Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN NABATI PENGARUH PERBEDAAN JENIS LARUTAN PERENDAMAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KOKTAIL OLEH : KELOMPOK B-4 TITO KURNIAWAN ANG (6103008008) IVANA HALINGKAR (6103008103) LITA KUNCORO (6103008104) ARNEL LUNARTO (6103008106) TANGGAL : 26 OKTOBER 2010 ASISTEN : IR. THOMAS INDARTO PUTUT SUSENO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SURABAYA 2010
20

188324935 Laporan Pengalengan Cocktail

Dec 18, 2015

Download

Documents

AndikaMaulana

free
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN NABATI

    PENGARUH PERBEDAAN JENIS LARUTAN PERENDAMAN

    TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KOKTAIL

    OLEH :

    KELOMPOK B-4

    TITO KURNIAWAN ANG (6103008008)

    IVANA HALINGKAR (6103008103)

    LITA KUNCORO (6103008104)

    ARNEL LUNARTO (6103008106)

    TANGGAL : 26 OKTOBER 2010

    ASISTEN : IR. THOMAS INDARTO PUTUT SUSENO

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

    SURABAYA

    2010

  • I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

    Tujuan Instruksional Umum :

    Mengetahui proses pengalengan koktail.

    Tujuan Instruksional Khusus :

    1. Mengetahui pengaruh jenis larutan perendaman yang berbeda terhadap

    tekstur, pH larutan gula, TPT, % Overlap.

    2. Mengetahui pengaruh jenis larutan perendaman yang berbeda terhadap

    penerimaan organoleptik.

    II. DASAR TEORI

    Pengalengan makanan adalah suatu cara pengawetan bahan pangan yang

    dikemas secara hermitis dan kemudian disterilkan (Muchtadi, 1995). Beberapa

    jenis bahan makanan sering diproses secara sterilisasi menjadi makanan dalam

    kaleng seperti misalnya ikan, daging kornet, sayuran, buah-buahan, dan lain-

    lain. Jenis bahan makanan yang akan diproses ini menentukan lama proses

    pengalengan, walaupun tahapan proses itu sendiri pada umumnya sama

    (Susanto,1993). Pada umumnya jenis Tin Free Steel banyak dipakai untuk

    pengalengan makanan. Hal ini karena jenis kaleng ini memiliki keunggulan,

    antara lain lebih murah harganya karena tidak menggunakan timah putih dan

    lebih baik daya adhesinya terhadap bahan organik. Kelemahannya adalah lebih

    tinggi peluangnya untuk berkarat, karena itu harus diberi lapisan pada kedua

    belah permukaannya. Kemasan kaleng baik bagian dalam maupun bagian luar

    harus memenuhi persyaratan daya tahan korosi (Winarno, 1994). Prinsip

    pengalengan makanan adalah mengisi buah-buahan dalam kaleng yang ditutup

    secara hermitis kemudian disterilisasi pada suhu 121C dan segera didinginkan

    dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan buah.

    Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pangan

    adalah kaleng dapat menjaga bahan pangan di dalamnya terhadap perubahan

    kenampakan, citarasa, aroma dan kadar air bahan yang berasal dari lingkungan

    penyimpanan. Pada bahan pangan yang peka terhadap reaksi fotokimia, kaleng

    dapat menjaga bahan tersebut terhadap cahaya. Kaleng yang tertutup hermetis

  • mencegah bahan pangan menjadi busuk akibat mikroba, sehingga citarasa bahan

    dapat dipertahankan. Aroma dapat berubah karena adanya gas-gas lain, bau-

    bauan dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfir. Kaleng juga

    memiliki banyak keuntungan dari segi ekonomis (Muchtadi, 1995).

    Umur simpan makanan kaleng sangat bervariasi tergantung dari jenis

    bahan pangan, jenis wadah, proses pengalengan yang dilakukan, dan kondisi

    tempat penyimpanannya. Sebagian besar makanan kaleng dapat disimpan untuk

    jangka waktu dua tahun. Pada penyimpanan yang lebih lama, kerusakan

    makanan di dalam kaleng umumnya lebih disebabkan oleh terjadinya perubahan

    tekstur dan citarasanya daripada karena pertumbuhan dan aktivitas mikroba

    (Muchtadi,1995).

    Kaleng dibuat dari logam aluminium, tembaga, besi, atau jenis logam

    lain. Keunggulannya adalah dapat dipanaskan, melindungi produk pangan dari

    pengaruh cahaya dan udara di luar kemasan. Beberapa logam dapat

    mengkontaminasi bahan yang dikemas. Oleh sebab itu perlu dihindari

    penggunaan beberapa logam yang dapat bereaksi dengan produk pangan.

    Proses pengalengan pada dasarnya terdiri dari beberapa langkah berikut :

    1. Sortasi dan grading

    Bertujuan untuk menghasilkan produk yang lebih seragam dan berfungsi

    untuk membuat standard mutu dari produk yang dihasilkan. (Muchtadi,

    1979)

    2. Pengupasan dan Pemotongan

    Pengupasan dimaksudkan untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak

    dapat dimakan. Sedangkan pemotongan untuk membuat ukuran seragam

    menurut ukuran yang dikehendaki dan bahan mengalami penetrasi panas

    yang merata pada waktu diproses. (Susanto, 1993)

    3. Pencucian

    Pencucian bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat dan mengurangi

    jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam bahan. Jika pencucian yang

    dilakukan kurang sempurna akan didapat produk yang kurang sempurna

    sehingga akan menurunkan kualitas. (Priharto, 1991)

  • 4. Blanching

    Blanching merupakan perlakuan pendahuluan pada buah sebelum

    dikalengkan. Menurut Muchtadi (1979) tujuan dari blanching adalah :

    - Menghilangkan flavor yang tidak dikehendaki

    - Mengeluarkan udara dan gas-gas lain dalam bahan yang dapat

    menimbulkan kerusakan

    - Memperbaiki kenampakan dengan mempertahankan warna asli bahan

    tersebut

    - Menginaktifkan enzim tertentu dalam bahan

    - Mereduksi jumlah mikroorganisme pada bahan

    - Membantu dan memudahkan perlakuan proses selanjutnya

    5. Filling / Pengisian

    Pengisian wadah dengan bahan yang telah siap yaitu padatan dan canning

    medium segera dilakukan setelah proses persiapan bahan selesai untuk

    mencegah terjadinya kontaminasi. (Susanto, 1993). Pengisian dilakukan

    secara hati-hati, teratur dan seragam karena bila pengisian tidak tepat maka

    akan mempengaruhi terbentuknya ruang kosong pada kaleng / head space.

    Head space dapat mempengaruhi proses selanjutnya. Besar head space

    bervariasi tergantung produk dan macam wadah. Bila head space terlalu

    kecil akan sangat berbahaya karena ujung kaleng akan pecah akibat ekspansi

    isi selama prosessing, sebaliknya bila terlalu besar jumlah udara akan

    terakumulasi pada kaleng sehingga menyebabkan oksidasi dan perubahan

    warna produk. (Priharto, 1991)

    6. Exhausting

    Exhausting adalah proses pembuangan udara dan gas-gas lain dari bahan

    makanan dan wadah sebelum proses penutupan. Tujuan exhausting adalah

    mengeluarkan udara dari isi kaelng yang dapat mempercepat kerusakan

    kaleng, karena adanya O2 dalam kaleng dapat mempercepat korosi,

    mendapatkan ruang vakum sehingga pada akhir pengalengan memberikan

    bentuk baik pada tutup kaleng. (Cruess, 1958).

  • 7. Penutupan / sealing

    Penutupan hendaknya segera dilakukan agar tidak terjadi atau tidak ada

    udara diantara bahan dan penutupnya serta untuk menghindari bahan

    terkontaminasi oleh mikroba perusak masuk ke dalam kaleng. (Susanto,

    1993)

    8. Sterilisasi

    Sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pembusuk dan

    berbahaya, memperbaiki teksur, flavour, dan penampakan. Temperatur dan

    waktu yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme pembusuk dan

    patogen tergantung dari bahan dasar dan ukuran kaleng (Susanto, 1993).

    9. Pendinginan

    Menurut Muchtadi (1979), pendinginan bertujuan untuk:

    a. Mengurangi terjadinya over proses dari bahan makanan yang

    dikalengkan yang dapat menyebabkan penurunan mutu bahan pangan

    yang dikalengkan

    b. Mencegah pertumbuhan kembali bakteri thermofilik yang dapat

    menyebabkan terjadinya kerusakan

    c. Mengurangi tekanan dalam kaleng

    d. Memperoleh keseragaman hasil prosessing dengan mutu hasil akhir

    bahan yang tinggi

    Menurut Susanto (1993) penutupan kaleng yang baik adalah bila %

    overlap mencapai lebih dari 70%. Menurut Buckle et al (1987), % overlap

    minimum adalah sebesar 45%. Cara menghitung % overlap adalah sebagai

    berikut :

    BH + CH + EPT - L

    Overlap = X 100 %

    L {(2 EPT) + BPT}

    Dimana : BH = panjang lipatan badan kaleng (body hook)

    CH = panjang lipatan tutup kaleng (cover hook)

    L = panjang sambungan (seam length)

    EPT = ketebalan penutup (end plate thickness)

  • BPT = ketebalan badan kaleng (body plate thickness)

    Menurut Susanto (1993) kerusakan-kerusakan yang terjadi pada makanan

    kaleng dapat dikelompokkan menjadi :

    a. Kerusakan mekanis

    Pengisian yang terlalu banyak dalam wadah (pada suhu kamar)

    mengakibatkan pengembangan bahan dan udara pada saat pengolahan

    sehingga tidak tertampung oleh head space kemudian kaleng akan

    menggembung (physical swell).

    b. Kerusakan khemis

    Jenis kerusakan khemis dari makanan kaleng dapat dilihat dari

    mencembungnya kaleng (swelling) yang disebabkan adanya gas hidrogen.

    Gas ini terjadi sebagai reaksi antara asam dari bahan makanan dan komponen

    kaleng. Kerusakan lainnya dapat ditunjukkan dengan adanya :

    a. pemucatan warna kaleng bagian atas

    b. pemucatan warna makanan

    c. penyimpanan aroma dan rasa makanan

    d. keruhnya medium makanan

    e. korosi atau pengkaratan maupun lubang-lubang kecil dari badan

    kaleng

    f. penurunan nilai gizi makanan

    c. Kerusakan mikrobiologis

    Dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat mempertahankan diri

    dari pemanasan maupun mikroorganisme yang masuk ke dalam kaleng

    karena adanya bagian kaleng yang retak atau sambungan kaleng yang lepas.

    Kaleng-kaleng yang isinya mengalami kebusukan dapat digolongkan dalam

    flat sour karena kalengnya tidak cembung akan tetapi sangat asam. Hal ini

    disebabkan oleh terbentuknya asam oleh bakteri-bakteri seperti Bacillus

    stearothermophopillus atau Bacillus coagulans.

    Jaringan sel tanaman keras terutama disebabkan adanya gugus karboksil

    bebas pada komponen penyusun dinding sel, yaitu pektin. Proses pengolahan,

    pemanasan atau pembekuan dapat melunakkan jaringan sel tanaman sehingga

  • produk yang diperoleh memiliki tekstur yang lunak (Winarno, 1994). Substansi

    kimia yang ditambahkan sebelum proses untuk memperbaiki tekstur buah dapat

    berupa kalsium klorida atau kalsium hidroksida (Considine, 1982).

    1. CaCl2

    Garam-garam Ca yang biasa digunakan dalam usaha untuk

    memperbaiki tekstur adalah CaCl2. Garam CaCl2 merupakan elektrolit kuat

    sehingga mudah larut dalam air dan ion-ion Ca2+

    mudah terabsorbsi ke

    dalam jaringan. Ion Ca akan memperkuat dinding sel sehingga

    menghambat hidrolisis yang menyebabkan pemecahan pati dan pektin

    (Faust dan Klein, 1973).

    Pengaruh pemberian CaCl2 akan menyebabkan terbentuknya garam

    Ca pektat/pektinat yang tidak larut dan berupa ikatan menyilang antar ion-

    ion Ca dengan gugus karboksil bebas rantai asam pektat/pektinat yang

    berdekatan dalam bentuk ikatan ionik. Jembatan garam Ca yang terbentuk

    mencegah terlarutnya senyawa pektin sehingga jaringan tetap keras (Eskin,

    1979).

    2. Ca(OH)2

    Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia

    Ca(OH)2. Kalsium hidrokida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk

    putih.

    III. ALAT DAN BAHAN

    Alat

    1. Baskom plastik

    2. Piring plastik

    3. Baki

    4. Neraca kasar

    5. Pisau

    6. Telenan

    Bahan

    1. Air

    2. CaCl2

    3. Ca(OH)2

    4. Buah Nenas

    5. Buah Papaya

    6. Buah Apel

    7. Bengkuang

  • IV. CARA KERJA

    Koktail Kaleng

    - Air - Larutan CaCl2

    - Larutan Ca(OH)2

    - Bengkoang - Apel - Nanas

    - pepaya

    - Total padatan terlarut - pH - Tekstur

    - Organoleptik

    Larutan Gula 25%

    Buah

    Sortasi

    Pencucian

    Perendaman 2,5 jam

    Pemotongan

    Pembilasan

    Pengalengan

    Blanching 1 menit

    Exhausting

    90oC, 10 menit

    Pengujian

    Sterilisasi Autoklaf

    121oC; 1 atm

    15 menit

    Penutupan kaleng

  • V. HASIL PENGAMATAN

    % Overlap

    Bagian

    Kaleng

    Hari ke-1 Hari ke-7

    Ca(OH)2

    (cm)

    CaCl2

    (cm)

    Air

    (cm)

    Ca(OH)2

    (cm)

    CaCl2

    (cm)

    Air

    (cm)

    Body Hook 0,130 0,148 0,150 0,146 0,100 0,148

    Cover Hook 0,100 0,100 0,110 0,120 0,180 0,130

    L 0,250 0,260 0,276 0,260 0,266 0,266

    BPT 0,021 0,022 0,022 0,023 0,023 0,022

    EPT 0,023 0,023 0,023 0,024 0,024 0,025

    % Overlap 1,64% 5,73% 3,37% 12,31% 19,49% 19,07%

    Keterangan :

    BH = Body Hook

    CH = Cover Hook

    L = Length

    EPT = End Plate Thickness

    BPT = Body Plate Thickness

    Contoh perhitungan overlap kaleng dengan perlakuan CaCl2 hari ke-7 :

    Tekstur

    Buah Hari ke-1 Hari ke-7

    Ca(OH)2 CaCl2 Air Ca(OH)2 CaCl2 Air

    Bengkuang 0,00 0,12 0,15 0,12 0,14 0,23

    0,00 0,13 0,12 0,05 0,16 0,21

    Rata-rata 0,00 0,13 0,14 0,09 0,15 0,22

    Nanas 0,30 0,02 1,65 0,36 0,16 0,60

    0,29 0,15 1,89 0,27 0,20 0,34

    Rata-rata 0,30 0,09 1,77 0,32 0,18 0,47

    Pepaya 0,10 0,64 1,13 0,27 1,63 0,90

    0,10 0,25 1,32 0,44 1,49 1,09

    Rata-rata 0,10 0,45 1,23 0,36 1,56 1,00

    Apel 0,41 0,36 6,71 0,44 0,43 0,97

    0,37 0,27 7,31 0,40 0,45 1,10

    Rata-rata 0,39 0,32 7,01 0,42 0,44 1,04

    %100

    BPT EPT . 2 -L

    L - EPT CH BH Overlap %

    %49,19%100

    0,023 0,024 . 2 -0,266

    0,266 - 0,024 0,180 0,100 Overlap %

  • % Brix dan pH

    Hari ke-1 Hari ke-7

    Ca(OH)2 CaCl2 Air Ca(OH)2 CaCl2 Air

    pH 7,00 4,24 4,43 7,03 4,17 4,48

    7,08 4,27 4,43 7,07 4,23 4,47

    rata-rata 7,04 4,26 4,43 7,05 4,20 4,48

    Brix 19,00 19,40 18,80 18,80 19,20 18,80

    19,00 19,00 18,60 18,80 19,20 18,80

    rata-rata 19,00 19,20 18,70 18,80 19,20 18,80

    -1-0.5

    00.5

    11.5

    22.5

    33.5

    44.5

    55.5

    66.5

    77.5

    0 1 2 3 4

    tekstur

    perlakuan

    Grafik perbandingan tekstur buah hari ke-1

    Bengkuang

    Nanas

    Pepaya

    Apel

    Perlakuan: 1 = Ca(OH)2 2 = CaCl2 3 = Air

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    0 1 2 3 4

    tekstur

    perlakuan

    Grafik perbandingan tekstur buah hari ke-7

    Bengkuang

    Nanas

    Pepaya

    Apel

    Perlakuan: 1 = Ca(OH)2 2 = CaCl2 3 = Air

  • 00.5

    11.5

    22.5

    33.5

    44.5

    55.5

    66.5

    77.5

    0 1 2 3 4

    pH

    Perlakuan

    Grafik perbandingan pH hari ke-1 dan ke-7

    hari ke-1

    hari ke-7

    Perlakuan: 1 = Ca(OH)2 2 = CaCl2 3 = Air

    18.6

    18.7

    18.8

    18.9

    19

    19.1

    19.2

    19.3

    0 1 2 3 4

    %Brix

    Perlakuan

    Grafik perbandingan %Brix hari ke-1 dan ke-7

    hari ke-1

    hari ke-7

    Perlakuan: 1 = Ca(OH)2 2 = CaCl2 3 = Air

  • Organoleptik Kenampakan

    No.

    Kenampakan

    131 729 485

    Air CaCl2 Ca(OH)2

    1 5 3 1

    2 5 3 1

    3 5 3 1

    4 5 3 1

    5 4 5 1

    6 5 3 2

    7 3 4 1

    8 3 4 1

    9 3 4 1

    10 2 5 1

    11 4 5 1

    12 4 3 1

    13 3 5 1

    14 4 3 1

    15 5 2 4

    16 5 3 1

    17 5 4 1

    18 5 4 1

    19 5 3 1

    20 5 1 4

    Jumlah 85 70 27

    Rata-rata 4,25 3,5 1,35

    Anova Kenampakan

    ANOVA

    Source of Variation SS df MS F P-value F crit

    Between Groups 90,6333 2 45,3167 46,7098 9,8E-13 3,15884

    Within Groups 55,3 57 0,97018

    Total 145,933 59

    H0 : Tidak ada pengaruh perbedaan larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan

    kenampakan koktail.

    H1 : Ada pengaruh perbedaan larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan

    kenampakan koktail.

  • F hitung > F tabel, H1 diterima sedangkan H0 ditolak. Ada pengaruh perbedaan

    larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan kenampakan koktail.

    Tabel Uji LSD dan Duncan Kenampakan

    Dependent Variable: respon

    (I)

    kode

    (J)

    kode

    Mean

    Difference (I,J)

    Std.

    Error Sig.

    95% Confidence

    Interval

    Lower

    Bound

    Upper

    Bound

    LSD

    131 485 ,750(*) ,311 ,019 ,13 1,37

    729 2,900(*) ,311 ,000 2,28 3,52

    485 131 ,,750(*) ,311 ,019 ,1,37 ,,13

    729 2,150(*) ,311 ,000 1,53 2,77

    729 131 ,2,900(*) ,311 ,000 ,3,52 ,2,28

    485 ,2,150(*) ,311 ,000 ,2,77 ,1,53

    * The mean difference is significant at the .05 level.

    kode N

    Subset for alpha = .05

    1 2 3

    Duncan(a) 729 20 1,35

    485 20 3,50

    131 20 4,25

    Sig. 1,000 1,000 1,000

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

    a Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000.

    Organoleptik Tekstur

    No.

    Tekstur

    392 647 951

    CaCl2 Ca(OH)2 Air

    1 2 4 5

    2 2 3 4

    3 2 4 1

    4 2 5 3

    5 1 4 3

    6 2 5 3

    7 3 4 1

    8 3 2 1

    9 3 2 1

  • No.

    Tekstur

    392 647 951

    CaCl2 Ca(OH)2 Air

    10 4 1 3

    11 5 2 1

    12 4 3 2

    13 2 4 3

    14 3 4 2

    15 4 1 2

    16 5 3 2

    17 1 3 2

    18 3 4 4

    19 5 2 4

    20 4 1 1

    Jumlah 60 61 48

    Rata-rata 3 3,05 2,4

    Anova Tekstur

    ANOVA

    Source of Variation SS df MS F P-value F crit

    Between Groups 5,23333 2 2,61667 1,66184 0,19885 3,15884

    Within Groups 89,75 57 1,57456

    Total 94,9833 59

    H0 : Tidak ada pengaruh perbedaan larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan

    tekstur koktail.

    H1 : Ada pengaruh perbedaan larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan

    tekstur koktail.

    F hitung < F tabel, H0 diterima sedangkan H1 ditolak. Tidak ada pengaruh

    perbedaan larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan tekstur koktail.

  • Organoleptik Rasa

    No.

    Rasa

    178 894 472

    Ca(OH)2 Air CaCl2

    1 2 3 5

    2 4 5 4

    3 1 3 5

    4 1 3 5

    5 1 5 4

    6 2 3 5

    7 4 2 3

    8 1 2 4

    9 1 3 4

    10 4 3 1

    11 4 1 2

    12 3 4 2

    13 4 4 3

    14 3 3 4

    15 2 4 1

    16 4 3 3

    17 1 4 3

    18 2 3 4

    19 4 1 5

    20 1 4 5

    Jumlah 49 63 72

    Rata-rata 2,45 3,15 3,6

    Anova Rasa

    ANOVA

    Source of Variation SS df MS F P-value F crit

    Between Groups 13,4333 2 6,71667 4,33579 0,01767 3,15884

    Within Groups 88,3 57 1,54912

    Total 101,733 59

    H0 : Tidak ada pengaruh perbedaan larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan

    rasa koktail.

    H1 : Ada pengaruh perbedaan larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan rasa

    koktail.

  • F hitung > F tabel, H1 diterima sedangkan H0 ditolak. Ada pengaruh perbedaan

    larutan perendaman terhadap tingkat kesukaan rasa koktail.

    Tabel Uji LSD dan Duncan Rasa

    Dependent Variable: respon

    (I)

    kode

    (J)

    kode

    Mean

    Difference

    (I,J)

    Std.

    Error Sig.

    95% Confidence Interval

    Lower

    Bound

    Upper

    Bound

    LSD 178 472 1,150(*) ,394 ,005 ,36 1,94

    894 ,450 ,394 ,258 ,,34 1,24

    472 178 ,1,150(*) ,394 ,005 ,1,94 ,,36

    894 ,,700 ,394 ,081 ,1,49 ,09

    894 178 ,,450 ,394 ,258 ,1,24 ,34

    472 ,700 ,394 ,081 ,,09 1,49

    * The mean difference is significant at the .05 level.

    respon

    kode N

    Subset for alpha = .05

    1 2

    Duncan(a) 472 20 2,45

    894 20 3,15 3,15

    178 20 3,60

    Sig. ,081 ,258

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

    a Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000.

    VI. PEMBAHASAN

    Pengalengan koktail merupakan salah satu metode pengawetan buah

    dengan cara pengalengan buah dalam larutan gula. Buah-buah yang

    digunakan dalam praktikum ini adalah nenas, papaya, apel, dan bengkuang.

    Buah yang digunakan untuk pengalengan koktail harus memiliki tekstur yang

    keras agar tidak larut dalam air saat perendaman dan hancur saat disterilisasi.

    Perlakuan yang diberikan dalam pengalengan koktail adalah

    perendaman dalam air, larutan CaCl2, dan larutan Ca(OH)2. CaCl2 dan

    Ca(OH)2 merupakan substansi kimia yang dapat melindungi dan

    mempertahankan ketegaran buah (Considine, 1982). Jaringan sel tanaman

  • keras terutama disebabkan adanya gugus karboksil bebas pada komponen

    penyusun dinding sel, yaitu pektin. Proses pengolahan, pemanasan atau

    pembekuan dapat melunakkan jaringan sel tanaman sehingga produk yang

    diperoleh memiliki tekstur yang lunak (Winarno, 1984). Oleh karena itu,

    perendaman buah dalam larutan CaCl2 dan larutan Ca(OH)2 dapat

    memperbaiki tekstur buah koktail.

    Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian secara objektif dan

    subjektif. Pengujian secara objektif meliputi pengujian tekstur buah (dengan

    penetrometer), % brix media (dengan refraktometer), dan pH media (dengan

    pH meter). Sedangkan pengujian secara subjektif meliputi pengujian tekstur,

    kenampakan, dan rasa.

    Tekstur

    Hasil pengujian tekstur secara objektif menunjukkan bahwa buah yang

    direndam dalam air memiliki tekstur yang paling lunak, sedangkan buah yang

    direndam dalam larutan Ca(OH)2 memiliki tekstur yang paling keras. Hal ini

    disebabkan Ca membentuk kompleks Ca-pektin/pektinat sehingga mencegah

    terlarutnya senyawa pektin sehingga tekstur buah tetap keras (Eskin, 1979).

    Hasil pengujian subjektif menunjukkan bahwa perbedaan larutan perendaman

    tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis terhadap tekstur buah.

    Pengujian organoleptik dilakukan pada hari ke-1. Berdasarkan pengamatan

    secara objektif, tekstur buah yang direndam dalam larutan Ca(OH)2 dan

    CaCl2 pada hari ke-1 tidak berbeda jauh sehingga hal itu sesuai dengan

    pengujian secara subjektif. Tekstur buah semakin melunak dengan semakin

    lamanya waktu penyimpanan karena adanya penyerapan media koktail (air

    gula) sebagai media campuran koktail.

    Rasa

    Hasil pengujian rasa secara subjektif menunjukkan bahwa ada

    perbedaan pengaruh perendaman terhadap tingkat kesukaan rasa koktail. Rasa

    koktail yang paling disukai adalah koktail yang direndam dalam larutan

    CaCl2, sedangkan yang paling tidak disukai adalah koktail yang direndam

    dalam larutan Ca(OH)2. Hal ini dikarenakan Ca(OH)2 menyebabkan tekstur

  • buah menjadi keras sehingga larutan gula sukar masuk ke dalam buah yang

    mengakibatkan rasa buah kurang disukai oleh panelis. Rasa koktail dengan

    perendaman air tidak berbeda nyata dengan perendaman CaCl2 dan Ca(OH)2.

    Kenampakan

    Kenampakan koktail yang paling disukai oleh panelis adalah koktail

    dengan perendaman air, sedangkan yang paling tidak disukai oleh panelis

    adalah koktail dengan perendaman Ca(OH)2. Berdasarkan pengamatan secara

    subjektif, buah koktail yang direndam dengan Ca(OH)2 berwarna kehitam-

    hitaman, sedangkan buah koktail yang direndam dengan air memiliki warna

    yang paling cerah. Larutan Ca(OH)2 mengeluarkan banyak panas, dan mudah

    menarik gas asam arang dari udara, sehingga air mudah menjadi keruh

    (Setyowati,2000).

    % Overlap

    Overlap adalah tingkat keterkaitan atau menempelnya bagian cover

    hook dan body hook . Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa % overlap

    baik dari hari ke-1 maupun hari ke-7 memiliki nilai yang lebih rendah

    daripada % overlap minimum (45%) untuk setiap perlakuan. % overlap yang

    rendah menunjukkan bahwa kaleng yang digunakan untuk percobaan ini

    memiliki kualitas yang jelek. Hal ini disebabkan karena proses penutupan

    kaleng kurang baik, sehingga menyebabkan penutupan cover hook dengan

    body hook kurang maksimal yang dapat mempengaruhi produk dikemas di

    dalamnya.

    pH dan %Brix

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pH yang paling tinggi ke

    rendah adalah Ca(OH)2, air, dan CaCl2. Hal ini disebabkan Ca(OH)2 bersifat

    basa sehingga memiliki pH yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

    Tidak ada perubahan pH yang nyata selama penyimpanan.

    % brix untuk setiap perlakuan hampir tidak memiliki perbedaan yang

    nyata. Hal ini disebabkan karena perlakuan perendaman tidak memberikan

    pengaruh terhadap koktail yang dihasilkan, namun hanya berpengaruh

    terhadap warna maupun tekstur.

  • VII. KESIMPULAN

    a. Proses pengalengan koktail yang dilakukan pada praktikum ini kurang

    baik karena % overlap seluruh kaleng lebih kecil dari 45%.

    b. Tekstur buah koktail yang paling keras adalah buah dengan perlakuan

    perendaman Ca(OH)2 dan yang paling lunak adalah buah dengan

    perlakuan perendaman air. Hasil pengujian tekstur secara subjektif tidak

    menunjukkan perbedaan yang nyata.

    c. % brix untuk setiap perlakuan tidak memiliki perbedaan yang nyata.

    d. pH media koktail dengan perendaman Ca(OH)2 memiliki pH tertinggi

    sedangkan pH media dengan perendaman CaCl2 memiliki pH terendah.

    e. Kenampakan koktail dengan perendaman Ca(OH)2 paling tidak disukai

    oleh panelis, sedangkan yang paling disukai adalah dengan perendaman

    air.

    f. Rasa koktail yang paling disukai oleh panelis adalah koktail dengan

    perendaman CaCl2, sedangkan yang paling tidak disukai adalah koktail

    dengan perendaman Ca(OH)2.

    VIII. DAFTAR PUSTAKA

    Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu

    Pangan. Jakarta: UI Press.

    Considine, D.M dan G.D, Considine. 1982. Foods and Food Production

    Encyclopedia. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

    Cruess, W.V., 1958. Commercial Fruit and Vegetable Product. New York:

    Mc Graw Hill Book Company, Inc.

    Eskin, N.A.M, H.M, Henderson, dan R.J, Townsend. 1979. Biochemistry of

    Foods. New York: Academic Press.

    Muchtadi, D., T.R. Muchtadi, dan E. Gumbira, 1979. Pengolahan Hasil

    Pertanian II Nabati. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian,

    Fatemeta, IPB.

    Muchtadi, D. 1995. Teknologi dan Mutu Makanan Kaleng. Jakarta: Pustaka

    Sinar Harapan.

  • Priharto, I.Y., 1991. Laporan Praktek Kerja Pabrik di Pabrik Pengalengan

    Makanan PT. Koki Indocan Sidoarjo. Surabaya: Jurusan Teknologi

    Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik

    Widya Mandala.

    Setyowati, N. A. 2000. Pengaruh Perendaman Konsentrasi Larutan Kapur

    Tohor terhadap Efektifitas Netralisasi Rasa Pahit pada Produk Jelly

    Kulit Buah Manggis. Fakultas Teknik UNNES.

    Susanto, Tri. 1993. Pengantar Pengolahan Hasil Pertanian. Malang :

    Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

    Winarno, F.G., 1994. Sterilisasi Komersial Produk Pangan. Jakarta: PT.

    Gramedia Pustaka Utama.