PT. Ahassa Ciptanika 3−1 Bab ini akan menguraikan mengenai mengenai wilayah perencanaan yakni Kecamatan Medan Petisah, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Polonia dan sebagaian Medan Barat dalam aspek fisik dasar, sosial kependudukan, perekonomian, penggunaan lahan dan bangunan, sarana dan prasarana, tata bangunan dan aspek pengelolaan pembangunan. 3.1 FISIK DASAR 3.1.1 Kondisi Umum Keadaan iklim di Kota Medan seperti juga wilayah Sumatera Utara umumnya termasuk iklim tropis yang ditandai oleh curah hujan yang cukup tinggi dengan suhu udara tidak kurang dari 20 0 - 30 0 C dengan rata-rata kelembaban udara 83%. Curah hujan tahunan di daerah ini berkisar antara 1.500 - 4.000 mm. Curah hujan tertinggi tercatat di daerah Pegunungan (Peg.) Bodol dan Peg. Alas. Sedangkan yang terendah tercatat di dataran Medan dengan curah hujan antara 1.500 – 2.000 mm/tahun. 3.1.2 Fisiografi, Tanah dan Bentuk Wilayah Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan lahan dipandang dari faktor dan proses pembentukan tanah, sehingga fisiografi memberikan pengaruh terhadap perkembangan tanah. Secara umum fisiografi kawasan Medan dan sekitarnya dapat dikelompokan dalam beberapa grup antara lain: 1) grup Aluvial, 2) grup Marin beserta satuan lahan/unit lahan sesuai dengan proses geomorfologinya, susunan geologi dan keadaan iklim dominan, seperti penjelasan di bawah ini. Grup Aluvial Grup Aluvial umumnya terbentuk dari endapan kasar dan halus yang berumur Quarter (Qal dan Qh), yang umumnya berasal dari endapan sungai, Grup Aluvial ini meliputi dataran banjir disekitar jalur aliran (sungai Ular, sungai Belawan dan sungai Deli), dan dataran Aluvial.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PT. Ahassa Ciptanika
3−1
Bab ini akan menguraikan mengenai mengenai wilayah perencanaan yakni Kecamatan Medan
Petisah, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Polonia dan sebagaian Medan Barat dalam
aspek fisik dasar, sosial kependudukan, perekonomian, penggunaan lahan dan bangunan,
sarana dan prasarana, tata bangunan dan aspek pengelolaan pembangunan.
3.1 FISIK DASAR
3.1.1 Kondisi Umum
Keadaan iklim di Kota Medan seperti juga wilayah Sumatera Utara umumnya termasuk iklim
tropis yang ditandai oleh curah hujan yang cukup tinggi dengan suhu udara tidak kurang dari
200 - 300 C dengan rata-rata kelembaban udara 83%. Curah hujan tahunan di daerah ini
berkisar antara 1.500 - 4.000 mm. Curah hujan tertinggi tercatat di daerah Pegunungan
(Peg.) Bodol dan Peg. Alas. Sedangkan yang terendah tercatat di dataran Medan dengan
curah hujan antara 1.500 – 2.000 mm/tahun.
3.1.2 Fisiografi, Tanah dan Bentuk Wilayah
Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan lahan dipandang dari faktor dan proses
pembentukan tanah, sehingga fisiografi memberikan pengaruh terhadap perkembangan
tanah. Secara umum fisiografi kawasan Medan dan sekitarnya dapat dikelompokan dalam
beberapa grup antara lain: 1) grup Aluvial, 2) grup Marin beserta satuan lahan/unit lahan
sesuai dengan proses geomorfologinya, susunan geologi dan keadaan iklim dominan, seperti
penjelasan di bawah ini.
Grup Aluvial Grup Aluvial umumnya terbentuk dari endapan kasar dan halus yang berumur Quarter (Qal
dan Qh), yang umumnya berasal dari endapan sungai, Grup Aluvial ini meliputi dataran banjir
disekitar jalur aliran (sungai Ular, sungai Belawan dan sungai Deli), dan dataran Aluvial.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
23−2
Dataran banjir umumnya berpenyebaran disekitar aliran sungai besar didekat muara
berbatasan dengan pantai. Dataran Aluvial merupakan peralihan dari grup Marin, relatif datar
airnya bersifat tawar sampai payau dan bagian besar telah dimanfaatkan sebagai areal
persawahan dan perkebunan negara. Secara rinci satuan lahan/unit lahan yang termasuk
dalam grup Aluvial disajikan uraiannya di bawah ini:
• Dataran Aluvial Peralihan ke Marin Satuan lahan ini merupakan dataran Aluvial peralihan ke Marin, dengan bahan sedimen
halus dan kasar masam, bentuk wilayah datar (lereng 3%). Jenis tanah dominan adalah
Troquentsts, Fluvaquents dan setempat yang agak kering di dominasi oleh Eutropepts.
Satuan lahan ini tersebar secara luas dibagian agak hilir sebelah kanan dan kiri dari sungai
Belawan, sungai Serdang, sungai Deli dan sungai Ulah. • Dataran Banjir dari Sungai Bermeander
Satuan lahan ini merupakan rawa belakang dari sungai Ular yang berbatasan langsung
dengan dataran banjir, dengan bahan endapan halus dari sungai, drainase terhambat dan
jenis tanah dominan adalah Tropaquepts. Satuan lahan ini berpenyebaran sempit
dimuara sungai Ular.
• Kipas Aluvial dan Koluvial Satuan lahan merupakan kipas Aluvial dan Koluvial, bahan endapan halus dan kasar,
drainase sedang sampai agak terhambat dan jenis tanah dominan adalah Eutropepts dan
Fluvaquents. Penyebaran satuan lahan agak luas disekitar Perbaungan ke arah pantai
sekitar Percut.
Grup Marin Grup Marin ini menempati daerah di sepajang pantai dengan lebar bervariasi antara 1 sampai
20 km, yang memanjang arah Barat Daya Timur Laut dalam wilayah Medan dan sekitarnya.
Dataran ini bentuk sebagai akibat proses sedimentasi marin dan primarin (delta dan muara).
Seluruh proses sedimentasi terjadi pada lingkungan beragam (asin) dan payau, sehingga tanah
banyak mengandung garam terutama natrium, terutama pada areal endapan baru (muda). 3.1.3 Hidrologi
Wilayah perencanaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem perairan Kota Medan
dimana sebagian sungai turut melintasi wilayah tersebut. Adapun sungai yang melintasi
wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Sistem Sungai Badera – Sungai Belawan
2. Sistem Sungai Deli – Babura, dengan anak sungainya :
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
33−3
o Sungai Sikambing, dengan anak sungainya :
Sei Selayang
Sei Putih
o Sungai Babura, dengan anak sungainya :
Sei Siput
Sei Berkala
3. Sistem Sungai Kera, dengan anak sungainya :
o Parit Emas
o Parit Martondi
4. Sistem Sungai Percut dan Sei Tuan, dengan anak sungainya :
o Sungai Buncong
o Sungai Pelangkah
o Sei Percut Denai
3.2 ASPEK SOSIAL KEPENDUDUKAN
3.2.1 Jumlah Penduduk
Wilayah perencanaan merupakan kawasan pusat kota Kota Medan, sehingga konsentrasi
penduduk tidak terjadi. Jumlah penduduk untuk Kecamatan Medan Petisah, Medan Baru,
Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Barat dapat dilihat pada
tabel berikut:.
Tabel III.1 Jumlah Penduduk
Kecamatan Medan Petisah, Medan Baru dan Medan Maimun Tahun 2002 – 2006
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 1 Medan Petisah 69.778 70.364 65.938 66.073 66.926 2 Medan Maimun 48.995 48.329 47.232 47.137 47.057 3 Medan Baru 43.415 43.514 42.093 42.221 42.789 4 Medan Polonia 46.316 47.842 48.600 49.048 50.426 5 Medan Barat 86.706 86.640 91.807 77.839 77.791
Total Wilayah Perencanaan 295.210 296.689 295.67 282.318 284.988
Sumber: Medan Dalam Angka, 2002-2006 , Monografi Kecamatan Tahun 2006
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
43−4
Pada tahun 2005, jumlah penduduk di wilayah perencanaan adalah 284.988 jiwa, atau sebesar
14,21% dari luas keseluruhan penduduk Kota Medan yang mencapai jumlah 2.006.142 jiwa
tersebar dalam 21 kecamatan. Untuk wilayah perencanaan, berdasarkan data monografi
masing-masing kecamatan pada tahun 2006, diperoleh data jumlah penduduk per kelurahan
sebagai berikut:
Tabel III.2
Jumlah Penduduk di Wilayah Perencanaan Tahun 2005
Jumlah Penduduk Nama Kecamatan
Nama Kelurahan
Luas Wilayah (Ha) Laki-laki Perempuan Jumlah
Sei Sikambing D 91 5308 5750 11058 Petisah Tengah 127 5151 5125 10276 Sekip 61 4180 4734 8914 Sei Putih Timur II 34 4414 4417 8831 Sei Putih Timur I 32 3115 3111 6226 Sei Putih Tengah 50 4666 4796 9462
Medan Petisah
Sei Putih Barat 98 5967 6191 12158 Jumlah 493 32801 34124 66925
5 Medan Barat 539 86.706 86.640 91.807 77.839 77.791 161 161 170 144 144
Total Wilayah Perencanaan 2845.5 295.210 296.689 295.670 282.318 284.988 104 104 104 99 100
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
63−6
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
73−7
3.3 ASPEK PEREKONOMIAN
Kondisi perekonomian wilayah perencanaan tidak terlepas dari kegiatan ekonomi Kota
Medan secara umum mengingat posisi ketiga Kecamatan di wilayah perencanaan berada di
pusat Kota Medan. Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat
pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang juga mencakup Propinsi Sumatera
Utara. Adanya fungsi regional telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan
aktivitas ekonomi dalam volume yang besar baik dalam bentuk ekspor maupun import.
Komoditi ekspor dalam jumlah besar Kota Medan meliputi lemak dan minyak nabati/hewani,
udang, kerang, kayu lapis, alumunium, barang kesenian, coklat, kopi, mineral mentah dan
lain-lain. Selain melakukan kegiatan ekspor, Kota Medan pun melakukan kegiatan impor
barang modal (suku cadang / asesoris kendaraan bermotor, mesin / peralatan industri
khusus, alat elektronik, dll) serta impor barang konsumsi, (makanan ternak, beras,
aluminium, sayur segar, tembakau, dll). Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor maupun
negara impor adalah Malaysia, Jerman, Inggris, Singapura, RRC, Belanda, Taiwan, dan
Hongkong.
Secara umum indikator utama ekonomi Kota Medan adalah sebagai berikut:
Tabel III.4
Indikator Utama Ekonomi Kota Medan
Keterangan Tahun 2004 Penduduk 2.006.142 jiwa
PDRB 24,5 trilyun
Pertumbuhan ekonomi 5,49 %
Income perkapita Rp.12,500,000
Tingkat inflasi 6,64 %
Jumlah tenaga kerja produktif 682.826 jiwa
Tingkat Pengangguran 13,01 %
Total of export (FOB,000 US$) 2.229.125
Total of import (CIF,000 US$) 679.000,00
Sumber: BPS Kota Medan, 2004
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
83−8
3.3.1 Data PDRB Kota Medan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan disajikan atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan Tahun 1993. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan PDRB
dapat ditelaah sebelum dan sesudah memperhitungkan pengaruh harga. Penyajian PDRB atas
dasar harga konstan akan lebih mencerminkan perubahan PDRB tanpa dipengaruhi
perubahan harga yang biasanya cenderung naik terus dari tahun ke tahun. Dengan demikian,
PDRB atas dasar harga konstan lebih mencerminkan kenaikan produk secara nyata (riil).
Apabila dikelompokkan semua sektor kedalam tiga kelompok, maka diperoleh:
1. Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku melainkan hanya
mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya yaitu
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian.
2. Sektor Sekunder yaitu mengolah bahan baku yang berasal dari sektor primer maupun
sektor sekunder sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini
mencakup sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, serta sektor konstruksi.
3. Sektor Tersier/Sektor Jasa, yaitu sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik
melainkan dalam bentuk jasa. Sektor ini mencakup sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor lembaga keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Besarnya PDRB menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan 1993 sepanjang tahun 2000 - 2004 secara umum menunjukkan kenaikan yang
konstan. Pada tahun 2004, PDRB Kota Medan (Atas Dasar Harga) ADH Berlaku mencapai
Rp. 26.379.403.230.000, mengalami peningkatan sebesar 17,02% dibandingkan tahun
sebelumnya. Peningkatan ini cenderung semakin baik dibandingkan 2 tahun terakhir. Ini
berarti semua sektor berkembang sesuai dengan adanya pembangunan di segala bidang.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar
5.46%, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang lalu. Dibandingkan
dengan kondisi ekonomi nasional dan Provinsi Sumatera Utara, pertumbuhan ekonomi Kota
Medan dari tahun 2000 hingga 2004 relatif bagus. Sebagai perbandingan, pertumbuhan
ekonomi nasional jauh lebih rendah yakni 4,26% per tahun, pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Utara 4,3% per tahun, sementara Kota Medan mencapai 5,46% per tahun. Pada
tahun 2004 keadaan ekonomi Indonesia pada umumnya, dan Medan khususnya mengalami
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
93−9
perbaikan, dimana para pelaku ekonomi melakukan antisipasi dan perbaikan di bidang
ekonomi.
Salah satu penyebab positifnya pertumbuhan ekonomi di Kota Medan adalah turunnya
tingkat suku bunga sehingga merangsang kegiatan ekonomi di sektor riil. Adapun sektor
ekonomi yang mengalami peningkatan adalah sektor pertanian naik 1,98%, sektor
pernggalian naik 9.31%, sektor industri naik 5.31%, sektor listrik, gas dan air naik 6.52%,
sektor bangunan naik 12,96%, sektor perdagangan naik 5,65%, sektor angkutan naik 5,63%,
sektor lembaga keuangan naik 3,38%an sektor jasa naik 4,98%. Laju pertumbuhan ekonomi
Kota Medan menurut PDRB atas dasar harga berlaku dan konstan selama 5 (lima) tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel III.5
PT. Ahassa Ciptanika
3−10
Tabel III.5 PDRB Kota Medan Menurut Kelompok Sektor Tahun 2000-2004
2000 2001 2002 2003 2004 PDRB NO. LAPANGAN USAHA
Juta rupiah % Juta rupiah % Juta rupiah % Juta rupiah % Juta rupiah % A. Sektor Primer 575979.04 4.13 725189.43 4.23 814097.87 4.14 894623.57 3.97 1005833.74 3.81
PDRB 5274101.21 100.00 5549453.20 100.00 5799222.07 100.00 6092413.41 100.00 6425041.46 100.00 Sumber : Perhitungan Pendapatan Regional Kota Medan Tahun 2004, Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan Tahun 2005
PT. Ahassa Ciptanika
3−11
Tabel III.6 Laju Pertumbuhan Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun 2000-2004 (Persentase)
Sumber: RTRW Kota Medan 2006-2016
3.3.2 Aktivitas Ekonomi
3.3.2.1 Kegiatan Sektor Formal
Aktivitas ekonomi pada sektor formal meliputi seluruh aktivitas perekonomian yang diatur
dan dilindungi oleh hukum yang berlaku yang meliputi pasar tradisional, pasar modern, mall
serta pusat-pusat perbelanjaan lainnya.
Berikut adalah data jumlah dan sebaran sarana perdagangan pasar, pertokoan dan toko yang
berada di wilayah perencanaan (Kecamatan Medan Petisah, Medan Maimun, Medan Baru,
Medan Polonia dan Medan Barat).
PDRB NO. LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 1 Pertanian 14.86 25.80 12.22 9.66 12.38 2 Pertambangan dan Penggalian 67.27 52.39 20.00 55.49 20.04 3 Industri Pengolahan 32.65 26.92 8.88 7.78 13.88 4 Listrik, Gas, dan Air Minum 8.01 38.05 17.97 31.08 17.05 5 Bangunan dan Konstruksi 37.38 23.34 12.86 11.66 22.05 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 33.21 21.00 12.04 15.50 19.17 7 Pengangkutan dan Komunikasi 26.09 20.58 19.84 17.25 16.05 8 Keuangan dan Jasa Perusahaan 16.62 17.28 17.31 18.19 15.94 9 Jasa-jasa 20.26 23.80 31.88 16.62 17.38
AD
H B
ER
LAK
U
Laju Pertumbuhan PDRB 27.80 22.83 14.67 14.66 17.02 1 Pertanian 9.43 4.68 6.88 4.49 1.98 2 Pertambangan dan Penggalian 24.87 8.83 9.60 1.38 9.31 3 Industri Pengolahan 3.25 4.96 0.50 4.08 5.31 4 Listrik, Gas, dan Air Minum 4.92 5.42 6.67 7.98 6.52 5 Bangunan dan Konstruksi 15.36 14.13 4.05 5.65 12.96 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 3.82 2.01 3.9 3.61 5.65 7 Pengangkutan dan Komunikasi 9.84 9.11 6.05 7.24 5.63 8 Keuangan dan Jasa Perusahaan 1.41 6.31 7.24 5.32 3.88 9 Jasa-jasa 5.06 2.24 2.80 4.42 4.98 A
DH
KO
NST
AN
199
3
Laju Pertumbuhan PDRB 5.40 5.22 4.50 5.06 5.46
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
123−12
Tabel III.7 Jumlah Sarana Perdagangan Tahun 2005
No. Nama Kecamatan
Nama Kelurahan
Pasar Pertokoan Toko
A.1 Sei Sikambing D - 1 94 A.2 Petisah Tengah 3 4 410 A.3 Sekip 2 3 71
A.4 Sei Putih Timur II 1 1 24
A.5 Sei Putih Timur I - - 11 A.6 Sei Putih Tengah 1 - 7 A.7
Keterangan : *) tidak ada data Sumber : Monografi Kecamatan Medan Petisah, Medan Maimun dan Medan Baru, Data
Tahun 2005.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
133−13
Berikut adalah data jumlah dan sebaran pusat perbelanjaan modern (departemen store,
super market dan swalayan) di Kecamatan Medan Petisah, Medan Baru dan Medan Maimun.
Tabel III.8
Daftar Departemen Store/ Super Market/ Pasar Swalayan
Jumlah Tenaga Kerja No Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Kecamatan
Laki2 Perempuan Departemen Store
1 Perisai Plaza Jl.Pemuda Medan Medan Maimun 20 59 2 Medan Fair Plaza Jl. Gatot Subroto Medan Petisah 63 79 3 Medan Plaza Jl. Iskandar Muda Medan Petisah 28 73 4 Sinar Plaza Jl. Guru Patimpus Medan Barat 24 28 5 Deli Plaza Jl. Guru Patimpus Medan Barat 36 70 6 Menara Plaza Jl. Guru Patimpus Medan Barat 18 78 7 Sun Plaza Jl. Diponegoro Medan Polonia 30 48 8 Palladium Plaza Jl. Kapten Maulana Lubis Medan Barat - -
10 Carrefour Jl. Gatot Subroto Medan Petisah 30 73 11 Hypermart Jl. Kapten Maulana Lubis Medan Barat - -
Supermarket 12 Yuki SP Jl. Gatot Subroto Medan Petisah 15 15 13 Macan Yaohan Jl. B. Katamso Medan Maimun 18 30 14 Suzuya Jl. B. Katamso Medan Maimun 59 68 15 Ramayana Jl. Iskandar Muda Medan Baru 95 195 16 Ramayana Jl. Ir. H Juanda Medan Maimun 102 212 17 Macan Yaohan Jl. Putri Merak Jingga Medan Barat 12 43
Pasar Swalayan 18 Sinar Sumatera Jl. Iskandar Muda Medan Baru 45 50 19 Sun Swalayan Jl. B. Katamso Medan Maimun 3 35 20 Yaohan Sentosa Jl. Pemuda Medan Maimun 12 86
21 Tokyo Indo Pratama Jl. Guru Patimpus, Prisai Plaza Medan Maimun 8 50
22 Saudara Swalayan Jl. T. Cikditiro Medan Polonia 6 25 23 Dahlia Mini markey Jl. Cik Ditiro Medan Polonia 4 14 24 Mini Market Swalayan Jl. Glugur Medan Barat 6 12
Sumber : Dinas Perindag Kota Medan, 2004
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan di atas, dapat diketahui bahwa
sebagian besar pusat perbelanjaan di Kota Medan berada di wilayah perencanaan. Di wilayah
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
143−14
perencanaan terdapat 8 (delapan) departement store, 3 (tiga) hypermart, 6 (enam)
supermarket dan 10 (sepuluh) pasar swalayan yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Namun
konsentrasi pusat perbelanjaan tersebut terdapat di ruas-ruas jalan utama seperti di Jalan
Gatot Subroto, Jalan Iskandar Muda, dan Jalan Brigjen Katamso.
Sedangkan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, secara umum pusat
perbelanjaan modern lebih banyak mempekerjakann tenaga kerja perempuan dibandingkan
tenaga kerja laki-laki dengan perbandingan secara persentase tenaga kerja wanita sebesar
67,03 % sedangkan tenaga kerja laki-laki sebesar 32,96%.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
153−15
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
163−16
3.3.2.2 Kegiatan Sektor Non Formal
Sektor non formal merupakan salah satu sektor subjek perdagangan di Kota Medan diluar
sektor formal yang memiliki belum terdaftar, serta belum diatur dan dilindungi oleh hukum
yang berlaku. Meskipun demikian sektor informal di kota-kota besar di negara berkembang,
termasuk di Kota Medan memiliki jumlah yang cukup banyak dan menyumbangkan
kontribusi yang cukup signifikan bagi ekonomi kota baik dari segi perputaran uang dan
terutama dalam penyerapan tenaga kerja yang artinya dalam mengurangi pengangguran.
Fakta tersebut didasarkan pada data yang dikeluarkan BPS, bahwa secara nasional sektor
informal menyumbang sekitar 74% kesempatan kerja (tahun 1985), 72 % (tahun 1990) dan
60 % pada tahun 1998.
Berikut adalah rincian sektor non formal yang ada di Kota Medan.
Tabel III.9
Daftar Pusat Perbelanjaan Sektor Informal Di Wilayah Perencanaan
Fasilitas No Lokasi Jumlah Pedagang Kios Los Tenda - Keterangan
Pasar Inpres
1 Pasar Peringgan, Medan Baru 125
Bangunan baru, pengganti yang terbakar Pembinaan : Penataran
Pasar Non Inpres
2 Pasar Petisah, Medan Petisah 1859 888 905 60 Pembinaan : Penataran
3 Pasar Medan Super Market, Medan Petisah 486 169 256 50
Pembinaan : Penataran dan penyuluhan
4 Pasar Kampung Baru, Medan Maimun 70 24 41 5
Pasar Lingkungan/ Malam Hari 5 Taman Lily Suheri
6 Jl. Jangka, Medan Petisah 54 Pasar Belum teratur
Pembinaan : Penataran
7 Iskandar Muda Malam Medan Baru
(Makanan/Minuman Malam hari) Pembinaan : Penataran
8 Zainul Arifin/ Pagaruyung Medan Petisah
30 (Makanan/ minuman malam hari) Pembinaan : Penataran
Sumber : Dinas Perindag Kota Medan, 2004
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
173−17
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa terdapat 8 titik lokasi aktivitas perdagangan
sektor nonformal yang terdiri dari tiga kategori pasar inpres, pasar non inpres dan pasar
lingkungan/ malam hari dengan total pedagang mencapai 2.624 pedagang. Mayoritas pedagang
menggunakan fasilitas kios dan tenda.
3.3.2.3 Kegiatan Sektor Industri
Kegiatan sektor industri di Kota Medan termasuk di wilayah perencanaan didominasi oleh
industri kecil dan rumah tangga. Jumlah unit usaha sektor industri di Kota Medan sebanyak
2383 unit dengan rincian industri kecil sebanyak 2123 unit, industri menengah sebanyak 246
unit dan industri besar sebanyak 14 unit.
Tabel III.10
Jumlah, Jenis, Investasi Dan Nilai Produksi Industri Di Kota Medan
No Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jumlah Unit Usaha 877 1057 1235 1519 1860 2140 2383
Kecil 788 921 1060 1319 1627 1895 2123
Menengah 85 129 166 189 219 231 246
1 Besar 4 7 9 11 14 14 14
2 Tenaga Kerja (orang) 14988 17148 19284 22692 26270 27761 29186
29 Jl. Diponegoro 144 69 Taman Depan Puskesmas Pdg. Bulan 120
30 Boulevard Jl. Kapt. Maulana Lubis 300 70 Jl. Sei Wampu/Jl. Iskandar
Muda 120
31 Segitiga Cik Ditiro 900 71 Taman Sudut Jl. Mangkubumi 228
32 Jl. Sei Wampu Depan BRIMOB 172 72 Taman Depan Waspada Jl.
Suprapto 228
33 Segitiga Simpang Kampus USU 267 73 Taman Depan Mesjid Jl. Jamin
Ginting 270
34 Depan Wisma Kodam I/BB 5.400 74 Jl. Juanda simp. Jl. Katamso 149 35 Pot-Pot Jalan Ahmad Yani 18 75 Planting Box Jl. Merak Jingga 25 36 Planting Box Jl. Raden Saleh 13 76 Planting Box Depan Deli Plaza 36 37 Segitiga Tembakau Deli 36 77 Tugu KB Sutomo 430 38 Halaman Dispenda Medan 10.000 78 Jalan Karya Dalam 1.300 39 Kantor Pos Besar 608 79 Tugu Adipura 2.483 40 Simpang Jalan Duruan 379
Sub Total 71886 Sub Total 64.498 Total 150165
Sumber: RTRW Kota Medan 2006-2016
Tabel III.13 Tempat Pemakaman Umum di Wilayah Perencanaan
No Nama Pemakaman Luas Areal (Ha)
Kelurahan/ Kecamatan Keterangan
1 Abdullah Lubis Jl. Abdullah Lubis
1,50 Babura/ Medan Baru
Kristen
2 Padang Bulan Jl. Jamin Ginting
2,00 Medan Baru Kristen
3 Gajah Mada Ujung Jl. Gajah Mada/Sei Wampu
1,90 Medan Baru Kristen
4 Gajah Mada Lama Jl. Gajah Mada/Iskandar Muda
1,90 Medan Petisah Kristen
5 Sei Batu Gingging Jl. Sei Batu Gingging
1,50 Babura/ Medan Baru
Islam
Total 8,8 Ha Sumber: RTRW Kota Medan 2006-2016
Berdasarkan data di atas, maka luas RTH publik di wilayah perencanaan adalah 23,8 Ha atau
sekitar 1% dari luas keseluruhan wilayah perencanaan. Selain RTH publik, masing-masing
kota atau kabupaten juga harus menyediakan RTH privat minimal 10% dari luas kota.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
233−23
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
243−24
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
253−25
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
263−26
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
273−27
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
283−28
3.5 ASPEK SARANA DAN PRASARANA
3.5.1 Fasilitas Umum dan Sosial
3.5.1.1 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan sudah cukup lengkap mulai dari TK, SD, SLTP,
SMU dan perguruan tinggi sudah tersedia. Hal ini disebabkan karena wilayah perencanaan
merupakan kawasan pusat kota di Kota Medan sehingga fasilitas pendidikan juga
terkonsentrasi disini.
Tabel III.14 Jumlah Fasilitas Pendidikan Per Kelurahan
Wilayah Perencanaan Tahun 2005
Nama Kecamatan
Nama Kelurahan
TK/ Play Group SD SMP/MTs SLA/SMK/
MA Perguruan
Tinggi
Sei Sikambing D *) 6 4 3 *) Petisah Tengah *) 2 4 5 *) Sekip *) 6 2 4 *) Sei Putih Timur II *) 2 2 3 *) Sei Putih Timur I *) 1 - - *) Sei Putih Tengah *) 1 1 5 *)
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
323−32
Nama Kecamatan
Nama Kelurahan
Rumah Sakit Puskesmas BPU BKIA
Karang Berombak - 1 6 1 Gelugur Kota - - 1 1 Pulo Brayan Kota - 1 1 1
Jumlah 4 4 12 4 Keterangan : *) tidak ada data Sumber : Kecamatan Medan Petisah, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Polonia dan Medan Barat Dalam Angka, Tahun 2006
Fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah perencanaan lebih lengkap dan memiliki hirarki
yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Kota Medan. Hal ini akan
mengakibatkan daerah jangkauan pelayanan semakin luas, bahkan sampai seluruh Kota
Medan. Untuk itu penyediaan sarana dan prasarana pendukung bangunan kesehatan perlu
disediakan sesuai dengan kebutuhannya sehingga tidak mengganggu aktivitas lain di
sekitarnya.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
333−33
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
343−34
3.5.1.3 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang tersedia di wilayah perencanaan, sesuai dengan agam yang dianut
penduduknya cukup lengkap dan tersebar merata di wilayah perencanaan.
Tabel III.16 Jumlah Fasilitas Peribadatan Per Kelurahan
Wilayah Perencanaan Tahun 2005
No. Nama Kecamatan
Nama Kelurahan Mesjid Langgar Gereja
A.1 Sei Sikambing D 4 5 6 A.2 Petisah Tengah 5 4 3 A.3 Sekip 2 4 1 A.4 Sei Putih Timur II 1 3 - A.5 Sei Putih Timur I 4 2 1 A.6 Sei Putih Tengah 4 2 4 A.7
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
353−35
No. Nama Kecamatan
Nama Kelurahan Mesjid Langgar Gereja
E.4 Karang Berombak 5 5 2 E.5 Gelugur Kota 3 1 1 E.6 Pulo Brayan Kota 3 7 2 Jumlah 27 25 14 Keterangan : *) tidak ada data Sumber : Kecamatan Medan Petisah, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Polonia dan Medan Barat Dalam Angka, Tahun 2006
Fasilitas peribadatan umumnya memiliki pelayanan skala lingkungan, sehingga pergerakan
yang terjadi tidak terlalu berarti bagi arus transportasi wilayah perencanaan. Namun
penyediaan sarana parkir bagi gedung-gedung peribadatan harus tetap diperhatikan untuk
menghindari pemanfaatan badan jalan sebagai lahan parkir.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
363−36
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
373−37
3.5.2 Sistem Transportasi
Sistem Transportasi yang dipaparkan meliputi jaringan jalan, lokasi simpang bermasalah,
lokasi ruas jalan bermasalah, VCR dan kecepatan rata-rata pada jalan-jalan utama, angkutan
umum, terminal dan bandara.
Jaringan jalan kereta api dan ketersediaan pelabuhan tidak menjadi bahasan dalam sub bab ini
karena di wilayah perencanaan tidak terdapat jalan kereta api dan pelabuhan yang secara
aktif melayani pergerakan di wilayah perencanaan. Secara faktual sebenarnya tidak terdapat
terminal di wilayah perencanaan, tetapi karena angkutan umum di wilayah perencanaan
dilayani oleh terminal-terminal di luar wilayah perencanaan, maka keberadaan terminal di
Kota Medan menjadi bahasan dalam sub bab ini. Begitupun dengan bandara, meskipun
Bandara Polonia terletak diluar lokasi perencanaan tetapi mempunyai kaitan yang erat
dengan kawasan perencanaan.
3.5.2.1 Sistem Jaringan Jalan
Pada wilayah perencanaan yang terletak pada pusat Kota Medan, pola jaringan jalan yang ada
berbentuk grid sedangkan pada kawasan pinggiran kota (bagian selatan wilayah perencaaan).
Jalan utama Kota Medan sebagaian berada pada wilayah perencanaan seperti Jalan Pemuda,
Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota, Jalan Raden Saleh, Jalan Guru Patimpus dan Jalan Perintis
Kemerdekaan. Di samping itu terdapat pula Jalan Putri Hijau sebagai koridor yang
menghubungkan penghubung pusat kota dengan kawasan pinggiran Medan sebelah utara,
Jalan Jalan Bridgjend Katamso sebagai penghubung ke arah Medan bagian selatan, Jalan Gatot
Subroto dan Jalan Jamin Ginting yang menghubungkan pusat kota dengan kawasan Medan
bagian timur.
Jaringan jalan di 3 kecamatan wilayah perencanaan merupakan rangkaian jaringan yang tidak
terpisahkan dengan Kota Medan baik secara status jalan maupun hirarki jalan. Berdasarkan
status jalan, terdiri dari jalan nasional, propinsi dan kota. Beberapa status jalan utama di
wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel III.17 dan Gambar 3.11 Data status jalan
beserta lebarnya secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
383−38
Tabel III.17 Status Jalan-jalan Utama di Wilayah Perencanaan
No. Ruas jalan Status Jalan
1 Ahmad Yani Kota 2 Balai Kota Kota 3 Brigjen Katamso Propinsi 4 Gajah Mada Kota 5 Gatot Subroto Nasional 6 Guru Patimpus Kota 7 Imam Bonjol Kota 8 Ir.H.Juanda Nasional 9 Iskandar Muda Nasional
10 Jenderal Sudirman Kota 11 Letjen Suprapto Kota 12 Palang Merah Kota 13 Pemuda Kota 14 Puteri Hijau Kota 15 Raden Saleh Kota 16 S. Parman Kota 17 Jamin Ginting Kota 18 Diponegoro Kota
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan, 2007
Berdasarkan hirarki jalan, secara umum jalan-jalan di wilayah perencanaan terdiri dari jalan
arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder serta jalan lokal
(Gambar 3.5). Jalan arteri primer yang berada di wilayah perencanaan adalah:
Jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Binjai di bagian barat
yaitu Jalan Gatot Subroto;
Jalan arteri primer yang menuju arah selatan ke Deli Tua yaitu Jalan Brigjen Katamso;
Jalan arteri primer yang menuju arah selatan ke Brastagi yaitu jalan Letjen Jamin Ginting.
Untuk kondisi jalan, secara umum untuk jalan-jalan utama di wilayah perencanaan dapat
dinilai baik hanya sedikit yang termasuk dalam kategori jalan rusak. Lebar jalan cukup
memadai sesuai dengan kelas dan hirarkinya. Untuk jalan arteri sebagian besar dipisahkan
dengan median jalan dan dilengkapi dengan trotoar dan RTH sempadan jalan pada sisinya.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
393−39
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
403−40
Disamping jalan lokal, pada wilayah perencanaan juga ditemukan jalan lingkungan berupa
gang. Gang merupakan akses masuk ke dalam lingkungan dengan lebar kurang dari 2 meter.
Gang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Perkerasan gang
biasanya berupa tanah atau disemen. Keadaan gang ada yang menerus dan ada juga yang
tidak (buntu).
3.5.2.2 Sistem Pergerakan
Pola pergerakan di wilayah perencanaan merupakan pergerakan internal wilayah yang
merupakan pusat kota Medan dan dari/keluar wilayah perencanaan. Pergerakan menuju
wilayah perencanaan, sebagai bagian dari pusat kota Medan, dilakukan dengan tujuan untuk
menuju ke tempat bekerja (kawasan perkantoran), menuju fasilitas perdagangan dan jasa
serta menuju fasilitas sosial dan umum lainnya yang berada di pusat kota tersebut. Sistem
jaringan jalan yang berbentuk grid pada sebagian wilayah perencanaan menyebabkan
pergerakan pada jalan-jalan tersebut menjadi tinggi. Berikut adalah volume kendaraan pada
jam sibuk dan kapasitas jalan di beberapa jalan utama di wilayah perencanaan :
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
413−41
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
423−42
Tabel III.18 Volume Lalu Lintas dan Kapasitas Jalan pada Ruas Jalan Utama
di Wilayah Perencanaan No. Ruas jalan Status Jalan Volume Kapasitas
1 Ahmad Yani Kota 1.342 8.388 2 Balai Kota Kota 3.967 4.176 3 Brigjen Katamso Propinsi 49.068 90.495 4 Gajah Mada Kota 6.916 14.590 5 Gatot Subroto Nasional 15.967 33.615 6 Guru Patimpus Kota 8.320 12.800 7 Imam Bonjol Kota 8.942 21.600 8 Ir.H.Juanda Nasional 12.811 18.840 9 Iskandar Muda Nasional 4.704 16.800
10 Jenderal Sudirman Kota 5.187 17.100 11 Letjen Suprapto Kota 2.565 10.260 12 Palang Merah Kota 2.800 11.200 13 Pemuda Kota 1.980 6.000 14 Puteri Hijau Kota 3.388 30.800 15 Raden Saleh Kota 3.659 5.808 16 S. Parman Kota 10.731 26.172
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan, 2007
3.5.2.3 Sarana dan Prasarana Transportasi
A. Terminal
Pada wilayah perencanaan tidak terdapat terminal, terminal yang ada untuk Kota Medan
berada di luar wilayah perencanan. Walaupun demikian, angkutan umum dari masing-masing
terminal tersebut dalam pelayanannya rute-rutenya melalui wilayah perencanaan. Berikut
adalah lokasi – lokasi terminal di Kota Medan:
Tabel III.19 Terminal di Kota Medan
No Nama Terminal Kapasitas Keterangan 1 Amplas 80 unit bus
160 unit mobil penumpang umum Luas terminal 26.580 m2
Melayani angkutan umum antar kota antar propinsi (AKAP), angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota dari wilayah timur/ selatan ke Kota Medan
2 Pinang Baris 60 unit bus 120 unit mobil penumpang umum Luas terminal 19.940 m2
Melayani angkutan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota dari wilayah barat/ selatan ke Kota Medan
3 Teladan 120 unit taksi Luas terminal 4.500 m2
Melayani kendaraan umum dengan mobil penumpang (Taxi) antar kota dalam propinsi
4 Sambu 200 unit mobil penumpang umum Melayani kendaraan umum (Mobil
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
433−43
No Nama Terminal Kapasitas Keterangan Luas terminal 3.000 m2 Penumpang) dalam Kota Medan
menuju inti kota 5 Veteran 20 unit bus
60 unit mobil penumpang umum Luas terminal 2.600 m2
Melayani kendaraan umum (mobil bus) dalam Kota Medan yang menuju inti kota
6 Williem Iskandar 60 unit mobil penumpang umum Luas terminal 3.500 m2
Melayani kendaraan umum (mobil penumpang/ mobil bus) dalam kota dan angkutan antar kota yang menuju Percut Sei Tuan dan Tembung
7 Belawan 24 unit bus Luas terminal 1.080 m2
Melayani kendaraan umum (mobil bus) dalam Kota Medan yang menuju inti kota (Belawan-Medan)
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan, 2007
B. Angkutan Umum
Untuk menunjang sistem transportasi kota, Kota Medan dilengkapi dengan angkutan umum
berupa mobil angkutan penumpang. Keberadaan angkutan ini sangat membantu pergerakan
penduduk dalam menjalani aktivitasnya terutama bagi penduduk yang tidak menggunakan
kendaraan pribadi. Secara aktivitas kota keberadaan angkutan umum ini berdampak kepada
pengurangan penggunaan kendaraan sehingga dapat mengurangi jumlah kendaraan di jalan.
Jaringan jalan pada wilayah perencanaan yang dilalui angkutan umum dapat dilihat pada
Gambar 3.13
C. Pangkalan Becak dan Bentor
Di samping angkutan umum, Kota Medan dilayani pula oleh angkutan umum berupa Bentor
becak motor) dan becak. Keberadaan kedua moda ini sangat membantu terutama di wilayah
yang belum dilalui angkutan umum, seperti jalan-jalan lokal yang sempit atau untuk
pergerakan yang dekat jaraknya. Dalam rangka menunggu penumpang pada umumnya
bentor dan becak ini akan menunggu pada lokasi-lokasi tertentu yang disebut pangkalan ojeg
dan pangkalan becak (Gambar 3.14)
C. Parkir
Pengaturan parkir on street di Kota Medan telah diatur dalam SK Walikota Medan No:
974/1029/K/2003 di mana pada lampiran SK tersebut telah disebutkan nama jalan serta batas
lokasi parkir yang berlaku. Sebaran lokasi parkir pada jalan-jalan utama wilayah perencanaan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
443−44
yang diperboleh berdasarkan SK Walikiota tersebut di atas adalah sebagaiman ditampilkan
pada Tabel III.20 dan Gambar 3.15
Tabel III.20 Beberapa Lokasi Parkir On Street di Wilayah Perencanaan
No. Ruas jalan Cara Parkir Jumlah Sisi Batas Lokasi
1 Ahmad Yani Sudut 45ο 1 2 Balai Kota Sudut 45ο 1 3 Brigjen Katamso Sejajar 2 4 Gajah Mada Sejajar 2 Jl.S.Parman s/d Jl. Darusalam 5 Gatot Subroto Sejajar 2
6 Guru Patimpus Sejajar
1 Jl. Laboratorium s/d Jl. Laboratorium III
7 Imam Bonjol Sejajar 2 Jl. Kapt Maulana s/d Jl. Juanda 8 Ir.H.Juanda Sejajar 2 Jl Suryo s/d Jl Iman Bonjol 9 Iskandar Muda Sejajar 2
10 Jenderal Sudirman Sejajar 2 11 Letjen Suprapto Sejajar 2 12 Palang Merah Sudut 45ο 1 13 Pemuda Sudut 45ο 1 Jl. Pandu s/d Jl. Palang Merah 14 Puteri Hijau Sejajar 2 15 Raden Saleh Sejajar 1 Balai Kota s/d Jembatan
16 S. Parman Sejajar
2 Jl Gatot Subroto s/d Jl. Pattimura/Sudirman
17 Jamin Ginting Sejajar 2 18 Diponegoro 19 Karya Sejajar 2 20 Haji Misbah Sudut 45ο 2 Jl. Iman Bonjol s/d Selamet Riyadi 21 Abdullah Lubis Sejajar 2
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan, 2007
Di samping pada badan jala sebagaiman diatur dalam SK Walikota, pada kenyataannya di
lapangan, akibat perkembangan guna lahan yang sangat dinamis yang diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan lahan parkir, maka dapat ditemukan beberapa jalan yang tidak
termasuk dalam tabel lokasi parkir juga ditemukan kendaraan yang parkir.
Untuk kegiatan perdagangan ruko, sebagian besar kavling peruntukan lahan tersebut telah
menyediakan lahan untuk parkir di muka bangunan (sempadan muka). Sedangkan untuk
bangunan seperti mall, pusat perbelanjaan yang lebih besar dari ruko sebagian besar memiliki
lahan parkir yang memadai dalam bentuk halaman parkir atau penggunaan gedung dan
bassement untuk parkir.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
453−45
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
463−46
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
473−47
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
483−48
D. Trotoar/ Pedestrian
Keberadaan trotoar atau pedestirian dalam suatu pusat kota dengan dominasi kegiatan
perdagangan dan jasa yang akan menarik pergerakan orang tinggi sangat dibutuhkan. Tingkat
pergerakan orang pada wilayah tersebut akan menjadi lebih nyaman dan tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas apabila ada trotoar sebagai sarana berjalan untuk pada pejalan tersebut.
Pada beberapa ruas jalan utama di wilayah perencanaan terutama yang berada di pusat kota,
trotoar
3.5.3 Sistem Utilitas
3.5.3.1 Jaringan Air Bersih
Kota Medan sudah terlayani sistem penyediaan air bersih perpipaan sejak tahun 1905 dengan
didirikannya Badan Usaha Milik Pemerintah Kota Tingkat I Propinsi Sumatera Utara dengan
nama N.V Waterleiding Maschapij. Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara
No. 11 tahun 1974 dan Perda No. 25 tahun 1985 perusahaan ini resmi menggunakan nama
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi.
Sistem penyediaan air bersih di wilayah perencanaan sebagaimana kecamatan-kecamatan
lainnya di Kota Medan, pada umumnya sudah terlayani oleh PDAM Tirtanadi, dengan
memanfaatkan sumber air permukaan, mata air dan sumur bor. Untuk memenuhi kebutuhan
air bersih di Kota Medan maka diproduksi air dari beberapa IPA (Instalasi Pengolahan Air
Bersih) dan air dari beberapa sumur bor antara lain dalam bentuk tabel di bawah ini.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
493−49
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
503−50
Tabel III.21 Data Kapasitas Produksi PDAM Tirtanadi Medan Sekitarnya
Kapasitas (l/detik) No. Instalasi/Pompa/Cabang Sumber Air
Baku Terpasang Produksi 1 IPA Sunggal Sungai 1.750 1.808,28 2 IPA Delitua Sungai 1.400 1.409,98 3 IPA Hamparan Perak Sungai 200 111,83 4 IPA Sibolangit Mata Air 600 683,11 5 IPA TLM Sungai 500 447,74 6 IPA Limau Manis Sungai 500 441,85 7 Pompa III Jln. Hanafiah Sumur Bor 26 0 8 Pompa XII Kp. Salam Sumur Bor 15 6,34 9 Pompa Sicanang Sumur Bor 15 10,19 10 Pompa VI Jl. Sumatra Sumur Bor 25 6,52 11 BP Martubung Sumur Bor 25 23,21 12 Pompa Psr VI Padang Bulan Sumur Bor 25 24,29 13 Pompa Sei Agul Sumur Bor 25 26,47 14 Pompa Gaperta Sumur Bor 25 20,46 15 Pompa Rumah Susun Sumur Bor 30 28,02
TOTAL 5.161 5.048 Sumber : PDAM Tirtanadi, Tahun 2006
Sehingga bila produksi air dari IPA dan Pompa Sumur Bor ini dijumlahkan, maka Total
Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi untuk Kota Medan dan sekitarnya adalah 5.048 l/detik.
Hal yang mengenai jumlah sambungan, berdasarkan data dari PDAM Tirtanadi Medan tahun
2006, jumlah pelanggan air bersih di Kota Medan dan sekitarnya adalah seperti pada tabel
berikut.
Tabel III.22 Data Jumlah Sambungan PDAM Tirtanadi
untuk Wilayah Pelayanan Kota Medan dan Sekitarnya No. Jenis Pelanggan Jumlah (unit) 1 Sarana Umum 2.169 2 Sarana Khusus 2.097 3 Rumah Tangga 267.828 4 Perkantoran 2.301 5 Niaga 28.377 6 Industri 412 7 Kran Umum 88 8 Cuma-cuma 54
Sumber : PDAM Tirtanadi, 2006
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
513−51
Sedangkan bagi masyarakat yang belum terlayani PDAM, mereka menggunakan air tanah
dangkal baik berupa sumur gali maupun sumur bor, untuk memenuhi kebutuhan akan air
bersih sehari-hari.
3.5.3.2 Jaringan Drainase
Kota Medan dialiri oleh banyak sungai dan terdiri dari 4 sistem sungai yang melewatinya
yaitu :
1. Sistem Sungai Badera – Sungai Belawan
2. Sistem Sungai Deli – Babura, dengan anak sungainya :
o Sungai Sikambing, dengan anak sungainya :
Sei Selayang
Sei Putih
o Sungai Babura, dengan anak sungainya :
Sei Siput
Sei Berkala
3. Sistem Sungai Kera, dengan anak sungainya :
o Parit Emas
o Parit Martondi
4. Sistem Sungai Percut dan Sei Tuan, dengan anak sungainya :
o Sungai Buncong
o Sungai Pelangkah
o Sei Percut Denai
Sedangkan saluran drainase yang mendukung drainase primer yaitu drainase sekunder dan
tersier sudah ada, baik yang lama maupun yang dibangun selama MUDP I dan MUDP II. Dan
kondisi saluran tersebut bervariasi, khusus untuk saluran yang menyebabkan banjir,
kondisinya adalah sebagai berikut :
Terjadinya penyempitan dimensi saluran karena sedimentasilumpur dan sampah
Air hujan yang ada tidak memiliki ruang untuk dapat meresap ke tanah terlebih dulu
karena semakin banyak lahan terbangun
Sempadan saluran dan sungai yang tertutup bangunan liar
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
523−52
Sehingga akibat permasalahan di atas Kota Medan sering sekali terkena banjir, dimana
terdapat beberapa titik lokasi genangan dan banjir di Kota Medan seperti terlihat pada
Peta Genangan Kota Medan berikut.
Selain itu faktor lain yang mengakibatkan banjir di Kota Medan antara lain:
1. Jumlah lahan terbangun di daerah hulu DAS sungai-sungai yang melewati Kota Medan
sudah pada taraf yang sangat memprihatinkan. Hal ini mengakibatkan peningkatan debit
banjir yang sangat berarti karena meningkatnya koefisien runn off (C) karena laju infiltrasi
air hujan ke arah bawah tanah sudah tertutup (sudah di-lining) oleh berbagai bangunan.
2. Banyaknya alih fungsi lahan di daerah hulu DAS sungai, yang tadinya merupakan daerah
pertanian/perkebunan yang diharapkan dapat menyimpan dan menahan air telah berubah
fungsi menjadi daerah permukiman bahkan beberapa diantaranya menjadi daerah
industri
3. Permasalahan sampah yang ada di saluran-saluran drainase tersier dan sekunder. Kondisi
street inlet jalan yang tidak terawat dan tertutup sampah dan tanah, sehingga air hujan
tidak menemukan jalan masuk menuju saluran drainasenya.
4. Sempadan sungai dan saluran yang ditutupi bangunan liar
Sampai saat ini hal-hal yang sudah dilakukan untuk mewujudkan Medan bebas banjir antara
lain adalah:
1. Memperbaiki/rehabilitasi dan membangun saluran primer dan sekunder
2. Membangun drainase ligkungan/mikro drainase
3. Membuat gorong-gorong/box culvert
4. Normalisasi saluran/drainase dari endapan (sedimentasi)
5. Membuat saluran-saluran tertutup terutama di pusat kota
6. Membuat Bar Screen (jeruji penangkap) pada saluran yang sering jadi tempat
pembuangan sampah
7. Melakukan perawatan saluran secara berkala terutama pada daerah-daerah rawan banjir
8. Melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat dalam penanganan sungai
saluran primer dalam hal program maupun pendanaan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
533−53
3.5.3.3 Jaringan Air Limbah
(i) Sistem Penanganan Air Limbah Domestik
A. Sistem Penyaluran Air Bekas Mandi dan Cuci (Grey Water)
Sistem Penyaluran Air Bekas Mandi dan Cuci di beberapa perumahan di Kota Medan
sudah dialirkan melalui sistem perpipaan ((off site) yang terus dialirkan ke IPAL
Domestik yang berlokasi di daerah Pulau Brayan Bengkel. Dan perumahan yang belum
terlayani sistem perpipaan, air bekas mandi dan cucinya dialirkan tercampur dengan air
hujan di saluran drainase.
B. Sistem Penanganan Air Bekas Kakus dan Tinja (Black Water)
- Sistem On Site (Setempat)
Pada beberapa lokasi di Kota Medan yang belum terlayani sistem perpipaan (off site)
maka Sistem Penanganan Air Bekas Kakus (Tinja) adalah secara On Site yaitu : Cubluk
dan Septic Tank. Sistem Septic Tank jauh lebih baik daripada Cubluk, karena diberi lapisan
kedap (lining) di dasar tangki sehingga menghindari terjadinya pencemaran air tanah
dibawahnya.
- Sistem Off Site (Terpusat)
Sedangkan lokasi perumahan yang sudah terlayani sistem off site maka buangan kakus
(tinja) dialirkan melalui perpipaan yang selanjutnya dialirkan menuju IPAL Domestik yang
berlokasi di Pulau Brayan Bengkel, yang biasa disebut IPAL Cemara. Dalam Rencana
Induk (Masterplan) Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Medan daerah pelayanan
dibagi atas 3 (tiga) tahap:
• Tahap I dengan luas area pelayaan 520 Ha (168.000 penduduk)
• Tahap II dengan luas area pelayanan 480 Ha (91.000 penduduk)
• Tahap III dengan luas area pelayanan 1.200 Ha (313.700)
Tetapi sampai saat ini baru Tahap I yang selesai dibangun dengan luas area 492 Ha (95%
dari rencana awal), dan dibagi dalam beberapa zona pelayanan (zona I s/d dengan zona
VIII). Selain Kota Medan, sistem oofside ini juga melayani air limbah domestik dari
Perumahan Cemara Asri Medan dengan luas area 75 Ha, yang dibagi dalam 4 zona (zona
XV s/d zona XVIII).
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
543−54
IPAL Cemara ini menggunakan sistem pengolahan UASB (Upflow Anaerobic Sludge
Blanked) dengan kapasitas pengolahannya adalah 10.000 m3/hari dengan 1 UASB. Pada
Rencana Masterplan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Medan, direncanakan
kapasitas olahannya adalah 30.000 m3/hari dengan 3 UASB. Jumlah pelanggan yang sudah
terlayani sistem offsite sampai tahun 2006 ini ± 15.000 sambungan pipa air limbah.
Sehingga tingkat pelayanan sistem pengelolaan air limbah domestik yang menggunakan
sistem offsite baru mencapai ± 4% dari jumlah penduduk kota.
Jaringan pipa air limbah terdiri dari pipa PVC dan RCP mulai dari diameter 150 mm s/d
1300 mm yang mengalir secara gravitasi. Kedalaman perletakan pipa mulai dari
kedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah hingga 9 meter dari permukaan tanah.
Untuk menghindari kedalaman pipa yang lebih dalam digunakan lift pump untuk
menaikkan elevasi air ke level 1,5 meter dan kemudian mengalirkannya secara gravitasi
menuju down stream. Panjang pipa air limbah yang telah terpasang 130.080 meter.
Sedangkan lift pump station yang digunakan terdiri dari 5 unit yaitu:
• Lift pump station Jl. Laksana (kapasitas 42l/detik)
• Lift pump station Jl. Sutrisno (kapasitas 42l/detik)
• Lift pump station Jl. Waja (kapasitas 42l/detik)
• Lift pump station Jl. Serdang (kapasitas 42l/detik)
• Lift pump station IPAL Cemara (kapasitas 42l/detik)
(ii) Sistem Penanganan Air Limbah Industri
Sistem penyaluran air limbah industri yang ada di Kota Medan, baik yang ada di Kawasan
Industri Medan (KIM) maupun yang diluar itu diharuskan melalui proses pengolahan di IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri) sebelum dialirkan ke badan air penerima/sungai
terdekat.
3.5.3.4 Sistem Persampahan
Sistem pelayanan persampahan di Kota Medan terdiri dari 3 tindak yaitu :
1. Untuk wilayah inti kota dilayani 100% dengan sistem door to door dengan menggunakan
compactor
2. Untuk wilayah luar inti kota dengan sistem door to door melalui sarana pemindahan
transfer depo
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
553−55
3. Untuk wilayah pinggir kota dengan sistem komunal melalui sarana container
Berdasarkan Profil Dinas Kebersihan Kota Medan Tahun 2006 diketahui kondisi eksisting
prasarana persampahan Kota Medan yaitu:
1. Total Sampah yang dapat diangkut setiap hari adalah 3.390 m3, sedangkan yang tidak
terangkut sebesar 293 m3, diangkut 2 hari sekali atau 3 hari sekali.
2. Jumlah fasilitas pendukung yang ada:
• Becak sampah sebanyak : 661 unit
• Road sweeper sebanyak : 5 unit
• Compactor truck 16 m3 sebanyak : 30 unit
• Dump truck 8 m3 sebanyak : 18 unit
• Armroll truck 6 m3 sebanyak : 3 unit
• Armroll truck 10 m3 sebanyak : 15 unit
• Tipper Truck 8 m3 sebanyak : 3 unit
• Tipper Truck 6 m3 sebanyak : 86 unit
• Bulldozer sebanyak : 3 unit
• Excavator sebanyak : 1 unit
• Wheel Loader sebanyak : 3 unit
• Bon Cat sebanyak : 2 unit
3. Data pengoperasian TPA Nambo Bintang sampai saat ini:
• Luas : 176,392 m2
• Mulai beroperasi : 1987
• Jarak dengan permukiman terdekat : 500 m
• Jarak dari pusat kota ke TPA : 15 km
• Topografi : lembah
• Sistem Pengolahan : open dumping
• Kondisi tanah : tanah liat
• Jarak dari Bandara Polonia : 10 km
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
563−56
4. Data pengoperasian TPA Terjun sampai saat ini:
• Luas : 137.563 m2
• Mulai beroperasi : 1993
• Jarak dengan permukiman terdekat : 500 m
• Jarak dari pusat kota ke TPA : 14 km
• Topografi : Relatif Datar
• Sistem Pengolahan : open dumping
• Kondisi tanah : tanah lempung dan liat
• Jarak dari Bandara Polonia : 14 km
A. Manajemen Persampahan (Management Waste)
Manajemen persampahan (Management Waste) meliputi kegiatan :
1. Pewadahan
2. Pengumpulan
3. Pengangkutan
4. Pembuangan Akhir
5. Pengelolaan Sampah
Uraian dari masing-masing tahapan kegiatan persampahan adalah sebagai berikut:
1. Pewadahan
Pola individual : setiap rumah/bangunan memiliki pewadahan sampahnya
masing-masing
Pada tahap ini Kepala Lingkungan bertanggungjawab menghimbau dan mensosialisasikan
penggunaan pewadahan sampah kepada masyarakat di lingkungannya.
2. Pengumpulan
• Pola Individual Langsung : proses pengumpulan sampah secara langsung
(house to house collection) dengan truck sampah
compactor atau tipper dan kemudian dibuang ke
TPA
• Pola Individual Tidak Langsung : proses pengumpulan sampah dengan menggunakan
becak/gerobak sampah dan kemudian dipindahkan/
ditempatkan ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS).
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
573−57
Pada tahap ini Lurah bertanggung jawab melakukan sosialisasi jadwal waktu
pembuangan/pengumpulan smapah dan memelihara kebersihan TPS. Dalam
melaksanakan tanggung jawab tersebut, kepala Lurah diserahkan pengendalian Melati
(penyapu jalan) dan Bestari (petugas becak sampah).
3. Pengangkutan
• Pola langsung : proses pengangkutan sampah dengan mempergunakan
compactor atau tipper secara langsung dari sumber sampah
dan kemudian diangkut langsung ke TPA.
• Pola tidak langsung : proses pengangkutan sampah dengan mempergunakan arm
roll truck dengan cara mengangkut sampah yang telah
bertumpuk di TPS dan kemudian diangkut ke TPA.
Pada tahap ini camat aktif melakukan koordinasi dengan Lurah dan Dinas Kebersihan
tentang jadwal waktu pengangkutan sampah ke TPS. Dalam melaksanakan tanggung
jawab tersebut kepada Camat diserahkan pengendalian truck sampah berkoordinasi
dengan Dinas Kebersihan Kota Medan.
4. Pembuangan Akhir
Merupakan kegiatan operasional pembuangan sampah tahap akhir, dimana sampah
diamankan di suatu tempat agar tidak menimbulkan gangguan terhadap kualitas
lingkungan di sekitarnya.
Adapun metode pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan di lokasi
TPA adalah metode open dumping yaitu sampah yang masuk ke TPA tanpa melalui
proses tertentu langsung diserakkan/dipaparkan di lokasi TPA. Sebelum dilakukan
pembuangan/pemaparan sampah terlebih dahulu lokasi TPA yang ada dibagi dalam
beberapa zona agar pembuangan/pemaparan sampah menjadi teratur, misalnya sampah
yang masuk ke TPA dipaparkan/ditimbun di satu zona tertentu, apabila zona tersebut
penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona yang baru,
demikian seterusnya.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
583−58
B. Sumber dan Komposisi Sampah
• Sumber sampah, antara lain:
- Rumah tangga
- Komplek perumahan
- Perguruan tinggi/sekolah
- Perkantoran
- Plaza
- Hotel
- Rumah sakit
- Rumah makan/restiran
- Pabrik/industri
- Pasar-pasar
- Jalan umum
- Fasilitas umum
- Terminal
- Stasiun kereta api
- Taman
- Tempat hiburan
- Halte
- dll
• Komposisi sampah
Tabel III.23 Klasifikasi Sampah di Wilayah Perencanaan
No Klasifikasi Komposisi Sampah Persentase (%) 1 Sampah Organik - Daun-daunan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
603−60
E. Personil dan Peralatan pada Operasionalisasi
Tabel III.24 Personil dan Peralatan Operasionalisasi Dinas Kebersihan
di Wilayah Perencanaan Personil Peralatan No Kecamatan/
Kelurahan a b c d e f g h i j I Kec Medan Petisah 8 13 4 4 8 0 0 Kel Petisah Tengah 2 20 22 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sekip 1 11 5 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sei Putih Timur I 1 4 1 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sei Putih Timur II 1 6 2 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sei Putih Tengah 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sei Putih Barat 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sei Sikambing 1 8 7 0 0 0 0 0 0 0 Sub Jumlah 8 54 40 8 13 4 4 8 0 0 II Kec Medan Baru 6 9 4 2 3 0 0 Kel darat 1 3 6 0 0 0 0 0 0 0 Kel Titi Rante 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 Kel Petisah Hulu 1 6 6 0 0 0 0 0 0 0 Kel Merdeka 1 7 6 0 0 0 0 0 0 0 Kel Babura 1 10 5 0 0 0 0 0 0 0 Kel Padang Bulan 1 7 5 0 0 0 0 0 0 0 Sub Jumlah 6 37 31 6 9 4 2 3 0 0 III Kec Medan Maimun 3 9 3 0 0 0 0 Kel Kampung Baru 1 3 4 0 0 0 0 0 0 0 Kel Aur 1 8 6 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sei Mati 1 3 3 0 0 0 0 0 0 0 Kel Jati 1 8 7 0 0 0 0 0 0 0 Kel Sukaraja 1 6 3 0 0 0 0 0 0 0 Kel Hamdan 1 5 4 0 0 0 0 0 0 0 IV Kec Medan Polonia*) V Kec Medan Barat*) Sub Jumlah 6 33 27 3 9 3 0 0 0 0 Jumlah 20 124 98 17 31 11 6 11 0 0 Keterangan: *) : tidak ada data a. Mandor b. Bestari c. Melati d. Suoir
e. Kenek f. Typer Truck g. Arm Roll Truck h. Bak Kontiber i. Kereta Sorong j. Becak Sampah
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
613−61
F. Pengoperasian Dump Truck di Wilayah Perencanaan
Total 395.380 966.387 Sumber: RTRW Kota Medan 2006-2016
Dari tabel di atas diketahui bahwa total pelanggan listrik PLN sampai tahun 2004 di Kota
Medan adalah 395.380 unit sambungan dengan total konsumsi listrik sebesar 966.387 KVA.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
633−63
3.5.3.6 Jaringan Telekomunikasi
Saat ini penyediaan jaringan telepon (dalam bentuk SST) oleh PT Telkom sudah menjangkau
daerah-daerah perdesaan di Kota Medan. Berdasarkan perkiraan dalam rencana tata ruang
wilayah Kot Medan, kebutuhan masyarakat pada tahun-tahun mendatang terhadap prasarana
komunikasi masih sangat besar. Sehingga dana yang perlu dipersiapkan untuk
pengembangannya juga cukup besar. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi selain
kabel (SST), seperti telepon selular yaitu dengan mendirikan BTS dari berbagai provider
mungkindapat membantu menambah variasi/pilihan bagi masyarakat dan dapat menjadi salah
satu potensi penarik pendatang/wisatawan.
3.6 ASPEK TATA BANGUNAN
3.6.1 Aspek Perpetakan
Perhitungan KDB
Koefisien Dasar Bangunan pada dasarnya diperoleh dari perhitungan kebutuhan akan ruang
terbuka hijau, yang mana ditunjukan oleh Koefisien Dasar Hijau (KDH). Koefisien Dasar
Hijau ditentukan oleh kebutuhan akan infiltrasi air pada sebidang lahan, yang setara dengan
besaran ruang terbuka.
Ruang Terbuka (%) =
dimana Iinf adalah Indeks Infiltrasi
Qinf adalah Kemampuan Infiltrasi
Ruang tertutup atau besaran tutupan lahan (%) = 100% - ruang terbuka(%)
KDB atau besaran tutupan lahan mengandung komponen-komponen :
- Lantai dasar gedung
- Akses dari jalan menuju gedung (jalan dalam kavling)
- Perkerasan lainnya seperti plaza, tempat parkir (carport), teras, setapak, pelataran
dan sebagainya
Iinf Qinf/Ha
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
643−64
Gambar 3.17 Ilustrasi KDB (Tutupan Lahan)
Namun demikian, KDB di kawasan perdagangan atau komersial dapat melebihi perhitungan
KDB rata-rata yang berlaku di suatu kawasan dengan tetap memperhatikan persyaratan garis
sempadan dan keamanan terhadap bahaya kebakaran. Pada kawasan perdagangan yang
berkepadatan tinggi, luas tutupan lahan dapat mencapai 70-80%. Pada kasus di kawasan pusat
kota yang sudah terlalu padat, peraturan tata bangunan dapat memperbolehkan KDB untuk
perdagangan hingga 100%, selama memperhatikan syarat-syarat keamanan dan keselamatan
bangunan, serta terdapat area-area terbuka di sekitarnya. Dan sebaliknya, pada kawasan-
kawasan yang berkepadatan rendah, besaran lantai dasar bangunan (1 lantai) dapat dibatasi
hingga 20% , sehingga sebagian besar area tutupan dapat dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan parkir.
Dengan pertimbangan diatas untuk
mencapai tingkat infiltrasi air yang
diperlukan di suatu wilayah atau
kawasan, Peraturan KDB perlu
dibedakan antara KDB Kavling (atau
tapak), KDB blok, dan KDB kawasan,
dimana semakin kecil area
perencanaan akan semakin ketat peraturannya dan semakin besar area perencanaan, maka
akan semakin luwes ketentuannya. Namun demikian, KDB kawasan akan menentukan
penetapan KDB Blok dan seterusnya.
Blok
Kawasan
Kavling
Taman
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
653−65
Disamping itu, Penentuan KDB kawasan berkorelasi dengan penentuan kepadatan bangunan,
yang mana dapat dibedakan atas :
- Kepadatan sangat tinggi
- Kepadatan tinggi
- Kepadatan sedang
- Kepadatan rendah
- Kepadatan sangat rendah
Untuk wilayah perencanaan, penggunaan faktor infiltrasi dalam penentuan KDB kurang
sesuai karena sebagian besar guna lahan wilayah perencanaan saat ini merupakan wilayah
terbangun. Oleh karena itu, perhitungan yang digunakan dalam penentuan KDB di wilayah
perencanaan ini menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
• KDB maks : Koefisien Dasar Bangunan yang diperkenankan untuk suatu lokasi
• FPs : Faktor penyesuaian lokasi lahan terhadap sistem pusat pelayanan
• FJl : Faktor penyesuaian lokasi lahan terhadap hirarki jalan
• FLk : Faktor penyesuaian luas blok peruntukkan/unit lingkungan
• FFb : Faktor penyesuaian fungsi dominan pada blok peruntukkan/unit
lingkungan
• FKl : Faktor penyesuaian kelerengan lahan
Dalam menentukan faktor penyesuaian dalam perhitungan KDB, terdapat beberapa kriteria
yang digunakan, antara lain: lokasi terhadap pusat pelayanan, baik pusat primer, sekunder,
maupun pusat tersier. Selain itu perlu diperhitungkan lokasi penentuan KDB terhadap
hirarki jalan, luas blok , fungsi bangunan yang dominan dalam blok tersebut, kelerengan
lahan, serta tinggi bangunan yang dihitung berdasarkan jumlah lantai. Dalam perhitungan
matematisnya, penggunaan kriteria-kriteria tersebut harus disesuaikan dengan faktor pengali
berdasarkan subkriteria yang sesuai dengan lokasi blok yang akan dihitung KDB-nya. Secara
rinci akan diuraikan sebagai berikut.
• Kriteria lokasi lahan terhadap sistem pusat pelayanan, mempunyai faktor
penyesuaian antara lain:
KDB maks = 100% x FPs x FJl x FLk x FFb x FKl
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
663−66
Tabel III.26 Faktor Penyesuaian Lahan terhadap Pusat Kota No Lokasi terhadap Pusat
Pelayanan Faktor
Penyesuaian 1 Pusat Primer 1,00 2 Pusat Sekunder 0,95 3 Pusat Tersier 0,90 4 Radius 1000 m dari Pusat Primer 0,95 5 Radius 2000 m dari Pusat Primer 0,90 6 Radius 3000 m dari Pusat Primer 0,85 7 Radius 1000 m dari Pusat Sekunder 0,90 8 Radius 2000 m dari Pusat Sekunder 0,85 9 Radius 1000 m dari Pusat Tersier 0,85 10 Radius 2000 m dari Pusat Tersier 0,80
• Kriteria lokasi lahan terhadap hirarki jalan, mempunyai faktor penyesuaian antara
lain:
Tabel III.27 Faktor Penyesuaian Lahan terhadap Hirarki Jalan
No Lokasi terhadap Hirarki Jalan
Faktor Penyesuaian
1 Arteri Primer 0,85 2 Kolektor Primer 0,90 3 Arteri Sekunder 1,00 4 Kolektor
Sekunder 0,95
5 Lokal Sekunder 0,90 6 Lingkungan 0,80
• Faktor penyesuaian untuk kriteria luas unit lingkungan yaitu:
Tabel III.28 Faktor Penyesuaian Lahan terhadap Unit Lingkungan
No Lokasi terhadap Luas/ Skala Unit
Lingkungan
Faktor Penyesuaian
1 Blok Besar 0,60 2 Blok Sedang 0,70 3 Blok Kecil 0,80
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
673−67
• Faktor penyesuaian untuk kriteria fungsi dominan pada unit lingkungan, yaitu:
Tabel III.29 Faktor Penyesuaian Lahan terhadap Fungsi Dominan
No Fungsi Dominan Faktor Penyesuaian
1 Perumahan 0,70 2 Perdagangan 0,90 3 Jasa 0,85 4 Pemerintahan 0,70 5 Fasilitas Umum 0,80 6 Fasilitas Sosial 0,80 7 Militer 0,70 8 Industri 0,75
• Faktor penyesuaian kelerengan lahan, yaitu:
Tabel III.30 Faktor Penyesuaian Lahan terhadap Tingkat Kelerengan
6) Melakukan pengendalian pengawasan dan pembinaan terhadap mitra kerja serta
meningkatkan peran serta masyarakat dibidang pertanahan;
7) Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;
8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah
13. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral
• Tugas Pokok : Dinas Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan
rumah tangga daerah dalam bidang lingkungan hidup, energi dan
sumber daya mineral serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai
dengan bidang tugasnya.
• Fungsi :
1) Merumuskan kebijakan teknis dalam lingkup pengelolaan lingkungan hidup,
energi dan sumber daya mineral;
2) Menyusun pola dasar pembangunan daerah yang terdiri dari pola umum
pembangunan daerah jangka panjang dan pola pembangunan lima tahun;
3) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) bersama-
sama tim penyusun anggaran Pemerintah Kota Medan dan berkoordinasi dengan
unit organisasi terkait;
4) Mengikuti perkembangan dan mempersiapkan rencana pembangunan untuk
penyempurnaan perencanaan lebih lanjut;
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
853−85
5) Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;
6) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
14. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
• Tugas Pokok : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas
membantu Kepala Daerah dalam menentukan kebijakan dibidang
perencanaan pembangunan daerah serta penilaian atas
pelaksanaannya.
• Fungsi :
1) Merumuskan kebijakan teknis dalam lingkup perencanaan pembangunan daerah;
2) Menyusun pola dasar pembangunan daerah yang terdiri dari pola umum
pembangunan daerah jangka panjang dan pola pembangunan lima tahun;
3) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) bersama-
sama tim penyusun anggaran Pemerintah Kota Medan dan berkoordinasi dengan
unit organisasi terkait;
4) Mengikuti perkembangan dan mempersiapkan rencana pembangunan untuk
penyempurnaan perencanaan lebih lanjut;
5) Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;
6) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
15. Kantor Penanaman Modal Daerah
• Tugas Pokok : Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan mempunyai tugas
melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang penanaman
modal daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan
bidang tugasnya.
• Fungsi :
1) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang penanaman modal;
2) Menyusun rencana dibidang penanaman modal serta mengidentifikasi sumber-
sumber potensi daerah untuk kepentingan perencanaan penanaman modal
daerah, pemberian pelayanan konsultasi investasi yang berkaitan dengan kegiatan
pelayanan perizinan, kemudahan infrastruktur dan kerjasama investasi;
3) Merumuskan dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di bidang pengembangan
investasi;
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
863−86
4) Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;
5) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
3.7.2 Mekanisme dan Prosedur Perijinan dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
Bagian ini akan membahas jenis perijinan dan instansi yang berwenang mengeluarkannya,
proses prosedur serta persoalan perijinan di Kota Medan. Perijinan yang dikenakan pada
kegiatan dan pembangunan di Kota Medan terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu:
1. Izin Undang-Undang Gangguan (UUG)/HO
2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
3. Keterangan Rencana Peruntukan (KRP)
4. S I U P
5. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
6. Izin Industri
7. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
8. Izin Usaha Perfilman
9. Izin Reklame
Masing-masing izin tersebut melibatkan mekanisme dan instansi yang berbeda-beda, seperti
yang akan diuraikan berikut ini.
1. Perda No. 16 Tahun 1998 tentang Izin Undang-Undang Gangguan
(UUG)/HO
Izin Undang-Undang Dasar merupakan ijin dasar dalam mendirikan bangunan yang
berpotensi menimbulkan gangguan pada lingkungan sekitarnya.
Tabel III.32 Izin Undang-Undang Gangguan
No Identifikasi Keterangan
1 Masa Berlaku 5 (lima) tahun 2 Diproses pada Bagian Hub. Antar Kota dan Daerah Setda Kota Medan 3 Persyaratan Bukan Perusahaan Industri:
1. Foto Copy KTP pemilik / pengusaha. 2. Pas photo ukuran 3 x 4 sebanyak 3 (tiga) lembar. 3. Surat Keterangan domisili dari Lurah Setempat. 4. Foto Copy Akte pendirian perusahaan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
873−87
No Identifikasi Keterangan 5. Status tempat (sewa / milik sendiri) 6. Bukti Pembayaran PBB tahun terakhir 7. Surat Keterangan fiskal. 8. Surat keterangan pemeriksaan kesehatan. Untuk Usaha harus mendapat: 1.Surat pernyataan tidak keberatan tetangga setempat. 2.Rekomendasi Camat Setempat. 3.Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Kota Medan.
4 Lama waktu yang dibutuhkan
7 (tujuh) hari
5 Biaya Retribusi Perhitungan Retribusi Izin UUG Bukan Industri : " Tarif lingkungan (TL) x Index Lokasi (IL) x Index Gangguan (IG) x Luas Tempat Usaha (LTU) x Index Luas Bangunan (ILB) x Index Jenis Usaha (IJU) x Index jenis Bangunan (IJB) x Rp. 25.000,- (bagi usaha yang berbadan Hukum) "
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
Gambar 3.20 Skema Prosedur Penerbitan Izin Undang-Undang Gangguan (HO)
2. Perda No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Dasar dalam pengaturan tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yakni:
• Peraturan Daerah Kota Medan No. 35 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.
• Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan
Bangunan. Pelaksanaan Perda tersebut diatur melalui Keputusan Walikota Medan
No. 34 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Perda No. 9/2002 dan Keputusan Walikota
Medan No. 62 Tahun 2002 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kota Medan No. 9 Tahun 2002.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
883−88
IMB adalah Surat Izin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan oleh Dinas Tata Kota dan Tata
Bangunan yang wajib dimiliki oleh pemohon untuk mendirikan bangunan di dalam wilayah
administratif Kota Medan. Izin Mendirikan Bangunan diberikan dengan tujuan penataan
bangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang kota. IMB dibuat berdasarkan rencana kota
dan memuat penjelasan mengenai:
o Bentuk dan ukuran persil
o Alamat persil
o Jalan dan rencana jalan di sekeliling persil
o Penggunaan bangunan dan jumlah lantai
o Peruntukan tanah diatas persil
o Garis-garis sempadan
o Arah mata angin
o Skala gambar
o Tanah yang dikosongkan untuk rencana jalan dan sarana utilitas umum lainnya
o Biaya retribusi KRP
Tabel III.33 Izin Mendirikan Bangunan
No Identifikasi Keterangan 1 Masa Berlaku 6 (enam) bulan 2 Diproses pada Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan 3 Persyaratan Persyaratan Administrasi:
1. Pengisian Formulir Surat Permohonan IMB. 2. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku. 3. Fotocopy SPPT dan Pelunasan PBB tahun terakhir. 4. Fotocopy Hak Atas Tanah yang telah dilegalisir oleh pejabat
yang berwenang, antara lain : o Fotocopy Sertifikat yang dilegalisir oleh BPN
ataupun Notaris. o Fotocopy Akta Jual Beli dari Notaris/Camat
Akta yang dikeluarkan oleh Notaris dilegalisir oleh Notaris. Akta yang dikeluarkan oleh Camat dilegalisir oleh Camat.
o Asli Surat Tidak Silang Sengketa. yang dikeluarkan oleh Lurah dan diketahui oleh Camat setempat; bagi surat tanah yang bukan Sertifikat dan SK Camat.
o Asli Rekomendasi dari Bank bagi tanah yang sedang diagunkan.
5. Rekomendasi dari Instansi terkait untuk pembangunan tempat ibadah, tempat persemayaman mayat, galon (SPBU), dan pendidikan.
6. Asli Surat Kuasa, AKTE perusahaan, surat keputusan instansi,
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
893−89
No Identifikasi Keterangan bagi pemohon yang bukan pemilik tanah (atas nama pemilik tanah).
Persyaratan Teknis: 1. Gambar Rencana Bangunan rangkap 3 :
o Denah / Site Plan o Tampak (depan dan samping) o Potongan (memanjang dan melintang) o Gambar Konstruksi (pondasi, sloop, kolom, balok,
lantai, tangga, rencana atap/kap, kecuali untuk bangunan rumah tempat tinggal 1 (satu) lantai.
o Sumur peresapan, septic tank, dan bak kontrol. o Untuk Bangunan Pagar (Denah, Tampak Potongan
dan Situasi) 2. Perhitungan konstruksi yang dibuat oleh konsultan dan
ditandatangani oleh perencana, bagi bangunan dengan : o Bentangan balok lebih dari 6 (enam) meter. o Ketinggian 2 (dua) lantai atau lebih bagi bangunan
yang digunakan untuk kepentingan umum. o Ketinggian bangunan lebih dari 3 (tiga) lantai. o Konstruksi baja atau kayu yang bentangnya lebih dari
12 meter. o Konstruksi baja atau kayu yang ketinggian tiangnya
lebih dari 6 (enam) meter perlantai. 3. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk bangunan
Tower/Menara, Tanki, Gapura/Tugu dan Cerobong asap, serta renovasi bangunan.
4 Lama waktu yang dibutuhkan
16 hari kerja
5 Biaya Retribusi Jenis Pengukuran Besar Tarif
a Luas tanah s/d 100 m ² Rp. 30.000,-
b Luas tanah > 100 m ² s/d 500 m ² Rp. 40.000,-
c Luas tanah > 500 m ² s/d 1000 m ² Rp. 60.000,-
d Luas tanah > 1000 m ² s/d 2000 m ² Rp. 80.000,-
e Luas tanah > 2000 m ² s/d 3000 m ² Rp. 100.000,-
f Luas tanah > 3000 m ² s/d 4000 m ² Rp. 120.000,-
g Luas tanah > 4000 m ² s/d 5000 m ² Rp. 140.000,-
h Luas tanah > 5000 m ², setiap kelebihan s/d 1000 m ² dikenakan tambahan sebesar Rp. 150.000,-
6 Penolakan
Permohonan IMB 1. Tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. 2. Bertentangan dengan rencana kota.
o Bangunan yang direncakan tidak sesuai dengan peruntukan tanah pada lokasi dimaksud.
o Diatas persil dimohon terdapat rencana jalan / pelebaran sehingga sisa luas tanah tidak dapat dibangun sesuai dengan persyaratan peruntukan.
o Bangunan yang dimohon tidak sesuai ketentuan teknis lainnya.
3. Mengganggu dan mengakibatkan kerusakan terhadap kelestarian, keserasian dan keseimbangan lingkungan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
903−90
No Identifikasi Keterangan 4. Bertentangan dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
7 Penandatanganan IMB
• Luas Bangunan < 200 m² ditandatangani oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan.
• Luas Bangunan > 200 m² ditandatangani oleh Walikota Medan.
8 Ketentuan Lain • IMB dicabut apabila melanggar ketentuan izin yang diberikan
atau dikemudian hari diketahui bahwa salah satu atau beberapa syarat-syarat untuk memperoleh izin mendirikan bangunan dimaksud tidak benar keabsahannya.
• Pekerjaan mendirikan bangunan dapat dimulaai setelah IMB diberikan oleh Kepala Daerah. Apabila pekerjaan mendirikan bangunan tidak dimulai setelah 6 (enam) bulan sejak izin diterbitkan tanpa alasan yang dapat diterima Kepala Daerah, maka izin dapat dicabut.
• Bangunan dapat dibongkar, apabila : o Pelaksanaan mendirikan bangunan bertentangan,
tidak sesuai atau menyimpang dari izin yang telah diberikan.
o Pelaksanaan mendirikan bangunan tidak memiliki izin.
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
Gambar 3.21 Proses Pengurusan IMB
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
913−91
3. Keterangan Rencana Peruntukan (KRP)
KRP adalah surat keterangan yang menyatakan informasi mengenai rencana peruntukan/
penggunaan atas suatu persil tanah. KRP berguna untuk:
a. Mengetahui rencana peruntukan/penggunaan tanah pada suatu persil sesuai rencana
kota.
b. Pertimbangan di dalam pembelian atau mensertifikatkan tanah sehingga luas tanah yang
akan diberikan atas haknya sesuai dengan rencana kota.
c. Sebagai syarat permohonan IMB pembangunan pagar.
KRP dibuat berdasarkan rencana kota dan memuat penjelasan mengenai:
a. Bentuk dan ukuran persil
b. Alamat persil
c. Jalan dan rencana jalan di sekeliling persil
d. Peruntukan tanah diatas persil
e. Garis-garis sempadan
f. Arah mata angin
g. Skala gambar
h. Tanah yang dikosongkan untuk rencana jalan dan sarana utilitas umum lainnya
i. Biaya retribusi KRP
Dasar pengeluaran surat keterangan rencana peruntukan:
• Peraturan Daerah Kota Medan No. 35 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.
• Peraturan Daerah Kota Medan No. 17 Tahun 2002 tentang Peruntukan Penggunaan
Tanah. Pelaksanaan Perda tersebut diatur melalui Keputusan Walikota Medan No.
41 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Perda No. 17/2002 dan Keputusan Walikota
Medan No. 61 Tahun 2002 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kota Medan No. 17 Tahun 2002.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
923−92
Tabel III.34 Keterangan Rencana Peruntukan
No Identifikasi Keterangan
1 Masa Berlaku 2 Diproses pada Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan 3 Persyaratan Awal 1. Keterangan Rencana Peruntukan (KRP)
2. Peta-peta kota 3. IMB (diberikan dalam bentuk lampiran Gambar Situasi) 4. Informasi secara lisan (informal) di Kantor Dinas
4 Persyaratan o 1 (satu) foto copy Surat Tanah, Surat jual Beli, dll Fotocopy sertifikat yang dilegalisir oleh BPN/Notaris Fotocopy akta jual beli dari Notaris/Camat
1. Akta yang dikeluarkan Notaris dilegalisir oleh Notaris. 2. Akta yang dikeluarkan Camat dilegalisir oleh Camat.
o 1 (satu) lembar foto copy KTP permohonan yang masih berlaku. o 1 (satu) lembar foto copy SPPT pelunasan PBB tahun terakhir
dengan menunjukkan aslinya. o 1 (satu) lembar foto copy pelunasan SPPT tahun terakhir o Map berwarna biru 1 (satu) buah
5 Lama waktu yang dibutuhkan
16 hari kerja
6 Biaya Retribusi 1. Sebelum penyerahan KRP, pemohon wajib membayar retribusi ke Kas Pemda Medan melalui Bendarahawan Penerima Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan.
2. Besarnya retribusi KRP yang harus dibayar pemohon ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No.17 Tahun 2002. Jumlah retribusi mengikuti ketentuan sebagai berikut :
Retribusi KRP = 0,0015 x NJOP x Luas Tanah NJOP = Nilai Jual Obyek Pajak per m² pada PBB Luas Tanah = Luas tanah yang dimohonkan sesuai surat
7 Penolakan Permohonan KRP
Suatu permohonan KRP ditolak jika : 1. Bertentangan dengan rencana kita. 2. Menganggu dan mengakibatkan kerusakan terhadap
kelestarian, keserasian dan keseimbangan lingkungan. 3. Tidak sesuai persyaratan permohonan. 4. Luas persil tanah dimohon tidak sesuai peruntukannya. 5. Diatas persil dimohon terdapat rencana jalan/pelebaran
sehingga sisa luas tanah tidak sesuai dengan peruntukannya. 6. Persil tanah dimohon berada di atas rencana peruntukan
taman.
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
933−93
Gambar 3.22 Proses Pengurusan KRP
4. SK Menperindag RI No: 289/MPP/Kep/10/2001 tentang Prosedur Surat Izin
Usaha Perdagangan (S I U P)
Dasar dalam penyusunan SIUP Kota Medan yakni:
• Peraturan Daerah Kota Medan No. 35 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.
• Peraturan daerah No. 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri,
Perdagangan, Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan.
Tabel III.35 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
No Identifikasi Keterangan
1 Masa Berlaku selama perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan.
2 Diproses pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan 4 Persyaratan Perusahaan Yang Berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
1. Foto Copy Akte Notaris Pendirian Perusahaan 2. Foto Copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari
Menteri Kehakiman dan HAM RI. 3. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Direktur
Utama/Direktur, Komisaris/Komisaris Utama Perusahaan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
943−94
No Identifikasi Keterangan 4. Foto Copy NPWP Perusahaan 5. Foto Copy HO Non Industri bagi kegiatan usaha perdagangan
yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Gangguan (HO)
6. Pas Photo Penanggung Jawab Perusahaan 3 x 4 sebanyak 2 lembar berwarna
7. Neraca Awal Perusahaan Perusahaan Berbentuk Koperasi
1. Foto Copy Akte Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan Pengesahan dari Instansi berwenang
2. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pimpinan/Penanggung Jawab Koperasi
3. Foto Copy NPWP Perusahaan 4. Foto Copy HO Non Industri bagi kegiatan usaha perdagangan
yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Gangguan (HO)
5. Neraca Awal Perusahaan 6. Pas Photo Penanggung Jawab Perusahaan 3 x 4 sebanyak 2
lembar berwarna Perusahaan Persekutuan (CV dan Fa)
1. Foto Copy Akte Pendirian Perusahaan/Akte Notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri
2. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik/Penanggung Jawab Perusahaan
3. Foto Copy NPWP Perusahaan 4. Foto Copy HO Non Industri bagi kegiatan usaha perdagangan
yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Gangguan (HO)
5. Neraca Awal Perusahaan 6. Pas Photo Penanggung Jawab Perusahaan 3 x 4 sebanyak 2
lembar berwarna Perusahaan Perorangan
1. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik/Penanggung Jawab Perusahaan
2. Foto Copy NPWP Perusahaan 3. Foto Copy HO Non Industri bagi kegiatan usaha perdagangan
yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Gangguan (HO)
4. Neraca Awal Perusahaan 5. Pas Photo Penanggung Jawab Perusahaan 3 x 4 sebanyak 2
lembar berwarna Pembukaan Cabang / Perwakilan Perusahaan
1. Foto Copy SIUP Perusahaan Pusat yang telah dilegalisir sebanyak 3 lembar
2. Foto Copy Akta Pendirian Perusahaan Kantor Pusat 3. Foto Copy Akte Notaris atau bukti lainnya tentang
pembukaan Kantor Cabang Perusahaan 4. Foto Copy Pengesahan Badan hukum bagi Perseroan
Terbatas
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
953−95
No Identifikasi Keterangan 5. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggung Jawab
Kantor Cabang Perusahaan di tempat kedudukan Kantor Cabang Perusahaan.
6. Copy Tanda Daftar Perusahaan (Kantor Pusat) 7. Foto Copy HO Non Industri bagi kegiatan usaha perdagangan
yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Gangguan (HO)
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
Gambar 3.23 Skema Prosedur Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
963−96
5. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
Tabel III.36 Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
No Identifikasi Keterangan
1 Masa Berlaku 2 Diproses pada Bagian Bina Pogram Setda Kota Medan Kantor Walikota Medan 4 Persyaratan 1. Mengisi formulir permohonan IUJK
2. Akte Pendirian Perusahaan 3. Fotocopy KTP Direktur dan Komisaris pada Akte Perusahaan 4. SKITU (H.O) 5. NPWP 6. Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang diregistrasi LPJK-D 7. Phasfoto Direktur terbaru dan berwarna uk. 3x4 cm, 2 (dua) lembar 8. Fotocopy ijazah Tenaga Teknik (Tenaga Ahli) yang dilegalisir 9. Phasfoto Tenaga Teknik (Tenaga Ahli) terbaru dan berwarna uk. 2x3 cm, 2 lembar 10. Fotocopy KTP Tenaga Teknik (Tenaga Ahli)
5 Lama waktu yang
dibutuhkan 7 (tujuh) hari
6 Biaya Retribusi a. K1, K2, K3 = Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah) b. M1, M2 = Rp. 75.000,- (Tujuh puluh lima ribu rupiah) c. B = Rp.100.000,- (Seratus ribu rupiah)
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
Gambar 3.24
Skema Prosedur Penerbitan Izin IUJK
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
973−97
6. Izin Industri
Dasar dalam mengeluarkan izin industri adalah sebagai berikut:
• Peraturan Daerah Kota Medan No. 35 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.
• Peraturan daerah No. 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri,
Perdagangan, Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan.
Tabel III.37 Izin Industri
No Identifikasi Keterangan
1 Masa Berlaku - Selama kegiatan perusahaan masih berjalan/aktif - Selama tidak ada perubahan (nama, alamat, perluasan)
2 Diproses pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan 4 Persyaratan • Foto copy Akta Pendirian Perusahaan (apabila perusahaan
berbadan hukum) • Foto copy HO bagi yang dipersyaratkan berdasarkan
ketentuan Izin Usaha Industri • Foto copy NPWP • Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) (bukti diri lainnya) • Pas photo ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar • Pengisian formulir permohonan
5 Lama waktu yang dibutuhkan
14 hari kerja
6 Biaya Retribusi Retribusi Izin Usaha Industri (IUI) : 1. Perusahaan Industri Kecil
o Nilai Investasi Rp. 5 Juta s/d 50 Juta sebesar Rp. 150.000,- o Nilai Investasi Rp. 50 Juta s/d 200 Juta sebesar Rp.300.000,-
2. Perusahaan Industri Menengah o Nilai Investasi Rp. 200 Juta s/d 2 Milyar sebesar Rp.600.000,- o Nilai Investasi Rp. 2 Milyar s/d 5 Milyar sebesar Rp.900.000,-
3. Perusahaan Industri Besar sebesar Rp. 1.500.000,-
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
7. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
Tabel III.38 Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
No Identifikasi Keterangan
1 Masa Berlaku 1 (satu) tahun 2 Diproses pada Bagian Perekonomian Setda Kota Medan, Kantor Walikota Medan
lantai II 4 Persyaratan 1.Pengisian formulir permohonan
2.Phasfoto uk. 3X4 cm, 2 (dua) lembar
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
983−98
No Identifikasi Keterangan 3.Fotocopy KTP 4.fotocopy Izin tempat Penjualan minuman beralkohol tahun lalu 5.Surat keterangan Fiskal dari Dispenda Kota medan 6.Fotocopy Izin usaha
5 Lama waktu yang dibutuhkan
7 (tujuh) hari
6 Biaya Retribusi a. kawasan Perdagangan/NIaga: 1.Penjualan perbotol : Rp. 350.000,-/tahun 2.Penjualan eceran : Rp. 450.000,-/tahun 3.grosir : Rp. 650.000,-/tahun b. Kawasan pemukiman 1.Penjualan perbotol : Rp. 500.000,-/tahun 2.Penjualan eceran : Rp. 700.000,-/tahun c. Kawasan Perkantoran 1.Penjualan perbotol : Rp. 550.000,-/tahun 2.Penjualan ecerran : Rp. 750.000,-/tahun
7 Ketentuan lain Sesuai dengan SK Walikota Medan No. 188.342/3930/SK/1998 tentaaang Pelaksanaan perdda No. 15 tahun 1998, bahwwa wilayah yang diberikan izinn ini adalah untuk 10 kecamatan: 1.Medan Kota 2.Medan Area 3.Medan Timur 4.Medan Perjuangan 5.Medan Barat 6. Medan Petisah 7. Medan Baru 8. Medan Polonia 9. Medan Maimun 10. Medan Belawan Dengan radius diatas 100 m dari rumah ibadah, sekolah, perkantoran.
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
Gambar 3.25
Skema Prosedur Penerbitan Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
993−99
8. Izin Usaha Perfilman
Dasar hukum yang digunakan dalam pengurusan izin usaha perfilman adalah Perda Nomor
11 Tahun 2002 tentang Retribusi izin Usaha Perfilman. Izin usaha perfilman diproses pada
Dinas Informasi Komunikasi dan Pengelolaan data Elektronik.
Gambar 3.26 Skema Pengurusan Izin Perfilman
9. SK Walikota No. 21 Tahun 2000 dan No. 106 Tahun 2002 tentang Izin
Reklame
Tabel III.39 Izin Reklame
No Identifikasi Keterangan
1 Masa Berlaku 1 (Satu) Tahun 2 Diproses pada Dinas Pertamanan Kota Medan 4 Persyaratan 1. Pengisian Formulir Permohonan
2. Photo Copy KTP 3. Denah Lokasi
5 Lama waktu yang dibutuhkan
7 (tujuh) hari
6 Biaya Retribusi a. Perhitungan Pajak Merek Usaha : Tarif x Luas Ukuran x 25 % + Rp. 2500,- b. Perhitungan Pajak Reklame : ( Tarif + Nilai Strategis ) x 25 % + Rp. 2500,- c. Perhitungan Retribusi ( yang berdiri diatas Tanah Pemko ) : Tarif x Panjang x 365 Hari.
Sumber: web site Kota Medan dan Hasil Analisis, 2007
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
1003−100
Gambar 3.27 Skema Prosedur Penerbitan Izin Penyelenggaraan Reklame
3.7.3 Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dijamin dalam Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
3.7.3.1 Hak dan Kewajiban
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
1. Mengetahui rencana tata ruang;
2. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
3. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
4. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
5. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
6. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan
kerugian.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
1013−101
Dalam penataan ruang, setiap orang wajib:
1. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;
3. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalma persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundnag-
undnagan dinyatakan sebagai milik umum.
3.7.3.2 Sanksi Administratif
Setiap orang yang melanggar kewajiban dalam penataan ruang maka dapat dikenai sanksi
admnistratif, dapat berupa:
1. Peringatan tertulis;
2. Penghentian sementara kegiatan;
3. Penghentian sementara pelayanan umum;
4. Penutupan lokaso
5. Pencabutan izin;
6. Pembatalan izin;
7. Pembongkaran bangunan;
8. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
9. Denda administratif.
3.7.3.3 Peran Masyarakat
Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran
masyarakat, antara lain melalui:
1. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
2. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
3. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang dapat mengajukan gugatan
melalui pengadilan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
1023−102
3.8 MASALAH DAN POTENSI WILAYAH PERENCANAAN
3.8.1 Permasalahan Penataan Ruang Kota Medan
Permasalahan penataan ruang wilayah perencanaan Kota Medan meliputi permasalahan mulai
dari tahap kebijakan penataan ruang yang ada, struktur ruang kawasan, guna lahan serta
sarana dan prasarana perkotaan.
3.8.1.1 Kebijakan Penataan Ruang yang berlaku
Saat ini kebijakan penataan ruang yang berlaku di wilayah perencanaan dan di Kota Medan
pada umumnya adalah Rencana Sub-Sub Wilayah (RSSW) tahun 1979. Melihat dari tahun
pembuatannya maka perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi sejak lahirnya dokumen
perencanaan itu sangat besar sehingga sangat sulit untuk dijadikan acuan dalam pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana tata ruang yang disusun setelah RSSW tahun 1979 belum ada yang ditetapkan
secara resmi sebagai kebijakan pembangunan kota, sehingga tidak dapat dijadikan pedoman
dalam penyusunan rencana rinci selanjutnya.
3.8.1.2 Struktur Ruang
Struktur tata ruang sebuah kota dibangun berdasarkan sistem pelayanan yang efekif dan
efisien untuk perkembangan suatu kota. Secara umum Kota Medan direncanakan
mempunyai 2 pusat inti yaitu Pusat Primer Polonia dan Pusat Primer Belawan. Untuk
mendukung pusat tersebut maka ditetapkan 8 pusat pelayanan sekunder yang melayani 9
Bagian Wilayah Kota (BWK) atau 21 Kecamatan di Kota Medan. Disamping itu untuk setiap
lingkungan maka dibentuk pusat-pusat kegiatan lingkungan dengan kriteria dan kebutuhan
sarana dan prasarana yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya struktur tata ruang harus didukung dengan jaringan jalan yang
melayani pergerakan penduduk dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Jaringan jalan yang
dibangun diklasifikasikan menjadi jaringan jalan arteri, kolektor dan jaringan jalan lokal.
Kriteria teknis klasifikasi jalan ini merupakan ketetapan yang harus dilaksanakan untuk
membentuk struktur tata ruang Kota Medan yang baik.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
1033−103
Sampai saat ini struktur tata ruang Kota Bandung belum dapat dilaksanakan dengan baik yang
diakibatkan berkumpulnya pelayanan pada satu wilayah tertentu. Dalam kasus ini, wilayah
perencanaan memiliki berbagai fasilitas pelayanan yang berskala kota maupun regional. Hal
ini mengakibatkan pergerakan menuju wilayah ini sangat besar, khususnya untuk
memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut.
Permasalahan internal di wilayah perencanaan dimana dukungan untuk memperoleh
pergerakan yang efisien tidak berlangsung dengan baik. Hambatan lalu lintas sebagai efek dari
aktifitas tertentu menjadikan perjalanan menjadi semakin lama. Disamping itu aktifitas di
sepanjang jalan yang menjadi jalur utama pergerakan antar wilayah kurang memperhitungkan
aspek kelancaran lalu lintas.
Kegiatan-kegiatan yang sering mengganggu pola pergerakan adalah kegiatan perparkiran dan
sirkulasi kendaraan yang masuk ke kawasan tersebut. Pola pergerakan lalu lintas banyak yang
memiliki pola stau arah sehingga mengakibatkan pergerakan yang terjadi lebih panjang. Pola
persebaran fasilitas khususnya fasilitas yang mempunyai hirarki yang jelas dan tidak tersebar
merata dan ditambah lagi dengan beban yang datang dari wilayah sekitarnya.
Secara umum pelayanan kegiatan pada beberapa wilayah cukup untuk pelayanan penduduk di
wilayah tersebut. Namun pada kenyataannya ada faktor lain yang menyebabkan penduduk
suatu wilayah tidak menggunakan fasilitas yang tersedia di wilayah tersebut. Jaringan jalan
sebagai pendukung pergerakan orang dan barang harus memutar untuk mencapai suatu
tempat.
3.8.1.3 Guna Lahan
Pola penggunaan lahan merupakan bagian fisik kota yang dapat menunjukkan citra kota
secara langsung. Penggunaan lahan di Kota Medan sangat bercampur, tidak terbentuk pola
penggunaan lahan yang terstruktur. Hal ini tidak terlepas dari dokumen rencana kota yang
tidak detail sehingga menyulitkan dalam mengeluarkan ijin pemanfaatan ruang.
Kecenderungan penggunaan lahan di wilayah perencanaan adalah mix land use yang tidak
beraturan.
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
1043−104
Penggunaan lahan di Kota Medan, khususnya di wilayah perencanaan sangat didominasi oleh
bangunan ruko, dimana bangunan ruko tersebut dapat dimanfaatkan dengan kegiatan apa saja
karena tidak ada ketentuan yang mengatur untuk itu. Ketidakteraturan penggunaan lahan
dan bangunan berawal dari hal tersebut.
Selain itu, aktivitas perdagangan dan jasa berkembang memita sepanjang jaringan jalan. Pola
penggunaan lahan seperti ini kurang efektif karena menimbulkan bangkitan pergerakan yang
lebih besar dibandingkan dengan aktivitas perdagangan dan jasa yang mengelompok
(membentuk blok). Hal ini dapat dilihat dari tundaan arus lalu lintas pada jalan dengan
aktivitas kiri kanan perdagangan dan jasa, seperti Jalan Yamin Ginting, Jalan Brigjen Katamso,
dan jalan-jalan kecil diantaranya yang mulai dipadati aktivitas perdagangan dan jasa.
Banyaknya bangunan-bangunan kosong yang sudah tidak berfungsi lagi juga mengganggu fisik
kota, dimana bangunan-bangunan tersebut cenderung tidak terawat dan merusak ccitra
visual lingkungan sekitarnya. Peninjauan kembali tentang izin-izin pembangunan dalam kota
perlu dilakukan untuk menghindari hal-hal tersebut.
3.8.1.4 Sarana dan Prasarana Perkotaan
A. Sistem Transportasi
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan (Studi Manajemen Lalu Lintas Kota Medan)
permasalahan ruas jalan secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut:
On-street parkir
Naik turun penumpang angkutan umum pada lokasi yang sembarangan
Adanya lalu lintas yang bercampur (mix-traffic)
Pedagang kaki lima yang berkegiatan di trotoar dan perkerasan jalan
Pejalan kaki berjalan pada perkerasan jalan
Kendaraan tidak bermotor yang parkir pada sembarang tempat
Lokasi pemberhentian angkutan umum
Berdasarkan Kajian Studi Manajemen Transportasi Kota Medan dan pengamatan lapangan
terhadap ruas-ruas jalan di kawasan perencanaan terdapat beberapa ruas jalan yang
bermasalah, yaitu ruas jalan yang memiliki arus lalulintas yang tinggi namun kapasitas
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
1053−105
optimalnya tidak tercapai sebagai akibat tingginya gangguan samping yang terjadi. Berikut
adalah ruas-ruas jalan yang bermasalah di lokasi perencanaan :
Tabel III.40 Lokasi Ruas dan simpang Jalan Bermasalah di Wilayah Perencanaan
No. Ruas Jalan Permasalahan 1. Jl. Pemuda Adanya pusat perbelanjaan sehingga terjadi:
o arus keluar masuk kendaraan untuk parkir o Kendaraan umum (becak, taxi) menunggu
penumpang di depan pusat perbelanjaan Penyebrangan pejalan kaki tinggi Angkutan umum menaikan dan menurunkan
penumpang pada sembarang tempat
2. Jl. Balai Kota – Jl.HM Yamin Arus kendaraan tinggi Adanya pusat perbelanjaan sehingga terjadi:
o arus keluar masuk kendaraan untuk parkir parkir becak mesin Penyebrangan pejalan kaki tinggi Angkutan umum menaikan dan menurunkan
penumpang pada sembarang tempat
3. Jl. Adam Malik – Jl. Guru Patimpus – Jl.Kapten Maulana – Jl.Gatot Subroto
Arus kendaraan tinggi Arus pejaln kaki/ penyebrangan jalan tinggi Parkir becak dan mobil pribadi Angkutan umum menaikan dan menurunkan
penumpang pada sembarang tempat Adanya pusat perbelanjaa
4. Jl. Gatot Subroto – Jl. Iskandar Muda Arus kendaraan tinggi Arus pejaln kaki/ penyebrangan jalan tinggi Parkir becak dan mobil pribadi Angkutan umum menaikan dan menurunkan
penumpang pada sembarang tempat Adanya pusat perbelanjaan
5. Jl. Iskandar Muda (Ruas Jalan) Arus kendaraan tinggi
Arus pejaln kaki/ penyebrangan jalan tinggi Parkir becak dan mobil pribadi Angkutan umum menaikan dan menurunkan
penumpang pada sembarang tempat Adanya pusat perbelanjaan
6. Jl. Jamin Ginting – Jl.Dr. Mansyur Arus penyebrangan tinggi
Angkutan umum menaikan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat
Parkir becak dan mobil Pedangan kaki lima di trotoar Adanya kegiatan perdagagan pada koridor Adanya kampus USU
Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara
PT. Ahassa Ciptanika
1063−106
No. Ruas Jalan Permasalahan 7. Jl. Jamin Ginting – Jl.Sembada Arus penyebrangan tinggi
Angkutan umum menaikan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat
Parkir becak dan mobil Pedangan kaki lima di trotoar Adanya kegiatan perdagagan pada koridor
8. Jl. Jamin Ginting – Jl.S. Parman – Jl.
Iskandar Muda – Jl.Wahid Hasyim Arus kendaraan tinggi Parkir becak Angkutan umum menaikan dan menurunkan