Laporan Simulasi Kasus RHINITIS ALERGIKA Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : Raudhah / I1A000064 Alfred H.L. Toruan / I1A004073 Pembimbing : Dr. Agung Biworo, M.Kes BAGIAN FARMAKOLOGI/TERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Simulasi Kasus
RHINITIS ALERGIKA
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran
Oleh :Raudhah / I1A000064
Alfred H.L. Toruan / I1A004073
Pembimbing :Dr. Agung Biworo, M.Kes
BAGIAN FARMAKOLOGI/TERAPIFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Rinitis tergolong infeksi saluran napas yang dapat muncul akut atau
kronik. Rinitis akut biasanya disebabkan oleh virus yaitu pada selesma atau
menyertai campak, tetapi dapat juga menyertai infeksi bakteri seperti pertusi.
Rinitis disebut kronik bila radang berlangsung lebih dari 1 bulan. Rinitis alergi,
rhinitis vasomotor, dan rhinitis medikamentosa digolongkan dalam rhinitis kronik.
Rinitis kronik dapat berlanjut menjadi sinusitis. Salah satu bentuk rhinitis kronis
adalah rhinitis atropi yang diduga disebabkan oleh kuman Kliebsiella ozaena atau
akibat sinusits kronis, defisiensi vitamin A.1
Rinitis Alergika secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi
hidung, terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang
diperantarai IgE.4
Ada 2 jenis rhinitis alergika:5
1. Rhinitis alergika perennial
2. Rhinitis alergika seasonal
Rhinitis Alergika Perennial
• Alergi terjadi sepanjang tahun
• Alergen yang memicu terutama debu, bulu binatang, tungau, bau bahan-bahan
kimia. Alergen ini ditemui sepanjang tahun
2
Rhinitis Alergika Seasonal
• Alergi terjadi pada musim-musim tertentu
• Alergen berupa serbuk sari bunga, kayu, rumput dll
Berdasarkan frekuensi serangan, WHO Initiative Allergic Rhinitis and Its
Impact on Asthma 2000 membagi rinitis alergi menjadi 2 jenis : Yaitu intermiten,
bila gejala <4 hari tiap minggu atau <4 minggu, dan persisten , bila gejala >4 hari
tiap minggu atau >4 minggu. Sementara itu, klasifikasi menurut berat ringannya
penyakit, dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu gejala ringan bila gejala rinitis tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari dan gejala sedang sampai berat, bila sudah
terdapat 1 atau lebih gangguan seperti gangguan tidur, belajar, dan bekerja.6
Gambar. Seorang penderita rhinitis alergika.6
1.2 ETIOLOGI
Gejala rinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor:4
1. Alergen
Alergen hirupan merupakan alergen terbanyak penyebab serangan gejala
rinitis alergika. Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan
alergen hirupan utama penyebab rinitis alergika dengan bertambahnya usia,
3
sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang
penting.
2. Polutan
Fakta epidemiologi menunjukkan bahwa polutan memperberat rinitis.
Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar
termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida.
Mekanisme terjadinya rinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih
jelas.
3. Aspirin
Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis
alergika pada penderita tertentu.
1.3 PATOFISIOLOGI
Secara klasik rinitis alergika dianggap sebagai inflamasi nasal yang terjadi
dengan perantaraan IgE. Pada pemeriksaan patologi, ditemukan infiltrat inflamasi
yang terdiri atas berbagai macam sel. Pada rinitis alergika selain granulosit,
perubahan kualitatif monosit merupakan hal penting dan ternyata IgE rupanya
tidak saja diproduksi lokal pada mukosa hidung. Tetapi terjadi respons selular
yang meliputi: kemotaksis, pergerakan selektif dan migrasi sel-sel transendotel.
Pelepasan sitokin dan kemokin antara lain IL-8, IL-13, eotaxin dan RANTES
berpengaruh pada penarikan sel-sel radang yang selanjutnya menyebabkan
inflamasi alergi.4
Aktivasi dan deferensiasi bermacam-macam tipe sel termasuk: eosinofil,
sel CD4+T, sel mast, dan sel epitel. Alergen menginduksi Sel Th-2, selanjutnya
4
terjadi peningkatan ekspresi sitokin termasuk di dalamnya adalah IL-3, IL-4, IL-5,
IL-9, IL-10 yang merangsang IgE, dan sel Mast. Selanjutnya sel Mast
menghasilkan IL-4, IL-5, IL-6, dan tryptase pada epitel. Mediator dan sitokin
akan mengadakan upregulasi ICAM-1. Khemoattractant IL-5 dan RANTES
menyebabkan infiltrasi eosinofil, basofil, sel Th-2, dan sel Mast. Perpanjangan
masa hidup sel terutama dipengaruhi oleh IL-5.4
Pelepasan mediator oleh sel-sel yang diaktifkan, di antaranya histamin dan
cystenil-leukotrien yang merupakan mediator utama dalam rinitis alergika
menyebabkan gejala rinorea, gatal, dan buntu. Penyusupan eosinofil
menyebabkan kerusakan mukosa sehingga memungkinkan terjadinya iritasi
langsung polutan dan alergen pada syaraf parasimpatik, bersama mediator
Eosinophil Derivative Neurotoxin (EDN) dan histamin menyebabkan gejala
bersin.4
Terdapat hubungan antara sistem imun dan sumsum tulang. Fakta ini
membuktikan bahwa epitel mukosa hidung memproduksi Stem Cell Factor (SCF)
dan berperan dalam atraksi, proliferasi, dan aktivasi sel Mast dalam inflamasi
alergi pada mukosa hidung. Hipereaktivitas nasal merupakan akibat dari respons
imun di atas, merupakan tanda penting rinitis alergika.4
1.4 GEJALA KLINIS
Gambaran klinis pada rhinitis meliputi:1
Ingus kental umumnya menunjukkan telah ada infeksi sekunder oleh
bakteri.
5
Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor mudah dibedakan dari rhinitis
infeksi karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat serangan
saja.
Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada
pemeriksaan hidung tampak rongga hidung yang lapang karena konka
mengalami atropi.
Manifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan
sumbatan hidung. Gejala rinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita.
Tanda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang
abnormal, maloklusi gigi, allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas),
allergic shiners (kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah), lipatan
tranversal pada hidung (transverse nasal crease), edema konjungtiva, mata gatal
dan kemerahan. Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan
sekret hidung jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan.
Pada anak kualitas hidup yang dipengaruhi antara lain kesulitan belajar dan
masalah sekolah, kesulitan integrasi dengan teman sebaya, kecemasan, dan
disfungsi keluarga. Kualitas hidup ini akan diperburuk dengan adanya ko-
morbiditas. Pengobatan rinitis juga mempengaruhi kualitas hidup baik positif
maupun negatif. Sedatif antihistamin memperburuk kualitas hidup, sedangkan non
sedatif antihistamin berpengaruh positif terhadap kualitas hidup. Pembagian lain
yang lebih banyak diterima adalah dengan menggunakan parameter gejala dan
kualitas hidup, menjadi intermiten ringan-sedang-berat, dan persisten ringan-
sedang-berat.4
6
1.5 DIAGNOSIS
Cara pemeriksaan atau diagnosis rhinitis alergika:4
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan
uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan
riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran
nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika.
Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang
penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE
spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi
nasal masih terbatas pada bidang penelitian.4
Gambar. Allergic crease dan allergic shiner sebagai gejala dan tanda dalam
mendiagnosis rhinitis alergika.6
Menegakkan diagnosis rinitis alergi dapat dipersulit oleh perilaku buruk
seperti sering mengucek-ucek mata dan hidung, timbullah tanda-tanda khas:
allergic shiner (bayangan gelap di bawah kelopak mata karena sumbatan
pembuluh darah vena), allergic salute (akibat sering menggosok hidung dengan
punggung tangan ke arah atas), dan allergic crease (garis melintang di dorsum
7
nasi 1/3 bawah). Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna
pucat atau lipid disertai adanya sekret encer bening dan banyak. Perlu dicari
keadaan yang dapat menjadi faktor predisposisi misalnya polip hidung dan
kelainan septum. Sebagai pelengkap, dapat ditambah pemeriksaan sitologi hidung.
Peningkatan eosinofil (5 sel / lapang pandang) menunjukkan kemungkinan alergi.
Untuk mencari penyebab dapat dilakukan uji kulit dengan cara uji cukit (prick
test), uji gores (scratch test), uji intrakutan atau intradermal tunggal atau berseri
(skin end point titration). Bila alergen diduga berasal dari makanan, dapat
dilakukan diet eliminasi dan provokasi atau intracutaneous provocative food test
(IPFT).6
1.6 DIAGNOSA BANDING
Rinitis alergika harus dibedakan dengan:4,7
1. Rinitis vasomotor
2. Rhinitis bacterial
3. Rinitis virus
4. Influenza (Flu)
Tabel. Diagnosis banding rhinitis alergika dan rhinitis vasomotor.3
8
Perbedaan rhinitis alergika dan influenza:7
1. Rinitis Alergi ( RA ) : Sesudah kontak dengan hal2
pencetus alergi
langsung timbul gejala.
Influenza ( I ) : Sesudah masuknya virus influenza selama 1 – 3
hari baru gejala timbul.
2. RA : Memiliki gejala hidung
yang berlendir encer tanpa disertai
demam.
I : Lendir dari encer / cair, mengental kekuningan dan disertai
dengan demam.
3. RA : Serangan yang terjadi dapat
dalam kurun waktu selama masih ada
kontak dengan penyebab dan belum diobati.
I : Serangan 5 – 6 hari tergantung daya tahan tubuh dan efektifitas
9
pengobatan.
1.7 PROGNOSIS
Penyulit:4
1. Sinusitis kronis (tersering)
2. Poliposis nasal
3. Sinusitis dengan trias asma (asma, sinusitis dengan poliposis nasal dan
sensitive terhadap aspirin)
4. Asma
5. Obstruksi tuba Eustachian dan efusi telingah bagian tengah
6. Hipertropi tonsil dan adenoid
7. Gangguan kognitif
1.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan rhinitis alergika meliputi:1
Rinitis akut yang menyertai influenza dapat diobati dengan dekongestan
sistemik seperti influenza
Kebiasaan menggunakan kongestan tetes hidung pada rhinitis kronis
sering menyebabkan terjadinya rhinitis medikamentosa yang secara klinis
menyerupai rhinitis vasomotor.
Pada rhinitis atropi hidung dicuci dengan air garam. Dekongestan akan
memperburuk keadaan.
Pengobatan rhinitis alergi atau rhinitis vasomotor dapat ditambah dengan
CTM 1-2mg/kali
Pemilihan Obat-Obatan
10
Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal
antara lain:4
1. Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.
2. Tidak menimbulkan takifilaksis.
3. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun
demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
4. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan
dengan adanya efek samping sistemik.
Jenis obat yang sering digunakan (untuk Anak):
1. Kromolin, obat semprot mengandung kromolin 5,2 mg/dosis diberikan 3-4
kali/hari
2. Setirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2.5 mg/dosis,1
kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis,1 kali/hari.
3. Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2 5 tahun: 2.5�
mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 10 mg/dosis, 1 kali/hari.
4. Feksofenadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 6-11 tahun: 30
mg/hari, 2 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari, 2 kali/hari atau 180mg/hari, 4
kali/hari.
5. Azelastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5-11 tahun : 1 semprotan
2 kali/hari; > 12 tahun : 2 semprotan, 2 kali/hari.
6. Pseudoephedrine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-6 tahun : 15
mg/hari, 4 kali/hari; 6-12 tahun : 30mg/hari, 4 kali/hari; > 12 tahun : 60
2.4 PERBANDINGAN KELOMPOK OBAT/JENIS OBAT TERSEBUT
MENURUT KHASIAT, KEAMANAN DAN KECOCOKANNYA:8,9,10,11
Kelompok/JenisObat
Khasiat (Efek) Keamanan BSO (Efek Samping Obat)
Kecocokan (Kontraindikasi BSO)
Obat Decongestan1. Oksimetazolin
HCl
Pengobatan pada rhinitis, faringitis, laryngitis serta mengurangi edem mukosa untuk mksd diagnostic.
Hidung Pengobatan dan
pencegahan infeksi telinga tengah.
Memudahkan pemeriksaan intranasal.
Persiapan operasi.13
Rasa panas di tenggorokan, mual, sakit kepala, iritasi local, keekringan mukosa nasal.
Adakalanya timbul rasa panas di hidung atau tenggorokan, iritasi lokal, mual, sakit kepala, mukosa hidung kering.
Hidung tersumbat kembali terjadi/kambuh (pada penggunaan jangka panjang).
Kesulitan bernapas, kolaps pada bayi.
Idiosinkrasi terhadap simpatomimetik, hipertensi, penyakit koroner, hipertiroid
2. Fenilpropanolamin
sebagai dekongestan (meredakan penyumbatan hidung). Seringkali digunakan sebagai campuran pada obat
Efek samping PPA meliputi jantung berdebar, hipertensi, rasa cemas, insomnia, pusing, gemetar, dan perasaan bingung.
apabila PPA digunakan bersamaan dengan teofilin, maka akan terjadi interaksi merugikan yang
21
influenza.15 Selain itu terdapat pula efek samping yang berpotensi fatal, yakni krisis hipertensi dan hemorrhagic stroke.15
dapat menyebabkan depresi pernafasan.
Obat antihistamin H11. Klorfaniramin
maleat
Mengobati hipersensitifitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamine endogen berlebih; mengahmabt peningkatan permeabilitas dan udem akibat histamin;
2. Loratadin Loratadine efektif untuk mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti pilek, bersin-bersin, rasa gatal-gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata.Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti urtikaria kronik dan gangguan alergi pada kulit lainnya.16
Loratadine tidak memperlihatkan efek samping yang secara klinis bermakna, karena rasa mual, lelah, sakit kepala, mulut kering, jarang dilaporkan. Frekuensi efek-efek ini pada loratadine maupun placebo tidak berbeda secara statistik.
Hipersensitif terhadap loratadine.
3. Dimetinden maleat
Alergi & gatal-gatal.17
Sering : mengantuk.Kadang-kadang : gangguan saluran pencernaan, kering pada mulut/kerongkongan, vertigo, eksitasi, sakit kepala.
Hindari mengoperasikan kendaraan atau mesin.Interaksi obat : alkohol, hipnotik, dan sedatif.
22
Obat kortikosteroid
1. Fluticasone
Pencegahan dan pengobatan rhinitis perineal dan rhinitis vasomotor
Iritasi dan kekeringan pada hidung dan tenggorokan
Ibu hamil
2. Mometasone Profilaksis dan mengobati gejala rhinitis atau sinusitis musiman atau parennial.14
Pendarahan, mukur bercampur darah, keluar flek darah, faringitas, nasal burning, dan iritasi hidung.14
Hipersensitif, infeksi local pada mukosa hidung yang tidak diobati, infeksi jamur lokal di hidung dan faring.
3. Budesonide Pengobatan dan pencegahan asma, Rhinitis, allergic and non-allergic, Crohn's disease.12
Endocrin metabolic: Cushing's syndromeGastrointestinal: Diarrhea (10%), Indigestion (6%), Nausea (11%)Musculoskeletal: Arthralgia (5%)Neurologic: Pusing, Sakit kepala (21%)Respiratory: Epistaxis, nasal mukosa yang kering, rasa terbakar/tersengat pada hidung, infeksi saluran nafas(11%), Sinusitis (8%), iritasi tenggorokan.Efek samping yang cukup serius:Endocrine metabolic: Cushing's syndrome, symptoms of (5% to 15%), Secondary hypocortisolismOphthalmi: Cataract, Glaucoma.
1. Reaksi hipersensitivitas terhadap produk budesonide
2. Sebagai terapi primer pada Status asthmaticus atau episode akut asma. Tidak dapat digunakan sebagai reliever pada bronkospasme akut.
2.5 OBAT PILIHAN UNTUK KASUS TERSEBUT
1. Obat Dekongestan
23
Uraian Obat Pilihan Obat alternatifNama Obat Generik:
fenilpropanolamin
Paten: Agrippin®
(Fenilpropanolamin HCl BSO dan kekuatan: 12,5 mg terdapat bersama-sama dengan paracetamol 300 mg, klorfeniramin malleat 1 mg, dan vit C 25 mg).
Generik: - Paten: Iliadin®
(Oksimetazolin HCl)BSO dan kekuatan: Botol 10 ml tetes hidung; botol 10 ml semprot
BSO yang diberikan dan alasannya
Tablet. Orang dewasa lebih mudah menelannya.
Obat tetes atau semprot hidung, karena secara local sudah efektif
Dosis Referensi Dewasa 3-4 x 2 tablet. Spray 0,025%.17 Dewasa dan Anak > 6 tahun 2 x 2-3 semprot sehari.
Dosis Kasus tersebut dan alasannya
3 x 2 tablet. Spray 2 x 2-3 semprot sehari
Frekuensi pemberian dan alasannya
3 x sehari selama 10 hari 2 kali sehari selama 10 hari
Cara pemberian dan alasannya
Diminum. Pasien dapat melakukanya sendiri.
Semprot hidung. Pasien dapat melakukan semprotan sendiri
Saat pemberian dan alasannya
Sesudah makan karena salah satu efeknya efek sampingnya menimbulkan mual
Sesudah makan karena salah satu efeknya efek sampingnya menimbulkan mual
Lama pemberian dan alasannya
10 hari 10 hari
2. Obat Antihistamin
Uraian Obat Pilihan Obat alternatifNama obat Generik: klorfeniramin
maleat BSO dan kekuatan: tablet 4 mg
Paten: Alleron® BSO dan kekuatan:Kaplet 4 mg.
Generik: loratadin: BSO dan kekuatan:Tablet 10 mg
Paten: Alloris® BSO dan kekuatanTablet 10 mg
24
BSO yang diberikan dan alasannya
Tablet. Orang dewasa dapat mudah menelannya.
Tablet. Orang dewasa dapat mudah menelannya.
Dosis Referensi 0,35 mg/kgbb/hari dalam dosis terbagi.17 (3-4 x 1 tablet)
(2-12 tahun 6 mg/hari).17 1 x 1 tablet
Dosis kasus tersebut dan alasannya
3 x 1 tablet 1 x 1 tablet
Frekuensi pemberian dan alasannya
3x. sesuai referensi 1x. sesuai referensi
Cara pemberian dan alasannya
Diminum. Orang dewasa dapat melakukannya
Saat pemberian dan alasannya
Sesudah makan karena salah satu efeknya efek sampingnya menimbulkan mual
Sesudah makan karena salah satu efeknya efek sampingnya menimbulkan mual
Lama pemberian dan alasannya
10 hari 10 hari
3. Obat Kortikosteroid
Uraian Obat Pilihan Obat alternatifNama obat Generik: Fluticasone
propionate.BSO dan kekuatan:
Paten: Flixonase®
BSO dan kekuatan:
Generik: Mometasone furoate.BSO dan kekuatan:
Paten: NASONEX®
BSO dan kekuatan:
BSO yang diberikan dan alasannya
Semprotan untuk hidung 0,05%. (tiap semprot mengandung 50 mcg fluticasone propionate)
Semprotan untuk hidung 50 µg/dosis x 60 dosis terukur.
Dosis Referensi 2 semprotan per lubang hidung sekali sehari, dianjurkan pada pagi hari. Pada beberapa kasus kadang dibutuhkan 2 semprotan 2 kali sehari. Maksimal semprotan tiap hidung per hari adalah 4 semprot.
Dewasa dan anak >12 tahun : 2 semprotan (50 mcg/semprot) pada tiap lubang hidung sekali sehari. Total dosis 200 mcg.
Dosis kasus tersebut dan alasannya
1x2 semprot per lubang hidung
1x2 semprot per lubang hidung
Frekuensi pemberian dan 1x sehari 1x sehari
25
alasannyaCara pemberiam dan alasannya
Semprotan. Orang dewasa dapat melakukannya sendiri
Semprotan. Orang dewasa dapat melakukannya sendiri
Saat pemberian dan alasannya
Pagi hari sesuai anjuran Pagi hari
Lama pemberian dan alasannya
10 hari. 10 hari.
2.6 RESEP YANG TEPAT DAN RASIONAL UNTUK KASUS TERSEBUT
Resep Obat Pilihan
26
Resep Obat Alternatif
27
2.7 PENGENDALIAN OBAT
Penatalaksanaan rinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran alergen,
farmakoterapi dan imunoterapi. Intervensi tunggal mungkin tidak cukup dalam
penatalaksanaan rinitis alergika, penghindaran alergen hendaknya merupakan
bagian terpadu dari strategi penatalaksanaan, terutama bila alergen penyebab
28
dapat diidentifikasi. Edukasi sebaiknya selalu diberikan berkenaan dengan
penyakit yang kronis, pengobatan memerlukan waktu yang lama dan pendidikan
penggunaan obat harus benar terutama jika harus menggunakan kortikosteroid
hirupan atau semprotan. Farmakoterapi hendaknya mempertimbangkan keamanan
obat, efektifitas, dan kemudahan pemberian. Farmakoterapi masih merupakan
andalan utama sehubungan dengan kronisitas penyakit.4
Pada kasus di atas digunakan bentuk sediaan nasal spray dan tablet karena
pasien mampu mengaplikasikannya sendiri. Pengobatan rhinitis alergika dapat
dilakukan selama 1-2 minggu. Untuk menghindari efek samping pada pemakaian
jika panjang, terapi dibatasi hingga 10 hari.
DAFTAR PUSTAKA
29
1. Puskesmas Banjarangkan II. Protap Pelayanan Pemeriksaan dan Pengobatan Pasien di Ruang Pengobatan Puskesma Banjarangkan II. Dinas Kesehatan Banjarangkan II, 2005.
2. Peralmuni. Terapi Imun Alergen Spesifik Pada Rinitis Alergi: Kajian Mekanisme Biomolekuler, Indikasi, Efektivitas. Online. 2006. Available from URL: http://peralmuni.medindo.com/
3. Kartika H. Rhinitis Vasomotor. Online. 2008. Available from URL: http://hennykartika.wordpress.com/
4. Mohammad. Rhinitis alergika. Online. 2009. Available from URL: http://nn-no.facebook.com/topic.php?uid=100064742713&topic=9732
5. Melya. Atasi rhinitis alergika sekarang juga. Online. 2008. Available from URL: http://doktermelya.dagdigdug.com/2008/12/23/atasi-rhinitis-alergika-sekarang-juga/
6. Felix. Hidung Meler, di Balik Turunnya Kualitas Hidup. Antihistamin dan kortikosteroid mengurangi terjadinya inflamasi minimal yang menetap serta komplikasi rinitis alergi. Majalah Farmacia 2006, h.15. Online. 2006. Available from URL: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=8
7. Pinnaera. Rhinitis alergika. Online. 2008. Available from URL: http://pinnaera.blog.friendster.com/
8. Ganiswarna. Farmakologi dan Terapi. Jakarta; FKUI, 1998.
9. Hardjasaputra P et al. Data Obat Indonesia (DOI). Jakarta: PT. Medipres Grafidian, 2002.
10. Winotopradjoko M. ISO Indonesia Volume 8, 2003. Jakarta: PT. AKA, 2003.
11. Bromillow D. MIMS Indonesia Volume 29 No.3, 2000. Jakarta; Medimedia.
12. Dinkes Propinsi JaBar. Informasi obat: Budesonid. Online. 2009. Available from URL: http://www.diskes.jabarprov.go.id/
13. Medicastore. Afrin. Online. 2009. Available from URL: http://medicastore.com/
14. Farmasia. Semprotan Peredam Radang. MEDIKAMENTOSA - Vol.5 No.11, Juni 2006. Online. 2006. Available from URL: http://www.majalah-farmacia.com