya sedikit;
Kulit, mulut dan bibir lebih kering; Air seni berwarna gelap,
keluar sedikit atau tidak keluar sama sekali; Mata tampak cekung
atau terbenam; Sangat lemas dan kesadaran menurun; Selalu merasa
haus atau malah menolak minum; Ubun-ubun terlihat cekung; Ketika
kulit dicubit dengan dua jari kulit sulit kembali ke bentuk
asal.Segera hubungi tenaga atau fasilitas kesehatan bila menemukan
tanda dehidrasi, diare yang disertai dengan darah, kejang, nafas
cepat dan dangkal, muntah terus-menerus, panas tinggi di atas 38,5C
yang tidak berkurang dalam 2 hari, diare berlangsung lebih dari 14
hari, atau bayi tampak kesakitan atau kolik. Bayi yang kesakitan
akan menangis kuat sambil menekuk kaki, gelisah serta
berkeringat.Usia 2-6 BulanFrekuensi buang air besar setiap bayi
berbeda-beda. Secara umum frekuensi buang air besar bayi akan
semakin berkurang seiring pertambahan usianya karena usus telah
berkembang lebih sempurna dan dapat menyerap ASI lebih baik.
Memasuki bulan kedua, beberapa bayi ASIX mendadak mengubah
frekuensi buang air besar mereka dari sering menjadi sekali dalam
tiga hari. Bahkan ada bayi yang tidak buang air besar selama 20
hari atau lebih. Selama bayi sehat dan bentuk tinja wajar maka hal
tidak menjadi masalah. Memang bayi ASIX lebih jarang mengalami
sembelit atau konstipasi karena nutrisi ASI mudah dicerna dan
diserap oleh tubuh serta mengandung zat laksatif yang dapat
mengencerkan tinja.Setelah Bulan KeenamSetelah bayi mendapat
Makanan Pendamping ASI (MPASI) biasanya frekuensi buang air besar,
bentuk dan jumlah tinja akan berubah tergantung dari asupan
makanannya. Jika tinja bayi keras hingga saat buang air besar ia
mengalami kesulitan, rasa nyeri, atau bahkan luka anus yang
berdarah, hal ini dinamakan sembelit. Tambahkan cairan, buah, dan
serat ke dalam makanannya. Sembelit yang disebabkan oleh diet makan
yang tidak seimbang akan hilang dengan sendirinya. Segera hubungi
tenaga kesehatan apabila sembelit disertai dengan sakit perut hebat
atau muntah.Sumber: Newman, Jack. Kernerman, Edith. 2009.Is My Baby
Getting Enough Milk?, diakses April 2011). Pujiarto, Purnamawati S.
2008. Q&A Smart Parents for Healthy Children. Jakarta:
Intisari. Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-24 Bulan.
Jakarta: Gramedia.