Top Banner
1 APLIKASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SELF-REGULATION LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR Oleh: Yusup Hidayat, S.Pd. M.Si. FPOK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung e-mail. [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran (self regulation learning dan konvensional) dan jenis kelamin terhadap hasil belajar pendidikan jasmani yang direpresentasi oleh kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakukan terhadap 120 siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Cisitu Bandung, dan dibagi kedalam empat jenis kombinasi perlakuan melalui randomize matched factorial design. Hasil belajar diukur dengan skala kemampuan analisis, skala motivasi olahraga, dan tes keterampilan gerak menggiring bola basket, pass bawah bola voli, dan lempar tangkap bola. Berdasarkan hasil analisis multivariat (MANOVA) diperoleh hasil: (1) pendekatan pembelajaran dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, (2) pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani dibandingkan dengan pendekatan konvensional, (3) tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi hasil belajar pendidikan jasmani. Kata kunci: Pendekatan pembelajaran, self regulation learning, hasil belajar, pendidikan jasmani, kemampuan analisis, motivasi olahraga, keterampilan gerak Abstract: The research was aimed to identify the influence of learning approach (Self Regulation Learning and conventional) on physical education achievement that representated by analysis ability, sport motivation, and motor skill acquisition based
36

193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

Dec 11, 2014

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

1

APLIKASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SELF-REGULATION LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

Oleh:Yusup Hidayat, S.Pd. M.Si.

FPOK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandunge-mail. [email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran (self regulation learning dan konvensional) dan jenis kelamin terhadap hasil belajar pendidikan jasmani yang direpresentasi oleh kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakukan terhadap 120 siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Cisitu Bandung, dan dibagi kedalam empat jenis kombinasi perlakuan melalui randomize matched factorial design. Hasil belajar diukur dengan skala kemampuan analisis, skala motivasi olahraga, dan tes keterampilan gerak menggiring bola basket, pass bawah bola voli, dan lempar tangkap bola. Berdasarkan hasil analisis multivariat (MANOVA) diperoleh hasil: (1) pendekatan pembelajaran dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, (2) pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani dibandingkan dengan pendekatan konvensional, (3) tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi hasil belajar pendidikan jasmani.

Kata kunci: Pendekatan pembelajaran, self regulation learning, hasil belajar, pendidikan jasmani, kemampuan analisis, motivasi olahraga, keterampilan gerak

Abstract: The research was aimed to identify the influence of learning approach (Self Regulation Learning and conventional) on physical education achievement that representated by analysis ability, sport motivation, and motor skill acquisition based on gender. It was conducted toward 120 subjects comprise of 4th and 5th grade students of Cisitu Elementary School Bandung, and devided into four treatment combinations by randomize matched factorial design. The learning achievement measured using analysis ability scale, sport motivation scale, and motor skill test on ball dribbling in basketball, under passing in volleyball, and ball throw-taking. According to the data analysis result by using multivariate analysis technique, it was obtained as follows: (1) the SRL approach model gives higher influence and significant on improvement of analysis ability, sport motivation, and motor skill compared to the traditional approach model, (2) gender gives significant influence on analysis ability, sport motivation, and motor skill and (3) there is no interaction between learning approach model and gender in influencing analysis ability, sport motivation, and motor skill

Keywords: Instructional approach, self-regulation learning, learning achievement, physical education, analysis ability, sport motivation, motor skill

Page 2: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

2

PENDAHULUAN

Dalam mata rantai pendidikan, pendidikan jasmani dan olah raga merupakan bagian

integral dari keseluruhan proses pendidikan yang memberi sumbangsih bagi pembentukan

pribadi anak didik seutuhnya, terutama melalui pengalaman dan penghayatan gerak yang

meaningful dalam satu adegan pergaulan pedagogis. Pendidikan jasmani dan olahraga adalah

panggung tempat proses pembelajaran gerak dan atau melalui gerak atau education of and

through the physical (Lutan dalam Hidayat, 2004). Tujuan filisofis dari pembelajaran

pendidikan jasmani dan olahraga adalah memperkembangkan kepribadian sebagai suatu

keseluruhan, mencakup aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi

aktivitas jasmani yang terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis sesuai dengan norma-

norma sosial dan kesehatan.

Penggunaan pendekatan pembelajaran Self Reglated Learning (SRL) dalam

pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga memiliki nilai strategis terutama karena SRL

merupakan fondasi proses belajar sepanjang hayat yang membelajarkan peserta didik

untuk mengontrol pikiran, sikap, dan tindakannya secara terencana dan siklis untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Smith, 2001). SRL merupakan sebuah pendekatan

pembelajaran yang didasari oleh teori sosial kognisi yang menekankan adanya interaksi

antara faktor person (personal), perilaku (behaviour) dan lingkungan (environment)

(Bandura, 1997). Ketiga faktor ini saling menjadi kausalitas bagi faktor yang lain, oleh karena

itu disebut triadic reciprocality theory (Kuiper, 2002).

Self-Regulated Learning merupakan suatu kegiatan belajar atau berlatih yang melibatkan

aspek metakognisi, motivasi dan perilaku (Zimmerman dan Martinez-Pons dalam Smith,

2001). Keterlibatan aspek metakognisi terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan

dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap

kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Keterlibatan aspek motivasi berupa pengerahan

perilaku untuk mencapai tujuan kegiatan belajar, sedangkan aspek perilaku dalam SRL

berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Peserta

didik yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan

kegiatan belajarnya akan cenderung menjadi lebih otonom dan lebih bertanggung jawab karena

Page 3: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

3

mereka menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajar akan dapat dicapai.

Sebagai sebuah strategi belajar, SRL merupakan rencana tindakan yang menggambarkan

apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Rencana tindakan disusun dan diarahkan

pada orientasi sasaran belajar sebagai sebuah kerangka berfikir mental yang menuntun dan

menentukan proses berfikir atau cara-cara peserta didik menginterpretasi dan merespon

achievement situation yang dimanifestasikannya dalam bentuk performa atau penguasaan

keterampilan (Barron & Harackiewecz, 2001).

Penggunaan pendekatan pembelajaran yang memberi penekanan secara seimbang pada

aspek kognisi, motivasi, dan perilaku masih sangat jarang. Didalam pembelajaran pendidikan

jasmani setiap peserta didik seharusnya terlibat langsung di dalam penyusunan tujuan, strategi,

pemantauan, dan evaluasi kegiatan belajar. Dengan begitu motivasinya akan senantiasa

mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan belajar, dan pada akhirnya termanifestasikan

dalam perilakunya untuk senantiasa mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, penelitian ini menjadi sangat penting terutama

karena pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan melibatkan aktivitas belajar peserta

didik secara metakognisi, motivasional, dan behavioral. Juga menekankan pada pengem-

bangan kemandirian, tanggung jawab pribadi, dan ketermotivasian peserta didik selama

melaksanakan proses pembelajaran serta mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif

dalam mengembangan alat bantu pelajaran. Oleh karena itu, diduga pendekatan pembelajaran

Self-Regulated Learning akan memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan daripada

pendekatan konvensional baik pada siswa putera maupun puteri terhadap hasil belajar

pendidikan jasmani dan olahraga yang direpresentasikan dalam aspek kemampuan analisis,

motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar Pendidikan Jasmani

Belajar keterampilan gerak adalah seperangkat proses internal yang mengantarkan

kearah perubahan perilaku terutama perilaku gerak yang relatif permanen sebagai akibat dari

proses latihan atau pengalaman dan bukan karena pengaruh kondisi tubuh yang bersifat

sementara seperti keadaan sakit, lelah, jenuh, karena obat-obatan atau proses kematangan fisik

Page 4: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

4

(Fischman & Oxendine, 2001). Belajar keterampilan gerak pada dasarnya merupakan suatu

proses yang merangkum tiga unsur pokok yaitu: (1) unsur masukan (input) berupa tingkah

laku individu sebelum belajar, (2) unsur proses belajar dalam bentuk pengalaman dan latihan

yang memproses masukan, dan (3) unsur keluaran (output) berupa perubahan-perubahan

perilaku yang dihasilkan. Bloom (dalam Krathwohl, 2002) menyatakan bahwa perubahan

perubahan perilaku belajar mencakup tiga kategori domain yaitu, (1) perilaku kognitif, (2)

perilaku afektif, dan (3) perilaku motorik.

Perubahan perilaku kognitif berupa keterampilan berpikir intelektual, terdiri atas

indikator pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Bloom dalam

Krathwohl, 2002), perilaku afektif terkait dengan perubahan-perubahan dalam sikap, perasaan,

emosi, dan motivasi siswa terhadap belajar, sedangkan perilaku psiko-motorik

dimanifestasikan dalam bentuk gerak anggota tubuh di bawah kendali sistem syaraf. Aspek

kemampuan gerak yang dikembangkan adalah kemampuan gerak dasar, terdiri atas

kemampuan lokomotor, kemampuan non lokomotor, dan manipulatif (Pangrazi & Dauer,

2007). Ketiga domain ini merupakan tujuan yang dijadikan kriteria perubahan yang harus

dicapai oleh siswa, dan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tersebut disebut hasil

belajar. Khusus dalam pendidikan jasmani, karena karakterisriknya yang khas, ada domain

lain yang dijadikan kriteria dalam menentukan keberhasilan hasil belajar, yaitu domain

kebugaran jasmani.

Pendekatan Pembelajaran Self-Regulated Learning

Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri dalam belajar merupakan sebuah

strategi atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dari teori triadik kognisi sosial

dari Bandura (Zimmerman dan Martinez-Pons, dalam Budiana, 2010). Menurut teori triadik

kognisi sosial, manusia merupakan hasil dari struktur kausal yang interdependen dari aspek-

aspek yang meliputi perilaku, pribadi, dan lingkungan. Gelombang SRL berkembang dengan

menekankan pada proses belajar atau pembelajaran dan mulai popular sejak tahun 1980-an

dengan penekanan pada pentingya otonomi dan tanggung jawab pribadi bagi kegiatan

belajarnya.

Page 5: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

5

Menurut Bandura (dalam Kermarrec, Todorovich, & Fleming, 2004), terdapat tiga aspek

determinan yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek diri, perilaku, dan lingkungan. Jadi,

SRL tidak hanya melibatkan aspek diri saja melainkan juga aspek perilaku dan lingkungan.

Keterlibatan ketiga proses ini saling menjadi kausalitas bagi proses yang lainnya di mana (a)

individu berusaha untuk meregulasi diri sendiri, (b) hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan

(c) berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian. Dalam proses tersebut masing-

masing aspek determinan saling berpengaruh satu sama lain.

Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Smith, 2001) mendefinisikan SRL sebagai

tingkatan dimana partisipan (peserta didik) secara aktif melibatkan aspek metakognisi,

motivasi dan perilaku dalam proses belajar. Aspek metakognisi dalam SRL mengacu pada

proses pembuatan keputusan yang mengatur pemilihan dan penggunaan berbagai jenis

pengetahuan. Aspek motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi (1) komponen

harapan (an expectancy component), yakni keyakinan peserta didik mengenai kemampuannya

dalam mengerjakan suatu tugas, (2) komponen nilai, meliputi tujuan dan keyakinan mengenai

pentingnya minat terhadap suatu tugas, (3) komponen afeksi, yakni reaksi emosional terhadap

suatu tugas, dan (4) komponen perilaku yang mengacu pada perilaku nyata yang muncul dalam

interaksinya dengan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan aktivitas belajar atau berla-

tihnya. Peserta didik yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam

melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung untuk menjadi otonom dalam

melaksanakan kegiatan belajarnya, dan pada umumnya lebih bertanggung jawab terhadap

kegiatan belajarnya karena menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan

belajanya akan dapat dicapai.

Sesuai dengan beberapa hasil penelitian (Kermarrec, et al., 2004; Hidayat, Budiana, &

Komarudin, 2008), ada tiga komponen teoretis yang menggambarkan proses regulasi diri

dalam bidang olahraga dan pendidikan, yaitu strategi belajar (learning strategi), strategi

pengelolaan (management strategi), dan pengetahuan tentang belajar atau knowledge of

learning. Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang cara siswa

memilih dan memproses informasi yang disajikan dalam pelajaran. Strategi pengelolaan

adalah strategi pendukung yang merepresentasikan tentang bagaimana siswa secara mental

mengorganisasi lingkungan belajar dan memfasilitasi pemrosesan informasi, sedangkan

Page 6: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

6

pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi umum yang digunakan oleh siswa

untuk menjelaskan cara-cara strategik dalam belajar atau latihan. Selanjutnya, ketiga

komponen SRL dielaborasi kedalam 18 sub komponen, yaitu tujuh sub komponen strategi

belajar tujuh strategi pengelolaan, dan empat pengetahuan tentang belajar, setiap komponen

dan sub komponen berkaitan satu sama lain. Selanjutnya semua komponen dan sub

komponen tersebut dikategorisasikan kedalam tiga jenis model regulasi diri dalam

pendidikan jasmani dan olahraga yaitu (1) model latihan atau pengulangan (training dan

repeating), (2) model penggunaan informasi verbal (using verbal information), dan (3) model

informasi nonverbal (nonverbal information).

Tabel 1. Komponen, Sub Komponen, dan Jenis Model Regulasi Diri dalam Belajar Pendidikan Jasmani

Komponen Sub Komponen Jenis Model Regulasi Diri

Strategi Belajar Menetapkan tujuanMendengarkan instruksi;Berfikir dan menemukan pemahaman;Melihat dan meniru;Memvisualisasikan;Memfokuskan perhatian;Mengulang dan melatih

Menggunakan informasi verbalMenggunakan informasi vervalMenggunakan informasi vervalMembuat asosiasi dengan informasi non verbal Membuat asosiasi dengan informasi non verbalLatihan dan mengulangLatihan dan mengulang

Strategi Pengelolaan Mengelola perhatian;Mencari bantuan;Mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat

kesulitan;Mengelola waktu;Mengurangi interaksi teman sebaya;Mengelola motivasi;Melakukan evaluasi diri

Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Menggunakan informasi verbalMenggunakan informasi verbal

Menggunakan informasi verbalMenggunakan informasi verbalMenggunakan informasi verbalMembuat asosiasi dengan informasi non verbal

Pengetahuan tentang belajar

Pengetahuan tentang diri;Pengetahuan tentang strategi;Pengetahuan tentang situasiPengetahuan tentang orang lain

Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Menggunakan informasi verbalLatihan dan mengulangMenggunakan informasi verbal

Selanjutnya, semua komponen, sub komponen, dan jenis model regulasi diri di atas dituangkan

dalam struktur atau pentahapan pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri atas tiga bagian, yaitu

bagian pendahuluan, inti, dan penutup.

Page 7: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

7

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan tujuan

untuk menguji efektifitas pengaruh model pendekatan pembelajaran SRL dibandingkan

dengan efektivitas model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh para

guru pendidikan jasmani dan olahraga terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga,

dan penguasaan keterampilan gerak. Desain eksperimen yang digunakan adalah faktorial

2x2 (Kerlinger, 2002; Millsap & Olivares, 2009).

Subyek Penelitian

Eksperimen dilakukan di dua Sekolah Dasar Negeri, yaitu SD Negeri Cisitu I dan II di

Kota Bandung. Sampel berjumlah 120 orang siswa kelas 4 dan kelas 5 yang ditempatkan secara

acak dipadankan (randomize matched design) ke dalam empat kelompok eksperimen (Millsap &

Olivares, 2009) sehingga setiap kelompoknya berjumlah 30 orang siswa. Tabel 2 di bawah ini

menyajikan hasil penentuan jumlah sampel, rerata (mean) dan standard deviasi usia subjek

penelitian.

Tabel 2. Jumlah sampel untuk setiap kelompok eksperimen

Kelompok KelasSiswa Puteri

Siswa Putera

Jumlah Total /Kelompok

Rerata dan Standar Deviasi Usia (N = 30)

A1B1 IV 15 -

30 M = 11,40; SD = 0,45V 15 -

A1B2 IV - 15

30 M = 11,49; SD = 0,49V - 15

A2B1 IV 15 -

30 M = 11,60; SD = 0,49V 15 -

A2B2 IV - 15

30 M = 10,24; SD = 0,44V - 15

Jumlah 60 60 120 120Rerata Usia 11.498 10.867 11.183 11.183

Standar deviasi Usia 0.478 0.463 0.471 0.471

Prosedur Eksperimen

Page 8: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

8

Eksperimen dilakukan di dua SD Negeri, yaitu SD Negeri Cisitu I dan II di kota

Bandung selama 2 bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2010 dengan frekuensi dua kali per minggu

yaitu pada hari selasa dan kamis. Jumlah total perlakuan yang diberikan sebanyak 16 kali,

mekanisme pembelajaran diatur dengan ketentuan, setiap guru memperoleh kesempatan mengajar

di setiap kelompok eksperimen, jadi setiap guru mengajar sebanyak 4 kali pertemuan di setiap

kelompok eksperimen. Tes akhir atau post test dilaksanakan satu hari setelah eksperimen

selesai. Jenis tes yang digunakan meliputi tes penguasaan keterampilan gerak dan teknik non

tes skala kemampuan analisis dan motivasi olahraga. Data yang dikumpulkan pada saat tes

akhir dilakukan dengan teknik tes penguasaan keterampilan gerak lempar tangkap bola,

menggiring bola, dan pas bawah, serta teknik non tes dalam bentuk skala kemampuan analisis

dan motivasi olahraga. Semua data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis varian multivariat (MANOVA) dengan bantuan program SPSS 16.

Instrumen Penelitian

Skala kemampuan analisis, penyusunan dan pengembangan skala didasarkan pada

konstrak psikologis yang dikembangkan oleh Bloom (dalam Krathwohl, 2002). Konstrak

kemampuan analisis terdiri atas dimensi konstrak kemampuan menganalisa, membedakan,

menentukan, membandingkan, mempertentangkan, menyelidiki, mengelom-pokkan,

mengenal, menjelaskan memperlihatkan, dan kemampuan memisahkan. Berdasarkan hasil

analisis reliabilitas konsistensi internal diperoleh skor Alpha Cronbach terentang dari 0,76

sampai 0, 90 dengan rerata 0,83. Tes penguasaan keterampilan gerak, seperti telah

disebutkan salah satu indikator penilaian dalam pendidikan jasmani adalah keterampilan

gerak. Sesuai dengan materi yang diajarkan selama eksperimen berlangsung dan mempertim-

bangkan efisiensi dan efektifitas hasil penelitian, tes keterampilan gerak yang harus dilakukan

siswa ketika eksperimen berakhir adalah tes lempar tangkap bola, keterampilan menggiring

bola, dan pas atas dan pas bawah (Nurhasan, 2007). Skala motivasi olahraga yang

dikembangkan merujuk pada struktur faktor motivasi olahraga yang dikembangkan oleh

Marten & Webber (2002). Skala motivasi olahraga terdiri atas tiga sub-skala, yaitu motivasi

intrinsik (motivation to know, motivation to experience stimulation, dan motivation to

accomplish), motivasi ekstrinsik (identification, introjections, dan external regulation), dan

Page 9: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

9

amotivasi. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas konsistensi internal diperoleh skor Alpha

Cronbach terentang dari 0,66 sampai 0,81 dengan rerata 0,74.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Statistik

Berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik Analisis Varian Multivariat

(MANOVA) diperoleh besaran nilai rerata dan deviasi standar sebagai berikut:

Tabel 3. Rerata dan Deviasi Standar Setiap Variabel

Variabel DependenModel Pendekatan Pembelajaran (A)

Jenis Kelamin SRL (A1) Konvensional (A2)M SD M SD

Siswa Putera (B1) Kemampuan Analisis 95.00 3,983 87.33 4.751Motivasi Olahraga 87.13 8.835 75.23 11.485Keterampilan Gerak 92.13 6.399 83.80 10.466

Siswa Puteri (B2) Kemampuan Analisis 88.37 6.419 81.87 4.424Motivasi Olahraga 95.23 13.625 73.00 10.017Keterampilan Gerak 77.90 9.099 69.27 9.359

Uji Signifikansi Multivariat Main EffectTabel 4. Uji Multivariat (Multivariate test)

Effect (J) A Value FHypothesis

dfError

df Sig.Partial EtaSquared

Pendekatan Pembelajaran Wilks' Lambda .434 49.545a 3.000 114.000 .000 .566

Jenis Kelamin Wilks' Lambda .459 44.833a 3.000 114.000 .000 .541

Pendekatan Pembelajaran * Wilks' Lambda .941 2.383a 3.000 114.000 .073 .059Jenis Kelamin

Sesuai dengan hasil uji multivariat menggunakan Wilks' Lambda Test, diperoleh hasil

sebagai berikut: (1) FoA (3,114) = 49,545, sangat signifikan pada p = 0,000 < 0,01. Artinya,

model pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak siswa sekolah dasar,

dengan nilai variabilitas Partial Eta Squared sebesar 0,566 (56,6%); (2) FoB (3,114) = 44,833

dan sangat signifikan pada p = 0,000 < 0,01. Artinya, jenis kelamin memberikan pengaruh

Page 10: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

10

yang sangat signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan

gerak, dengan nilai variabilitas Partial Eta Squared sebesar 0,541 (54,1%); (3) FoAB (3,114) =

2,383 dan tidak signifikan pada p = 0, 073 < 0,05. Hal ini berarti model pendekatan pem-

belajaran dengan jenis kelamin tidak memberikan pengaruh interaktif terhadap kemampuan

analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak.

Uji Signifikansi Univariat untuk Efek antar SubjekTabel 5. Tests of Between-Subjects Effects (Tes efek antar subjek)

SourceDependentVariable

Type III Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Partial Eta Squared

Pendekatan_ PembelajaranY1 1505.208 1 1505.208 60.688 .000 .343Y2 8738.133 1 8738.133 70.478 .000 .378Y3 2159.008 1 2159.008 26.916 .000 .188

Jenis_KelaminY1 1098.075 1 1098.075 44.273 .000 .276Y2 258.133 1 258.133 2.082 .152 .018Y3 6206.408 1 6206.408 77.373 .000 .400

Pendekatan_ Pembelajaran * Jenis_Kelamin

Y1 10.208 1 10.208 .412 .522 .004Y2 800.833 1 800.833 6.459 .012 .053Y3 .675 1 .675 .008 .927 .000

Sesuai dengan hasil Tests of Between-Subjects Effects pada tabel di atas diperoleh hasil

sebagai berikut: (1) FoAY1 (1,116) = 60,688 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0,01,

hal ini berarti model pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang sangat signifikan

terhadap kemampuan analisis, dengan nilai variabilitas sebesar 34,3 % (partial eta squared);

(2) FoA Y2 (1,116) = 70,478 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, dengan nilai

variabilitas sebesar 47,8 % (partial eta squared); (3) FoA Y3 (1,116) = 26,916 dan sangat

signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, hal ini berarti model pendekatan pembelajaran

memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap keterampilan gerak, dengan nilai

variabilitas 18,8 % (partial eta squared); (4) FoB Y1 (1,116) = 44,273 dan sangat signifikan

pada nilai p = 0,000 < 0.01, hal ini berarti jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat

signifikan terhadap kemampuan analisis, dengan nilai variabilitas sebesar 27,6 % (partial eta

squared); (5) FoB Y2 (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05, hal ini

berarti jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi olahraga; (6) FoB Y3

(1,116) = 77,373 dan sangat signifikan pada nilai p = 0,000 < 0.01, hal ini berarti jenis

Page 11: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

11

kelamin memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap keterampilan gerak, dengan

nilai variabilitas sebesar 40,0 % (partial eta squared) ; (7) FoAB Y1 (1,116) = 0,412 dan tidak

signifikan pada nilai p = 0,522 > 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi antara model

pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis; (8)

FoAB Y2 (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini berarti ada interaksi

antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi

olahraga, dengan nilai variabilitas sebesar 5,3 % (partial eta squared); (9) FoAB Y3 (1,116)

= 0,008 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,927 > 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi

antara model pen-dekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi

keterampilan gerak.

Uji Pasangan antar A (Pairwise comparisons test between A)

Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan pada tabel di atas, diperoleh hasil sebagai

berikut: (1) rerata model pendekatan SRL = 91,683, konvensional = 84,600), dan nilai p =

0,000 < 0,01. Artinya kemampuan analisis siswa yang diajar dengan menggukan model

pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

konvensional; (2) rerata model pendekatan SRL = 91,183, konvensional = 74,117, dan nilai

p = 0,000 < 0,01. Artinya, motivasi olahraga siswa yang diajar dengan menggukan model

pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

konvensional; (3) rerata model pendekatan SRL= 85,017, konvensional = 76,533, dan

nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, kete-rampilan gerak siswa yang diajar dengan menggukan

model pendekatan SRL lebih tinggi dari yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

konvensional.

Uji Pasangan antar B (Pairwise comparisons test between B)

Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan pada tabel di atas, diperoleh hasil sebagai

berikut: (1) rerata kemampuan analisis siswa putera = 91,167, siswa puteri = 85,117, dan nilai

p = 0,000 < 0,01. Artinya, kemampuan analisis siswa putera lebih tinggi dari siswa puteri;

(2) rerata motivasi olahraga siswa putera = 81,183, siswa puteri = 84,117), dan nilai p =

0,152 > 0,05. Artinya, motivasi olahraga siswa putera dan siswa puteri tidak berbeda secara

Page 12: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

12

signifikan; (3) rerata keterampilan gerak siswa putera = 87,967), siswa puteria = 73,583),

dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, keterampilan gerak siswa putera lebih tinggi dari siswa

puteri.

Uji Pasangan Interaksi

Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan interaksi pada tabel 6 di atas, diperoleh

hasil sebagai berikut:

(1) /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh

yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemam-puan analisis siswa

putera (rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 88,367).

(2) /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh

yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga. Motivasi olahraga siswa

puteri (rerata = 95,233 ) lebih tinggi daripada siswa putera (rerata = 87,133).

(3) /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh

yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keteram-pilan gerak siswa

putera (rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 77,900).

(4) /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan

pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemampuan

analisis siswa putera (rerata = 87,333) lebih tinggi daripada siswa puteri (81,867).

(5) /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera (rerata = 75,233) dengan siswa

puteri (rerata = 73,000) tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan

terhadap motivasi olahraga.

(6) /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan

pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan

pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keterampilan

gerak siswa putera (rerata = 83,800) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 69,267).

Page 13: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

13

(7) /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan

konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan

analisis. Kemampuan analisis siswa putera yang diajar dengan menggunakan model

pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa putera yang

diajar dengan menggunakan model pende-katan pembelajaran konvensional (87,333).

(8) /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan

konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi

olahraga. Motivasi olahraga siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan model

pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 87,133) lebih tinggi daripada siswa putera yang

diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (75,233).

(9) /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan

konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap

keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan

model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa putera

yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (83,800).

(10) /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan

konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap

kemampuan analisis. Kemampuan analisis siswa puteri yang diajar dengan menggunakan

model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 88,367) lebih tinggi daripada siswa puteri

yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional

(81,867).

(11) /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan

konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi

olahraga. Motivasi olahraga siswa puteri yang diajar dengan meng-gunakan model

pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 95,233) lebih tinggi daripada siswa puteri yang

diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (73,000)

(12) /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan

konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap

keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa puteri yang diajar dengan meng-gunakan

model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 77,900) lebih tinggi daripada siswa puteri

Page 14: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

14

yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (rerata =

69,267).

PEMBAHASAN

Secara umum temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa model pendekatan

pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap peningkatan

kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak daripada model pendekatan

pembelajaran konvensional baik pada siswa putera maupun siswa puteri. Temuan-temuan ini

menguatkan bukti-bukti empirik sebelumnya, bahwa pendekatan SRL membelajarkan siswa

secara integratif antara aspek metakognitif, motivasional, dan behavioral, sementara model

pendekatan konvensional lebih menekankan pada pengembangan aspek behavioral atau

psikomotorik.

Ditinjau dari aspek proses pembelajaran, ada dua perspektif yang dapat menjelaskan

temuan penelitian ini, yaitu perspektif proses keaktifan dan proses konstruk-tif. Berdasarkan

proses keaktifan, siswa yang diajar dengan model pendekatan pem-belajaran SRL secara aktif

terlibat dalam penyusunan tujuan belajarnya, berusaha memonitor proses dan hasilnya,

meregulasi dan mengendalikan aktivitas kognisi, motivasi, sikap, dan perilakunya diarahkan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetap-kannya (Liukkonen, Auweele, Vereijken,

Alferman, & Thedorajis, 2007). Aktivitas-aktivitas tersebut diasumsikan akan

memediasi hubungan interaktif antara lingkungan belajar peserta didik, peserta didik

sebagai pembelajar (seperti kognisi, afeksi, dan motivasinya), dan perilakunya. Pada

akhirnya akan menentukan keseluruhan proses belajar dan hasil belajarnya (Pintrich,

2000; Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Sementara dari perspektif

konstruktif, pendekatan pembelajaran SRL membelajarkan peserta didik untuk membuat

perubahan dalam struktur pengetahuan melalui aktivitas-aktivitas merencanakan, memonitor,

dan mengendalikan atau menyesuaikan proses kognitif ketika merespon terhadap perubahan-

perubahan tuntutan dan kondisi yang ada (Wolter, 2003b). Dengan demikiam, peserta

didik yang melakukan SRL, akan lebih berhasil dalam pengembangan pengetahuan dan

keterampilan akademiknya (Pintrich, 2000a, 2000b), demikian juga dalam pengembangan

penampilan dan belajar keterampilan geraknya, karena melibatkan penyesuaian secara kognitif

Page 15: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

15

maupun motivasional (Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Seperti diketahui,

penampilan dan belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh aspek kognisi dan motivasi,

dan kedua aspek ini (khususnya kemampuan analisis dan motivasi) terbukti dapat

ditingkatkan melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan SRL. Pada akhirnya,

penampilan gerak dan hasil belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh penggunaaan SRL,

baik secara langsung maupun melalui aspek kognisi dan motivasi. Alasan lainnya dapat dilihat

dari aspek pelibatkan komponen-komponen SRL ketika siswa sedang belajar keterampilan

gerak. Seperti telah disebutkan, siswa yang menggunakan SRL akan melibatkan tiga aspek

pokok ketika sedang belajar keteram-pilan gerak, yaitu aspek metagoknisi, motivasi, dan

perilaku secara simultan. Ketiga aspek ini sangat menentukan keberhasilan belajar

keterampilan garak.

Aspek metakognisi dalam SRL mencerminkan sebuah dinamika kesadaran,

pertimbangan, pemonitoran terhadap sejumlah aspek kognisi ketika siswa sedang terlibat

proses belajar keterampilan gerak (Liukkonen, et al., 2007), seperti menetapkan tujuan,

mendengarkan instruksi, berfikir dan menemukan pemahaman, melihat dan meniru,

memvisualisasikan atau membayangkan, dan memfokuskan perhatian (Kermirrec, et al., 2004;

Hidayat, et al., 2008). Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan keterlibatan aspek-aspek di

atas dalam proses belajar, keterlibatan aspek metakognisi dalam SRL terjadi dalam bentuk

pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan

evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Jadi dalam proses

pembelajaran dengan pendekkatan SRL, peserta didik dilibatkan untuk menetapkan tujuan

pembelajaran, berkesempatan untuk memikirkan materi dan menemukan pemahaman, melihat

gerakan yang benar dan menirunya dengan tepat, dengan terlebih dahulu membayangkannya

dalam pikiran, dan memiliki kesempatan lebih untuk memfokuskan perhatian (Kitsantas,

Zimmerman, & Clearly, 2000). Dengan kata lain, peserta didik lebih banyak melibatkan

aspek kognitif atau melakukan proses mental untuk mengelola informasi yang

diterimanya, dan inilah salah satu kelebihan pendekatan SRL dibandingkan dengan

pendekatan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada pengembangan

aspek psikomotorik dan lebih berpusat pada pengajar. Lebih lanjut ditegaskan oleh

Pintrich (2000b) bahwa aktivitas metakognisi siswa dalam SRL mencakup aktivitas

Page 16: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

16

merencanakan (planning), memonitor (monitoring), dan meregulasi (regulating). Aktivitas

merencanakan berkenaan dengan proses menetapkan tujuan belajar dan menganalisis tugas

gerak yang dapat membantu mengaktifkan aspek-aspek pengetahuan sebelumnya yang relevan

dan membuat organisasi materi dengan tugas gerak sehingga lebih mudah dipahami dan

dilakukan. Aktivitas memonitor meli-batkan perhatian peserta didik ketika peserta didik

tersebut menampilkan suatu keterampilan gerak. Siswa harus melakukan evaluasi diri (self

testing atau self evaluation) sejauhmana keberhasilan yang telah dicapainya. Aktivitas

memonitor ini berguna untuk membantu peserta didik memahami dan mengintegrasikan tugas

gerak yang sedang dipelajarinya dengan tugas gerak sebelumnya dan aktivitas-aktivitas belajar

keterampilan gerak yang pernah dilakukannya. Adapun aktivitas meregulasi, Pintrich, Smith,

Garcia, & Mckeachie (1993) mengungkapkan berkenaan dengan penyetelaan (finetuning) dan

penyesuaian aktivitas kognisi peserta didik secara berkelanjutan ketika peserta didik

melakukan aktivitas belajar. Aktivitas regulasi sangat berguna untuk membantu siswa

mengecek dan mengoreksi perilakunya ketika mereka sedang melatih tugas-tugas gerak yang

harus dilakukannya.

Keterlibatan aspek motivasi dalam SRL berkenaan dengan pengarahan perilaku untuk

mencapai kegiatan belajar, sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk

senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Aktivitas belajar dalam aspek motivasi dan

perilaku selama melakukan SRL dalam kelas pendidikan jasmani antara lain mengelola tugas,

mengelola perhatian, mengelola waktu, menge-lola motivasi, mencari bantuan, menguragi

interaksi teman sebaya, menyesuaikan tingkat kesulitan, mengulang dan melatih (Kermirrec,

et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Liukkonen, et al., (2007) menyebutkan dua aspek yang

paling sering dilaku-kan siswa dalam SRL adalah meregulasi usaha dan mencari bantuan.

Meregulasi usaha berkenaan dengan upaya peserta didik untuk mengendalikan usaha

belajarnya. Meregulasi usaha dikenal juga dengan istilah pengeloaan sumber atau resource

management (Wolter, 2003b). Meregulasi atau mengelola usaha merupakan aspek motivasi

yang sangat penting dalam SRL yang mencerminkan komitmen yang kuat untuk mencapai

tujuan belajar, termasuk ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam

pembelajaran. Dalam penampilan dan aktivitas belajar keterampilan gerak, pengelolaan atau

regulasi usaha memainkan peranan penting sebab tidak hanya berguna untuk meningkatkan

Page 17: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

17

motivasi dan membangun komitmen, tetapi juga untuk menghubungkannya dengan

penggunaan strategi-strategi belajar yang lain. Adapun aspek meminta bantuan (helf seeking),

merupakan aspek SRL yang dibutuhkan siswa terkait dengan komponen perilaku dalam SRL.

Aspek meminta bantuan dibutuhkan terutama ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-

kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak yang tidak dapat mereka lakukan, untuk itu

bantuan guru dan teman-teman kelasnya akan sangat membantu. Aspek meminta bantuan

merupakan strategi regulasi diri terkait dengan aspek motivasi dan perilaku yang memainkan

peranan penting untuk meningkatkan penampilan dan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh

signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak, baik

secara bersama-sama terhadap ketiga variabel dependen maupun secara sendiri-sendiri,

kecuali pengaruh terhadap variabel motivasi olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan

dengan besaran nilai FoB (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05.

Pada peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL, kemampuan

analisis, motivasi olahraga dan keterampilan gerak peserta didik putera terbukti lebih tinggi

dan signifikan daripada peserta didik puteri. Adapun untuk yang diajar dengan menggunakan

model pendekatan konvensional, hanya kemampuan analisis peserta didik putera yang lebih

tinggi dan signifikan dari peserta didik puteri, sementara untuk variabel motivasi olahraga dan

keteampilan gerak tidak menun-jukkan perbedaan yang signifikan. Semua peserta didik baik

putera maupun puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL menunjukkan

hasil yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa yang diajar dengan menggunakan

model pendekatan konvensional.

Hasil lain ditemukan juga bahwa tidak ada interaksi antara model pendekatan

pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi

olahraga, dan keterampilan gerak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri,

kecuali pengaruh interaksi terhadap motivasi olahraga menunjukkan pengaruh yang signifikan

dengan besaran nilai FoAB (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini

berarti interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap motivasi olahraga. Dengan kata lain ada interaksi antara

model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi

Page 18: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

18

olahraga, meskipun dengan besaran partial eta squared yang relative kecil, yaitu hanya

sebesar 5,3 %.

Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas dalam kaitannya dengan perbedaan jenis

kelamin dapat dinyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap

kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak dan ada perbedaan yang

signifikan antara siswa putera dengan siswa puteri yang diajar dengan model pendekatan SRL

dalam hal kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak. Artinya bahwa jenis

kelamin merupakan salah satu variabel yang harus dipertimbangkan ketika akan mengajar

pendidikan jasmani dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL. Hasil ini

mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya antara lain Young & McSporran (2001), Lee

(2002), Bidjerano (2005), dan Hargittai & Shafer (2006) yang menyimpulkan bahwa peserta didik

putera dan peserta didik puteri menunjukkan perbedaan dalam menggunakan strategi regulasi diri

dalam proses belajar yang mereka lakukan. Bidjerano (2005) menemukan bahwa peserta didik

puteri menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi daripada peserta didik putera dalam

menggunakan strategi regulasi diri rehearsal, mengorganisasikan, metakognisi,

keterampilan mengelola waktu, elaborasi, dan usaha, tetapi hasil analisis menunjukkan tidak ada

perbedaan secara signifikan dalam hal sikap respek untuk belajar bersama teman, meminta

bantuan, dan keterampilan berfikir kritis. Demikian juga laporan hasil penelitian Young (2007)

yang menemukan bahwa regulasi diri peserta didik puteri untuk aspek efikasi diri lebih tinggi dan

signifikan daripada peserta didik putera. Berbeda dengan hasil penelitian yang lain, Hargittai &

Shafer (2006) melaporakan bahwa keterampilan self-assessed (menilai diri sendiri) peserta didik

putera lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Lee (2002) dalam penelitiannya

menemukan adanya tiga perbedaan pokok penggunakan regulasi diri antara peserta didik putera

dengan puteri dalam hal (1) Gaya, tujuan, dan interaksi sosial, (2) faktor-faktor motivasional, dan

(3) gaya dan frekuensi mengekpresikan, membicarakan atau memberikan umpan balik sesuatu.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini, secara umumnya dapat katakan bahwa model

pendekatan pembelajaran Self-Regulation Learning (SRL) dapat menjadi alternatif model

pendekatan pembelajaran untuk digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah

dasar, dan jenis kelamin peserta didik putera dan peserta didik puteri harus menjadi salah satu

faktor yang dipertimbangkan.

Page 19: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

19

Sesuai dengan hasil penelitian ini, beberapa implikasi penting untuk pelaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terkait dengan penerapan model pembelajaran

Self-regulation Learning antara lain:

(1) Guru seharusnya membantu peserta didik untuk menyusun atau merumuskan tujuan aktivitas

belajarnya dengan memberikan kiu-kiu penting terkait dengan aspek-aspek penting dari tugas

gerak yang akan dipelajarinya sekaligus membantu membuat dan membimbing cara

melakukan self-monitoring kemajuan aktivitas belajarnya. Pada level awal regulasi diri,

rumusan tujuan harus lebih menekankan pada tujuan proses, dan ketika sampai pada level

yang lebih tinggi maka penekanannya pada tujuan hasil.

(2) Guru seharusnya mendorong peserta didik untuk melakukan self monitoring tentang proses

belajar keterampilan gerak yang mereka lakukan dengan membuat log learning tentang

aspek-aspek yang terkait dengan aktivitas belajar yang mereka lakukan. Log learning dapat

berisi catatan tentang unsur-unsur penting untuk mengingatkan siswa ketika melakukan

keterampilan gerak tertentu, atau menghadapi tantangan atau kesulitan tertentu agar mereka

dapat mengatasinya

(3) Guru seharusnya memberdayakan peserta didiknya sebagai model (peer modelling) dalam

mendemonstrasikan keterampilan gerak. Selain sangat berguna sebagai umpan balik, juga

dapat meningkatkan teori kemampuan inkremental dan harapan efikasi diri yang mengkin

dapat meningkatkan penggunaan regulasi di antara siswa-siswa yang lainnya.

(4) Guru seharusnya mengorganisasikan aktivitas belajar dan pembelajaran terkait dengan

pengembangan strategi kognitif dan metakognitif peserta didik. Misalnya, guru dapat

mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses regulasi diri dengan memberikan siswa

kesempatan untuk menginisiasi dan mengarahkan aktivitas belajarnya.

(5) Untuk meningkatkan keterlibatan aspek kognitif dan motivasional dalam proses

pembelajaran, guru sebaiknya mempertimbangkan pemberian materi dan tugas belajar secara

personal yang bermakna, relevan, dan menarik bagi peserta didik, juga mengandung unsur

variasi dan kebaruan.

Simpulan dan Saran

Page 20: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

20

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut: (1) Model pendekatan SRL dan Konvensional memberikan pengaruh

signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan

gerak peserta didik, (2) model pendekatan SRL memberikan pengaruh yang lebih tinggi dan

signifikan terhadap terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan

keterampilan gerak peserta didik sekolah dasar dibandingkan dengan model pendekatan

konvensional, (3) Jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan

analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik sekolah dasar, (4)

Tidak ada interaski antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam

mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik

sekolah dasar.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, ada beberapa hal

yang dapat disampaikan sebagai masukan dan saran sebagai berikut :

(1) Untuk kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran direkomendasikan

agar model pendekatan pembelajaran SRL digunakan oleh para guru pendidikan jasmani

dan olahraga di sekolah dasar sebagai salah satu alternatif inovasi dalam pembelajaran

pendidikan jasmani, sebab terbukti mempengaruhi aspek kognitif, motivasi, dan

keterampilan gerak secara signifikan.

(2) Untuk mengokohkan efektifitas model pendekatan pembelajaran SRL terhadap hasil

belajar dalam pendidikan jasmani dibutuhkan penelitian lebih lanjut melibatkan varibel

hasil belajar pendidikan jasmani yang lain termasuk diuji efektifitas pada setting

penelitian yang berbeda, misalnya di jenjang pendidikan SMP dan SMA dengan

mempertimbangkan variabel-variabel yang lain seperti variabel perbedaan individual,

kondisi demografis, dan lain-lain.

Daftar Pustaka

Page 21: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

21

Bandura, A. (1997). Self efficacy. The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.

Barron, K.E., & Harrackiewicz. (2001). Achievement goals and optimal motivation: testing multiple goal models. Journal of Personality and Social Psychology, 80 (5), 706-722.

Bidjerano, T. (2005). Gender difference in self regulated learning. Paper Presented at the Annual Meeting of the Northeastern. 100, 69-78

Budiana, D. (2010). Self-regulated learning: Konsep dan aplikasinya dalam pendidikan jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga. 4 (2), 169-180

Duda, J.L. & Darren C.T. (2001). Toward optimal motivation in sport: pastering athlete’s competence and sense of control,” Applied Sport Psychology: Personal Growth to Peak Performance. Fourth Edition. Ed. Jean. M. William. USA: Mayfield Publishing Company

Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS for windows. London: Sage PublicationsGhozali, I. (2008). Model persamaan struktural. Konsep dan aplikasi dengan program Amos

16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Hargittai, E., & Shafer, S. (2006). Differences in actual and perceived online skills: The role

of gender. Social Science Quarterly. 87 (2), 432-448.Hidayat, Y (2003). Keterlantaran pendidikan jasmani dan strategi intervensi dari perspektif

psikologi humanisme, Olahraga Majalah Ilmiah, (9), 78-99.Hidayat, Y., Budiana. D., & Komarudin (2008). Penerapan self regulated learning dalam

pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani. Laporan Peneiltian. Hibah Bersaing DIKTI.

Kerlinger, F.N. Terjemahan Simatupang, L.R. (2002). Azas-Azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Kermarrec, G., Todorovich, J.R., dan Fleming, D.S. (2004). An investigation of the self-regulation componens student employ in physical education setting. Journal of Teaching in Physical Education, 23 (2), 142.

Kirk, D. Dan McPhail, A. (2002). Teaching games for understanding and situated learning: rethinking yhe bunker-thorpe model. Journal of Teaching in Physical Education, 21 (2).

Krathwohl, D.R. (2002). A revision of bloom’s taxonomy: an overview. Theory into Practice. 41 (4), 212-218.

Kuiper, R.A. (2002). Enhancing metacognition through the reflective use of self regulated strategies. The Journal of Countinuing Education in Nursing, 33 (2), 78-92.

Lee, I.S. (2002). Gender differences in self regulated on-line learning strategies within Korea’s University context. Educational Technology Research and Development, 50 (1), 101-109.

Liukkonen, J., Auweele, Y.V., Vereijken, B., Alferman, D., & Thedorajis, Y. (2007). Psychology for physical educators.Canada: Human Kinetics

Millsap, R.E., & Olivares, A.M. (2009). Quantitative methods in psychology. London: SageNurhasan, (2007). Tes dan pengukuran Keolahragaan. Modul. Bandung: Jurusan Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan UPI.Ormrod, E.J. (2003). Educational psychology. Developing Learners. New Jersey: Merril

Prentice Hall.Pangrazi, P.P. & Daeur, V.P. (2007). Dynamic physical education for elementary school.

Boston: Allyn and Bacon.

Page 22: 193. Yusup Hidayat XXX UPI Bdg.doc

22

Pintrich, P., Smith, D., Garcia, T., & Mckeachie, W. (1993). Predictive validity and reliability of the motivated strategies for learning questionnaire (MLSQ). Educational and Psychological Measurement, 53, 801-813

Pintrich, P. (2000a). Multiple goal, multiple pathways: The role of goal orientations in learning and achievement. Journal of Educational Psychology. 92, 544-555.

Pintrich, P. (2000b). The role of goal orientation in self regulation. In M. Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp. 452-502). New York: Academic Press.

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of Schunk, D.H. and Ertmer, P.A.1999. Self regulatory process during computer skill acquisition, goal, and self-evaluative influences. Journal of Educational Psychology, 91 (2), 251-260.

Smith, P.A. (2001). Understanding self-regulated learning and its implication for accounting educators and researchers. Issues in Accounting Education, 16 (4), 663-689.

Widarjono, A. (2010). Analisis statistika multivariate terapan. Yogyaarta. UPP STIM YKPN.

Wolter, J. (2003b). Regulation of motivation: Evaluating an under emphasized aspect of self regulated learning. Educational Psychologist, 38. 189-205.

Young, S., & McSporran, M. (2001). Confident men-successful women: Gender differences in on-line learning. In C. Montgomerie & J. Viteli (Eds). Proceeding of EdMedia 2001 Conference (pp. 2110-2112). Chesapeake, VA:AACE

Zimmerman, B (2000). Attaining self regulation: A social cognitive perspective. In M. Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp. 13-39). New York: Academic Press.

Zimmerman, B.J., & Kitsantas, A. (2005). The hidden dimension of personal competence: Self regulation learning and practice. In A.J. Elliot & C.S. Dweck (Eds.). Handbook of competence and motivation. (pp. 509-526). New York: Guilford Press.