LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2011 A. UMUM Pengelolaan portofolio dan risiko utang Pemerintah pada tahun 2011 mendapat tantangan yang cukup berat akibat kondisi krisis utang di Eropa dan kondisi perekonomian negara maju yang belum pulih sepenuhnya akibat krisis tahun 2008 dan terancam kembali mengalami resesi. Pengaruh kondisi perekonomian dunia tersebut masih dapat diminimalisir sehingga tidak mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia secara signifikan. Sepanjang tahun 2011, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang positif, diindikasikan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 6,5%, lebih tinggi dari tahun 2010 yang sebesar 6,1%. Secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2011 dipengaruhi secara signifikan oleh variabel konsumsi rumah tangga (54,6%), investasi (32,0%), dan net ekspor(1,4%). Adapun realisasi belanja Pemerintah memberikan kontribusi sekitar 9,0%. Kondisi perekonomian domestik yang stabil di tengah ketidakpastian perekonomian dunia menyebabkan pasar keuangan domestik menjadi sasaran investor asing untuk menanamkan modalnya. Capital inflow ini menyebabkan naiknya kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) hingga mencapai 35% (dari outstanding SBN tradable) pada Juli 2011 serta meningkatnya volume transaksi perdagangan SBN di Pasar Sekunder. Rasio utang Pemerintah tahun 2011 semakin menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terkendalinya jumlah pertambahan utang pada tingkat yang sustainable. Rasio utang terhadap PDB mencapai 24,28% yang merupakan rasio terendah sejak sebelum krisis ekonomi 1997- 1998. Kondisi fundamental ekonomi yang baik serta rendahnya rasio utang terhadap PDB direspon oleh lembaga pemeringkat Fitch’s dengan menaikkan rating Indonesia menjadi level investment grade (BBB-) pada Desember 2011. Hal ini menunjukan Indonesia menjadi tempat yang aman bagi investasi untuk menanamkan modalnya. Grafik 1 Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB 28.32% 26.10% 24.28% 33.04% 35.11% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 2007 2008 2009 2010 2011 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 (Triliun IDR) Total Utang (rhs) PDB (rhs) Rasio Utang Terhadap PDB Sumber: DJPU dan BPS
18
Embed
40% 4000 28.32% 26.10% - djppr.kemenkeu.go.id · yang cukup berat akibat kondisi krisis utang di Eropa dan kondisi ... terendah sejak sebelum krisis ekonomi ... sektor perumahan di
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN
RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2011
A. UMUM
Pengelolaan portofolio dan risiko utang Pemerintah pada tahun 2011 mendapat tantangan
yang cukup berat akibat kondisi krisis utang di Eropa dan kondisi perekonomian negara
maju yang belum pulih sepenuhnya akibat krisis tahun 2008 dan terancam kembali
mengalami resesi. Pengaruh kondisi perekonomian dunia tersebut masih dapat
diminimalisir sehingga tidak mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia secara
signifikan.
Sepanjang tahun 2011, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang positif,
diindikasikan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 6,5%, lebih tinggi
dari tahun 2010 yang sebesar 6,1%. Secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia
sepanjang 2011 dipengaruhi secara signifikan oleh variabel konsumsi rumah tangga
(54,6%), investasi (32,0%), dan net ekspor(1,4%). Adapun realisasi belanja Pemerintah
memberikan kontribusi sekitar 9,0%.
Kondisi perekonomian domestik yang stabil di tengah ketidakpastian perekonomian dunia
menyebabkan pasar keuangan domestik menjadi sasaran investor asing untuk
menanamkan modalnya. Capital inflow ini menyebabkan naiknya kepemilikan asing atas
Surat Berharga Negara (SBN) hingga mencapai 35% (dari outstanding SBN tradable) pada
Juli 2011 serta meningkatnya volume transaksi perdagangan SBN di Pasar Sekunder.
Rasio utang Pemerintah tahun 2011 semakin
menurun sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan terkendalinya
jumlah pertambahan utang pada tingkat
yang sustainable. Rasio utang terhadap PDB
mencapai 24,28% yang merupakan rasio
terendah sejak sebelum krisis ekonomi 1997-
1998.
Kondisi fundamental ekonomi yang baik serta
rendahnya rasio utang terhadap PDB
direspon oleh lembaga pemeringkat Fitch’s dengan menaikkan rating Indonesia menjadi
level investment grade (BBB-) pada Desember 2011. Hal ini menunjukan Indonesia menjadi
tempat yang aman bagi investasi untuk menanamkan modalnya.
Grafik 1 Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB
28.32% 26.10% 24.28%33.04%35.11%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
2007 2008 2009 2010 2011
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000(Triliun IDR)
Total Utang (rhs) PDB (rhs)
Rasio Utang Terhadap PDB
Sumber: DJPU dan BPS
2
B. KONDISI PEREKONOMIAN GLOBAL
Sepanjang tahun 2011 kondisi perkonomian
dunia yang belum sepenuhnya pulih dari
krisis keuangan global terancam kembali
mengalami krisis ekonomi susulan (double dip
recession). Hal tersebut disebabkan
permasalahan utang di zona Eropa, krisis
sektor perumahan di Amerika Serikat dan
adanya bencana tsunami Jepang. Sementara
negara-negara emerging market mengalami
problem tingginya inflasi khususnya China
dan India. Apabila melihat kondisi emerging
market, maka pertumbuhan ekonomi masih
tetap pada tingkat yang cukup tinggi.
Untuk mengatasi kelesuan perekonomian,
Bank sentral negara-negara maju yang
dipelopori oleh Federal Reserve melakukan
kebijakan pelonggaran moneter dengan
menurunkan suku bunga ke tingkat terendah
ditambah kebijakan menambah jumlah uang
beredar (quantitative easing) melalui
pembelian surat berharga pemerintah maupun mortgage. Kebijakan federal reserve diikuti
oleh Zona Eropa dan Jepang.
Selama tahun 2011 kondisi yang paling mengkhawatirkan perekonomian dunia adalah krisis
utang pemerintah di Eropa. Krisis utang yang bermula dari negara-negara PIIGS (Portugal,
Irlandia, Italia, Yunani, Spanyol) mengancam keseluruhan Zona Euro akibat persepsi
investor akan kerapuhan seluruh sistem currency Euro. Krisis utang tersebut memperparah
kondisi ekonomi negara-negara zona Euro akibat meningkatnya yield dan level utang yang
memaksa negara-negara tersebut mengambil kebijakan penghematan fiskal (austerity
measures).
Salah satu dampak krisis utang Eropa adalah ancaman krisis sistemik perbankan dunia
khususnya yang memiliki eksposur aset negara-negara yang bermasalah. Sebagai dampak
hal tersebut, perbankan Eropa harus memperkuat rasio modal terhadap aset mereka
melalui pengurangan jumlah kredit atau menambah modal. Akibat langkah perbankan
Eropa tersebut, menyebabkan keringnya likuiditas di pasar Eropa maupun di Asia sebagai
dampak pengurangan pemberian kredit di pasar sindikasi. Untuk mengatasi hal tersebut,
European Centre Bank (ECB) mengadakan fasilitas pinjaman berbunga murah untuk
membantu perbankan dan menambah likuiditas pasar sekuritas Eropa.
0
2
4
6
8
Dec-
09
Mar-
10
Jun-
10
Sep-
10
Dec-
10
Mar-
11
Jun-
11
Sep-
11
Dec-
11
( %)
BI Rate FED Target RateECB Base Rate BOJ Rate
Grafik 2 Pertumbuhan Ekonomi
Global
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Grafik 3 Central Bank
Rate
-6
-3
0
3
6
9
12
2007 2008 2009 2010 2011 2012
(%)
BRIC US Euro Zone Indonesia
3
Dampak dari memburuknya krisis di zona
Eropa tersebut, terutama pada kuartal IV
2011 terjadi perpindahan aset dari negara-
negara emerging ke aset negara-negara safe
haven currency. Hal tersebut menyebabkan
yield T-Bill 3m turun hingga mendekati nol,
sedangkan adanya kekhawatiran untuk
memberikan pinjaman antar bank,
meningkatkan tingkat bunga LIBOR. Dapat
dilihat pada grafik 4, pada semester I 2011
TED Spread masih berada pada kisaran 20
basis points (bps) namun pada kuartal IV
sudah mencapai kisaran 60 bps.
Di tengah krisis yang terjadi di Zona Eropa
dan masih lesunya perekonomian Amerika
Serikat, perekonomian China dan negara-
negara emerging lainnya masih tumbuh
cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan
harga minyak tetap tinggi yang didorong oleh
pertumbuhan permintaan dari negara-negara
emerging. Selain hal tersebut adanya
tambahan likuiditas dari kebijakan
quantitative easing menambah demand
terhadap emas yang berfungsi sebagai
instrumen lindung nilai terhadap krisis
maupun terhadap penurunan nilai uang.
C. KONDISI PASAR KEUANGAN DOMESTIK
Kondisi pasar keuangan domestik selama tahun 2011 sangat kondusif antara lain ditandai
turunnya tingkat bunga pasar, menguatnya nilai tukar rupiah, derasnya aliran investasi
asing baik di portofolio maupun sektor riil. Kondusifnya kondisi pasar keuangan disebabkan
baiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia di tengah kondisi ekonomi dunia yang
tidak menentu.
Tahun 2011 diwarnai oleh inflasi yang
menurun. Inflasi Indeks Harga Konsumen
(IHK) Desember 2011 mencapai 0,57% (mtm)
atau 3,79%(yoy). Penurunan inflasi
sepanjang tahun 2011 terjadi karena koreksi
inflasi volatile food prices dan minimalnya
inflasi administered prices, sementara inflasi
inti cenderung moderat.
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
0.0
0.2
0.4
0.6
Dec-
09
Mar-
10
Jun-
10
Sep-
10
Dec-
10
Mar-
11
Jun-
11
Sep-
11
Dec-
11
(%)
0.0
0.2
0.4
0.6
(%)
Grafik 4 Perkembangan Indikator Likuiditas Pasar
TED Spread (Libor over T-bills 3m)
50
70
90
110
130
150
Dec-
09
Mar-
10
Jun-
10
Sep-
10
Dec-
10
Mar-
11
Jun-
11
Sep-
11
Dec-
11
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
Minyak brent Emas (rhs)
Grafik 5 Perkembangan Harga Komoditas
Sumber: Bloomberg
Ket: Data berasal dari Bloomberg yang diolah kembali
2
4
6
8
10
12
Dec-
09
Mar-
10
Jun-
10
Sep-
10
Dec-
10
Mar-
11
Jun-
11
Sep-
11
Dec-
11
(%)
2
4
6
8
10
12
(%)
Inflasi BI Rate SUN 10 yr
Grafik 6 Perkembangan BI rate, Inflasi dan Yield
SUN
4
8000
9000
10000
11000
12000
13000
14000
Dec-
09
Mar-
10
Jun-
10
Sep-
10
Dec-
10
Mar-
11
Jun-
11
Sep-
11
Dec-
11
(Rupiah)
80
90
100
110
120
130
140
(Rupiah)
USD/IDR EUR/IDR JPY/IDR (rhs)
Dengan kondisi inflasi yang cenderung menurun pada tahun 2011 tersebut untuk menjaga
menjaga stabilitas keuangan serta mengurangi dampak memburuknya prospek ekonomi
global terhadap perekonomian Indonesia, maka Bank Indonesia melakukan penurunan BI
rate yaitu dari awal tahun 2011 pada level 6,75%, selanjutnya Oktober 2011 turun 6,5% dan
pada bulan November 2011 pada level 6,0%.
Sentimen negatif akibat gejolak pasar
keuangan global berdampak terhadap kinerja
pasar saham domestik walaupun
fundamental makroekonomi dan mikro
emiten cukup kuat. Gejolak di pasar
keuangan global tersebut mendorong aksi
portfolio adjustment oleh investor non
resident di pasar keuangan domestik yang
diikuti dengan melemahnya nilai tukar
sehingga menekan kinerja pasar saham
domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang cukup tajam
sebesar 8,7% ke level 3.549 pada 30 September 2011. Meskipun melemah cukup tajam,
namun dibandingkan dengan negara-negara di kawasan, pelemahan tersebut masih relatif
lebih rendah.
Di sektor keuangan, tingginya ekses likuiditas global dan persespi resiko investor masih
akan mendorong tetap derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emerging
termasuk Indonesia, baik dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) maupun investasi
portofolio. Di pasar obligasi negara, masuknya dana asing ke pasar SBN domestik telah
menyebabkan peningkatan kembali indeks SUN hingga level tertinggi.
Nilai tukar Rupiah selama tahun 2011 mengalami apresiasi meski pada semester II-2011
mengalami tekanan depresiasi akibat memburuknya sentimen terkait gejolak di pasar
keuangan global. Namun, pelemahan nilai
tukar rupiah tersebut masih sejalan dengan
pergerakan nilai tukar mata uang negara
kawasan. Tekanan terhadap rupiah antara
lain dipengaruhi oleh meningkatnya faktor
risiko global akibat kekhawatiran terhadap
prospek ekonomi dunia. Selain itu,
meningkatnya permintaan valas untuk
memenuhi pembayaran impor turut
menekan nilai tukar rupiah
Grafik 8 Perkembangan Kurs IDR Terhadap
Beberapa Mata Uang Utama
Sumber: Bloomberg
2000
3000
4000
5000
6000
Dec-
09
Mar-
10
Jun-
10
Sep-
10
Dec-
10
Mar-
11
Jun-
11
Sep-
11
Dec-
11
point
60
80
100
120
140
point
IHSG IDMA Bond Price Index -rhs
`
Grafik 7 Pergerakan Indeks Harga SUN domestik
dan IHSG
Sumber: Bloomberg
5
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
'07 '08 '09 '10 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec