Top Banner
21

2 - Voting Behavior

Dec 29, 2015

Download

Documents

Dimas Bala Rena

in Indonesia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2 - Voting Behavior
Page 2: 2 - Voting Behavior

Voting Behavior

adalah studi yang mengkaji tentang perilaku memilih individu dalam pemilihan umum (election) yang memfokuskan kepada “kenapa” seseorang (individu) itu memilih dan “bagaimana” mereka mengambil keputusan untuk memilih kandidat.

Page 3: 2 - Voting Behavior

• Di Amerika : Cikal bakal Voting Behavior ----Publikasi hasil riset tentang kampanye presiden tahun 1940 di Elmira, New York oleh Paul Lazarsfeld dan koleganya dari The Bureau Research at Columbia University. Studi Voting Behavior merupakan kajian “individu”. Dan mulai berkembang tahun 1960.•Pada tahun 1960 muncul 3 pendekatan:

1. Pendekatan Sosiologis (Mazhab Columbia)

2. Pendekatan Psikologis (Mazhab Michigan)

3. Pendekatan Pilihan Rasional (Rational Choice)

Page 4: 2 - Voting Behavior

•Di Indonesia : Studi Voting Behavior muncul setelah reformasi sekitar tahun 1999 dengan ditandai munculnya berbagai lembaga survei seperti CSIS, LSI, PuSDeHAM, Indobarometer. Dan semakin berkembang setelah dipilihnya Kepala Daerah dan Presiden secara langsung.

Page 5: 2 - Voting Behavior

Tiga Pendekatan dalam Voting Behavior

1. Pendekatan Sosiologis (Mazhab Columbia)— David Denver & Gerald Pomper*Pendekatan ini berasal dari Eropa, dikembangkan oleh ilmuwan sosial yang berlatar belakang pendidikan Eropa.

David Denver (Prof. Pol di Lancaster University, Inggris)----buku: Elections and Voters in Britain (2003)Karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial

mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang.Karakteristik Sosial: pekerjaan, pendidikan, agama jenis kelamin, umur dan wilayah.

Gerald Pomper:Predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku memilih seseorang. Preferensi politik keluarga (ayah/ibu) akan berpengaruh pada preferensi politik anak.

Predisposisi sosial-ekonomi:agama yang dianut, tempat tinggal kelas sosial, karakteristik demografis.

Page 6: 2 - Voting Behavior

2. Pendekatan Psikologis (Mazhab Michigan)—August Campbel * Pendekatan ini merupakan reaksi atas ketidakpuasan terhadap pendekatan sosiologis, karena secara metodologis sulit diukur. Hanya menggambarkan tidak menjelaskan “mengapa” seseorang memilih partai/calon tertentu. *menjelaskan bahwa sikap seseorang—sebagai refleksi dari kepribadian seseorang—merupakan variabel yg menentukan dalam mempengaruhi prilaku politik seseorang. *Sosialisasilah sebenarnya yang menentukan perilaku politik seseorang, bukan karakteristik sosiologis. * Sikap seeorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang setelah mendapatkan sosialisasi.

Page 7: 2 - Voting Behavior

*Sikap bukanlah suatu yang bersifat asal jadi, tetapi terbentuk melalui proses yang panjang mulai baru lahir sampai dewasa.

Greenstein (Princeton University, USA )—buku: Personality and Politics (1969) , 3 fungsi sikap:

1. Sikap Merupakan fungsi kepentingan, artinya penilaian terhadap suatu obyek atas dasar motivasi, minat dan kepentingan orang.

2. Sikap merupakan fungsi penyesuaian diri, artinya seseorang bersikap tertentu merupakan akibat dari keinginan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh yang disegani atau kelompok panutan.3. Sikap merupakan fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri artinya sikap seseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan spikis, yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan diri seperti proyeksi, idealisasi, rasionalisasi dan identifikasi.

* Kemudian dikenal sebagai identifikasi partai (party identification)

Page 8: 2 - Voting Behavior

3. Rasional Choice—Anthony Down (Senior Fellow at the Brookings Institution in Washington D.C---Buku: An Economic Theory of Democracy 1957)

Rational Choice ini diadopsi dari ilmu teori ekonomi dimana masyararakat berusaha untuk mendapatkan nilai maksimal dengan meminimalisir biaya sehingga dalam aplikasi politik masyarakat akan memilih kandidat yang akan memberikan keuntungan yang sebesar-sebesarnya dan tidak akan memilih kandidat yang dirasa tidak memberikan keuntungan.

Anthony Down: Maximazing benefits, minimizing costs. Dengan membandingkan pada kandidat lain dan memilih yang memberikan keuntungan/hadiah (reward) yang besar dan biaya kecil.

Page 9: 2 - Voting Behavior

4. Dominant-Ideology Model

• Pilihan individu/seseorang dibentuk oleh proses manipulasi dan kontrol ideologi.

• Kelompok dan individu menginterpretasikan posisinya tergantung pada pendidikan yang dimilikinya, pemerintah dan media massa.

• Media massa memperkuat dasar pilihan• Media massa mampu merusak aliran

komunikasi politik melalui agenda setting—debate, structuring preferences, sympathies

• Kebijakan partai akhirnya mengikuti ideologi yang dominan

Page 10: 2 - Voting Behavior

Tokoh Lain:GERALD POMPER is Board of Governors Professor of

Political Science at the Eagleton Institute of Politics of Rutgers University (Emeritus).Prilaku memilih seseorang sangat berhubungan dengan isu-isu politik dan penilaian kandidat

Hilde Himmelweit (Prof London School of Economics)Consumer Model of Voting---maximizing utility

Scott (2000) The profit a person gains in interaction is measured by the reward received minus the costs incured

Martin Lipset (2000)Voting choices are rational because individual act…to maximise their benefit and minimise their costs—instrumental voting where people vote for whatever party offers them the best individual) deal.

Page 11: 2 - Voting Behavior

Logika Voting Behavior

Logika Positivisme Bapak Positivisme : August Comte Positivisme adalah penerapan metode empiris dan ilmiah pada setiap lapangan penelitian.

Perkembangan sejarah melalui 3 tahap:1. tahap “teologis” bahwa nasib manusia diatur oleh kekuatan-kekuatan ketuhanan, dari sejak awal sejarah hingga Reformasi Protestan.2. tahap “metafisika”, zaman yang bersifar kritis dan zaman pemberontakan yang berpuncak pada revolusi prancis.3. tahap “positif” atau ilmiah, zaman kontemporer ketika pengetahuan tetang manusia dan alam menggantikan ketidaktahuan, tahayul, dan ilusi yang ada pada tahap- tahap sebelumnya, inilah masa sintesa antara tatanan dan kemajuan.

Page 12: 2 - Voting Behavior

Neo-Positivisme: Max Weber (1864-1920)Dianggap berjasa telah memprakarsai Neo-positivisme/positisvisme post-Comte yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan “behavioralisme” dalam ilmu politik.Nilai-nilai politik harus dipisahkan secara tegas dari riset empiris. Makalah Max Weber “Objectivity of Knowledge in Social Science and Social Policy” (1904), memberi pengaruh yang sangat besar pada perkembangan ilmu-ilmu sosial di dunia Barat.Max Weber berusaha menetapkan perbedaan yang ketat antara pengetahuan empiris dengan pertimbangan nilai (value judgment).

Kaum Behavioralis dengan logika positivismenya telah terlalu banyak waktunya yang terbuang karena terjebak pada pragmatisme dan kaum behavioralis menyadari banyak waktu terbuang oleh mereka, untuk penelitian-penelitian yang dangkal dan sering sangat tidak relevan. Kaum behavioralis hanya memikirkan masalah-masalah stabilitas, ultra stabilitas, equilibrium, skala, indeks, serta teknik-teknik khusus (SPSS) untuk mengumpulkan dan menganalisis data, tidak peduli kondisi luar lingkuangan sekitar. Kritik Post-Behavioralis: apa gunanya pengembangan teknik-teknik yang memadahi, peralatan riset yang canggih bila ilmuwan politik tidak mampu memahami masalah sosial dan politik yang terjadi. Post-Behavioralisme (David Easton) menerima apa-apa yang sudah dicapai pada era behavioralisme tetapi berusaha untuk mendorong ilmu politik ke arah cakrawala baru (relevansi dan tindakan).

Page 13: 2 - Voting Behavior

The Credo of Relevance:

1. Dalam penelitian politik subtansi atau isi pokok harus mendahului teknik.

2. Ilmu Politik masa kini seharusnya memberikan penekanan utamanya kepada perubahan sosial dan bukan kepada pemeliharaannya (social preservation).

3. Ilmu Politik selama periode behavioral, secara penuh telah melepaskan dirinya dari realitas politik yang sifatnya masih kasar (brute realities of politics). Tidak memikirkan kebutuhan manusia sesungguhnya.

4. Kaum behavioralis, meskipun tidak sepenuhnya mengingkari peranan dari suatu sistem nilai, telah memberikan penekanan yang begitu besar kepada faham-faham keilmiahan serta pendekatan yang bebas nilai, sehingga masalah “nilai” untuk tujuan-tujuan praktis tak pernah menjadi bahan pertimbangan.

5. Kaum pendukung post-behavioralisme, ingin mengingatkan para ilmuwan politik bahwa sebagai kaum intelektual mereka mempunyai peranan yang harus dimainkan—tugas penting yang harus dilaksanakan—dalam masyarakat.

6. Apabila kaum intelektualitas memahami masalah-masalah sosial dan merasa dirinya terlibat di dalamnya, mereka tidak akan pernah menjauhkan diri dari tindakan-tindakan nyata (action). Ilmu pengetahuan harus diletakkan untuk bekerja.

7. Kaum intelektualitas memiliki peranan positif dalam masyarakat,

Page 14: 2 - Voting Behavior

Methods and Measurement Survei Adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan quisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dalam survei informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan quisioner. Survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Unit analisis dalam penelitian survei adalah individu. Tujuan Survei :

1. penjajakan (eksplorasi)2. deskripsi 3. penjelasan (explanatory / comfirmatory) untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis4. evaluasi5. prediksi / meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang6. penelitian operasional7. pengembangan indikator-indikator sosial

Page 15: 2 - Voting Behavior

Sejarah Survei Bentuk Survei pertama kali yaitu sensus (AS) yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Survei pada awalnya untuk memahami problematika sosial, seperti yg dilakukan oleh Charles Boot (Life and Labour of The People of London)—(1889-1903) Survei merambah ke bidang lain seperti jurnalisme, marketing dan pemilu.

Survei : ada sampel dari populasiSensus : tidak ada sampel Polling : counting heads

Page 16: 2 - Voting Behavior

Penentuan Sampel Penelitian survei tidak perlu meneliti semua individu dalam populasi (waktu dan biaya) Agar dapat menarik sampel yang dapat menggambarkan populasi maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Empat faktor yang harus diperhatikan:

1. Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi. Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang diambil

2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil

3. Rencana Analisa

4. Tenaga, biaya dan waktu

Page 17: 2 - Voting Behavior

Metode Pengambilan Sampel

1. Pengambilan sampel secara acak (random sampling)

a) Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simpel Random Sampling). Tiap uniit penelitian mempunyai

kesempatan yang sama.

b) Pengambilan Sampel Sistematis (Systematic Sampling). Unsur pertama saja dari Sampel dipilih secara acak, unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis

menurut pola tertentu

2. Pengambilan sampel tidak acak, sampel diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu

Contoh: Purposive Sampling

Page 18: 2 - Voting Behavior

Pembuatan Quisioner Quisioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data Hasil dari quisioner akan dirubah dalam bentuk angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Tujuan Pembuatan Quisioner : 1. memeperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai 2. memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin Isi Pertanyaan: 1. pertanyaan tentang fakta: umur, pendidikan, agama, status perkawinan 2. pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Ini menyangkut perasaan dan sikap responden tentang sesuatu 3. pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya 4. pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan yang lain. Umpamanya, kerapnya kunjungan sosial yang dilakukannya atau pengaruh terhadap orang lain

Page 19: 2 - Voting Behavior

Jenis Pertanyaan

1. pertanyaan tertutup

kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu

dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban

lain

2. pertanyaan terbuka

kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan

responden bebas memberikan jawaban

3. kombinasi tertutup dan terbuka

jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan

pertanyaan terbuka

4. pertanyaan semi terbuka

jawaban sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan

tambahan jawaban

Page 20: 2 - Voting Behavior

DAFTAR PUSTAKA

Goodin, Robert E dan Klingenmann D, Hans (ed),A New Handbook

of Political Science,New York,Oxford University Press,1996.

Haralambos dan Holborn,.Sociology:Themes and

Perspective,London,Collins Educational.2000.

Monroe, Kristen R,.Contemporary Empirical Political

Theory,California,University of California Press,1997.

Richard R Lau dan David P Redlawsk,.How Voters

Decide,London,Cambridge University Press,2006.

Singaribun, Masri,.Metode Penelitian Survai, Jakarta,LP3ES,1989.

Varma, SP,.Teori Politik Modern,Jakarta,Raja Grafindo

Persada,2003.

Vincent, Andrew (ed),.Political Theory, London, Cambridge University

Press,1997.

Page 21: 2 - Voting Behavior