Top Banner
186 Beberapa petunjuk penting yang harus diperhatikan ketika melakukan pembuatan alur atau proses pemotongan benda kerja adalah sebagai berikut. a. Cairan pendingin diberikan sebanyak mungkin b. Ujung pahat diatur pada sumbu benda kerja c. Posisi pahat atau pemegang pahat tepat 90° terhadap sumbu benda kerja (Gambar 6.41) d. Panjang pemegang pahat atau pahat yang menonjol ke arah benda kerja sependek mungkin agar pahat atau benda kerja tidak bergetar e. Dipilih batang pahat yang terbesar f. Kecepatan potong dikurangi (50% dari kecepatan potong bubut rata) g. Gerak makan dikurangi (20% dari gerak makan bubut rata) h. Untuk alur aksial, penyayatan pertama dimulai dari diameter terbesar untuk mencegah berhentinya pembuangan beram. 9. Perencanaan Proses Membubut/Membuat Kartel Kartel (knurling) adalah proses membuat injakan ke permukaan benda kerja berbentuk berlian (diamond) atau garis lurus beraturan untuk memperbaiki penampilan atau memudahkan dalam pemegangan (Gambar 6.42). Bentuk injakan kartel (Gambar 6.43) ada dalam berbagai ukuran yaitu kasar (14 pitch), medium (21 pitch), dan halus (33 pitch). Gambar 6.40 Proses pemotongan benda kerja (parting)
58

4_Teknik Permesinan 10

Jan 31, 2016

Download

Documents

4_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 104_Teknik Permesinan 10
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 4_Teknik Permesinan 10

186

Beberapa petunjuk penting yang harus diperhatikan ketika melakukanpembuatan alur atau proses pemotongan benda kerja adalah sebagai berikut.a. Cairan pendingin diberikan sebanyak mungkinb. Ujung pahat diatur pada sumbu benda kerjac. Posisi pahat atau pemegang pahat tepat 90° terhadap sumbu benda kerja

(Gambar 6.41)d. Panjang pemegang pahat atau pahat yang menonjol ke arah benda kerja

sependek mungkin agar pahat atau benda kerja tidak bergetare. Dipilih batang pahat yang terbesarf. Kecepatan potong dikurangi (50% dari kecepatan potong bubut rata)g. Gerak makan dikurangi (20% dari gerak makan bubut rata)h. Untuk alur aksial, penyayatan pertama dimulai dari diameter terbesar untuk

mencegah berhentinya pembuangan beram.

9. Perencanaan Proses Membubut/Membuat KartelKartel (knurling) adalah proses membuat injakan ke permukaan benda kerja

berbentuk berlian (diamond) atau garis lurus beraturan untuk memperbaikipenampilan atau memudahkan dalam pemegangan (Gambar 6.42). Bentuk injakankartel (Gambar 6.43) ada dalam berbagai ukuran yaitu kasar (14 pitch), medium(21 pitch), dan halus (33 pitch).

Gambar 6.40 Proses pemotongan benda kerja (parting)

Page 2: 4_Teknik Permesinan 10

187

Pembuatan injakan kartel dimulai dengan mengidentifikasi lokasi dan panjangbagian yang akan dikartel, kemudian mengatur mesin untuk proses kartel. Putaranspindel diatur pada kecepatan rendah (antara 60-80 rpm) dan gerak makan medium(sebaiknya 0,2 sampai 0,4 mm per putaran spindel). Pahat kartel harus dipasangpada tempat pahat dengan sumbu dari kepalanya setinggi sumbu mesin bubut,dan permukaannya paralel dengan permukaan benda kerja. Harus dijaga bahwa rolpahat kartel dapat bergerak bebas dan pada kondisi pemotongan yang bagus,kemudian pada roda pahat yang kontak dengan benda kerja harus diberi pelumas.

Gambar 6.41 Proses pembuatan kartel bentuk lurus, berlian,dan alat pahat kartel

Gambar 6.42 Bentuk dan kisar injakan kartel

Page 3: 4_Teknik Permesinan 10

188

Agar supaya tekanan awal pada pahat kartel menjadi kecil, sebaiknya ujungbenda kerja dibuat pinggul (chamfer), lihat Gambar 6.44 dan kontak awal untukpenyetelan hanya setengah dari lebar pahat kartel. Dengan cara demikian awalpenyayatan menjadi lembut. Kemudian pahat ditarik mundur dan dibawa ke luarbenda kerja.

Setelah semua diatur, maka spindel mesin bubut kemudian diputar, dan pahatkartel didekatkan ke benda kerja menyentuh benda sekitar 2 mm, kemudian gerakmakan dijalankan otomatis. Setelah benda kerja berputar beberapa kali (misalnya20 kali), kemudian mesin bubut dihentikan. Hasil proses kartel dicek apakah hasilnyabagus atau ada bekas injakan yang ganda (Gambar 6.45). Apabila hasilnya sudahbagus, maka mesin dijalankan lagi. Apabila hasilnya masih ada bekas injakan ganda,maka sebaiknya benda kerja dibubut rata lagi, kemudian diatur untuk membuatkartel lagi. Selama proses penyayatan kartel, gerak makan pahat tidak bolehdihentikan jika spindel masih berputar, karena di permukaan benda kerja akan munculring/cincin (Gambar 6.45c). Apabila ingin menghentikan proses, misalnya untukmemeriksa hasil, maka mesin dihentikan dengan menginjak rem.

Gambar 6.44 (a) Injakan kartel yang benar, (b) injakan kartel ganda (salah), dan(c) cincin yang ada pada benda kerja karena berhentinya gerakan pahat kartel sementara

benda kerja tetap berputar

Gambar 6.43 Benda kerja dibuat menyudut pada ujungnyaagar tekanan pada pahat kartel menjadi kecil dan

penyayatannya lembut

Page 4: 4_Teknik Permesinan 10

189

BAB 7MENGENAL PROSES FRAIS

(Milling)

Page 5: 4_Teknik Permesinan 10

190

P roses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerjamenggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar.Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini

bisa menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat bisaberbentuk datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa jugaberbentuk kombinasi dari beberapa bentuk. Mesin (Gambar 7.1) yang digunakan untukmemegang benda kerja, memutar pisau, dan penyayatannya disebut mesin frais(milling machine).

Mesin frais (Gambar 7.2) ada yang dikendalikan secara mekanis (konvensionalmanual) dan ada yang dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual posisispindelnya ada dua macam yaitu horizontal dan vertikal. Mesin frais dengan kendaliCNC hampir semuanya adalah mesin frais vertikal (beberapa jenis mesin frais dapatdilihat pada Lampiran 3).

Gambar 7.1 Skematik dari gerakan-gerakan dan komponen-komponen dari(a) Mesin frais vertikal tipe column and knee, dan (b) Mesin frais horizontal tipe

column and knee

Page 6: 4_Teknik Permesinan 10

191

A. Klasifikasi Proses FraisProses frais dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini berdasarkan jenis

pisau, arah penyayatan, dan posisi relatif pisau terhadap benda kerja (Gambar 7.3).

1. Frais Periperal (Slab Milling)Proses frais ini disebut juga slab milling, permukaan yang difrais dihasilkan

oleh gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat potongnya. Sumbudari putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan bendakerja yang disayat.

Gambar 7.2 Mesin frais turret vertikal horizontal

Gambar 7.3 Tiga klasifikasi proses frais : (a) Frais periperal (slab milling),(b) frais muka (face milling), dan (c) frais jari (end milling)

Page 7: 4_Teknik Permesinan 10

192

2. Frais Muka (Face Milling)Pada frais muka, pisau dipasang pada spindel yang memiliki sumbu putar

tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses fraisdihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pisau.

3. Frais Jari (End Milling)Pisau pada proses frais jari biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus

permukaan benda kerja. Pisau dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkanpermukaan menyudut. Gigi potong pada pisau terletak pada selubung pisau danujung badan pisau.

B. Metode Proses FraisMetode proses frais ditentukan berdasarkan arah relatif gerak makan meja mesin

frais terhadap putaran pisau (Gambar 7.4). Metode proses frais ada dua yaitu fraisnaik dan frais turun.

1. Frais Naik (Up Milling )Frais naik biasanya disebut frais konvensional (conventional milling). Gerak

dari putaran pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais(Gambar 7.4). Sebagai contoh, pada proses frais naik apabila pisau berputar searahjarum jam, benda kerja disayat ke arah kanan. Penampang melintang bentuk beram(chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalanminimal kemudian menebal. Proses frais ini sesuai untuk mesin frais konvensional/manual, karena pada mesin konvensional backlash ulir transportirnya relatif besardan tidak dilengkapi backlash compensation.

Gambar 7.4 (a) Frain naik (up milling) dan (b) Frais turun(down milling)

Page 8: 4_Teknik Permesinan 10

193

2. Frais Turun (Down Milling)Proses frais turun dinamakan juga climb milling. Arah dari putaran pisau sama

dengan arah gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh jika pisau berputarberlawanan arah jarum jam, benda kerja disayat ke kanan. Penampang melintangbentuk beram (chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali denganketebalan maksimal kemudian menipis. Proses frais ini sesuai untuk mesin fraisCNC, karena pada mesin CNC gerakan meja dipandu oleh ulir dari bola baja, dandilengkapi backlash compensation. Untuk mesin frais konvensional tidakdirekomendasikan melaksanakan proses frais turun, karena meja mesin frais akantertekan dan ditarik oleh pisau.

Proses pemesinan dengan mesinfrais merupakan proses penyayatanbenda kerja yang sangat efektif,karena pisau frais memiliki sisi potongjamak. Apabila dibandingkan denganpisau bubut, maka pisau frais analogdengan beberapa buah pisau bubut(Gambar 7.5). Pisau frais dapat me-lakukan penyayatan berbagai bentukbenda kerja, sesuai dengan pisau yangdigunakan. Proses meratakan bidang,membuat alur lebar sampai dengan mem-bentuk alur tipis bisa dilakukan oleh pisaufrais (Gambar 7.6).

Gambar 7.5 Pisau frais identikdengan beberapa pahat bubut

Gambar 7.6 Berbagai jenis bentuk pisau frais untuk mesin fraishorizontal dan vertikal

Page 9: 4_Teknik Permesinan 10

194

C. Jenis Mesin FraisMesin frais yang digunakan dalam proses pemesinan ada tiga jenis, yaitu:

1. Column and knee milling machines2. Bed type milling machines3. Special purposes

Mesin jenis column and knee dibuat dalam bentuk mesin frais vertikal dan horizontal(lihat Gambar 7.7). Kemampuan melakukan berbagai jenis pemesinan adalahkeuntungan utama pada mesin jenis ini. Pada dasarnya pada mesin jenis ini meja(bed), sadel, dan lutut (knee) dapat digerakkan. Beberapa asesoris seperti cekam,meja putar, dan kepala pembagi menambah kemampuan dari mesin frais jenis ini.Walaupun demikian mesin ini memiliki kekurangan dalam hal kekakuan dan kekuatanpenyayatannya. Mesin frais tipe bed (bed type) memiliki produktivitas yang lebih tinggidari pada jenis mesin frais yang pertama. Kekakuan mesin yang baik, serta tenagamesin yang biasanya relatif besar, menjadikan mesin ini banyak digunakan padaperusahaan manufaktur (Gambar 7.8). Mesin frais tersebut pada saat ini telah banyakyang dilengkapi dengan pengendali CNC untuk meningkatkan produktivitas danfleksibilitasnya.

Gambar 7.7 Mesin frais tipe bed Gambar 7.8 Mesin frais tipecoloumn and knee

Page 10: 4_Teknik Permesinan 10

195

Produk pemesinan di industri pemesinan semakin kompleks, maka mesin fraisjenis baru dengan bentuk yang tidak biasa telah dibuat. Mesin frais tipe khusus ini(contoh pada Gambar 7.9), biasanya digunakan untuk keperluan mengerjakan satujenis penyayatan dengan produktivitas/duplikasi yang sangat tinggi. Mesin tersebutmisalnya mesin frais profil, mesin frais dengan spindel ganda (dua, tiga, sampai limaspindel), dan mesin frais planer. Dengan menggunakan mesin frais khusus ini makaproduktivitas mesin sangat tinggi, sehingga ongkos produksi menjadi rendah, karenamesin jenis ini tidak memerlukan setting yang rumit.

Gambar 7.9 Mesin frais tipe khusus (special purposes)mesin frais dengan dua buah spindel

Gambar 7.10 Mesin frais CNC tipe bed (bed type CNC milling machine)

Page 11: 4_Teknik Permesinan 10

196

Selain mesin frais manual, pada saat ini telah dibuat mesin frais dengan jenis yangsama dengan mesin konvensional tetapi menggunakan kendali CNC (Computer Nu-merically Controlled). Dengan bantuan kendali CNC (Gambar 7.10), maka mesin fraismenjadi sangat fleksibel dalam mengerjakan berbagai bentuk benda kerja, efisien waktudan biaya yang diperlukan, dan produk yang dihasilkan memiliki ketelitian tinggi.Beberapa mesin frais yang lain dapat dilihat pada Lampiran 7.

D. Parameter yang Dapat Diatur pada Mesin FraisMaksud dari parameter yang dapat diatur adalah parameter yang dapat langsung

diatur oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan mesin frais. Seperti padamesin bubut, maka parameter yang dimaksud adalah putaran spindel (n), gerak makan(f ), dan kedalaman potong (a). Putaran spindel bisa langsung diatur dengan caramengubah posisi handle pengatur putaran mesin. Gerak makan bisa diatur dengancara mengatur handle gerak makan sesuai dengan tabel f yang ada di mesin. Gerakmakan (Gambar 7.11) ini pada proses frais ada dua macam yaitu gerak makan pergigi (mm/gigi), dan gerak makan per putaran (mm/putaran). Kedalaman potong diaturdengan cara menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau.

Putaran spindel (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan potongditentukan oleh kombinasi material pisau dan material benda kerja. Kecepatan potongadalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter) pada selubung pisaudalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik dengan rumus kecepatanpotong pada mesin bubut. Pada proses frais besarnya diameter yang digunakan adalahdiameter pisau. Rumus kecepatan potong:

v = 1.000

dnπ . . . (7.1)

Di mana:v = kecepatan potong (m/menit)d = diameter pisau (mm)n = putaran benda kerja (putaran/menit)

Setelah kecepatan potong diketahui, maka gerak makan harus ditentukan. Gerakmakan (f ) adalah jarak lurus yang ditempuh pisau dengan laju konstan relatif terhadapbenda kerja dalam satuan waktu, biasanya satuan gerak makan yang digunakan adalahmm/menit.

Kedalaman potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda kerja awalterhadap tebal benda kerja akhir. Untuk kedalaman potong yang relatif besar diperlukanperhitungan daya potong yang diperlukan untuk proses penyayatan. Apabila daya potongyang diperlukan masih lebih rendah dari daya yang disediakan oleh mesin (terutamamotor listrik), maka kedalaman potong yang telah ditentukan bisa digunakan.

Page 12: 4_Teknik Permesinan 10

197

E. Geometri Pisau FraisPada dasarnya bentuk pisau frais adalah identik dengan pisau bubut. Dengan

demikian nama sudut atau istilah yang digunakan juga sama dengan pisau bubut.Nama-nama bagian pisau frais rata dan geometri gigi pisau frais rata ditunjukkan padaGambar 7.12. Pisau frais memiliki bentuk yang rumit karena terdiri dari banyak gigipotong, karena proses pemotongannya adalah proses pemotongan dengan mata potongmajemuk (Gambar 7.13). Jumlah gigi minimal adalah dua buah pada pisau frais ujung(end mill).

Pisau untuk proses frais dibuat dari material HSS atau karbida. Material pisauuntuk proses frais pada dasarnya sama dengan material pisau untuk pisau bubut.Untuk pisau karbida juga digolongkan dengan kode P, M, dan K. Pisau frais karbidabentuk sisipan dipasang pada tempat pisau sesuai dengan bentuknya. Standar ISOuntuk bentuk dan ukuran pisau sisipan dapat dilihat pada Gambar 7.14. Standar tersebutmengatur tentang bentuk sisipan, sudut potong, toleransi bentuk, pemutus tatal(chipbreaker), panjang sisi potong, tebal sisipan, sudut bebas, arah pemakanan, dankode khusus pembuat pisau. Pisau sisipan yang telah dipasang pada pemegang pisaudapat dilihat pada Gambar 7.15.

Gambar 7.11 Gambar jalur pisau frais menunjukkan perbedaan antara gerak makanper gigi (ft) dan gerak makan per putaran (fr)

Page 13: 4_Teknik Permesinan 10

198

Gambar 7.13

Gambar 7.12 Bentuk dan nama-nama bagian pisau frais rata

Page 14: 4_Teknik Permesinan 10

199

Gambar 7.14 Standar ISO pisau sisipan untuk frais (milling)

Page 15: 4_Teknik Permesinan 10

200

F. Peralatan dan Asesoris untuk Memegang Pisau FraisProses penyayatan menggunakan mesin frais memerlukan alat bantu untuk

memegang pisau dan benda kerja. Pisau harus dicekam cukup kuat sehingga prosespenyayatan menjadi efektif, agar pisau tidak mengalami selip pada pemegangnya.Pada mesin frais konvensional horizontal pemegang pisau adalah arbor dan porosarbor (lihat kembali Gambar 7.1). Gambar skematik arbor yang digunakan pada mesinfrais horizontal dapat dilihat pada Gambar 7.16. Arbor ini pada porosnya diberi alur untukmenempatkan pasak sesuai dengan ukuran alur pasak pada pisau frais. Pasak yangdipasang mencegah terjadinya selip ketika pisau menahan gaya potong yang relatifbesar dan tidak kontinyu ketika gigi-gigi pisau melakukan penyayatan benda kerja.

Pemegang pisau untuk mesin frais vertikal yaitu kolet (collet, lihat Gambar 7.17). Koletini berfungsi mencekam bagian pemegang (shank) pisau. Bentuk kolet adalah silinderlurus di bagian dalam dan tirus di bagian luarnya. Pada sisi kolet dibuat alur tipis beberapabuah, sehingga ketika kolet dimasuki pisau bisa dengan mudah memegang pisau.

Gambar 7.15 Pisau frais bentuk sisipan dipasang pada tempat pisau yang sesuai

Gambar 7.16 Gambar skematik arbor mesin frais

Page 16: 4_Teknik Permesinan 10

201

Sesudah pisau dimasukkan ke kolet kemudian kolettersebut dimasukkan ke dalam pemegang pisau (toolholder). Karena bentuk luar kolet tirus maka pemegangpisau akan menekan kolet dan benda kerja dengan sangatkencang, sehingga tidak akan terjadi selip ketika pisaumenerima gaya potong.

Pemegang pisau (tool holder) standar bisa digunakanuntuk memegang pisau frais ujung (end mill). Beberapaproses frais juga memerlukan sebuah cekam (chuck) untukmemegang pisau frais. Pemegang pisau ini ada dua jenisyaitu dengan ujung tirus morse (morse taper) dan lurus(Gambar 7.18). Pemegang pisau yang lain adalah kepalabor (Gambar 7.19). Kepala bor ini jarak antara ujung pisauterhadap sumbu bisa diubah-ubah, sehingga dinamakanoffset boring heads. Pemegang pisau ini biasanyadigunakan untuk proses bor (boring), perataan permukaan(facing), dan pembuatan champer (chamfering).

Gambar 7.17 (a) Kolet pegas yang memiliki variasi ukurandiameter, (b) kolet solid pemasangan pisau dengan baut

Gambar 7.18(a) Pemegang pisau frais ujung(end mill), (b) pemegang pisau

shell end mill Gambar 7.19 Kepala bor (offset boring head)

(b)

(a)

Page 17: 4_Teknik Permesinan 10

202

G. Alat Pencekam dan Pemegang Benda Kerja pada MesinFraisAlat pemegang benda kerja pada mesin frais berfungsi untuk memegang benda

kerja yang sedang disayat oleh pisau frais. Pemegang benda kerja ini biasanyadinamakan ragum. Ragum tersebut diikat pada meja mesin frais dengan menggunakanbaut T. Jenis ragum cukup banyak, penggunaannya disesuaikan dengan bentuk bendakerja yang dikerjakan di mesin. Untuk benda kerja berbentuk balok atau kubus ragumyang digunakan adalah ragum sederhana atau ragum universal (Gambar 7.20). Ragumsederhana digunakan bila benda kerja yang dibuat bidang-bidangnya saling tegak lurusdan paralel satu sama lain (kubus, balok, balok bertingkat). Apabila digunakan untukmembuat bentuk sudut digunakan ragum universal (Gambar 7.20), atau bilamenggunakan ragum sederhana bentuk pisau yang dipakai menyesuaikan bentuk sudutyang dibuat.

Apabila bentuk benda kerja silindris, maka untuk memegang benda kerja digunakankepala pembagi (dividing head). Kepala pembagi (Gambar 7.21) ini biasanya digunakanuntuk memegang benda kerja silindris, terutama untuk keperluan:• Membuat segi banyak• Membuat alur pasak• Membuat roda gigi (lurus, helix, payung)• Membuat roda gigi cacing

(a) (b)

Gambar 7.20 (a) Ragum sederhana (plain vise), (b) Ragum universalyang biasa digunakan pada ruang alat

Page 18: 4_Teknik Permesinan 10

203

Ragum biasa yang dipasang langsung pada meja mesin frais hanya dapatdigunakan untuk mengerjakan benda kerja lurus atau bertingkat dengan bidang dataratau tegak lurus. Apabila benda kerja yang dibuat ada bentuk sudutnya, maka ragumdiletakkan pada meja yang dapat diatur sudutnya (identik dengan meja sinus). Mejatersebut (Gambar 7.22), diikat pada meja mesin frais.

Alat bantu pemegang benda kerja di mesin frais yang lain yaitu meja putar (rotarytable). Meja putar, (Gambar 7.23) ini diletakkan di atas meja mesin frais, kemudianragum atau cekam rahang tiga bisa diletakkan di atasnya. Dengan bantuan meja putarini proses penyayatan bidang-bidang benda kerja bisa lebih cepat, karena untukmenyayat sisi- sisi benda kerja tidak usah melepas benda kerja, cukup memutar handlemeja putar dengan sudut yang dikekendaki. Selain itu dengan meja putar ini bisa dibuatbentuk melingkar, baik satu lingkaran penuh (360°) atau kurang dari 360°.

Benda kerja yang dikerjakan di mesin frais tidak hanya benda kerja yang bentuknyateratur. Benda kerja yang berbentuk plat lebar, piringan dengan diameter besar dantipis, dan benda hasil tuangan sulit dicekam dengan ragum. Untuk keperluanpemegangan benda kerja seperti itu, maka benda kerja bisa langsung diletakkan dimeja mesin frais kemudian diikat dengan menggunakan bantuan klem (clamp). Berbagaibentuk klem dan baut pengikatnya biasanya digunakan untuk satu benda kerja yangrelatif besar.

Gambar 7.22 Kepala pembagi (dividinghead) untuk membuat segi banyak, roda gigi,

atau helix

Gambar 7.21 Meja yang dapat diatursudutnya dalam beberapa arah, digunakanuntuk alat bantu pengerjaan benda kerjayang memiliki sudut lebih dari satu arah

Page 19: 4_Teknik Permesinan 10

204

Selain pemegang benda kerja, pada mesin frais juga ada beberapa macam asesorisyang berguna untuk membantu pengaturan mesin frais, maupun penempatan bendakerja. Asesoris tersebut misalnya (a) parallel yang berguna untuk meninggikan posisibenda kerja pada ragum, (b) line finder untuk membantu mencari posisi garis pinggirbenda kerja, (c) line finder dipasang pada kolet, (d) edge finder yang digunakan untukmencari posisi pojok benda kerja, (e) pembatas ragum (vise stop) yang berguna untukbatas peletakan benda kerja di ragum, (f) pembatas ragum, (g) blok V untuk membantumemegang benda kerja berbentuk silindris, dan (h) klem (clamp) untuk membantumemegang benda kerja. Gambar perlengkapan mesin frais tersebut dapat dilihat padaGambar 7.24.

Gambar 7.23 (a) Meja putar (rotary table) yang bisa digunakanuntuk Mesin frais vertikal maupun horizontal,

(b) Meja putar yang dapat diatur sudutnya

(b)

(a)

Page 20: 4_Teknik Permesinan 10

205

Gambar 7.24 Berbagai macam asesoris yang digunakan padamesin frais

(a) Paralel (b) Line finder

(c) Line finder dipasang pada kolet (d) Edge finder, digunakan untukmencari posisi pojok benda kerja

(e) Pembatas ragum (vise stop) yangdipasang menyatu dengan mulut ragum

(f) Pembatas ragum

(g) Blok V (h) Satu set klem

Page 21: 4_Teknik Permesinan 10

206

H. Elemen Dasar Proses FraisElemen dasar proses frais hampir sama dengan elemen dasar proses bubut. Elemen

diturunkan berdasarkan rumus dan Gambar 7.25 berikut.

Gambar 7.25 Gambar skematis proses frais vertikaldan frais horizontal

Page 22: 4_Teknik Permesinan 10

207

Keterangan:Benda Kerja:w = lebar pemotongan (mm)lw = panjang pemotongan (mm)lt = lv + lw + ln (mm)a = kedalaman potong (mm)

Pisau frais:d = diameter luar (mm)z = jumlah gigi/mata potongXr = sudut potong utama (90o)untuk pisau frais selubung

Mesin frais:n = putaran poros utama (rpm)vf = kecepatan makan (mm/putaran)

1. Kecepatan potong:

v = 1.000

dnπ ; m/menit . . . (7.2)

2. Gerak makan per gigi:

fz = vf / z n; mm/menit . . . (7.3)

3. Waktu pemotongan:

tc = t

f

lv

; menit . . . (7.4)

4. Kecepatan penghasilan beram:

Z = vf a w/1.000;cm3/menit . . . (7.5)

Rumus-rumus (7.2 sampai 7.5) tersebut di atas digunakan untuk perencanaanproses frais. Proses frais bisa dilakukan dengan banyak cara menurut jenis pisau yangdigunakan dan bentuk benda kerjanya. Selain itu jenis mesin frais yang bervariasimenyebabkan analisis proses frais menjadi rumit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalamperencanaan bukan hanya kecepatan potong dan gerak makan saja, tetapi juga carapencekaman, gaya potong, kehalusan produk, getaran mesin dan getaran benda kerja.Dengan demikian hasil analisa/perencanaan merupakan pendekatan bukan merupakanhasil yang optimal.

Page 23: 4_Teknik Permesinan 10

208

I. Pengerjaan Benda Kerja dengan Mesin FraisBeberapa variasi bentuk benda kerja bisa dikerjakan dengan mesin frais.

Perencanaan proses frais dibahas satu kesatuan dengan beberapa pengerjaan prosesfrais.

1. Proses Frais Datar/RataProses frais datar/rata (dinamakan juga surface milling atau slab milling) adalah

proses frais dengan sumbu pisau paralel terhadap permukaan benda kerja,(Gambar 7.26). Frais rata dilakukan dengan cara permukaan benda kerja dipasangparalel terhadap permukaan meja mesin frais dan pisau frais dipasang pada arbormesin. Benda kerja dicekam dengan ragum biasa, (Gambar 7.20), sebaiknya bagianbenda kerja yang menonjol di atas ragum tidak terlalu tinggi agar benda kerja tidakbergetar, (Gambar 7.27). Arbor dipasang horizontal didukung oleh spindel mesindan penahan arbor di sisi yang lain.

Gambar 7.26 Proses frais rata (surface/slab milling)

Page 24: 4_Teknik Permesinan 10

209

Pisau yang digunakan untuk proses pengasaran (roughing) sebaiknya dipilihpisau frais yang ukuran giginya relatif besar, dengan kecepatan potong dipilih yangminimal dari kecepatan potong yang diperbolehkan untuk pasangan pisau danbenda kerja yang dikerjakan (Tabel 7.1). Untuk proses finishing pisau yang

Gambar 7.27 Cara pencekaman benda kerja, bagiankanan pencekaman yang salah (incorrect) dan bagian

kiri pencekaman yang benar (correct)

Benda kerja di tengah ragum Benda kerja di pinggir ragum

Benda kerja didukung paralel Benda kerja tidak didukung paralel

Benda kerja yang menonjol diusahakanserendah mungkin

Benda kerja yang menonjolterlalu tinggi

Page 25: 4_Teknik Permesinan 10

210

digunakan dipilih pisau yang memiliki gigi yang relatif kecil dengan kecepatan potongdipilih harga terbesar dari kecepatan potong yang diijinkan. Gerak makan per gigiditentukan berdasarkan ketebalan beram yang diinginkan (direncanakan). Tebalberam dapat dipilih berdasarkan benda kerja dan pisau yang digunakan, mesin,sistem pencekaman, dan kecepatan potong. Tebal beram untuk proses fraisdisarankan seperti pada Tabel 7.2.

Tabel 7.1 Kecepatan Potong untuk Proses Frais untuk Pasangan Benda Kerja dan Pisau HSS

CUTTING SPEED (sfpm)1 2

MATERIAL PLAIN MILLING CUTTERS END MILLING CUTTERS

Roughing Finishing Roughing Finishing

Aluminum .................... 400 to 1.000 400 to 1.000 400 to 1.000 400 to 1.000Brass, composition ..... 125 to 200 90 to 200 90 to 150 90 to 150Brass, yellow .............. 150 to 200 100 to 250 100 to 200 100 to 200Bronze, phosphor and

manganese ............. 30 to 80 25 to 100 30 to 80 30 to 80Cast iron (hard) ........... 25 to 40 10 to 30 25 to 40 20 to 45Cast iro (soft and

medium) .................. 40 to 75 25 to 80 35 to 65 30 to 80Monel metal ................ 50 to 75 50 to 75 40 to 60 40 to 60Steel, hard .................. 25 to 50 25 to 70 25 to 50 25 to 70Steel, soft .................... 60 to 120 45 to 110 50 to 85 45 to 110

a) Untuk pisau karbida harga kecepatan potong angka pada tabel dikalikan 2.b) Apabila satuan kecepatan potong (cutting speed diubah menjadi m/menit angka

pada tabel dibagi 3,28).Tabel 7.2 Tebal Beram per Gigi untuk Beberapa Tipe Pisau Frais dan Benda Kerja yangDikerjakan (Satuan dalam Inchi)

TYPE OF CUTTER

FACE MILLS

HELICAL MILLS

SIDE CUTINGMILLS

END MILLS

FORM RELIEVEDCUTTERS

CIRCULAR SAWS

HSS

.007 to.022

.006 to.018

.004 to.013

.003 to.011

.002 to.007

.002 to.005

ALUMINUM

CARBIDE

.007 to.020

.006 to.016

.004 to.012

.003 to.010

.002 to.006

.002 to.005

BRONZE CAST IRONFREE

MACHININGSTEEL

ALLOY STEEL

HSS

.005 to.014

.003 to.011

.003 to.008

.003 to.007

.001 to.004

.001 to.003

CARBIDE

.004 to.012

.004 to.010

.003 to.007

.002 to.006

.001 to.004

.001 to.003

HSS

.004 to.016

.004 to.018

.002 to.009

.002 to.008

.002 to.005

.001 to.004

CARBIDE

.006 to.020

.002 to.018

.003 to.012

.003 to.010

.002 to.006

.002 to.006

HSS

.003 to.012

.002 to.010

.002 to.007

.001 to.006

.001 to.004

.001 to.003

CARBIDE

.004 to.016

.003 to.013

.003 to.009

.002 to.008

.002 to.005

.001 to.004

HSS

.002 to.008

.002 to.007

.001 to.005

.001 to.004

.001 to.003

.005 to.002

CARBIDE

.003 to.014

.003 to.012

.002 to.008

.002 to.007

.001 to.004

.001 to.004

Page 26: 4_Teknik Permesinan 10

211

Perhitungan elemen mesin yang lain (rumus 7.2 sampai 7.5), bisa dilakukansetelah kecepatan potong dan gerak makan per gigi ditentukan. Perhitungan elemenpemesinan untuk proses frais yang lain (Gambar 7.28) identik dengan langkah diatas.

Gambar 7.28 Beberapa variasi proses frais yang dilakukan pada mesin frais

Page 27: 4_Teknik Permesinan 10

212

2. Proses Frais Roda GigiProses frais gigi (Gambar 7.29), sebenarnya sama dengan frais bentuk pada

Gambar 7.28, tetapi karena bentuknya yang spesifik, serta proses pencekamandan pemilihan pisau berbeda maka akan dibahas lebih detail. Dari informasi yangdiperoleh dari gambar kerja, untuk proses frais roda gigi diperoleh data tentangjumlah gigi, bentuk profil gigi, modul, sudut tekan, dan dimensi bakal roda gigi.

Dari informasi tersebut perencana proses frais gigi harus menyiapkan: kepalapembagi (Gambar 7.21), pisau frais gigi, dan perhitungan elemen dasar (putaranspindel, gerak makan, dan kedalaman potong). Kepala pembagi digunakan sebagaipemegang bakal roda gigi (dengan bantuan mandrel). Pada kepala pembagiterdapat mekanisme yang memungkinkan operator mesin frais memutar bendakerja dengan sudut tertentu.

Gambar 7.28 (Lanjutan). Beberapa proses frais:frais bentuk dan dan frais alur

Page 28: 4_Teknik Permesinan 10

213

Kepala pembagi (dividing head) digunakan sebagai alat untuk memutar bakalroda gigi. Mekanisme perubahan gerak pada kepala pembagi adalah roda gigicacing dan ulir cacing dengan perbandingan 1 : 40. Dengan demikian apabila

engkol diputar satu kali, maka spindelnya berputar 140 kali. Untuk membagi putaran

pada spindel sehingga bisa menghasilkan putaran spindel selain 40 bagian, makapada bagian engkol dilengkapi dengan piringan pembagi dengan jumlah lubang

tertentu, dengan demikian putaran engkol bisa diatur (misal 12 , 1

3 , 14 , 1

5 putaran).Pada piringan pembagi diberi lubang dengan jumlah lubang sesuai dengan tipenyayaitu:

1. Tipe Brown and Sharpea. Piringan 1 dengan jumlah lubang: 15, 16, 17, 18, 19, 20b. Piringan 2 dengan jumlah lubang: 21, 23, 27, 29, 31, 33c. Piringan 3 dengan jumlah lubang: 37, 39, 41, 43, 47, 49

2. Tipe Cincinnati (satu piringan dilubangi pada kedua sisi)a. Sisi pertama dengan jumlah lubang:

24, 25, 28, 30, 34, 37, 38, 39, 41, 42, 43b. Sisi kedua (sebaliknya) dengan jumlah lubang:

46, 47, 49, 51, 53, 54, 57, 58, 59, 62, 66

Gambar 7.29 Proses frais roda gigi dengan mesin frais horizontal

Page 29: 4_Teknik Permesinan 10

214

Misalnya akan dibuat pembagian 160 buah. Pengaturan putaran engkol padakepala pembagi sebagai berikut (Gambar 7.30).• Dipilih piringan yang memiliki lubang 20, dengan cara sekrup pengatur arah

radial kita setel sehingga ujung engkol yang berbentuk runcing bisa masuk kelubang yang dipilih (Gambar 7.30c)

• Gunting diatur sehingga melingkupi 5 bagian atau 6 lubang (Gambar 7.30d)• Sisi pertama benda kerja dimulai dari lubang no.1• Sisi kedua dilakukan dengan cara memutar engkol ke lubang no. 6 (telah

dibatasi oleh gunting)

• Dengan demilian engkol berputar 14 lingkaran dan benda kerja) berputar

14 × 1

40 = 1160 putaran

• Gunting digeser sehingga bilah bagian kiri di no. 6• Pemutaran engkol selanjutnya mengikuti bilah gunting.

Gambar 7.30 Kepala pembagi dan pengoperasiannya

Page 30: 4_Teknik Permesinan 10

215

Pemilihan pisau untuk memotong profil gigi (biasanya profil gigi involute) harusdipilih berdasarkan modul dan jumlah gigi yang akan dibuat. Nomer pisau frais gigiberdasarkan jumlah gigi yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 7.3. Penentuan elemendasar proses frais yaitu putaran spindel dan gerak makan pada proses frais gigitetap mengikuti rumus 7.2 dan 7.3. Kedalaman potong ditentukan berdasarkantinggi gigi dalam gambar kerja atau sesuai dengan modul gigi yang dibuat (antara2 sampai 2,25 modul).

Tabel 7.3 Urutan Nomer Pisau Frais Gigi Involut

Nomer Pisau/ Digunakan untuk Membuat Roda GigiCutter dengan Jumlah Gigi

1 135 sampai dengan rack

1,5 80 sampai 134

2 55 sampai 134

2,5 42 sampai 54

3 35 sampai 54

3,5 30 sampai 34

4 25 sampai 34

4,5 23 sampai 25

5 21 sampai 25

5,5 19 sampai 20

6 17 sampai 20

6,5 15 sampai 16

7 14 sampai 16

7,5 13

8 12 dan 13

Page 31: 4_Teknik Permesinan 10

216

LAMPIRAN A

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Diktat Praktikum Proses Pemesinan II (CNC TU2A dan CNC TU3A)Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta.

Alois SCHONMETZ. 1985. Pengerjaan Logam Dengan Perkakas Tangan dan MesinSederhana. Bandung: Angkasa.

Avrutin.S, tt, Fundamentals of Milling Practice, Foreign Languages Publishing House,Moscow.

B.H. Amstead, Bambang Priambodo. 1995. Teknologi Mekanik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Boothroyd, Geoffrey. 1981. Fundamentals of Metal Machining and Machine Tools.Singapore: Mc Graw-Hill Book Co.

Bridgeport, 1977, Bridgeport Textron , Health and Safety at Work Act, Instalation,Operation, Lubrication, Maintenance, Bridgeport Mahines Devision of TextronLimited PO Box 22 Forest Road Leicester LE5 0FJ: England.

Courtesy EDM Tech. Manual. 2007. EDM ProcessMecanism. Poco Graphite Inc.

C. van Terheijden, Harun. 1994. Alat-alat Perkakas 3. Bandung: Binacipta.

EMCO.1980. A Center Lathe, EMC O Maier+Co. Postfach 131.A-5400 Hallein: Austria.

EMCO. 1980. Maximat Super 11 Installation Manual, Instructions and Operating Manual,Maintenance Manual, EMCO Maier+Co. Postfach 131.A-5400 Hallein:Austria.

EMCO. 1991. Teacher’s Handbook CNC TU-2A. Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.

EMCO. 1991. Teacher’s Handbook CNC TU-3A. Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.

EMCO. 1991. Teacher’s Handbook Compact 5 PC. Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.

Page 32: 4_Teknik Permesinan 10

217

LAMPIRAN A

EMCO. 1991. Student’s Handbook CNC TU-3A, Emco Maier Ges.m.b.H, Hallein,Austria.

EMCO MAIER Ges.m.bh, 1990. Teacher’s Handbook EMCO TU-2A, A-5400 Hallein,Austria.

EMCO MAIER Ges.m.bh, 1990. Students’s Handbook EMCO TU-2A, A-5400 Hallein,Austria.

Fischer, Kilgus, Leopold. Rohrer, Schiling, Tabellenbunch Metall, Keliner Werth 50, 560Wuppertal 2.

Fox Valley Technnical College. 2007. Machine Shop 3: ”Milling Machine” Accessories(http://its.fvtc.edu/machshop3/basicmill/default.htm).

Fox Valley Technnical College. 2007. Machine Shop 3 : ”Types of Milling Machines”Work Holding (http://its.fvtc.edu/machshop3/basicmill/default.htm).

Fox Valley Technnical College, 2007, Machine Shop 3 : ”Milling Machines” Tool Holding(http://its.fvtc.edu/machshop3/basicmill/default.htm).

George Schneider Jr, Cutting Tool Applications, Prentice Hall(www.toolingandproduction.com).

Gerling, Heinrichi. 1974. All about Machine Tools. New Delhi: Wiley Eastern.

Hand Out Politeknik Manufaktur Bandung. 1990. Teori Gerinda Datar. Bandung: ITB

Hand Out Politeknik Manufaktur Bandung. 1990. Teori Gerinda Silindris. Bandung: ITB

Headquartes Department of The Army USA. 1996. Training Circular N0 9-524:Fundamentals of Machine Tools. Headquartes Department of The Army USA:Washington DC

Page 33: 4_Teknik Permesinan 10

218

LAMPIRAN A

John W. Sutherland. 1998. Turning (www.mfg.mtu.edu/marc/primers/turning/turn.html),Michigan Technological University’s Turning Information Center: Michigan.

———–—————. 2007. A TUTORIAL ON CUTTING FLUIDS IN MACHINING.http://www.mfg.mtu.edu/testbeds/cfest/fluid.html#cfintro_name.

Taufiq Rochim. 1990. Teori Kerja Bor. Bandung: Politeknik Manufaktur Bandung.

Taufiq Rochim. 1993. Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Bandung: Proyek HEDS.

The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Basic Machining andFitting.http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.

The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Marking Out, Measurement, Fitting &Assembly. http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.

The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Metal Cutting Processes1–Turning.http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.

The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Metal Cutting Processes2-Milling.http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.

The Hong Kong Polytechnic University. 2007. Safety Instruction,http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.htm.

Page 34: 4_Teknik Permesinan 10

219

LAMPIRAN A

Page 35: 4_Teknik Permesinan 10

220

LAMPIRAN B

Lampiran 1. Standar ISO untuk pengkodean pemegang pahat sisipan/tool holders.

Page 36: 4_Teknik Permesinan 10

221

LAMPIRAN B

Lampiran 1. Standar ISO untuk pengkodean pemegang pahat sisipan, (Lanjutan).

Page 37: 4_Teknik Permesinan 10

222

LAMPIRAN B

Page 38: 4_Teknik Permesinan 10

223

LAMPIRAN B

Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut konvensional dan CNC.

Sumber: Katalog PT. Kawan Lama

Page 39: 4_Teknik Permesinan 10

224

LAMPIRAN B

Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut, (Lanjutan).

Sumber: Katalog PT. Kawan Lama

Page 40: 4_Teknik Permesinan 10

225

LAMPIRAN B

Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut, (Lanjutan).

Page 41: 4_Teknik Permesinan 10

226

LAMPIRAN B

Lampiran 2. Beberapa macam mesin bubut, (Lanjutan).

Sumber: IMTS 2006 (www.toolingandproduction.com)

Page 42: 4_Teknik Permesinan 10

227

LAMPIRAN B

Lampiran 3. Beberapa macam mesin frais.

Lampiran 3. Beberapa macam mesin frais konvensional dan CNC, (Lanjutan).

HEAVY DUTY DOUBLE HOUSING PLAING MILL

CP-160-200-250-300

VERTICAL HORIZONTAL TURRET MILLING

Page 43: 4_Teknik Permesinan 10

228

LAMPIRAN B

Sumber: Katalog PT. Kawan Lama

Page 44: 4_Teknik Permesinan 10

229

LAMPIRAN B

Lampiran 3. Beberapa macam mesin frais, (Lanjutan).

Sumber: IMTS 2006 (www.toolingandproduction.com)

Page 45: 4_Teknik Permesinan 10

230

LAMPIRAN B

Lampiran 4. Beberapa macam mesin gurdi (drilling) konvensional dan CNC.

Mesin Bor Radial

Lampiran 4. Beberapa macam mesin gurdi (drilling), (Lanjutan).

Mesin gurdi manual dan mesin gurdi & Tap CNC

RADIAL DRILLING MACHINE-TYPE Z3020 x 10

CNR DRILLING AND TAPPING MACHINE

Page 46: 4_Teknik Permesinan 10

231

LAMPIRAN B

Lampiran 5. Proses pembuatan ulir dan tabel.

Page 47: 4_Teknik Permesinan 10

232

LAMPIRAN B

Lampiran 6. Besarnya toleransi fundamental dari a sampai zc.

Fundalmental Deviatons a to jFundamental Deviation (es) (ei)

a b c cd d e ef f fg g js j5 j6 j7hOver Up-to

(Incl.)

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

500

–270

–270

–280

–290

–290

–300

–300

–310

–320

–340

–360

–380

–410

–460

–520

–580

–660

–740

–820

–920

–1.050

–1.200

–1.350

–1.500

–1.650

–140

–140

–150

–150

–150

–160

–160

–170

–180

–190

–200

–220

–240

–260

–280

–310

–340

–380

–420

–480

–540

–600

–680

–760

–840

–60

–70

–80

–95

–95

–110

–110

–120

–130

–140

–150

–170

–180

–200

–210

–230

–240

–260

–280

–300

–330

–360

–400

–440

–480

–34

–46

–56

–20

–30

–40

–50

–50

–65

–65

–80

–80

–100

–100

–120

–120

–145

–145

–145

–170

–170

–170

–190

–190

–210

–210

–230

–230

–14

–20

–25

–32

–32

–40

–40

–50

–50

–60

–60

–72

–72

–85

–85

–85

–100

–100

–100

–110

–110

–125

–125

–135

–135

–10

–14

–18

–6

–10

–13

–16

–16

–20

–20

–25

–25

–30

–30

–36

–36

–43

–43

–43

–50

–50

–50

–56

–56

–62

–62

–68

–68

–4

–6

–8

–2

–4

–5

–6

–6

–7

–7

–9

–9

–10

–10

–12

–12

–14

–14

–14

–15

–15

–15

–17

–17

–18

–18

–20

–20

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

–2

–2

–2

–3

–3

–3

–3

–4

–4

–5

–7

–9

–9

–11

–11

–11

–13

–13

–13

–16

–16

–18

–18

–20

–20

–2

–2

–2

–3

–3

–3

–3

–4

–4

–5

–7

–9

–9

–11

–11

–11

–13

–13

–13

–16

–16

–18

–18

–20

–20

–4

–4

–5

–6

–6

–8

–8

–10

–10

–12

–12

–15

–15

–18

–18

–18

–21

–21

–21

–26

–26

–28

–28

–32

–32

Fundamental Deviation (es) (ei)

a b c cd d e ef f fg g js j5 j6 j7hOver Up-to

(Incl.)

Page 48: 4_Teknik Permesinan 10

233

LAMPIRAN B

Lampiran 6. Besarnya toleransi fundamental dari a sampai zc, (Lanjutan).

Fundalmental Deviatons k to zcFundamental Deviation (ei)

m n p r s t u v x z za zb zcyOver Up-to

(Incl.)

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

500

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

4

6

7

7

8

8

9

9

11

11

13

13

15

15

15

17

1

17

20

20

21

21

23

23

4

8

10

12

12

15

15

17

17

20

20

23

23

27

27

27

31

31

31

34

34

37

27

40

40

6

12

15

18

18

22

22

26

26

32

32

37

37

43

43

43

50

50

50

56

56

62

62

68

68

10

15

19

23

23

28

28

34

34

41

43

51

54

63

65

68

77

80

84

94

98

108

114

126

132

14

19

23

28

28

35

35

43

43

53

59

71

79

92

100

108

122

130

140

158

170

190

208

232

252

41

48

54

66

75

91

104

122

134

146

166

180

196

218

240

268

294

330

360

18

23

28

33

33

41

48

60

70

87

102

124

144

170

190

210

236

258

284

315

350

390

435

490

540

39

47

55

68

81

102

120

146

172

202

228

252

284

310

340

385

425

475

530

595

660

20

28

34

40

45

54

64

80

97

122

146

178

210

248

280

310

350

385

425

475

525

590

660

740

820

63

75

94

114

144

174

214

254

300

340

380

425

470

520

580

650

730

820

920

1.000

26

35

42

50

60

73

88

112

136

172

210

258

310

365

415

465

520

575

640

710

790

900

1.000

1.100

1.250

32

42

52

64

77

98

118

148

180

226

274

335

400

470

535

600

670

740

820

920

1.000

1.50

1.300

1.450

1.600

40

50

67

90

108

136

160

200

242

300

360

445

525

620

700

780

880

960

1.050

1.200

1.300

1.500

1.650

1.850

2.100

60

80

97

130

150

188

218

274

325

405

480

585

690

800

900

1.000

1.150

1.250

1.350

1.550

1.700

1.900

2.100

2.400

2.600

Fundamental Deviation (ei)

m n p r s t u v x z za zb zcyOver Up-to

(Incl.)

k4–k7(inc)

Otherk

k4–k7(inc)

Otherk

0

1

1

1

1

2

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

4

4

4

4

4

4

4

5

5

Page 49: 4_Teknik Permesinan 10

234

LAMPIRAN B

Lampiran 7. ISO Shaft Limit Nearest Zero (Fundamental Deviation ), shaft size500–3.150 mm.

Deviations in µmetres = (m–6)

Page 50: 4_Teknik Permesinan 10

235

LAMPIRAN B

Lampiran 7. (Lanjutan).

Fundamental Deviatons d to uFundamental Deviation (ei)

ef f fg g h js k m n r s t upOver Up-to

(Incl.)

500

560

630

710

800

900

1.000

1.120

1.250

1.400

1.600

1.800

2.000

2.240

2.500

2.800

560

630

710

800

900

1.000

1.120

1.250

1.400

1.600

1.800

2.000

2.240

2.500

2.800

3.150

–145

–145

–160

–160

–170

–170

–195

–195

–220

–220

–240

–240

–260

–260

–290

–290

–76

–76

–80

–80

–86

–86

–98

–98

–220

–220

–240

–240

–260

–260

–290

–290

–22

–22

–24

–24

–26

–26

–28

–28

–30

–30

–32

–32

–34

–34

–38

–38

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

26

26

30

30

34

40

40

48

48

58

58

58

68

68

76

76

44

44

50

50

56

56

66

66

78

78

92

92

110

110

135

135

78

78

88

88

100

100

120

120

140

140

170

170

195

195

240

240

150

155

175

185

210

220

250

260

300

330

370

400

440

460

550

580

280

310

340

380

430

470

520

580

640

720

820

920

1.000

1.100

1.250

1.400

400

450

500

560

620

680

780

840

960

1.050

1.200

1.350

1.500

1.650

1.900

2.100

600

660

740

840

940

1.050

1.150

1.300

1.450

1.600

1.850

2.000

2.300

2.500

2.900

3.200

Over Up-to(Incl.)

–260

–26

–290

–290

–320

–320

–350

–350

–390

–390

–430

–430

–480

–480

–520

–520

Fundamental Deviation (es)

ed

Fundamental Deviation (ei)Fundamental Deviation (es)

ef f fg g h js k m n r s t uped

Page 51: 4_Teknik Permesinan 10

236

LAMPIRAN B

Lampiran 8. ISO Hole Nearest Dim to Zero (Fundamental Deviation). Holes sizes0–400mm.

Page 52: 4_Teknik Permesinan 10

237

LAMPIRAN B

Deviations in µµµµµmetres = (m 6)Fundamental Deviation (EI)

C CD D E EF F FG G H J6 J7 J8 K7JSOver Up-to

(Incl.)

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

500

140

140

150

150

150

160

160

170

180

190

200

220

240

260

280

310

340

380

420

480

450

600

680

760

840

60

70

80

95

95

110

110

120

130

140

1580

170

180

200

210

230

240

260

280

300

330

360

400

440

480

34

46

56

20

30

40

50

50

65

65

80

80

100

100

120

120

145

145

145

170

170

170

190

190

210

210

230

230

14

20

25

32

32

40

40

50

50

60

60

72

72

85

85

85

100

100

100

110

110

125

125

135

135

10

14

18

6

10

13

16

16

20

20

25

25

30

30

36

36

43

43

43

50

50

50

56

56

62

62

68

68

4

6

8

2

4

5

6

6

7

7

9

9

10

10

12

12

14

14

14

15

15

17

17

18

18

18

20

20

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

2

5

5

6

6

8

8

10

10

13

13

16

16

18

18

18

22

22

22

25

25

29

29

33

33

4

6

8

10

10

12

12

14

14

18

18

22

22

26

26

26

30

30

30

36

36

39

39

43

43

6

10

12

15

15

20

20

24

24

28

28

34

34

41

41

41

47

47

47

55

55

60

60

66

66

0+

3

5

6

6

6

6

7

7

9

9

10

10

12

12

12

13

13

13

16

16

17

17

18

18

Over Up-to(Incl.)

270

270

280

290

290

300

300

310

320

340

360

380

410

460

520

580

660

740

820

920

1.050

1.200

1.350

1.500

1.650

A B K8

0

5

6

8

8

10

10

12

12

14

14

16

16

20

20

20

22

22

22

25

25

28

28

29

29

>K8

0

Fundamental Deviation (Es)

Fundamental Deviation (EI)

C CD D E EF F FG G H J6 J7 J8 K7JSA B K8 >K8

Fundamental Deviation (Es)

Page 53: 4_Teknik Permesinan 10

238

LAMPIRAN B

Important Note: For Fundamental deviations P-ZC ITn’s > 7 only applies . For ITs6 & 7 refer to table below.

Fundamental Deviation (Es)

>M8 N7 N8 >N8 P R S T U X Y Z ZAVOver Up-to

(Incl.)

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

500

–2

2

1

2

5

4

6

5

7

5

8

6

10

8

8

11

9

9

12

9

12

11

13

59

25

–2

–4

–6

–7

–7

–8

–8

–9

–9

–11

–11

–13

–13

–15

–15

–15

–17

–17

–17

–20

–20

–21

–21

–23

–23

–5

–4

–4

–5

–5

–7

–7

–8

–8

–9

–9

–10

–10

–12

–12

–12

–14

–14

–14

–14

–14

–16

–16

–17

–17

–4

–2

–3

–3

–3

–3

–3

–3

–3

–4

–4

–4

–4

–4

–4

–4

–5

–5

–5

–5

–5

–5

–5

–6

–6

–4

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

–6

–12

–15

–18

–18

–22

–22

–26

–26

–32

–32

–37

–37

–43

–43

–43

–50

–50

–50

–56

–56

–62

–62

–68

–68

–10

–15

–19

–23

–23

–28

–28

–34

–34

–41

–43

–51

–54

–63

–65

–68

–77

–80

–84

–94

–98

–108

–114

–126

–132

–14

–19

–23

–28

–28

–35

–35

–43

–43

–53

–59

–71

–79

–92

–100

–108

–122

–130

–140

–158

–170

–190

–208

–232

–252

–41

–48

–54

–66

–75

–91

–104

–122

–134

–146

–166

–180

–196

–218

–240

–268

–294

–330

–360

–18

–23

–28

–33

–33

–41

–48

–60

–70

–87

–102

–124

–144

–170

–190

–210

–236

–258

–284

–315

–350

–390

–435

–490

–540

–39

–47

–55

–68

–81

–102

–120

–146

–172

–202

–228

–252

–284

–310

–340

–385

–425

–475

–530

–595

–660

–20

–28

–34

–40

–45

–54

–65

–80

–97

–122

–146

–178

–210

–248

–280

–310

–340

–385

–425

–475

–525

–590

–660

–740

–820

–63

–75

–94

–114

–144

–174

–214

–254

–300

–340

–380

–425

–475

–520

–580

–650

–730

–820

–920

–1.000

–26

–42

–52

–50

–60

–73

–88

–112

–136

–172

–210

–258

–310

–365

–415

–465

–520

–575

–640

–710

–790

–900

–1.000

–1.100

–1.250

–32

–42

–52

–64

–77

–98

–118

–148

–180

–226

–274

–335

–400

–470

–535

–600

–670

–740

–820

–920

–1.000

–1.150

–1.300

–1.450

–1.600

Over Up-to(Incl.)

–2

0

0

0

1

0

1

0

2

0

2

0

2

0

0

2

0

0

3

0

1

0

2

48

25

M7 M8 ZB

–40

–50

–67

–90

–108

–136

–160

–200

–242

–300

–360

–445

–525

–620

–700

–780

–880

–960

–1.050

–1.200

–1.300

–1.500

–1.650

–1.850

–2.100

ZC

–60

–80

–97

–130

–150

–188

–218

–274

–325

–405

–490

–585

–690

–800

–900

–1.000

–1.150

–1.250

–1.350

–1.550

–1.700

–1.900

–2.100

–2.400

–2.600

Fundamental Deviation (Es)

>M8 N7 N8 >N8 P R S T U X Y Z ZAVM7 M8 ZB ZC

Page 54: 4_Teknik Permesinan 10

239

LAMPIRAN B

Important Note: For Fundamental deviations (P to Z) For ITn = 6 & 7 refer to tablebelow.

Fundamental Deviation (Es)

R6 R7 S6 S7 T6 T7 U6 U7 V6 X6 X7 Y6 Y7V7Over Up-to

(Incl.)

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

3

6

10

14

18

24

30

40

50

65

80

100

120

140

160

180

200

225

250

280

315

355

400

450

500

–6

–8

–9

–11

–11

–14

–14

–17

–17

–21

–21

–24

–24

–28

–28

–28

–33

–33

–33

–36

–36

–41

–41

–45

–45

–10

–12

–16

–20

–24

–24

–29

–29

–29

–35

–37

–44

–47

–56

–58

–61

–68

–71

–75

–85

–89

–97

–103

–113

–119

–10

–11

–13

–16

–16

–20

–20

–25

–25

–30

–32

–38

–41

–48

–50

–53

–60

–63

–67

–74

–78

–87

–97

–103

–109

–14

–16

–20

–25

–25

–31

–31

–38

–38

–47

–53

–64

–72

–85

–93

–105

–113

–121

–131

–149

–161

–179

–197

–219

–239

–14

–15

–17

–21

–21

–27

–27

–34

–34

–42

–48

–58

–66

–77

–85

–93

–105

–113

–123

–138

–150

–169

–187

–209

–229

–37

–43

–49

–60

–69

–84

–97

–115

–127

–139

–157

–171

–187

–209

–231

–257

–283

–317

–347

–33

–39

–45

–55

–64

–78

–91

–107

–119

–131

–149

–163

–179

–198

–220

–247

–273

–307

–337

–18

–20

–25

–30

–30

–37

–44

–55

–65

–81

–96

–117

–137

–163

–183

–203

–227

–249

–275

–306

–341

–379

–424

–477

–527

–18

–19

–22

–26

–26

–33

–40

–51

–61

–76

–91

–111

–131

–155

–175

–195

–219

–241

–267

–295

–330

–369

–414

–467

–517

–36

–43

–51

–63

–76

–96

–114

–139

–165

–195

–221

–245

–275

–301

–331

–376

–416

–464

–519

–582

–647

–32

–39

–47

–59

–72

–91

–109

–133

–159

–187

–213

–237

–267

–293

–323

–365

–405

–454

–509

–572

–637

–20

–25

–31

–37

–42

–50

–60

–75

–92

–116

–140

–171

–203

–241

–273

–303

–331

–376

–416

–466

–516

–579

–649

–727

–807

–20

–24

–28

–33

–38

–46

–56

–71

–88

–111

–135

–165

–197

–233

–265

–295

–323

–368

–408

–455

–505

–569

–649

–727

–807

–59

–71

–89

–109

–138

–168

–207

–247

–293

–333

–373

–416

–461

–511

–571

–641

–719

–809

–907

–987

–55

–67

–85

–105

–133

–163

–201

–241

–285

–325

–365

–408

–453

–503

–560

–630

–709

–799

–897

–977

Over Up-to(Incl.)

–6

–9

–12

–15

–15

–18

–18

–21

–21

–26

–26

–30

–30

–36

–36

–36

–41

–41

–41

–47

–47

–51

–51

–55

–55

P7 P7 Z6

–26

–32

–39

–47

–57

–69

–84

–107

–11

–166

–204

–251

–303

–358

–408

–458

–511

–566

–631

–701

–781

–889

–989

–1.087

–1.237

Z7

–26

–31

–36

–43

–53

–65

–80

–103

–127

–161

–199

–245

–297

–350

–400

–450

–503

–558

–623

–690

–770

–879

–979

–1.077

–1.227

Fundamental Deviation (Es)

R6 R7 S6 S7 T6 T7 U6 U7 V6 X6 X7 Y6 Y7V7P7 P7 Z6 Z7

Page 55: 4_Teknik Permesinan 10

240

LAMPIRAN B

Lampiran 9. ISO Hole Nearest Dim to Zero (Fundamental Deviation). Holes sizes400-3.150mm.

Page 56: 4_Teknik Permesinan 10

241

LAMPIRAN B

Deviations in µmetres = (m–6)Fundamental Deviation Fundamental Deviation (Es)

D E F G H JS K M N P S T UROver Up-to

(Incl.)

500

560

63

710

800

900

1.000

1.120

1.250

1.400

1.600

1.800

2.000

2.240

2.500

2.800

560

630

710

800

900

1.000

1.120

1.250

1.400

1.600

1.800

2.000

2.240

2.500

2.800

3.150

260

260

290

290

320

320

350

350

390

390

430

430

480

480

520

520

145

145

160

160

170

170

195

195

220

220

240

240

260

260

290

290

76

76

80

80

86

86

98

98

110

110

120

120

130

130

145

145

22

22

24

24

26

26

28

28

30

30

32

32

34

34

38

38

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

ITn/2

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

–26

–26

–30

–30

–34

–34

–40

–40

–48

–48

–58

–58

–68

–68

–76

–76

–44

–44

–50

–50

–56

–56

–66

–66

–78

–78

–92

–92

–110

–110

–135

–135

–78

–78

–88

–88

–100

–100

–120

–120

–140

–140

–170

–170

–195

–195

–240

–240

–150

–155

–175

–185

–210

–220

–250

–260

–300

–330

–370

–400

–440

–460

–550

–580

–280

–310

–340

–380

–430

–470

–520

–580

–640

–720

–820

–920

–1.000

–1.100

–1.250

–1.400

–400

–450

–500

–560

–620

–680

–780

–840

–960

–1.050

–1.200

–1.350

–1.500

–1.650

–1.900

–2.100

–600

–660

–740

–840

–940

–1.050

–1.150

–1.300

–1.450

–1.600

–1.850

–2.000

–2.300

–2.500

–2.900

–3.200

Over Up-to(Incl.)

Fundamental Deviation Fundamental Deviation (Es)

D E F G H JS K M N P S T UR

Page 57: 4_Teknik Permesinan 10

242

Ukuran Nominal (mm)/D

Dari

Sampai

TingkatanIT

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

250

315

6

8

12

16

23

32

52

81

130

210

320

520

810

1.300

315

400

7

9

13

18

25

36

57

89

140

230

360

570

890

1.400

400

500

8

10

15

20

27

40

63

97

155

250

400

630

970

1.550

500

630

9

11

16

22

32

44

70

110

175

280

440

700

1.100

1.750

630

800

11

15

21

28

40

56

90

140

230

360

560

900

1.400

2.300

800

1.000

11

15

21

28

40

56

90

140

230

360

560

900

1.400

2.300

1.000

1.250

13

18

24

33

47

66

105

165

260

420

660

1.050

1.650

2.600

1.250

1.600

15

21

29

39

55

75

125

195

310

500

750

1.250

1.950

3.100

1.600

2.000

18

25

35

46

65

92

150

230

370

600

920

1.500

2.300

3.700

2.000

2.500

22

30

41

55

75

110

175

280

440

700

1.100

1.750

2.800

4.400

2.500

3.150

26

36

50

68

96

135

210

330

450

860

1.350

2.100

3.300

5.400

Penyimpangan (dalam µm)

LAMPIRAN B

Lampiran 10. Penyimpangan fundamental dari ukuran 250 sampai dengan 3.150 mm.

Page 58: 4_Teknik Permesinan 10

untukuntukSekolah Sekolah Menengah Menengah KejuruanKejuruan

11

1

6 1

25,586.00