Top Banner
537 | SEPTEMBER - OKTOBER 2010 ABSTRAK Biopsi jaringan dalam bidang dermatologi perlu perencanaan sempurna agar memperoleh hasil pemeriksaan histo- patologik yang mewakili seluruh lesi kulit, tanpa menimbulkan efek samping atau komplikasi pada pasien. Tinjauan pustaka ini membahas mekanisme kerja dan macam-macam teknik anestesi lokal dan regional yang dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan rasa nyeri selama biopsi kulit. PENDAHULUAN Pemanfaatan biopsi jaringan untuk membantu menegakkan diagnosis jauh lebih sering dilakukan dalam bi- dang dermatologi daripada bidang- bidang spesialisasi lain. 1 Sebelum merencanakan tindakan biopsi, perlu dipertimbangkan pilihan-pilihan teknik anestesi yang dapat dilakukan. Den- gan perencanaan yang sempurna di- harapkan akan dapat diperoleh suatu sediaan untuk pemeriksaan histopa- tologik yang mewakili seluruh lesi ku- lit, tanpa menimbulkan efek samping atau komplikasi yang tidak diinginkan pada pasien. Tinjauan pustaka ini akan memba- has mengenai mekanisme kerja dan macam-macam teknik anestesi lokal dan regional yang dapat dimanfaat- kan untuk menghilangkan rasa nyeri selama biopsi kulit. DEFINISI Istilah ‘anestesi’ berasal dari Bahasa Yunani an yang artinya tidak, dan ais- thesis yang artinya perasaan. Secara umum anestesi berarti kehilangan perasaan atau sensasi. Walaupun de- mikian, istilah ini terutama digunakan untuk kehilangan perasaan nyeri yang diinduksi untuk memungkinkan dilaku- kannya pembedahan atau prosedur lain yang menimbulkan rasa nyeri. 2 MEKANISME KERJA Serabut saraf memiliki membran li- poprotein yang memisahkan matriks intraseluler dari ekstraseluler. Cairan intraseluler terutama mengandung kalium, sedangkan cairan ekstrase- luler mengandung natrium. Pada fase istirahat, membran relatif permeabel terhadap kalium tetapi kurang per- meabel terhadap natrium, sehingga mempunyai potensi membran -70 mV di mana bagian luar relatif positif dibandingkan bagian dalam dan mem- bran dalam keadaan polarisasi. 3 Bila saraf dirangsang maka terjadi pening- katan permeabilitas terhadap natrium, sehingga terjadi depolarisasi dan pen- ingkatan potensi membran +20 mV di mana bagian luar menjadi relatif negatif dibandingkan bagian dalam. Kejadian berurutan di mana impuls menyebar sepanjang saraf. Pada fase selanjutnya terjadi repolarisasi mem- bran yang menyebabkan peningkatan permeabilitas terhadap kalium. Pada akhir potensi aksi, natrium dikeluarkan melalui proses aktif, dan saraf kembali ke fase istirahat. 3 Anestesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit Yuanita Dian Utama Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Dipo- negoro / Rumah Sakit Dokter Kariadi, Semarang Sebagian besar obat anestesi lokal te- rikat pada reseptor ‘sodium channel’ dan bekerja mencegah terbukanya ‘sodium channel’ pada membran akson sehingga tidak terjadi depo- larisasi dan potensi aksi tidak me- ningkat. Dengan demikian, anestesi lokal menyebabkan peningkatan nilai ambang rangsang saraf, mengham- bat penyebaran impuls, mengurangi kecepatan peningkatan potensi aksi, dan akhirnya menghambat konduksi. 3 TEKNIK-TEKNIK ANESTESI Pilihan teknik anestesi untuk sebagian besar kasus adalah masalah individual. Selain aspek-aspek teknis, untuk me- nentukan pilihan tersebut juga harus mempertimbangkan status emosional pasien. Secara umum, anestesi lokal atau regional lebih disukai, khususnya pada pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau saluran perna- pasan, karena lebih aman dan nya- man. 4 1. Anestesi Lokal Anestesi lokal didefinisikan sebagai hi- langnya sensasi sementara pada suatu area tubuh yang relatif kecil atau ter- batas yang tercapai dengan aplikasi topikal atau injeksi obat-obat yang PRAKTIS
7

25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

Aug 07, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

537| SEPTEMBER - OKTOBER 2010

ABSTRAKBiopsi jaringan dalam bidang dermatologi perlu perencanaan sempurna agar memperoleh hasil pemeriksaan histo-patologik yang mewakili seluruh lesi kulit, tanpa menimbulkan efek samping atau komplikasi pada pasien. Tinjauan pustaka ini membahas mekanisme kerja dan macam-macam teknik anestesi lokal dan regional yang dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan rasa nyeri selama biopsi kulit.

PENDAHULUANPemanfaatan biopsi jaringan untuk membantu menegakkan diagnosis jauh lebih sering dilakukan dalam bi-dang dermatologi daripada bidang-bidang spesialisasi lain.1 Sebelum merencanakan tindakan biopsi, perlu dipertimbangkan pilihan-pilihan teknik anestesi yang dapat dilakukan. Den-gan perencanaan yang sempurna di-harapkan akan dapat diperoleh suatu sediaan untuk pemeriksaan histopa-tologik yang mewakili seluruh lesi ku-lit, tanpa menimbulkan efek samping atau komplikasi yang tidak diinginkan pada pasien.

Tinjauan pustaka ini akan memba-has mengenai mekanisme kerja dan macam-macam teknik anestesi lokal dan regional yang dapat dimanfaat-kan untuk menghilangkan rasa nyeri selama biopsi kulit.

DEFINISIIstilah ‘anestesi’ berasal dari Bahasa Yunani an yang artinya tidak, dan ais-thesis yang artinya perasaan. Secara umum anestesi berarti kehilangan perasaan atau sensasi. Walaupun de-mikian, istilah ini terutama digunakan untuk kehilangan perasaan nyeri yang

diinduksi untuk memungkinkan dilaku-kannya pembedahan atau prosedur lain yang menimbulkan rasa nyeri.2

MEKANISME KERJASerabut saraf memiliki membran li-poprotein yang memisahkan matriks intraseluler dari ekstraseluler. Cairan intraseluler terutama mengandung kalium, sedangkan cairan ekstrase-luler mengandung natrium. Pada fase istirahat, membran relatif permeabel terhadap kalium tetapi kurang per-meabel terhadap natrium, sehingga mempunyai potensi membran -70 mV di mana bagian luar relatif positif dibandingkan bagian dalam dan mem-bran dalam keadaan polarisasi.3 Bila saraf dirangsang maka terjadi pening-katan permeabilitas terhadap natrium, sehingga terjadi depolarisasi dan pen-ingkatan potensi membran +20 mV di mana bagian luar menjadi relatif negatif dibandingkan bagian dalam. Kejadian berurutan di mana impuls menyebar sepanjang saraf. Pada fase selanjutnya terjadi repolarisasi mem-bran yang menyebabkan peningkatan permeabilitas terhadap kalium. Pada akhir potensi aksi, natrium dikeluarkan melalui proses aktif, dan saraf kembali ke fase istirahat.3

Anestesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit

Yuanita Dian UtamaBagian / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Dipo-

negoro / Rumah Sakit Dokter Kariadi, Semarang

Sebagian besar obat anestesi lokal te-rikat pada reseptor ‘sodium channel’dan bekerja mencegah terbukanya ‘sodium channel’ pada membran ‘sodium channel’ pada membran ‘sodium channel’akson sehingga tidak terjadi depo-larisasi dan potensi aksi tidak me-ningkat. Dengan demikian, anestesi lokal menyebabkan peningkatan nilai ambang rangsang saraf, mengham-bat penyebaran impuls, mengurangi kecepatan peningkatan potensi aksi, dan akhirnya menghambat konduksi.3

TEKNIK-TEKNIK ANESTESIPilihan teknik anestesi untuk sebagian besar kasus adalah masalah individual. Selain aspek-aspek teknis, untuk me-nentukan pilihan tersebut juga harus mempertimbangkan status emosional pasien. Secara umum, anestesi lokal atau regional lebih disukai, khususnya pada pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau saluran perna-pasan, karena lebih aman dan nya-man.4

1. Anestesi LokalAnestesi lokal didefinisikan sebagai hi-langnya sensasi sementara pada suatu area tubuh yang relatif kecil atau ter-batas yang tercapai dengan aplikasi topikal atau injeksi obat-obat yang

PRAKTIS

Page 2: 25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

539| SEPTEMBER - OKTOBER 2010

menekan eksitasi ujung saraf atau menghambat konduksi impuls sepan-jang saraf perifer.5

Salah satu keunggulan anestesi lokal yaitu dimungkinkannya komunikasi antara operator dengan pasien sela-ma operasi. Hal ini terutama penting saat operasi dilakukan di dekat saraf-saraf penting.4 Sedangkan kerugian-nya yaitu bahwa operator harus san-gat berhati-hati dalam berbicara agar tidak mengucapkan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Selain itu, secara teknis injeksi anestesi lokal dapat me-nyebabkan pembengkakan jaringan, sehingga mempersulit penentuan ba-tas lesi secara tepat. Pada beberapa area, seperti bibir, kelopak mata, dan alis, pembengkakan akibat anestesi akan sangat mengganggu hasil akhir secara kosmetik. Untuk mengatasi ke-adaan ini, sebaiknya rencana tindakan dan garis batas operasi digambar se-belum injeksi anestesi.4

Obat anestesi lokal yang ideal yaitu yang memiliki awitan kerja cepat, du-rasi kerja cukup panjang, serta derajat toksisitas dan alergenisitas minimal. Sebagian besar kriteria ini dipenuhi oleh anestesi lokal dengan golongan amida (Tabel 1.). Jika diperlukan anes-tesi tambahan, injeksi ulang sebanyak 25% dari dosis maksimal dapat diberi-kan 30 menit setelah injeksi awal.4

Tambahan obat-obat vasokonstriktor seperti epinefrin akan menyebabkan vasokonstriksi sementara dan men-gurangi perdarahan intraoperatif, mempercepat awitan kerja dan mem-perpanjang durasi kerja, serta menin-gkatkan kadar obat anestesi dalam jaringan karena obat anestesi yang masuk dalam sirkulasi darah berku-rang. Kerugiannya yaitu bahwa vaso-dilatasi yang terjadi setelah efek va-sokonstriksi habis akan meningkatkan perdarahan.4

Pada beberapa area tubuh, vasokon-striksi dapat menyebabkan kerusakan jaringan, sehingga biasanya disara-nkan jangan menggunakan anestesi yang mengandung epinefrin untuk

jari, penis, hidung, dan telinga. Se-lain itu, epinefrin sebaiknya dihindari untuk pasien-pasien dengan penya-kit vaskuler perifer, diabetes, kardio-vaskuler, glaukoma, dan pasien hamil. Epinefrin juga berinteraksi dengan berbagai obat, antara lain: antihiper-tensi, antidepresan, amfetamin, dan hidantoin.4

Pada beberapa pasien injeksi obat anestesi cukup menyakitkan, sehingga beberapa operator menambahkan sodium bikarbonat pada larutan anes-tesi untuk meningkatkan pH agar nyeri berkurang. Larutan yang mengandung sodium bikarbonat harus selalu baru, atau setidaknya dibuat tiap hari.4

Bahan tambahan lain yang bermanfaat yaitu hialuronidase. Enzim ini men-gurangi edema dan mempermudah difusi obat anestesi. Hialuronidase terutama bermanfaat dalam anestesi kelopak mata, di mana edema sering terjadi. Saat anestesi blok saraf, hia-luronidase menyebabkan difusi obat anestesi lebih luas.4

Efek samping anestesi lokal yang mungkin terjadi: kerusakan saraf, re-aksi alergi, kerusakan vaskuler, pneu-motoraks (pada blok pleksus), infeksi pada area injeksi, injeksi intravaskuler, nekrosis jaringan (jika menggunakan vasokonstriktor), reaksi toksik sistemik, reaksi sistem saraf pusat, hiperventi-lasi, agitasi, depresi napas, hipotensi, atau aritmia.4

1.1. KrioanestesiSemprotan krio menghasilkan anest-esi sementara untuk prosedur superfi-sial. Penyemprotan selama 5-10 detik menghasilkan anestesi parsial selama 1 menit; waktu ini cukup untuk melaku-kan biopsi shave atau biopsi plong.4

Anestesi semprot yang pertama kali digunakan yaitu etil klorida, dengan efek samping mudah meledak jika bercampur dengan udara, dapat me-nyebabkan hepatotoksisitas, dan jika uapnya terhirup dalam jumlah besar dapat menyebabkan anestesi sistemik. Anestesi semprot lain yang mengand-

ung diklorotetrafluoroetan kurang toksik dan lebih efektif daripada etil klorida, namun di Amerika Serikat te-lah ditarik dari pasaran karena meru-sak lapisan ozon (Gambar 1.).4,6

Beberapa ahli menyebutkan bahwa etil klorida tidak bermanfaat untuk biopsi plong karena menyebabkan trauma jaringan dan menurunkan kualitas spesimen untuk pemeriksaan mikroskopis.6

1.2. Anestesi TopikalEMLA (eutectic mixture of local an-esthetics) yang merupakan campuran lidokain 2,5% dengan prilokain 2,5% dalam vehikulum khusus dapat meng-hasilkan anestesi yang cukup baik jika diaplikasikan dengan oklusi selama 45-60 menit (Gambar 2). Pada anak-anak, EMLA yang digunakan pada area luas dapat menyebabkan methemoglobin-emia.4

1.3. Anestesi InfiltrasiPada umumnya, injeksi infiltrasi tidak dilakukan secara langsung pada lesi tetapi justru pada sekitar lesi, dengan beberapa tusukan membentuk suatu cincin untuk mencakup seluruh area operasi (Gambar 3). Pendekatan ini meminimalkan risiko teoritis penye-baran tumor ganas oleh trauma jarum injeksi dan mencegah edema dermal yang dapat mengganggu evaluasi his-tologis.4

2. Anestesi RegionalAnestesi regional didefinisikan seba-gai proses yang sama dengan aneste-si lokal, yang melibatkan area jaringan subkutan yang lebih luas atau saraf-saraf perifer yang lebih luas.5

Anestesi regional dapat dicapai den-gan injeksi obat anestesi berdurasi kerja panjang pada daerah proksimal lokasi operasi, di sekitar saraf sensorik utama. Pendekatan ini terutama ber-manfaat untuk daerah wajah, jari, dan genitalia pria.4

2.1. Daerah Kepala dan LeherDaerah dahi disarafi oleh saraf supra-orbitalis dan supratroklearis. Saraf su-

PRAKTIS

CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 539 8/26/2010 3:40:05 PM

Page 3: 25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

540 | SEPTEMBER - OKTOBER 2010

praorbitalis keluar dari foramen supra-orbitalis, yang dapat diraba sepanjang batas atas orbita, kira-kira 2,5 cm late-ral garis tengah wajah. Blok saraf ini dapat dilakukan dengan injeksi 2-3 ml lidokain 1% ke dalam foramen supra-orbitalis. Sedangkan saraf supratrok-learis keluar di sepanjang batas atas orbita, kira-kira 1 cm medial foramen supraorbitalis. Blok saraf supratrokle-aris dilakukan dengan injeksi 2-3 ml lidokain 1% pada batas atas orbita, 1 cm medial foramen supraorbitalis. Un-tuk blok kedua saraf sekaligus, infiltra-si 5-7 ml lidokain 1% dilakukan pada dua pertiga tengah alis, tepat di atas tulang orbita (Gambar 4).11

Saraf infraorbitalis mensarafi daerah sentral wajah, mencakup bibir atas, pipi, dan sebagian cuping hidung. Sa-raf ini keluar dari foramen infraorbita-lis, yang terletak tepat di bawah orbi-ta, sedikit ke arah nasal terhadap garis imajiner yang ditarik dari pertengahan kelopak mata bawah. Untuk blok saraf, jarum ditusukkan sekitar 1 cm inferior foramen infraorbitalis dan didorong ke arah foramen, kemudian masukkan 2-4 ml lidokain 1% (Gambar 5).11

Telinga disarafi oleh saraf aurikularis, osipital, dan aurikulotemporalis. Injek-si 10-20 ml obat anestesi di atas dan bawah daun telinga akan mengha-silkan blok berbentuk belah ketupat (Gambar 6).11

Bibir atas dianestesi dari dua titik, masing-masing pada tiap sudut mu-lut (Gambar 7). Secara keseluruhan, sepanjang dua garis ke arah ala nasi disuntikkan 5-10 ml obat anestesi.11 Bi-bir bawah dianestesi dari titik tengah dagu, kemudian jaringan ikat diinfil-trasi secara oblik ke arah sudut mulut (Gambar 7.). Biasanya secara keselu-ruhan diperlukan 10-15 ml obat anes-tesi.11

Saraf mentalis memberi inervasi sen-sorik pada bagian anterior mandibula. Saraf ini keluar dari foramen mentalis, yang terletak di antara batas atas dan bawah mandibula serta berada dalam satu garis imajiner dengan foramen

supraorbitalis, pupil, dan foramen in-fraorbitalis. Jarum ditusukkan kurang lebih 1,5 cm posterolateral foramen ke arah foramen, kemudian diinjeksi-kan 2-3 ml lidokain 1% (Lihat Gambar 8.).11

2.2. Daerah Ekstremitas dan Ingui-nalSaraf medianus memberi sensasi pada sisi radial telapak tangan, sisi palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan separuh jari manis, serta dasar kuku jari-jari tersebut. Saraf medianus bera-da di antara tendo-tendo fleksor karpi radialis dan palmaris longus, di bawah fleksor retinakulum. Kedua tendo ter-sebut dapat dikenali dengan meminta pasien mempertemukan ibu jari dan jari kelingking. Jarum disuntikkan den-gan sudut 45˚ ke antara tendo-tendo pada lipatan pergelangan tangan proksimal. Injeksi 2-5 ml obat anestesi lokal akan memblok nervus medianus (Gambar 9 A). Jika timbul parestesia, jarum harus ditarik sedikit (sekitar 2 mm) untuk menghindari kerusakan se-rabut saraf atau injeksi intraneural.12

Cabang superfisialis saraf radialis mensarafi dorsum tangan dan bagian proksimal sendi interfalangeal distal tiga jari pertama. Sebelum mencapai pergelangan tangan saraf ini memiliki banyak cabang, sehingga area yang perlu dianestesi untuk mencapai blok total cukup luas. Pertama-tama, 3 ml lidokain 1% diinjeksikan tepat di la-teral arteri radialis pada lipatan per-gelangan tangan proksimal. Jarum kemudian digeser dan ditusukkan secara subkutan melintasi tepi proksi-mal snuffbox menuju pertengahan sisi dorsal pergelangan tangan. Injeksi 5-7 ml obat anestesi dilakukan secara me-lingkar sambil menarik jarum (Gambar 9 B).12

Saraf ulnaris bercabang ke palmar dan dorsal pada lipatan fleksor proksimal pergelangan tangan, mensarafi ba-gian ulnaris permukaan palmar dan dorsal telapak tangan dan jari kelin-gking, serta separuh bagian ulnaris jari kelingking. Injeksi 5-7 ml obat anestesi sedalam 1-2 cm ke daerah antara ten-

do fleksor karpi ulnaris dan arteri ulna-ris akan memblok cabang palmar dari saraf ulnaris (Gambar 10 A). Cabang ulnaris dorsal dapat diblok dengan in-filtrasi 3-4 ml cairan pada daerah distal prosesus stiloideus ulnaris (Gambar 10 B). Kedua cabang saraf tersebut juga dapat diblok sekaligus pada siku. Caranya, siku difleksikan 90º, jarum di-tusukkan 0,5 cm ke dalam kulit antara olekranon dan epikondilus medialis, kemudian suntikkan 3-5 ml cairan. Ri-siko kerusakan saraf pada prosedur ini lebih tinggi karena saraf dapat ter-jebak di antara anestesi lokal dan tu-lang, menyebabkan iskemia saraf.12

Kedua saraf yang berjalan pada tiap sisi jari tangan dan kaki dapat diblok dengan injeksi pada tiap sisi jari (Gam-bar 11). Jarum ditusukkan ke arah tulang, pada perbatasan permukaan palmar dan dorsal jari, 1-2 cm distal sela jari. Anestesi diberikan dengan jarum tegak lurus jari, kemudian sedi-kit bersudut ke arah palmar dan dor-sal. Biasanya hanya dibutuhkan 1,5 ml obat anestesi untuk tiap sisi jari.12

Anestesi lokal pada telapak kaki relatif sulit karena rasa nyeri yang nyata saat penetrasi; blok saraf regional seringka-li lebih disukai. Blok pergelangan kaki posterior (Gambar 12.) digunakan un-tuk menganestesi telapak kaki melalui blok saraf suralis dan tibialis poste-rior. Saraf suralis berjalan di belakang fibula dan maleolus lateral, dan men-sarafi tumit dan sisi lateral kaki. Untuk melakukan blok saraf suralis, pasien diposisikan telungkup dengan kaki sedikit dorsofleksi. Jarum ditusukkan di lateral tendo Achilles dan 1-2 cm di atas ujung lateral maleolus. Obat anestesi disuntikkan dengan pola sep-erti kipas dari satu sisi ke sisi lain untuk mencakup seluruh persarafan.12

Saraf tibialis terletak di antara maleo-lus medialis dan tendo Achilles, men-sarafi bagian medial telapak kaki dan sisi medial kaki. Saraf ini berjalan di posterior arteri tibialis posterior. Untuk memblok saraf tibialis, pasien diposi-sikan telungkup dengan kaki sedikit dorsofleksi. Jarum ditusukkan di ante-

PRAKTIS

CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 540 8/26/2010 3:40:06 PM

Page 4: 25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

541| SEPTEMBER - OKTOBER 2010

rior tendo Achilles, 1-2 cm di atas ma-leolus medialis, kemudian didorong menuju arteri tibialis posterior. Saraf tibialis terletak di bawah retinakulum fleksor yang padat, sehingga ma-suknya jarum akan terasa saat menem-bus retinakulum. Sekitar 5 ml lidokain 1% disuntikkan di sekitar saraf setelah dilakukan aspirasi untuk mencegah in-jeksi intraarteri. Sambil menarik jarum, ditambahkan 5 ml lidokain lagi.12

Blok pergelangan kaki anterior (Gam-bar 13) digunakan untuk prosedur pada dorsum kaki dan melibatkan anestesi saraf safena, serta saraf pe-roneus superfisial dan profunda. Saraf peroneus profunda mensarafi ruang antara jari kaki pertama dan kedua; terletak antara tendo tibialis anterior dan tendo ekstensor halusis longus. Pasien diposisikan terlentang dan pergelangan kaki sedikit plantarfleksi, kemudian jarum ditusukkan di bagian atas maleolus antara tendo-tendo ti-bialis anterior dan ekstensor halusis longus. Tendo-tendo ini akan menon-jol jika pergelangan kaki dalam posisi dorsofleksi dan ibu jari kaki melawan tahanan. Jika arteri tibialis anterior te-raba, jarum ditusukkan tepat di lateral arteri, didorong ke dalam tendo di atas periosteum, dan setelah aspirasi disuntikkan 5 ml lidokain 1%.12

Saraf peroneus superfisial dapat di-blok dengan menusukkan jarum tepat di superoanterior maleolus medialis. Sekitar 5 ml obat anestesi disuntikkan subkutan di antara tepi anterior tibia dan tepi superior maleolus lateralis. Saraf safena yang berjalan di medial vena safena magna dapat diblok den-gan menusukkan jarum tepat di su-peroanterior maleolus medialis dan menyuntikkan 3-4 ml obat anestesi pada jaringan subkutan di sekitar vena safena magna.12

Pada blok penis dorsal jarum ditu-sukkan pada pangkal penis pada po-sisi jam 2 dengan sedikit menyudut ke medial dan didorong kira-kira 0,5 cm di bawah permukaan kulit, kemudian 0,5 ml cairan lidokain 1% tanpa epi-nefrin disuntikkan. Jarum ditarik, dan

injeksi diulang pada posisi jam 10.12

PENUTUPBiopsi jaringan untuk membantu me-negakkan diagnosis dapat dilakukan dengan berbagai teknik sesuai keada-an lesi. Demikian pula, terdapat ber-bagai pilihan teknik anestesi yang da-pat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri sebelum dan selama tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Petres J, Rompel R, Robins P. Diagnostic Biop-

sies. Dalam: Dermatologic Surgery: Textbook

and Atlas. New York: Springer 1996 ;A(5): 31.

2. Tim Penerjemah EGC. Anestesi. Dalam: Ka-

mus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC 1996; 96.

3. Yogyartono P, Jayanata K, Prawito, Ernawati

D. Dasar-dasar Bedah Kulit. Dalam: Buku Pan-

duan Penatalaksanaan Bedah Kulit 1. Edisi 2.

Semarang: Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang 2000;

I: 48-66.

4. Petres J, Rompel R, Robins P. Anesthesia. Da-

lam: Dermatologic Surgery: Textbook and At-

las. New York: Springer 1996; A(3): 17-23.

5. Drake LA, Dinehart SM, Goltz RW, dkk. Guide-

lines of care for local and regional anesthesia

in cutaneous surgery. J Am Acad Dermatol

1995; 33: 504-9.

6. Huang W, Vidimos A. Topical anesthetics in

dermatology. J Am Acad Dermatol 2000; 43(2):

286-98.

7. Gebauer Company. Product Sheet Bottle un-

tuk Gebauer’s Ethyl Chloride. URL: http://www.

gebauerco.com/?strProduct=EthylChloride

8. Harmon CB. Dermabrasion. Emedicine, 31 Juli

2003.URL: http://www.emedicine.com/derm/

topic744.htm

9. Kundu S, Achar S. Principles of Office Anesthe-

sia: Part II. Topical Anesthesia. Am Fam Physi-

cian 2002; 66(1): 99-102. URL: www.aafp.org/

afp/20020701/99.pdf

10. Gmyrek R. Local Anesthesia and Regional

Nerve Block Anesthesia. Emedicine, 28 Maret

2002. URL: http://www.emedicine.com/derm/

topic824.htm

11. Salam GA. Regional Anesthesia for Office

Procedures: Part I. Head and Neck Surgeries.

Am Fam Physician 2004; 69: 585-90. URL: www.

aafp.org/afp/20040201/585.pdf

12. Salam GA. Regional Anesthesia for Office Pro-

cedures: Part II. Extremity and Inguinal Area

Surgeries. Am Fam Physician 2004; 69: 896-

900. URL: www.aafp.org/afp/20040215/896.

pdf

Tabel 1. Klasifikasi dan farmakologi obat-obat anestesi lokal4

Obat Anestesi GolonganAwitan Kerja

Dosis MaksimalDewasa (Anak)

Durasi Kerja

ProkainMepivakainLidokainPrilokainEtidokainBupivakain

EsterAmidaAmidaAmidaAmidaAmida

Lambat3’-5’3’-5’<3’3’-5’ 3’-5’

500 mg (2 mg/kg)300 mg (4 mg/kg)300 mg (7 mg/kg)400 mg (5,7 mg/kg)300 mg (4,2 mg/kg)175 mg (2 mg/kg)

15’-30’30’-120’ 45’-120’30’-120’ 120’-180’120’-180’

Keterangan: dosis dewasa dengan berat badan 70 kg.

Tabel 2. Bahan tambahan untuk anestesi lokal4

Bahan Dosis EfekEpinefrin

Sodium bikarbonat

Hialuronidase

≤1:100.000

1 ml (1 mEq/ml) tiap 10 ml larutan anestesi

50 IU tiap 10 ml larutan anestesi

Memperpanjang durasi kerjaMengurangi perdarahanMengurangi dosis total yangdibutuhkanMenurunkan toksisitas

Mengurangi nyeri saat injeksidengan meningkatkan pH

Mempercepat awitanMengurangi pembengkakan

PRAKTIS

CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 541 8/26/2010 3:40:06 PM

Page 5: 25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

542 | SEPTEMBER - OKTOBER 2010

Gambar 1. (A) Etil klorida dalam kemasan botol dan kaleng.7 (B) Frigiderm, anestesi semprot dengan kand-ungan bahan aktif diklorotetrafluoroetan.8

Gambar 2. Aplikasi lapisan tebal EMLA pada kulit intak, dengan plastik oklusi Tegaderm.9

Gambar 3. Injeksi anestesi pada daerah sekitar lesi, tanpa injeksi langsung pada daerah lesi.10

Gambar 4. Blok saraf supraorbitalis.11

Gambar5. Blok saraf infraorbitalis Gambar 6. Blok daun telinga.11

PRAKTIS

CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 542 8/26/2010 3:40:06 PM

Page 6: 25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

543| SEPTEMBER - OKTOBER 2010

Gambar 7. Blok bibir atas dan bawah.11 Gambar 8. Blok saraf mentalis.11

Gambar 9 (A). Blok saraf medianus.12 (B). Blok saraf radialis.12

Gambar 10. Blok saraf ulnaris. (A) Penempatan jarum untuk memblok cabang palmar saraf ulnaris. (B) Penempatan jarum untuk memblok cabang dorsal saraf ulnaris.12

PRAKTIS

CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 543 8/26/2010 3:40:07 PM

Page 7: 25_180 Anestesi Lokal Biopsi Kulit

544 | SEPTEMBER - OKTOBER 2010

Gambar 11. Blok saraf digitalis.12

Gambar 12. Penempatan jarum untuk blok pergelangan kaki posterior.12 setelah aspirasi disuntikkan 5 ml lidokain 1%.12

Gambar 13. Penempatan jarum untuk blok pergelangan kaki anterior.12

PRAKTIS

CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544CDK ed_180 Sept'10 OK.indd 544