Top Banner
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru – paru adalah organ pernafasan yang penting karena udara yang masuk dapat perhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru – paru. Tiap paru – paru melekat pada jantung dan trakea melalui radix pulmonis dan ligamentum pulmonale. Paru – paru sehat selalu berisi udara dan akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Paru – paru dari foetus atau bayi baru lahir berwarna agak kemerahan dan lunak. Bila bayi belum pernah bernafas maka paru – paru tidak akan mengapung di dalam air tetapi akan tenggelam. Paru – paru orang dewasa mempunyai permukaan yang berwarna lebih gelap dan sering ada bercak – bercak yang disebabkan oleh penimbunan partikel debu yang terisap. Dibandingkan dengan paru – paru kiri, maka paru – paru kanan lebih besar dan lebih berat, tetapi lebih pendek karena kubah diaphragm kanan letaknya lebih tinggi. Juga lebih lebar karena adanya jantung yang letaknya lebih ke kiri dalam rongga toraks (Wibowo & Paryana, 2009). Tiap paru – paru mempunyai sebuah apex, sebuah basis, tiga buah facies costalis, facies mediastinalis dan facies diphragmatica, dan tiga buah margo yaitu margo anterior, margo inferior dan margo posterior. Paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru kiri mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-paru. Paru – paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan lobus inferior oleh sebuah fissura obliqua. Paru – paru kanan dibagi menjadi lobus superior, lobus inferior dan lobus medius oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis. Bronki dan vasa pulmonales muncul dari trakea dan jantung menuju tiap paru – paru. Keseluruhannya membentuk radix pulmonis yang akan memasuki hilum pulmonis. Apex pulmonis berbentuk bundar seperti cupula pleurae. Apex pulmonis sebelah kanan lebih kecil dan lebih dekat trakea, dan disilang oleh vasa subclavia (Wibowo & Paryana, 2009). Universitas Sumatera Utara
18

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

Dec 31, 2016

Download

Documents

nguyenkien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Paru

Pulmo atau paru – paru adalah organ pernafasan yang penting karena udara yang

masuk dapat perhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru – paru.

Tiap paru – paru melekat pada jantung dan trakea melalui radix pulmonis dan

ligamentum pulmonale. Paru – paru sehat selalu berisi udara dan akan mengapung

bila dimasukkan ke dalam air. Paru – paru dari foetus atau bayi baru lahir

berwarna agak kemerahan dan lunak. Bila bayi belum pernah bernafas maka paru

– paru tidak akan mengapung di dalam air tetapi akan tenggelam. Paru – paru

orang dewasa mempunyai permukaan yang berwarna lebih gelap dan sering ada

bercak – bercak yang disebabkan oleh penimbunan partikel debu yang terisap.

Dibandingkan dengan paru – paru kiri, maka paru – paru kanan lebih besar dan

lebih berat, tetapi lebih pendek karena kubah diaphragm kanan letaknya lebih

tinggi. Juga lebih lebar karena adanya jantung yang letaknya lebih ke kiri dalam

rongga toraks (Wibowo & Paryana, 2009).

Tiap paru – paru mempunyai sebuah apex, sebuah basis, tiga buah facies costalis,

facies mediastinalis dan facies diphragmatica, dan tiga buah margo yaitu margo

anterior, margo inferior dan margo posterior. Paru kanan mempunyai tiga lobus

sedangkan paru kiri mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi menjadi beberapa

segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan paru kiri

mempunyai delapan segmen-paru. Paru – paru kiri dibagi menjadi lobus superior

dan lobus inferior oleh sebuah fissura obliqua. Paru – paru kanan dibagi menjadi

lobus superior, lobus inferior dan lobus medius oleh fissura obliqua dan fissura

horizontalis. Bronki dan vasa pulmonales muncul dari trakea dan jantung menuju

tiap paru – paru. Keseluruhannya membentuk radix pulmonis yang akan

memasuki hilum pulmonis. Apex pulmonis berbentuk bundar seperti cupula

pleurae. Apex pulmonis sebelah kanan lebih kecil dan lebih dekat trakea, dan

disilang oleh vasa subclavia (Wibowo & Paryana, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

6

2.1.1. Topografi

Tampak depan (Gambar 2.1)

Jika dipandang dari arah depan, puncak paru kanan maupun kiri berada pada

kira-kira 2,5 cm di atas sepertiga klavikula bagian medial. Puncak paru jika

diproyeksikan akan jatuh pada dasar leher (Djojodibroto, 2013).

Tampak belakang (Gambar 2.2)

Puncak paru mencapai ujung posterior iga pertama sehingga sama tinggi

dengan vertebra torasika pertama. Kubah diafragma mencapai ketinggian

vertebra torasika kedelapan atau kesembilan (Djojodibroto, 2013).

Gambar 2.1

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

7

Gambar 2.2

(Sumber: Buku respirologi (respiratory medicine))

2.1.2. Vaskularisasi

Paru mendapat darah dari dua sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri

bronkialis. Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan

kiri untuk kemudian bercabang-cabang membentuk ramifikasi yang memasok

darah ke interstisial paru. Perlu diketahui bahwa pembuluh darah percabangan

dari arteri pulmonalis mempunyai ujung akhir. Tekanan darah pada arteri

pulmonalis sangat rendah sehingga memungkinkan pertukaran gas dengan baik

sekali. Tekanan darah pada pembuluh yang berasal dari arteri bronkialis lebih

tinggi dibandingkan tekanan pada arteri pulmonalis. Berbeda dengan percabangan

pembuluh darah arteri pulmonalis, percabangan pembuluh arteri bronkialis tidak

mempunyai ujung akhir. Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis sampai ke

saluran pernafasan, septa interlobular, dan pleura. Sepertiga darah yang

meninggalkan paru melalui vena azigos menuju vena cava sedangkan yang dua

pertiga lagi melalui vena pulmonalis ke atrium kiri (Djojodibroto, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

8

2.1.3. Inervasi

Paru diinervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis. Otot

polos saluran napas diinervasi oleh nervus vagus aferen, nervus vagus eferen

(kolinergik posganglionik). Pleura parietalis diinervasi oleh nervus interkostalis

dan nervus frenikus, sedangkan pada pleura viseralis tidak terdapat inervasi

(Djojodibroto, 2013).

2.2. Tuberkulosis Paru

2.2.1. Definisi Tuberkulosis Paru dan Penyebabnya

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksi yang di transmisikan melalui

udara dan agen penyebabnya itu adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. TB

paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit TB sedangkan 20%

selebihnya merupakan TB ekstrapulmonar (Jeong & Lee, 2008).

2.2.2. Bakteriologi Tuberkulosis

Agen penyebab TB adalah anggota dari genus Mikobakteri, dengan M.

tuberkulosis menyebabkan kasus yang terbanyak. M.tuberculosis, agen penyebab

TB ditemukan oleh Robert Koch pada 1882, ketika penyakit itu disebut "wabah

putih" Eropa. M. bovis dan M. africanum juga dapat menyebabkan TB. Bakteri ini

berbentuk batang dengan sifat aerobik dan struktur dinding selnya gram-positif,

tapi sulit untuk mewarnainya karena asam lemak rantai panjang (asam mikolik)

dalam dinding sel. Bakteri ini juga menunjukkan sifat tahan luntur asam dengan

ketahanan terhadap penghilangan warna dengan asam mineral dan alkohol yaitu

Ziehl-Neilsen stain (Aneja, Jain, & Aneja, 2008).

M. tuberculosis merupakan bakteri aerob obligat, sangat sensitif terhadap

penurunan konsentrasi oksigen walaupun sedikit. Mikobakteri ini tumbuh terbaik

di apikal, atau bagian atas dari paru-paru, yaitu daerah yang mengandung oksigen

terbanyak. Mikobakteri patogen ini memiliki waktu sangat lama untuk membiak

yaitu 12 sampai 18 jam dan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan koloni

terlihat pada media juga lama yaitu sampai 8 minggu. Mikobakteri laboratorium

Universitas Sumatera Utara

Page 5: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

9

sangat tahan terhadap pengeringan dan dapat bertahan hidup selama 6 sampai 8

bulan dalam dahak kering, ini merupakan salah satu kontribusi terbesar untuk

masalah kesehatan masyarakat. Namun M. tuberculosis cukup sensitif terhadap

sinar matahari langsung (Aneja, Jain, & Aneja, 2008).

Mycobacterium Tuberculosis merupakan sejenis kuman berbentuk batang dengan

ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang tergolong dalam kuman

Mycobacterium tuberculosae complex adalah : M. Tubeculosae, Varian Asian,

Varian African 1, Varian African 2, M. Bovis. Pembagian tersebut adalah

berdasarkan perbedaan secara epidemiologi (Amin & Bahar, 2009).

2.2.3. Klasifikasi Tuberkulosis

Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan (Isbaniyah, et al., 2011):

1. Letak anatomi penyakit

2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi (termasuk hasil resistensi)

3. Riwayat pengobatan sebelumnya

4. Status HIV pasien

1. Berdasarkan letak anatomi penyakit

o Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.

Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena

lesinya yang terletak dalam paru.

o TB ekstra paru adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain

paru seperti pleura, kalenjar getah bening (termasuk mediastinum

dan/atau hilus), abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi,

tulang dan selaput otak.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi

o Tuberkulosis paru BTA positif apabila:

Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali

pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif pada

laboratorium yang memenuhi syarat quality external

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

10

assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak

tersebut berasal dari dahak pagi hari.

Pada Negara atau daerah yang belum memiliki

laboratorium dengan syarat EQA, maka TB paru BTA

positif apabila terdapat salah satu di bawah ini:

- Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif

- Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan

didukung hasil pemeriksaan foto toraks sesuai

dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi

- Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah

hasil kultur M. tuberculosis positif.

o Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:

Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.

- sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA

negatif pada laboratorium yang memenuhi syarat

EQA.

- Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil

pemeriksaan dahak BTA negatif untuk memastikan

diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens

HIV > 1% atau pasien TB dengan kehamilan >5%.

ATAU

* Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum

memiliki fasilitas kultur M. tuberculosis, tetapi memenuhi kriteria berikut:

Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai

salah satu dibawah ini:

I. Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium

sesuai HIV

II. Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau

prevalens HIV rendah), tidak menunjukkan perbaikan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

11

setelah pemberian antibiotik spektrum luas (kecuali

antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti

fluorokuinolon dan aminoglikoida )

o Kasus bekas TB

Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila

ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB

yang tidak aktif, atau foto serial (dalam dua bulan)

menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan

telah mendapat pengobatan OAT dua bulan tetapi pada foto

toraks ulang tidak terdapat perubahan radiologi.

Gambar 2.3. klasifikasi tuberkulosis

(Sumber: Buku Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia)

3. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Riwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat resiko

resistensi obat atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan

kultur dan uji kepekaaan OAT.

Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu:

o Pasien baru adalah pasien yang belum pernah mendapatkan

pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan OAT

kurang dari satu bulan. Pasien dengan hasil dahak BTA positif atau

negatif dengan lokasi anatomi penyakit di manapun.

TB TB paru

TB ekstra paru

TB paru BTA (+)

TB paru BTA (-)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

12

o Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang

sudah pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya minimal

satu bulan, dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan

lokasi anatomi penyakit di manapun.

4. Status HIV

Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan

pengobatan HIV. Tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya

pasien TB paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:

a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV

b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan

c. Multi Drug Resistance( MDR) TB/TB kronik

Menurut buku Radiologi Diagnostik karya Sjahriar Rasad (2013), tuberkulosis

paru dibagi menjadi

I. Tuberkulosis anak ( infeksi primer)

II. Tuberkulosis orang dewasa ( re-infeksi)

Tuberkulosis primer

Tuberkulosis primer ini biasanya terjadi pada anak – anak. Kelainan foto toraks

akibat penyakit ini dapat terjadi di mana saja dalam paru – paru, namun sarang

dalam parenkim paru – paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe

regional (kompleks primer).

Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis, karena perluasan

infiltrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah

atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalam bronkus.

Baik pleuritis maupun atelektasis tuberkulosis pada anak – anak mungkin

demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi di belakangnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

13

Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis re-infeksi

Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa. Saat ini pendapat

umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa timbul reinfeksi pada seorang

yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak diketahui

dan menyembuh sendiri.

Sarang – sarang yang terlihat pada foto toraks biasanya berkedudukan di lapangan

atas dan segmen apikal lobi bawah, walaupun kadang – kadang dapat juga terjadi

di lapangan bawah, yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar –

kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang ditemukan.

Klasifikasi tuberkulosis sekunder

Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberkulosis Association:

1. Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis): yaitu luas sarang – sarang

yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median,

apeks, dan iga 2 depan tetapi sarang – sarang soliter dapat berada di mana

saja, tidak harus berada dalam daerah tersebut di atas. Tidak ditemukan

adanya lubang (kavitas).

2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis): yaitu luas

sarang – sarang yang bersifat bercak – bercak tidak melebihi luas satu

paru, sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4cm. Kalau

sifat bayangan sarang – sarang tersebut berupa awan – awan yang

menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh

melebihi luas satu lobus.

3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis): yaitu luas daerah

yang dihinggapi oleh sarang – sarang lebih daripada klasifikasi kedua di

atas, atau bila ada lubang – lubang, maka diameter keseluruhan semua

lubang melebihi 4 cm.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

14

Gambar 2.4. skema klasifikasi American Tuberculosis Association

(Sumber: Buku Radiologi Diagnostik)

2.2.4. Patogenesis

Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuklei yang mengandung basil

tuberkulosis yang akhirnya terdampar di alveoli paru-paru dan berkembang biak.

Dalam waktu 2 sampai 8 minggu, basil tuberkel ini kemudiannya akan dikelilingi

dan ditelan oleh sel – sel kekebalan khusus yang disebut makrofag dan mayoritas

basil ini akan hancur atau dihambat. Sel – sel makrofag tadi akan membentuk

shell penghalang yang disebut granuloma sehingga sejumlah kecil basil tuberkel

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

15

ini mungkin dapat berkembang biak secara terkendali di intraseluler dan

dilepaskan jika makrofag mati. Jika sistem kekebalan tubuh tidak bisa menjaga

basil tuberkel di bawah kontrol, basil mulai berkembang biak dengan cepat dan

dapat menyebar melalui saluran limfatik atau ke organ atau jaringan yang lebih

jauh seperti kelenjar getah bening regional, puncak dari paru-paru, ginjal, otak,

dan tulang lewat aliran darah (CDC, 2013).

2.2.5. Gejala – Gejala Klinis

Keluhan yang terbanyak dari penderita TB paru adalah (Amin & Bahar, 2009):

Biasanya subfebri menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas

badan dapat mencapai 40-41 derajat Celsius. Serangan demam pertama dapat

sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya

hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah

terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman M. tuberculosis yang

masuk.

Demam

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.

Batuk ini diperlukan untuk membuang produk- produk radang keluar. Karena

terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada

setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-

minggu atau berbulan-bulan peradangan bermua. Sifat batuk, dimulai dari batuk

kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif

(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena

terdapat banyak pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada

tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding

bronkus.

Batuk / batuk darah

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

16

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak

napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah

meliputi setengah bahagian paru- paru.

Sesak napas

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura

sewaktu pasien menarik/ melepaskan napasnya.

Nyeri dada

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia tidak lalu makan, badan makin kurus (berat badan

menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini

makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Malaise

2.2.6. Diagnosis TB Paru

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis (history taking) dan pemeriksaan

fisik, foto toraks, serta hasil pemeriksaan bakteriologik. Diagnosis pasti

ditegakkan jika pada pemeriksaan bakteriologik ditemukan M. tuberculosis di

dalam dahak atau jaringan. Karena usaha untuk menemukan basil TB tidak selalu

mudah, maka diupayakan cara untuk dapat membuktikan bahwa terdapat basil TB

di dalam tubuh. Cara pembuktiannya adalah melalui pemeriksaan serologi

(Djojodibroto, 2013).

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -

pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA

melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

17

dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.

Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu

menunjukkan aktifitas penyakit (Depkes, 2007).

Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sebagai rumah sakit rujukan nasional

untuk penyakit paru telah membuat klasifikasi untuk pasien yang berkaitan atau

pernah berkaitan dengan tuberkulosis paru, yaitu sebagai berikut (Djojodibroto,

2007):

Diagnosis seperti ini ditegakkan jika semua hasil prosedur diagnostik yang

dilakukan mendukung. Prosedur diagnostik TB adalah anamnesis, pemeriksaan

fisik, foto toraks, serta hasil pemeriksaan bakteriologik. Pasien yang didiagnosis

sebagai TB paru harus diobati secara adekuat.

TB paru

Dari semua hasil prosedur diagnostik yang dilakukan, hanya hasil pemeriksaan

bakeriologik saja yang masih negatif. Pasien ini diobati dengan antibiotik yang

tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan M. tuberculosis selama satu minggu

untuk mengemsampingkan pneumonia. Jika tidak terdapat perbaikan klinis

maupun radiologis, segera diberi obat dengan obat anti TB (OAT) selama tiga

bulan. Jika dengan pemberian OAT tersebut terjadi perbaikan klinis serta

radiologis, pengobatan diteruskan sampai adekuat karena diagnosis TB paru

tersangka telah diubah menjadi diagnosis TB paru.

TB paru tersangka (suspect TB)

Pasien yang telah sembuh dari TB yang datang ke dokter karena terdapat keluhan

pada sistem pernapasan.

Bekas TB paru (old pulmonary TB)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

18

2.3. Foto Toraks

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi

radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi

thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi

terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa

untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv. Foto thorax digunakan

secara rutin untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax,

tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-

paru, jantung dan saluran-saluran yang besar.

Foto toraks merupakan salah satu modalitas diagnosis TB. TB juga sering kali

didapatkan pada foto toraks yang pada mulanya diperiksa untuk kepentingan lain

seperti pada medical check up, dan pemeriksaan untuk toleransi operasi. Bila

secara klinis ada gejala TB paru, hampir pasti ada kelainan pada foto toraks. Bila

secara klinis ada gejala TB paru, tetapi foto toraks tidak memperlihatkan kelainan,

hal ini merupakan tanda kuat bukan TB. Dari bentuk kelainan yang terdapat pada

foto toraks bisa didapatkan kesan TB primer, post primer, TB aktif atau tenang.

Di samping membantu menegakkan diagnosis, foto toraks berperan penting untuk

dokumentasi, menilai tindakan yang dilakukan serta mengkontol keberhasilan

terapi (Icksan & S, 2008).

2.3.1. Teknik Pembuatan Foto Toraks

Ada 3 macam proyeksi pemotretan yang penting pada foto toraks pasien yang

dicurigai TB yaitu (Icksan & S, 2008):

1.

Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi berdiri,

tahan nafas pada akhir inspirasi dalam (Gambar 2.5). Bila terlihat suatu kelainan

pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral ( Gambar 2.6).

Proyeksi Postero – Anterior (PA)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

19

Gambar 2.5. (Dari kiri) Foto PA dari depan, Foto PA dari samping

Gambar 2.6. Posisi lateral kiri dari depan (A). Posisi lateral kiri dari samping (B)

(Sumber: Buku Radiologis Toraks Tuberkulosis Paru)

2.

Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang kepala.

Pengambilan foto dilakukan saat pasien tahan napas dan akhir inspirasi dalam.

Proyeksi Lateral

3.

Proyeksi top lordotik(Gambar 2.7) dibuat bila foto PA menunjukkan

kemungkinan adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan

Proyeksi Top Lordotik

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

20

ini hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam

menginterpretasikan suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan pada posisi

berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah caudocranial, agar

gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.

Gambar 2.7. Posisi top lodortik

(Sumber: Buku Radiologis Toraks Tuberkulosis Paru)

2.3.2. Gambaran Foto Rontgen TB Paru

Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat memberi gambaran bermacam – macam

bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif

adalah (Isbaniyah, et al., 2011):

• Bayangan berawan / nodular di segmen apikoposterior atas dan

superior lobus bawah.

• Kavitas terutama lebih dari satu dan dikelilingi bayangan opak

berawan atau nodular.

• Bayangan bercak milier.

• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

21

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif adalah (Isbaniyah, et al.,

2011):

• Fibrosis

• Kalsifikasi

• Penebalan pleura

Luluh paru (destroyed lung) adalah gambaran radiologi yang menunjukkan

kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru.

Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/multikavitas dan

fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau penyakit hanya

berdasarkan gambaran radiologi tersebut. Perlu dilakukan pemeriksaan

bakteriologi untuk memastikan aktivitas proses tersebut (Isbaniyah, et al., 2011).

Foto Rontgen Tuberkulosis Primer (Primary Tuberculosis)

Menurut Djojodibroto (2013), kelainan pada foto paru penderita tuberkulosis

primer berbeda dengan tuberkulosis pasca primer. Pada foto rontgen tuberkulosis

primer. Konsolidasi parenkim biasanya bersifat unifokal dengan melibatkan

multilobar (25%). Konsolidasi dapat terjadi pada lobus mana pun, tetapi

dilaporkan bahwa lobus bawah lebih sering terkena pada orang dewasa. Pada

anak-anak sering terjadi atelektasis segmental maupun lobar. Sering terjadi

pembesaran hilus atau nodus limfamediastinal dengan persentase 43% pada

dewasa dan 96% pada anak-anak. Efusi pleura dapat ditemukan pada 6-7% pada

penderita tuberkulosis primer, biasanya bersifat unilateral, dan cairan efusinya

bebas serta tidak terperangkap (loculated). Gambaran miliar biasanya terlihat

bilateral berupa nodul menyebar (diffuse) dengan ukuran 1-3 mm dan simetris

(walaupun tidak selalu)

Nodul persisten (mass-like opacities) yang disebut tuberkuloma merupakan

gambaran residu penyakit yang menyembuh. Tinjauan kilas balik menyatakan

bahwa pada 7-9% penderita tuberkulosis primer ditemukan nodul yang berukuran

< 3cm di lobus atas, sering multiple dan mengalami kalsifikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru Pulmo atau paru ...

22

Foto Rontgen Tuberkulosis Reaktivasi

Menurut Djojodibroto (2013), karakteristik grup ini adalah predileksinya, yaitu di

lobus atas. Segmen yang terkena biasanya segmen apikal dan posterior, dan

superior lobus bawah. Kavitas terjadi pada 50% kasus, lebih banyak multipel

daripada soliter, dan berdinding tipis atau juga tebal. Pada kavitas dapat

ditemukan air fluid level.

Bayangan buram dan infiltrat di lobus atas akan menjadi lesi retikular atau juga

lesi nodular yang disebut sebagai penyakit fibronodular atau fibroproliferatif,

kemudian akan terjadi retraksi hilus sehingga paru berkerut(volume loss). Para

ahli radiologi sering menyebut kelainan ini sebagai kasus TB lama, TB tidak aktif

atau tuberkulosis dalam penyembuhan (old, inactive, atau healed tuberculosis).

Sebenarnya data foto paru tidak dapat digunakan untuk menyatakan aktivitas

penyakit, bahkan foto paru dapat membuat misdiagnosis pada penyakit yang aktif.

Foto paru yang stabil untuk beberapa bulan juga tidak dapat digunakan untuk

mengemsampingkan tuberkulosis yang aktif.

Keterlibatan pleura pada reaktivasi dapat terlihat jika ada penebalan pleura. Jika

terjadi pada apeks, kelainan ini disebut apical capping. Efusi pleura tuberkulosis

pasca primer kejadiannya lebih jarang dibandingkan tuberkulosis primer. Jika

terdapat air fluid level, berarti terdapat fistula bronkopleura.

Universitas Sumatera Utara