1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang guru harus berfokus pada bagaimana cara belajar, bukan pada untuk apa belajar. Para siswa mungkin tidak banyak tahu tentang segala hal tetapi mereka selalu butuh tahu bagaimana cara belajar. Guru perlu mengajarkan cara membaca untuk mendapatkan pemahaman, bagaimana menyusun gagasan, bagaimana cara mempelajari mata pelajaran yang sulit, dan bagaimana cara menuangkan pemikian dalam bentuk tulisan. Guru diharapkan dapat melibatkan siswa dalam proses belajar dan mengajar. Setiap hari siswa perlu diberi pertanyaan pendapat mereka tentang PR, apakah PR membantu mereka dalam memahami materi, apakah tugas terlalu membebani, bagaimana cara membuat tugas yang lebih menarik, dan kriteria yang dipakai dalam penilaian. Siswa harus mampu berpikir secara mandiri. Tugas guru adalah mengajari mereka cara berpikir dan memberi mereka alat yang dibutuhkan. Kelak siswa akan kagum pada kecerdasan mereka sendiri sehingga guru tidak perlu menunjukkan pada mereka bahwa mereka cerdas. Setiap guru berpotensi untuk menjadi guru yang hebat asalkan paham bahwa mengajar adalah seni yang butuh kerja keras (Santrock, 2008). Paul Ginnis yang menyusun buku Trik dan Taktik Mengajar akan menjadi awal yang baik untuk mulai mengembangkan keterampilan guru dalam seni mengajar. Buku tersebut mengupas perkembangan mutakhir tentang cara belajar, berbagai variasi teknik mengajar, serta berbagai alat untuk memeriksa langkah yang telah dipraktikkan guru. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka permasalahan yang diajukan dirumusakan sebagai berikut. 1. Bagaimana cara mendesain alat untuk meningkatkan hasil belajar di kelas? 2. Alat apa sajakah yang digunakan untuk mengajar dan belajar?
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang guru harus berfokus pada bagaimana cara belajar, bukan pada untuk apa
belajar. Para siswa mungkin tidak banyak tahu tentang segala hal tetapi mereka selalu
butuh tahu bagaimana cara belajar. Guru perlu mengajarkan cara membaca untuk
mendapatkan pemahaman, bagaimana menyusun gagasan, bagaimana cara mempelajari
mata pelajaran yang sulit, dan bagaimana cara menuangkan pemikian dalam bentuk
tulisan.
Guru diharapkan dapat melibatkan siswa dalam proses belajar dan mengajar.
Setiap hari siswa perlu diberi pertanyaan pendapat mereka tentang PR, apakah PR
membantu mereka dalam memahami materi, apakah tugas terlalu membebani,
bagaimana cara membuat tugas yang lebih menarik, dan kriteria yang dipakai dalam
penilaian. Siswa harus mampu berpikir secara mandiri. Tugas guru adalah mengajari
mereka cara berpikir dan memberi mereka alat yang dibutuhkan. Kelak siswa akan
kagum pada kecerdasan mereka sendiri sehingga guru tidak perlu menunjukkan pada
mereka bahwa mereka cerdas. Setiap guru berpotensi untuk menjadi guru yang hebat
asalkan paham bahwa mengajar adalah seni yang butuh kerja keras (Santrock, 2008).
Paul Ginnis yang menyusun buku Trik dan Taktik Mengajar akan menjadi awal
yang baik untuk mulai mengembangkan keterampilan guru dalam seni mengajar. Buku
tersebut mengupas perkembangan mutakhir tentang cara belajar, berbagai variasi teknik
mengajar, serta berbagai alat untuk memeriksa langkah yang telah dipraktikkan guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka permasalahan yang diajukan
dirumusakan sebagai berikut.
1. Bagaimana cara mendesain alat untuk meningkatkan hasil belajar di kelas?
2. Alat apa sajakah yang digunakan untuk mengajar dan belajar?
2
C. Tujuan
Berdasarkan paparan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memahami cara mendesain alat untuk meningkatkan hasil belajar di kelas.
2. Mengenal berbagai alat yang digunakan untuk mengajar dan belajar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagian 1: Mendesain Alat
Kebiasaan
Kebiasaan terbentuk saat seseorang tahu apa yang harus dilakukan, tahu
mengapa melakukannya dan memilih alasan bagus untuk melakukannya dengan kata
lain tahu mengapa. Menurut Covey kebiasaan adalah gabungan dari apa yang harus
dilakukan atau pengetahuan, bagaimana melakukannya atau kecakapan, dan mengapa
melakukannya atau sikap. Mereka yang bekerja dibidang pengenbangan profesional,
atau yang menangani perubahan, tahu kenyataan ini. selaul memaksa orang untuk
mengubah kebiasaan mereka dan tidak akan berhasil. Memberi tahu mereka apa yang
harus dilakukan dengan cara berbeda tidak akan berhasil memberi tahu mereka pa yang
harus dilakukan dengan cara yang berbeda tanpa memberi mereka kecakapanyang
diperlukan menyebabkan rasa frustasi dan gagal. Tidak juga berhasil dalam jangka
waktu yang panjang jika memberi orang teknik baru tanpa menyampaikan dasarnya.
Maka inovasi berumur pendek secara keseluruhan praktik baru tidak akan berkelanjutan
kecuali orang memiliki:
� motivasi untuk tetap melakukannya, yang berasal dari kepercayaan
� pemahaman tentang prinsip-prinsip yang nendasari praktik tersebut sehingga
metodologi baru tersebut dapat terus segar dan dapat dicipta ulang.
Banyak bagian dari buku ini mengenai bagaimana. Penulis mengharapkan buku
ini menarik bagi guru dan trainer yang selayaknya sangat menginginkan ide-ide praktis
yang baru. Tetapi kemungkinannya buku ini akan menyediakan sekedar “kotak coklat”.
Setelah coklatnya dinikmati, kotaknya mungkin dibuang dan kotak yang baru diminta.
Tujuan yang lebih menantang dan jauh lebih produktif dari trik dan taktik mengajar
adalah agar pembaca menguasai resepnya sehingga bisa membuat permen sendiri ketika
pilihan itu habis.
Jadi pada bagian pertama ini adalah tentang mengapa – rasionalnya. mengapa
bersenang-senang dan melakukan hal-hal dengan cara yang berbeda? Mengapa tidak
melakukannya secara biasa saja? Alasan dasarnya adalah bahwa belajar disekolah
kelihatan paling bagus ketika para guru mengikuti hukum alam tentang proses belajar.
4
Ide ini disampaikan oleh Scottish Consultatif Council on the Curiculum dalam
pendahuluan buku mereka Teching for Effective Learning yang sangat bagus
Beberapa akan berargumentasi bahwa mengajar merupakan pekerjaan yang
berbeda tergantung pada apa yang anda ajarkan dan siapa yang anda ajar. Jelas ada
perbedaan tetapi (kami) percaya bahwa prinsip –prinsip dasar dari belajar tetap berlaku.
Tidak peduli dimana anda mengajar dan tidak peduli apa kebutuhannya atau umur siswa
yang anda ajar.
Tugas dari guru dan manager sekolah yang peduli dan moderen adalah
membawa metode pembelajaran yang semakin sejalan dengan proses belajar. Di sini
ada solusi nyata terhadp underattainment (pencapaian rendah) yang terukur secara
sempit dan Underachievement secara lebih luas.
Perbedaan antara Attaintment (perolehan) dan Achievement (pencapaian
prestasi) lebih daripada semantik. Dalam Effective learning in Schools Christoper
Bowring Carr dan John West Burnham menegaskan bahwa belajar harus memiliki
konsekuensi bagi siswa. Dengan konsekuensi kita bermaksud bahwa dengan
mempelajari X, siswa akan melihat dunia dengan cara yang sedikit berbeda, akan
mengubah perilaku atau sikapnya dalam beberapa hal jika belajar yang telah
berlangsung hanya dapat dihasilkan ulang di saat nanti dalam jawaban terhadap
permintaan suatu bentuk penilaian yang meniru problem asli dan konteks untuk problem
tersebut maka yang dipelajari hanyalah belajar yang dangkal.
Belajar yang mendalam menuntut perkembangan realitas personal yang semakin
bagus dengan disiplin dan kompetensi yang sesuai. Trik dan Taktik Mengajar berusaha
memberikan beberapa cara untuk sampai belajar yang mendalam (Achievement) bahkan
dalam budaya yang terutama peduli pada belajar yang dangkal saja (Attainment).
Pemahaman baru mengenai otak tentang bagaimana orang belajar tentang
potensi dari teknologi informasi dan komunikasi tentang perubahan radikal dalam pola
kerja dan juga ketakutan mendalam akan pembagian sosial dalam masyarakat,
memerlukan pemikiran ulang yang mendalam mengenai struktur pendidikan. Education
Now (www.gn.apc.org/educationnow) memberikan pandangan yang tajam terhadap
kekurangan terhadap sistem pendidikan yang sekarang dan menawarkan alternatif
konstruktif dan radikal. Pemikiran semacam itu mengankat sejumlah pertanyaan besar.
Pada zaman ini apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan dan bagaimana
5
seharusnya pendidikan diorganisir. Di Inggris pendidikan itu ada terutama untuk
melayani ekonomi. Dasar pemikiran itu mendorong semua kebijaksanaan saat ini.
Kebutuhan sosial dan ekonomi saat ini mendukung model belajar yang baru
yang mencakup:
1. Penguasaan kecakapan kecakapan dasar
2. kemampuan uantuk bekerja dengan orang lain
3. dapat mengatasi gangguan yang konstan
4. bekerja diberbagai tingkatan dalam berbagai disiplin
5. menggunakan terutama kecakapan verbal
6. memecahkan masalah dan membuat keputusan
Biologi Dari Belajar
Pengalaman mentala atau motor yang baru memberikan stimulus yang di ubah
menjadi denyut saraf yang berjalan ke stasiun penyotir seperti thalamus (di dalam area
otak tengah). Dari sini sinyal-sinyal dikirim ke daerah khusus di otak. stimulus yang
berulang dari sekelompok neuron menyebabkan mereka mengembangkan lebih banyak
dendrit dan karenaya lebih banyak koneksi sehinga suatu jaringan yang mirip hutan di
bentuk sehingga menimbulkan pemahaman, pengertian dan penguasaan. Akhirnya
neuron-neuron ini belajar untuk menekan kondisi yang keliru dan memberi respon
positif terhadap sinyal yang lebih lemah. Dengan kata lain belajar untuk melakukan
proses mental atau motor yang sama dengan sedikit usaha. Dengan kata lain sel
mengubah daya terimanya terhadap pesan-pesan berdasar stimulus sebelumnya.
Tugas guru adalah mendukung para siswa dalam mewujudkan potensi biologi
luar biasa dari otak mereka menjadi terwujud. Hal ini tentu merupakan suatu mission
imposible kaena sebagian kekuatan total otak yang dapat dipergunakan selama hidup.
Diperkirakan kita menggunakan kurang dari 1% dari perkiraan kapasitas otak sekitar
1027bit data perdetik menurut psikiater dan ahli tidur Allan Hobson dari Harvard. Ketika
ilmuwan memotong otak Einstein setelah kematiannya mereka menemukan bahwa dia
tidak memiliki lebih banyak sel otak dari orang lain, hanya lebih banyak koneksi
diantara sel-sel tersebut, meskipun demikian masih banyak yang tersisa.
Dalam pencarian keunggulan belajar, nampaknya pendidik yang terampil
memiliki tiga tugas:
6
� Untuk mendorong koneksi saraf baru melalui tantangan yang menciptakan
tingkat stimulasi yang tinggi.
� Untuk memperkuat koneksi yang ada. semakin banyak jalur yang saraf yang
dipakai semakin efisien jadinya. Axon menjadi dilindungi oleh suatu zat lemak
putih yang disebut myelin, yang mempercepat proses pengiriman sinyal listrik-
kimia-listrik, dan neuron merespon dengan lebih sedikit usaha terhadap pemicu
awal. di sisi lain, koneksi yang tak terpakai akhirnya hiulang, mereka
terpangkas.
� Tugas pendidikan adalah meminta siswa untuk menata ulang jaringan koneksi
saraf yang telah ada dengan mengambil data dipapan yang akan meluruskan
kesalahpahaman, memperbaiki konsep, melengkapi pemahaman, atau mengasah
keterampilan.
Tugas terakhir tersebut terkadang terasa seperti usaha yang berat. Eric Jensen
merangkum tugas ini: Kunci menjadi lebih pintar adalah menumbuhkan lebih banyak
koneksi synapsis diantar sel sel otak dan tidak kehilangan koneksi yang telah ada.
Koneksilah yang memungkikan kita memecahkan masalah dan memahami sesuatu.
Untuk mencapai hasil yang terbaik, jelas penting untuk bekerjasama dalam proses alami
otak, untuk mengajar yang sesuai dengan cara belajar alami dari para siswa. Tetapi
biasanya belajar seharusnya menajdi awal yang sangat bagus karena nampaknya setiap
orang dilahirkan dengan beberapa kecenderungan antara lain:
1. Keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain
2. Kecenderungan dan kemampuan belajar bahasa
3. Kemauan dan keterampilan membuat pola
4. Kecenderungan alami untuk belajar matematika.
Kita telah mengetahui sejak Pygmalion in the Classroom oleh Rosenthal dan
Jacobsen yang diterbitkan pada athun 1968, bahwa pandangan Guru secara internal
terhadap kemampuan siswa memiliki dampak langsung pada kinerja siswa yang
sebenarnya. Dalam penelitian itu siswa-siswa dikelompokkan secara acak, tetapi
gurunya diberi tahu bahwa mereka berbeda kemampuannya. Tebak hasil dari kelompok
yang secara salah di anggap siswa pintar naik dan hasil dari low achiever turun.
Rosenthal mengidentifikasi enam cara bagaimana guru menyampaikan harapan yang
tinggi:
7
• Guru mengekspresikan keyakinan akan kemampuannya dalam menolong siswa
• Guru mengekspresikan keyakinan akan kemampuan siswa
• Sinyal non-verbalnya konsisten dengan apa yang dikatakannya, nada bicara,
pandangan mata,tingkat energi.
• Guru memberi umpan balik yang spesifik, cukup dan menyebutkan kebaikan
dan kekurangan mereka
• Guru memberi masukan yang terinci pada siswa secara individu
• Guru mendorong peningkatan secara individual melalui tantangan
Untuk meningkatkan prestasi belajar supaya bisa lebih bagus pasti ada
tantangan. Khususnya dalam lingkungan sosio ekonomi dan sosiokultural yang sulit.
Tetapi guru dapat membuat perbedaan dan akan melakukannya jika mereka mengikuti
beberapa pedoman sederhana. Berikut empat kesamaan di antara siswa:
1. Tiap orang perlu menyelesaikan sesuatu untuk diri sendiri
Belajar adalah ekstraksi dari pola-pola bermakna dari kebingungan. Tidak ada
konsep, tidak ada fakta dalam pendidikan yang benar-benar lebih penting daripada hal
ini, otak oleh desain alam merupakan alat pendeteksi pola yang luar biasa sensitif dan
canggih. Pembuntukan konsep bergantung pada apa yang siswa lakukan dalam kepala
mereka bukan apa yang guru lakukan. Jadi jelas, buatlah belajar secara mental aktif dan
buat jenis kegiatan yang investigatif dan memecahkan masalah yang meminta otak
bekerja sesuia dengan kecenderungan alaminya- berperan detektif.
Jadi otak menjadi lebih berpengalaman saat siswa banyak mengambil data,
miskonsepsi disortir ide yang baru separuh dipahami diselesaikan dan pemahaman yang
salah di buang. Hal ini memberi kita petunjuk bagaimana mengajar dengan efektif
bekerja dari pengetahuan sebelumnya dari siswa, menerima salah pemahaman dan ide
setengah matang dari mereka, memulai keadaan siswa saat ini dan bukan dari keadaan
mereka yang seharusnya karena umurnya. Ciptakan iklim dan kesempatan bagi mereka
untuk jujur tentang pengakuan, frustasi, dan perjuangan mereka, beri waktu untuk
bercermin. Harapkan lompatan konseptual terjadi pada waktu yang berbeda bagi siswa
yang berbeda untuk alasan yang berbeda.
Konstruktivisme berpegang bahwa belajar pada dasarnya aktif. seseorang yang
mempelajari sesuatu yang baru membawa ke pengalaman itu semua pengalaman
sebelumnya dan memberikan pola mental. Tiap fakta atau pengalaman baru terintegrasi
8
kedalam jaring pemahaman yang aktif yang telah ada dalam otak orang tersebut. Belajar
oleh konstruktivis merupakan proses dan struktur yang sangat subjektif dan pribadi
yang secar terus menerus dan aktif di modifikasi dengan mempertimbangkan
pengalaman baru. Dengan belajar dari konstruktivistiap anak menata pengalamannya
sendiri tentang dunia kedalam pola unik yang menghubungkan tiap fakta pengalaman
atau pemahaman baru ke dalam cara subjektif yang mengikat anak itu kedalam
hubunganyang rasional dan bermakna ke dunia yang lebih luas.
Untuk mendukung pola mental individual dari siswa yang merupakan kunci
untuk pembentukan konsep dan pemahaman yang terinternalisasi pada enam pedoman
berikut.
Dorongan siswa untuk menemukan dan mengerjakan hal-hal untuk mereka
sendiri. Buatlah fungsi implisit dan alami dari neokorteks menjadi eksplisit manfaatkan
keingintahuan dan hasrat bawaan untuk membuat kaitan. Pada tingkat yang paling
sederhana baliklah proses yang biasa dan meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan
kepada guru.
b) Dorong siswa untuk menyampaikan ide kasar. Mempelajari sesuatu, membahas
sesuatu, menyampaikannya, memahaminya di luar kepala ini semua memainkan
perananan penting dan alamiah dalam proses pembentukan konsep. Kita adalah
mahluk sosial otak kita berkembang dilingkungan sosial dan kita sering
memaknai sesuatu dari lingkungan sosial. Jadi diskusi. peer teaching, menulis
draft, presentasi ke orang lain, dan berpikir, berbicara, dan oleh karenanya
mempercepat proses sortir dan koneksi di kepala mereka. Dalam proses ini
bahasa bahasa sendiri itu diperjelas siswa tidak menggunakan bahasa hanya
untuk melakukan kegiatan mereka menggunakan kegiatan ini mengembangkan
bahasa.
c) Hanya ada sedikit nilai pada pemberian “makna siap saji” bagi siswa. Yang
dimaksud disini adalah benda-benda seperti catatan, cetakan, dikte, mengkopi,
mind map yang digambar sebelumnya, latihan berjenis mengisi celah yang
biasanya ubahan dari “cloze procedure” asli. materi ini mungkin tertata rapi
dalam map siswa dan memberi kesan yang menenangkan bagi semuanya bahwa
tugas telah dilaksanakan, tetapi hanya sedikit belajar mendalam yang terjadi.
9
Sebagai gantinya ajarkan siswa untuk sampai pada pola pemaknaan mereka
sendiri dan merekamnya.
d). Tiba pada konsep penting yang sama dari sudut yang berbeda dalam cara yang
berbeda. Membangun suatu rangkaian yang logis dan linier menuju sebuah
konsep, dan kemudian berpindah pada konsep selanjutnya, tidak akan berhasil
pada kebanyakan siswa. Mereka biasanya perlu banyak contohdan aplikasi
dengan sejumlah penjelasan dalam berbagai media jika mereka ingin
memahaminya mendalam bukan hanya belajar permukaaanya saja (dangkal)
secara kontinyu berpindah dari ide besar ke detail dan kembali lagi, mengbar,