Top Banner
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 8 PERMUKIMAN II B B. PERMUKIMAN B.1. Tekanan Permukiman Terhadap Lingkungan Pada umumnya karakteristik permukiman penduduk di Kota Tegal sudah diatas rata-rata, karena sebagian besar penduduk telah berkehidupan diatas garis kemiskinan. Kondisi permukiman penduduknya sudah banyak yang berlantai dan setiap rumah rata-rata dihuni oleh 4 orang. Namun di Kota Tegal keberadaan fasilitas perumahan belum dapat dijumpai setiap kecamatan, hanya kecamatan yang berada di jalur aksesibilitas utama yang memiliki fasilitas tersebut. Prosentase jumlah penduduk miskin terhadap keseluruhan penduduk Kota Tegal mencapai 13,66%, dapat dilihat pada tabel dibawah ini; Tabel 2.1 Jumlah rumah tangga miskin kota Tegal tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Miskin 1. Tegal Selatan 15.875 2.679 2. Tegal Timur 19.839 2.584 3. Tegal Barat 17.092 1.731 4. Margadana 14.979 2.269 Jumlah 67.785 9.263 Sumber: Bappermas Kota Tegal Penduduk yang tinggal diwilayah kumuh, bantaran sungai dan pasang surut sebenarnya prosentasenya lebih kecil,namun secara intens gaya hidup mereka banyak memberi tekanan pada lingkungan dengan membuang sampah dan limbahnya sembarangan ke badan air maupun lahan terbuka sekitarnya Semakin tinggi tingkat ekonomi, sampah yang dihasilkan semakin beragam.
27

2B PERMUKIMAN

Jan 19, 2016

Download

Documents

Andhie Iswanto

Lingkungan Sehat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 8II - 8

PERMUKIMAN II B

B. PERMUKIMAN

B.1. Tekanan Permukiman Terhadap Lingkungan

Pada umumnya karakteristik permukiman penduduk di Kota Tegal sudah diatas rata-rata,

karena sebagian besar penduduk telah berkehidupan diatas garis kemiskinan. Kondisi permukiman

penduduknya sudah banyak yang berlantai dan setiap rumah rata-rata dihuni oleh 4 orang. Namun

di Kota Tegal keberadaan fasilitas perumahan belum dapat dijumpai setiap kecamatan, hanya

kecamatan yang berada di jalur aksesibilitas utama yang memiliki fasilitas tersebut. Prosentase

jumlah penduduk miskin terhadap keseluruhan penduduk Kota Tegal mencapai 13,66%, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 2.1 Jumlah rumah tangga miskin kota Tegal tahun 2010

No. Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Rumah Tangga Miskin

1. Tegal Selatan 15.875 2.679

2. Tegal Timur 19.839 2.584

3. Tegal Barat 17.092 1.731

4. Margadana 14.979 2.269

Jumlah 67.785 9.263

Sumber: Bappermas Kota Tegal

Penduduk yang tinggal diwilayah kumuh, bantaran sungai dan pasang surut sebenarnya

prosentasenya lebih kecil,namun secara intens gaya hidup mereka banyak memberi tekanan pada

lingkungan dengan membuang sampah dan limbahnya sembarangan ke badan air maupun lahan

terbuka sekitarnya Semakin tinggi tingkat ekonomi, sampah yang dihasilkan semakin beragam.

Sebaran permukiman kota Tegal dapat dilihat pada peta berikut (gambar 2.2) ini;

Page 2: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 9II - 9

PERMUKIMAN II B

Page 3: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15

PERMUKIMAN II B

2.2.1. Cara Pembuangan Sampah

Sumber-sumber sampah di Kota Tegal antara lain berasal dari :

1. Sampah

Permukiman,

Sampah ini berasal

dari rumah tangga

perkampungan

maupun permukiman

jalan protokol.

Sampah ini berasal

dari aktivitas dapur,

sampah pohon di

halaman maupun

kegiatan rumah

tangga lain.

2. Sampah Pasar Tradisional, Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan

pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan yang tidak dapat

dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan.

3. Sampah Pasar Modern, sumber sampah berasal dari pertokoan atau daerah

perdagangan, biasanya berupa sampah kertas plastik pembungkus atau sisa bahan

yang dijual. sampah bersifat tidak mudah membusuk.

4. Sampah Hotel dan Penginapan, sumber sampah ini berasal dari semua kegiatan

hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas,

makanan. sampah dapur dan lain-lain.

5. Sampah Rumah Sakit, merupakan sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit

baik ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah

yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3.

6. Sampah Industri, sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktivitas pemrosesan di

industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang ke TPA adalah

sampah jenis non B3.

7. Sampah Jalan, merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara

kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani

oleh penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan. Sebenarnya

seluruh jalan di Kota Tegal memberikan kontribusi sampah, akan tetapi hanya pada

jalan-jalan utama (jalan protokol) yang telah ditangani oleh Diskimtaru Kota Tegal.

0 500 1,000

675

675

600

700

700

379

400

400

400

400

(M3)

Volume Yang Terangkut

Gambar 9. Volume Sampah dan Sampah yang Terangkut per haridi Kota Tegal Tahun 2006-2010 (M3)

Volume of Waste and Waste Transported per day in Tegal 2006-2010Grafik 2.4 Volume sampah dan jumlah yang telah terangkut

Page 4: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15

PERMUKIMAN II B

Pengelolaan sampah Kota Tegal berada dibawah Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota

Tegal. Pengelolaan dilakukan dengan cara komunal oleh masyarakat yaitu dengan

ditimbun/dibakar pada lahan di pekarangannya sendiri dan oleh Dinas Permukiman dan

Tata Ruang Kota Tegal dilakukan dengan metode pengumpulan pada bak-bak sampah,

pengengkutan oleh gerobak sampah menuju TPS dan pengangkutan dengan truk menuju

TPA.

Gambar 2.3 Kontainer Sampah Kota Tegal (Jalan Perintis Kemerdekaan)

Gambar 2.4.TPS Sampah Kota Tegal di tepi jalan

Page 5: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15

PERMUKIMAN II B

Gambar 2.5 TPS pelabuhan Kota Tegal

Gambar 2.6. TPS dekat industri ikan

Kondisi eksiting prasarana dan sarana persampahan Kota Tegal dapat dilihat sebagai

berikut :

Tabel 2.2 Pengumpulan

No Jenis jumlah Volume Rata-rata

1 Gerobak/Becak sampah 360 2520 m3 360 m3

2 Becak motor 4 - -

3 TPS 85 5950 m3 850 m3

Page 6: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15

PERMUKIMAN II B

Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008

Tabel 2.3 Pemindahan

No Jenis Sarana Jumlah

1 Transfer Depo 4

2 Transfer Station -

Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008

Tabel 2.4 Pengangkutan

No Jenis Angkutan Volume Jumlah Kondisi

1 Dump truk 5 m3 11 baik

2 Arm Roll Truck 4 m3 4 baik

3 Compactor truck - - -

4 Trailer Truck - - -

5 Truck bak Kayu - - -

6 Mimi truck - - -

Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008

Pengelolaan persampahan di Kota Tegal saat ini ditangani oleh Diskimtaru Kota Tegal dan

didukung oleh masyarakat melalui Paguyuban Kebersihan Lingkungan yang dikelola oleh

Kelurahan (RT/RW). Diskimtaru Kota Tegal dalam melaksanakan tugasnya khusus

menangani persampahan di Kota Tegal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5 Prosentase Asumsi Timbulan Produksi Sampah Kota Tegal Tahun 2007

No Sumber Produksi sampah (m3/hari) Persentase (%)

1 Pemukiman 542 77,42

2 Pasar Tradisional 48 6,86

3 Pasar Modern 36 5,14

4 Hotel dan penginapan 27 3,86

5 Rumah sakit 11 1,57

6 Industri (non B3) 28 4,00

7 Urban 6 0,86

8 Lain-lain 2 0,29

Jumlah 700 100

Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008

Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Lokasi Jalan Mataram Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat, dengan luas lahan

TPA 6,6 Ha. Jarak TPA ke pemukiman terdekat 0,5 Km serta Jarak TPA ke sungai/pantai

terdekat 0,3 Km, untuk rencana pemakaian TPA tersebut dari tahun 2006 sampai dengan

tahun 2010

Tabel 2.6 Kondisi Eksisting Prasarana Dan Sarana Persampahan Kota Tegal

Page 7: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15

PERMUKIMAN II B

No Jenis Sarana Jumlah Kondisi

1 Buldoser 1 baik

2 Power shovel - -

3 Excavator 1 baik

4 Whell oader - -

5 Kantor pengelola

Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008

Gambar 2.7. TPA Kota Tegal

Page 8: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15

PERMUKIMAN II B

Gambar 2.8. Unit pengolahan sampah komposting TPA Kota Tegal

Gambar 2.9 Unit pengolahan sampah komposting TPA Kota Tegal

Page 9: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 16II - 16

PERMUKIMAN II B

Gambar 2.10 Peta Jaringan Sampah Kota Tegal

Page 10: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 18II - 18

PERMUKIMAN II B

Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat

1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang

2. Prilaku masyarakat Kota Tegal membuang sampah di sungai atau badan saluran

masih banyak terlihat

3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah

4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan

5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada diluar jalan

protokol belum ditangani secara baik, dan masih ditangani secara individual.

Permasalahan persampahan ditingkat pemerintah

1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base persampahan

2. Pihak Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal

mengalami kesulitan menempatkan TPS ( baik permanen maupun kontainer)

3. Status lahan TPA yang masih sewa dengan masa akhir pemakaian Tahun 2010

4. Pemerintah Kota Tegal belum memiliki TPA sanitary landfil

Permasalahan persampahan ditingkat swasta

Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali

bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut

2.2.2. Tempat Buang Air Besar.

Permasalahan air limbah rumah tangga di Kota Tegal adalah sebagai berikut :

1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, dibeberapa

wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola

dengan benar.

2. Kerusakan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) yang terletak di Kelurahan

Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

Pengelolaan air limbah Kota Tegal telah alihkan kewenangannya dari Kantor Kantor

Lingkungan Hidup Kota Tegal ke Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal.

Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu : Sistem Pengolahan Air

Limbah Setempat (on-site system) dan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site

system).

Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air

limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan

dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat

atau di lokasi sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan

skala kecil.

Sedangkan sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem

Page 11: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 18II - 18

PERMUKIMAN II B

penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi

Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan masalah sanitasi di daerah padat

penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi mebutuhkan biaya investasi yang tinggi. Sistem

ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup tinggi dan terdiri atas sambungan

rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi pengolahan

air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi saja untuk melayani

permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metoda self cleansing sehingga

membutuhkan kemiringan saluran yang cukup. Sistem pengelolaan air limbah di Kota Tegal

masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik

itu secara individu dan dibeberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga

masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke

saluran atau sungai. Berdasarkan data dari Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota

Tegal Tahun 2007 baru 75,244% dari total penduduk Kota Tegal yang sudah dilayani oleh

sarana pembuangan air limbah dengan sistem setempat (on site) dengan perincian dilayani

dengan Cubluk Non Leher Angsa (CNLA) dan 0,224% dilayani dengan Septictank Leher

Angsa (STLA). Sedangkan yang telah memanfaatkan atau menggunakan Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah 0,112% dari total penduduk Kota Tegal.

Pembuatan IPAL domestik skala komunal yang melayani 14 kk lebih dibuat di Kelurahan

Margadana, sebagai kegiatan percontohan. Sedangkan penanganan sanitasi secara

komunal yang lainnya berupa kegiatan pembangunan sanimas di Kelurahan Keturen,

Kelurahan Tegalsari dan Kelurahan Pesurungan Lor untuk mengatasi permasalahan limbah

domestik. Pengelolaan limbah rumah tangga di Kota Tegal dilakukan secara individual pada

masing-masing rumah tangga serta belum terdapat penanganan air limbah dengan system

rioolering atau sistem lainnya. Pengelolaan air bekas rumah tangga dilakukan secara

individual dengan memanfaatkan saluran drainase dan sebagian menggunakan SPAL.

Page 12: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 19II - 19

PERMUKIMAN II B

Gambar 2.11 Peta Jaringan Sampah Kota Tegal

Page 13: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21

PERMUKIMAN II B

2.2.3. Kebutuhan Air Bersih

Jumlah Pengguna jasa PDAM di Kota Tegal Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 2.7 Jumlah Pelanggan Air PDAM di Kota Tegal Tahun 2010

No BulanSosial

Instansi Rumahtangga Niaga Industri Pelabuhan Lainnya JumlahPemerintah

  (1)  (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Januari 158 156 11.564 1.610 37 1 90 13.616

2 Pebruari 158 156 11.564 1.605 35 2 87 13.607

3 Maret 158 156 11.560 1.604 35 2 89 13.604

4 April 158 156 11.554 1.601 35 2 92 13.598

5 Mei 158 156 11.559 1.597 35 2 94 13.601

6 Juni 156 156 11.562 1.593 35 2 89 13.593

7 Juli 155 156 11.557 1.591 35 2 92 13.588

8 Agustus 155 156 11.551 1.592 35 2 99 13.590

9 September 154 156 11.560 1.591 35 2 91 13.589

10 Oktober 154 156 11.564 1.587 35 2 91 13.589

11 Nopember 154 156 11.574 1.587 35 2 92 13.600

12 Desember 151 156 11.569 1.588 35 2 90 13.591

                   Sumber:PDAM Kota Tegal/ PDAM of Tegal

Gambar 2.12 Reservoir Air Bersih Kota Tegal

Tabel diatas memperlihatkan bahwa konsumen PDAM yang mencapai 20% menunjukkan tingginya

kebutuhan masyarakat Kota Tegal akan air bersih yang terjamin kualitasnya.

Page 14: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21

PERMUKIMAN II B

Permasalahan air bersih Kota Tegal ditingkat masyarakat :

1. Besarnya angka pertumbuhan penduduk Kota Tegal mengakibatkan harus mencari

alternatif baru sumber air baku.

2. Beberapa masyarakat di Kota Tegal yang belum terakses oleh layanan air bersih,

contohnya Kecamatan Margadana dan Kecamatan Tegal Timur belum seluruhnya terlayani

jaringan perpipaan PDAM.

3. Faktor ekonomi masyarakat yang rendah/terbatas menjadi alasan masyarakat tersebut

untuk tidak melakukan pemasangan jaringan air bersih dari PDAM.

4. Banyak masyarakat berpendapat bahwa kualitas air PDAM kurang bagus, sehingga

masyarakat lebih mengandalkan sumber sumur dalam untuk memperoleh sumber air

bersih.

Permasalahan air bersih ditingkat PDAM

1. Debit air dari suplai PDAM sangat kecil, sehingga tidak mencukupi kebutuhan air bersih

masyarakat di Kota Tegal.

2. Banyak terjadi sehingga kinerja dan usia sistem distribusi kurang efesien. Kebocoran air

sebesar 48,20% yang dikarenakan adanya sambungan liar/pencurian air, water meter

rusak/tidak berfungsi, pencatatan meter air yang tidak akurat.

3. Kurangnya jam kerja operasional, hal ini disebabkan oleh kurangnya tekanan air pada sistem

transmisi dan distribusi.

4. Kinerja dan umur sistem distribusi kurang efesien.

B.2. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Tegal cenderung menurun. Kemiskinan juga berhubungan

dengan rumah tempat tinggal. Mengingat masih banyak penduduk yang tidak mampu membuat

atau memperbaiki rumah secara layak, maka kondisi rumah dapat juga mencerminkan kondisi

lingkungan sekitar rumah. Keberadaan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)

bagi setiap rumah dapat mencerminkan kondisi lingkungan sekitar rumah. Kondisi rumah di

Tegal yang memiliki jamban tercatat 95,89 persen. Ditinjau dari pentahapan keluarga

sejahtera dapat dibedakan menjadi Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga

Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus. Untuk Keluarga Sejahtera II, III,

dan III Plus terjadi peningkatan kesejahteraan. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan

yang baik sehingga mempengaruhi kegiatan/ pertumbuhan ekonomi yang naik, yang selanjutnya

pendapatan keluarga meningkat.

Pembangunan Perkotaan di Indonesia saat ini dihadapi oleh masalah besarnya jumlah

penduduk yang bermukim di perkotaan dan tingginya arus urbanisasi. Hampir seperempat dari

penduduk perkotaan tersebut (23,1%), hidup di kawasan permukiman kumuh. Ini artinya hampir 10%

dari total penduduk masih memerlukan perhatian yang serius dalam pembangunan perkotaan,

Page 15: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21

PERMUKIMAN II B

khususnya perumahan dan permukiman perkotaan. Semakin banyaknya penduduk Indonesia yang

tinggal di daerah perkotaan, terutama disebabkan oleh tingginya arus urbanisasi penduduk. Dengan

adanya tingkat perpindahan penduduk yang cepat (laju urbanisasi antara 1% - 1,5% per tahun),

maka dalam kurun waktu 20 hingga 25 tahun lagi jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan

dapat mencapai 65%.

Besarnya arus urbanisasi ini disebabkan oleh adanya 2 faktor, yaitu daya tarik perkotaan

sebagai penyedia lapangan kerja, fasilitas dan utilitas publik (pull factor) dan adanya tekanan

kawasan perdesaan yang mempunyai keterbatasan lapangan kerja, fasilitas dan utilitas publik (push

factor). Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat memperluas besaran permukiman kumuh di

perkotaan, yaitu :

a. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hunian/papan masih sangat terbatas;

b. Belum adanya data dan informasi serta peta masalah yang terukur dari setiap kota yang

menggambarkan data up to date kawasan permukiman kumuh. Minimnya data dan informasi ini

dapat menjadi kendala dalam penyusunan kebijakan penanganan perumahan dan permukiman

kumuh perkotaan. Selain itu, masih terdapat Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

kabupaten dan kota yang belum dapat memberikan jaminan ketersediaan lahan bagi perumahan

masyarakat berpenghasilan rendah. Akibatnya, strategi untuk menangani kawasan permukiman

kumuh, termasuk pembagian peran yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,

masyarakat, dan sektor swasta belum dapat dilaksanakan dengan baik.

c. Orientasi pembangunan daerah yang lebih banyak ditujukan untuk peningkatan ekonomi formal,

dan hanya sedikit mempertimbangkan kebutuhan sosial ekonomi rakyat miskin dan rentan di

perkotaan.

Kecenderungan ini dapat membatasi kesempatan untuk masyarakat miskin mendorong

kemampuan sosial ekonominya sebagai warga permukiman kumuh yang umumnya berada disektor

informal.

Saat ini Departemen PU melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah berupaya untuk menangani

permukiman kumuh perkotaan secara maksimal yang dilakukan melalui berbagai program, yaitu:

a. Peningkatan Kualitas Permukiman Perkotaan

Peningkatan kualitas permukiman untuk permukiman kumuh kategori ringan dan sedang,

dilakukan dengan peningkatan kualitas prasarana permukiman seperti jalan setapak, saluran

drainase dan prasarana air minum. Program ini juga dilakukan untuk prasarana permukiman di

lingkungan Rumah Sederhana Sehat (RSH). Hingga saat ini telah dilakukan peningkatan kualitas

prasarana dan sarana permukiman pada lingkungan RSH sebanyak 201.364 unit.

b. Peremajaan Kota (Pembangunan Rusunawa)

Untuk menangani permukiman kumuh kategori berat dilakukan dengan upaya peremajaan kota

dan pembangunan Rumah Susun Sederhana (Rusuna), khususnya pada lahan-lahan yang

Page 16: 2B PERMUKIMAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21

PERMUKIMAN II B

bernilai ekonomi tinggi dan berkepadatan penduduk tinggi di perkotaan. Hingga saat ini telah

dilakukan pembanguna Rusunawa 12.672 unit yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

c. Peningkatan Pelayanan Prasarana Permukiman Berbasis Masyarakat (Pamsimas/Sanimas)

Program pembangunan prasarana permukiman, khususnya untuk air minum berbasis

masyarakat (Pamsimas) dilaksanakan di 110 kota yang mencakup 5000 kelurahan/desa.

Program ini membangun prasarana air minum dengan basis pemberdayaan masyarakat serta

pengembangan kondisi sosial ekonomi penduduk setempat. Program ini juga menekankan

capacity building untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan yang berprinsip

bottom up development. Program Pembangunan Sanitasi berbasis Masyarakat (Sanimas)

dilaksanakan di 206 lokasi yang mencakup 15.968 keluarga atau 75.203 penduduk. Program ini

membangun prasararana sanitasi berdasarkan partisipasi masyarakat yang juga menekankan

pentingnya capacity building masyarakat.

d. Pengentasan Kemiskinan (PNPM Mandiri/P2KP)

Salah satu upaya untuk mengurangi besaran permukiman kumuh perkotaan adalah melalui

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja masyarakat perkotaan.

Hal ini dilakukan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri) yang bermanfaat bagi 14 juta keluarga dan

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sebanyak 11% melalui penciptaan lapangan kerja

baru.

e. Peningkatan Kualitas Permukiman Perdesaan (Agropolitan dan PPIP)

Penanganan masalah permukiman kumuh perkotaan juga ditempuh dengan upaya pencegahan

arus urbanisasi, yaitu melalui peningkatan kualitas permukiman perdesaan. Program yang telah

dilakukan adalah Agropolitan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi perdesaan

dan PPIP yang membangun prasarana permukiman di perdesaan.