Top Banner
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi BAB lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari penderita (Depkes RI,). [1] Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu sangat diperlukan Sistem Kewaspadaan Diri (SKD) yang baik. [1] Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 1
53

3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Dec 28, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi

rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan

karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai

menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah

kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi BAB  lebih dari 

biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja

dari penderita (Depkes RI,). [1]

Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka

kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang

akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta penyakit ini juga dapat

menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu sangat

diperlukan Sistem Kewaspadaan Diri (SKD) yang baik. [1]

Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun,

sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu

penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5

bagi semua umur (Amirudin). [2]

Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2001,

diare menempati urutan ketiga penyebab kematian  bayi. Diare merupakan penyakit

dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum

dan keracunan makanan. (Depkes RI, ). [1]

Masalah penyakit diare merupakan masalah yang mendunia. Seperti sebagian

besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak terdapat

di Negara berkembang daripada Negara maju yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam

kasus mortalitas. Diantara banyak bentuk penyakit diare, yang dihadapi oleh anak-

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

1

Page 2: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

anak berusia di bawah lima tahun (khususnya yang rentan) yang paling parah

menurut manifestasi klinisnya adalah kolera, infeksi rotavirus, dan disentri.  Pada

tingkatan yang lebih umum terdapat dua indikator efek kesehatan yang dapat dengan

mudah diajukan, pertama yang berhbungan dengan angka kematian akibat penyakit

diare, dan yang satu lagi dengan angka morboditas. Penyakit diare secara alami

sering terjadi berulang kali dalam interval yang tidak tentu sehubungan dengan

jumlah wabah penyakit (sebuah wabah biasanya didefinisikan sebagai suatu kejadian

dari satu atau lebih kasus-kasus yang berhubungan dengan penyakit yang sama, atau

suatu peningkatan jumlah kasus yang diobservasi melebihi jumlah yang

diperikarakan). [14]

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu

karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefisiensi, dan penyebab lain.

Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya 

(Amirudin). [2]

Penyakit  diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor

yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku

yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara

penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu,

menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja,

tidak mencuci tangan sesudah BAB (Depkes RI, 2004). [1]

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,

kasus kejadian diare di kota Medan sepanjang tahun 2011 sebanyak 29.375 kasus,

sedangkan di tahun 2012, angka kesakitan diare sebanyak 29.769 kasus. (Dinkes

Propinsi Sumatera Utara, 2012) [3]

Pengetahuan  dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu

dan masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo (2003) perilaku dibagi 3

domain ini diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

2

Page 3: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

(practice). [4] Data Puskesmas Rambung dari bulan Januari-Oktober Tahun 2013,

penyakit infeksi usus menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak dengan

total 658 kasus. Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ”Hubungan Pengetahuan Ibu dengan

Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota

Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil suatu rumusan

masalah sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian

diare pada balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai

Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan

Ibu dengan kejadian diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

Diketahui distribusi frekuensi diare pada balita.

Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di

Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi

Sumatera Utara Tahun 2013.

Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare di Puskesmas

Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera

Utara Tahun 2013.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

3

Page 4: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mahasiswa jurusan Kedokteran, sebagai pemberi pelayanan

kepada masyarakat mengenai penyebab diare pada balita.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para

tenaga kesehatan khususnya pada bidang kesehatan lingkungan (kesling)

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan untuk mengetahui tentang pengetahuan dan sikap

ibu yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita sehingga

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu

dalam menghadapi diare.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi bagi

peneliti lain dalam mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel

yang lain.

5. Bagi Peneliti

Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta kemampuan peneliti

terhadap metodologi penelitian dan statistik.

1.5 Ruang Lingkup

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian

analitik mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare, subjek

penelitian yaitu semua ibu yang mempunyai anak balita usia 1 - 5 tahun yang 

berada di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari

sampai bulan Oktober 2013.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

4

Page 5: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka ini akan dijelaskan teori yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu tentang diare, tentang perilaku dan pengetahuan, hubungan

pengetahuan dengan diare pada balita, kerangka teori, kerangka konsep dan

hipotesis.

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air

besar  lebih dari  biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk

dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI).[1] Ada pendapat lain yang

mengatakan diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Alimulul). [5]

2.1.2   Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S). [6]

a. Faktor infeksi

1)   Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak meliputi :

Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,

campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.

Infeksi virus : enteroovirus  virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis,

adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.

Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris,

strongyloides.), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia,

trichomonas hominis.), jamur (candida albicans).

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

5

Page 6: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

Untuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida

(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi

glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan

tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi lemak,

faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor

psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar. (B. Albert and Paul S, 2003). [6]

c.    Alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto). [7]

2.1.3 Patogenesis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga

terjadi pergeseran air danelektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus

yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

2)   Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus

dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3)   Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

6

Page 7: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan

yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

b.   Patogenesis

1)   Patogenesis diare akut

Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus

setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.

Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus

halus.

Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).

Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

2)   Patogenesis diare kronis

Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah

infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

2.1.4 Gejala klinis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

Mula-mula bayi atau balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare. Tinja yang

berlendir dengan atau tanpa darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi

kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet

karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin

banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus

selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.

Berat Badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi

cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

7

Page 8: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2.1.5 Dehidrasi

Pada diare hebat yang sering kali disertai muntah-muntah, tubuh

kehilangan banyak air dan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Hal ini

mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokaliemia)

dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam) yang tidak jarang berakhir dengan

shock dan kematian. Bahaya ini sangat besar khususnya bagi bayi dan anak-anak

karena organismenya memiliki cadangan cairan intra-sel yang hanya kecil

sedangkan cairan ekstra selnya lebih mudah dilepaskannya dibanding tubuh orang

dewasa.

Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir

kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan

menurunnya berat badan, juga gelisah. Kekurangan kalium terutama

mempengaruhi sistem neuromuskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah

otot dan sesak nafas (dyspnoea).

Klasifikasi Dehidrasi

Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi

menjadi (B. Albert and Paul S, 2003) [6] :

Belum ada dehidrasi

dehidrasi ringan

dehidrasi sedang

dehidrasi berat.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

8

Page 9: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2.1. Tabel penilaian derajat dehidrasi [8]

Penilaian A B C

1. Lihat

a.   Keadaan umum

b.  Mata

c.   Air mata

d.Mulut dan lidah

e.   Rasa haus

Baik , sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa

Tidak haus

Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

Haus, ingin minum

banyak

Lesu , lunglai atau tidak

sadar

Sangat cekung dan kering

Tidak ada

Sangat kering

Malas minum atau tidak

bisa minum

2. Periksa  turgor

kulit

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

3. Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan /

sedang bila ada 1 tanda

ditambah 1 atau lebih

tanda lain

Dehidrasi berat / bila ada 1

tanda ditambah 1 atau

lebih tanda lain

4. terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Rencana terapi A untuk anak diare tanpa dehidrasi

1. Beri cairan tambahan jelaskan kepada ibu :

Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan

yang utama. beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian

Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai

tambahan

Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut,

yaitu oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang anak

harus diberi larutan oralit di rumah jika :KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

9

Page 10: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Anak telah diobati dengan rencana terpai B dan C dalam kunjungan ini

Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah, ajari

ibu dengan cara mencampur dan memberikan oralit untuk:

           < 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

           > 2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

           atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB

cara meminumkan :

- minumkan sedikit sedikit tetapi sering

- jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat

- teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti

2. Beri tablet zinc pada umur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari

dengan dosis :

< 6 bulan : 1/2 tablet (10mg)/hari

6 bulan : 1 tablet (20mg)/ hari

3. Lanjut pemberian makan/ASI

Rencana terapi B, untuk anak diare dengan dehidrasi sedang/ringan

Jumlah oralit yang diperlukan 3 jam pertama yaitu 75 ml/kgBB

mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan

lanjutkan pemberian ASI

Berikan tablet zinc selama 10 hari

Setelah 3 jam :

ulangi penilaian derajat dehidrasinya

pilih rencana terapi yang sesuai

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai, tunjukan

cara membuat oralit dirumah

Tunjukan berapa larutan yang diberikan selama 3 jam pengobatan

Berikan oralit yang cukup untuk dehidrasi

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

10

Page 11: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Rencana terapi C, untuk anak diare dengan dehidrasi berat

Berikan cairan intravena secepat mungkin.

Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infus

disiapkan.

Beri 100 ml/kgbb cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tidak

tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi dalam tabel sebagai berikut

ini:

     umur                      30ml/kgbb selama(I)              70ml/kgbb selama   

    <12 bulan                      1 jam                                   5 jam

12 bulan - 5 th         30 menit                     2,5 jam

2.1.6 Pemeriksaan laboratorium (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

Pemeriksaan tinja

Makroskopis dan mikroskopis

pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,

bila diduga terdapat intoleransi gula.

Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan

menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan

pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

Dilakukan ASTRUP jika penderita mengalami asidosis metabolik.

Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mengetahui faal ginjal.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan

fosfor dalam serum  (terutama pada penderita diare yang disertai oleh

kejang).

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

11

Page 12: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau

parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukannya pada

penderita diare kronik.

2.1.7 Komplikasi (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

Renjatan hipovolemik.

Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)

Hipoglikemia

Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa usus halus.

Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga

mengalami kelaparan.

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2.1.8 Epidemiologi

Sebelum kita ketahui epidimiologi dari kasus diare ini, perlu kita ketahui

terlebih dahulu frekuensi diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. Maka

kejadian ini, merupakan kejadian berulang pada balita. Adapun yang

menyebabkan kejadian diare ini berulang yaitu (Joko irianto). [7]

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain

makan atau minum yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja

penderita. 

Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan

meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain :

Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada  

pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

12

Page 13: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan

menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan

oleh kuman, karena botol susah untuk dibersihkan.

Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan

beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan

berkembangbiak.

Menggunakan air minum yang tercemar. Mungkin sudah tercemar dari

sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat

terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan.

Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang

tinja anak atau sebelum makan dan menyusui atau menyuapi anak.

Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering

menganggap bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya

mengandung virus dan bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja

binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

b.     Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa

penyakit lain dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi

yang dapat melindungi kita terhadap kuman penyebab diare seperti :

shigella dan V cholera.

Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama gizi

buruk.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

13

Page 14: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-

anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini

sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara,

misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang

berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (autoimmune insufisiensi

syndrome) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman

yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. 

Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %).

c.       Faktor lingkungan dan prilaku

Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua

faktor yang dominan , yaitu sarana air bersih dan sarana pembuangan tinja.

Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila

faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi

dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makan dan

minum , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. [1]

2.2 Perilaku Ibu

2.2.1      Konsep Perilaku

Menurut Notoadmojo perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon

seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku  kesehatan itu

mencakup : [4]

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan

dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut terhadap sakit dan

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

14

Page 15: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan

penyakit, yakni :

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,

misalnya makanan yang bergizi, olah raga.

Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu

untuk  menghindari gigitan nyamuk, imunisasi.

Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk

berobat.

Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet,

mematuhi  peraturan dokter.

b.     Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam memilih 

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

c.     Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

2.2.2      Pengetahuan (Knowledge)   

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Adapun tingkat pengetahuan di dalam demain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yakni :

1)      Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

15

Page 16: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2)      Comprehention (memahami)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

3)      Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).  

4)      Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5)      Sintesis

Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6)      Evaluasi

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Menurut Green dalam Notoatmodjo, pengetahuan ini berpengaruh terhadap

sikap seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap

positif demikian juga sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua

yang diketahui manusia tentang objek tertentu. [4]

Tingkat pengetahuan menurut (Arikunto S) yaitu : [9]

0 : baik (76% - 100%)

1 : cukup (56% - 75%)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

16

Page 17: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2 : kurang (< 56%)

2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare

Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2

faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini

akan berinteraksi bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar

kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu

melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

(Depkes RI). [1]

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6

besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan

penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan

dan sebagainya (Amirudin). [2]

Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare

yaitu sikap ibu yang tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan

pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak

pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan

sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan. (Depkes RI). [2]

2.4 Kerangka Teori

2.1 Gambar Kerangka Teori (Depkes RI) [2]

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

17

Page 18: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2.5 Kerangka Konsep

2.2 Gambar Kerangka Konsep

2.6    Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada

balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai

Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan ibu dengan kejadian diare pada

balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai

Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

Sarana Air

Pembuangan Tinja

Perilaku:Pengetahuan, sikap

dan tindakan

Penyakit Diare

Pengetahuan Penyakit Diare

18

Page 19: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, waktu penelitian

(waktu dan tempat penelitian), rancangan penelitian, subjek penelitian (populasi

dan sampel), variabel penelitian, definisi operasional variabel, pengumpulan data,

instrumen penelitian, pengolahan data, dan analisis data.

3.1    Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini analitik dengan menggunakan metode cross sectional

yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

hubungan atau tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). [10]

Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian

diare pada balita. Data yang didapatkan adalah data primer dengan cara responden

mengisi kuesioner yang telah disediakan di Puskesmas Rambung Kelurahan

Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

3.2 Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 November 2013-21

Desember 2013.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung

Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

19

Page 20: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2005) [10], populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu

yang mempunyai anak balita usia 1 - 5 tahun yang  berada di Puskesmas

Rambung Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari sampai bulan

Oktober 2013 yang berjumlah 540  orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).[10]

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple

random sampling, yaitu sampel diambil secara acak. Sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki balita dari usia 1-5

tahun yang berkunjung ke Posyandu di daerah Kelurahan Rambung Dalam

dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2013. Penetapan jumlah sampel

dengan menggunakan rumus Notoatmodjo (2005).[10]

Keterangan:

n= Jumlah Sampel

N= Jumlah Populasi

d= Derajat Ketetapan Yang Diinginkan (sebesar 0,05)

= 85

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 85 responden.

3.4 Variabel Penelitian

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

n = 5401+540 (10%2)

20

Page 21: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Dimana variabel independen (pengetahuan) dan variabel dependen (diare

pada anak balita) dengan pengukuran sekali dan dalam waktu bersamaan. [10]

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur

variabel tersebut. Definisi operasional sangat diperlukan untuk membatasi ruang

lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo,

2005). [10]

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan pengetahuan ibu dengan

kejadian diare pada balita di Puskesmas Rambung di Kota Binjai

Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

No VariabelDefinisi

OperasionalAlat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel

independen

(pengetahuan

)

Pengetahuan

responden

adalah

pengetahuan

ibu tentang

diare pada

balita.

Kuisioner

(20

pertanyaan)

2 : baik (76% -100%)

1 : cukup (56% -

75%)

0 : kurang (< 56 %)

Ordinal

2 Variabel

dependen

(diare pada

balita)

Balita yang

di diagnose

diare

Kuesioner (1

pertanyaan)

0 : di diagnosa diare

1 : tidak di diagnosa

diare

3.6 Pengumpulan Data

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

21

Page 22: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang

meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk multiple

choice, yaitu daftar pertanyaan beserta jawaban bagi responden untuk memilih satu

jawaban yang benar menurut responden yang berhubungan dengan pengetahuan dan

sikap ibu dengan kejadian diare pada balita. Tahapan pengumpulan data yang

pertama, peneliti menjelaskan tujuan dan maksud daripada penelitian tersebut kepada

responden, lalu menjelaskan tentang informed consent dan yang terakhir adalah

pengisian kuesioner oleh responden sendiri.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan),

formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan

sebagainya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner.

3.8 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan tahap

pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program statistik komputer dengan langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang

diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak

dalam pengisian.

2. Coding

Setelah melakukan editing data, penulis memberikan kode tertentu

pada tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan

analisa data.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

22

Page 23: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

3. Processing

Processing adalah proses pengetikan data dari kuesioner ke program

komputer agar dapat dianalisis.

4. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang dientri

kedalam program komputer agar tidak terdapat kesalahan

(Notoatmodjo, 2010). [10]

3.9 Analisis data

3.9.1 Analisa univariat

Analisa univariat disajikan untuk mendeskripsikan variabel bebas atau

variabel terikat maupun keduanya dengan menggunakan tabel distribusi

yang konfirmasinya dalam bentuk persentase. Analisa univariat berfungsi

untuk meringkas data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga

kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna

(Arikunto). [11] Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh hubungan

pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Rambung di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan software statistik komputer.

3.9.2 Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel independen (pengetahuan ibu) dengan variabel

dependen (diare pada balita). Pengolahan data menggunakan

komputarisasi dan uji statistik yaitu untuk analisa hubungan pengetahuan

dengan kejadian diare menggunakan Pearson Chi-Square.

Uji hipotesis   :   Ha diterima bila X2 hitung > X2 tabel  (p < 0,05)

                       Ha ditolak bila X2 hitung < X2 tabel  (p 0,05)KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

23

Page 24: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

24

Page 25: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Pada bab ke-empat ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan yang

diperoleh. Bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian, gambaran demografi,

gambaran karakteristik sampel, hasil dan analisis utama.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Rambung berada di Jalan Jamin Ginting No. 111 Kelurahan

Rambung Barat, Kecamatan Binjai Selatan, yang berdiri pada tahun 1977 dan

merupakan Puskesmas Induk hingga sekarang dan membawahi Puskesmas

Pembantu Tanah Seribu. Puskesmas Rambung ini memiliki wilayah kerja

sebanyak 4 kelurahan, yaitu :

- Kelurahan Rambung Dalam

- Kelurahan Rambung Timur

- Kelurahan Rambung Barat

- Kelurahan tanah Seribu

Wilayah kerja Puskesmas Rambung memiliki batas :

Timur : Kelurahan Mencirim, Kecamatan Binjai Timur.

Barat : Kelurahan Binjai Estate, Kecamatan Binjai Selatan.

Utara : Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota.

Selatan: Kuala Mencirim, Kabupaten Langkat.

Berdasarkan data tahun 2013, penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Rambung berjumlah 16.000 jiwa (4280) KK dan bertempat tinggal di 3348

rumah, yang terdiri dari :

- Rambung Timur : 724 KK dan 2685 jiwa

- Rambung Barat : 818 KK dan 3145 jiwa

- Rambung Dalam : 1090 KK dan 4052 jiwa

- Tanah Seribu : 1683 KK dan 6187 jiwa

Mayoritas penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas

Rambung, adalah beragama Islam. Luas areal pertanian di wilayah kerja

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

25

Page 26: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Puskesmas Rambung sekitar 105 Ha atau sama dengan 44,5% dari luas wilayah

kerja Puskesmas. Areal pertanian ini berupa sawah yang mempunyai irigasi dan

sawah tadah hujan. Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan

berbagai pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri,

industri besar (bengkel las), jasa pemerintah / non pemerintah, pegawai swasta,

jasa perdagangan (toko, warung, kios).

4.2 Gambaran Demografi

Luas Wilayah Kecamatan Binjai Selatan adalah 2.995,50 Ha yang terdiri

dari 8 Kelurahan, antara lain :

- Kelurahan Rambung Dalam

- Kelurahan Tanah Merah

- Kelurahan Rambung Timur

- Kelurahan Tanah Seribu

- Kelurahan Bhakti Karya

- Kelurahan Binjai Estate

- Kelurahan Puhidadi

- Kelurahan Rambung Barat

Luas wilayah kerja Puskesmas Rambung adalah 236 Ha. Dan Penduduk

wilayah kerja Puskesmas Rambung pada tahun 2013 tercatat ± 16069 jiwa dengan

4315 KK. Luas areal pertaniannya sekitar 105 Ha (44,5%) dari luas wilayah kerja

puskesmas.

Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan berbagai

pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri, industri

besar (bengkel las), jasa pemerintah/non pemerintah (PNS/Mantri kesehatan/

perawat), pegawai swasta, pegawai BUMN/ BUMD, pensiunan ABRI/Polri) jasa

perdagangan (toko, warung, kios).

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

26

Page 27: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Gambar 4.1

Gambar Wilayah Kecamatan Binjai Selatan

4.3 Gambaran Karakteristik Sampel

a. Berdasarkan usia ibu

Menurut J.T. Mitihar pembagian usia ibu adlah sebagai berikut : [12]

<20 tahun : terlalu muda

20-34 tahun : ibu muda

>34 tahun : ibu tua

Tabel 4.1

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

27

Page 28: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Distribusi frekuensi usia ibu

di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berumur <20

tahun (terlalu muda) berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4%, 20-34

tahun (ibu muda) berjumlah 69 responden dengan persentase 81,2%, dan >34

tahun (ibu tua) berjumlah 14 responden dengan persentase 16,5%.

b. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu

Menurut Sisdiknas, tingkat pendidikan terbagi menjadi : [13]

SD : Sangat rendah

SMP : Rendah

SMA : Menengah

Perguruan tinggi (PT) : Tinggi

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu

di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat

pendidikan SD (sangat rendah) berjumlah 1 responden dengan persentase 1,2%, KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

28

No Usia Ibu N %

1 <20 tahun (terlalu muda) 2 2,4

2 20-34 tahun (ibu muda) 69 81,2

3 >34 tahun (ibu tua) 14 16,5

No Tingkat Pendidikan N %

1 SD (sangat rendah) 1 1,2

2 SMP (rendah) 10 11,8

3 SMA (menengah) 64 75,3

4 PT (tinggi) 10 11,8

Page 29: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

SMP (rendah) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%, SMA

(menengah) berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan Perguruan

Tinggi (tinggi) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%.

4.4 Hasil dan Analisa utama

a. Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu

Tabel 4.3

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu

di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat

pengetahuan kurang (<56%) berjumlah 15 responden dengan persentase 17,6%,

tingkat pengetahuan cukup(56%-76%) berjumlah 46 responden dengan persentase

54,1% dan tingkat pengetahuan baik(76%-100%) berjumlah 24 responden dengan

persentase 28,2%.

b. Berdasarkan kejadian diare pada balita

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

29

No Tingkat Pengetahuan N %

1 Kurang (<56%) 15 17,6

2 Cukup (56%-76%) 46 54,1

3 Baik (>76%) 24 28,2

Page 30: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Tabel 4.4

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu

di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita responden yang pernah

terkena diare berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan balita

responden yang belum pernah terkena diare berjumlah 21 responden dengan

persentase 24,7%.

c. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita

Tabel 4.5

Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita

di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

No Tingkat Pengetahuan Menderita diare pada

balita

Total pValue

Ya % Tidak %

1 Kurang <56%) 11 73 4 27 15

2 Cukup (56%-76%) 35 76 11 24 46 0,976

3 Baik (76%-100%) 18 75 6 25 24

Total 64 75 21 25 85

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan kurang dengan

balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 11 responden dengan

persentase 73% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 4 responden degan

persentase 27%. Pengetahuan cukup dengan balita responden yang pernah terkena

diare berjumlah 35 responden dengan persentase 76% dan yang tidak pernah

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

30

No Kejadian Diare N %

1 Ya 64 75,3

2 Tidak 21 24,7

Page 31: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

terkena diare berjumlah 11 responden degan persentase 24%. Pengetahuan baik

dengan balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 18 responden

dengan persentase 75% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 6

responden degan persentase 25%. Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-

square nilai pValue = 0,976 atau lebih dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan

kejadian diare pada balita.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI [1] bahwa, penyakit diare

merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada dua faktor yang

dominan yang berhubungan dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan

tinja. Dimana kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku

manusia.

Ada juga pendapat lain menurut Amirudin[2] secara klinis penyebab diare

dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi,

malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun

penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya

keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang dapat

menyebabkan terjadinya diare . Sesuai dengan pendapat Notoadmojo[4] bahwa

perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil

penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada, karena dalam penelitian

variable independent penelitian yaitu pengetahuan tidak ada hubungannya

dengan variable dependen yaitu kejadian diare, karena pengetahuan  yang diteliti

belum menjadi satu kesatuan dalam pembentukan perilaku.

BAB V

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

31

Page 32: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan penelitian dan saran-saran

berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Diketahui bahwa responden yang berumur <20 tahun (terlalu muda)

berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4%, 20-34 tahun (ibu muda)

berjumlah 69 responden dengan persentase 81,2%, dan >34 tahun (ibu

tua) berjumlah 14 responden dengan persentase 16,5%.

Diketahui bahwa responden yang tingkat pendidikan SD (sangat rendah)

berjumlah 1 responden dengan persentase 1,2%, SMP (rendah) berjumlah

10 responden dengan persentase 11,8%, SMA (menengah) berjumlah 64

responden dengan persentase 75,3% dan Perguruan Tinggi (tinggi)

berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%.

Diketahui bahwa responden yang tingkat pengetahuan kurang (<56%)

berjumlah 15 responden dengan persentase 17,6%, tingkat pengetahuan

cukup(56%-76%) berjumlah 46 responden dengan persentase 54,1% dan

tingkat pengetahuan baik(76%-100%) berjumlah 24 responden dengan

persentase 28,2%.

Diketahui bahwa balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 64

responden dengan persentase 75,3% dan balita responden yang belum

pernah terkena diare berjumlah 21 responden dengan persentase 24,7%.

Diketahui bahwa pengetahuan kurang dengan balita responden yang

pernah terkena diare berjumlah 11 responden dengan persentase 73% dan

yang tidak pernah terkena diare berjumlah 4 responden degan persentase

27%. Pengetahuan cukup dengan balita responden yang pernah terkena

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

32

Page 33: 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam

Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

diare berjumlah 35 responden dengan persentase 76% dan yang tidak

pernah terkena diare berjumlah 11 responden degan persentase 24%.

Pengetahuan baik dengan balita responden yang pernah terkena diare

berjumlah 18 responden dengan persentase 75% dan yang tidak pernah

terkena diare berjumlah 6 responden degan persentase 25%. Dari

penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai pValue = 0,976 atau

lebih dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.

5.2. Saran

5.2.1 Saran Praktis

5.2.1.1 Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan

pemberian informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare, baik

penyuluhan secara ter-program atau dengan pemasangan poster-poster tentang

diare.

5.2.2.2 Bagi Subjek Penelitian

Diharapkan bagi para ibu untuk meningkatkan wawasan dan

pengetahuan tentang diare dengan cara mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh

petugas kesehatan sehingga akan menambah pengetahuan tentang kejadian diare

pada balita.

5.2.2 Saran Metodologis

5.2.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan untuk mengkaji lebih khusus dengan cara menambah

variabel dari teori Notoadmojo antara lain pengetahuan, sikap dan tindakan agar

hasil penelitian yang dilakukan didapatkan suatu hubungan dengan kejadian diare

pada balita.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

33