Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN NEUROPATHIC WOUND CARE disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah oleh Jayanta Permana Hargi, S. Kep. NIM 072311101008
30

228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

Dec 22, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

LAPORAN PENDAHULUAN

NEUROPATHIC WOUND CARE

disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

oleh

Jayanta Permana Hargi, S. Kep.

NIM 072311101008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

LAPORAN PENDAHULUAN

NEUROPATHIC WOUND CARE

Oleh: Jayanta Permana Hargi, S.Kep.

NIM. 072311101008

1. Kasus (diagnosa medis)

Neuropathic Wound Care (Perawatan Luka Neuropati)

2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda &

gejala, penanganan)

a. Pengertian

Neuropati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan

fungsi dan struktur dari saraf tepi. Kondisi ini umumnya disebut sebagai

neuropati perifer yang diakibatkan oleh kerusakan akson saraf. Neuropati

biasanya menyebabkan nyeri dan mati rasa di tangan dan kaki. Hal ini dapat

disebabkan oleh luka trauma, infeksi, gangguan metabolisme, pembedahan,

dan paparan racun. Salah satu penyebab paling umum dari neuropati adalah

diabetes.

Kondisi neuropati dapat mengganggu mobilitas penderitanya. Pada

neuropati karena usia, apabila tidak diterapi dengan benar dapat menjadi berat

sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi-komplikasi lain. Pada pasien

diabetes, resiko terjadinya neuropati semakin bertambah besar, sejalan

dengan bertambahnya usia dan lama penyakit diabetes yang diderita. Luka

neuropati berhubungan dengan hilangnya sensasi protektif (LOPS) pada kaki

akibat dari gangguan pada saraf, proses penyakit metabolik (diabetes melitus,

gagal ginjal), trauma, atau pembedahan. Keadaan umum yang sering terjadi

pada luka neuropati adalah kerusakan saraf somatik dan otonomik, tidak ada

gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat,

kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki

teraba baik.

Page 3: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

b. Etiologi

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan fungsi saraf.

Pada beberapa kasus, penyebab terjadinya neuropati tidak dapat diketahui.

Neuropati dapat diakibatkan oleh penyakit, tekanan pada sistem saraf,

laserasi, terpapar racun, defisiensi vitamin B, alkoholisme disertai kekurangan

nutrisi, inflamasi, pada beberapa kasus neuropati banyak mengenai orang

diatas usia 60 tahun. Vitamin B berfungsi menjaga dan menormalkan fungsi

saraf. Asupan vitamin B akan memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf,

dan memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan

baik. Penyebab atau etiologi neuropati yang paling sering adalah penderita

diabetes.

Penyakit diabetes mempunyai resiko untuk terjadinya kerusakan saraf

perifer. Secara nyata, sebagian dari penderita diabetes mempunyai beberapa

macam neuropati. Resiko meningkat selama penderita menderita diabetes dan

resiko paling tinggi  pada penderita yang menderita penyakit tersebut lebih

dari 25 tahun. Bahkan  resiko bertambah bila penderita berumur lebih dari 40

tahun atau kesulitan dalam mengontrol kadar gula darah. Meskipun peneliti

tidak memahami secara tepat bagaimana terjadinya kerusakan tersebut. Kadar

gula darah yang tinggi dapat merusak kemampuan saraf untuk mengirim

sinyal. Penderita  dapat menurunkan resiko tersebut bila mengikuti anjuran

medis untuk mempertahankan kadar gula darah senormal mungkin.

c. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari neuropati perifer tergantung dari kelainan

yang mendasarinya. Luka neuropati bisa diakibatkan oleh berbagai faktor

seperti faktor usia, diabetes, alkoholisme, defisiesi nutrisi, infeksi, keganasan

maupun kelainan autoimun, dapat mempengaruhi kualitas fungsional saraf.

Sebagai contoh luka neuropati yang diakibatkan oleh penyakit diabetes

melitus mempunyai banyak faktor yang berperan dalam terbentuknya kaki

diabetik. Penderita diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer,

terutama pada pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol. Di samping

Page 4: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi

akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya

bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan

tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Neuropati diabetik dapat

menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan

nyeri, panas, dan dingin. Penderita diabetes dengan neuropati dapat

berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak

disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani,

maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan

bahkan amputasi. Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati

ditentukan oleh respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma; jenis,

besar dan lamanya trauma; peranan jaringan lunak kaki.

Faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik

merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi

vaskuler serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk rumah sakit

umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan oleh penderita

akibat neuropati.

Klasifikasi neuropati pada kaki diabetik, yaitu:

1. Neuropati motorik

Kerusakan saraf motorik akan menyebabkan atropi otot - otot instrinsik

yang menimbulkan kelemahan pada kaki dan keterbatasan gerak sendi

akibat akumulasi kolagen di bawah dermis hingga terjadi kekakuan

periartikuler. Deformitas akibat atropi otot dan keterbatasan gerak sendi

menyebabkan perobahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara

berjalan dan menimbulkan titik tumpu baru pada telapak kaki serta

berakibat pada mudahnya terbentuk kalus yang tebal. Seiring dengan

berlanjutnya trauma, di bagian dalam kalus tersebut mudah terjadi infeksi

yang kemudian berubah jadi ulkus dan akhirnya gangren.

2. Neuropati sensorik

Kehilangan fungsi sensorik menyebabkan penderita kehilangan daya

kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsangan dari luar. Nilai ambang

Page 5: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

proteksi dari kaki ditentukan oleh normal tidaknya fungsi saraf sensoris

kaki. Pada keadaan normal sensasi yang di terima menimbulkan reflek

untuk meningkatkan reaksi pertahanan dan menghindarkan diri dari

rangsangan yang menyakitkan dengan cara merubah posisi kaki untuk

mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar. Sebagian impul akan

diteruskan ke otak dan di sini sinyal di olah dan kemudian respon di

kirim melalui saraf motorik. Pada penderita Diabetes Melitus yang telah

mengalami neuropati perifer saraf sensorik (karena gangguan

pengantaran impul), pasien tidak merasakan dan tidak menyadari adanya

trauma kecil namun sering. Pasien tidak merasakan adanya tekanan yang

besar pada telapak kaki. Semuanya baru diketahui setelah timbul infeksi,

nekrosis atau ulkus yang sudah tahap lanjut dan dapat membahayakan

keselamatan pasien.

3. Neuropati otonom

Pada kaki diabetik gangguan saraf otonom yang berperan terutama adalah

akibat kerusakan saraf simpatik. Gangguan saraf otonom ini

mengakibatkan perubahan aliran darah, produksi keringat berkurang atau

tidak ada atau hilangnya tonus vasomotor. Neuropati otonom

mengakibatkan produksi keringat berkurang terutama pada tungkai yang

menyebabkan kulit penderita mengalami dehidrasi serta jadi kering dan

pecah-pecah sehingga memudahkan infeksi dan selanjutnya timbul

selulitis, ulkus ataupun ganggren. Selain itu neuropati otonom juga

menyebabkan terjadinya pintas arterio venosa hingga terjadi penurunan

nutrisi jaringan yang berakibat pada perobahan komposisi, fungsi dan

sifat viskoelastisitas hingga daya tahan jaringan lunak dari kaki akan

menurun dengan akibat mudah terjadi ulkus.

Luka kaki neuropati sering terjadi akibat tekanan yang berlebih pada kaki.

Pencegahan kepada pasien seperti edukasi dan penggunaan alas kaki yang

benar mengurangi resiko terkena luka kaki neuropati.

Page 6: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

d. Tanda & Gejala

Gejala klinis awal neuropati banyak dirasakan pada ujung organ gerak,

seperti jari tangan dan bagian kaki yang merupakan ujung dari saraf tepi.

Tanda dan gejala luka neuropati adalah:

1. Tidak terdapat nyeri/mati rasa pada luka kecuali terjadi infeksi

2. Kaki kering dan teraba hangat

3. Pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik

4. Oedem kaki

5. Terdapat granulasi dan eksudat

6. Terdapat kalus di sekitar luka akibat tekanan mekanik saat berjalan

7. Sering terdapat pada permukaan penahan beban tubuh (sisi plantar

telapak kaki, kaput metatarsal dan tumit).

Penderita Diabetes Mellitus secara klinis dijumpai nyeri radikuler,

hilangnya reflek tendon, hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan

kalus, ulkus tropik, perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun

perubahan tulang dan sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil),

dan Charcot Foot. Secara radiologis akan nampak adanya demineralisasi,

osteolisis atau sendi Charcot.

Contoh gambar luka neuropati:

Page 7: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

Charcot Foot

a. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan luka neuropati (misalnya kaki diabetik) dilakukan secara

komprehensif, yaitu menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading),

penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif,

profilaktik, kuratif atau emergensi.

1. Debridemen

Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus

ulkus diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya

pembersihkan benda asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak

akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,

fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah

dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam

fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres). Ada

beberapa pilihan dalam tindakan debridemen, yaitu

- debridemen mekanik, enzimatik, autolitik, biologik, debridement

bedah.

- Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan

fisiolofis, ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk

membersihkan jaringan nekrotik.

Page 8: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

- Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim

eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan

menghancurkan residu- residu protein.

2. Mengurangi beban tekanan (off loading)

Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang

besar. Pada penderita DM yang mengalami neuropati permukaan

plantar kaki mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh

akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang

digunakan. Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini

tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik adalah

mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading).

Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat

kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah:

mengurangi kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi

roda, alas kaki, removable cast walker, total contact cast, walker,

sepatu boot ambulatory.Total contact cast merupakan metode off

loading yang paling efektif dibandingkan metode yang lain.

Contoh metode off loading diantaranya Common shoe dan Total

Contact Casting (TCC) untuk luka neuropati:

Page 9: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

3. Pengendalian infeksi

Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun

sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus

segera diberikan secara empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi.

Ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan di fokuskan

pada patogen gram positif. ulkus terinfeksi yang berat (limb or life

threatening infection) kuman lebih bersifat polimikrobial (mencakup

bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif berbentuk

batang, dan bakteri anaerob) antibiotika harus bersifat

broadspectrum, diberikan secara injeksi. Antibiotik untuk infeksi

berat diberikan antibiotik seperti ampicillin/sulbactam,

ticarcillin/clavulanate, piperacillin/tazobactam, Cefotaxime atau

ceftazidime + clindamycin, fluoroquinolone + clindamycin. Pada

infeksi berat pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu atau

lebih. Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi

lebih lama dan sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di

samping pemberian antibiotika juga harus dilakukan reseksi bedah.

Antibiotika diberikan secara empiris, melalui parenteral selama 6

minggu dan kemudain dievaluasi kembali melalui foto radiologi.

Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi sampai bersih

pemberian antibiotika dapat dipersingkat, biasanya memerlukan

waktu 2 minggu.

b. Pemeriksaan penunjang

1. X-Ray

Penggunaan X-Ray adalah untuk mengetahui benda asing dalam

jaringan yang umum pada ulkus diabetik, menentukan diagnosis pada

Charcot Foot, tidak dapat digunakan untuk menunjukkan

osteomielitis akut.

2. Thermoscan

Mengukur perbedaan suhu kedua kaki, hanya tersedia di klinik-klinik

tertentu.

Page 10: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

3. Bone Scan

Penggunaan scan tulang untuk mengetahui osteomielitis, mengetahui

level perkembangan dari Charcot Foot.

4. Doppler dan angiografi

Penderita dengan luka pada kaki bagian bawah harus melalui tes

Doppler atau angiografi untuk mengetahui penyakit pembuluh darah

kapiler. Kadar kreatinin tinggi harus dinilai untuk fungsi ginjal

sebelum dilakukan angiografi karena angiografi dapat

mengidentifikasi gagal ginjal.

5. Pemeriksaan hemoglobin glikolisasi

Pemeriksaan glukosa darah reguler untuk mengukur jumlah

hemoglobin glikolisasi dalam darah dan memberikan indikasi

bagaimana cara perawatan diabetes yang baik secara kontinyu.

6. Monofilamen

Penggunaan monofilamen untuk menilai sensasi pada daerah sekitar

luka. Pasien juga dapat diajarkan penggunaan monofilamen secara

mandiri untuk deteksi dini.

7. Kultur Luka

Page 11: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

c. Pathway

Faktor usia Defisiensi nutrisi Infeksi Penyakit metabolik:

diabetes melitus

Penumpukan glukosa di pembuluh darah

Glukosa dalam darah tidak terkontrol

Gula darah tidak bisa dibawa masuk ke dalam sel

Sensasi rasa sakit menghilang

Gangguan produksi insulin

Nekrosis luka

Gangrene

Keganasan, kelainan autoimun

Neuropati perifer

Amputasi

Gangguan citra tubuh

Kerusakan integritas jaringan

Hambatan mobilitas fisik

Ansietas

Trauma langsung

Terputusnya jaringan

Terjadi perlukaan

Kurangnya pengetahuan

Page 12: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

d. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan

a) Kerusakan integritas jaringan

b) Kurang pengetahuan

c) Ansietas

d) Gangguan citra tubuh

e) Hambatan mobilitas fisik

2. Data yang perlu dikaji

a) Pengkajian

1. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor

register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa

raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh –

sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya

luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk

mengatasinya.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit neuropati, DM atau penyakit–

penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin

misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit

jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis

yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa

digunakan oleh penderita.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu

anggota keluarga yang juga menderita penyakit neuropati,

Page 13: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

6. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi

yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya

serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

b) Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi

badan, berat badan dan tanda–tanda vital.

2. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran

pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah

gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah

menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah

bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,

diplopia, lensa mata keruh.

3. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman

bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar

ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,

tekstur rambut dan kuku.

4. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada

penderita DM mudah terjadi infeksi.

5. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,

aritmia, kardiomegalis.

Page 14: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

6. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,

konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan

lingkar abdomen, obesitas.

7. Sistem urinari

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau

sakit saat berkemih.

8. Sistem muskuloskeletal

Pembengkakan, panas, dan kemerahan pada area luka,

keterbatasan rentang gerak (ROM), deformitas, kekakuan

sendi, kekuatan otot.

9. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi, ata

neuropati.

3. Diagnosis Keperawatan

1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya luka/gangren

pada ekstremitas.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas

jaringan akibat luka/gangren.

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu

anggota tubuh (luka, gangren, atau amputasi)

Page 15: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

4. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Tindakan1 Kerusakan integritas jaringan

berhubungan dengan adanya luka atau gangren pada ekstremitas

NOC- Tissue integrity: skin n mucous- Wound healing: primary and

secondary intentionKriteria Hasil:- Ketebalan dan tekstur jaringan

normal- Perfusi jaringan normal- Menunjukkan terjadinya proses

penyembuhan luka- Berkurangnya oedema, pus, bau

pada luka- Adanya jaringan granulasi

NIC1. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

Rasional : meminimalkan kontaminasi bakteri atau kuman

2. Kaji luka (lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal) serta proses penyembuhanRasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya

3. Lakukan teknik perawatan luka dengan steril/aseptikRasional: teknik aspetik menjaga kontaminasi luka

4. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada lukaRasional : tekanan berlebih merupakan salah satu faktor yang memperparah luka

5. Kolaborasi pemberian antibiotikRasional: penggunaan antibiotik yang benar dan kontinyu umtuk menekan pertumbuhan kuman

2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan (luka, gangren)

NOC- Mobility level

Kriteria Hasil:- Pergerakan pasien bertambah luas- Pasien dapat melaksanakan

aktivitas sesuai dengan

NIC1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada

kaki pasien.Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

Page 16: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

kemampuan (duduk, berdiri, berjalan)

- Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahapsesuai dengan kemampuan

2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.

3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai kemampuan.Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter (pemberian analgesik) dan tenaga fisioterapi.Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

3 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

NOC- Anxiety level- Anxiety self controlKriteria Hasil:- Pasien dapat mengidentifikasikan

sebab kecemasan- Pasien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan teknik untuk mengontrol cemas

NIC1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh

pasien.Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

Page 17: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

- Tanda-tanda vital pasien normal- Postur tubuh, ekspresi wajah, dan

tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

3. Gunakan komunikasi terapeutik.Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

4 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

NOCKnowledge: disease processKriteria Hasil:- Pasien mengetahui tentang proses

penyakit, kondisi, prognosis, dan

NIC1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga

tentang proses penyakit.Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui

Page 18: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

prgram pengobatan- Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat/tim kesehatan lain

sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4. Jelaskan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.

5 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh (luka, gangren, atau amputasi)

NOC- Body image- Self esteemKriteria Hasil:- Body image positif- Mampu mengidentifikasi kekuatan

NIC1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan

gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.

Page 19: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

personal- Mempertahankan interaksi sosial

Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.

5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.

6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

Page 20: 228450486 Lp Neuropathy Wound Care Print

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC.

Houston, et al. 2000. Merrit’s Neurology 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins Publisher.

Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.

Price Sylvia A .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC.Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta : EGCSmeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8.

Jakarta : EGC.Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.Vancouver Island. 2007. Wound and Skin Care Guidelines. Health AuthorithyWHO. 2003. Pencegahan diabetes mellitus, laporan kelompok studi WHO. Jakarta:

Hipokrates.