Microsoft Word - Injeksi.doc
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ OKTOBER 2007/2008 STERIL
INJEKSI
(Re-New by: Meta)
I.PENDAHULUAN
A.Definisi dan Penggolongan
1. Injeksi ( FI III, hal 13 ) Injeksi adalah sediaan steril
berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir.
2. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah
100 ml atau kurang (FI IV, hal 10)
Sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5
jenis yang berbeda yaitu (FI IV, hal 9-10) :
1. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi,
ditandai dengan nama Injeksi ..
2. Sediaan padat, kering, atau cairan pekat tidak mengandung
dapar, pengencer, atau bahan lain dan larutan yang diperoleh
setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan
injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya disebut .
steril.
3. Sediaan seperti tertera pada 2, tetapi mengandung satu atau
lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan
dari nama bentuknya, disebut . untuk injeksi.
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikkan secara iv atau ke dalam saluran spinal, dan
dapat dibedakan dari nama bentuknya, disebut Suspensi . Steril.
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai
membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi
steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai, dibedakan
dengan nama steril untuk suspensi.
B.Keuntungan dan Kerugian Sediaan Injeksi
(Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Steril 10-11)
Keuntungan
Dapat dicapai efek fisiolgis segera, untuk kondisi penyakit
tertentu (Jantung berhenti)
Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan
secara oral (tidak tahan asam lambung)
Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral
(Sakit jiwa atau tidak sadar)
Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk
mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan
pengobatan
Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada
kedokteran gigi/anastesiologi
Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi
ganggun serius cairan dan keseimbangn elektrolit
Kerugian
Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang
terlatih dan membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama
Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan
ketentuan prosedur aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi
penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada
dalam sirkulasi sistemik
Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan
pengemasan
Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral
seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilias karena
pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat
Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari
partikel partikulat, bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan
parenteral harus disadari oleh semua personel yang terlibat.
Indikasi pemakaian rute parenteral: (Lachman, 18)
Untuk memastikan obat sampai ke bagian tubuh atau jaringan yang
membutuhkan dengan konsentrasi yang mencukupi. Meyakinkan
penyampaian konsentrasi obat yang mencukupi ke bagian tubuh/
jaringan sakit.
Untuk mencapai parameter farmakologi tertentu yang terkontrol,
seperti waktu onset, serum peak, kecepatan eliminasi obat dari
dalam tubuh.
Untuk pasien yang tidak bisa melakukan self medicate Untuk
mendapatkan efek biologik yang tidak didapatkan melalui pemakaian
oral
Untuk alternatif bila rute yang diharapkan (oral) tidak
tersedia
Untuk mendapatkan efek lokal, untuk meminimalkan efek toxic
sistemik
Untuk pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, tidak
terkontrol
Untuk pengobatan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan untuk
supply nutrisi jangka panjang/pendek
Untuk mendapatkan efek lokal yang diharapkan
Faktor farmasetikal yang berpengaruh pada pemakaian parenteral:
(Lachman, 19)
Kelarutan obat dan volume injeksi
Karakteristik pembawa
pH dan osmolalitas larutan injeksi
bentuk sediaan (cth: larutan, suspensi, atau rekonstitusi)
formulation ingredient (eksipien)
C.Bentuk-Bentuk Sediaan Parenteral (Codex hal 94-95)
1. Larutan Air Merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak
digunakan. Bentuk larutan air dapat digunakan untuk semua rute
pemberian.
2. Suspensi air Suspensi biasanya diberikan dalam rute
intramuskular dan subkutan. Suspensi tidak pernah diberikan secara
intravena, intraarteri, inraspinal, inracardiac, atau injeksi
optalmik. Partikel pada pada suspensi harus kecil dn distribusi
ukuran partikel harus dikontrol untuk meyakinkan partikel dapat
melewati jarum suntik. Ukuran partikel suspensi biasanya kecil dan
distribusi ukuran paetikel harus dikontrol untuk meyakinkan
partikel dapat melewati jarum suntik saat pemberian, ukuran
paetikel tidak boleh meningkat dan tidak terjadi caking saat
penyimpanan.
3. Suspensi Minyak Injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam
pembawa minyak, meskipun pembuatannya lebih jarang dibanding
suspensi air. Suspensi minyak dapat menimbulkan efek depot/lepas
lambat pada rute pemberian IM.
4. Injeksi Minyak Senyawa yang bersifat lip ofilik banyak yang
dibuat dalam bentuk injeksi minyak. Sediaan ini secara umum
digunakan dengan rute IM, dan pada keadaan normal tidak digunakan
untuk rute lain.
5. Emulsi Zat yang bersifat lipofilik juga dapat dibuatdalam
bentuk emulsi o/w. Zat dapat dilarutkan dalam larutan minyak atau
zatnya sendiri sudah benbentuk minyak. Droplet minyak harus
dikontrol dengan hati-hati dan pada saat penyimpanan emulsi tidak
akan pecah. Ukuran droplet ideal 3 mikrometer. Biasanya dalam
bentuk nutrisi parenteral.
6. Larutan Koloidal
7. Sistem pelarut campur Banyak kondisi klinik dimana penting
suatu zat dibuat dalam bentuk larutan sejati, agar siap bercampur
dengan larutan IV ketika diberikan. Untuk zat yang sukar larut
dalam air, maka selain digunakan dalam bentuk garam atau
diformulasi dalam pH tinggi atau rendah, beberapa zat dapat pula
diformulasi dalam pelarut campur. Kosolvent digunakan untuk
menurunkan polaritas pembawa sehingga zat lebih larut. Pemilihan
kosolvent terbatas oleh toksitas.
8. Larutan terkonsentrasi
9. Serbuk untuk injeksi Beberapa zat yang tidak stabil dalam
air, sehingga dibuat dalam bentuk serbuk untuk injeksi. Sediaan ini
bisa berupa serbuk dry filled atau serbuk liofilisasi (freeze
dried).
10. Implant
D.Formula Umum Sediaan Injeksi
R/Zat aktif Pembawa Zat tambahan
Zat tambahan ini dapat berupa : Pengatur tonisitas Pengatur pH (
dapar ) PengawetAntioksidan Anestetik lokal Zat pengompleks
Suspending agent
1.Zat Aktif
Data zat aktif yang diperlukan (Preformulasi)
a.Kelarutan (Buku Penuntun Praktikum Benny Logawa hal 9)
Terutama data kelarutan dalam air dari zat aktif sangat diperlukan,
karena bentuk larutan air paling dipilih pada pembuaan sediaan
steril. Data kelarutan ini diperlukan untuk menentukan bentuk
sediaan. Zat aktif yang larut air membentuk sediaan larutan dalam
air, zat aktif yang larut minyak dibuat larutan dalam pembawa
minyak. Sedangkan zat yang tidak larut dalam kedua pembawa tersebut
dibuat sediaan suspensi. Jika zat aktif tidak larut dalam air ada
beberapa alternatif yang dapat diambil sebelum memutuskan untuk
membuat sediaan suspensi atau larutan minyak yaitu dengan mencari
bentuk garam dari zat aktif, melakukan reaksi penggaraman, atau
dicari bentuk kompleksnya.
b.pH stabilita (Buku Penuntun Praktikum Benny Logawa hal 10) pH
stabilita adalah pH dimana penguraian zat aktif paling minimal,
sehingga diharapkan kerja farmakologinya optimal. pH stabilita
dicapai dengan menambahkan asam encer (spt: HCl encer, asam
bikarbonat), basa lemah atau dapar isotonis (spt: fosfat, sitrat,
dll).
c.Stabilitas zat aktif (Buku Penuntun Praktikum Benny Logawa hal
11) Data ini membantu menentukan jenis sediaan, jenis bahan
pembawa, metoda sterilisasi atau cara pembuatan. Beberapa factor
yang mempengaruhi penguraian zat aktif adalah:
1. Oksigen (Oksidasi) Pada kasus ini, setelah air dididihkan
maka perlu dialiri gas nitrogen dan ditambahkan antioksidan. 2. Air
(Hidrolisis) Jika zat aktif terurai oleh air dapat dipilih
alternatif : (a) Dilakukan penambahan asam/basa atau buffer untuk
mencapai pH stabilitas Z.A; (b) Memilih jenis pelarut dengan
polaritas lebih rendah daripada air, seperti campuran pelarut
air-gliserin-propilenglikol atau pelarut campur lainnya yang cocok;
(c) Dibuat dalam bentuk kering dan steril yang dilarutkan saat
disuntikkan.3. Suhu
Jika zat aktif tidak tahan panas dipilih metode sterilisasi
tahan panas, seperti filtrasi
4. CahayaPengaruh cahaya matahari dihindari dengan penggunaan
wadah berwarna cokelat.
d.Tak tersatukannya zat aktif , Baik ditinjau dari segi kimia,
fisika, atau farmakologi.
e.Dosis, Data ini menentukan tonisitas larutan dan cara
pemberian.
f.Rute pemberian (Lachman Parenteral, 1992, hal:174) Rute
pemberian yang akan digunakan akan berpengaruh pada formulasi,
dalam hal:
Volume maksimal sediaan yang dapat diberikan pada rute tersebut
(Lihat datanya pada bagian rute pemberian).
Pemilihan pelarut disesuaikan dengan rute pemberian
Isotonisitas dari sediaan juga dipengaruhi oleh rute pemberian.
Pada larutan intravena isotonisitas menjadi kurang penting selama
pemberian dilakukan dengan perlahan untuk memberikan waktu
pengenceran dan adjust oleh darah. Injeksi intraspinal mutlak harus
isotonis.
2.Bahan Pembawa Obat suntik
Bahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non air
Pembawa Air
Sebagian besar produk parenteral menggunakan pembawa air. Hal
tersebut dikarenakan oleh kompatibilitas air dengan jaringan tubuh.
Pembawa air dapat digunakan untuk berbagai rute pemberian. Air
mempunyai konstanta dielektrik tinggi sehingga lebih mudah untuk
melarutkan elektrolit yang terionisasi dan ikatan hidrogen yang
terjadi akan memfasilitasi pelarutan dari alkohol, aldehid, keton,
dan amin (Lachman hal 175). Syarat air untuk injeksi menurut USP
(Diktat Kuliah Teknologi Sediaan Steril Hal 149) :
Harus dibuat segar* dan bebas pirogen
Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari 10
ppm.
pH antara 5-7
Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium,
dan karbondioksida. Kandungan logam berat terbatas
Kandungan material organik (spt: tanin, lignin) terbatas
Jumlah partikel berada pada batas yang diperbolehkan.
Catatan: 1. Air untuk injeksi harus dibuat segar, artinya: air
yang telah selesai diproses, hanya boleh disimpan pada temperature
kamar selama 24 jam (bila tidak langsung digunakan). Penyimpanan
yang lebih lama dapat dilakukan pada temperature kira-kira 5C atau
pada suhu tinggi yaitu antara 65-85 untuk mencegah pertubuhan jasad
renik dan pembentukan pirogen.
2. Persyaratan kadar total zat padat terlarut pada air steril
untuk injeksi yang terdapat pada farmakope (FI IV, hal 113)
biasanya lebih tinggi kemungkinan terjadinya pelepasan konstituen
wadah gelas selama sterilisasi.
3. Air untuk injeksi yang sudah mengandung zat bakteriostatik
tidak boleh dijual dalam wadah yang lebih besar dari 30 ml untuk
mencegah kemungkinan masuknya zat bakteriostatik yang mungkin
toksik dalam jumlah yang besar ke dalam tubuh.
a.Air Pro Injeksi
Aqua steril Pro Injeksi adalah air untuk injeksi yang
disterilisasi dan dikemas dengan cara yang sesuai, tidak mengandung
bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya (Monografi aqua p.i
:FI IV hal. 112-113 ).
Cara : Aqua p.i + karbon aktif 0,1% dari volume, dipanaskan
60-70C selama 30 menit, kemudian saring panas-panas dengan kertas
saring lapis ganda. Tidak boleh menggunakan Aqua DM karena ada
zat-zat organik yang tidak bermuatan dapat lolos,ditanggulangi
dengan filtrasi karbon adsorben dan filtrasi bakteri
b.Air Pro Injeksi Bebas CO2
CO2 mampu menguraikan garam natrium dari senyawa organic seperti
barbiturate dansulfonamide kembali membentuk asam lemahnya yang
mengendap.Cara pembuatan : Mendidihkan air p.i selama 20-30 menit
lalu dialiri gas nitrogen sambildidinginkan. (Rep. Tek Fa. Steril
hal 4)
c.Air Pro Injeksi bebas O2
Dibuat dengan mendidihkan air p.i selama 20-30 menit dan pada
saat pendinginannya dialiri gas nitrogen Dipakai untuk melarutkan
zat aktif yang mudah teroksidasi, seperti apomorfin, klorfeniramin,
klorpromazin, ergometrin, ergotamine, metilergotamin,
proklorperazin, promazin, promesatin HCl, sulfamidin, turbokurarin.
(Rep. Tek Fa. Steril hal 4)
Pembawa Non Air
Pembawa non air digunakan jika (Rep. Tek Fa. Steril hal 5):
Zat aktif tidak larut dalam air Zat aktif terurai dalam air
Diinginkan kerja depo dalam sediaan
Syarat umum pembawa non air (Diktat Kuliah Teknologi Sediaan
Steril Hal 153):
Tidak toksik, tidak mengiritasi dan menyebabkan tidak
menyebabkan sensitisasi Dapat tersatukan dengan zat aktif Inert
secara farmakologi Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut
biasa digunakan Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat
disuntikan dengan mudah Harus tetap cair pada rentang suhu yang
cukup lebar Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat
dilakukan sterilisasi dengan panas Dapat bercampur dengan air atau
cairan tubuh
a.Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air Pelarut
organik yang bercampur dengan air dapat dijadikan kosolven dalam
sediaan injeksi, bertujuan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat
aktif yang kurang larut dalam air serta meningkatkan stabilitas zat
tertentu yang mudah terhidrolisis. Pelarut yang dapat digunakan
adalah : etanol, propilenglikol, polietilenglikol dan gliserin.
Campuran pelarut dapat menyebabkan iritasi atau peningkatan
toksisitas, terutama jika digunakan dalam konsentrasi tinggi.
Larutan yang mengandung etanol dengan konsentrasi tinggi dapat
menimbulkan rasa sakit ketika disuntikkan. Yang harus diperhatikan
juga, beberapa produk yang diberikan secara intravena dengan
kecepatan injeksi yang terlalu cepat dapat menyebabkan pengendapan
obat di dalam pembuluh darah. (Lachman hal 19)
KONSTANTA DIELEKTRIK PELARUT PADA 25oC (Lachman parenteral hal
178)
Pelarut Konstanta dielektrik
Air 78,5
Gliserin a 40,1
N,N-Dimetilasetamid a 37,8
Propilenglikol a 32,01 (30 )
Metanol 31,5
Etanol a 24,3
N-Propanol 20,1
aseton 19,1
Benzilalkohol a 13,1
Polietilenglikol 400 12,5
Minyak biji kapas a 3,0
Benzen 2,3
Dioxane 2,2
a = larutan yang dipakai dalam sediaan injeksi
b.Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air
Penggunaan pelarut minyak bertujuan untuk meningkatkan kelarutan
zat aktif dan untuk membuat sediaan lepas lambat. Injeksi pembawa
minyak hanya dapat diberikan secara IM (Diktat Kuliah Teknologi
Sediaan Steril Hal 149). Salah satu persyaratan minyak untuk
parenteral adalah harus tetap jernih bila didinginkan sampai 10oC
untuk menjamin kestabilan dan kejernihan selama disimpan di lemari
pendingin. Jenis pembawa non air yang tidak dapat bercampur dengan
air yang dapat digunakan sebagai pembawa sediaan injeksi
adalah:
a. Minyak lemak (Diktat Kuliah Teknologi Sediaan Steril Hal
156):
Campuran ester asam lemak dan gliserol
Pada label sediaan harus dicantumkan jenis pembawa minyak yang
digunakan karena pada beberapa orang dapat menimbulkan reaksi
alergi.
Tidak boleh mengandung minyak mineral atau parafin cair (karena
tidak dapat dimetabolisme dalam tubuh dan dapat menimbulkan reaksi
terhadap jaringan atau tumor). (Rep. Tek Fa. Steril hal 5) Minyak
yang digunakan harus berbentuk cair pada suhu kamar dan tidak boleh
menjadi tengik. Untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi maka
dalam formula dapat ditambahkan antioksidan seperti BHA, BHT,
tokoferol, propilgalat, dll.
Minyak wijen (sesame oil) lebih banyak digunakan untuk sebagian
besar injeksi pembawa minyak, karena merupakan minyak yang paling
stabil dibandingkan minyak tumbuhan lain (kecuali terhadap cahaya)
dan didalamnya sudah mengandung antioksidan alami. (Lachman
parenteral 192)
Minyak tumbuhan sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu
penambahan benzil alkohol 0,5 % sebagai anastetik lokal (Rep. Tek
Fa. Steril hal 5)
Minyak nabati yang banyak digunakan : Ol. Arachidis (minyak
kacang), Ol. Gossypii, Ol. Sesami (Minyak Wijen), Ol.
Terebinthinae, Ol. Maydis (minyak jagung), Ol. Olivarum Netral
(Minyak Zaitun), Ol. Amigdalarum. (Rep. Tek Fa. Steril hal 5)
Pembawa non air (FI IV Hal 10) Minyak lemak tidak berbau atau
hampir tidak berbau, tidak tengik. Harus memenuhi persyaratan uji
parafin padat seperti yang tertera pada minyak mineral, tangas
pendingin, dipertahankan suhu 10C, bilangan penyabunan antara
185-200, bilangan iodium 79-128 seperti tertera pada lemak dan
minyak lemak dan memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bahan tak tersabunkan : Memenuhi syarat Bahan Tak Tersabunkan
seperti tertera dalam lemak dan minyak lemak FI Ed. IV
b. Asam lemak bebas : Tidak lebih dari 2,0 ml NaOH 0,002 N LV
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 10 gram minyak
lemak, seperti FI Ed. IV
c. Monogliserida dan gliserida sintetik dari asam lemak : Dapat
digunakan jika berupa cairan dan tetap jernih kalau didinginkan
pada suhu 10C dan bilangan iodium tidak lebih dari 140, seperti FI
Ed. b. Isopropil miristat (Diktat Kuliah Teknologi Sediaan Steril
Hal 157)
Ester asam lemak yang mempunyai viskositas rendah
Sebagai pembawa tunggal atau kombinasi dengan minyak lemak
Digunakan jenis yang bebas peroksida karena mencegah
teroksidasinya bahan berkhasiat dan minyak yang digunakan.
c. Benzil benzoat (Diktat Kuliah Teknologi Sediaan Steril Hal
157)Merupakan cairan berminyak yang tidak berwarna dan bau yang
khas. Biasanya digunakanbersama dengan pembawa lain (sebagai
kosolven) misal pada injeksi dimerkapol danhidroksiprogesteron.
d. Etil oleat (Diktat Kuliah Teknologi Sediaan Steril Hal
157)
Viskositas lebih rendah dan lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan
dibandingkan dengan minyak lemak.
Sebagai pembawa tunggal atau kosolven dalam injeksi hormon
seperti injeksi deoksikortison asetat, estradiol monobenzoat,
progerteron dan testosteron propionat.
INJEKSI DALAM MINYAK
(Lachman 2ndEd Hal:193)
USP XXII MINYAK YANG BIASA DIPAKAI
Ampicillin (suspensi)Sayur
Desoxycortison asetatSesame
DietilstilbestrolSesame
Dimerkapol (suspensi)Kacang
Epinefrin (suspensi)Sesame
Estradiol benzoatSesame
Estradiol sipionatBiji kapas
Estradiol valeratSesame
EstronSesame
Ethiodized iodinPoppyseed
Flufenazin enanthateSesame
Hidroksiprogesteron kaproatSesame
MenadionSesame
Nandrolone decanotaSesame
Penisilin G prokain (suspensi)Sayur
Propiliodon (suspensi)Kacang
Testosteron sipionatBiji kapas
Testosteron enanthatSesame
Testosteron propionatSesame
3.Penjelasan Masing-masing Bahan Pembantu / Zat Tambahan
Zat tambahan pada sediaan steril digunakan untuk :
Meningkatkan kelarutan zat aktif
Menjaga stabilitas zat aktif
Menjaga sterilitas untuk sediaan multiple dose
Mempermudah dan menjaga keamanan pemberian
Syarat bahan tambahan :
Inert secara farmakologi, fisika, maupun kimia
Tidak toksik dalam jumlah yang diberikan
Tidak mempengaruhi pemeriksaan obat
a.Pengatur Tonisitas
Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi
dalam sel darah merah sehingga tidakterjadi pertukaran cairan di
antara keduanya, maka larutan tersebut dikatakan isotonis
(ekivalendengan 0,9% NaCl) (B. Logawa dan S. Noerono, Rep. TekFar
Sedian steril )Sel darah merah dalam larutan:
hipotonis : mengembang kemudian pecah, karena air berdifusi
kedalam sel (hemolisis). Keadaan hipotonis kurang dapat
ditoleransi, karena pecahnya sel bersifat irreversibel.
hipertonis : kehilangan air dan mengkerut (krenasi), keadaan ini
cukup dapat ditoleransi.
Larutan perlu isotonis agar:
Mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi
Mengurangi hemolisis sel darah
Mencegah ketidakseimbangan elektrolit
Mengurangi sakit pada daerah injeksi (Lachman, Teori &
Praktek, ed. 3, 1994, hal. 1302) Larutan isotonis tidak selalu
mungkin karena:
konsentrasi obat tinggi, tetapi batas volume injeksi kecil
variasi dosis pemberian
metode pemberian
pertimbangan stabilitas produk
Contoh pengatur tonisitas (pada keadaan hipotonis)
NaCl 0,9 %, Glukosa, Natrium Sitrat, Natrium Sulfat 1,6 % ,
Dekstrosa 5,5 %
Sifat NaCl Sukrosa Glukosa
pH 6,7 -7,3 konstanta disosiasi ; pKa = 12,62 3,5-5,5
Kelarutan 1 dalam 2,8 bagian air 1 dalam 2,6 bagian air 1000 C 1
dalam 0,5 bagian air 1 dalam 0,2 air 1000 C 1 dalam 1 bagian
air
Cara Sterilisasi Otoklaf, filtrasi otoklaf dan filtrasi, dalam
bentuk larutan otoklaf, dalam bentuk larutan dalam air
Inkompatibili tas besi, perak, timbal, merkuri, oksidator
kuat,metil paraben Asam askorbat,alumunium, asam lemah atau kuat
sianokobalamin; kanamisin sulfat; novobiosin natrium; warfarin
natrium; eritromisin gluseptat pada pH ,5,05; vitamin B kompleks
terdekomposisi basa kuat; dalam bentuk aldehid inkompatibel dengan
amin, amida, asam amino, peptida dan protein
Keamanan non toksik, non iritan tidak untuk penderita DM atau
intoleransi metabolic sukrosa.
Osmolaritas 0,9 % b/v = isoosmosis 9,25 % b/v = isoosmosis 5,51
% b/v iso-osmosis, namun tidak isotonik, dapat menyebabkan
hemolisis.
(HOPE, ed.4, 2003, h. 200, 556, 622) b.Pengatur pH ( dapar)
Pengaturan pH sediaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu adjust
pH dan pemakaian dapar.
Dapar (lachman parenteral, hal 194):Perubahan pH pada
penyimpanan dapat disebabkan:
Reaksi degradasi produk Interaksi dengan komponen wadah (kaca
atau tutup karet) Pelarutan gas dan uapTujuan Dapar (Rep. Tek. Far.
Sed. Steril hal 19-20)
Meningkatkan stabilitas obat Ket : pada pH tertentu penguraian
obat menjadi minimal, misalnya pada zat aktif berikut : antibiotik
(penisilin, tetrasiklin), basa sintetis (adrenalin), polipeptida
(insulin,oksitocin,vasopresin), alkaloida (senyawa ergot), vitamin
(B12, vit C). Mengurangi rasa nyeri, iritasi, nekrosis saat
penggunaanya. Ket : penambahan larutan dapar dalam larutan ini
hanya dilakukan untuk larutan obat suntik dengan pH 5,5 7,5. Untuk
pH < 3 atau > 10 sebaiknya tidak didapar karena sulit
dinetralisasikan. Peringatan ini ditujukan terutama untuk injeksi
i.m dan s.c.
Untuk sediaan parenteral volume kecil ( 9 menyebabkan kematian
jaringan pH < 3 sangat menyakitkan dan menyebabkan
flebitis(Lachman parenteral, hal 195)
Cara penentuan pH :
Memakai indikator kertas atau indikator larutan universal baik
secara langsung maupun kolorimetri
Potensiometri, digunakan untuk larutan berwarna
Dengan perhitungan
Contoh dapar :Dapar fosfat, dapar sitrat, asam asetat / garam pH
3,5-5,7; asam sitrat / garam pH 2,5-6; asamglutamate pH 8,2-10,2. (
Lachman, parenteral dosage form, vol. 1 hal 194)
c. Pengawet ( Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri, hal.
1298 ) Pengawet yang ideal ( Todd R.G Pharmaceutical Handbook )
:
1 Mempunyai aktivitas antimikroba yang tinggi dan spektrumnya
luas, bekerja pada temperatur dan pH yang luas.
2 Mempunyai stabilitas yang tinggi pada range temperatur dan pH
yang digunakan
3 Tidak toksik pada konsentrasi yang digunakan
4 Tersatukan dengan komponen lain dalam sediaan
5 Cepat larut pada konsentrasi yang digunakan
6 Bebas dari bau, rasa, warna
7 Tidak menyebabkan keracunan, karsinogenik, iritan, dan
menyebabkan sensitisasi pada konsentrasi yang digunakan
Penambahan pengawet dapat dilakukan pada :
Sediaan multidosis (kecuali yang dilarang oleh monografi, atau
ZA bersifat bakteriostatik) Pada sediaan multidosis ada kemungkinan
kontaminasi sediaan pada saat pemakaian kembali, dan pengawet
bekerja secara bakteriostatik.
Sediaan unit dosis jika tidak dilakukan sterilisasi akhir
(pembuatan aseptik atau dengan filtrasi membrane), karena ada
kemungkinan kontaminasi pada saat pengisian, dll) sering juga
ditambahkan pengawet.
(Lachman parenteral hal: 204)
Penambahan pengawet tidak dibenarkan pada:
Sediaan volume besar (>100ml, misalnya infus)
Volume injeksi >15mL dosis tunggal, kecuali jika dikatakan
lain
Sediaan untuk rute2 tertentu yang tidak boleh ditambahkan
antimikroba seperti intra sisternal, epidural, intra thekal, atau
rute lain yang melalui cairan serebrospinal/ retrookulalar (British
pharm., vol II, 2002, hal: 1889) Contoh Pengawet : ( Lachman, L.
Pharm. Dosage Form : Parenteral Medication. Vol. I, 1992, hal.
194)
Pengawet Konsentrasi yang lazim ( % )
Benzalkonium klorida 0.01
Benzethonium klorida 0.01
Benzil alkohol 1-2
Klorobutanol 0.25-0.5
Klorokresol 0.1-0.3
Metakresol 0.1-0.3
Kresol 0.3 0.5
Fenol 0.25 -0.5
Fenilmerkuri nitrat dan asetat 0.002
Metil -p-hidroksibenzoat 0.1 0.2
Propil -p-hidroksibenzoat 0.02 0.2
Butil -p-hidroksibenzoat 0.015
Timerosal 0.01
: The art science, and technology of Pharmaceutical Compounding,
1998, hal 254
d.Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi zat yang peka terhadap
oksidasi. Beberapa antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya
(Lachman, Teori & Praktek, ed. 3, 1994, hal. 1301): 1.Agen
Pereduksi
Antioksidan ini mempunyai potensial oksidasi rendah sehingga
teroksidasi lebih dahulu dari pada zat aktif.
Contoh : Vitamin C 0,02 0,1 %
Natrium bisulfit 0,1 0,15 %
Natrium pirosulfit 0,1 0,15 %
Tiourea 0,005 %
2. Agen Pemblokir
Antioksidan ini mencegah oksidasi dengan memutuskan rantai
oksidasi.
Contoh :Ester asam askorbat 0,01 0,015 %BHA & BHT 0,005 0,02
%Vitamin E 0,05 0,075 %
3. Zat Sinergis
Bekerja meningkatkan efek antioksidan lainnya terutama
antioksidan agen pemblokir.
Contoh : Vitamin C 0.01 -0.05 %
Asam sitrat 0.005 0.01 %
Asam tartrat 0.01 0.02 %
4. Pengompleks
Zat ini membentuk kompleks dengan ion-ion logam yang
mengkatalisis reaksi oksidasi sehingga reaksi dapat diperlambat.
Contoh : Garam EDTA 0.01 0.075 % Selain itu juga dapat meningkatkan
efektivitas pengawet, seperti benzalkonium klorida dengan EDTA,
serta untuk solubilisasi, misal : Kofein + Na. benzoate Teofilin +
Etilendiamin Kinin + Antipirin
Catatan :
Natrium meta bisulfit larutan bersifat asam, Natrium bisulfit
biasa digunakan untuk injeksi epineprin, juga digunakan untuk
larutan dengan pH sedang, Na sulfit biasa digunakan untuk sediaan
pH basa (TPC, 1994, Hal 100)
Zat antioksidan yang larut lemak ( BHA dan BHT 0,005 % -0,02 % )
digunakan untuk pelarut minyak ( blocking agent )
e. Suspending Agent ( Lachman, Parenteral)
Digunakan untuk sediaan injeksi suspensi :Contoh :Air : CMC Na.
(0,05 0,75 %) HOPE, 2003 hal 97, Tylosa (0,25%), PVP (diatas 5%)
HOPE, 2003 hal 508, Sorbitol (10 -25%) IM Minyak : Alumunium
monostearat (2%) Codex hal 95, gelatin (2%), manitol (50%)
f. Anestetika lokal
Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat larutan suntik yang
kental dan larutan senyawa obat yang terlalu asam. Seperti larutan
obat suntik streptomycin + 0,5 % prokain HCl. Contoh : Novokain,
Benzil alkohol.
g. Wetting Agent
Digunakan untuk pembasah dan mencegah pertumbuhan kristal. Bila
diperlukan dan hanya untukpelarut air.Contoh : Tween 80, Propilen
glikol, Lecithin, Polioksietilen Polioksipropilen, Polisorbat 80,
Silikonantibusa, Silikon Trioleat. ( Lachman, Parenteral hal 214
)
h. Solubilizing Agent ( Lachman, Parenteral hal 214) Contoh :
PEG 300, Propilenglikol
E. Cara Perhitungan ( Benny Logawa, hal. 8)
Tonisitas
1. Metode Turunnya Titik Beku
Dengan menggunakan persamaan :
W = Jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam 100 ml larutan A =
Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan
memperbanyak nilai untuk larutan 1%
B = Turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan
pembantu isotoni Atau jika konsentrasi tidak dinyatakan, a = 0
Keterangan : Tb = turunnya titik beku larutan terhadap pelarut
murninya K= turunnya titik beku pelarut dalam MOLAR (konstanta
Kryoskopik air = 1,86 yang menunjukkan turunnya titik beku 1 mol
zat terlarut dalam 1000g cairan)m = Zat yang ditimbang (g) n =
jumlah ion M = berat molekul zat terlarut L = massa pelarut (g)
2. Ekivalensi NaCl
Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap
sejumlah tertentu zat terlarut terhadap jumlah NaCl yang memberikan
efek osmotik yang sama. Misalnya ekivalensi NaCl asam borat 0,55
berarti 1 g asam borat di dalam larutan memberikan jumlah partikel
yang sama dengan 0,55 g NaCl.
Oleh karena itu zat aktif dengan tipe ionik yang sama dapat
menyebabkan turunnya titik beku molal
yang sama besar, maka Wells mengatasinya dengan menggolongkan
zat-zat tersebut menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan jumlah ion yang dihasilkan. Lihat tabel
III di Repetitorium Teknologi
Sediaan Steril, hal. 15.
3. Metode Liso (Diktat Kuliah Steril hal 166, Lachman parenteral
hal 209) Bila tidak ada data E dan Tf dipustaka maka bisa digunakan
metode ini untuk mencarinya.
Daftar Liso
(Lachman Parenteral hal 211; PHYSICAL PHARMACY thn 1993, Ed. 4th
hal.181)Tipe zatLisoContoh
Non elektrolit1.9Sucrose, glycerin, urea, camphor
Weak elektrolit2.0Phenobarbital, cocaine, boric acid
Divalent elektrolit2.0Zink sulfat, magnesium sulfate
Univalent elektrolit3.4NaCl, cocaine hydrochloride, sodium
Phenobarbital
Uni-Divalen elektrolit4.3Na sulfat, atropine sulfate
Di-Univalen elektrolit4.8Kalsium klorida, kalsium bromide, zinc
klorida
Uni-trivalen elektrolit5.2Na-fosfat, sodium citrate
Tri-univalen elektrolit6.0Alumunium klorida, ferric iodide
Tetraborate elektrolit7,6Sodium borate, potassium borate
Daftar Liso untuk beberapa zat dapat dilihat pada Physical
Pharmacy ed. 4, tahun 1993, hal. 183-184CONTOH PERHITUNGAN
ZAT TAMBAHAN DALAM SEDIAAN PARENTERAL
(Lachman hal 194)
ZAT
ANTIMIKROBAKONSENTRASI PENGGUNAAN (%)
Benzalkonium florida 0,01
Benzethonium klorida 0,01
Benzyl alcohol 1-2
Klorobutanol 0,25-0,5
Klorokresol 0,1-0,3
Metakresol 0,1-0,3
Fenol 0,5
Fenilmerkurinitrat dan asetat 0,002
Metil p-hidroksibenzoat 0,18
Propil p-hidroksibenzoat 0,02
Butil p-hidroksibenzoat 0,015
Thimerosal 0,01
ANTIOKSIDANa
Aseton natrium bisulfit 0,2
Asam askorbat 0,01
Ester asam askorbat 0,15
Butilhidroksianisol (BHA) 0,02
Butilhidroksitoluen (BHT) 0,02
Sistein 0,5
NDGA 0,01
Monotiogliserol 0,5
Natrium bisulfit 0,15
Natrium metabisulfit 0,2
Tokoferol 0,5
Glutation 0,1
AGEN PENGKELAT
Garam EDTA 0,01-0,075
DAPAR
Asam asetat dan garamnya, pH 3,5-5,7 1-2
Asam sitrat dan garamnya, pH 2,5-6 1-5
Asam glutamat, pH 8,2-10,2 1-2
Asam phosphoric dan garamnya, pH 6-8,2 0,8-2
PENGISOTONIS
Dektrosa 4-5,5
Natrium klorida 0,5-0,9
Natrium sulfat b 1-1,6
SURFAKTAN
Polisorbat monooleat 0,1-0,5
Sorbitan monooleat 0,05-0,5
a= konsentrasi maksimum dalam sediaan injeksi b= jangan disimpan
pada gelas yang mengandung barium
II. METODE DAN PROSEDUR PEMBUATAN
A. Metode Pembuatan
Ada dua metode pembuatan sediaan steril yaitu cara sterilisasi
akhir dan cara aseptik.
1. Sterilisasi Akhir
Metode ini merupakan metode yang paling umum dan paling banyak
digunakan dalam pembuatan sediaan steril. Persyaratannya adalah zat
aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan tingginya suhu
sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan
sediaan.
Contoh yang paling banyak digunakan pada metode ini adalah
sterilsasi dengan autoklaf (suhu 121 C, selama 15 menit). 2.Aseptik
Metode ini biasanya digunakan untuk zat aktif yang sensitif
terhadap suhu tinggi yang dapat mengakibatkan penguraian dan
penurunan kerja farmakologinya. Antibiotika dan beberapa hormon
tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya dikerjakan secara
aseptik. Metode aseptik bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan
suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah
kontaminasi jasad renik dan partikulat dalam sediaan jadi.
Keterangan :
Penimbangan zat aktif Zat aktif biasanya ditimbang dilebihkan
sesuai persyaratan yang ada di monografi untuk mencegah kemungkinan
berkurangnya kadar dalam sediaan akibat proses pembuatan ataupun
dalam penyimpanan. (Contoh : persyaratan kadar zat X = 98-102 %,
maka penimbangan zat aktif dilebihkan 2 %)
Bebas pirogen Hal ini baru dilakukan jika volume larutan suntik
sebanyak 10 ml atau lebih. Pembebasan pirogen dilakukan dengan
penambahan 0,1 % karbon aktif dihitung terhadap volume total (b/v),
kemudian dipanaskan pada suhu 60-70 C selama 15 menit sambil
sesekali diaduk. Waktu dihitung setelah suhu mencapai 60-70 C
Bebas oksigen atau karbondioksida Hal ini baru dilakukan jika
diperlukan terutama jika zat aktif diketahui peka terhadap kedua
gas tersebut. Pembebasan oksigen atau karbondioksida dilakukan
dengan cara memanaskan air suling selama 30 menit dihitung sejak
mendidih kemudian dialiri gas nitrogen sambil didinginkan.
Sterilisasi lemari dan ruang Lemari disterilkan dengan uap
formaldehid hasil pemanasan serbuk para-formaldehid dalam cawan
penguap panas yang diletakkan dalam lemari. Ruang disterilkan
dengan sinar UV selama 24 jam sebelum digunakan.
B.Prosedur Pembuatan
1.Larutan (Sterilisasi akhir)
Jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan dilakukan
pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium a.Zat aktif
digerus dan ditimbang berlebih sesuai kebutuhan menggunakan kaca
arloji, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala. Kaca arloji
dibilas 2 kali dengan aqua pro injeksi
b.Zat aktif dilarutkan dalam sejumlah tertentu aqua pro
injeksi
c.Setelah zat aktif dan semua zat tambahan terlarut, larutan
tersebut kemudian dituang ke dalam gelas ukur sehingga volume
tertentu di bawah volume akhir
d.Kertas saring rangkap 2 yang akan digunakan untuk menyaring
dibasahi sejumlah tertentu aqua pro injeksi terlebih dahulu,
kemudian corong dipindahkan ke erlenmeyer lain yang telah
steril
e.Larutan yang ada di gelas ukur disaring ke dalam labu
erlenmeyer yang telah disiapkan. IPC dilakukan dengan mengukur pH
sediaan. Kekurangan aqua pro injeksi dituangkan sedikit demi
sedikit untuk membilas gelas piala lalu dituang ke gelas ukur. Air
bilasan tersebut kemudian disaring lagi ke dalam erlenmeyer yang
telah berisi filtrat larutan hingga volume total seluruh larutan
genap ... mL
f.Larutan yang telah disaring dituang ke dalam kolom reservoir
melalui membran filter bakteri yang diletakkan di atas glass filter
G5 (ukuran pori-pori 0,45 m)
g.Larutan dituang ke dalam buret steril kemudian ujungya ditutup
dengan alumunium foil
h.Sebelum diisikan ke dalam wadah, jarum buret dibersihkan
dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70 %. Setiap wadah diisi
dengan larutan ..C.. mL sesuai persyaratan volume FI IV
i.Ampul/vial yang telah berisi zat aktif, bila diperlukan
dialiri dengan gas nitrogen
j.(Bila wadah ampul) Ampul ditutup dengan api dan disterilkan
menggunakan autoklaf secara terbalik dalam gelas piala yang telah
dialasi kapas (121 C selama 15 menit) atau metode lain yang
sesuai
(Bila wadah vial) Vial ditutup dengan tutup karet lalu di-seal
dengan alumunium cap, kemudian disterilkan menggunakan autoklaf
dalam gelas piala yang telah dialasi kapas (121 C selama 15 menit)
atau metode lain yang sesuai k.Setelah sterilisasi akhir, dilakukan
evaluasi sediaan
l.Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan
disertakan brosur informasi obat
Pencampuran eksipien dilakukan di awal, dengan cara melarutkan
dahulu eksipien masing2 baru ditambahkan ke dalam larutan stok
2.Larutan (Metode Aseptik)
Semua pengerjaan pembuatan sediaan dilakukan di bawah LAF,
ruangan kelas 2 (jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan
dilakukan pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium)
a.Semua bahan baku (zat aktif + eksipien) yang telah ditimbang
disterilisasi dengan metode yang sesuai
b.Prosedur b-f sama dengan yang tercantum pada metode
sterilisasi akhir
c.Larutan yang telah disaring, dituang ke dalam kolom reservoir
melalui membran filter bakteri yang diletakkan di atas filter glass
G3 (ukuran pori-pori 0,22 m)
d.Larutan dituang ke dalam buret steril kemudian ujungnya
ditutup dengan alumunium foil
e.Sebelum diisikan ke dalam wadah, jarum buret dibersihkan
dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70 %. Setiap wadah diisi
dengan larutan C mL sesuai persyaratan volume FI IV
f.Ampul/vial yang telah berisi zat aktif, bila diperlukan
dialiri dengan gas nitrogen
g.Dilakukan evaluasi sediaan
i.Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan
disertakan brosur informasi obat
3.Injeksi Suspensi Kering tanpa granulasi (Sterilisasi
Akhir)
Jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan dilakukan
pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium a.Zat aktif
dan eksipien digerus, kemudian ditimbang sejumlah yang
dibutuhkan
b.Masing-masing zat digerus dan dicampurkan sampai homogen dalam
mortir
c.Campuran sediaan ditimbang dan dimasukkan ke dalam vial dengan
bantuan corong dan zalfkaart
d.Vial ditutup dengan tutup karet lalu di-seal dengan alumunium
cap, kemudian disterilkan dalam
autoklaf (121 C selama 15 menit) atau metode lain yang sesuai
e.Setelah sterilisasi akhir, dilakukan evaluasi sediaan
f.Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan
disertakan brosur informasi obat
4.Injeksi Suspensi Kering tanpa granulasi (Metode Aseptik)
Semua pengerjaan pembuatan sediaan dilakukan di bawah LAF,
ruangan kelas 2 (jika zat sensitif terhadap cahaya, maka pengerjaan
dilakukan pada ruang terlindung cahaya, di bawah lampu natrium)
a.Zat aktif dan eksipien digerus kemudian ditimbang sejumlah
yang dibutukan lalu disterilisasi dengan metode yang sesuai
b.Campurkan zat aktif dan eksipien dalam mortar steril lalu
gerus sampai homogen
c.Campuran diayak melalui ayakan B40
d.Campuran ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam vial dengan
bantuan corong dan zalfkart
e.Vial ditutup dengan karet dan alumunium cap
f.Dilakukan evaluasi sediaan
g.Sediaan dikemas dalam dus yang sudah diberi etiket dan
disertakan brosur informasi obat
5.Injeksi Suspensi dengan Pembawa Air (Metode Aseptik)
a.Suspending agent dikembangkan dengan cara yang sesuai lalu
dicampur dengan eksipien lainnya.
Sterilisasi bersama dalam autoklaf (121 C selama 15 menit)
b.Timbang zat aktif, sterilisasi, gerus dalam mortar yang steril
kemudian dicampurkan dengan pembawa yang telah disterilkan tadi
(dalam keadaan dingin) sedikit demi sedikit sambil digerus
c.Suspensi tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi
batang pengaduk dan volume akhir dicapai dengan penambahan aqua pro
injeksi
d.Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril
yang telah dikalibrasi
6.Injeksi Suspensi dengan Pembawa Minyak (Metode Aseptik)
a.Suspending agent dicampur bersama minyak kemudian disterilkan
di dalam oven (170 C, 30 menit)
b.Timbang zat aktif, sterilisasi, gerus dalam mortar yang steril
kemudian dicampurkan dengan pembawa yang telah disterilkan tadi
(dalam keadaan dingin) sedikit demi sedikit sambil digerus
c.Suspensi tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi
batang pengaduk dan volume akhir dicapai dengan penambahan minyak
steril (tanpa suspending agent)
d.Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril
yang telah dikalibrasi
7.Injeksi Larutan Minyak (Metode Aseptik)
a.Timbang zat aktif, campurkan ke dalam minyak, kemudian
sterilisasi dalam oven (170 C, 30 menit) b.Campuran tersebut
dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi batang pengaduk,
genapkan volume dengan penambahan minyak steril
c.Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril
yang telah dikalibrasi
8.Injeksi Emulsi M/A (Metode Aseptik)
a.Zat-zat larut minyak dicampur dalam minyak dan emulgator
minyak, sterilisasi dalam oven (170 C, 30 menit)
b.Zat-zat larut air dicampur dalam aqua pro injeksi dan
emulgator air, sterilisasi dalam autoklaf (121 C, 15 menit)
c.Campur dan gerus kedua campuran tersebut pada suhu yang sama
(60-70 C) dalam mortar steril
d.Campuran tersebut dituang ke dalam gelas ukur yang dilengkapi
batang pengaduk, genapkan volume dengan penambahan aqua pro
injeksi
e.Setelah diaduk homogen, suspensi dituang ke dalam vial steril
yang telah dikalibrasi
Catatan untuk penimbangan zat ( Benny Logawa ) Volume tiap
ampul/vial dilebihkan sesuai dengan kelebihan volume yang
dianjurkan dalam FI IV, p. 1044
Volume yang tertera dalam Kelebihan volume yang dianjurkan
(mL)
penandaan (mL) Untuk cairan encer Untuk cairan kental
0,51,02,05,010,020,030,050,0 atau
lebih0,100,100,150,300,500,600,802%0,120,150,250,500,700,901,203%
Volume sediaan yang harus diisikan ke dalam setiap
ampul/vial:
Jika: Volume tiap ampul/vial = a mL Kelebihan volume yang
dianjurkan = b mL
Maka: Volume tiap ampul/vial = a+ b = c mL
Volume sediaan yang akan dibuat: Ampul: V=(n+2)c+6 Vial :
V=n.c+6
Keterangan: V= volume sediaan yang harus dibuat n= jumlah
sediaan yang akan dibuat C = ampul/vial
c = volume sediaan yang harus diisikan ke dalam setiap
ampul/vial 6 = volume untuk membilas buret: 2 x 3 mL
C.Cara-cara Sterilisasi
(FI IV hal.1112-1116, FI III hal 18-19, TPC ed 12 hlm 538-554,
diktat kuliah Tekn. FA Sediaan Steril 55-58,Principles of Sterile
Product Preparation 73-74/PSPP) 1.Sterilisasi uap Proses
sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan
berlangsung di suatu bejana di sebut otoklaf. Suatu siklus otoklaf
yang ditetapkan dalam farmakope, untuk media atau pereaksi adalah
selama 15 menit, 121oC, kecuali dinyatakan lain.
Prinsip dasar kerja alat : udara di dalam bejana diganti dengan
uap jenuh, dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau
penutup khusus. Faktor yg mpengaruhi desain&pemilihan suatu
siklus utk produk atau komponen tertentu a.l: ketdkstabilan panas
bahan, pengetahuan ttg penetrasi panas ke dlm bahan, faktor lain yg
tercantum dlm program validasi (FI IV).
Sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang
cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak
lebih dari 100 ml, sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pada
suhu 115oC-116oC selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah
lebih dari 100 ml, waktu sterilisasi diperpanjang hingga seluruh
isi tiap wadah berada pada 115oC-116oC selama 30 menit (FI
III).
Digunakan utk zat yg stabil pd panas, tahan lembab dan dpt
ditembus uap air panas. Reaksi kimia yg mematikan tjd lbh mudah dgn
adanya air & konsekuensinya akan butuh wkt pemaparan panas lbh
sedikit utk membunuh mikroorganisme dlm keadaan terhidrasi
dibandingkan keadaan kering. Inaktivasi panas dlm sel terhidrasi
disebabkan oleh denaturasi dan koagulasi ireversibel enzim dan
struktur protein, kemungkinan melalui proses hidrolisis. Hubungan
suhu dan waktu tunggu utk sterilisasi panas lembab: (TPC)
Suhu C Wkt tunggu minimum (menit) Fo (menit)
115-118 121-124 126-129 134-138
30151037,5-1515-3032-6360-150
Ikatan hidrogen mudah putus dgn adanya molekul air krn
terjadinya ikatan hidrogen antara masing-masing gugus amino &
karboksi dengan molekul air. Fungsi air pd panas lembab adh dlm
proses denaturasi.
Keuntungan: adanya uap jenuh mpnyai aktivitas pembunuhan yg
tinggi & dpt membunuh semua jns mikroorganisme, tmsk spora yg
resisten, dlm wkt 15 mnt 121C, murah, sederhana, hny membutuhkan
pemantauan waktu, suhu&tekanan, cepat.
2.Sterilisasi panas kering Proses sterilisasi termal untuk bahan
yang tertera di farmakope dengan menggunakan panas kering biasanya
dilakukan dengan suatu proses bets dalam suatu oven yang didesain
khusus untuk tujuan tersebut. Distribusi panas dapat berupa
sirkulasi atau disalurkan langsung dari suatu nyala terbuka (FI
IV).
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian
ditutup kedap atau penutupan ini bersifat sementara untuk mencegah
cemaran. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml,
panaskan pada suhu 150oC selama 1 jam. Jika volume dalam tiap wadah
lebih dari 30 ml, waktu 1 jam dihitung setelah seluruh isi tiap
wadah mencapai suhu 150oC. Wadah yang tertutup sementara, kemudian
ditutup kedap menurut teknik aseptik (FI III).
Teknik Aseptik. Cara pengurusan bahan steril menggunakan teknik
yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran kuman hingga
seminimum mungkin. Teknik aseptik dimaksudkan untuk digunakan dalam
pembuatan injeksi yg tidak dapat dilakukan proses sterilisasi
akhir, krn ketidakmantapan zatnya. Teknik ini tidak mudah
diselenggarakan dan tidak ada kepastian bahwa hasil akhir
sesungguhnya steril. Sterilitas hasil akhir hanya dapat
disimpulkan, jika hasil itu telah memenuhi syarat Uji sterilitas yg
tertera pd Uji keamanan Hayati. Teknik aseptik mjd hal yg penting
sekali diperhatikan pd waktu melakukan sterilisasi menggunakan cara
sterilisasi penyaringan&pemanasan kering sewaktu memindahkan
atau memasukkan bhn steril ke dlm wadah akhir steril. Dlm hal
tertentu, untuk meyakinkan terjadinya cemaran atar atau tidak
sewaktu memindahkan atau memasukkan carian steril ke dlm wadah
steril menggunakan cara ini, perlu diuji dgn cara sbb: Ke dlm salah
saru wadah masukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan
steril.Tutup wadah&eramkan pd suhu 32oC selama 7 hari. Jk tjd
pertumbuhan kuman, menunjukkan adanya cemaran yg tjd pd waktu
memasukkan atau memindahkan caran ke dlm wadah akhir. Dlm pembuatan
cairan steril menggunakan proses ini, obat steril dilarutkan atau
didispersikan dlm zat pembawa steril, diwadahkan dlm wadah steril,
akhirnya ditutup kedap untuk melindungi thdp cemaran kuman. Semua
alat yg digunakan harus steril. Ruangan yg digunakan utk melekukan
pekerjaan ini harus disterilkan terpisah&tekanan udaranya
diatur positif dgn memasukkan udara yg telah dialirkan melalui
penyaring bakteri. Lagipula, pekerjaan ini hrs dilakukan dgn tabir
pelindung atau dlm aliran udara steril. Pakaian pekerja hrs
khusus&steril, dilengkapi dgn penutup muka&topi (FI
III).
Digunakan utk zat yg stabil pd panas ttp sensitif lembab atau
tidak dpt ditembus uap air panas. Digunakan utk sterilisasi serbuk
obat kering, suspensi obat dgn pelarut non air, minyak, lemak,
waxes, liquids, soft&hard parafin, lubrikan spt silikon,
injeksi minyak, implants, basis salep mata, pakaian bedah, wadah
gelas&logam, alat operasi. Pd suhu diatas 250C selama minimal
30 menit bisa sterilisasi dan depirogenisasi glassware dan logam yg
resisten panas. Variasi suhu oven tidak boleh lbh dr 5C pd suhu
sterilisasi selama wkt tunggu. Barang-barang dibiarkan dingin dlm
oven hgg sekitar 40 C sebelum kmd dipindahkan. Inakivasi oleh panas
pd sel terdehidrasi, terutama sbg hasil proses oksidasi.Hubungan
suhu dgn wkt tunggu pd sterilisasi panas kering:
Suhu CWaktu tunggu minimum (menit)
160
170
180120
60
30
British Pharmacopoeia 1993 merekomendasikan protokol ini dan
menerima hubungan suhu dan
waktu tunggu lain misalnya pd bbrp minyak yg membutuhkan suhu
lebih rendah (TPC).
Keuntungan: pd suhu tertentu dpt utk
sterilisasi&depirogenisasi, metode aman&terpercaya.
Tingkat pembunuhan & penetrasi tergantung pd enrgi yg
digunakan, jika energi panas cukup dpt berpenetrasi
baik&membunuh semua mikroorganisme.(Diktat steril)
3.Sterilisasi gas Pilihan untuk menggunakan sterilisasi gas
sebagai alternatif dari sterilisasi termal sering dilakukan jika
bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada
proses sterilisasi uap atau panas kering. Bahan aktif yang umumnya
digunakan pada sterilisasi gas adalah etilen oksida. Keburukan dari
bahan ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagen dan
kemungkinan adanya residu toksik dalam bahan yang disterilkan
terutama yang mengandung ion klorida. Proses sterilisasi umumnya
berlangsung dalam bejana yang bertekanan yang didesain sama seperti
otoklaf tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya terdapat
pada alat sterilisasi yang menggunakan gas. Kualifikasi proses
sterilisasi gas etilen oksida lebih luas cakupannya drpd cara
sterilisasi lainnya krn selain suhu, kelembaban, tekanan positif
atau hampa udara jg diperlukan pengendalian ketat thdp kadar etilen
oksida. Keterbatasan utama dari proses sterilisasi etilen oksida
adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke
daerah yang paling dalam dari bahan yang disterilkan. Jd desain
kemasan&cara pengisisan bejana sterilisasi hrs ditetapkan
sedemikian rupa hingga resistensi minimal thdp difusi gas (FI
IV).
Untuk materi yg kompatibel dgn gas yg digunakan, tidak tahan pd
suhu sterilisasi uap, panas kering, atau dosis radiasi tinggi.
Kondisi kritis yg hrs dikontrol: konsentrasi gas, suhu, kelembaban
relatif, dan waktu pemaparan. Dgn melihat faktor kritis pd proses
sterilisasi gas mk metode ini tidak disarankan selama masih ada
metode lain yg sesuai.
Gas etilen oksida biasa digunakan utk sterilisai peralatan
medis, jg bisa utk wadah plastik&serbuk termolabil. Etilen
oksida merupakan pengalkilasi kuat dan aktivitas antimikroba
melalui alkilasi gugus sulfhidril, hidroksil, karboksil, amino pd
protein&asam nukleat. Tidak ada siklus standar utk sterilisasi
dgn etilen oksida, siklus yg digunakan biasanya pd rentang kadar
gas 250-1500 mg/L, kelembaban relatif 30-90%, suhu 30-65o,&wkt
pemaparan 1-30 jam.
Gas yang lain yang dapat dipakai yaitu formaldehid (seperti box
sterilisasi), hidrogen peroksida, ozon, klorin dioksida.
Gas formaldehid tdk berwarna, tdk eksplosif, tdk mdh tbakar.
kekuatan penetrasinya rendah, afinitas thd air tinggi, mudah
tpolimerisasi pd permukaan pd suhu dibawah 80o, toksik bg manusia
ttp dibandingkan etilen oksida, dia dpt dideteksi dgn baunya pd
konsentrasi yg msh dibawah kdr toksiknya.
Hidrodgen peroksida, proses sterilisasi pada suhu rendah
(4-80o)& dgn kadar gas rendah (0,5-5 mg/L) yg diklaim tidak
korosif, dgn siklus sterilisasi kurang dr 90 menit telah diterima.
Hidrogen Peroksida tdk dapat digunakan utk sterilisasi
liquid&inkompatibel dgn material selulosa berpori tinggi dan
nilon.
Ozon merupakan bahan pengoksidasi kuat, aktif melawan
endotoksin. Proses sterilisasi pd kelembaban relatif 75-90%, suhu
rendah (25o), kadar gas 2-5mg/L. Kelembaban tinggi pd prosesnya,
sifat pengoksidasinya menyebabkan korosi logam, degradasi
karet&bbrp plastik, sehingga menyebabkan sedikitnya penggunaan
utk sterilisasi.
Klorin oksida telah byk digunakan utk pegolahan air. Proses
sterilisasi pd kelembaban relatif tinggi (>80%), suhu rendah
(25-30C), kadar gas ed IV, hal. 981-984).
3 Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah (FI ed. IV Hal 1044).
4 Uji keseragaman sediaan (untuk serbuk rekonstitusi, FI IV , p.
999-1001)
5 Uji Kebocoran (Goeswin Agus, Larutan Parenteral, hal 192)
6 Uji Kejernihan dan Warna ( Goeswin Agus, Larutan Parenteral,
HAL 201)
7 Uji Kejernihan larutan (FI IV hal 998) EVALUASI BIOLOGI
1 Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba (untuk yang mengandung
pengawet) (FI ed IV, HAL 854-855)
2 Uji Sterilitas (FI ed. IV, HAL 855-863)
3 Uji Endotoksin Bakteri (FI ed. IV, HAL 905-907)
4 Uji Pirogen (Untuk volume > 10 ml) (FI ed. IV, HAL.
908-909)
5 Uji Kandungan Zat Antimikroba (untuk yang mengandung pengawet)
(FI ed. IV, HAL. 939-942)
6 Uji Potensi Antibiotika (Untuk zat aktif antibiotik) (FI IV
hal 891-899)
EVALUASI KIMIA
1Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan
masing-masing)
2.Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan
masing-masing).
B.Wadah
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi
melalui berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan
sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian di luar
persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan,
pengangkutan, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan. Wadah terbuat
dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan terhadap isi. Tipe
kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam
masing-masing monografi. (FI Ed. IV, hal 10).
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan
di dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat
mengakibatkan perubahan khasiat, mutu dan kemurniannya. (FI ed.
III, hal XXXIV)
Bagaimanapun bentuk dan komposisi wadah, wadah pengemas
merupakan sumber dari masalah stabilitas sediaan, bahan partikulat,
dan sumber pirogen. (Diktat Steril, hal 82)
Keuntungan wadah gelas (Diktat steril, hal 82-99) :
1 Mempunyai daya tahan kimia yang baik sehingga tidak bereaksi
dengan kandungan wadah dan tidak mengabsorbsi atau mengeluarkan
senyawa organik.
2 Bersifat tidak permeable sehingga apabila ditutup dengan baik
maka pemasukan atau hilangnya gas-gas dapat diabaikan.
3 Wadah gelas mudah dicuci karena permukannya licin
4 Bersifat transparan sehingga dapat diamati kandungnnya dalam
wadah.
5 Mempunyai sifat kaku, kuat dan bentuknya stabil. Tahan
terhadap tusukan dapat divakumkan, dapat dipanaskan pada suhu 121 C
pada sterilisasi uap dan 260 C pada sterilisasi kering tanpa
mengalami perubahan bentuk. Kerugian : mudah pecah dan bobotnya
relatif berat. Wadah yang biasa digunakan untuk sedian injeksi
adalah berupa vial atau ampul. Untuk zat aktif yang mudah
teroksidasi biasanya digunakan ampul berwarna gelap (biasanya
coklat) untuk melindungi sediaan dari cahaya.
Gelas tipe I untuk membuat wadah tiup dalam bentuk tabung,
misalnya vial, ampul, badan alat suntik (syringe) dan bagian infus
set. Beberapa sediaan parenteral volume kecil dikemas dalam alat
suntik gelas sekali pakai (disposable one-trip glass syringe).
C.Penandaan (FI Ed. IV, hal 11)
Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera
persentase atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, cara
pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluarsa, nama pabrik
pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau bets yang
menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan
informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses
pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan, dan penandaan.
Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam
sediaan parenteral volume besar, maka kadar masing-masing komponen
disebut dengan nama umum misalnya injeksi Dekstrosa 5% atau Injeksi
Dekstrosa (5%).
Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing
monografi, Penandaan mencakup informasi berikut :
1 Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen
dalam volume tertentu, kecuali bahan yang ditambahkan untuk
penyesuaian pH atau untuk membuat larutan isotonik, dapat
dinyatakan nama dan efek bahan tersebut
2 Sediaan kering atau sediaan yang memerlukan pengenceran
sebelum digunakan, jumlah tiap komponen, komposisi pengencer yang
dianjurkan, jumlah yang diperlukan untuk mendapat konsentrasi
tertentu zat aktif dan volume akhir larutan yang diperoleh , uraian
singkat pemerian larutan terkonstitusi, cara penyimpanan dan
tanggal kadualarsa.
Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga sebagian
wadah tidak tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi
secara visual.
D.Pengemasan dan Penyimpanan
Volume injeksi wadah dosis tunggal dapat memberikan jumlah
tertentu untuk pemakaian parenteral sekali pakai dan tidak ada yang
memungkinkan pengambilan isi dan pemberian 1 liter. (FI Ed. IV, Hal
11)
Untuk penyimpanan obat harus disimpan sehingga tercegah cemaran
dan penguraian, terhindar pengaruh udara, kelembaban, panas dan
cahaya.
Kondisi penyimpanan tergantung pada sediaannya, misalnya kondisi
harus disimpan terlindung cahaya, disimpan pada suhu kamar,
disimpan di tempat sejuk, disimpan di temapat dingin (FI Ed. III,
Hal XXXIV)
IV. SEDIAAN DI PUSTAKA
Trissel, 10thed.
Alteplase (14) Ketolorak Trometamin (705) Penisilin G Natrium
(949)Amikasin Sulfat (22) Labetalol HCl (707) Pentamidin Isetinat
(954)Amiodran HCl (78) Levopranol Tartrat (717) Pentazosin Laktat
(955)Amtrypin HCl (81) Methotreksat Natrium (783) Pentobarbital
Natrium (959)Bezotiprine Mesylate (141) Metildopate HCl (793)
Phenilefrin HCl (974)Betamethasone Natrium Metilergonovin Maleat
(795) Phenitoin Natrium (976)Sulfat (142) Metronidazole (817)
Piperasilin Natrium (986)Calcitriol (162) Multivitamin (866)
Prednisolon Natrium Fosfat (1018)Chlordiazepokside HCl (278)
Nafcilin Natrium (872) Piridoksin HCl (1056)Chlorpromazine HCl
(285) Nalbufin HCl (879) Quinidine Glukonat (1057)Clindamisin
Fosfat (322) Nalmefen HCl (883) Ranitidin HCl (1059)Dexamethasone
Sodium Nalokson HCl (884) Scopolamin HBr (1079)Fosfat (363)
Neostigmin Metilsulfat (885) Sodium Acetate (1083)Diazepam (378)
Netilmisin Sulfat (886) Sodium Fosfat (1105)Ergonovin Maleat (460)
Nikardipin HCl (893) Streptomisin Sulfat (1109)Etoposide (477)
Nitrogliserin (894) Thiethylperazine Malate (1136)Filgrastim (507)
Norepinefrin bitartrat Trimethobenzamide HCl (1173)Asam Folat (538)
(Noradrenalin Asam Tartrat ) Tubokurarin Klorida (1180)Gentamisin
Sulfat (559) (904) Vecuronium Bromida (1193)Hialuronidase (626)
Vitamin A
Hidralazin HCl (629) Oktreotida Asetat (909) Warfarin Natrium
(1220)Hidrokortison Natrium Fosfat (632)
Penisilin G Kalium (939)
V. MASALAHKHUSUS
A.Suspensi Steril Suspensi sediaan steril (diambil dari definisi
suspensi obat mata, FI ed. IV, hal 14) adalah sediaan steril yang
mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa.
Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi.
Sediaan suspensi parenteral adalah zat berkhasiat yang tak
larut, terdispersi dalam bentuk multiphase dengan system heterogen,
ditujukan untuk injeksi intramuskular dan subkutan (Diktat Steril
hal:167).
Suspensi parenteral merupakan salah satu jenis sediaan yang
paling sulit untuk dibuat. Sediaan suspensi parenteral tidak boleh
mengendap (caking) selama penyimpanan, mudah untuk diresuspensi
pada pemakaian dan ukuran partikelnya harus dapat melewati jarum
dengan ukuran 18-21 gauge. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yaitu:
Mengontrol kristalisasi dan reduksi ukuran partikel
(mikronisasi)
Proses sterilisasi zat aktif
Proses pembasahan dengan surfaktan, disperse dan pencampuran
aseptic, pengisian akhir ke wadah.
Keseragaman ukuran partikel untuk untuk menjamin ketepatan
dosis
Zat tambahan yang digunakan harus membuat dispersi stabil selama
penyimpanan dan mudah mengalir (tiksotropik)
Sedian parenteral dibuat dalam bentuk injeksi bila:
Zat aktif sukar larut dalam air ataupun minyak dan jika
digunakan pelarut campur maka dibutuhkan pelarut campur atau zat
penambah kelarutan dalam jumlah yang banyak (Diktat Steril hal
162)
Jika diinginkan sediaan parenteral dengan kecepatan pelepasan
lambat Formula umum (TPC, hal 98)
FORMULA PUSTAKA Pembawa air R/ Zat aktif
Pembawa (air)
Zat tambahan (untuk suspensi parenteral)
Pengawet, antioksidan, zat pengkelat, zat pembasah, zat
pensuspensi, buffer, zat
pengisotonis (Lachman/disperse systen vol II, hal 399) Contoh :
Injeksi kortison asetat Cara pembuatan : Dapat dilihat pada
prosedur pembuatan di BAB 2
Pembawa minyak
Suspensi parenteral dapat juga dibuat dalam pembawa minyak,
untuk memberikan efek depot (pemberian IM) R/Zat aktif
Pembawa (minyak)
Zat tambahan (suspending agent, antioksidan, pengawet)
Suspending agent yang biasa dipakai dalam pembawa minyak :
Alumunium monostearat. Contoh : Injeksi prokain Penisilin R/
Prokain Penisilin 300.00 UI/ml
Alumunium monostearat 2,0 %
Minyak zaitun ad 100 ml Cara Pembuatan : Dapat dilihat pada
prosedur pembuatan di BAB II
Zat Tambahan dalam Sediaan Injeksi Suspensi Steril (Lachman
parenteral, vol I, hal 214)
1.PENSUSPENSI
Alumunium monostearatGelatinManitolPovidonNatrium
karboksimetilselulosaSorbitol
2.SURFAKTAN
LesitinPolioksietilen-polioksipropilen eterPolioksietilen
sorbitan monolauratPolisorbat 80Silikon antifoam
Sorbitan trioleat
3.PELARUT
Polietilenglikol 300Propilenglikol
4.pH ADJUSMENT
Asam sitrat, Natrium sitrat
Evaluasi dan Penyimpanan
Evaluasi sediaan suspensi steril mengacu pada sediaan suspensi
nonsteril, hanya perlu dilakukan uji sterilisasi. Wadah untuk
suspensi steril biasanya digunakan vial.
B. Emulsi Steril PENDAHULUAN Sediaan emulsi parenteral adalah
dispersi heterogen dalam satu cairan yang tidak larut denan cairan
lainnya. Untuk membuat sediaan stabil dapat ditambahkan zat
pengemulsi. [Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Steril, 1994,
p. 169]
Ketidaklarutan zat aktif tertentu menyebabkan kesulitan
pembuatan formula untuk intravena. Alternatifnya adalah dibuat
dalam system kosolven atau emulsi. [Lachman, Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse Systems, vol. 1, 1988, p. 222]
Pada emulsi untuk injeksi, zat aktif larut minyak dilarutkan
dalam pembawa yang sesuai, kemudian diemulsikan. Namun, emulsi
parenteral jarang dibuat karena keharusan dan kesulitan untuk
mencapai droplet stabil dengan ukuran kurang dari 1 m untuk
mencegah emboli di pembuluh darah. [Lachman, Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse Systems, vol. 1, 1988, p. 221]
Tujuan Penggunaan Sediaan Parenteral Emulsi
1 Sediaan Emulsi air dalam minyak (A/M) untuk mencegah alergi (
Emulsion of allergenic extracts), diberikan secara sub kutan
2 Sediaan emulsi lepas lambat minyak dalam air (M/A), diberikan
secara intramuskular (Sustained release depot preparation) 3 Sedian
emulsi nutrisi minyak dalam air (M/A), diberikan secara intravena
[Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Steril, 1994, p. 169]
Keterbatasan pembuatan emulsi parenteral adalah:
1 Pilihan stabilisator dan emulgator yang terbatas
2 Kemungkinan terjadinya reaksi pirogen dan hemolisis lebih
besar [Lachman, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, vol.
1, 1988, p. 221; Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Steril,
1994, p. 169]
Emulsi parenteral dibatasi oleh dua hal penting, yaitu:
1 Ukuran partikel Untuk intravena, ukuran partikel 5 m, tanpa
resiko emboli di kapiler. Ukuran partikel rata-rata untuk emulsi
lemak < 1 m, diperoleh dengan homogenisasi pada temperatur dan
tekanan tinggi.
2 Sterilisasi Metode sterilisasi yang digunakan adalah autoklaf
pada 110C selama 40 menit, perlakuan ini tidak memengaruhi
stabilitas, melainkan memperkecil ukuran partikel. Metode
sterilisasi alternatif adalah: filtrasi, selama ukuran partikel
(droplet) cukup kecil untuk melewati filter sterilisasi awal,
pembuatan aseptik
Instabilitas emulsi lemak dapat disebabkan beberapa hal:
1 Perubahan ukuran partikel droplet minyak, menyebabkan creaming
dan koalesensi
2 Perubahan pH Jika pH emulsi dijaga lebih alkali, stabilitas
dapat terjaga dan produk dapat disimpan di bawah suhu 30C.
3 Hidrolisis emulgator
4 Oksidasi minyak
5 Penambahan zat ktif atau elektrolit, sehingga formula harus
dibuat khusus
Keuntungan emulsi lemak:
a. Targeted Delivery System Emulsi lemak dapat digunakan sebagai
pembawa obat karena kemiripannya dengan kilomikron b. Dapat
diencerkan in vivo dalam darah atau saluran cerna tanpa menyebabkan
presipitasi partikel
obat Lingkungan pembawa nonair dapat meningkatkan stabilitas
[Lachman, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, vol. 1,
1988, p. 246-247] FORMULASI
Faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan formula
sediaan emulsi steril:
1 Ukuran globul yang terdispersi dengan rentang ukuran yang
cukup kecil melalui proses destruksi yang spesifik pada saat
pembuatan sediaan emulsi.
2 Pembawa minyak yang dapat berasosiasi dengan cairan tubuh.
3 Inkompatibilitas antar komponen dalam sediaan atau pada saat
dicampurkan dengan sediaan injeksi lainnya.
4 Wadah primer sesuai dengan cara pemberian : disposable. [Modul
Praktikum Teknologi Sediaan Likuid & Semisolid, p. 39]
Persyaratan tambahan untuk injeksi emulsi:
Fisikokimia
Stabilitas fisik
Ukuran partikel kurang dari 2 m
Dapat disterilisasi
Stabilitas kimia
Biologi
Efek samping kecil
Nonantigenik
Semua komponen dapat dimetabolisme atau diekskresikan
Praktik Stabil pada temperatur yang ekstrem
Harga [Lachman, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems,
vol. 2, 1988, p. 379-397]
Minyak yang umum dipakai:
Natural oil: cottonseed oil, soybean oil, safflower oil, sesame
oil, cod liver oil, linseed oil, coconut oil, corn oil, peanut oil,
cocobutter oil, butter oil. Sintetik/semisintetik: triolein, etil
oleat, dibutil, sebakat, isoamil salisilat.[Lachman, Pharmaceutical
Dosage Forms: Disperse Systems, vol. 2, 1988, p. 379-397]Untuk rute
intramuskular dapat digunakan munyak paraffin atau minyak tumbuhan,
untuk ruteintravena biasanya digunakan minyak tumbuhan murni,
seperti soybean oil, safflower oil, dan
cottonseed oil. Minyak-minyak tersebut paling umum digunakan
karena reaksi toksik jarang terjadi dan tahan terhadap oksidasi.
[Lachman, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, vol. 1,
1988, p. 246]
Minyak teremulsi tidak mempunyai efek osmotik, perlu tambahan
untuk membuat kondisi isotonik. Jika digunakan lesitin sebagai
emulgator, NaCl dan gula pereduksi (glukosa) tidak dapat dipakai,
karena berinteraksi menyebabkan warna cokelat dan pemisahan fasa,
solusinya adalah penggunaan gliserin, sorbitol atau xylitol.
[Lachman, Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, vol. 2,
1988, p. 379-397]
Formula emulsi parenteral:
a. Zat aktif
b. Pembawa (air dan minyak)
c. Emulgator
d. Pengawet
e. Antioksidan
METODE PEMBUATAN
EVALUASI
Evaluasi fisika, Analisis kimia, Penentuan pH, Penentuan ukuran
partikel, Uji sterilitas, Uji pirogen [Lachman, Pharmaceutical
Dosage Forms: Disperse Systems, vol. 2, 1988, p. 379-397]
Evaluasi sediaan sama dengan emulsi nonsteril, hanya perlu
dilakukan uji sterilitas
Lihat evaluasi emulsi di TS EMULSI!!! C. Injeksi Kering Bentuk
suatu obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat
obat itu sendiri dengan memperhitungkan sifat fisika dan kimia dan
juga pertimbangan terapeutik tertentu. Umumnya, bila obat tidak
stabil dalam larutan, ia akan dibuat sebagai bubuk kering yang
dimaksudkan untuk dibentuk dengan penambahan pelarut yang tepat
pada waktu akan diberikan, atau dapat dibuat dalam bentuk suspensi
partikel obat dalam pembawa dimana obat tidak larut. (ANSEL ED 4
,1989, HAL. 405).
Larutan Terkonstitusi (FI IV HAL 12) Pada sediaan steril yang
akan dibuat larutan terkonstitusi diberi nama sesuai bentuknya
....... steril atau ..... untuk injeksi. Karena sediaan
dikonstitusikan oleh tenaga medik segera pada saat digunakan, uji
dan ketentuan tentang larutan yang dikonstitusi untuk pemberian
tidak dimasukkan dalam masingmasing monografi padatan kering atau
cairan pekat steril. Untuk menjamin mutu sediaan injeksi
sebagaimana diberikan, uji yang tidak merusak sediaan injeksi
seprti berikut ini dilakukan untuk memperlihatkan kesesuaian
larutan terkonstituai pada saat sebelum digunakan.
1.Kesempurnaan dan kejernihan melarut Konstitusikan larutan
seperti tertera pada etiket dari pabrik untuk sediaan steril
kering.
Padatan melarut sempurna, tidak terlihat meninggalkan sisa yang
tidak melarut
Kejernihan larutan terkonstitusi tidak kurang jernih secara
signifikan dari volume sama pengencer atau air murni dalam wadah
serupa dan diperiksa dengan cara yang sama.
2.Bahan partikulat Konstitusikan larutan dengan cara seperti
yang tertera pada etiket sediaan steril kering: larutan tidak
mengandung partikel bahan asing yang dapat dilihat secara
visual.
LAMPIRAN EVALUASI SEDIAAN
EVALUASI FISIK
1.PENETAPAN pH (FI IV hal 1039-1040)
Tujuan: Menetapkan pH suatu sediaan larutan agar sesuai dengan
monografi
Cara pengerjaan: Larutan dapar untuk pembakuan Buat menurut
petunjuk sesuai Tabel. Simpan dalam wadah tahan bahan kimia,
tertutup rapat, sebaiknya dari kaca tipe I. Larutan segar sebaiknya
dibuat dengan interval tidak lebih dari 3 bulan. Tabel berikut
menujukkan pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari suhu. Petunjuk
ini digunakan untuk pembuatan larutan dapar dengan kadar molal
sebagaimana disebutkan. Untukmemudahkan, petunjuk diberikan dengan
pengenceran hingga volume 1000 ml, bukan dengan menyebutkan
penggunaan 1000 g pelarut yang merupakan dasar sistem molalitas
dari kadar larutan. Jumlah yang disebutkan tidak dapat secara
sederhana diperhitungkankan tanpa informasi tambahan.
Kalium tetraoksalat 0,05 m Larutkan 12,61 g KH3(C2O4)2.2H2O
dalam air hingga 1000 ml.
Kalium biftalat 0,05 m Larutkan 10,12 g KHC8H4O4, yang telah
dikeringkan pada suhu 110o selama 1 jam, dalam air hingga 1000 ml.
RFEkuimolal fosfat 0,05 m Larutkan 3,53 g Na2HPO4 dan 3,39 g
KH2PO4, masing-masing telah dikeringkan pada suhu 120o selama 2
jam, dalam air hingga 1000 ml.
Natrium tetraborat 0,01 m Lrutkan 3,80 g Na2B4O7.10H2O dalam air
hingga 1000 ml. Lindungi dari penyerapan karbondioksida.
Kalsium hidroksida jenuh pada suhu 25o Kocok kalsium hidroksida
P berlebih dengan air dan enaptuangkan pada suhu 25o sebelum
digunakan. Lindungi dari penyerapan karbondioksida. Karena adanya
variasi dalam sifat maupun cara kerja pH meter, tidak praktis untuk
memberikan petunjuk yang dapat diterapkan secara umum untuk
penetapan pH secara potensiometrik. Prinsip umum yang harus diikuti
dalam melakukan petunjuk yang terdapat pada masing-masing alat oleh
pabrik akan diuraikan pada paragraf berikut. Sebelum digunakan,
periksa elektrode, dan jembatan garam jika ada. Jika perlu, isi
lagi larutan jembatan garam dan perhatikan petunjuk lain yang
diberikan oleh pabrik alat atau pabrik elektrode. Untuk pembakuan
pH meter, pilih 2 larutan dapar untuk pembakuan yang mempunyai
perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga
pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya. Isi sel dengan
salah satu Larutan dapar utnuk pembakuan pada suhu yang larutan
ujinya akan diukur.Pasang kendali suhu pada suhu larutan, dan atur
kontrol kalibrasi untuk membuat pH identik dengan yang tercantum
dalam Tabel. Bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan Larutan
dapar untuk pembakuan yang kedua, kemudian isi sel dengan larutan
tersebut pada suhu yang sama dengan larutan uji. pH dari larutan
dapar kedua 0,07 unit pH dari harga yang tertera dalam Tabel. Jika
penyimpangan terlihat lebih besar, periksa elektrode dan jika
terdapat kesalahan, supaya diganti. Atur kemiringan atau suhu
hingga pH sesuai dengan yang tertera pada Tabel. Ulangi pembakuan
hingga kedua larutan dapar untuk pembakuan memberikan harga pH
tidak lebih dari 0,02 unit pH dari harga yang tertera pada Tabel,
tanpa pengaturan lebih lanjut dari pengendali. Jika sistem telah
berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan
larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH.
Gunakan air bebas karbon dioksida P untuk pelarutan atau
pengenceran larutan uji. Jika hanya diperlukan harga pH perkiraan
dapat digunakan indikator dan kertas indikator.
Suhu (C) Kalium tetraoksalat (0,05 m) Kalium biftalat (0,05 m)
Ekimolal fosfat (0,05 m) Natrium tetraborat (0,01 m) Kalsium
hidroksida jenuh pada suhu 25 C
10 15 20 25 30 35 40 45 5055 60 1,67 1,67 1,68 1,68 1,68 1,69
1,69 1,70 1,71 1,72 1,72 4,00 4,00 4,00 4,01 4,02 4,02 4,04 4,05
4,06 4,08 4,09 6,92 6,90 6,88 6,86 6,85 6,84 6,84 6,83 6,83 6,83
6,84 9,33 9,28 9,23 9,18 9,14 9,10 9,07 9,04 9,01 8,99 8,96 13,00
12,81 12,63 12,45 12,29 12,13 11,98 11,84 11,71 11,57 11,45
2. PENETAPAN VOLUME INJEKSI dalam WADAH (FI IV hal 1044)
Tujuan: Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah
agar volume injeksi yang
digunakan tepat/ sesuai dengan yang tertera pada penandaan.
(Volume injeksinya itu harus dilebihkan.
Kelebihan volume yang dianjurkan dipersyaratkan dalam FI IV)
Cara Pengerjaan: Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml
atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan
kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau
kurang. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering
berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan
dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari
2,5 cm. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik
dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian
jarum, kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah
dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya
40% volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume
gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang).
Cara lain, isi alat suntik dapat dipindahkan kedalam gelas piala
kering yang telah ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil
perhitungan berat dalam g dibagi bobot jenis cairan. Isi dari dua
atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk pengukuran
dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk mengambil isi
tiap wadah. Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan
membuka wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur
atau gelas piala yang telah ditara.
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila
diuji satu persatu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak
kurang dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi
digabung.Volume tertera dalam penandaan (ml) Kelebihan volume yang
dianjurkan
Untuk cairan encer (ml) Untuk cairan kental (ml)
0,5 0,10 0,12
1,0 0,10 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 0,80 1,20
50,0 atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume
tertera, lakukan penentuan seperti di atas dengan sejumlah alat
suntik terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik
yang diambil tidak kurang dari dosis yang tertera.
Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu hangatkan wadah dan
segera kocok baik-baik sebelum memindahkan isi. Dinginkan hingga
suhu 25o C sebelum pengukuran volume.
3. BAHAN PARTIKULAT DALAM INJEKSI (FI IV hal 981-984)
Tujuan: Larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari
zat padat steril untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari
partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual. Cara
Pengerjaan: Dua prosedur untuk penetapan bahan partikulat
dicantumkan berikut ini, berbeda sesuai dengan volume yang tertera
pada etiket wadah. Semua injeksi volume besar untuk infus dosis
tunggal, dan injeksi volume kecil yang ditetapkan dalam persyaratan
monografi, harus memenuhi batas bahan partikulat seperti yang
tertera pada uji yang digunakan
INJEKSI VOLUME BESAR UNTUK INFUS DOSIS TUNGGAL [Catatan Selama
melakukan prosedur ini gunakan sarung tangan yang sesuai bebas
serbuk pelincir, peralatan kaca dan perlengkapan yang telah
dibersihkan secara cermat dengan pencucian berturut turut
menggunakan larutan deterjen hangat, air panas, air, dan
isopropanol. Semprotkan air berkali-kali dengan kuat pada permukaan
alat yang diletakkan vertikal, lakukan perlahan-lahan dari atas ke
bawah. Lakukan pembilasan dengan isopropanol dalam lemari alir
laminer yang dilengkapi dengan penyaring partikulat udara
berefisiensi tinggi, biarkan alat-alat mengering dalam lemari asam.
Sebaiknya letakkan lemari di ruang terpisah yan dilengkapi dengan
alat penyaring dan pendingin udara, dan pertahankan tekanan udara
lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Sebelum melakukan uji,
bersihkan lemari alir laminer dengan pelarut yang sesuai kecuali
permukaa media penyaring. Pertahankan kecepatan aliran udara pada
0,45 0,1 meter per detik.] Penyaring membran dan rangkaiannya
Dengan menggunakan pinset, angkat penyaring membran berkisi warna
kontras dari wadahnya. Cuci kedua sisi membran dengan aliran air
yang telah dimurnikan dengan penyaringanmelalui membran yang sesuai
untuk menghilangkan bahan partikulat berdimensi linier efektif
lebih besar dari 5 m, dengan meletakkan penyaring pada posisi
vertikal, mulai pada bagian atas dari sisi tidak berkisi, lewatkan
aliran air berkali-kali pada permukaan dengan perlahan-lahan dari
atas ke bawah hingga partikel terbawa ke bawah lepas dari
penyaring, dan ulangi proses pencucian pada sisi yang berkisi.
Letakkan membran (sisi yan berkisi menghadap ke atas) diatas dasr
penyangga penyaring dasar tanpa menyentuh penyaring membran.
Balikkan unit rangkaian, cuci bagian dalam corong selama lebih
kurang 10 detik denga semprotan air yan telah disaring. Biarkan air
mengalir dan letakkan unit pada labu penyaring.
Larutan uji Campur larutan dengan membalikkan wadah 20 kali.
Bersihkan permukaan luar wadah dengan semprotan air dan angkat
tutup hati-hati agar tidak terjadi pengotoran isi wadah. Masukkan
25 ml larutan yang telah tercampur baik ke dalam corong, biarkan
selama 1 menit, pasang penghisap udar adan saring. Lepaskan
penghisap udara perlahan-lahan dan cuci dinding dalam corong dengan
semprotan 25 ml air yang telah disaring sedemikian rupa untuk
mencuci dinding corong agar bebas dari tiap partikel yang mungkin
menempel pada dinding, tetapi hindarkan agar semprota tidak
mengarah ke atas permukaan penyaring. Setelah turbulensi dalam
penyaring reda, bilasan disaring dengan hampa udara. Angkat dengan
hati-hati bagian atas rangkaian penyaring, sambil menjaga tetap
dalam keadaan hampa udara. Lepaskan penghisap dan angkat penyaring
membran dengan pinset. Letakkan penyaring pada lempeng petri
plastik, bila perlu gunakan gemuk pelumas kran yan sangat tipis
sebagai pra-lapis, untuk menahan penyaring tetap datar dan tidak
bergerak. Biarkan prnyarin mengering dengan tutup petri sedikit
merenggang. Tutup obyek dengan hati-hati, amati di bawah mikroskop
yan dilengkapi dengan mikrometer dan hitung partikel pada penyaring
seperti dibawah ini.
Penetapan Amati seluruh penyaring membran di bawah mikroskop
yang sesuai dengan perbesaran 100 x dengan penyinaran pada sudut
10o hingga 20o terhadap garis horisontal. Hitung jumlah partikel
dengan dimensi linier efektif 10 m atau lebih dan sama atau lebih
besar dari 25 m. Lakukan penetapan blangko dengan menggunakan
Penyaring membran dan rangkaiannya seperti yang tertera pada
Larutan uji mulai dengan cuci dinding dalam corong dengan
semprotan..... Kurangi jumlah total partikel yan diperoleh pada
Larutan uji dengan jumlah total blangko. [Catatan Untuk larutan
yang mengandung dekstrosa, jangan menghitung partikel dengan
morfologi tidak jelas, yang menunjukkan sedikit atau sama sekali
tanpa relief permukaan dan berbentuk seperti gelatin atau seperti
film. Oleh karena dalam larutan bahan tersebut terdiri dari
unit-unit yang ukurannya sama tau kurang dari 1 m dan hanya dapat
dihitung setelah terjadi agregasi dan atau deformasi pada membran,
interpretasi penghitungan dapat dilaukan dengan mengamati contoh
larutan dengan bantuan alat penghitung partikel elektronik yang
sesuai.]
Interpretasi Lakukan penetapan duplo dari Larutan uji dan
blangko. Jika penetapan blangko menghasilkan lebih dari 5 partikel
dengan dimensi linier efektif 25 m atau lebih, menunjukkan bahwa
lingkungan pelaksanaan pekerjaan tidak memuaskan dan uji tidak
absah.
Injeksi volume besar untuk infus dosis tunggal memenuhi syarat
uji jika mengandung tidak lebih dari 50 partikel per ml yang setara
atau lebih besar dari 10 m dan tidak lebih dari 5 partikel per ml
yang setara atau lebih besar dari 25 m dalam dimensi linier
efektif. INJEKSI VOLUME KECIL
[Catatan Siapkan contoh, alat kaca, pentutup dan perlengkapan
lain yang diperlukan dalam lingkungan yang terlindung dengan
menggunakan penyaring HEPA (udara partikulat efisiensi tinggi).
Selama persiapan, gunakan pakaian bebas partikel dan sarung tangan
bebas serbuk. Sebaiknya lemari pengujian diletakkan di ruang
terpisah yang dialiri udara yang telah dilewatkan penyaring HEPA (
udara partikulat efissiensi tinggi), penyejuk ruangan serta
trekondisi dan dijaga agar tekanan udara positif terhadap daerah
sekitar.]
Gunakan bejana yang tahan tekanan sampai 100 psi dengan pipa
tahan tekanan yang tidak melepas partikel dan pipa semprot yang
dipegang tangan serta dilengkapi dengan penyaring untuk menyaring
air pembersih dan pembuatan contoh. Gunakan penyaring rata atau
halus berpori ukuran 5,0 m atau kurang. Untuk tujuan pembakuan dan
penyiapan contoh, gunakan wadah kaca yang diperkeras dan tidak
melepaskan partikel, dengan lubang-lubang sekecil mungkin untuk
mengurangi pengotoran yang timbul karena tidak hati-hati. Jika
menggunakan penutup, pilih yang tidak melepas partikel seperti
politef.
Pencucian alat kaca dan penutup Cuci alat-alat kaca, penutup dan
perlengkapan lain yang diperlukan dengan meredam dan menyikatnya
dalam larutan deterjik nonionik yang hangat, kemudian bilas dengan
air ledeng hangat yang mengalir, lanjutkan pembilasan dengan
mengalirkan air yang telah disaring. Pelarut organik dapat
digunakan untuk memudahkan pencucian. Akhirnya bilas dengan air
bertekanan yang telah disaring menggunakan pipa semprot yang
dilengkapi dengan penyaring akhir atau dengan menggunakan alat lain
yang sesuai.
Uji kontrol partikulat Lakukan uji ini untuk menetapkan bahwa
lingkungan sesuai untuk melakukan analisis dan bahwa alat kaca
telah benar-benar bersih serta untuk meyakinkan bahwa air yang
digunakan untuk analisis bebas partikel. Gunakan air yang telah
disaring dan alat kaca yang telah dibersihkan untuk mengambil 5
contoh air secara berurutan, masing-masing 5 ml. Balikkan tiap
contoh 20 kali. Awaudarakandengan ultrasonikasi selama 30 detik
atau dengan membiarkan selama 2 menit. Aduk setiap contoh air
secara mekanik pada kecepatan yang cukup untuk menimbulkan pusaran
lemah selama analisis. Jika 5 partikel berukuran 25 m atau 25
partikel berukuran 10 m atau ukuranlebih besar teramati dalam
seluruh 25 ml contoh air, maka ini menunjukkan bahwa lingkungan
tidak sesuai untuk analisis, atau air yang sudah disaring dan alat
kaca tidak dipersiapkan dengan baik. Ulangi langkah persiapan
sampai lingkungan kerja, air dan alat kaca sesuai untuk melakukan
uji ini.
Kalibrasi Kalibrasi alat dengan 3 baku, masing-masing terdiri
dari bola polistiren dengan satu ukuran sama lebih kurang 10m, 20 m
dan 30 m dalam pembawa berupa air. Bila menggunakan baku pembanding
partikulat, perlu mengurangi penggumpalan partikel dan memastikan
kemurnian partikel. Bila diinginkan, tersedia metode yang sesuai
untuk memeriksa bola-bola komersial. Tetapkan akurasi penghitungan
dan ukuran dari alat penghitung cemaran partikel dalam cairan
dengan menggunakan bahan partikulat berbentuk bola dengan ukuran
hampir sama yang terdispersi untuk mengkalibrasi alat penghitung
partikel otomatik.
Larutan uji Siapkan contoh dengan urutan sebagai berikut:
Lepaskan penutup luar, pita segel dan semua etiket kertas lepas,
cuci bagian luar wadah seperti cara yang tertera pada Pencucian
alat kaca dan penutup dan keringkan dalam aliran udara bebas
partikel. Keluarkan isi wadah seperti dilakukan pada penggunaan
biasa atau sesuai aturan pada etiket kecuali pada wadah dengan
pentutup yang dapat dibuka, contoh dapat diambil dengan membuka
tutup dan menuangkan isi wadah ke dalam wadah lain yang bersih.
Penetapan A. Sediaan Cair (1) Campur isi wadah dengan
membolak-balikkan 25 kali dalamwaktu 10 detik. [Catatan Karena
volume beberapa sediaan begitu kecil, diperlukan pengocokan yang
lebih kuat untuk mensuspensikan partikel denga sempurna.]
(2) Buka dan kumpulkan isi dari tidak kurang 10 wadah hingga
memperoleh volume tidak kurang dari 20 ml dalam wadah bersih.
(3) Awaudarakan dengan ultrasonikasi selama 30 detik atau
diamkan selama 2 menit
(4) Aduk perlahan-lahanmemutar dengan tangan atau secara
mekanik, hati-hai jangan sampai masuk gelembung udara atau cemaran
lain. Aduk terus menerus selama melakukan analisis.
(5) Ambil 3 bagian berturut-turut, tiap bagian tidak kurang dari
5 ml. Buang contoh pengambilan pertama
B. Sediaan Kering atau Terliofilisasi (1) Buka wadah, hati-hati
jangan mencemari penutup.
(2) Konstitusikan dengan sejumlah volume air yangtelah disaring
atau pelarut yang tepat dan telah disaring, jika pelarut air tidak
sesuai.
(3) Tutup kembali dan kocok seperti pada A
(4)Lakukan analisis seperti pada A.
C. Untuk sediaan yang dikemas dalam wadah yang dibuat khusus
untuk sediaan obat dan pelarut dalam wadah terpisah, campur tiap
unit kemasan seperti tertera pada etiket. Lakukan analisis seperti
yang tertera pada A.
D. Untuk sediaan dengan etiket Kemasan besar untuk farmasi Bukan
untuk infus langsung, lakukan seperti tertera pada A atau B.
Lakukan uji pada sejumlah unit yang setara dengan dosis maksimum
yang tertera pada etiket. Untuk perhitungan di bawah, perhatikan
kesetaraan bagian ini terhadap seluruh isi wadah.
Perhitungan Rata-ratakan hasil hitungan dari 2 contoh yang
dianalisis. Hitung jumlah partikel dalam tiap wadah, Pc, dengan
rumus:
C adalah hitungan partikel rata-rata yang diperoleh dari contoh
yang dianalisis; VT adalah volume dalam ml seluruh contoh yang
dianalisis; VP adalah volume dalam ml tiap bagian contoh dan N
adalah jumlah wadah contoh yang digunakan pada analisis.
Interpretasi Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika
jumlah rata-rata partikel yang dikandung tidak lebih dari 10.000
tiap wadah yang setara atau lebih besar dari 10 m diameter sferik
efektif dan tidak lebih dari 1000 tiap wadah sama atau lebih besar
dari 25 m diameter sferik spesifik.
UJI KEBOCORAN (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal 191-192)
Tujuan: memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan
volume serta kestabilan sediaan.
Cara Pengerjaan: Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini
dapat dilakukan dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak
mungkin bisa dikerjakan.
a. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai
disterilkan dimasukkan
kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang
bocor maka larutan biru
metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan diluar
dan di dalam wadah
tersebut. Tentu saja cara ini tidak dapat dipakai untuk
larutan-larutan yang sudah berwarna.
b. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan
ujungnya dibawah. Ini juga
digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika ada kebocoran
maka larutan ini dari dalam
wadah akan keluar, dan wadah menjadi kosong.
b. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus
diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator,
yang kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran larutan akan diserap
keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang telah keluar,
diisap kembalijika vakum dihilangkan.UJI KEJERNIHAN DAN WARNA
(Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal 201-202) Setiap larutan obat
suntik harus jernih dan bebas dari kotoran sehingga diperlukan uji
kejernihansecara visual.Prosedur : wadah-wadah kemasan akhir
diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari sampingdengan
latar belakang sehelai papan yang separuhnya di cat bewarna hitam
dan separuh lagi dicatberwarna putih. Latar belakang hitam dipakai
untuk menyelidiki kotoran yang bewarna muda,sedangkan berlatar
putih untuk kotoran-kotoran berwarna gelap.Penafsiran : memenuhi
syarat jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan
a. KEJERNIHAN LARUTAN (FI IV hal 998) Tujuan: Sediaan infus atau
injeksi yang berupa larutan