Top Banner
SUHARTO DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009 1 DIAGNOSIS FISIK Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair / RSUD Dr. Soetomo - Surabaya Suharto
96

3 Pengantar Tramed Pemeriksaan Fisik

Sep 13, 2015

Download

Documents

pengantar pemeriksaan fisik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*DIAGNOSIS FISIKBagian/ SMF Ilmu Penyakit DalamFK Unair / RSUD Dr. Soetomo - Surabaya Suharto

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*

    DIAGNOSIS FISIK

    Ilmu Diagnosis fisik : - ilmu untuk membuat diagnosis suatu penyakit melalui pemeriksaan fisik - merupakan pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk dokter

    Diagnosis fisik berdasar atas :- symptom, keluhan (gejala klinik): manifestasi subyektif penderita anamnesis, history taking - sign (tanda klinik ): kelainan panderita yang diperoleh secara obyektif pemeriksaan fisik

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*Dasar Diagnosis secara umumAnamnesisPemeriksaan fisikPemeriksaan penunjang

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*DIAGNOSIS PENYAKIT ditegakkan dengan mengumpulkan data2: Data PribadiKeluhan utamaAnamnesisPemeriksaan FisikLaboratoriumPemeriksaan khusus

    Diagnosis atau diagnosis banding

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*

    CLINICAL WORKUP

    I. Identitas II. Keluhan utama III. Anamnesis IV. Pemeriksaan Fisik V. Laboratorium VI. Pemeriksaan khusus VII. Diagnosis atau diagnosis bandingVIII. Pengobatan IX. Komplikasi X. Prognosis

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*DIAGNOSIS FISIKIII. Anamnesis ( autoanamnesis ) III. 1. Anamnesis khusus : - Riwayat penyakit sekarang - Riwayat penyakit diagnosis bandingIII. 2. Anamnesis medik dan penyakit dahuluIII. 3. Anamnesis penyakit Keluarga III. 4. Anamnesis psikososial - Pendidikan dan sosio-ekonomiIII. 5. Anamnesis makanan ( keadaan gizi )III. 6. Anamnesis umum ( review of system )

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*DIAGNOSIS FISIK (2)

    IV. Pemeriksaan Fisik - inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasiIV. 1. Keadaan umumIV. 2. Kepala dan leherIV. 3. Payudara dan aksilaIV. 4. Jantung dan ParuIV. 5. AbdomenIV. 6. Genitalia-anus-rektum

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*Identitas penderitaNama lengkapJenis kelaminUmur / tanggal lahirPekerjaanAgamaSukuAlamat Hobby

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*IDENTITAS

    Nama : agama, suku, larangan, kebiasaan makanJenis kelamin : insidens penyakitUmur : frekwensi penyakitBangsa : kepekaan, frekwensi penyakitSuku : kebiasaan makan, frekwensi penyakitAgama : larangan makan Kawin / belum: jenis penyakit tertentu, Pekerjaan : penyakit kerja , jumlah kaloriAlamat : status sosio-ekonomi, keadaan lingkungan

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*Keluhan UtamaMerupakan keluhan yang membuat penderita datang untuk mendapatkan pertolongan

    dalam bahasa penderitabukan istilah mediksatu atau 2 katakeluhan menyebabkan penderita datang ke dokter

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*AnamnesisOto-anamneis : merupakan riwayat penyakit yang disusun oleh dokter dari berdasarkan wawancara secara sukarela yang diberikan oleh penderita

    Hetero anamnesis : merupakan riwayat penyakit yang disusun oleh dokter berdasarkan keterangan dari keluarga atau orang-orang yang benar-benar mengetahui tentang kesehatan penderita

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*AnamnesisBertujuan untuk mendapatkan keterangan mengenai Gambaran penyakit yang sedang diderita Keadaan badan secara keseluruhanRiwayat penyakit dahulu Riwayat kesehatan / penyakit keluarga Keterangan mengenai hobi dan kebiasaan

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*AnamnesisGambaran penyakit yang sedang diderita Dimana tempat yang menimbulkan keluhan itu (lokalisasi) ?Bagaimana jenis keluhan itu (kualitas) ?Seberapa hebatnya keluhan itu (kuantitas) ?Kapan timbulnya dan bagaimana perkembangan keluhan itu selanjutnya (kronologi) ?Bagaimana permulaan timbulnya keluhan (onset) ?Apa saja hal-hal yang meringankan atau memperberatApakah ada gejala lain yang menyertai keluhan utama?

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*

    ANAMNESIS KHUSUS

    dalam bahasa / istilah penderitapenderita bercerita dibimbing dokterkronologik sakit sekarangpenjabaran keluhan utamakeluhan akibat gangguan organ tubuhanamnesis penyakit yang berkaitan diagnosis banding

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*AnamnesisKeadaan badan secara keseluruhanKulit : warna kulit berubah, gatal, luka, petekie, tanda lahir, rash, rambut rontok, perubahan pada kukuKepala dan muka : nyeri kepala, pusing, trauma kepala, nyeri pada wajah mukaTelinga : pendengaran baik / tidak, tinitus, nanah keluar dari liang telingaMata : berkunang-kunang, kabur, buta, diplopia, fotofobia, nyeri dimata atau dibelakang mataHidung dan sinus : nyeri didalam hidung, epistaksism ingus, sering pilek, sering bersin, tidak dapat mencium bau

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*AnamnesisMulut, faring, laryng : nyeri, gusi berdarah, gigi rusak, lidah pedih, tidak dapat mengecap rasa, sakit kerongkongan, suara parau, suara hilang, nyeri telanPayudara : nyeri, bernanah atau keluar cairan, ada benjolan / tumor Sistem hematopoeitik : gejala enemia, transfusi darah, mudah berdarah atau berdarah banyak bila menggosok gigi, haid berlebihan, kelenjar limpa membesar Sistim pernafasan : batuk, jenis ludahm nyeri, sesak nafas, nafas pendek, mengik Sistim kardiovaskuler : sakit dada, dispnoe deffort, ortopneau, paroxismal nocturnal dispneau, edema kaki, palpitasi

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*Sistim pencernaan : nafsu makan, rasa mual, muntah, hematemesis, sering salah telan, sakit didaerah ulu hati, sakit perut, diare, konstipasi, alergi makanan, dll Sistim saluran kencing : sembab muka-kaki, disuria, poliuria, kencing batu, warna kencing, kencing nanah, tidak bisa kencing/ tak lancar Sistim genital : haid, menarkhe, menopausee, metrorragia, menoragia, lekorea, nyeri, koreng Sistim skelet : sakit tulang, sakit sendi, sakit pinggang, sendi kaku / bengkak, dllSistim endokrin : polidipsi, poliuri, polifagi, tremor, tak tahan panas, suara serak, berkeringat banyak, impoten, frigiditas,dllSistim saraf : kejang, pusing, sakit kepala, muntah projektil, strokeSistim mental : nervus, cepat marah, cepat lupa, insomnia, kompulsif, dll

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*Pemeriksaan Fisik UmumINSPEKSIPALPASIPERKUSIAUSKULTASIPemeriksaan mengenai tanda-tanda patologik pada tubuh pasien dengan jalan :

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*HUBUNGAN ANTARA ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIKAnamnesis :a. membina hubungan baik pasien - dokterb. memperoleh informasi pentingc. memfokuskan pemeriksaan fisikd. mengetahui kegawatan sakit pasiene. memilih pemeriksaan laboratorium yang tepatf. memulai terapi g. merencanakan evaluasi - konsultasi lanjutan anamnesis memberi tahu dimana dicari tanda- tanda penyakit tindak lanjut

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses membuat diagnosisDilakukan setelah anamnesisDilakukan untuk menemukan tanda penyakit dengan cara : - melihat ( inspeksi )- meraba ( palpasi )- mengetuk ( perkusi )- mendengarkan ( auskultasi ) - membau Prinsip pemeriksaan fisik :- teliti, sistimatis, manusiawi, analitis, cara yang benarKetrampilan pemeriksaan fisik hanya dapat dipelajari dengan pengulangan-pengulangan, melakukan berkali-kali, latihan

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN FISIK 1. Persiapan peralatan, tempat2. Persiapan pasien3. Pemeriksaan fisik4. Informasi pada pasien hasil pemeriksaan yang diperoleh5. Pencatatan hasil pemeriksaan

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan dilakukan di tempat khusus2. Beritahu maksud pemeriksaan3. Penderita dipersilahkan untuk membuka baju sendiri4. Siapkan selimut5. Hangatkan stetoskop6. Beri petunjuk yang jelas sebelum kita melakukan sesuatu prosedur

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*METODE PEMERIKSAAN1. Inspeksi , 2. Palpasi , 3. Perkusi, 4. Auskultasi

    PERLENGKAPAN DASAR UNTUK PEMERIKSAAN FISIK1. Stetoskop, bell-diafragma2. Sphygmomanometer3. Termometer4. Flaslight5. Arloji6. Tongue depressor

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*PENTING Anamnesis, pemeriksaan fisik, formulasi diagnosis dan terapi merupakan tugas utama dokterPada waktu menangani masalah : -->- deskripsi masalah, evaluasi ( assesment ), perencanaanAnamnesis dan pemeriksaan fisik dianggap baik bila - dilakukan sesuai dengan masalah pasien, - akurat - lengkap - koheren

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*PRINSIP-PRINSIP PADA PEMERIKSAAN FISIKPosisi dan InstruksiMetode pemeriksaanInspeksi,palpasi, auskultasi, perkusiAlat bantu pemeriksaanPosisi pemeriksaan

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*POSISI DAN INSTRUKSI Tujuan : - Ketepatan dan efisiensi pemeriksaan- Mengurangi ketidaknyamanan pasien dan pemeriksaPada waktu melakukan pemeriksaan :- Konsentrasi pada bagian yang diperiksa, tidak canggung- Beri instruksi pada pasien sebelum pemeriksaan; 1. Penjelasan bagian yang diperiksa, 2. Tujuan / kegunaan pemeriksaan 3. Kerjasama pasien / apa yang harus dilakukan pasien - Ajak bicara selama pemeriksaan- Alat yang akan dipakai dalam jangkauan, alat dipakai sekali saja- Perubahan posisi sekali saja selama pemeriksaan

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*METODE PEMERIKSAAN Pemeriksaan sebetulnya sudah dimulai saat bertemu pasien pertama kali, selama observasi atau saat- saat tertentu, - perhatikan penampilan, cara bicara, sikap, keadaan fisiologis/ psikologis- sesuai tujuan pemeriksaan Pemeriksaan secara sistimatik:- inspeksi- palpasi- perkusi- auskultasi dilakukan pada setiap sistem organSesuai prosedur baku

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*INSPEKSIMemakai indera mataBagian yang diperiksa terbukaCahaya yang baikPerhatkan :- perubahan warna : ikterus, sianosis, pucat, hiperemis- bentuk- simetris, asimetris- diam, bergerak- penympangan dari normal- lesi: ulkus, tumor Jika mungkin, hasil observasi dinyatakan dalam ukuran :- panjang : diukur dengan penggaris- dibandingkan dengan normal

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*PALPASITindakan meraba dengan satu atau 2 tangan/ jari Menegaskan apa yang dilihat, menemukan yang tak terlihatMembedakanb : - tekstur : dengan ujung jari (1/lebih ), kasar, lembut, nodul - dimensi: ukuran - konsistensi : dengan ujung jari, terrgantung densitas / ketegangan jaringan lunak, kenyal (seperti karet), keras (seperti batu) - suhu : perkiraan, memakai punggung ujung jari ( kulit tipis, bayak saraf), hangat, dingin- benjolan : bergerak ?- lembab, kering Balotement : mendeteksi benda yang bergerak dalam cairan Kejadian kejadian lain : getaran

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*PERKUSI ( 1 )Mendengarkan bunyi dari hasil perbuatan kita Mengetuk dengan tangan/jari/alat, menimbulkan bunyiMengetuk 2 kali, dengarkan dengan cermatPerjalanan gelombang suara ditentukan oleh kepadatan media yang dilalui gelombang dan jumlah antar permukaan diantara media yang berbeda.Derajat penyebaran bunyi : resonansiSemakin sedikit jumlah antar permukaan, semakin baik penghantaran bunyiBunyi yang melalui kulit, otot, lemak, tulang, cairan udara, tidak sebaik yang hanya melalui satu jaringanUdara/gas : paling resonanparu yang mengembang normal : bunyi standar; Diatas lambung : timpani; diatas hati : redup, diatas paha : pekak

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*PERKUSI ( 2 )Cara :1. Langsung : dengan ibu jari 2. Tidak langsung : - Jari tengah tangan kiri, ditekankan kuat pada kulit (pleksimeter)- Ujung jari tengah tangan kanan (pleksor) dengan cepat memgetuk jari tangan diatas kulit tersebut- gerakan pada persediaan pergelangan tangan, ketuk 2 kali, dengar Intensitas suara: tergantung keras/tidaknya memukul, --> menentukan dalamnya bunyi untuk diskriminasiMaksimum 7 cm Ruang tenangMembungkuk, mendengarkan suaraPerubahan resonan ke redup lebih mudah dideteksi dibanding sebaliknyaPerkusi daerah resonan dulu, baru daerah redup

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*AUSKULTASI ( 1 )Mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh ( dada : suara nafas, perut : bising usus dsb )Penilaian : 1. frekwensi : jumlah getaran permenit - frekwensi tinggi --> bunyi nada tinggi - frekwensi rendah --> nada rendah2. Intensitas : ukuran kuat lemahnya suara3. Durasi : lama bunyi terdengar4. Kualitas : warna nada, variasi suaraKemampuan mendengarkan bunyi terbatas :- makin rendah frekwensi, perlu intensitas makin keras- lebih mudah mendengar siulan lemah dari pada bunyi nada rendah dengan intensitas yang kuatPada waktu auskultasi : ruangan harus tenang

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*AUSKULTASI ( 2 ) Cara : memakai stetoskopStetoskop : - menghantarkan, mengumpulkan, memilih frekwensi - kepala stetoskop : diletakkan diatas kulit --> mengumpulkan suara dari bagian tubuh dibawahnya2 jenis kepala stetoskop: 1. Diafragma datar : respon paling baik dengan suara frekwensi tinggi, menghilangkan suara nada rendah 2. Bel : mengumpulkan bunyi nada rendah pada tekanan ringan. Bila ditekankan lebih keras, nada frekwensi tinggi terdengar lebih keras ( kulit dibawahnya teregang, menjadi semacam diafragma Hindari kebocoran suara : a.l ujung stetoskop cocok dengan lubang telinga ( ukuran, lengkungan, arah disesuaikan dengan lubang )

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*ALAT BANTU PEMERIKSAAN Siap pakai, mudah diambil, bersih, urutan pemakaian, hangatshigmomanometer : untuk mengukur tekanan darah, uji torniquet - ukuran manset disesuaikan pasien : gemuk, kurus, dewasa, anakophthalmoskop : melihat bagian dalam mata otoskop : melihat saluran luar telinga, membran timpaniSnellen Eye chart : tes visi mata, 11 baris spekulum hidung : melihat rongga hidungspekulum vagina : visualisasi vagina dan serviksgarpu getar : persepsi pendengaran, rasa getar palu perkusi ( percussion hammer): mengetahui refleks tendon palu neurologik : + alat bulu/jarum untuk pemeriksaan sensoris timbangan berat badanpenlight, meterantermometertongue deppresor

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009*POSISI PEMERIKSAAN Perhatikan :privacy, bantuan posisi, lama pemeriksaan 1. Duduk : dikursi, ditempat tidur- kepala, leher, dada depan / belakang, jantung, paru, mama, ektremitas atas, vital sign, ekspansi paru 2. Supine position ( baring ) : kepala diberi bantal- kepala, leher dada depan paru, mama, jantung, abdomen, extremitas, nadi perifer3. Dorsal recumbent position: baring, lutut ditekuk, telapak kaki menyentuh tempat tidur4. Sims position : tidur miring, pemeriksaan rectum atau vagina5. Prone position : telungkup : evaluasi sendi pinggul, punggung 6. Lithotomy position : telentang, fleksi lutut, - pemeriksaan rektum, vagina 7. Knee - chest position : pemeriksaan rektal 8. Erect position: evaluasi abnormalitas postural, langkah, keseimbangan

    PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009

  • Pemeriksaan fisik Abdomen

    MOH. FATHI ILMAWAN

    BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAHRUMAH SAKIT DOKTER RAMELAN SURABAYA2009

  • DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • Gejala (Symptom)Nyeri perutMual dan muntahPerubahan defekasiIkterusPerdarahan rektumMassaDistensi abdomen

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • Lain-lainKegawatan :* Hematemesis* Melena* Abdomen akutum (Peritonitis TBC = chess phenomen)* Appendiksitis akut (Mc Burney)* KET perforasi (Cullen sign)* Kolesistitis dengan ikterik (Murphy sign)

  • DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • Pengkajian Klien Gangguan Sistem KardiovaskulerOleh Ambo Dalle

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

  • 1. Persiapan klien Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan, termasuk penerangan untuk pengkajianKlien sebaiknya berbaring dengan badan bagian atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya berdiri disisi kanan klien. Minta klien untuk tidak berbicara selama pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa. Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.

  • 2. Pengkajian Riwayat KesehatanKaji riwayat merokok, penggunaan alkohol, pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan pola diet termasuk pemasukannyaApakah klien mendapat pengobatan untuk fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada dada, palpitasi, kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-gejala ini terjadi saat istirahat atau latihan.

  • Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal tersebut murni karena jantung (Rossi dan Leary, 1992 dikutip dari Potter, 1996), nyeri angina biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang dalam, substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang; Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher? Apakah nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis.Apakah klien menjalani gaya hidup yang penuh stresKaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit jantung rematik.

  • Apakah klien mengetahui adanya hipertensi atau penyakit jantung tersebutApakah klien mengalami diabetes atau gejala awal diabetes, penyakit paru atau obesitasTentukan apakah klien minum minuman mengandung kafein yang berlebihan.Kaji kebiasaan makan klien seperti mengkonsumsi lemak, natrium.

  • 11 pola kes.fungsional (Gordon)Pola persepsi kes./menanganan kes. klien merasakan kondisi kes dan bgm menanganiPola nutrisi/metabolikgambaran pola makan dan kebut.cairan b/d kebutuhan metabolik dan suplai nutrisiPola eliminasi gambaran pola fungsi pembuangan (bab, bak, mel.kulit)

  • Pola aktifitas/olah raga gambaran pola aktifitas, olahraga, santai, rekreasiPola tidur-istirahat gambaran pola tidur, istirahat, dan relaksasiPola kognitif dan perceptual gambaran pola konsep diri klien dan persepsi thd dirinyaPola peran/hubungan gambaran pola peran dalam berpartisipasi/berhubungan dg orang lain

  • Pola seksualitas/reproduksi gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman dg pola seksualitas edan gambaran pola reproduksi Pola koping/toleransi stress gambaran pola koping klien secara umum dan efektifitas dalam toleransi thd stressPola nilai/keyakinan gambaran pola nilai2, keyakinan2 9termasuk asfek spiritual), dan tujuan yg dapat mengarahkan menentukan pilihan/keputusan.

  • 3. Pemeriksaan Fisik1). Keadaan Umum PasienPemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi, dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.

  • 2). Pemeriksaan Tanda-Tanda VitalPernapasan :Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu diperhatikan :posisi badan, untuk menilai ortopneaekspresi muka, untuk menilai keadaan emosi atau stress pada pernapasanpernapasan pada gerak badan dibandingkan dengan pernapasan pada keadaan istirahattanda-tanda objektif dispnea.

  • b). NadiKriteria keadaan nadi :Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit.Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per menit.Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup.Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau down stroke.Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah dalam arteri.Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan (kondisi) dinding arteri.

  • Macam-Macam Denyut NadiNadi yang keras (augmented pulsation) Nadi yang lemah atau kecil (pulsus parvus) Nadi yang kecil dan terisi dengan lambat (pulsus parvus et tardus)Nadi yang terisi dengan cepat dan mengosong dengan cepat (rapid upstroke and collapsing pulse= Corrigan pulse)

  • Nadi bifida (pulsus bisferiens), terjadi pada obstruksi pada aliran keluar ventrikel kiri yang moderat disertai regurgitasi pada katup aorta berat (stenosis dan insufisiensi katup aorta) Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah jantung yang rendah dengan elastisitas dinding arteri yang masih normal, misalnya pada kardiomiopati, tamponade jantung dan CHF berat

  • Pulsus alternans, nadi yang saling bergantian antara nadi yang relatif kuat diselingi oleh nadi yang lebih lemah (CHF) Pulsus paradoxus, terjadi karena pengurangan tekanan nadi yang berlebihan sampai 15 mmHg atau lebih pada waktu inspirasi (perikarditis)

  • Pulsus bigeminus, dua denyut berturut-turut dan diselingi oleh interval yang lebih panjang (KAP)Pulsus defisit, jumlah denyut jantung lebih besar dari jumlah denyut nadi (fibrilasi atrial, ekstrasistol prematur)

  • C). Tekanan DarahTekanan darah banyak bergantung pada :Curah jantung, yang merupakan cerminan fungsi jantungResistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan oleh diameter pembuluh darah perifer.Tonus dan elastisitas arteri, menggambarkan kondisi dinding pembuluh darah perifer. Volum darah dalam arteri, menunjukkan jumlahnya darah intravaskular.Viskositas darah, menunjukkan kondisi cairan intravaskular.

  • d). Suhu Badan Kalori dalam suhu badan merupakan hasil metabolisme sel-sel jaringan tubuh. Kalori suhu badan diatur melalui pusat termoregulator di susunan saraf pusat autonom. Aliran darah melalui sistem kardiovaskular berperan untuk mendistribusikan panas ke seluruh tubuh.

  • 3). Posture Tubuh4). Bentuk Badan5). Textur Jaringan dan Wama Kulit6). Kepala7). Mata

  • 8). Mulut9). Kuping10. Muka11). Leher12). Vena Jugularis Eksterna13). Cannon Waves14). Arteri Karotis15). Kelenjar Tiroid16). Kelenjar Getah Bening

  • 17). DadaKelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi dan faal jantung. Di samping itu juga mempengaruhi faal pernapasan yang kemudian secara tidak langsung mempe ngaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi beban kerja jantung

  • 18). Pemeriksaan PerutDiperhatikan besar, bentuk dan konsistensi serta mencari ada tidaknya nyeri tekan.Hepato jugular reflux dapat diperiksa dengan menekan perut di kuadran atas, maka akan menambah pembendungan vena jugularis yang sudah meninggi. Keadaan ini dapat ditemukan pada gagal jantung kanan dan gagal jantung kongestif

  • b. Pemeriksaan Khusus1). InspeksiPerhatikan bentuk prekordial, apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris (voussure cardiaque), yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.

  • Garis anatomis pada permukaan badan yang penting pada permukaan dada ialah : garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)garis tengah klavikular (mid clavicular line/MCL)garis anterior line (anterior axillary line/AAL)garis para sternal kiri dan kanan (parastrenal line/PSL)

  • 2). Palpasi JantungPada palpasi jantung telapak tangan diletakkan di atas prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse)Lokasi point of maximal impulse (PMI) terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral.

  • 3). Perkusi JantungCara PerkusiBatas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besamya jantung.

  • Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah.Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol ke arah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/ atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.

  • 4). Auskultasi JantungBunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi pada awal sistolik meregangnya daun-daun katup mitrai dan trikuspid yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat, meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup yang telah menutup dengan sempurna, dan getaran kolom darah dalam outflow tract (jalur keluar) ventrikel kiri dan dinding pangkal aorta dengan sejumlah darah yang ada di dalamnya.

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I, yaitu :kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya. Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah.

  • BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen aorta), penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran yang mendadak dari darah pada akhir ejeksi sistolik, dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta dan membentur katup aorta yang baru tertutup rapat.

  • BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisian ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan aliran pengisian.

  • Bunyi jantung IV: dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat.

  • Bunyi Jantung TambahanBunyi Ekstra KardialGerakan perikard (pericardial friction rub) terdengar pada fase sistolik dan diastolik akibat gesekan perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini dapat ditemukan pada perikarditis.

  • Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur)Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar memanjang, yang timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.

  • Intensitas Bunyi Murmurintensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat kerasnya suara dibedakan :Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan hanya dapat terdengar dengan upaya dan perhatian khusus.Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi mudah terdengar.Derajat II : bunyi bising agak keras. Derajat IV : bunyi bising cukup keras. Derajat V : bunyi bising sangat keras. Derajat VI : bunyi bising paling keras.

  • Tipe (konfigurasi) Bising JantungTipe bising jantung dibedakan :Bising tipe kresendi (crescendo murmur), mulai terdengar dari pelan kemudian mengeras.Bising tipe dekresendo (decrescendo murmur), bunyi dari keras kemudian menjadi pelan.Bising tipe kresendo-dekresendo (crescendo-decrescendo = diamond shape) murmur yaitu bunyi pelan lalu keras kemudian disusul pelan kembali disebut ejection type. Bising tipe plateau (sustained plateau mumur) disebut juga bising pansistolik atau holosistolik. Keras suara bising kurang lebih menetap sepanjang fase sistolik, biasanya merupakan bunyi desiran yang disebabkan karena arus balik (regurgitasi) atau aliran abnormal melalui defek septum interventrikular.

  • Kualitas Bunyi (Timbre)Kualitas bunyi dibedakan :Bising musikal yaitu bunyi yang terdiri dari bunyi-bunyi dengan frekuensi dari satu atau beberapa gelombang nada dasar.Bising dengan suara meniup (blowing) yaitu terdengar seperti suara meniup dengan nada yang rendah.Bising dengan suara desiran (harsh) berupa desir halus, seperti suara meniup dengani nada yang tinggi.Bising dengan suara geram (rumbling), terdengar seperti suara menggeram yang agak keras dengan nada yang rendah

  • SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009*

    DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009

    **11111111111111111111