Top Banner
Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk” adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Ia bisa merujuk pada sebuah penampilan eksternal yang dapat dikenal, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Bentuk bisa juga secara tidak langsung menunjuk pada sebuah kondisi khusus yakni sesuatu bertindak atau memanifestasikan dirinya sendiri, misalnya ketika kita membicarakan tentang air di dalam bentuk es atau uap. Di dalam seni dan desain, para seniman menggunakan istilah untuk melambangkan struktur teratur suatu karya-cara penataan dan pengoordinasian elemen serta bagian-bagian di dalam sebuah komposisi untuk menghasilkan sebuah citra yang logis dan konsisten. Bentuk- bentuk dasar lebih terujuk secara khusus pada aspek bentuk yang sangat penting yang mengendalikan penampilannya, konfigurasinya atau disposisi relatif garis atau kontur yang menentukan batas sebuah figur atau bentuk. “Bentuk” adalah terminologi yang kita gunakan untuk menjelaskan kontur dan struktur keseluruhan dari suatu volume. Bentuk spesifik suatu volume ditentukan oleh bentuk-bentuk dan inter-relasi antara garis-garis dan bidang- bidang yang membentuk batas-batas volume tersebut (Ching 100). Bentuk-bentuk tersebut memiliki berbagai macam rupa yakni biasa disebut rupa bentuk. “Rupa bentuk” adalah alat terpenting bagi kita dalam membedakan suatu bentuk dengan lainnya, biasanya mengacu pada kontur sebuah garis, garis paling luar sebuah bidang, atau batas dari massa tiga dimensi. Untuk masing-masing kasus, rupa bentuk ditentukan oleh konfigurasi spesifik dari garis atau bidang yang memisahkan suatu bentuk dari latar belakangnya atau ruang disekelilingnya. Ada beberapa kategori besar dari rupa bentuk diantaranya : “Rupa bentuk alami” menunjukan citra dan bentuk-bentuk alam. Rupa bentuk ini mungkin terlihat abstrak, biasanya melalui proses penyederhanaan, dan masih mempertahankan karateristik utama dari sumber alamnya. Ada juga rupa – rupa bentuk yang nonbenda tidak merujuk pada suatu obyek yang spesifik atau pada materi subyek tertentu. Beberapa rupa bentuk nonbenda mungkin berasal
38

2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Nov 29, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

11

2. LANDASAN TEORI

2.1. Bentuk

2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior

“Bentuk” adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Ia

bisa merujuk pada sebuah penampilan eksternal yang dapat dikenal, seperti kursi

atau tubuh manusia yang mendudukinya. Bentuk bisa juga secara tidak langsung

menunjuk pada sebuah kondisi khusus yakni sesuatu bertindak atau

memanifestasikan dirinya sendiri, misalnya ketika kita membicarakan tentang air

di dalam bentuk es atau uap. Di dalam seni dan desain, para seniman

menggunakan istilah untuk melambangkan struktur teratur suatu karya-cara

penataan dan pengoordinasian elemen serta bagian-bagian di dalam sebuah

komposisi untuk menghasilkan sebuah citra yang logis dan konsisten. Bentuk-

bentuk dasar lebih terujuk secara khusus pada aspek bentuk yang sangat penting

yang mengendalikan penampilannya, konfigurasinya atau disposisi relatif garis

atau kontur yang menentukan batas sebuah figur atau bentuk.

“Bentuk” adalah terminologi yang kita gunakan untuk menjelaskan kontur

dan struktur keseluruhan dari suatu volume. Bentuk spesifik suatu volume

ditentukan oleh bentuk-bentuk dan inter-relasi antara garis-garis dan bidang-

bidang yang membentuk batas-batas volume tersebut (Ching 100). Bentuk-bentuk

tersebut memiliki berbagai macam rupa yakni biasa disebut rupa bentuk.

“Rupa bentuk” adalah alat terpenting bagi kita dalam membedakan suatu

bentuk dengan lainnya, biasanya mengacu pada kontur sebuah garis, garis paling

luar sebuah bidang, atau batas dari massa tiga dimensi. Untuk masing-masing

kasus, rupa bentuk ditentukan oleh konfigurasi spesifik dari garis atau bidang

yang memisahkan suatu bentuk dari latar belakangnya atau ruang disekelilingnya.

Ada beberapa kategori besar dari rupa bentuk diantaranya :

“Rupa bentuk alami” menunjukan citra dan bentuk-bentuk alam. Rupa

bentuk ini mungkin terlihat abstrak, biasanya melalui proses penyederhanaan, dan

masih mempertahankan karateristik utama dari sumber alamnya. Ada juga rupa –

rupa bentuk yang nonbenda tidak merujuk pada suatu obyek yang spesifik atau

pada materi subyek tertentu. Beberapa rupa bentuk nonbenda mungkin berasal

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

12

dari suatu proses, seperti kaligrafi, dan membawa arti simbol–simbol. yang lain

dapat bersifat geometris dan membangkitkan respon beradasarkan kualitas visual

semata.

“Rupa bentuk geometris” mendominasi lingkungan buatan manusia yaitu

desain arsitektur maupun interior. Ada dua jenis rupa bentuk geometri baik yang

jelas maupun yang sama sekali berbeda, yaitu garis lurus dan garis lengkung.

Dalam bentuknya yang paling umum, rupa bentuk dengan garis lengkung adalah

lingkaran sedangkan yang bergaris lurus meliputi berbagai bentuk polygon yang

dapat digambarkan dalam sebuah lingkaran. Dari semua itu, rupa bentuk

geometris yang paling jelas adalah lingkaran, segitiga dan bujur sangkar. Jika

diperluas ke-dimensi ketiga, rupa-rupa bentuk utama ini melahirkan rupa bentuk

bola, slinder, kerucut, piramid dan kubus (Ching 102).

“Lingkaran” adalah bentuk yang kompak, egosentris dan mempunyai

focus yang berada pada titik pusatnya. Lingkaran menggambarkan kesatuan,

kontinuitas dan keteraturan bentuk. Rupa bentuk lingkaran biasanya stabil dan

terpusat secara tersendiri dalam lingkungannya. Jika dikombinasikan dengan

garis-garis dan bentuk–bentuk lain, bentuk lingkaran dapat terlihat mempunyai

gerak yang jelas.

Garis-garis dan rupa-rupa bentuk lengkung dapat dilihat sebagai potongan atau

kombinasi dari bentuk-bentuk lingkaran. Teratur atau tidak, rupa bentuk lengkung

dapat mengekspresikan kehalusan suatu bentuk, aliran suatu gerak, atau

pertumbuhan biologis yang alamiah (Ching 103).

“Bentuk segitiga” menunjukan stabilitas. Rupa bentuk segitiga dan pola-

polanya sering digunakan dalam sistem struktur karena konfigurasinya tidak dapat

diubah tanpa harus membengkok-kan atau mematahkan salah satu sisinya (Ching

104).

“Rupa bentuk bujur sangkar” menunujukan kejernihan dan rasionalitas.

Keempat sisinya yang sama panjang dan keempat sudutnya yang saling tegak

lurus menghasilkan keteraturan dan kejernihan visual. Bujur sangkar bersifat

stabil, menjadi benda yang tenang jika berdiri pada salah satu sisinya, tetapi

menjadi dinamis jika berdiri pada salah satu sudutnya. Semua segi empat lainnya

dianggap sebagai variasi bentuk bujur sangkar, dengan tambahan pada lebar atau

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

13

panjangnya. Rupa bentuk bujur sangkar merupakan norma dalam desain arsitektur

dan interior. Rupa bentuk ini mudah diukur, digambar, diproduksi dan dengan

mudah langsung dapat dicocokan dalam konstruksi (Ching 105).

1. Bentuk Ruang

1) Bujur Sangkar

Ruang yang berbentuk bujur sangkar, yang ukuran panjang dan lebarnya sama,

tampak bersifat statis dan berkarakter formal. Ukuran yang sama persis dari

keempat sisinya menjadi pusat ruangan sebagai fokusnya. Kesan terpusat ini dapat

ditegaskan dengan struktur berbentuk piramid atau kubah (dome) (Ching 29).

2) Persegi Penjang

Ruang yang ukurannya panjangnya jauh melampui ukuran lebarnya akan

mendorong terjadinya gerak mengikuti arah panjangnya. Karakter dari ruang

linier ini menjadi cocok untuk digunakan sebagai ruang galeri atau ruang

penghubung dari ruang-ruang yang lain (Ching 30).

Gambar 2.1 Bentuk Ruang bujur Sangkar Sumber : Ching (1996, p. 29)

Gambar 2.2 Bentuk Ruang Persegi panjang Sumber : Ching (1996, p. 30)

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

14

2.2. Fungsi

2.2.1. Pengertian Fungsi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “Fungsi” memiliki pengertian,

jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; faal (kerja suatu bagian tubuh); Mat besaran

yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga

berubah; kegunaan suatu hal; Ling peran sebuah unsur bahasa dl satuan sintakis

yang lebih luas (seperti nomina yang berfungsi sebagai subjek) (Kamus Besar

Bahasa Indonesia 400)

Fungsi dapat dikatakan merupakan kriteria utama dalam studi arsiterktur

maupun interior; suatu cara untuk memenuhi suatu keinginan. Dalam arti

sederhana, fungsi adalah kegunaan; sehingga setiap rancangan agar memenuhi

kebutuhan haruslah dapat berfungsi. Seiring dengan perkembangan dunia desain,

pengertian fungsi pun meluas (dieksplorasi), antara lain sebagai berikut. 1)

Penangkal factor lingkungan (environment filter). 2) Wadah kegiatan (container

filter). 3) Penanaman modal (capital of activities). 4) Fungsi simbolis (symbolic

function). 5) Fungsi pengarah perilaku (behavior modifier), 6) Fungsi estetis

(aesthetic function)

Sehingga dapat disimpulkan bahawa pengertian kata fungsi adalah

kegunaan suatu hal menurut keinginan masing-masing pencipta dalam

menentukan kegunaan benda tersebut ketika di ciptakan.

2.3. Makna

2.3.1. Pengertian Makna

Kata Makna menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah maksud

pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk

kebahasaan -- afektif makna emotif; -- denotasi Ling makna kata atau kelompok

kata yg didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar

bahasa, spt orang, benda, tempat, sifat, proses, kegiatan; ber·mak·na v berarti;

mempunyai (mengandung) arti penting (dalam): kalimat itu - rangkap; -

berbilang mempunyai (mengandung) beberapa arti; mem·ber·mak·na·kan v

menjadikan bermakna; me·mak·na·kan v menerangkan arti (maksud) suatu kata,

makna dapat ditinjau dari Pola, Struktur dan bentuk dari obyek. Pola berupa

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

15

pemikiran-pemikiran dan nilai. Struktur adalah kerangka yang mengepresikan

pola-pola tersebut secara teratur dan jelas dan bentuk adalah wujud dari struktur

yang terlihat secara fisik dalam sebuah karya. Bentuk dapat berupa karya dua

dimensi maupun tiga dimensi. Tatanan ruang, arsitektur bangunan, serta ornamen.

Dapat disimpulkan bahwa makna merupakan suatu obyek yang

disebabkan oleh interaksi antara subyek dan obyek yang ditinjau dari pola,

struktur dan bentuk dari obyek, dimana manusia adalah subyek dan manusia

berinteraksi dengan pola,struk dan obyek yang dilihat secara utuh dan mendalam

melalui panca indra sehingga diperoleh pengkayaan yang nantinya diketahui

maksud dari obyek, pola dan truktur tersebut. Pengerti suatu makna sangat terkait

dengan ruang dan waktu. Tanpa pemahaman ruang dan waktu maka makna akan

menjadi semakin sempit.

2.4. Interior

2.4.1. Pengertian Interior

Kata “Interior” berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti ruang bagian

dalam (Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia 111) pada kamus besar bahasa

Indonesia halaman 542 mendefinisikan sebagai bagian dalam dari gedung (ruang

dan sebagainya) tatanan perabot (hiasan dan sebagainya) didalam ruang dan

didalam gedung. Dikarenakan Interior adalah bahasa Inggris yang berarti ruang

maka menurut Franchis D,K Ching bahwa Ruang adalah substansi materi, seperti

batu dan kayu. Walapun demikian, ruang pada umumnya berbentuk dan terispresi.

Ruang universal tidak mempunyai definisi. Pada saat suatu unsur diletakan pada

suatu bidang, barulah hubungan visualnya terbentuk. Ketika unsur-unsur lain

mulai diletakan pada bidang tersebut, terjadilah hubungan majemuk antara ruang

dan unsur-unsur tersebut maupun antara unsur yang satu dengan unsur lainnya.

Ruang oleh karenanya terbentuk dari hubungan-hubungan tersebut dan kita yang

merasakannya(Ching 10).

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

16

2.5.Rumah Adat

2.5.1. Rumah Adat Suku Tolaki.

Mengenai term rumah di kalangan suku Tolaki mengenal beberapa buah

penyebutan misalnya laika, raha dan poiha. Adapun jenis-jenis rumah bagi orang

Tolaki yaitu sebagai berikut :

1. Rumah Raja (Mokole/Sangia) dikenal dengan sebutan berbagai sebutan

misalnya Laika aha, raha mbuu, laika mbuu, laika mbinati-pati atau laika

pati-pati, atau laika mbinauti. Tetapi penggunaan nama ataupun istilah

tersebut diatas berbeda-beda dalam konteks ruang dan temporal penggunaanya

(Melamba 43).

2. Rumah para bangsawan atau anakia.

3. Rumah pemangku adat seperti To’ono motuo ,Pabitara (Melamba 44).

Jenis rumah berdasarkan fungsi maka masyarakat Tolaki mengenal beberapa jenis

antara lain :

a. “Laika Mbu’u” (rumah induk atau rumah pokok)

Laika mbu’u (di konawe), laika raha (di mekongga/kolaka), artinya rumah

pokok. Disebut demikian karena bentuknya lebih besar daripada rumah biasa.

Rumah semacam ini didirikan dipinggir kebun atau ladang menjelang akan

dimulainya panen dan biasanya ditempati oleh beberapa keluarga (Melamba 52).

b.” Laika kataba”(rumah papan)

Laika kataba adalah jenis rumah papan. Bahan-bahannya terdiri dari balok

dan papan. Rumah ini didirikan dengan memakai sandi atau kode tertentu. Jenis

rumah ini masih kita temukan di daerah kabupaten Konawe di kelurahan Lawulo,

kecamatan Anggaberi yang dibangun oleh Dr. H. Takahasi Rahmani, M.Ph

(Melamba 55).

c. “Komali” (Rumah tempat tinggal Raja)

Komali adalah jenis laika owose (rumah besar), khusus untuk tempat

tinggal Raja. Rumah semacam ini tinggi dan kuat. Bahan-bahannya tetrdiri dari

kayu, bambu dan atapnya terbuat dari rumbia. Pada bagian tertentu rumah ini

ditemukan ukiran (pinati-pati) (Melamba 55).

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

17

d. “Laika wuta”(rumah tinggal)

Laika wuta adalah jenis rumah tempat tinggal yang lebih kecil dari laika

landa. Bentuk atapnya seperti rumah jengki (Melamba 56).

e. ” Raha Bokeo” (rumah Raja di daerah Mekongga Kolaka)

Raha bokeo (di kolaka), adalah jenis rumah tempat tinggal raja-raja

(bokeo) Mekongga di Kolaka, ukurannya besar jumlah tiangnya 70 buah, yang

terdiri rumah induk 25 tiang, ruang tambahan (tinumba) atau ancangan 20 tiang

(otusa), teras depan (galamba) 10 tiang dan dapur (ambolu) 15 tiang (otusa).

Dimana pembagiannya : 12 (dua belas) tiang peyangga yang bermakna 12 orang

pemimpin yang berpengaruh. 30 (tiga puluh) anak tangga yang bermakna 30

helai bulu dari sayap burung Kongga berwarna coklat tua. Rumah adat bagian

depan menghadap arah Timur dengan pintu masuk agak kesamping. Pada

samping kiri, kanan dan depan, pada bagian atapnya terdapat gambar burung

Kongga, Terdapat 4 (empat) ruang/bilik, tiap ruang/bilik diperuntukkan untuk :

(1) Ruang rapat dan pertemuan bagi Raja dan ketua adat. (2) Ruang

penyimpanan benda pusaka, pakaian adat dan benda-benda penting lainnya.

(3) Ruang kerja raja. Pada ruang ini terdapat kursi yang terbuat dari kayu.

(4) Ruang untuk pelayan atau pembantu Raja. Sedangkan Raha Bokeo untuk

ukuran sedang jumlah tiangnya 27 buah, yang terdiri dari rumah induk 9 tiang,

ruang tambahan (tinumba) 6 tiang, teras depan (galamba) 3 tiang dan dapur 9

tiang, yang membedakan bentuk dan struktur adalah ukuran tinggi (meitano),

tangga (lausa), jenis ukiran (pati-patino), makna fungsinya, tata letak, struktur

bangunan, ukiran pada bumbungan rumah, dan sebagainya. Rumah Raja periode

awal sebutan Raha Mbu’u/Laika Mbuu/Laika Mbinaiyasa (rumah yang indah).

Kerajaan tradisional Mokole More Wekoila disebut Laika Mbuu atau rumah

pokok. Sesudah masa dinasti Wekoila berkuasa bangunan raja disebut Laika

Mbinati-pati atau pati-pati (Melamba 56).

2.5.2. Rumah Istana Raja atau Rumah besar suku Tolaki

Secara Antropologis, bentuk rumah manusia dikelompokan kedalam tiga

jenis, yaitu : rumah yang setengah dibawah tanah (semi-subterranian dwelling),

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

18

rumah diatas tanah (surface dwelling), rumah diatas tiang (pile dwelling). Dari

sudut penggunaanya, tempat berlindung di bagi dalam tiga golongan, yaitu : tadah

angina, tenda atau gubuk yang bisa dilepas dan rumah untuk menetap memiliki

beberapa fungsi sosial; keluarga inti, keluarga besar, rumah suci, pemujaan,

berkumpul umum serta pertahanan.

Secara Universal rumah tinggal dikalangan suku bangsa Tolaki disebut

Laika (Konawe) dan Raha (Mekongga). Bangunan ini berukuran luas, besar, dan

berbentuk segi empat terbuat dari kayu dengan diberi atap dan berdiri diatas tiang-

tiang besar yang tingginya sekitar 20 kaki dari atas tanah. Bangunan ini terletak

disebuah tempat yang terbuka di dalam hutan dengan dikelilingi oleh rumput

alang-alang. Pada saat itu bangunan tingginya sekitar 60-70 kaki. Dipergunakan

Sebagai tempat bagi raja untuk menyelenggarakan acara-acara yang bersifat

seremonial atau upacara adat (Melamba 50).

2.5.3 Rumah Adat Suku Wolio

Banua tada adalah sebuatan rumah adat suku wolio. Banua Tada

merupakan rumah tempat tinggal suku wolio atau orang Buton di pulau Buton,

Sulawesi Tenggara. Kata banua dalam bahasa setempat berarti rumah sedangkan

kata tada berarti siku. Jadi banua tada dapat diartikan sebagai rumah siku.

Berdasarkan status sosial penghuninya, struktur bangunan rumah ini dibedakan

Gambar 2.3. Rumah Kepala Distrik Lambandia di daerah Mekongga/Kolaka tahun 1911. Sumber:Melamba (2011, p. 50)

 

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

19

menjadi 3 yaitu kamali, banua tada tare pata pale, dan banua tada tare talu

pale. Kamali atau yang lebih dikenal dengan nama malige berarti mahligai atau

istana, yaitu tempat tinggal raja atau sultan dan keluarganya. Banua tada tare pata

pale yang berarti rumah siku bertiang empat adalah rumah tempat tinggal para

pejabat atau pegawai istana. Sementara itu, banua tada tare talu pale yang

berarti rumah bertiang tiga adalah rumah tempat tinggal orang biasa.

Di Kesultanan Buton, setiap sultan yang menjabat akan membangun

istananya sendiri. Dikatakan Malige sebenarnya julukan salah seorang Sultan

Buton yang saat itu menjabat, dikarenakan rumah Sultan saat itu tidak ditinggali

permaisuri (permaisuri tinggal di istana lain), maka nama istananya mengikuti

julukan sang sultan yang artinya maligai. Namun, nama Malige lebih sering

digunakan untuk nama rumah adat ini karena diantara semua istana dan rumah,

Malige-lah yang paling besar. Bila diamati dengan lebih seksama, rumah adat ini

seakan-akan terdiri dari bagian kepala, badan, dan kaki yang sarat dengan falsafah

orang Buton. Masyarakat Buton memiliki tradisi memberi lubang rahasia pada

kayu terbaiknya untuk diberi emas dan menandakan lubang rahasia tersebut

sebagai pusar yang merupakan titik central tubuh manusia. Emas tersebut sebagai

perlambang bahwa sebuah rumah memiliki hati dan bagi adat Buton, hati adalah

laksana intan pada manusia. Di atas atap, terdapat ukiran nanas dan naga yang

merupakan lambang kerajaan dan kesultanan Buton. Keunikan lainnya ialah

rumah ini tahan gempa.

Menurut sejarahwan Drs. H. Hasidin Sadif . M.si ketua DPRD tingkat 3,

bahwa pada umumnya rumah terbagi menjadi 3 jenis :

1. Rumah Penduduk Biasa (Budak) : memliki atap simetris dan tiap

penyangganya hanya 3. Menggunakan bambu atau papan kayu yang dilapisi

tikar anyam yang terbuat dari rotan. Setiap 1(satu) ruangan memliki 1(satu)

jendela kiri dan kanan.

2. Rumah pejabat atau keturun pejabat : memiliki atap bersusun dan mempunyai

4(empat) tiang penyangga. 1(satu) ruangan kadang-kadang memiliki 2(dua)

jendela kiri dan 2(dua) kanan

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

20

3. Rumah Sultan : memiliki atap yang berususun 2(dua), Malige biasanya

bertingkat 3(tiga). Sama seperti rumah pejabat dan biasanya menyesuaikan

besaran ruangan.

Atap terbuat dari rumbia dan hipa-hipa. Cara menyusunya harus secara

islami yang melambangkan sholat yakni kanan yang menutup, seperti bersedekah.

Ruangan secara garis besar wajib terbagi menjadi 3 bagian yaitu depan tengah dan

belakang .

a. Ruangan depan digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu laki-laki.

b. Ruang tengah untuk perempuan saja yang menggunakan kecuali kepala

keluarga.

c. Dan belakang digunakan untuk memingit serta menjadi dapur.

Untuk rumah bertingkat lantai 1(satu) menjadi ruang utama , lantai 2(dua)

menjadi ruang peraduan atau untuk bertemu keluarga serta termasuk kamar anak-

anak. dan lantai 3(tiga) menjadi kamar tidur untuk sang putri dan juga untuk

kegiatan sehari-hari putri-putri raja seperti memenenun dan menganyam. Pintu

yang berada ditengah hanya boleh digunakan oleh Sultan. Serta diruangan kedua

atau ruang tengah memliki jendela yang sangat besar berupa jendela geser yang

hanya boleh dibuka ketika melakukan pingitan atau lamaran, dan jendela itu

hanya digunakan oleh calon suami yang dilihat dari tingkatan atau kedudukannya

dimasyarakat serta statusnya di dalam hubungan pelamaran. Rata-rata rumah

penduduk semua pintunya menghadap kerumah sultan1).

2.6.Kepercayaan

2.6.1. Kepercayaan Suku Tolaki.

Masa lalu suku Tolaki menganut kepercayaan berupa :

a. Sainga Mbuu (Dewa Pokok), Sangia Wonua (dewa negeri), Sangia Mokora

(Dewa Pemusnah Alam).

b. Kepercayaan Animisme, kepercayaan roh-roh mendiami semua benda.

c. Tradisi Pengayauan, mongae (mengayau atau penggal kepala).

                                                                                                               1)    Wawancara  dengan  Drs. H. Hasidin Sadif . M.si ketua DPRD tingkat 3  

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

21

Meskipun pada saat ini mereka sudah menganut agama Islam dan Kristen,

tetapi sisa-sisa kepercayaan itu masih hidup, bersifat sinkretisme yaitu konsep

kepercayaan agama samawi bercampur dengan kepercayaan lama (Melamba 39).

2.6.2. Kepercayaan Suku Woilo

Hampir semua orang Wolio beragama Islam. Namun, terdapat kepercayaan

terhadap roh-roh. Selain itu, di tingkat pusat juga dikenal suatu aliran yang

disebut Sufi. Melalui ajaran Sufi ini, mereka melakukan meditasi untuk mencari

visi dari Allah atau mencari hal-hal yang tersembunyi di luar akal mereka.

Reinkarnasi juga dipercaya oleh banyak dari mereka sebagai akibat dari ajaran

Hindu yang masih melekat. Roh-roh jahat yang dapat menimbulkan penyakit, roh-

roh penolong yang dapat memberikan petunjuk-petunjuk adalah roh-roh yang

mereka percayai. Selain itu mereka juga percaya adanya roh para leluhur yang

dapat menolong atau dapat menimbulkan penyakit tergantung dari tingkah laku

atau kebiasaan mereka (Kadir 11).

2.7. Kepercayaan Terhadap Simbol Kebudayaan

2.7.1. Kepercayaan Terhadap Simbol Kebudayaan suku Tolaki, Kalo Sara.

Ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan Tolaki terdapat satu

simbol peradaban yang mampu mempersatukan dari berbagai masalah atau

persoalan yang mampu mengangkat martabat dan kehormatan mereka disebut:

“KALO SARA” serta kebudayaan Tolaki ini yang lahir dari budi, tercermin

sebagai cipta rasa dan karsa akan melandasi ketentraman, kesejahteraan

kebersamaan dan kehalusan pergaulan dalam bermasyarakat. Didalam berinteraksi

sosial kehidupan bermasyarakat terdapat nilai-nilai luhur lainnya yang merupakan

filosofi kehidupan yang menjadi pegangan, adapun filosofi kebudayaan

masyarakat Tolaki dituangkan dalam sebuah istilah atau perumpamaan, antara lain

sebagai berikut :

- Budaya O’sara (Budaya patuh dan setia dengan terhadap keputusan lembaga

adat), masyarakat Tolaki merupakan masyarakat lebih memilih menyelesaikan

secara adat sebelum dilimpahkan/diserahkan ke pemerintah dalam hal sengketa

maupun pelanggaran sosial yang timbul dalam masyarakat Tolaki, misalnya

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

22

dalam masalah sengketa tanah, ataupun pelecehan. Masyarakat Tolaki akan

menghormati dan mematuhi setiap putusan lembaga adat. Artinya masyarakat

Tolaki merupakan masyarakat yang cinta damai dan selalu memilih jalan damai

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

- Budaya Kohanu (budaya malu), Budaya malu sejak dulu merupakan inti dari

pertahanan diri dari setiap pribadi masyarakat Tolaki yang setiap saat, dimanapun

berada dan bertindak selalu dijaga, dipelihara dan dipertahankan. Ini bisa

dibuktikan dengan sikap masyarakat Tolaki yang akan tersinggung dengan mudah

jika dikatakan , pemalas, penipu, pemabuk, penjudi dan miskin, dihina, ditindas

dan sebagainya. Budaya Malu dapat dikatakan sebagai motivator untuk setiap

pribadi masyarakat Tolaki untuk selalu menjadi lebih kreatif, inovatif dan

terdorong untuk selalu meningkatkan sumber dayanya masing-masing untuk

menjadi yang terdepan.

- Budaya Merou (Paham sopan santun dan tata pergaulan), budaya ini merupakan

budaya untuk selalu bersikap dan berperilaku yang sopan dan santun, saling

hormat-menghormati sesama manusia. Hal ini sesuai dengan filosofi kehidupan

masyarakat Tolaki dalam bentuk perumpamaan antara lain sebagai berikut:

a. “Inae Merou, Nggoieto Ano Dadio Toono Merou Ihanuno”

Artinya : Barang siapa yang bersikap sopan kepada orang lain, maka pasti orang

lain akan banyak sopan kepadanya.

b. “Inae Ko Sara Nggoie Pinesara, Mano Inae Lia Sara Nggoie

Pinekasara”

Artinya : Barang siapa yang patuh pada hukum adat maka ia pasti dilindungi dan

dibela oleh hukum, namun barang siapa yang tidak patuh kepada hukum adat

maka ia akan dikenakan sanksi/hukuman.

c. “Inae Kona Wawe Ie Nggo Modupa Oambo”

Artinya : Barang siapa yang baik budi pekertinya dia yang akan mendapatkan

kebaikan.

d. Budaya “samaturu” “medulu ronga mepokoo’aso” (budaya bersatu, suka

tolong menolong dan saling membantu), Masyarakat Tolaki dalam menghadapi

setiap permasalahan sosial dan pemerintahan baik itu berupa upacara adat, pesta

pernikahan, kematian maupun dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

23

warga negara, selalu bersatu, bekerjasama dan saling tolong menolong.

- Budaya “taa ehe tinua-tuay” (Budaya Bangga terhadap martabat dan jati diri

sebagai orang Tolaki), budaya ini sebenarnya masuk kedalam “budaya kohanu”

(budaya malu) namun ada perbedaan mendasar karena pada budaya ini tersirat

sifat mandiri, kebanggaan, percaya diri dan rendah hati sebagai orang Tolaki .

Rumah Komali dengan titik pusat tiang Petumbu; Perwujudan “KALO”,

Simbol kesatuan Persatuan manusia & alam suku Tolaki (Kalo: lingkaran konsep

dasar) . Secara harafiah “Kalo” adalah suatu benda yang berbentuk lingkaran,

cara-cara mengikat yang melingkar, dan pertemuan-pertemuan atau kegiatan

bersama di mana para pelaku membentuk lingkaran. Kalo dapat dibuat dari rotan,

emas, besi, perak, benang, kain putih, akar, daun pandan, bambu dan dari kulit

kerbau. Pembuatan kalo pada dasarnya adalah dengan jalan mempertalikan atau

mempertemukan kedua ujung dari bahan-bahan tersebut pada suatu simpul. Kalo

meliputi osara (adat istiadat) yang berkaitan dengan adat pokok dalam

pemerintahan, hubungan kekeluargaan-kemasyarakatan, aktivitas agama

kepercayaan, pekerjaan-keahlian dan pertanian (Tarimana 20).

Dari berbagai jenis kalo, yang dikenal luas adalah yang terbuat dari rotan,

kain putih dan anyaman. Lingkaran rotan adalah simbol dunia atas, kain putih

adalah simbol dunia tengah dan wadah anyaman yang berebentuk persegi empat

adalah simbol dunia bawah. Kadang-kadang juga ada yang mengatakan bawah

lingkaran rotan itu adalah simbol matahari, bulan dan bintang-bintang; Kain putih

adalah langit dan wadah anyaman adalah simbol permukaan bumi. Mereka juga

mengekspresikan bahwa lingkaran rotan adalah simbol Sangia Mbu’u (Dewa

Tertinggi), Sangia I Losoanooleo (Dewa di Timur) dan Sangia I Tepuliano

Wanua (Dewa penguasa kehidupan di bumi), dan wadah anyaman adalah simbol

Sangia I Puri Wuta (Dewa di Dasar Bumi). Kalo juga adalah simbol manusia:

lingkaran rotan adalah simbol kepala manusia, kain putih adalah simbol badan

dan wadah anyaman adalah simbol tangan dan kaki (angota).

Demikianlah kalo pada pola pikir dan mentalitas Tolaki menyangkut

seluruh aspek kehidupan mereka. Kalo juga merupakan ekspresi konsepsi orang

Tolaki mengenai unsur-unsur manusia, alam, masyarakat dan hubungan selaras

antar manusia dan antara manusia dengan unsur-unsur tersebut, termasuk dalam

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

24

komunitas dan pola permukiman, organisasi kerajaan dan adat dan norma agama

yang mengatur tata kehidupan mereka. Akhirnya dapat dikatakan bahwa kalo

melambangkan keselarasan dalam kesatuan-persatuan antara segala hal yang

bertentangan dan tampak bertentangan dalam alam tempat berhuni manusia

Tolaki. Melihat apa yang dapat disumbangkan konsep kalo tersebut bagi

pengembangan filsosofi arsitektur permukiman rakyat, sudah sepantasnya untuk

diketahui lanjut dari manakah asal-usul kalo

Kalo sebagai lambang kesatuan/persatuan suku Tolaki adalah lambang

kebersamaan diiringi oleh ketulusan tanpa egoisme, untuk hidup dalam suatu

situasi yang dinamis, di mana setiap orang dalam berbagai perbedaan suku, ras

dan agama hidup dalam satu lingkaran yang terjalin dan tersimpul dengan kuat.

Tentunya hal ini harus dipahami sebagai bentuk kebersamaan yang tidak mudah

lepas hanya karena adanya perbedaan pemikiran yang mengakibatkan timbulnya

kesalah pahaman atau bahkan yang lebih parah dari itu, yakni timbulnya

pertikaian.

Lambang-lambang yang dipercaya selain kalo sara adalah sebagai berikut:

1. Kerbau memiliki makna kesejahteraan dan kemakmuran. Serta

melambangkan keberanian dan kekuatan.

2. Segitiga menyimbolkan bahwa masyarakat Tolaki menjunjung tinggi

kekerabatan. Simbol keagungan dan kesempurnaan

3. Lingkaran yang bermakna kesucian dunia atas yang diaplikasikan pada loteng

tempat tinggal anak gadis.

Fungsi ruang di sakralkan, di manifestasikan dengan atap yang melengkung dan

bentuk segitiga (Tarimana 28).

2.7.2. Kepercayaan Terhadap Simbol Kebudayaan suku Wolio.

Nanas menjadi simbol yang sering digunakan masyarakat dikarenakan

nanas dapat tumbuh dimana saja dan itupun serupa mencerminkan masyarakat

Buton yang dapat hidup dimana saja. Dikarenakan nanas adalah tanaman buah

yang dapat hidup di segala tempat baik di tanah subur maupun tandus dengan

aroma yang sangat harum dan mempunyai rasa yang cukup manis, serta

mempunyai daun yang berduri – duri, yakni nanas memiliki kulit yang kasar dan

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

25

memiliki isi yang manis seperti sifat dan karakter orang Buton walapun terlihat

kasar tetapi memiliki hati dan sifat yang manis (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan 131). Tanaman ini pada masa lalu banyak tumbuh di sekitar perkampungan

Wolio (Kelurahan Melai Kota Bau – Bau) yang saat itu sebagai Ibukota

Kesultanan Buton. Disamping sebagai tumbuhan peliharaan tetapi juga sebagai

tanaman benteng pertahanan. Karena itu tumbuhan nanas mempunyai bagian –

bagian yang mengandung makna, yaitu :

1. Pada bagian atas mempunyai daun mahkota menggambarkan payung dan

dianggap sebagai pimpinan yang senantiasa mengayomi rakyatnya, dan juga

melambangkan kerajaan / pemerintahan bahwa putra sultan tidak boleh

langsung diangkat menjadi raja tetapi dari pilihan dan orang yang layak saja

dan sudah disepakati secara sara dapat menjadi raja.

2. Pada bagian buah terdapat sisik yang sangat banyak sebagai rakyat umum

dengan mendiami 72 Kadie (wilayah);

3. Daun yang berduri adalah gambaran jiwa untuk mempertahankan diri dari

segala gangguan keamanan dan ketertiban dari manapun datangnya.

4. Buah yang manis adalah mencerminkan kebaikan dengan menempatkan

prinsip kerendahan hati, sopan santun tutur kata dan tidak menyakiti orang

lain;

5. Pada bagian pangkal bawah buah nanas terdapat daun yang melebar adalah

landasan berpijak seluruh masyarakat yaitu sara patanguna (empat prinsip

hidup):

a. Pomae maeka : Saling takut sesama manusia;

b. Popia piara : Saling memelihara sesama manusia;

c. Pomaa maasiaka : Saling menyayangi sesama manusia;

d. Poangka angkataka : Saling menghargai sesama manusia;

Oleh karena itu simbol ini adalah makna hubungan antar sesama manusia

dengan mengedepankan prinsip keadilan, persatuan dan kesatuan, juga hubungan

antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpinnya. (Lakebo dkk.,112-114).

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

26

2.8. Bagian – bagian rumah Tradisional Tolaki

Secara vertikal maupun horizontal tiang dianalogikan sebagi tubuh manusia.

Tampak dari atas bagian depan dianalogikan sebagai tangan kanan dan kiri dan

tengahnya dagu. Bagian tengah dianalogikan dua lutut dan tengahnya tali pusar,

Pada bagian belakang dianalogikan dua kaki kiri dan kanan dan ditengahnya alat

vital (penis).

Tampak dari depan atau disebut fasad bagian bawah atau rangka dan lantai

dianalogikan dengan dada dan perut manusia. Bagian loteng atau bagian atas

dianalogikan punggung manusia sedangkan penyangga dianalogikan sebagai

tulang punggung manusia. Sedangkan atap adalah rambut atau bulu. Bagian atap

dianalogkan muka dan panggul manusia (Melamba 88).

2.8.1. Tiang O’Tusa

Bangunan tradisional Tolaki adalah bangunan bertiang, yaitu tiang rumah

yang bentuknya bulat dan untuk rumah papan (kataba) tiangnya berbentuk balok

(segi empat). Tiang utama tusa I’tonga atau tusa petumbu letaknya tepat

ditengah-tengah rumah yang merupakan tiang utama atau tiang raja. Tusa huno

adalah tiang yang terdapat pada keempat sudut rumah induk (botono), merupakan

tiang pokok rumah tersebut. Tiang ini tidak boleh bersambung, harus utuh sampai

ketutup tiang, tiangnya terletak diantara tiang yang satu dengan yang lainya

disebut totoro (tiang pendukung) tiang penopang yang disebut o’suda (Posudo).

Jumlah tiang di daerah Mekongga dengan di Konawe disesuikan dengan bentuk

rumah (Melmaba 64).

a. Parumbaru, tiang berjumlah 9 buah

b. Raha Mbuu, tiang berjumlah 25 buah

c. Raha Bokeo, (rumah raja Mekongga tiang berjumlah 27 dan 70 buah.

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

27

Tabel 2.1 Perbedaan Jumlah Tiang Pada Raha Bokeo Berukuran Besar dan

Sedang

Rumah Berukuran besar

 

Rumah Berukuran sedang  

Rumah induk (butono) 25 tiang Rumah induk (butono) 9 tiang

Ruang tambahan (tinumba) 20 tiang Rumah tambahan (tinumba) 6 tiang

Teras depan (galamba) 10 tiang Teras depan (galamba) 3 tiang

Dapur (amboulu) 15 tiang Dapur (amboulu) 9 tiang

Total  :  70  buah  tiang   Total  27  buah  tiang  

Sumber : Melamba (2011, p 63-65)

Untuk rumah mokole atau laika sorume berjumlah ratusan. Tiang

tambahan disebut totoro atau tusa-tusa , hanya sampai ke rasuk atau gelagar.

Agar tidak miring, dipasang tiang pembantu ke dinding lainnya disebut osudo

atau posudo atau sukebra. Bahan untuk otusa kayu bayam (upi), kayu besi

(nona), biti dan sebagainya. Tiang totoro dan osudo atau posudo menggunakan

kayu biasa. Tiang-tiang lainnya menggunakan kayu keras agar bertahan lama. Jika

susah menemukan kayu maka pohon kelapa (kaluku) dapat dipergunakan sebagai

tiang , seperti halnya kataba. Tiang tersebut pada bagian yang akan ditancapkan

dibakar agar tidak dimakan rayap dan anai-anai. Ukuran tiang tidak ditentukan.

Jumlah ukuran tergantung besar kecilnya rumah. Pemilik rumah yang mampu,

tiangnya dibuat persegi empat, jika kurang mampu semuanya berbentuk bulat.

Laika Mbuu (rumah induk) 90 buah, angka 9 adalah angka ganjil disamakan

struktur kerajaan Konawe yaitu Tolu Eto Lausa, sio sowu ananiawo artinya 300

anak tangga atau 300 kepala keluarga, 900 rakyat jelata. Laika sorume berjumlah

ratusan dan biasanya jumlah tiang ganjil ( konanggoa ).

Rumah pada orang Tolaki memiliki kolong rumah yang tingginya diukur

dengan kepala tidak menyentuh lantai rumah jika manusia maupun hewan

pelirahaan berada di kolong rumah (ini berlaku bagi rumah-rumah rakyat).

Setiap tiang terdapat posudo (penopang pendukung), dan totoro hal ini

dianalogikan bahwa baik dalam pemerintahan pemimpin harus didukung oleh

Page 18: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

28

rakyatnya, dan makna lain yang terkandung adalah halnya dalam rumah tangga

bahwa kepemimpinan rumah tangga harus didukung antara ayah, ibu dan anak

(Melamba 63).

2.8.2 Lantai Ohoro

Sebelum Ohoro (lantai) dipasang ada beberapa susunan dibawah lantai

yaitu; Powuatako , kayu yang dipasang pada bagian bawah sebagai tempat

pemasangan Ohoroi (lantai). Terdiri dari kayu bulat ataupun balok. Kemudian

Porumbuhi diletakan membujur, selanjutnya sumaki ataua polandangi (agak

jarang dipasang), setelah itu baru dipasang Ohoro (lantai) yang terbuat dari bambu

(kowuna), batang pinang (kuwe inea), Opisi (Semacam pohon pinang), papan

(odopi),kayu-kayu kecil, tangkai daun sagu (tangge ndawaro) (Melamba 65).

2.8.3. Dinding Orini

Dinding Rumah umumnya terbuat dari bambu yang dianyam (salabi) atau

disusun, kayu-kayu kecil, tangkai sagu (tangge ndawaro), kulit kayu dan papan.

Dinding disini dianalogikan sebagai kulit karena merupakan bagian terluar dari

sebuah rumah yakni rumah dianggap sebagai analog dari Tubuh manusia. Bentuk

pemasangan dinding (orini) pada rumah adat Tolaki (laika mbuu, laika sara) jika

bumbungnya miring maka dinding dipasang miring sekitar 15 derajat. Dinding

dalam bentuk salabi sinolana, ada beberapa macam model sinolana yaitu Solana

dua lembar dan Solana tiga lembar dari sini munculah Solana pinemata-mata

(bentuk mata), pinepuhe (bentuk pusat), dan pinehiku (bentuk siku). Pada Salabi

Sinola biasa digunakan untuk menutup lubang sisip (powire) (Melamba 66).

2.8.4. Pintu Otambo

Pintu juga disebut Otambo yakni pintu yang pada umunya berbentuk

persegi panjang. (Melamba 67) Pintu depan rumah adalah analogi dari mulut dan

pintu belakang adalah analog dari dubur. Pada pintu depan di tempatkan sedikit

kesamping agar orang luar tidak dapat langsung masuk ke rumah. Menurut

kepercayaan pada suku Tolaki agar mencegah masuknya hawa jahat yang

berkaitan dengan ilmu hitam.

Page 19: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

29

2.8.5. Tangga Lausa

Tangga terdiri dari kayu bulat yang ditarik beberapa tingkatan (biasanya

5(lima) sampai dengan 7(tujuh) tingkatan) menurut tinggi rendahnya rumah. Ada

juga tangga yang diikat pada dua batang kayu, jumlah anak tangga sama dengan

jenis tangga yang pertama. Pada umumnya tangga menghadap ke jalan umum.

Tiang tangga berbentuk bulat atau pipih. Menurut tradisi anak tangga jumlahnya

ganjil, bilangan genap kurang baik. Angka ganjil disebut konanggoa yang berarti

sangat baik mendapatkan rejeki tiada henti dan tidak akan nada keganjilan

didalam rumah. Kiri dan kanan tangga ada kalanya diberi tangan tangga dan

dipasang tali pengikat yang pada umumnya berbahan rotan. Jarak antara anak

tangga menurut kebiasaan sekitar satu hasta atau aso siku.

Pada tangga bulat anak tangganya diikat ke induk tiang. Susunan anak

tangga mengandung makna tertentu. Anak tangga yang disusun dengan pangkal

kayu terletak disebelah kanan ikatan tangga. Talinya tidak boleh terputus mulai

dari anak tangga terbawah. Kepala tangga ( ulu lausa ) yang bersandar ke jenang

pintu , melambangkan kepala rumah tangga senantiasa menjaga martabat dan

keselamatan keluarganya. Tangga pipih terbuat dari papan tebal biasanya

digunakan untuk tangga bagi rumah Kataba , anak tangga menembus tiang tangga

melobangi tiang kanan dan kiri tanga. Tangga takikan terbuat dari kayu bulat dan

tangga tersebut memiliki porumboru (tempat berpegangan) yang terbuat dari

sebatang bambu (kowuna) atau kayu bulat (kasu buboto).

Jumlah anak tangga menunjukan kedudukan pemiliknya. Anakia

mempunyai 7(tujuh) anak tangga. Abdi atau Ata memiliki 5(lima) anak tangga.

Sedangkan budak yang dibebaskan memiliki 4(empat) anak tangga. Tangga Raha

Bokeo (rumah raja) jumlahnya 7(tujuh) tingkatan hal ini menggambarkan jumlah

pemerintahan daerah. Sedangkan pada Laika Mbu’u ( rumah induk ) / Laika aha

(rumah besar) di Mekongga jumlahnya harus ganjil.

Angka Ganjil dianggap baik karena memiliki unsur-unsur tidak dapat

saling berpasangan untuk berposisi satu sama lain, tetapi satu unsur dapat

mempengaruhi dua unsur lainnya yang mungkin bersaingan. Angka Genap

dianggap kurang baik karena unsur-unsurnya dapat saling membagi diri menjadi

dua pasang atau menjadi satu lawan satu dapat menimbulkan perpecahan.

Page 20: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

30

Pada tangga, terdapat leher tangga woroko lausa menempel pada

pouatako, yang dianggap seperti kepala rumah tangga yang bersandar ke jenang

pintu, yang sama artinya dengan melambangkan kepala rumah tangga menjaga

martabat dan keselamatan keluarga (Melamba 67-70).

2.8.6. Kasua Olaho

Olaho adalah perlengkapan rumah bagian atas yang bahanya terbuat dari

bambu dipasang pada bagian atas rumah, tempat atap dipasang atau melekat.

Jumlah kasua Olaho harus ganjil ada juga sesuai dengan jumlah tulang belakang

manusia dan rumah sebagai badan manusia (Melamba 70).

2.8.7. Jendela Lomba-Lomba

Dimanfaatkan sebagai penyinaran dan tempat mengintai musuh. Pada

Laika Mbu’u berjumlah 6-7 lubang jendela. Rumah orang Tolaki berjumlah

4(empat) lubang yang dianalogikan dua unsur o’biri telinga dan dua unsur totopa

ketiak. Menurut kepercayaan Tolaki dalam meletakan jendela (lomba-lomba)

ditempatkan searah terbitnya matahari dan terbenamnya. Kepercayaan aliran hulu

dan hilir sungai ibarat rejeki (Melamba 72)

2.8.8. Loteng Lembe-lembe, owaha, dan para-para

a) Lembe-lembe adalah loteng bagian atas dibawah nambea, sebagai tempat para

gadis memingit (meuanggi), juga berfungsi sebagai tempat menyimpan

barang-barang pusaka berharga.

b) O’waha adalah loteng yang terletak diatas dapur.

c) Para-para adalah loteng yang terletak dibagian dekat dapur sebagai tempat

penyusunan peralatan dapur. (Melamba 73).

Page 21: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

31

2.8.9 Fungsi bagian ruangan

Rumah masyarakat Tolaki pada umumnya memiliki konsep pembagian

ruang. Bagian depan rumah sangat luas untuk aktivitas menerima tamu. Dapur

biasanya diletakan dibagian belakang rumah atau disebelah rumah.

Keterangan:

I. Ruangan tempat menerima tamu (bagian muka).

II. Ruangan tempat menerima tamu (bagian dalam).

III. Kamar tidur.

IV. Ruang pertemuan adat.

V. Kamar tidur.

VI. Dapur ruang makan.

Rumah orang Tolaki pada umunya berukuran 5x7 meter atau 7x9 meter

sebagai induk rumah ( botono Laika). Pada tahap berikutnya disambung dengan

bangunan tambahan pada sisi rumah induk sehingga menjadi lebih besar.

(Melamba 76).

2.8.10 Pandangan Bangunan Rumah Bagi Orang Tolaki

Dilihat secara vertikal rumah pada orang Tolaki terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a) Bagian bawah/kolong bermakna sebagai aplikasi dari dunia bawah (puriwuta),

yang dimaksud untuk menghindari banjir, tempat binatang ternak, tempat

bersantai, tempat menyimpanan alat pertanian, agar rumah menjadi dingin dan

terhindar dari binatang buas.

Gambar 2.4 Denah Rumah Adat menurut H. Abdul Hamid (Sumber : Melamba (2011, p. 76)

Page 22: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

32

b) Bagian atas merupakan tempat ruang yang berfungsi sebgai tempat

beraktivitas

c) Bagian tengah mewaikili dunia tengah sebagai pandangan falsafah

perwujudan alam semesta.

Dilihat secara horizontal bagian depan rumah berbentuk simetris,

berkaitan dengan bentuk formil. Sedangkan asimetris terkait dengan dinamis.

Makna tersebut terkait dengan sifat orang Tolaki yang dinamis dan formil.

Pandangan orang Tolaki mengenai limasan atau perisai melengkung dibagian

tengah pada atap bukanlah bidang patahan dimana merupakan cermin aktivitas

dibawah atap yang merupakan perwujudan dari lingkaran Kalo yang memiliki

hirarki tertinggi diantara semua bentuk diwujudkan dalam konfigurasi kalo.

Bentuk lengkungan simbol dari tanduk kerbau juga adopsi dari bentuk atap

klenteng. Bentuk lengkung merupakan simbol dari tanduk kerbau. Rumah

dianalogikan terdiri dari dunia bawah (kolong rumah), dunia tengah (ruang

tengah rumah) dan dunia atas (loteng) (Melamba 82-86).

2.9. Bagian – bagian rumah Tradisional Suku Wolio

Rumah tradisional suku Wolio seperti istana Malige. Pembagian tata

ruangan tersebut mengandung unsur pemaknaan sebagai berikut:

• Disebut Sasambiri disimbolkan sebagai penggambaran pribadi Sultan yang

selalu terbuka kepada rakyatnya. Hal ini terlihat pada penempatan pintu

utama dan pintu belakang yang fungsi umumnya untuk keluar-masuknya

orang kedalam istana.

• Disebut bamba dan tanga disimbolkan sebagai rongga perut, berfungsi

sebagai tempat berkumpulnya tamu dan menampung segala persoalan yang

ditujukan kepada Sultan maupun keluarganya. Bamba biasanya digunakan

untuk tamu yang bukan kerabat dekat Sultan sedangkan tanga digunakan

untuk kerabat dekat Sultan.

• Disebut suo disimbolkan sebagai rongga dada dan kepala. Hal ini

dihubungkan dengan penempatan kamar utama yang berfungsi sebagai

tempat peraduan Sultan. Suo berhubungan dengan tradisi masyarakat

setempat yang disebut po’suo. Tradisi ini berbentuk acara ritual yang

Page 23: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

33

ditujukan kepada gadis untuk dipingit karena dianggap sudah dewasa (aqil

baligh), pantas berkeluarga2).

Penghuni istana disimbolkan sebagai nyawa atau roh pada manusia.

Hubungan antara tubuh atau jasad dengan roh manusia mengandung pemahaman

saling menjaga dan saling merawat dan memelihara. Pembagian ruangan yang

telah disebutkan dibatasi oleh tetengkala (papan pisah). Tetengkala berfungsi

sebagai pembatas dan tanda kejelasan fungsi ruangan dalam istana Malige. Fungsi

pemisahan dimaksud dimisalkan tentang tamu laki-laki ditempatkan diruangan

bamba sedangkan tamu wanita diruangan tanga3).

Satu hal yang menarik pada rumah pejabat kerajaan/kesultanan dengan

masyarakat biasa adalah peninggian lantai rumah yang berbeda-beda, peninggian

lantai setiap ruangan ini merupakan pola awal konstruksi yang sudah menjadi

aturan pokok jika ingin membangun sebuah rumah di Buton. Ruangan semakin ke

belakang semakin tinggi sama dengan badan perahu antara haluan dan buritan

atau posisi sujud dalam shalatnya seorang Islam. Sedangkan pembagiannya

tergantung luas dan besar bangunan. Untuk fungsi dapur dan kamar mandi harus

terpisah dengan induk bangunan, dan susunan lantainya lebih rendah dari lantai

bangunan utama. Pada Kamali/Istana Malige bangunan untuk dapur dan kamar

mandi dibangun terpisah dan hanya dihubungkan oleh satu tangga. Dapur dan

kamar mandi secara simbolis adalah dunia luar yang keberadaannya jika

dianalogikan pada tubuh manusia adalah pembuangan. Tampak bangunan terbagi

3 (tiga) sebagai ciri 3 (tiga) alam kosmologi yakni, alam atas (atap), alam tengah

atau badan rumah dan alam bawah atau kaki/kolong. Masing-masing bagian

tersebut dapat diselesaikan sendiri-sendiri tetapi satu sama lain dapat membentuk

suatu struktur yang kompak dan kuat dimana keseluruhan elemennya saling

berkaitan dan berdiri di atas tiang-tiang yang menumpu pada pondasi batu alam,

dalam bahasa Buton disebut sandi. Sandi tersebut tidak ditanam, hanya diletakkan

begitu saja tanpa perekat. Sandi berfungsi meletakkan tiang bangunan, antara

sandi dan tiang bangunan diantarai oleh satu atau dua papan alas yang ukurannya

disesuaikan dengan diameter tiang dan sandi. Fungsinya untuk mengatur

                                                                                                               2)  Wawancara  dengan  Drs. H. Hasidin Sadif . M.si ketua DPRD tingkat 3  3)  Dalam  Ishak  Kadir  wawancara  dengan  Alm.  La  Ode  Saidi    

Page 24: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

34

keseimbangan bangunan secara keseluruhan. Penggunaan batu alam tersebut

bermakna simbol prasejarah dan pemisahan alam (alam dunia dan alam akhirat)

konsep dualisme, walaupun sebenarnya jika ditinjau dari fungsinya lebih bersifat

profan. Konstruksi lainnya adalah balok penghubung yang harus diketam halus

adalah penggambaran budi pekerti orang beriman, sebagai analogi bagi penghuni

istana (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 135).

2.9.1. Makna Konstruksi pada Kamali/Istana Malige

Kamali/Istana Malige dalam penataan struktur bangunannya, didasari oleh

konsep kosmologis sebagai wujud keseimbangan alam dan manusia. Di sisi lain

keberadaannya merupakan media penyampaian untuk memahami kehidupan

masyarakat pada zamannya (kesultanan) dan sebagai alat komunikasi dalam

memahami bentuk struktur masyarakat, status sosial, ideologi dan gambaran

struktur pemerintahan yang dapat dipelajari melalui pemaknaan lambang-

lambang, simbol maupun ragam hiasnya secara detail.

1. Atap

Atap yang disusun sebagai analogi susunan atau letaknya posisi kedua

tangan dalam shalat, tangan kanan berada di atas tangan kiri. Pada sisi kanan kiri

atap terdapat kotak memanjang berfungsi bilik atau gudang. Bentuk kotak tersebut

menunjukkan adanya tanggung jawab Sultan terhadap rakyat. Menurut hasil

wawancara bahwa plafon yang diberi hiasan berarti sedang diadakannya acara.

2. Balok (Kasolaki)

Balok penghubung yang harus diketam halus adalah penggambaran budi

pekertinya orang beriman, sebagai analogi bagi penghuni istana.

3. Tiang (Tutumbu)

Tiang Istana dibagi menjadi 3 (tiga) yang pertama disebut Kabelai (tiang

tengah), disimbolkan sebagai ke-Esa-an Tuhan yang pencerminannya diwujudkan

dalam pribadi Sultan. Kabelai ditandai dengan adanya kain putih pada ujung

bagian atas tiang. Penempatan kain putih harus melalui upacara adat (ritual)

karena berfungsi sakral. Kedua adalah tiang utama sebagai tempat meletakkan

tada (penyangga). Bentuk tada melambangkan stratifikasi sosial atau kedudukan

pemilik rumah dalam Kerajaan/Kesultanan. Tiang lainnya (ketiga) adalah tiang

Page 25: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

35

pembantu, bermakna pelindung, gotong royong dan keterbukaan kepada

rakyatnya. Ketiga tiang ini di analogikan pula sebagai simbol kamboru-mboru

talu palena, atau maksudnya ditujukan kepada tiga keturunan (Kaomu/kaum)

pewaris jabatan penting yakni Tanailandu, Tapi-Tapi dan Kumbewaha. Pada

masa kesultanan Buton bentuk tiang rumah golongan Walaka menggunakan

bentuk tiang bundar. Sedangkan tiang segiempat hanya digunakan pada rumah

golongan Kaomu dan pejabat sultan. Selain berfungsi sebagai struktur penopang

rumah juga memiliki makna simbolis bagi penghuninya. Tiang segiempat pada

Kamali / Malige merupakan simbol dari pemerintahan sultan yang mengurus

banyak hal. Berbeda dengan masyarakat biasa, tiang yang digunakan adalah tiang

bundar sebagai simbol masyarakat biasa tidak memikirkan dan mengurus banyak

susu dalam kehidupan. Bentuk Tada Kampero hanya boleh digunakan pada

rumah golongan Kaomu dan pejabat sultan. Tada yang digunakan pada tiang

tengah rumah tingal golongan Walaka hanya terdapat pada satu tiang saja.

4. Tangga dan Pintu (Oda, bamba)

Tangga dan pintu mempunyai makna saling melengkapi. Tangga depan

berkaitan dengan posisi pintu depan, sebagai arah hadap bangunan yang

berorientasi timur-barat bermakna posisi manusia yang sedang shalat. Pemaknaan

ini berkaitan dengan perwujudan Sultan sebagai pencerminan Tuhan yang harus

dihormati, dan secara simbolis mengingatkan pada perjalanan manusia dari lahir,

berkembang dan meninggal dunia. Berbeda dengan tangga dan pintu bagian

belakang yang menghadap utara disimbolkan sebagai penghargaan kepada arwah

leluhur (nenek moyang/asal-usul). Pada dasarnya, daun pintu menggunakan

konstruksi geser. Dibagian Pintu terdapat tetengkala yaitu pada bagian bawah

pintu dinaikan setinggi 30-40 cm dimaksudkan sebagai batas ruang bagi orang

lain. Tangga pada bagian depan difungsikan untuk tamu dan tangga pada bagian

belakang difungsikan oleh anggota keluarga. Apa bila rumah memiliki tempat

teras untuk bermusywarah (kaompu) dengan posisi peletakan menyamping atau

tegak lurus. Jika tidak ada teras, maka tangga bersandar langsung pada badan

rumah dengan posisi perletakan tangga tegak lurus dengan badan rumah. Jumlah

anak tangga selalu dibuat ganjil.

Page 26: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

36

5. Lantai (Lante)

Struktur permukaan pada lantai rumah suku Wolio memiliki perbedaan

level ketinggian antara ruang satu dengan ruang lainnya. Ketidakrataan

permukaan dari lantai-lantai itu mencerminkan sifat khas manusia yang memiliki

nafas yang naik-turun. Sehingga antara ruang satu dengan yang lainnya dihentikan

dengan irama naik turunya nafas manusia. Lantai yang terbuat dari kayu jati

melambangkan status sosial bahwa sultan adalah bangsawan dan melambangkan

pribadi sultan yang selalu tenang dalam menghadapi persoalan. Sedangkan pada

umumnya material lantai yang digunakan antara lain adalah bambu yang dibelah-

belah atau menggunakan papan kayu. Menurut hasil wawancara pada bagian

depan kamar raja memiliki rongga-rongga lantai yang berfungsi sebagai

permandian mayat. Hal ini bermakna sebagai kepemimpinan raja harus mengingat

kematian sehingga tidak melanggar dari tujuan sebagai raja yaitu memimpin

rakyat. Perbedaan rongga pada lantai pun memiliki arti yang berbeda, pada tiap

ruangan di artikan sebagai keset kaki untuk menyucikan diri.

6. Dinding (rindi)

Dinding sebagai penutup atau batas visual maupun akuistik melambangkan

kerahasiaan, ibarat alam kehidupan dan kematian. Dinding dipasang rapat upaya

untuk mengokohkan dan prinsip Islam pada diri Sultan sebagai khalifah. Dinding

rumah untuk kaum bangsawan(kaomu) mempunyai ciri khas yaitu terdapat garis

tora (balok tempat bertumpunya balok kuda-kuda) langsung dari atas kebawah.

Sedangkan dinding masyarakat biasa terdapat garis tora yang terputus.

7. Jendela (balo-balo bamba)

Jendela (balo-balo bamba) berfungsi sebagai tempat keluar masuknya

udara dan cahaya dalam rumah. Pada bagian atasnya terdapat bentuk hiasan balok

melintang memberi kesan adanya pengaruh Islam yang mendalam. Begitu pula

pada bagian jendela lain yang menyerupai kubah. Dan lain-lain. Serta daun

pintunya menggunakan konstruksi geser (Lakebo dkk,. 1981).

Page 27: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

37

2.10. Bagian-bagian Desain Interior

1. Tiang

Sebuah tiang menandakan adanya sebuah titik dalam ruang, menjadikan

titik tersebut terlihat nyata dan menjadi ukuran untuk pembagi arah horisontalnya.

Dua buah tiang membentuk sebuah membran ruang yang dapat kita lalui. Dengan

menyangga sebuah balok, tiang-tiang tersebut menjadi garis tepi sebuah bidang

datar transparan (Ching 150).

2. Langit-langit

Langit-langit yang rendah mempunyai konotasi mirip gua dan bersifat

intim. Langit-langit adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior,

dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang ada

dibawahnya. Batang-batang lurus dapat menciptakan pola-pola garis sejajar, garis,

atau radial. Pola langit-langit apapun juga akan cenderung menarik perhatian dan

tampak lebih rendah dari sebenarnya sebagai akibat bobot visualnya. Oleh karena

mengarahkan mata, pola linier juga dapat menegaskan dimensi ruang yang sejajar

dengan pola-pola tersebut. Slab adalah bidang struktur horizontal yang terbuat

dari beton berulang. Slab mampu menerima beban terpusat maupun beban merata

dengan baik karena gaya-gaya yang bekerja dapat menyebar ke seluruh arah

bidang slab dan merambat bebas terhadap penyangga slab (Ching 192).

Gambar 2.5 Bentuk Kolom membentuk ritme dan bidang datar transparant

Sumber : Ching (1996, p. 150)

Page 28: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

38

3 .Lantai

Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang

rata. Lantai pada umumnya terdiri dari deratan balok anak yang membentang di

antara balok induk atau dinding pemikul. Rangka horizontal ini kemudian dilapisi

dengan lantai dari suatu material struktur seperti kayu lapis atau plat baja yang

dapat dibentangkan diantara balok-balok anak. Lantai dasar dan balok-balok anak

tersebut cukup kuat sehingga dapat bekerja sama sebagai satu unit struktur yang

mampu menahan tekanan dan menyalurkan beban. (Ching 163) warna yang

hangat memberi kesan aman. Warna dingin dan terang memberikan kesan yang

luas dan menonjolkan lantai yang halus fan mengkilat. Lantai kayu dikagumi

karena berkesan hangat, tampak alami dan menyatu dengan daya tarik

kenyamanan, kelenturan dan durabilitasnya. Lantai kayu juga mudah perawatnya

dan jika rusak dapat diperbaiki kembali atau diganti (Ching 168).

4. Dinding

Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap bangunan.

Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai struktur pemikul lantai diatas

permeukaan tanah, langit-langit dan atap. Menjadi muka bangunan. Memberi

proteksi dan privasi pada ruang interior yang dibentuknya. Lubang bukaan pada

Gambar 2.6 Struktur lantai sebagai Langit-langit Sumber : Ching (1996, p. 192)

Page 29: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

39

atau antara bidang-bidang dinding memungkinkan kontinuitas dan gerak sirkulasi

fisik kita diantara ruang-ruang tersebut, sekaligus sebagai jalan masuk cahaya,

panas dan suara. Semakin besar ukurannya, lubang bukaan juga mulai mengikis

kesan terkurung yang ditimbulkan oleh dinding-dinding, dan secara visual

memperluas ruang karena menarik masuk ruang-ruang didekatnya (Ching 176).

5. Bukaan pada dinding

Bukaan jendela dan pintu pada dinding cenderung melemahkan integritas

strukturnya. Setiap bukaan harus dibentangkan oleh balok pendek yang terdapat

pada bagian atas dari bukaan tersebut yang disebut ‘ambang’ untuk menampung

beban dinding diatasnya. Pintu merupakan akses fisik dari suatu ruang ke ruang

yang lain. Jika pintu ditutup, maka akan tertutup juga hubungan dengan ruang

yang berdekatan. Jika dibuka, menjadi pengubung visual, spasial dan akustik antar

ruang-ruang tersebut. Bukaan pintu yang besar mengurangi intergritas tertutupnya

ruang dan memperkuat hubungannya dengan ruang-ruang disebelahnya atau

ruang-ruang luar. Jendela yang dibingkai pada dinding menarik perhatian kita

karena cahaya terang dan pandang keluar, tetapi tetap mempertahankan kesan

terkurung akibat adanya bidang-bidang dinding.

Daun jendela penutup memiliki panel-panel yang kokoh, biasanya terbuat

dari kayu, diberi engsel untuk membuka dan menutup seperti pintu dengan ukuran

kecil. Panel-panel biasanya mempunyai kisi-kisi yang dapat diatur sehingga

penyaringan cahaya dan pandangan keluar dapat dikendalikan. Daun jendela

penutup memberikan penampilan yang bersih,teliti dan rapi. Jika ditutup, daun

jendela penutup menambah kesan tertutup. Gril adalah layar dekoratif dari kayu

atau metal yang dapat digunakan untuk menutup pandangan, menyaring cahaya

Gambar 2.7 Daun jendela dan gril Sumber : Ching (1996, p. 204)

Page 30: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

40

atau menyebarkan ventilasi. Tingkat penutupan, penyaringan atau penyebarannya

tergantung pada jarak dan orientasi masing-masing batang gril tersebut. Dapat

dibuat mati atau diubah-ubah dan desain motif dapat menjadi elemen visual yang

penting (Ching 204).

6. Tangga

Tangga juga penting sebagai penghubung ruang. Tangga luar yang berada

didepan pintu masuk utama dapat memisahkan wilayah pribadi dari lalu lintas

umum serta memperkuat aktivitas memasuki ruang perantara, misalnya teras.

Anak tangga yang lebar dan tidak terlalu tinggi dapat dianggap sebagai undangan,

sebaliknya tangga yang sempit dan tinggi mengarah ketempat tempat yang

bersifat pribadi. Tinggi dan lebar anak tangga harus sesuai dengan kebutuhan

gerak tubuh kita. Kemikiringannya, jika curam dapat membuat proses naik

melelahkan secara fisik dan menakutkan secara psikologis dan dapat

menimbulkan bahaya pada saat menuruninya. Lorong tangga harus cukup lebar

agar dapat menjadi tempat lewat yang nyaman. Peraturan bangunan menetapkan

lebar minimum, bagaimanapun lebar lorong tangga harus mampu memberikan

tanda-tanda visual apakah tangga tersebut dimaksudkan untuk umum atau

perorangan (Ching 228).

7. Perabot Ruang

Perabot adalah salah satu kategori elemen desain yang pasti selalu ada di

hampir semua desain interior. Perabot menjadi perantara antara arsitektur dan

manusianya. Menawarkan adanya transisi bentuk dan skala antara ruang interior

dan masing-masing individu. Selain memenuhi fungsi-fungsi khusus, perabot

menyumbang karakter visual dari suatu tatanan interior. Bentuk, garis, warna,

Gambar 2.8 Dimensi Tangga Sumber : Ching (1996, p. 228)

Page 31: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

41

tekstur dan skala masing-masing benda maupun pengaturan spasialnya,

memainkan peranan penting dalam membangun sifat ekspresi dari suatu ruang

(Ching 240).

8. Garis

Garis horizontal dapat mewakili unsur stabilitas, ketenangan, atau bidang

datang dimana kita berdiri atau bergerak. Garis vertikal dapat mengekspresikan

suatu keadaan yang setimbang dengan gaya gravitasi. Sebuah garis lengkung

menunjukan gerak yang dibelokkan oleh gaya-gaya literal. Garis lengkung

cenderung mengekspresikan gerak yang halus. Tergantung dari orientasinya, garis

lengkung ini dapat terdorong keatas atau menunjukan soliditas dan keterkaitannya

dengan tanah. Lengkung kecil dapat mengekspresikan keinginan bermain energy,

tanpa pola-pola pertumbuhan biologis (Ching 92).

9. Ritme

Prinsip dasar dari ritme didasarkan pada pengulangan elemen-elemen

dalam ruang dan waktu. Pengulangan ini tidak hanya menimbulkan kesan visual

tetapi juga membangkitkan suatu kesinambungan ritme gerak yang dapat diikuti

oleh mata dan pikiran orang yang memandang di sepanjang jalan dalam sebuah

komposisi atau disekitar ruangan (Ching 150).

2.11. Makna Simbolis pada dekorasi Rumah Tradisional Tolaki

Kebutuhan akan Ornamen bersifat psikologis . Pada manusia terdapat

perasaan yang dinamakan “horror vacut” yaitu perasaan yang tidak dapat

membiarkan tempat atau bidang kosong. Motif-motif dominan bercorak spiral dan

bergaris lengkung ditahtakan/diukirkan/digoreskan pada bentuk dasar benda-

benda tradisional. Dekorasi seperti itu tampak diseluruh permukaan benda dengan

bentuk-bentuk yang geometris dan diulang-ulang, ditempatkan berhadapan satu

sama lain, dalam variasi yang teratur. Menurut informan dari penjaga Raha Bokeo

bahwa beberapa ornamen yang ia ketahui memiliki arti seperti pentup atap bagian

fasad berarti tombak dan background dasar dari ukiran kalo sara adalah parang

yang digunakan untuk berperang.

Gaya ornamen dari dongson menggambarkan komposisi simetris. Corak

Ragam hias pada masyarakat Tolaki motifnya menggambarkan beberapa bentuk

Page 32: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

42

Gambar 2.10 Bentuk ukiran model pakis yang diukir pada sebuah kayu.

Sumber : Melamba (2011, p. 94)

menyerupai motif-motif tumbuhan flora dan motif binatang dan religi. Pada Laika

dikalangan bangsawan suku Tolaki pada masa lalu terdapat ragam hias pinati-pati

artinya diukir dan ukiran (pati-pati) yang diukir pada lesplang rumah (laho saba).

2.11.1. Ragam Hias bermotif flora (tumbuh-tumbuhan)

a) Pati-pati pinetaulu mbaku, Tumbuhan Pakis

Ukiran Motif yang menyerupai tumbuhan pakis yang mirip dengan kepala

pakis (taulu mbaku) yang sementara tumbuh. Motif ini biasanya dipasang pada

pertemuan lesplang atau pada bumbungan rumah bagian depan dan belakang.

Pucuk pakis yang belum mekar melambangkan sifat wanita yang pemalu dan

lemah lembut (Melamba 94).

b) Pati-pati pinepea, biji padi

Ukiran motif yang berbentuk bulir padi atau biji padi. Makna dari motif ini

adalah bahwa biji padi sebagai makanan pokok suku Tolaki dan padi sangat

diagungkan diantara makanan pokok lainya, dan Dewa yang dari padi disebut

Sanggoleo (Melamba 95).

c) Pati-pati pinewulele orodu, bunga wulele orodu.

Ukiran yang menyerupai bunga yang tumbuh pada bekas perladangan atau

dihutan (Melamba 96).

Gambar 2.12 Bentuk ukiran model bunga. Sumber : Melamba (2011, p. 96)

Gambar 2.9 Ukiran Pinati pati yang ditemukan pada salah satu bagian

rumah orang Tolaki. Sumber : Melamba (2011, p. 94)

Gambar 2.11 Bentuk ukiran model padi Sumber : Melamba (2011, p. 95)

Page 33: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

43

d) Pati-pati pinehiku, lengan atau siku manusia

Ukiran yang bermotif menyerupai siku lengan tangan pada manusia

(ohiku) . Menyerupai gelombang yang berbentuk kerucut berbentuk gelombang

dan juga berbentuk gerigi (Melamba 96).  

e) Pati-pati pinetaopuho, daun tapuho dan Pati-pati pinetumbu lobani,

tumbuhan daun

Ukiran yang menyerupai daun taupuho daun tersebut merupakan sejenis kayu

yang daunya biasanya digunakan untuk sayur untuk makanan serta ukiran yang

menyerupai tumbuhan daun (Melamba 98).

2.11.2. Ragam Hias bermotif fauna (Binatang/Hewan)

Beberapa bentuk hiasan mempergunakan hewan sebagai motifnya,

penggambaran detail dari hewan di samarkan. Misalnya ukiran pinekae ura-ura

(menyerupai tangan udang) pinetole-tolewa (motif menyerupai kupu-kupu)

pineulembopa ( motiv menyerupai ulat besar) (Melamba 99).

Gambar 2.14 Bentuk ukiran tumbuhan daun Sumber : Basrin Melamba (2011, p. 98)

Gambar 2.15 Bentuk ukiran pinekae ura-ura

Sumber : Melamba (2011, p. 99)

Gambar 2.16 Bentuk ukiran pinetole-tolewa

Sumber : Melamba (2011, p. 100)

Gambar 2.13 Bentuk ukiran daun Sumber : Melamba ( 2011, p. 98)

Page 34: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

44

Selain itu terdapat motif gambar penetotono (motif menyerupai manusia)

terdapat pada rumah juga dalam wadah siwole uwa (talen persegi empat yang

digunakan untuk Kalo Sara) dan juga motif pinemata-mata, yaitu motifnya

menyerupai mata (Melamba 101).

2.12. Makna Simbolis pada dekorasi Kamali/Istana Malige

Makna simbolis pada dekorasi Kamali/Istana Malige terbagi dua yakni

yang berbentuk hiasan flora dan fauna, diantaranya adalah:

1. Nanas merupakan simbol kesejahteraan yang ditumbuhkan dari rakyat.

Secara umum simbol ini menyiratkan bahwa masyarakat Buton agar

mempunyai sifat seperti nanas, yang walaupun penuh duri dan berkulit tebal

tetapi rasanya manis.

2. Bosu-bosu adalah buah pohon Butun (baringtonia asiatica) merupakan

simbol keselamatan, keteguhan dan kebahagiaan yang telah mengakar sejak

masa pra-Islam. Pada pemaknaan yang lain sesuai arti bahasa daerahnya

bosu-bosu adalah tempat air menuju pada perlambangan kesucian mengingat

sifat air yang suci.

3. Ake merupakan hiasan yang bentuknya seperti patra (daun). Pada Istana

Malige, Ake dimaksudkan sebagai wujud kesempurnaan dan lambang

bersatunya antara Sultan (manusia) dengan Khalik (Tuhan). Konsepsi ini

banyak dikenal pada ajaran tasawuf, khususnya Wahdatul wujud.

4. Motif atau ornamen yang digunakan oleh suku wolio tidak pernah

menyerupai mahluk hidup hanya daun dan bunga karena dianggap pamali

mengikuti suatu mahluk yang bernyawa menjadi berhala.  Bunga-bunga yang

Gambar 2.17 Bentuk ukiran pinetotono Sumber : Melamba (2011, p. 101)

Gambar 2.18 Bentuk ukiran pinemata-mata

Sumber : Melamba (2011, p. 101)

Page 35: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

45

digunakan oleh suku wolio kerajaan Buton sebagai lambang yang sakral dalm

suatu ornamen rumah adalah bunga yang sering berinteraksi di

kemasyarakatan dan bernilai filososfi (Wawancara Hasidin Sadif 21 Februari

2014). Antara lain adalah :

- Cempaka

- Melati ( Kambampuu)

- Kamboja

- Ambalagi

- Flamboyan (Manuru)

- Kembang (Kamba).

a. Cempaka ; cantik dan anggun diharapkan seorang istri yang cantik dan

berperilaku anggun

b. Melati / Kambampuu : Perkawinan merupakan sesuatu yang wajib , dengan

lambang melati ini berharap tidak bermain-main dalam menjalin hubungan

dengan bersungguh-sungguh (mpuu-mpuu ) dengan harapan pernikahan yang

tulus dengan sepenuh hati.

c. Kamboja : merupakan bunga yang harum, diharapkan rumah tangga yang

terjalin dari pernikahan ini akan diliputi keharuman keluarga.

d. Kambalagi (lestari) : Sama dengan melati yang memiliki makna yang sangat

bagus dan diharapkan pernikahan ini akan lestari seperti Bungan kambalagi.

e. FLAMBOYAN (Manuru) : flamboyan merupakan bunga yang dianggap suku

wolio adalah bunga yang abadi yakni bunganya lebih tahan lama dibanding

bunga lainya yang mudah layu sehingga diharapkan dalam pernikahan ini

akan kekal abadi dalam hubungan berumah tangga.

f. Kembang (Kamba) yang berbentuk kelopak teratai melambangkan kesucian.

Karena bentuknya yang mirip pola matahari, orang Buton biasa menyebutnya

lambang Suryanullah (surya=matahari, nullah=Allah). Bentuk ini adalah

tempat digambarkannya kala pada masa klasik, dan merupakan

pengembangan sinar Majapahit pada masa pra Islam di Buton,

Terdapatnya naga pada bumbungan atap, melambangkan kekuasaan, dan

pemerintahan. Naga adalah binatang mitos yang berada di langit, bukan muncul

dari dalam Bumi.

Page 36: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

46

Naga diletakan dipuncak atas atap karena tempat tinggal baga berada di

langit. Selain itu posisi naga dipasang muka dan belakang dimaksudkan agar

supaya penghuni rumah terhindar dari segala macam ancaman terutama angin

jahat. Terdapatnya tempayan berlambangkan kesucian. Tempayan ini mutlak

harus ada di setiap bangunan kamali maupun rumah rakyat biasa (Lakebo

dkk.,112-114).

2.13. Warna

2.13.1. Warna Menurut Suku Tolaki

Pada masa awal Pemerintahan Kerajaan Mekongga warna tidaklah begitu

penting, walaupun diketahui persis bahwa sarung yang digunakan turun oleh

Larumbalangi warna yang menonjol adalah warna kuning karena disemua

kerajaan menganggap warna kuning adalah lambang langit dan dahulu kala hanya

Raja yang boleh memakai pakaian serba kuning (Arifin 10).

Warna Pakian aparat Kerajaan:

- Warna Kuning : Pakaian kebesaran raja Bokeo

- Warna Putih : Pakaian kebesaran Sapati bagian Kesejahteraan

- Warna merah : Pakaian kebesaran Kapita bagian Keamanan

- Warna Hitam : Pakaian kebesaran Pabitara bagian Juru Bicara.

2.13.2. Warna Menurut Suku Wolio

Rumah biasa tidak diberi warna menggunakan warna kayu. Sedangkan

rumah Sultan ataupun pejabat biasanya menggunakan warna biru dan putih

wawancara dengan (Lakebo dkk., 120).

- Biru : Warna kesukaan Kerajaan yang melambangkan langit yang luas .

- Putih : Suci

Gambar 2.19 Ragam Hias rumah tradisional Buton Sumber : Lakebo,1981

Page 37: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

47

- Hijau : Segar

- Kuning : Kemulian dan keagungan

- Hitam : Agung ( biasa diaplikasikan pada kain)

- Merah : Berani.

2.13.3. Pengertian Warna dan Psikologi Warna Secara Umum.

Warna merupakan aspek pendukung di dalam penampilan visual suatu

ruang. Warna mempunyai kekuatan untuk mengubah suatu citra ruang. Ruang

yang sempit dapat kelihatan lebih luas atau obyek yang kurang bagus dapat

terlihat lebih bagus. Dalam ruang pamer, tata warna sangat berpengaruh karena

warna dapat mempengaruhi perasaan dan situasi ruangan. Warna cerah dapat

menimbulkan daya tarik tertentu yang lebih baik, sedangkan warna gelap tidak

baik digunakan untuk area pamer karena daya tariknya kecil (Pile 53).

Warna dapat mempengaruhi psikologi manusia. Dalam hal ini, yang

dipengaruhi adalah emosi manusia (Jay 5). Penggunaan warna dalam ruang juga

menentukan kesan yang ditimbulkan oleh ruangan tersebut. Warna juga

mempunyai kekuatan untuk memiliki keindahan dengan memberi pengalaman

keindahan. Hal ini berhubungan dengan harmonisasi dimana kita jumpai efek

yang menyenangkan oleh paduan dua warna atau lebih. (Lohanda dan Monita 3)

Pengaruh warna pada rasa keindahan ini disebut sebagai fungsi estetis dari warna,

yaitu:

a. Merah

Warna yang terkuat dan menarik perhatian, bersifat agresif, dan lambang

primitif. Warna ini diasosiasikan sebagai darah, marah, berani, bahaya, kekuatan,

kejantanan, dan kebahagiaan.

b. Kuning

Kumpulan dua fenomena penting yaitu matahari sebagai sumber

kehidupan dan emas sebagai kekayaan alam mulia. Kuning melambangkan

kesenangan dan kelincahan juga intelektual. Kuning memaknakan kemuliaan

cinta serta pengertian mendalam dalam hubungan antar manusia.

c. Biru

Page 38: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk ... · Universitas Kristen Petra 11 2. LANDASAN TEORI 2.1. Bentuk 2.1.1. Pengertian Bentuk Menurut Desain Interior “Bentuk”

Universitas Kristen Petra

48

Berkarakter sejuk, pasif, tenang, dan damai. Goete menyebutnya sebagai

warna yang mempesona, spiritual, monotheis, kesepian. Biru melambangkan

kesucian, harapan, dan kedamaian.

d. Putih

Berkarakter positif, merangsang, cemerlang, ringan, dan sederhana. Putih

melambangkan kesucian, polos, jujur, dan murni.

e. Hitam

Melambangkan kegelapan, misteri, warna mati yang merupakan kebalikan

dari warna putih. Namun hitam bersifat tegas, kukuh, formal, dan berkesan

berstruktur kuat.