Top Banner

of 21

4.Aspek Medis TD

Jan 10, 2016

Download

Documents

medis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1Aspek Medis Transfusi Darah2.1.1 Definisi Transfusi Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh.1

Transfusi adalah pemindahan atau pemasukkan obat atau darah dan sebagainya kepada orang yang memerlukan untuk menolong penderita yang mengalami perdarahan, cara yang paling baik adalah memberikan perdarahan.2

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk-produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi media seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan oleh trauma, operasi, syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.2

Sampai kini dikenal dua jenis transfusi yang lazim dilakukan yaitu allo transfusi dan auto transfusi. Allo tranfusi adalah bahan transfusi berasal dari darah orang lain. Sedangkan auto transfusi merupakan bahan transfusi berasal dari darah recipien sendiri.3

Pada auto transfusi darah dapat diperoleh dengan tiga cara: 31. cara Leafrog. Darah diambil dari recipien sendiri tiap minggu, minggu berikutnya ditransfusikan kembali diikuti pengambilan dan penyimpanan dalam jumlah lebih banyak dan seterusnya sehingga terkumpul jumlah darah yang diperlukan.

2. cara Infra Operative Deposit. Darah diambil sebelum operasi dan diganti dengan koloid. Pasca operasi darah yang diambil ditransfusikan kembali.

3. cara Infra Operative Salvage. Darah dalam rongga dada / abdomain dihisap, disaring kemudian ditransfusikan kembali.

Pada tranfusi yang dilakukan dengan cara auto tranfusi, terdapat beberapa keuntungan yaitu: 31. merupakan darah yang paling cocok misalnya pada donor donor langka

2. kesalahan crossmatch tidak ada

3. reaksi pirogen alregi tidak ada

4. penularan penyakit tidak ada

5. tidak bertentangan dengan kepercayaan tertentu

Pemberian transfusi tetap mengikuti ketentuan transfusi secara umum, tentang kesesuaian golongan darah donor dan penerima (recipient). 4

2.1.2Fisiologi Darah

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.1Karakteristik fisik darah meliputi:Viskositas atau kekentalan darah

4,5-5,5

Temperature

38 C

PH

7,37- 7,45

Salinitas

0,9%

Berat

8 % dari berat badan

Volume

5-6 liter (pria)

4-5 liter (wanita)

Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya atau pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer,tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus. 1

2.1.2.1 FUNGSI DARAH

a) Sebagai alat pengangkut ,yaitu: 1 Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru- paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh

Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru

Mengambil zat- zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan atau alat tubuh

Mengangkat atau mengeluarkan zat- zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk di keluarkan melalui kulit dan ginjal

b) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody untuk mempertahankan tubuh terhadap invasi mikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses homeostatis (trombosit).

c) Sebagai pengatur regulasi yaitu

Mempertahankan PH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial

Darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan paru-paru2.1.2.2 TEMPAT PEMBENTUKAN SEL DARAH41. Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa

2. Adari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap, yaitu:

Pembentukan di saccus vitellinus

Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa

Pembentukan di sumsum tulang

3. Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa embrionik

4. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang

5. Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang juga dibentuk di kelenjar limfe, tymus, dan lien

6. Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis

7. Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun

8. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum, tulang iga dan ileum

9. 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan hanya 25% menghasilkan eritrosit

10.Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa hari) sedangkan erotrosit hanya 120 hari.

Tempat hematopoiesis

0-2 bulanYolk sac

Janin 2-7 bulanHati dan limpa

5-9 bulanSumsum tulang

BayiSumsum tulang ( semua bagian tulang)

DewasaOs. Vetrebrae, costae,sternum, cranium, sacrum, pelvis, ujung proksimal os.femur.

2.1.2.3 KOMPOSISI DARAH4 Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah

Plasma terdiri dari air, protein, dan bahan-bahan non protein

Plasma protein terdiri dari albumin (55%), globulin , , (38%), fibrinogen (7%)

Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dimana leukosit terbagi 2 yaitu granulosit: netrofil, eosinofil, dan basofil. Serata agranulosit: limfosit dan monosit.

2.1.2.4 Eritrosit (sel darah merah)

Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yang mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm3 terkandung 5 juta eritrosit (laki-laki) dan 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hati dan dijadikan zat warna empedu (bilirubin).5Gambar 1. Eritrosit (sel darah merah)5

Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis)

Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Sel induk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensial menjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yang kompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit, granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjadi trombosit. Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks.4

Kekurangan salah satu unsur atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasi dari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi hormon ini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat. Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan mengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya atau kurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia.5

Haemoglobin

Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam pro eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya. Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub unit hemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin. Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta.4,5,61. Suksinil-KoA + 2 glisin (Pirol

2. Pirol ( protoporfirin IX

3. Protoporfirin IX + Fe++ ( Heme

4. Heme + Polipeptida (Rantai Hemoglobin

Katabolisme hemoglobin

Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empedu. Pada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai alfa dan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari seluruh hemoglobin. Sisanya terdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2 rantai delta sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2 % pada keadaan normal. Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Foetus senantiasa menurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma.5,62 Rantai + 2 Rantai ( Hemoglobin A

2 Rantai + 2 Rantai ( Hemoglobin A2

2 Rantai + 2 Rantai ( Hemoglobin F

Pemecahan Eritrosit

Hemolisis eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi komponen protein yaitu globin yang kemudian dimanfaatkan kembali atau disimpan oleh tubuh dan komponen heme yang akan terurai menjadi komponen besi dan bilirubin. Zat besi akan kembali ke pool besi dan dipakai ulang. Sedangkan bilirubin akan disekresikan melalui hati dan empedu kemudian dikeluarkan bersama urine (urobilinogen) dan melalui feses (sterkobilinogen).4,5

Gambar 2. Hemoglobin pada eritrosit

2.1.2.5Leukosit (leukosit)

Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 9000 sel darah putih, bergerak bebas secara ameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikulo endothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit. Leukosit, meliputi : 4,6 Granulosit : merupakan sel darah putih yang bergranula.

Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit.

Basofil : granula biru, fagosit.

Eosinofil : granula merah, fagosit.

Agranulosit : merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula.

Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat.

Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak.

Leukosit yang merupakan sel sel bergranula : eosionofil, basofil dan neutrofil dan tidak bergranula : limfosit T dan B, monosit, makrofag. Limfosit B bersirkulasi dalam darah, saat ada antigen maka limfosit B akan berikatan dengan antigen (Rx antigen antibodi) Limfosit T yang belum matang bermigrasi menuju thymus, setelah matang beredar dalam darah, jika bertemu antigen, limfosit T akan mengeluarkan zat zat kimia yang melawan mikroorganisme patogen serta menstimulai leukosit lainnya. Monosit terbentuk di sumsum tulang belakang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk immatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan. Sedangkan makrofag dapat tetap berdiam di jaringan, atau digunakan dalam reaksi peradangan segera setelah sel ini matang. Neutrofil, basofil dan eosionofil berfungsi sebagai fagosit. Selain itu basofil berfungsi sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif.3,4Leukosioesis

Limfosit dibuat di dalam kelenjar getah bening dan limpa. sedangkan limfosit T dibuat dan matang dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di dekat jantung). Kelenjar thymus hanya aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit).3,4Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit. Sumsum tulang membentuk dan melepaskan lebih banyak sel darah putih sebagai respon terhadap infeksi.5

2.1.2.6 Trombosit (sel darah pembeku)6Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah, keadaan normal 1 mm3mengandung 200.000 300.000 butir trombosit.

Mekanisme pembekuan darah, mengeluarkan :

a. Trombosit pecah tromboplastin / faktor antihemofili trombokinase.

b. Protombin trombin Ca++ dan Vit.K.

c. Fibrinogen fibrin.

Trombopoesis5,6,7

Trombopoesis (pembentukan thrombocyt berasal dari sel induk pluripotensial yang berubah menjadi megakarioblas kemudian promegakarioblas menjadi megakariosit di dalam sumsum tulang

Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endometotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan duanya. Kemuadian sitoplasma menjadi granuler dan trombosit dilepaskan

Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu dari diferensiasi sel induk (stem cell) sampai dihasilkan trombosit sekitar membutuhkan sekitar 10 hari pada manusia

Trombopoesis dipengaruhi oleh hormone trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjal dan sejumlah sitokin seperti: IL-11, IL-3, dan IL-6

Trombopoetin meningkatkan kecepatan dan jumlah maturasi megakariosit.2.1.3 GOLONGAN DARAH MANUSIA

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.7,82.1.3.1 Golongan Darah Sistem ABO

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A atau O.11Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O.10Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.8Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama O. Secara umum golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.9,102.1.3.2 Sistem Golongan Darah Sistem Rhesus

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.112.1.4TUJUAN TRANSFUSI DARAH

Pemberian darah ataupun komponennya dimaksudkan antara lain untuk :41)

Menjamin kemampuan penyediaan oksigen dalam batas curah jantung yang dapat dihasilkan oleh tubuh.

2)

Menjamin cukup tersedia trombosit dan faktor-faktor pembekuan.

3)

Mencukupi isi ruang intra-vaskuler.

2.1.5 JENIS PRODUK DARAH

2.1.5.1 Transfusi dengan Darah Utuh (Whole-Blood)

Transfusi ini diperlukan untuk mengembalikan dan mempertahankan volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan. Whole blood terdiri dari red cell + sejumlah besar plasma dan biasa diberikan pada perdarahan lebih dari 20% misalnya pada active bleeding dan massive transfusi.3

Kerugian pemberian whole blood: 3 Faktor V dan VIII menurun.

Meningkatnya kalium, berbahaya bagi pasien dengan penyakit ginjal.

Meningkatnya ammonia yang berbahaya untuk pasien sakit lever

Penimbunan citrat yang menyebabkan hipocalsemia.

Whole-blood ada 3 macam, yaitu :

1. Darah Segar

Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang cepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.

2. Darah Baru

Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

3. Darah Simpan

Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.2.1.5.2 PACKED RED CELL (PRC)

Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells (PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah. Merupakan cairan berisi sel darah merah (SDM) yang dikosentrasikan, komponen plasmanya sangat rendah. Hematokritnya : 70% agar tidak menyulitkan pada waktu pemberiannya. Packed red blood cells dapat disimpan selama 25-35 hari pada suhu 4-60 C.5

Komponen ini dapat lebih meningkatkan daya angkut zat asam (O2) darah komponen dengan pertambahan volume sirkulasi darah yang minimal. Selain itu beberapa keuntungan lainnya adalah dapat mengurangi kemungkinan penularan penyakit, mengurangi reaksi imunologis, dan kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. 5Indikasi pemberian PRC : 3a. Selalu diidentifikasikan pada kadar Hb kurang 7gr%, terutama pada anemia akut.

b. Bila ditemukan hipoksia dan hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium, transfusi PRC dapat dilakukan pada kadar Hb 7 10gr%.

c. Tidak dilakukan transfusi bila kadar Hb 10gr% kecuali bila ada indikasi tertentu misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh: PPOK, Penyakit Paru Obtruktif Kronis, dan penyakit jantung iskemik berat.

d. Pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb 11gr%.

2.1.5.3SUSPENSI TROMBOSIT

Tujuannya adalah meningkatkan kadar trombosit darah. Sebuah konsentrat trombosit trombositoferesis meningkatkan jumlah trombosit sekitar 20.000/ul. Pada anak kecil dan bayi baru lahir, 10 ml konsentrat ini setiap kg-nya meningkatkan jumlah trombosit sekitar 20.000/ul.6Indikasi : 6a. Trombositopenia di bawah 50.000/ul pada perdarahan atau tindakan pembedahan dengan permukaan luka yang besar, anestesi di dekat medula spinalis

b. Trombositopenia dibawah 10.000/ul pada pasien dengan hemostatis yang stabil tanpa faktor risiko perdarahan

c. Gangguan fungsi trombosit dan perdarahan

2.1.5.4FRESH FROZEN PLASMA (FFP)

Plasma segar yang diberikan mengandung sebagian besar faktor pembekuan disamping berbagai protein yang terdapat di dalamnya. Untuk meningkatkan kandungan faktor pembekuan sebesar 1%, diperlukan 1 ml/kg FFP.6Indikasi : 3a. Untuk mengganti defisiensi faktor IX (hemophilia B) dan defisiensi factor inhibitor koagolasi baik yang didapat maupun bawaan.

b. Untuk menetralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam nyawa

c. Jika ada perdarahan dengan parameter koagolasi yang abnormal setelah transfusi massive atau operasi pintasan jantung atau pada pasien dengan penyakit liver.

2.1.5.5 KRIOPRESIPITAT

Transfusi cryoprecipitate dilakukan bila:5a. Untuk propilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani prosedur invasif dan terapi pada pasien yang mengalami perdarahan.

b. Pasien dengan hemophilia A dan penyakit Von Willebrand yang mengalami perdarahan atau yang tidak responsive terhadap pemberian desmopressin asetat atau akan mengalami operasi.

2.1.6 TEKNIK TRANSFUSI

Sebelum dilakukan transfusi darah, dilakukan dulu serangkaian prosedur untuk memeriksa kompatibilitas darah donor dengan darah resipien untuk memastikan sedapat mungkin menekan terjadinya reaksi transfusi pada pasien serta eritrosit dapat mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan.13,14

Tes kompatibilitas yang dilakukan adalah:13,14a. Memeriksa catatan pasien: golongan darah, riwayat dan alasan transfusi darah bila ada.

b. Melakukan penggolongan darah ABO pada sampel darah pasien.

c. Melakukan penggolongan darah Rh pada sampel darah pasien.

d. Melakukan uji kecocokan terakhir:

Major matching adalah mencocokkan serum pasien dengan eritrosit donor.

Minor matching adalah mencocokkan eritrosit pasien dengan serum donor.

Pemeriksaan DAT dan IAT

DAT / Direct Antiglobulin Test

Mendeteksi antibodi atau komplemen yang menyelubungi permukaan eritrosit. Sebelum dilakukan tes, eritrosit dicuci dengan garam fisiologis untuk menghilangkan antibodi dan komplemen yang tidak terikat, kemudian ditambahkan AHG (anti human serum globulin). Bila pada eritrosit terdapat antibodi, kaki Fab dari AHG berikatan pada kaki Fc antibodi yang terikat pada eritrosit.14IAT / Indirect Antiglobulin Test

Mendeteksi antibodi pada serum. Serum atau plasma yang diperiksa diinkubasi dengan eritrosit sehingga bila ada antibodi maka akan berikatan dengan eritrosit. Eritrosit kemudian dicuci untuk menyingkirkan globulin yang tidak terikat kemudian ditambahkan AHG. Bila terjadi aglutinasi berarti terdapat antibodi terhadap antigen eritrosit.14

Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum yang besar G 16-18. Jarum yang terlalu kecil (G 23-25) dapat menyebabkan hemolisis.14

Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah. Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi. Darah yang belum ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es. Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda hemolisis (warna coklat-hitam, keruh) jangan diberikan. Sebelum transfusi, terlebih dahulu diberikan 50-100 mL NaCl fisiologis. Jangan gunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrosa dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, dan bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal tersebut terjadi akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan.13,14

Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39oC. karena bila lebih dari 40oC, eritrosit akan rusak. Pada 100 mL pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi. Transfusi set mengalirkan darah 1 mL dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60 mL permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 mL/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 mL/kgBB/jam ( 1 unit kurang lebih 3 jam) atau 1.000 mL dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 mL/kgBB/jam. Karena darah merupakan medium kultur yang ideal untuk bakteri, maka sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena meningkatnya risiko proliferasi bakteri.14

Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik, dikurangi hingga 1 bag tiap 15 menit. Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin, antipiretika, atau diuretika secara rutin sebelum transfusi untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya diperlukan pada pasien anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 mL/kgBB dalam 24 jam.14Cara-cara meningkatkan kecepatan transfusi:14a. Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali menyebabkan kecepatan transfusi meningkat 2 kali pula.

b. Gunakan jarum atau kanula sebesar mungkin.

c. Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara dalam botol.

2.1.7Komplikasi Transfusi

Transfusi dapat diikuti dengan beberapa komplikasi, seperti infeksi beberapa mikroorganisme yang hanya sebagian dapat dideteksi dengan metode skrining yang ada. Mikroorganisme yang dapat ditemukan dalam komponen darah yaitu:17a. Virus: virus Hepatitis C, virus Hepatitis B, virus Hepatitis G, HIV, Cytomegalovirus, Human T lymphotrophic virus, Parvovirus B-19.

b. Bakteri: sifilis

c. Parasit: malaria

Saat ini seluruh darah donor di PMI di Indonesia diperiksa virus Hepatitis C, antigen virus Hepatitis B, HIV, dan sifilis.

Berikut ini merupakan beberapa reaksi yang dapat terjadi dalam transfusi darah:

a. Reaksi imunologis

Dapat bervariasi mulai dari urtikaria akibat reaksi imunologis terhadap plasma, demam akibat reaksi imunologis ringan terhadap protein plasma dan leukosit sampai dengan reaksi imunologis hebat dengan renjatan akibat transfusi dengan eritrosit yang tidak cocok golongan imunologisnya (incompatible).18

b. Reaksi non-imunologis

Reaksi non-imunologis dapat diakibatkan oleh:18 Penimbunan cairan yang melebihi batas kemampuan tubuh (overload).

Adanya kadar antikoagulan yang berlebihan berasal dari darah donor.

Perdarahan akibat adanya defisiensi faktor pembekuan yang tidak ada pada darah donor.

c. Penyakit menular

Berbagai mikroorganisme dapat ditularkan melalui transfuse, yang terutama adalah: 1) hepatitis B dan C, 2) sifilis, 3) malaria, 4) cytomegalovirus, Epstein-Barr virus hingga HIV. Penularan virus HIV melalui transfusi telah banyak dilaporkan antara lain oleh Allani (1987), Alter (1987), dan Allen (1987). Risiko tertular HIV akibat transfusi dengan darah donor yang mengandung HIV amat besar, yaitu lebih dari 90%, artinya apabila seseorang mendapat transfusi darah yang terkontaminasi HIV, maka dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan akan menderita infeksi HIV sesudah itu.18Pada mulanya prevalensi transmisi melalui transfuse darah cukup tinggi di Amerika Serikat dan di Eropa Barat, karena itu penyaringan terhadap HIV merupakan tindakan rutin di belahan dunia tersebut. Di Indonesia, penyaringan terhadap HIV sebagai prasyarat transfusi belum dapat dilaksanakan mengingat terbatasnya dana yang tersedia. Pemberian transfusi darah maupun komponen-komponennya atas indikasi yang tepat merupakan salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan penularan HIV melalui transfusi.18d. Beberapa reaksi lain yang dapat terjadi pada transfuse darah:18,19 Reaksi febris

Nyeri kepala menyebabkan menggigil dan gemetar tiba-tiba yang akhirnya akan meningkatkan suhu tubuh.

Reaksi jarang berat.

Berespon terhadap pengobatan

Reaksi alergi

Reaksi alergi berat (anafilaksis), jarang.

Urtikaria kulit, bronkospasme moderat, edema laring, berespon cepat terhadap pengobatan.

Reaksi hemolitik

Merupakan reaksi yang paling berat, diawali oleh reaksi:

Antibodi dalam serum pasien >< antigen koresponding pada eritrosit donor.

Antibodi dalam plasma donor >< antigen koresponding pada eritrosit pasien

Reaksi intravaskular

- hemolisis dalam sirkulasi darah

- jaundice dan hemoglobinemia

- antibodi IgM

- paling bahaya anti-A dan anti-B spesifik dari sistem ABO

- fatal ( akibat perdarahan tidak terkontrol dan gagal ginjal

Reaksi ekstravaskular

- jarang sehebat reaksi intravaskular

- reaksi jarang fatal

- disebabkan antibodi IgG ( destruksi eritrosit via makrofag

- menimbulkan penurunan tiba-tiba kadar Hb sampai dengan 10 hari pascatransfusi.PAGE 26