Top Banner
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0.9 % per tahun. Jumlah perokok Indonesia bertambah dalam 9 tahun terakhir. Jumlah perokok Indonesia sekitar 27.6 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap 4 orang Indonesia, terdapat seorang perokok dan 3 orang sebagai perokok pasif (WHO, 2008). Berdasarkan data WHO (2008) jumlah perokok pasif lebih banyak dibandingkan perokok aktif. Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI, 2008) mengatakan, sebanyak 25 % zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 % beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya. Asap rokok mengandung radikal bebas dalam jumlah yang sangat tinggi di udara bebas (Yueniwati dkk, 2004). Merokok merupakan fenomena gaya hidup orang masa kini. Dari sisi manapun merokok mempunyai banyak dampak buruk bagi tubuh. Dampak buruk tersebut tidak hanya diterima oleh perokok (perokok aktif), tetapi juga pada individu disekitarnya/perokok pasif (Susanna dkk,
41

3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

Jan 03, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah

China dan India. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah

0.9 % per tahun. Jumlah perokok Indonesia bertambah dalam 9 tahun terakhir.

Jumlah perokok Indonesia sekitar 27.6 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap 4

orang Indonesia, terdapat seorang perokok dan 3 orang sebagai perokok pasif

(WHO, 2008). Berdasarkan data WHO (2008) jumlah perokok pasif lebih banyak

dibandingkan perokok aktif. Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan

Masyarakat Indonesia (IAKMI, 2008) mengatakan, sebanyak 25 % zat berbahaya

yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 % beredar

di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya. Asap rokok

mengandung radikal bebas dalam jumlah yang sangat tinggi di udara bebas

(Yueniwati dkk, 2004).

Merokok merupakan fenomena gaya hidup orang masa kini. Dari sisi

manapun merokok mempunyai banyak dampak buruk bagi tubuh. Dampak buruk

tersebut tidak hanya diterima oleh perokok (perokok aktif), tetapi juga pada

individu disekitarnya/perokok pasif (Susanna dkk, 2003). Perokok aktif

mengeluarkan berbagai jenis asap rokok yaitu mainstream smoke, exhaled

mainstream smoke, dan sidestream smoke. Mainstream smoke adalah asap yang

dihisap oleh perokok. Exhaled mainstream smoke adalah asap rokok yang

dihembuskan oleh perokok aktif, sedangkan sidestream smoke adalah asap rokok

yang berasal dari ujung rokok yang menyala. Paduan exhaled mainstream smoke

dan side stream smoke disebut environmental tobacco smoke (ETS) atau asap

tembakau lingkungan. Zat-zat berbahaya yang terkandung pada sidestream smoke

lebih tinggi dibandingan jenis asap rokok yang lain (Quit, 2005).

Setiap asap rokok yang terhirup mengandung 1015-1018 molekul oksidan

dari radikal bebas (Dewi dalam Mohammed dkk, 2012). Radikal bebas dari asap

Page 2: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

2

rokok ini merupakan zat toksik bagi tubuh yang berpotensi merusak membran

sel, tidak terkecuali pada sel hati (Suryohudoyo, 2000). Hati merupakan organ

tunggal dalam tubuh yang kompleks dan mempunyai peran penting dalam

metabolisme tubuh demi kelangsungan fungsi tubuh, akan tetapi hati sangat

rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh asap rokok yang memicu

terjadinya stres oksidatif yaitu suatu kondisi gangguan keseimbangan antara

oksidan dan antioksidan yang berpotensi menimbulkan kerusakan (Sies, 1991).

Salah satu fungsi hati yaitu sebagai detoksifikasi senyawa-senyawa toksik. Enzim-

enzim pelaku detoksifikasi pada hati menyebabkan enzim-enzim ini dapat

digunakan sebagai parameter kerusakan hati. Dua macam enzim aminotransferase

yang sering digunakan dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati adalah SGOT

(Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic-

Pyruvic Transaminase). Enzim SGPT ini lebih spesifik terhadap terjadinya

kerusakan pada hati (Murray dkk, 2003). Sampai saat ini belum banyak

ditemukan dampak paparan asap rokok pada hati.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian

tentang pengaruh sidestream smoke pada kadar SGPT tikus wistar jantan (Rattus

norvegicus) dengan cara memasukkan tikus tersebut pada sebuah kotak

pengasapan (acrylic chamber) yang diberi asap rokok. Tikus tersebut setelah

diberi paparan, akan dilakukan pemeriksaan kadar SGPT dalam darah. Penelitian

ini menggunakan tikus wistar jantan galur murni sebagai hewan coba karena

memiliki metabolisme tubuh yang mirip dengan manusia dan daya adaptasi yang

tinggi serta memiliki siklus hidup yang relatif panjang, pemeliharaannya cukup

mudah dan dapat mewakili mamalia termasuk manusia sehingga banyak

digunakan untuk penelitian di bidang kesehatan (Baker, 1980). Metode

eksperimental laboratoris dipilih karena penelitian dilakukan di laboratorium serta

sampel berupa tikus wistar jantan dan perlakuan yang diberikan lebih terkendali,

terukur serta pengaruh perlakuan lebih dipercaya (Asnar, 2001).

Page 3: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

3

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu

bagaimana pengaruh sidestream smoke terhadap kadar SGPT pada tikus wistar

jantan.

1.3 Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh sidestream

smoke terhadap kadar SGPT pada tikus wistar jantan.

1.4 Manfaat

1.Memberikan informasi secara ilmiah kepada masyarakat mengenai

pengaruh sidestream smoke pada kadar SGPT darah.

2. Sebagai dasar untuk penelitiaan lebih lanjut.

Page 4: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asap Rokok

Asap rokok adalah asap yang keluar dari ujung sebuah rokok yang

menyala, maupun asap yang keluar dari mulut seorang perokok. Rokok

merupakan gulungan silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 120 mm

dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah

dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara, agar

asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lain (Trim, 2006).

2.1.1 Jenis asap

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya,

baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap

atau asap rokok yang dihirup bisa melalui dua komponen yaitu komponen yang

lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi

menjadi komponen partikurat (Sitepoe, 2000).

Bustan (2000) dan Trim (2006) membagi perokok dalam 2 kategori yaitu,

perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang melakukan

aktifitas merokok, sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang menghirup

asap rokok dari seorang perokok. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia

dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif

daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya

terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok

yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali

lebih banyak mengandung karbonmonoksida, empat kali lebih banyak

mengandung tar dan nikotin.

Enviroment Protection Association (EPA) atau Badan Proteksi

Lingkungan Amerika Serikat membagi perokok pasif dalam 2 kategori yang

keduanya sangat berbahaya, yaitu mainstream smoke dan sidestresam smoke.

Mainstream smoke yaitu asap yang terkepul dari mulut perokok, setelah terlebih

Page 5: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

5

dahulu diisap dan melewati paru-paru sang perokok. Sidestream smoke, yaitu asap

yang terkepul dari ujung-pangkal rokok. Sidestream smoke ini yang paling

berbahaya. Kandungan kimia beracun dari asap jenis ini berlipat-lipat daripada

mainstream smoke. EPA menghitung sidestream smoke seringkali terekspos ke

udara tanpa filter mengandung senyawa karbonmonoksida (CO) lima kali lebih

besar daripada asap rokok utama. Karbonmonoksida sendiri merupakan gas

beracun yang cukup efektif dalam melumpuhkan kemampuan darah menyerap

oksigen. Sidestream smoke juga mengandung tiga kali lebih besar benzopyrene

(pemicu kanker) dan 50 kali lipat kandungan amonia (penyebab iritasi mata dan

pernafasan) daripada mainstream smoke. Quit (2005) menyebutkan jenis asap

yang lain exhaled mainstream smoke yaitu asap rokok yang dihembuskan oleh

perokok. Gabungan exhaled mainstream smoke dan sidestream smoke disebut

environmental tobacco smoke (ETS) atau asap tembakau lingkungan.

2.1.2 Zat – zat yang terkandung di dalam rokok

Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih dari 4000

bahan kimia beracun yang berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian. Rokok

menghasilkan suatu pembakaran tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam

tubuh ketika dihisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua

golongan besar, yaitu 92% komponen gas terdiri dari karbonmonoksida,

karbondioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa

hidrokarbon dan 8% komponen padat atau partikel terdiri dari tar, nikotin,

benzanthracene, benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbarzol, timah hitam dan

kresol (Aditama, 1997).

Bahan–bahan lain juga terkandung aceton, naftalene (bahan kapur barus),

arsen, methanol, vinyl chloride (bahan plastik PVC), phenol butane (bahan bakar

korek api), potassium nitrate (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-

201 (bahan radioaktif), amonia (bahan pencuci lantai) (Jaya, 2009).

Aditama (1997) menyebutkan tar, nikotin, dan karbonmonoksida

merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok.

Page 6: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

6

Efek dari bahan-bahan nikotin, tar, karbonmonoksida dan timah hitam pada asap

rokok sebagai berikut :

a. Nikotin

Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang

tidak dibakar. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan

tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung

bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah,

aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh

darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas,

kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin

memegang peran penting dalam ketagihan merokok (Sitepoe, 2000).

b. Tar

Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh

juga diklasifikasikan sebagai tar. Zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon

aromatis dapat dijumpai di dalam tar, yang dapat menyebabkan terjadinya kanker

paru-paru. Kandungan selain itu, dijumpai juga nitrosamine di dalam rokok yang

berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe,

2000). Tar juga dapat merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas,

yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah

atau bibir (Jaya, 2009).

c. Karbon Monoksida

Gas ini bersifat toksik dan dapat menggeser gas oksigen dari transport

hemoglobin. Terdapat 2-6% gas karbon monoksida dalam rokok pada saat

merokok, sedangkan gas karbon monoksida yang diisap perokok paling rendah

400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin

dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada

bukan perokok. Seiring berjalannya waktu, terjadinya polisitemia (suatu keadaan

dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah

merah yang berlebihan oleh sumsum tulang) yang akan mempengaruhi saraf pusat

(Sitepoe, 2000). Kandungan CO pada mainstream smoke adalah sekitar 15 mg dan

pada sidestream smoke adalah 50 mg. Hal ini menunjukkan bahwa perokok pasif

Page 7: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

7

lebih rentan terhadap berbagai penyakit bila menghirup sidestream smoke (Jenkins

dkk., 2000).

d. Timah Hitam

Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang

diisap mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Apabila seseorang mengisap 1

bungkus rokok/hari, 10 mikrogram timah hitam akan dihasilkan, sedangkan batas

bahaya kadar timah hitam di dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari (Sitepoe,

2000).

Asap rokok mengandung oksidan yang sangar tinggi meliputi, peroksida,

aldehida, nitrit oksida, radikal peroksil (ROO-), nitrogen peroksida (NO-), dan

juga radikal yang mengandung karbon. Asap rokok yang berada di udara bebas ini

merupakan salah satu sumber radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul

yang memiliki elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarya, sehingga

bersifat reaktif dan tidak stabil, sehingga cenderung untuk berikatan dengan

senyawa lain untuk membentuk molekul yang stabil (Setiati, 2003).

2.2 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul yang mempunyai elektron pada orbit

luarnya yang tidak berpasangan. Molekul ini mempunyai reaktifitas tinggi dan

cenderung membentuk radikal baru bersifat tidak setabil (Yusuf, 2010).

Arief, 2007 menyebutkan radikal bebas yang berada dalam tubuh manusia,

dapat berasal dari 2 sumber utama yaitu:

a. Sumber endogen

Sumber endogen atau berasal dari dalam tubuh sendiri berasal dari 3 proses

utama yaitu :

1) Autoksidasi yang merupakan produk dari metabolisme aerob.

2) Oksidasi enzimatik, suatu enzim yang mampu menghasilkan radikal bebas

dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xantine oxidase, prostaglandin

synthase, lipoxygenase, cytochrome P450 sistem (Bagchi dan Puri, 1998).

3) Respiratory burst, saat terjadi infeksi oleh bakteri maka sistem imun akan

teraktifasi sehingga memicu pengeluaran enzim NADPH-oxidase.

Page 8: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

8

Teraktifasinya enzim ini akan memicu terjadinya respiratory burst yaitu

penggunaan oksigen dalam jumlah tinggi selama proses fagositosis

berlangsung. Kadar oksigen yang tinggi dalam tubuh (70-90%) ini akan

memicu terbentuknya radikal bebas superoksida oleh membran sel.

b. Sumber eksogen

Sumber radikal bebas terbesar dapat berasal dari luar tubuh. Secara garis

besar dapat dipicu oleh 3 hal, yaitu :

1) Obat-obatan, beberapa jenis obat-obatan dapat memicu peningkatan tekanan

oksigen, termasuk didalamnya : antibiotika quinoid, obat kanker (bleomycin,

adriamycin), asam fenamat dan komponen aminosalisilat.

2) Radiasi, radiasi dapat memicu penguraian oksigen, seperti : radiasi sinar X,

sinar gamma, ataupun radiasi partikel elektron, neutron, alfa dan beta.

3) Rokok dan asap rokok, setiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam

jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan bahan lain

seperti nitrit oksida, radikal peroksida yang mengandung karbon dan terdapat

dalam fase gas, serta berbagai jenis radikal bebas lainnya yang dapat

menyebabkan berbagai kerusakan dalam tubuh. Contoh radikal bebas dalam

fase tar meliputi semiquinone moieties yang dihasilkan dari bermacam-macam

quinine dan hydroquinone. Fe dalam rokok juga dapat memicu pembentukan

radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida.

2.3 Tes Fungsi Hati

Hati merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam pertahanan

hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh. Hati terletak

dibagian atas dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Berat

hati pada orang dewasa sehat sekitar 1400-1600 gram. Secara keseluruhan, hati

dibentuk oleh sekitar 100.000 lobulus dengan struktur serupa dan terdiri dari

hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer

yang merupakan bagian dari system retikuloendotelial (Martini, 2000). Organ ini

mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan fungsi jaringan untuk

mempertahankan tubuh, Salah satu fungsi dari hati adalah mengubah zat buangan

Page 9: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

9

dan bahan racun untuk disekresi dalam empedu dan urin, membersihkan darah

dari zat-zat toksin, hal ini disebut detoksifikasi. Selain itu hati juga mempunyai

kemampuan regenerasi yang baik. Kerusakan hati sebagian pada kebanyakan

kasus sel yang mati atau sakit, maka akan diganti dengan jaringan hati yang baru

(Azwar, 1999).

Kerusakan atau kelainan pada hati bisa terdeteksi dengan melakukan

berbagai tes fungsi hati. Pengukuran kadar bilirubin serum, aminotransferase,

alkali fosfatase, γ-GT dan albumin sering disebut sebagai tes fungsi hati (LFTs).

Pada beberapa kasus, tes-tes ini dapat mendeteksi penyakit hati dan empedu

asimtomatik sebelum munculnya manifestasi klinis. Tes ini digolongkan menjadi

3 kategori utama, yaitu :

a. Peningkatan enzim aminotrasferase (juga dikenal sebagai transaminase),

SGPT dan SGOT, biasanya mengarah pada perlukaan hepatoselular atau

inflamasi;

b. Keadaan patologis yang mempengaruhi system empedu intra dan

ekstrahepatis dapat menyebabkan peningkatan fosfatase alkali dan γ-GT;

c. Kelompok yang mewakili fungsi sintesis hati, seperti produksi albumin,

urea dan factor pembekuan. Pada keadaan terjadinya gagal hati akut,

glukosa darah dan PH arteri dapat juga dipertimbangkan sebagai petanda

bantuan cadangan fungsional hati. Bilirubin dapat meningkat pada hampir

semua tipe patologis hepatobilier.

(Sudoyo dkk, 2006)

2.4 SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase)

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic transaminase) merupakan salah satu

pemeriksaan enzimatik untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati. Enzim

merupakan protein yang dihasilkan oleh sel hidup dan umumnya terdapat di

dalam sel. Keberadaan enzim ini keadaan normal terdapat keseimbangan antara

pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi kerusakan sel

maupun peningkatan permeabilitas membran sel, maka enzim akan banyak keluar

ke ruang ekstra sel dan ke dalam aliran darah sehingga dapat digunakan sebagai

Page 10: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

10

sarana untuk membantu diagnostik penyakit tertentu. Widmann (1995)

menyebutkan terdapat dua macam enzim yang sering digunakan untuk menilai

penyakit hati yaitu Aspartat amino-transferase (AST) atau Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Alanine amino-transferase (ALT) atau

Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). Kadar transaminase dalam serum

dapat diukur dengan menggunakan metode Kalorimetrik atau lebih teliti dengan

metode Spektrofotometrik. Terminologi dulu memakai satuan Karmen yang

didasarkan atas volume mililiter, sedangkan satuan itu ditentukan pula oleh suhu.

Harga normal tertinggi GOT/GPT = 1.15, untuk SGOT = 40 U Karmen (17

mU/cc) dan SGPT = 35 U Karmen (13 mU/cc).

Tabel 2.1 Ciri-ciri Aminotransferase yang berkaitan dengan hati.

Ciri-ciri AST/SGOT ALT/SGPT

Terdapat dalam jaringan

lain selain hati

Lebih banyak dalam

jantung dibanding hati

Konsentrasi dalam jaringan

lain rendah

Terdapat di dalam sel hati Mitokondria dan sitoplasma Hanya dalam sitoplasma

Nilai rujukan dalam darah

(dewasa)

10-40 SI/liter 5-35 SI/liter

Half life dalam darah 12-22 jam 37-57 jam

Perubahan pada kerusakan

peradangan yang akut

Sensivitas sedang Sensivitas sangat tinggi

Perubahan neoplasma Peningkatan tegas Peningkatan sedang atau

tidak meningkat

Perubahan pada sirosis Meningkat sedang Meningkat sedikit atau

sedang

Perubahan pada infark

miokard

Meningkat tegas Meningkat sedikit atau

sedang

Sumber : Widmann (1995)

Page 11: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

11

2.5 Peningkatan Kadar SGPT oleh Asap Rokok

Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas. Radikal bebas

pada asap rokok diperkirakan dalam satu kali hisap sebanyak 1015-1018 molekul

radikal bebas akan masuk ke dalam tubuh. Oksidan yang dihasilkan oleh asap

rokok dan oksidan yang dihasilkan oleh makrofag dan neutrofil yang aktif serta

kandungan H2O2 yang tinggi pada asap rokok akan mempermudah propagasi

radikal bebas (Widodo, 1995). Berdasarkan penelitian Yueniwati, dkk (2004)

diketahui bahwa terdapat hubungan antara lama pemaparan rokok kretek dengan

peningkatan kadar malondialdehyde (MDA) yaitu parameter peningkatan aktifitas

radikal bebas dalam tubuh.

Adanya akumulasi metabolit-metabolit dalam tubuh bisa menyebabkan

stres oksidatif yang dapat disebabkan oleh asap rokok (Kelly, 2003). Stres

oksidatif merupakan suatu kondisi gangguan keseimbangan antara produksi

radikal bebas dan antioksidan yang dapat berpotensi menimbulkan kerusakan pada

sel hati. Produksi radikal bebas yang tidak seimbang, akan menyebabkan

kerusakan makromolekul termasuk protein, lipid dan DNA (Atessahin dkk. 2005).

Kerusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel

antara lain mengubah fluiditas, struktur dan fungsi membran sel. Adanya

ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif)

dengan kemampuan pertukaran antioksidan ini akan menimbulkan stres oksidatif,

yang dapat menyebabkan kerusakan sel sehingga terjadi peningkatan kadar SGPT

(Jawi dkk. 2007).

Page 12: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

12

2.6 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Skema kerangka konseptual

Sidestream smoke merupakan asap yang berasal dari ujung rokok yang

menyala. Asap rokok tersebut mempunyai berbagai komponen zat-zat beracun,

antara lain mengandung oksidan dan radikal bebas yang diperkirakan jumlahnya

1015-1018 molekul radikal bebas, serta mengandung substansi yang dapat memicu

terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Zat-zat toksik dalam rokok masuk

kedalam tubuh melalui sistem pernafasan ketika tubuh melakukan respirasi, saat

Sidestream smoke

Radikal bebas

Sirkulasi darah

Sistem pernafasan

Hati

Perubahan kadar SGPT

Cedera pada sel hati (hepatosit) oleh karena stres oksidatif

Page 13: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

13

itu pula zat toksik mulai masuk ke dalam tubuh, diserap kedalam darah dan

dialirkan keseluruh tubuh.

Selama proses sirkulasi, darah akan masuk ke hati, kemudian zat toksik

dalam darah tersebut akan di detoksifikasi oleh hati. Produksi radikal bebas yang

berlebih serta tidak seimbangnya antara oksidan dan antioksidan akan

menimbulkan suatu stress oksidatif. Stress okdidatif sendiri dapat menimbulkan

cedera atau kerusakan pada sel hati yang didahului oleh kerusakan membran sel

yaitu mengubah fluiditas, struktur dan fungsi membrane sel. Kerusakan sel

(nekrosis) menyebabkan sitoplasma akan keluar, dan masuk/terkonversi ke dalam

aliran darah, sehingga akan meningkatkan kadar SGPT dalam darah.

2.8 Hipotesis

Terdapat peningkatan kadar SGPT dalam serum darah tikus wistar jantan

setelah dipapar sidestream smoke.

Page 14: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

14

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris

dengan menggunakan rancangan penelitian the post test only control group design

(Notoadmojo, 2002).

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium bagian Biomedik Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Jember dan Laboratorium Parahita diagnostic center

Jember.

3.1.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2012.

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan sidestream smoke

dengan lama paparan 180 menit/hari.

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar SGPT serum darah tikus

wistar jantan (Rattus norvegicus).

3.2.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah:

a. Minuman dan makanan tikus ;

b. Cara pemeliharaan ;

Page 15: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

15

c. Waktu dan cara pemaparan ;

d. Tehnik pemeriksaan.

3.3 Definisi Operasional Penelitian

3.3.1 Sidestream smoke

Sidestream smoke adalah asap yang didapatkan dari ujung rokok yang

menyala, dimana rokok diletakkan dibawah acrylic chamber dan dipompa dengan

chiblower sehingga asap rokok masuk ke dalam acrylic chamber. Sidestream

smoke diberikan 180 menit/hari selama 5 hari.

3.3.2 Kadar SGPT

Kadar SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) atau disebut juga

ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan di

organ hati. Kadar ini diukur dengan menggunakan UV-Test, dengan satuan

Karmen yang didasarkan atas volume milliliter.

3.3.3 Tikus Wistar

Tikus wistar galur murni dengan jenis kelamin jantan berusia 4 - 5 bulan

dengan berat badan 250-300gr.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah tikus wistar dengan jenis kelamin jantan.

3.4.2 Kriteria Sampel

Sampel dibagi kedalam dua kelompok dari populasi tikus wistar dengan

kriteria sampel :

a Jenis kelamin jantan ;

b. Berat 250 - 300 gr ;

c. Berusia 4 - 5 bulan ;

d. Tikus dalam keadaan sehat.

Page 16: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

16

3.4.3 Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan

rumus sebagai berikut :

n =

Keterangan :

n = besar sampel

Z = nilai standar normal

α = 0,05 maka

Z = 1,96

σ = standar deviasi penelitian sebelumnya = 3,7 (Moskowitz dkk. 1990)

d = standar eror penelitian sebelumnya = 4,3 (Mathew dan Chary, 2012)

Perhitungan besar sampel terdapat pada lampiran A.

Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel di atas, diperoleh besar

sampel 3 (Daniel, 1995).

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat-Alat Penelitian (lampiran B)

a. Kandang pemeliharaan,

b. Acrylic chamber ukuran 30x30x30 cm,

c. Chiblower,

d. Blade scalpel,

e. Timbangan untuk menimbang tikus (Neraca Ohaus, Germany),

f. Gunting bedah,

g. Papan fiksasi,

h. Jarum fiksasi,

i. Pinset,

j. Stopwatch (Diamond, Cina),

k. Dissposible syringe 10ml (Terumo, Japan)

d2

Z 2 x σ 2

Page 17: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

17

l. Masker,

m. Botol kaca,

n. Sarung tangan (Latex),

o. Gunting,

p. Isolasi,

q. Rak tabung reaksi,

r. Centrifuge,

s. Cobas,

t. Tabung reaksi,

u. Tabung venojet.

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Tikus wistar jantan,

b. Minuman dan makanan tikus wistar yang beredar di pasaran yaitu

jenis konsentrat produksi Feedmill Malindo, Gresik,

c. Rokok Surya 12 (Gudang Garam),

d. Cloroform,

e. Alkohol 70%,

f. Reagen.

Tabel 3.1. Reagen

R1: TRIS pH 7.15 140 mmol/L

L-Alanine 700 mmol/L

LDH (Lactate dehydrogenase) ≥ 2300 U/L

R2 : 2-Oxoglutarate 85 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Pyridoxal-5-

Phosphate FS :

Good’s buffer pH 9.5 100 mmol/L

Pyridoxal-5-Phosphate 13 mmol/L

(Thomas L, 1998).

Page 18: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

18

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Tahap Persiapan Hewan Coba

Hewan coba diadaptasikan terhadap lingkungan kandang di bagian

Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember selama 1 minggu, diberi

makan standar dan air minum setiap hari secara adlibitum (sesukanya), dan

ditimbang kemudian dikelompokkan secara acak.

3.6.2 Tahap Perlakuan Hewan Coba

Jumlah hewan coba sebanyak 6 ekor dibagi menjadi 2 kelompok masing-

masing 3 ekor, yaitu :

a. Kelompok K (kontrol)

Hewan coba dimasukkan ke dalam acrylik chamber dan tidak diberi

paparan asap rokok.

b. Kelompok P (perlakuan)

Hewan coba dimasukkan ke dalam acrylik chamber kemudian di

bawahnya diberi paparan asap rokok selama 180 menit/hari dengan setiap

5 menit paparan diberi waktu jeda (tanpa paparan) selama 3 menit, dan

dilakukan selama 5 hari (Valenti 2011).

Tahap selanjutnya, pada hari ke-6, hewan coba dikorbankan dan dilakukan

pengambilan darah intrakardial.

3.6.3 Tahap Pengambilan Sampel Darah

Sebelum dilakukan pengambilan sampel darah, semua peralatan

dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% dan dibiarkan sampai kering.

Selanjutnya hewan coba diambil dari kandang dan dibius dengan masukkan ke

dalam botol yang didalamnya diberi kapas yang telah dibasahi dengan cloroform.

Hewan difiksasi sedemikian rupa dan dilakukan pembedahan sampai organ

jantung terlihat, kemudian darah langsung diambil secara intrakardial

menggunakan dispossible syringe sebanyak ± 2ml. Darah yang telah diambil

dimasukkan dalam tabung venojet yang bersih dan kering (Rafika, 2005).

Page 19: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

19

3.6.4 Tahap Penghitungan Kadar SGPT

Penghitungan kadar SGPT dilakukan di Laboratorium Klinik Parahita

Diagnostic Center Jember dengan menggunakan UV-Test. Aktifitas SGPT

ditetapkan dengan metode standar yang dioptimalisasikan sesuai IFCC

(International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine).

Prinsip kerjanya adalah penambahan pyrodoxal-5-phosphate (P-5-P) menstabilkan

transaminase dan menghindari nilai nilai palsu yang rendah dalam sampel yang

berisi cukup endogen P-5-P (Thomas L, 1998).

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian

dianalisa menggunakan analisis parametrik T-test untuk mengetahui pengaruh

kadar SGPT antara kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P) setelah

dipapar sidestream smoke, dengan derajat kemaknaan p < 0,05 (α = 95%).

Page 20: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

20

3.8 Skema Penelitian

Gambar 3.1 Skema penelitian

Selama 5 hari

Hari ke-6 diambil darah intrakardial

Pengamatan dan penghitungan kadar SGPT

Analisis data

Kelompok K(3 ekor)

Tidak diberi paparan sidestream smoke

Populasi Tikus Wistar(6 ekor) yang sudah

diadaptasikan 1 minggu

Kelompok P(3 ekor)

Diberi paparan sidestream smoke selama 180

menit/hari

Page 21: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

21

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul Pengaruh Sidestream smoke pada Kadar SGPT

Tikus Wistar Jantan (Rattus norvegicus) yang dilaksanakan pada bulan Agustus-

September 2012 di laboratorium bagian Biomedik FKG Universitas Jember dan

Laboratorium Parahita diagnostic center Jember. Hasil penelitian ditunjukkan

pada tabel dan gambar 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil pengukuran nilai SGPT dalam darah tikus Wistar jantan yang dipapar Sidestream smoke.

No. Perlakuan (U/L) Kontrol (U/L)123

81.238.647.9

46.234.739.7

X + SD 55.9 U/L + 22.39844 40.2 U/L + 5.76628Keterangan :X : rata – rataSD : standar deviasi

Gambar 4.1 Histogram rata-rata kadar SGPT kelompok perlakuan dan kontrol.

standar deviasi

Page 22: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

22

Sebelum dilakukan uji statistik, hasil penelitian dilakukan uji normalitas

dengan Kolmogorov smirnov test dan uji homogenitas dengan levene test.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas diketahui bahwa data

terdistribusi secara normal dan homogen (P>0.05). (Lampiran C)

Hasil penelitian dilakukan uji T untuk mengetahui perbedaan kadar SGPT

pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar SGPT kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan yaitu 0.072 (P<0.05). (Lampiran C)

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara kelompok perlakuan yang mendapatkan paparan sidestream

smoke 180menit/hari selama 5 hari dan kelompok kontrol tanpa diberi paparan

sidestream smoke.

Kemungkinan hal ini dapat disebabkan karena sidestream smoke yang

banyak mengandung radikal bebas ini tidak sampai menyebabkan kerusakan

(nekrosis) pada organela sel hepatosit sehingga kadar enzim transaminase/SGPT

masih tersekresi dalam jumlah normal dan tidak terjadi peningkatan, karena SGPT

tetap berada dalam sel yang utuh (Hasan, 2008). Selain itu, paparan sidestream

smoke pada hewan coba ini kemungkinan sudah mengalami tahap kronis,

sedangkan peningkatan kadar SGPT meningkat tinggi dalam keadaan akut

(Widman, 1995).

Sidestream smoke mengandung radikal bebas yang dapat merusak

membran sel dan komponen intrasel seperti asam nukleat, protein, dan lipid.

Radikal bebas akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif ini

akan memicu pembentukan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid akan mengubah

DNA mitokondria, mengganggu kestabilan membran sel, serta propagasi siklus

stres okdidatif secara besar-besaran yang diikuti dengan peradangan pada

hepatosit (Panjaitan dkk, 2007). Kondisi ini dapat menyebabkan kelainan pada

hati berupa perlemakan hati. Pada penelitian ini perlemakan hati tidak sampai

meningkatkan kadar SGPT karena hepatosit hanya sampai mengalami

Page 23: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

23

keradangan, sedangkan peningkatan SGPT terjadi apabila perlemakan hati sudah

merusak hepatosit. Kelainan ini secara klinis hewan coba kelompok perlakuan

mengalami pembesaran organ hati (hepatomegali) (Ekelund dkk, 2002).

Karbonmonoksida (CO) merupakan komponen radikal bebas yang banyak

terkandung pada sidestream smoke. CO merupakan bahan berbahaya dalam tubuh

karena CO lebih mudah berikatan dengan hemoglobin daripada O2 (Aditama

1997). Senyawa kimia berbahaya dalam rokok ini dapat menyebabkan berbagai

penyakit seperti gangguan jantung dan penyempitan pembuluh darah yang

nantinya akan mengakibatkan terjadinya kekurangan darah (iskemia) (Woodly

dan Whelan,1995). Dari kondisi iskemia ini memungkinkan terjadinya kerusakan

ringan pada hepatosit yaitu pembengkakan sel karena kerusakan sitoskeletal dan

kerusakan membran sel, tetapi belum sampai menimbulkan kematian sel

(nekrosis).

Gambar 4.2. Mekanisme kerusakan membran pada iskemia

Page 24: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

24

Pada penelitian ini kadar SGPT darah tidak terjadi peningkatan karena

kerusakan hepatosit tidak sampai pada nekrosis, akan tetapi kerusakan dapat

berupa kerusakan membran sel karena merupakan bentuk awal jejas dari paparan

sidestream smoke. Radikal bebas pada sidestream smoke berpotensi merusak

membran hepatosit. Potensial kerusakan membran dapat bermula dari keadaan

hilangnya progresif fosfolipid membran yang disebabkan oleh peningkatan

degradasi fosfolipid karena aktivasi fosfolipase endogen akibat peningkatan

kalsium sitosol yang diinduksi iskemia. Kehilangan fosfolipid yang progresif juga

dapat terjadi akibat penurunan reasilasi/sintesis ATP maupun berkurangnya

sintesis fosfolipid. Degradasi fosfolipid juga mengakibatkan produk pemecahan

lipid berakumulasi dalam sel yang iskemik. Keaadaan lain menyebabkan

kerusakan membran yaitu abnormalitas sitoskeletal karena aktivasi protease

dengan peningkatan kalsium intrasel dapat menyebabkan kerusakan sitoskeletal.

Jejas ini pada pembengkakan sel dapat menyebabkan pelepasan membran sel dari

sitoskeleton sehingga membran rentan terhadap regangan dan ruptur. Keberadaan

radikal bebas/ radikal oksigen toksik juga dapat menyebabkan jejas pada sel dan

isinya, kondisi ini meningkat pada jaringan yang iskemik melalui rekrutmen

leukosit ditambah dengan adanya radikal bebas dari sidestream smoke (Kumar

dkk, 2007).

Dari hasil penelitian didapatkan nilai standar deviasi yang tinggi, hal ini

dapat mempengaruhi hasil analisa data, sehingga perlu penambahan jumlah

sampel supaya didapatkan repitasi data yang banyak untuk memperkecil standar

deviasi yang ada.

Page 25: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

25

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tidak terdapat peningkatan kadar SGPT pada kelompok perlakuan tikus

wistar (Rattus norvegicus) jantan yang diberi paparan sidestream smoke dengan

kelompok kontrol yang tidak diberi paparan sidestream smoke.

5.2 Saran

Perlu penelitian dengan variabel kerusakan hati yang lainnya yang

disebabkan oleh paparan sidestream smoke dan juga penambahan jumlah sampel.

Page 26: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

26

DAFTAR BACAAN

Aditama, TY. 1997. Rokok dan Kesehatan. Jakarta : UI Press, hal: 17-25.

Arief, Sjamsul. 2007. Radikal Bebas. Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR, Surabaya.

Asnar, E.T.P. 2011. Peran Perubahan Limfosit Penghasil Sitokin dan Peptida Motilitas Usus Terhadap Modulasi Respon Imun Mukosal Tikus yang Stres Akibat Stresor Renjatan Listrik Suatu Pendekatan Psikoneurologi. Disertasi. Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR.

Atessahin, A., Yilmaz,S., Karahan, I., Pirincci, I., dan Tasdemir, B. 2005. The Effects of Vitamin E and Selenium on Cypermethrin Induced Stres oksidatif in Rats. Turkey Journal Veteriner Animal Science. Vol. 29: 385-391.

Azwar, Syaifudin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bagchi, K . & Puri, S. 1998. Free Radicals and Antioxidants in Health And Disease. [serial online]. http://www.emro.who.int/Publications/EMHJ/0402/21.htm radical bebas. [9 April 2010].

Baker, H J. J R. 1980. The Laboratory Rat. Vol 1. Research Application. San Diego: Academic Press Inc.

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta.

Daniel, W. W. 1995. Biostatistics a Foundation for Analisys in the Health Science. Edisi 6. Canada: John Wiley and Sons, Inc.

Ekelund, Aman, J., Yngve, A., Renman, C., Westerterp, K., dan Sjostrom, M. 2002. Physical Activity But Not Energy Expenditure Is Reduced In Obese Adolescent. Vol. 76(9): halaman. 35-41.

Hasan, Irsan. 2008. Interpretasi dan Pendekatan Klinis terhadap Peningkatan Enzim Transaminase. Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.

Page 27: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

27

IAKMI. 2008. Paket Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok: Pedoman untuk Advokator Seri 1: Perlindungan terhadap Paparan Asap Rokok Orang Lain: Mengapa Perlu. [serial online].www.indofbh.org. [22 Maret 2012].

Jawi, I.M., Suprapta, D.N., dan Sutirtayasa,I.W.P. 2007. Efek Antioksidan Ekstrak Umbi Jalar Ungu Terhadap Hati Setelah Aktivitas Fisik Maksimal dengan Melihat Kadar ALT dan AST Pada Darah Mencit. Dexa Media. Vol.20(3): 103-106.

Jaya, M., 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Edisi Pertama. Yogyakarta: Riz’ma.

Jenkins, R.A., Guerin, M.R. dan Tomkins, B.A. 2000. Properties and Measure of Environmental Tobacco Smoke. In: The Chemistry of Environmental Tobacco Smoke Composition and Measurement. Edisi Kedua. Boca Raton, FL, Lewis Publishers: CRC Press.

Kelly, F.J. 2003. Stres oksidatif ; Its Role in Air Pollution and Adverse Health Effects. Occupational Environmental Medicine. P612:16.

Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi. Alih bahasa: Awal Prasetyo, Brahm U. Pendit & toni Priliono. Volume 1. Jakarta: EGC.

Martini. 2000. Fundamental of Anatomy and Physiology. Edisi Kelima. London: prentice Hall Inc.

Mathew, S dan Charity, T.M. 2012. Effect of Tobacco Consumption on Blood Pressure, Serum Lipids and Anthropometric Indices Among Saurashtra Population of Gujarat. Int. J. Biology, Pharmacy and Allied Sci. Vol 1(3): 370-381.

Mohammed, Suryono, dan Sunarintyas. 2012. Effect of Cigarette Smoking on Proliferation of Keratinocyte and Thickness of Gingival Epithelium. Dentica Journal.

Moskowitz, Mosteller, Schieken, Bossano, dan Hewitt. 1990. Lipoprotein and Oxygen Transport Alteration in Passive Smoking Preadolescent Children. Circulation Journal of the American Heart Asssociation. Vol 81: 586-592.

Murray, R. K., Granner, D.K., dan Rodwell, V. W. 2009. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta : EGC

Notoadmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rineka Pustaka.

Page 28: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

28

Panjaitan, R.G.P.,Handhayani, E., Chairul, Masriani, Zakiah, Z., dan Manalu, W. 2007. Pengaruh Pemberian Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Tikus. J. Makara Kesehatan. Vol 11(1)

Quit. 2005. Passive Smoking. Information sheet Greenhill Road Eastword SA 5063

Rafika. 2005. Pengaruh Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Kulit Batang Artocarpus champeden Spreng Terhadap Kadar Enzim SGPT dan SGOT Mencit. J. Farmasi UNAIR.vol 5(3)

Setiati, S. 2003. Radikal Bebas, Antioksi dan Proses Menua. Majalah Medika. Edisi 6. Jakarta (19): 366-368.

Sies, H. 1991. Stres Oksidatif II. In : oxidant and antioxidants. Edisi Pertama. London: Academic Press. P 15-17

Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta: PT Grasindo.

Sudoyo A.W, Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., dan Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Empat. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Suryohudoyo. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto.

Susanna, Dewi. 2003. Penentuan Kadar Nikotin Dalam Rokok. J. Makara Kesehatan. Vol 7(2) 2 Desember 2003.

Thomas, L. 1998. Clinical Laboratory Diagnostic. Edisi Pertama. Frankfrut: the Basic Verlagesell Schaft.

Trim, Bambang. 2006. Merokok Itu Konyol. Jakarta : Ganesha Exact.

Valenti, V.E., Abreu, L.C., dan Ferreira C. 2011. Sidestream Cigarette Smoke Exposure Effects On Baroreflex in Adult Rats. J. Arq Bras Cardiol. Vol.96: 148-153.

Widmann, F.K. 1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.

Widodo, M.A. 1995. Efek Pemicu Radikal Bebas dan Vitamin E pada Diabetes Komplikasi Pembuluh Darah Tikus Diabetes. Laporan Penelitian Hibah Bersaing 1992-1995 ; Malang. FKUB.

Page 29: 3 Bab 1234 Revisi Dpu Dpa

29

Woodley, Michele, M.D., Whelan, dan Alison, M.D. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta : Yayasan Essen tia Medika dan Andi Offset.

World Health Organization. WHO Report on The Global Tobacco Epidemic 2008. Implementing Smoke-Free Environments. [serial online]. (www.who.Int/tobacco/mpower).

Yueniwati, Y., & Mulyohadi, A. 2004. Pengaruh paparan asap rokok kretek terhadap peroksidasi lemak dan system proteksi superoksid dismutase hepar tikus wistar. Jurnal Kedokteran YARSI. Vol.12: 89.

Yusuf, A. M., Widodo, J.P., dan Doddy, M.S. 2010. Hubungan Radikal Bebas dan Antioksidan Dengan Kerusakan Ginjal pada Obstruksi Akut; Eksperimen Pada Hewan Coba. Surabaya: Program studi urologi FK UNAIR.