Top Banner
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011 42 PETA NILAI ANOMALI BOUGUER (GAYABERAT) DAN DEFORMASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR AREA TERDAMPAK LUMPUR SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : Dr. Eddy Supriyana ABSTRAK Metoda monitoring gayaberat atau selanjutnya disebut gravity time-lapse, merupakan salahsatu cara untuk memonitoring suatu perubahan kondisi bawah permukaan dengan melalui pengukuran perubahan nilai gayaberatnya. Dengan prinsip pengukuran gayaberat secara berulang, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan dengan menggunakan alat gravitimeter yang sangat teliti hingga mencapai orde miliGal. Dari hasil pengamatan monitoring gayaberat presisi (time-lapse) akan diperoleh nilai anomali gayaberat, kemudian dipetakan menjadi pola sebaran nilai anomali gayaberat (Anomaly Bouguer) daerah Porong Sidoarjo. Selanjutnya, representasi dari pola sebaran anomali gayaberat tersebut, akan memberikan gambaran mengenai kondisi di bawah permukaan, maka dari beberapa pengamatan (situasi awal dan situasi akhir), akan diperoleh nilai perubahan massa. Secara umum hal ini dapat diindikasikan dinamika pergerakan massa yang berada di bawah permukaan sekitar Porong Sidoarjo, yang memberikan nilai positif atau nilai negatif. Kata Kunci : monitoring, anomali gayaberat (Anomaly Bouguer), anomali residual. Latar Belakang Pembentukan gunung lumpur (mud volkano) di daerah Porong Sidoarjo merupakan akibat dari keluarnya tekanan dan temperatur tinggi bercampur dengan lumpur. Permasalahan yang muncul adalah daerah terdampak akibat luapan lumpur sehingga perlu dilakukan kajian secara detil yang dapat memberikan bahan masukkan untuk pemerintah setempat dalam penanganan daerah yang terdampak tersebut. Penelitian gayaberat maupun monitoring gayaberat dengan sasaran adalah mengungkapkan deformasi bawah permukaan yang berhubungan struktur geologi bawah permukaan. Kondisi Geografis Porong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Porong terletak sekitar 14 kilometer di sebelah selatan pusat kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Krembung di sebelah barat, Kabupaten Pasuruan di selatan, Kecamatan Tanggulangin dan Candi di Utara, dan Selat Madura di Timur dan terdapat 13 desa dan 6 kelurahan di kecamatan ini. Di bawah ini adalah foto 2 desa yang tergenang lumpur yakni desa Renokenongo dan Kedungbendo dengan Koord : 7 o 31’ 47.28’’ LS (Lat) & 112 0 42’ 49.16” BT (Long).
11

5 (Pa Eddy)

Apr 06, 2016

Download

Documents

Axel Susanta

a
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

42

PETA NILAI ANOMALI BOUGUER (GAYABERAT) DAN

DEFORMASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN

DI SEKITAR AREA TERDAMPAK LUMPUR SIDOARJO

PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh :

Dr. Eddy Supriyana

ABSTRAK

Metoda monitoring gayaberat atau selanjutnya disebut gravity time-lapse,

merupakan salahsatu cara untuk memonitoring suatu perubahan kondisi bawah permukaan

dengan melalui pengukuran perubahan nilai gayaberatnya. Dengan prinsip pengukuran

gayaberat secara berulang, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan dengan

menggunakan alat gravitimeter yang sangat teliti hingga mencapai orde miliGal.

Dari hasil pengamatan monitoring gayaberat presisi (time-lapse) akan diperoleh

nilai anomali gayaberat, kemudian dipetakan menjadi pola sebaran nilai anomali gayaberat

(Anomaly Bouguer) daerah Porong Sidoarjo. Selanjutnya, representasi dari pola sebaran

anomali gayaberat tersebut, akan memberikan gambaran mengenai kondisi di bawah

permukaan, maka dari beberapa pengamatan (situasi awal dan situasi akhir), akan diperoleh

nilai perubahan massa. Secara umum hal ini dapat diindikasikan dinamika pergerakan massa

yang berada di bawah permukaan sekitar Porong Sidoarjo, yang memberikan nilai positif

atau nilai negatif.

Kata Kunci : monitoring, anomali gayaberat (Anomaly Bouguer), anomali residual.

Latar Belakang

Pembentukan gunung lumpur (mud volkano) di daerah Porong Sidoarjo merupakan

akibat dari keluarnya tekanan dan temperatur tinggi bercampur dengan lumpur.

Permasalahan yang muncul adalah daerah terdampak akibat luapan lumpur sehingga perlu

dilakukan kajian secara detil yang dapat memberikan bahan masukkan untuk pemerintah

setempat dalam penanganan daerah yang terdampak tersebut. Penelitian gayaberat maupun

monitoring gayaberat dengan sasaran adalah mengungkapkan deformasi bawah permukaan

yang berhubungan struktur geologi bawah permukaan.

Kondisi Geografis

Porong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur,

Indonesia. Porong terletak sekitar 14 kilometer di sebelah selatan pusat kota Sidoarjo.

Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Krembung di sebelah barat, Kabupaten

Pasuruan di selatan, Kecamatan Tanggulangin dan Candi di Utara, dan Selat Madura di

Timur dan terdapat 13 desa dan 6 kelurahan di kecamatan ini.

Di bawah ini adalah foto 2 desa yang tergenang lumpur yakni desa Renokenongo

dan Kedungbendo dengan Koord : 7o31’ 47.28’’ LS (Lat) & 1120 42’ 49.16” BT (Long).

Page 2: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

43

Gambar 1. : Banjir Lumpur Panas

Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau

Lumpur Sidoarjo (Lusi), adalah peristiwa

menyemburnya lumpur panas di lokasi

pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa

Renokenongo, Kecamatan Porong,

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak

tanggal 27 Mei 2006

Lokasi semburan lumpur ini berada

di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan

Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah

selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten

Pasuruan) di sebelah selatan.

Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1),

yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas.

Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan

aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo

Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan

dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan

terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan

tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran.

Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah

satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol

Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur

pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-

Banyuwangi,Indonesia

Maka di sekitar lokasi itulah kami melakukan survey dan membuat titik amat baik

untuk titik amat gayaberat maupun untuk elevasi sebanyak ± 230 titik amat pengukuran

dengan menggunakan metoda gayaberat (type Eliod) dan elevasi menggunakan Leica yang

tersebar dengan radius 12 km dari pusat semburan lumpur termasuk di area padat perumahan

penduduk.

Pengukuran gayaberat sebagai monitoring daerah lumpur Sidoarjo dan sekitarnya

telah dilakukan sejak tahun anggaran 2009, sampai saat ini telah dilakukan empat kali

pengukuran yaitu bulan September 2009, Desember 2009, Juli 2010 dan terakhir Nopember

2010. Adapun monitoring gravity tersebut digunakan untuk memantau aktifitas luapan

lumpur Porong maupun aspek struktur geologinya yang berdampak terhadap amblasan atau

penurunan tanah permukaan dan bawah permukaan. Salah satu indikasi dampaknya adalah

penurunan jalan di Jalan Siring Barat maupun tembusan gas yang muncul di sekitar tanggul

lumpur bagian Barat dan bualan gas dan air di bagian Selatan tanggul.

Oleh karena monitoring gayaberat yang telah dilakukan merupakan kelanjutan dari

monitoring sebelumnya yang memberikan informasi deformasi geologi bawah permukaan,

berupa zona lemah atau zona kuat. Zona lemah yang menunjukkan adanya pengurangan atau

penurunan massa, dalam hal penurunan menunjukkan arah barat laut yaitu sekitar Siring

Barat, Wunutatau, Ketapang sampai Tanggulangin. Sedangkan zona kuat adalah

pengangkatan batuan alas atau batuan yang berdensitas tinggi terletak di Barat daya dan

Utara tanggul.

Page 3: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

44

Kemungkinan terbentuknya zona lemah atau penurunan massa diduga adanya

rekahan dan terbentuknya zona porositas besar yang terisi oleh gas hidrokarbon atau gas lain.

Penelitian gayaberat yang telah dilakukan pada tahun anggaran 2010 prioda bulan

Juli 2010 diperoleh dalam dua analisis yaitu kontur gayaberat daerah Sidoarjo sehingga

diperoleh gambaran struktur geologi bawah permukaan. Sedangkan monitoring untuk

memperoleh gambaran perubahan massa berdasarkan dari dua kali pembacaam gayaberat

pada waktu yang berbeda (time-lapse). Selain diperoleh informasi perubahan di lokasi yang

dilakukan sebelumnya, juga dilakukan pemetaan gayaberat rinci dengan inteval lebih kecil

dari 500 meter. Pemetaan ini dimaksudkan untuk melihat pola struktur geologi bawah

permukaan ke arah Utara dari lokasi lumpur Porong.

Hasil monitoring pengukuran memberikan perkembangan zona lemah yang

berhubungan dengan perluasan amblasan dari pola struktur bawah permukaan, sedangkan

pemetaan gayaberat rinci untuk memperoleh gambaran pola struktur yang berarah Barat daya

– Timur laut yang mencari korelasi dari luapan lumpur Porong Sidoarjo dengan gunung

lumpur Kalang Anyar di bagian Timur laut.

Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian gayaberat untuk monitoring lumpur Sidoarjo merupakan penelitian yang

tidak terpisahkan dari penelitian sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat memperoleh data

gayaberat secara priodik, sehingga diperoleh gambaran perubahan nilai gayaberat (Anomali

Bouguer) yang dikorelasikan dengan penurunan (perpindahan) massa atau perubahan aliran

masa. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara umum

daerah terdampak yang dikorelasikan dengan pola struktur yang tergambar dari kontur atau

penampang anomali gayaberat maupun peta perubahan nilai gayaberat.

Permasalahan

Deformasi geologi bawah permukaan setiap saat selalu mengalami perubahan

ditunjukkan adanya manifestasi berupa tembusan gas, semburan air dan gas di daerah Besuki

Barat, Wunut dan Keducangkring, maupun amblasan jalan di Siring Barat. Oleh karena itu

diperlukan adanya monitoring dari reaktivasi struktur geologi bawah permukaan yang telah

mengalami perubahan, dan ditimbulkan karena adanya beban lumpur Porong. Monitoring

melalui pengamatan gayaberat merupakan kajian yang cukup representatif dalam

hubungannya dengan aliran massa maupun penurunan massa.

Kota Sidoarjo merupakan bagian selatan dari Cekungan Jawa Timur, yang

terpotong oleh lintasan sesar yang berarah Barat daya – Timur laut mulai dari Gunung

Penanggungan sampai Selatan Mudura di Utara dan juga dicirikan adanya lintasan gunung

lumpur mulai LUSI, Kalang Anyar sampai gunung lumpur di Madura. Hasil penelitian ini

akan memberikan masukan pada pemerintah pusat maupun pemda setempat melalui Pusat

Survei geologi, Badan geologi, dalam penanganan dampak bencana lumpur Porong yang

berhubungan dengan sarana dan prasaran maupun infrastruktur di kawasan Kabupaten

Sidoarjo.

Page 4: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

45

Gambar 2. : Lokasi bualan gas dan air di bagian barat jalan raya porong dan

amblasan di jalan Siring Barat.

Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah melakukan penelaahan laporan

maupun peta geofisika atau geologi daerah Porong, Sidoarjo. Hal yang sangat perlu

dipertimbangkan adalah membuat sebaran titik amat yang representatif, sehingga dapat

mengakomodir semua data yang dapat menggambarkan kondisi bawah permukaan.

Selanjutnya dilakukan pengukuran gayaberat dan elevasi (GPS Leica) dengan interval 250

sampai 500 meter. Pengukuran gayaberat dilakukan secara looping tertutup, artinya

pengukuran gayaberat di mulai dari titik pangkal lapangan kemudian kembali lagi ke titik

pangkal lapangan, setelah melakukan pengukuran pada titik pengamatan di lapangan sesuai

dengan rencana pada peta kerja. Dimana titik pangkal lapangan tersebut terletak di Wisma

Kartini, Jalan Kartini Sidoarjo yang telah terikat dengan titik pangkal di Kantor BPLS

Surabaya.

Titik pengukuran ditentukan pada tempat yang mudah dijangkau dan dikenal,

seperti halaman kantor kelurahan, sekitar mesjid, pertigaan jalan maupun sekitar jembatan.

Penempatan lokasi tersebut sangat diperlukan akan membantu di dalam penelitian gayaberat

yang digunakan sebagai monitoring gayaberat. Penambahan titik pengamatan diarahkan ke

arah Utara dari lokasi lumpur Porong, dimaksudkan untuk melihat struktur geologi yang

berkembang ke arah Utara atau di sekitar Kota Sidoarjo. Pengukuran gayaberat ke arah Kota

Sidoarjo mempunyai kesulitan yang cukup tinggi disebabkan tingginya arus lalu-lintas,

sehingga sulit dijadikan sebagai lokasi montoring gayaberat.

Lokasi dan Aksesibilitas

Lokasi peneliltian sekitar semburan lumpur panas, secara administratif masuk ke

dalam Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur ( gambar 3). Lokasi

penelitian dapat ditempuh melalui udara atau darat dari Bandung – Surabaya dan dari

Surabaya ke lokasi penelitian dapat ditempuh melalui jalan darat. Luas area yang di lakukan

survey yaitu 11 x 8 km, dengan koordinat antara 112 41’ -11244’ BT dan 0730’ - 07 33’

LS ( gambar 2). Secara detail lokasi penelitian terdiri dari dua kecamatan meliputi beberapa

desa. Sarana utama berupa jalan aspal dengan kondisi yang baik, sehingga memudahkan

didalam pencapaian lokasi atau titik pengamatan gayaberat.

Page 5: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

46

BS

Ttk-1 Ttk-2 Ttk-3 Ttk-4 Ttk-5 Ttk-6 Ttk-7 Ttk-8

Keterangan :

BS = titik pangkal lapanganTtk-1 = titik pengamatan pada titik pengamatan ke I

Gambar 3. : Peta Indek lokasi penelitian gayaberat untuk monitoring LUSI

Peralatan Survey

1. Gravity Eliod type LaCoste & Romberg ( 1 unit )

2. GPS Leica (2 unit)

3. Kompas Geologi (1 buah)

4. Palu geologi (1 buah)

5. Laptop (1 unit)

6. Peta Topografi (1 lembar)

Pengukuran

Untuk memperoleh data gravity dengan ketelitian yang baik, maka didalam

pelaksnaannya dilakukan tahapan pekerjaan di kantor maupun di lapangan. Tahap pekerjaan

di kantor dilakukan dengan pemeriksaan peralatan lapangan yang akan digunakan berupa

gravity meter dan GPS Leica. Pengecekan gravity berupa adjustmen dan pengukuran secara

berulang. Adjurment digunakan untuk memperoleh nilai baca antara reading line dan

pembacaan galvanometer. Sedangkan pengukuran berulang dilakukan antara DG 0 dan titik

tetap di Kampus UPI Bandung, diperoleh beda baca yang sangat kecil di bawah 0.05 mgal

setelah kembali ke DG 0.

Selanjutnya pengukuran lapangan dilakukan dengan mencari lokasi titik-titik

pengamatan yang telah direncanakan pada peta kerja, yang dimulai dari pangkal lapangan

dan kembali lagi ke titik pangkal lapangan. Cara pengukuran tersebut diperlukan korekai

apungan maupun koreksi alat untuk menentukan tingkat ketelitian peralatan gayaberat

dilapangan ( gambar 4).

Gambar 4. : Teknik pengukuran gayaberat di daerah Porong

Page 6: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

47

Gambar 5. : Peta lokasi dan sebaran titik-titik amat yang telah direncanakan

Aktivitas pengambilan data gayaberat menggunakan alat gravity type Eliod dan Leica di

sekitar radiaus ± 1 - 3 km dari semburan gas Lapindo dan dekat dengan pompa gas

Pertamina Porong Sidoarjo

Page 7: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

48

Gambar 6. : Aktivitas pengambilan data di lapangan di dekat LUSI

Pengolahan Data

Pengolahan data gayaberat dilakukan dengan koreksi – koreksi yang telah baku yaitu koreksi

tide, koreksi apungan (drift), koreksi udara bebas, koreksi bouguer dan koreksi topografi.

Koreksi drift adalah koreksi yang disebabkan perubahan baca akhir (mgal) terhadap

baca awal (mgal) di BS dibagi waktu atau :

Koreksi udara bebas (FAC) = 0.4091 x height

Koreksi Bouguer ( BC) = 0.03096 x ρ x height

Koreksi untuk pengolahan data gravity digunakan program yang telah baku sehingga

memudahkan untuk pengecekan data gayaberat, apabila diperoleh nilai extrim yang mungkin

terjadi karena kesalahan saat pengukuran maupun kesalahan saat menuliskan data lapangan.

Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk rows data gayaberat yang terdiri atas

No. Station, Jam baca alat, Baca Alat, Koreksi Drift, Baca Satuan mgal, Latitude,

Longitude, FAA dan BA.

Selain rows data juga disajikan indek peta penyebaran titik amat, distribusi titik

amat gayaberat, peta kontur gayaberat. Dan penampang model geologi bawah permukaan

daerah penelitian.

Pengolahan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengolahan data di

lapangan dan pengolahan data di kantor. Pengolahan di lapangan sifatnya sementara untuk

pengecekan hasil pengukuran, jika terjadi perbedaan sangat besar, dilakukan pengukuran

ulang pada titik pengamatan tersebut. Sedangkan pengolahan data di kantor sifatnya tetap

artinya semua rekaman data telah dianggap benar. Selanjutnya dilakukan pembuatan peta

kontur untuk menentukan pola anomali rendah atau tinggi yang dikorelasikan terhadap

kondisi batuan atau struktur bawah permukaannya.

Hasil dan Pembahasan

Hasil yang diperoleh dalam penelitian gayaberat daerah Porong diperoleh dalam 2 Analisis

pembahasan yaitu perubahan massa dan peta anomali gayaberat Sidoarjo.

Pengukuran gayaberat untuk memperoleh struktur geologi bawah permukaan yaitu sesar

yang berarah Utara – Selatan, sejajar jalan raya Porong.

Perubahan massa atau aliran massa diperoleh dari perbedaan nilai gayaberat pada

pengukuran bulan September 2009 dan bulan Juli 2010. Peta aliran massa tersebut

12

12

tt

mmDrift

Page 8: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

49

menunjukkan adanya penurunan dan kenaikan massa yang terkorelasi dengan penurunan

rapat massa, hal ini dapat ditunjukkan di bagian Barat laut lumpur Sidoarjo.

Data yang dikumpukan diproses menjadi peta distribusi titik pengamatan (Gambar 7),

peta nilai gayaberat, dan peta anomali gayaberat (Gambar 8) dan peta anomali gayaberat

sisa (Gambar 9).

Lokasi titik pengamatan terletak di Kabupaten Sidoarjo, yang mencakup beberapa kecamatan

dan desa. Pekerjaan ini merupakan monitoring gayaberat sekitar Kecamatan Porong untuk

menentukan kondiri struktur geologi bawah permukaan yang berhubungan daerah amblasan

terutama dibagian barat tanggul lumpur.

Hasil pengukuran gayaberat di lapangan ditampilkan dalam bentuk tabel, selanjutnya

diproses untuk memperoleh kontur nilai gayaberat dan kontur anomali gayaberat. Kedua

kontur tersebut mempunyai kemiripakan yang disebabkan adanya nilai elevasi lebih kecil

dari 10 meter. Namun ke arah Selatan menunjukkan bentuk lengkungan anomali sesuai

elevasinya lebih tinggi di bagian timur laut.

682000 684000 686000 688000 690000 692000

9164000

9166000

9168000

9170000

9172000

9174000

9176000

LUSI

Utara

Sidoarjo

Tanggulangin

Porong

Gambar 7. : Distribusi titik amat (koordinat) pengukuran data gayaberat

Page 9: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

50

Gambar 8. : Kontur nilai gayaberat dan anomali gayaberat Porong Sidoarjo

Gambar 9. : Kontur nilai anomali residual gayaberat Porong Sidoarjo

682000 684000 686000 688000 690000 692000

9164000

9166000

9168000

9170000

9172000

9174000

9176000

-28

-26

-24

-22

-20

-18

-16

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

mGal

Kontur Anomali Gayaberat Porong Sidoarjo

978090

978092

978094

978096

978098

978100

978102

978104

978106

978108

978110

978112

978114

978116

978118

978120

978122

978124

978126

Kontur Nilai Gayaberat Porong - Sidoarjo

682000 684000 686000 688000 690000 692000

9164000

9166000

9168000

9170000

9172000

9174000

9176000 m/s2

682000 684000 686000 688000 690000 692000

9164000

9166000

9168000

9170000

9172000

9174000

9176000

-4.5

-4

-3.5

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

LUSI

mGal

Page 10: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

51

Hasil pengurangan antara pengukuran gayaberat bulan Maret 2009 dan Juli 2010 diperoleh

perubahan yang cukup signifikan di mana daerah penurunan nilai gayaberat yang terletak di

bagian Barat laut dari tanggul lumpur Porong atau daerah Siring Barat sampai Wunut

menunjukkan perubahan massa yang terkorelasi dengan munculnya sembulan air dan gas

metan. Sehingga dapat diperkirakan bahwa penurunan massa, karena terisinya rongga di

daerah tersebut dengan gas atau lumpur air.

Gambar 11. : Peta perubahan massa periode Maret 2009 dan Juli 2010

682000 684000 686000 688000 690000 692000 694000

9164

000

9166

000

9168

000

9170

000

-1.6

-1.4

-1.2

-1

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

Zona Lemah

gr/cc

Gambar 10. : Kontur pergerakan rapat massa di sekitar Lumpur Porong

DESA PESAWAHAN

DESA KEDUNGSUMUR DESA

KEDUNGSUMUR

KELURAHAN GEDANG

DESA KEBAKALAN

DESA CANDIPARI

DESA KEBAKALAN

DESA KETEGEN

DESA KETAPANGKawaden

Gedok

Kalisawah

Kedunganten

DESA KALITENGAH

DESA GLAGAHARUM

DESA KETAPANG

DESA KEDUNGBANTENGDESA PUTAT

Kalidawir Lor

DESA BALONGTANI

DESA DUKUHSARI

KECAMATAN JABON

Pangreh

Trompo Wetan

Karangpratis

DESA KEBOGUYANG

Buaran Kidul

Plumbon

DESA SENTUL

KEL. SIRING

DESAKEBONAGUNG

DESA PLUMBON

39� 40� 41� 42� 43� 44�

34

33�

32�

31�

-7 30�0

112 45�0

DESA WUNT

DESA PAMOTAN

Page 11: 5 (Pa Eddy)

Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

52

Kesimpulan

Kajian ini merupakan kegiatan monitoring untuk menentukan kondisi lumpur

Porong yang akan datang, sehingga penelitian masih memerlukan adanya kelanjutan dari

pengukuran gayaberat prioda selanjutnya.

Berdasarkan kontur anomali gayaberat menunjukkan bahwa daerah Sidoarjo diduga

sebagai bagian dari cekungan Jawa Timur, dan berbatasan dengan daerah penggangkatan dari

Gunung Penanggungan. Oleh karena itu sebagai regional berdasarkan peta anomali gayaberat

regional daerah tersebut terletak pada segmen sesar yang berarah Barat daya – Timur laut dan

munculnya sesar di lokasi yang tergambar dari peta anomali residual gayaberat Porong.

Daftar Pustaka

Allis, R.G., T.M., Hunt, 1986, Analysis of Exploration-Induced Gravity Changes at

Wairakei Geothermal Field, Geophysiscs, Vol. 51 No. 8.

Allis, R.G., 1987, Precise Gravity Changes Over Exploited Geothermal Field, Notes for

N.Z. – M.F.A. Geothermal Seminar in Indonesia.

Antonio, G. Camacho, et al., 1999, Gravity Inversion by Means of Growing Bodies, Jurnals

Geophysics, Vol. 65 No. 1, p. 95 – 101.

Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge

University Press.

--- , -- Grav, Program reduksi gravity, Biro Mineral Resources, Australia

Schön, J.H., 1998, Physical Properties Of Rocks, Fundamentals and Principles of

Petrophysics, Density of Rocks v. 18, pp.59 – 71.