1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan dan tujuan dari suatu organisasi, sumber daya manusia ini menunjang organisasi dengan karya, bakat, dan dorongan yang dimilikinya. Prestasi kerja merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerja. Hal ini merupakan satu cermin kualitas seorang pekerja. Semakin bagus prestasi kerja seorang pekerja, karyawan, maka semakin berkualitas pekerja atau karyawan tersebut. Pada sisi lainnya, bagaimana seorang pemimpin mengarahkan dan membimbing para pekerja ternyata mempunyai andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pekerja atau karyawan dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Dengan kata lain, ada pengaruh gaya kepemimpinan seorang pemimpin terhadap prestasi kerja. Pemimpin adalah sosok panutan yang secara sepakat dijadikan sebagai orang terdepan dari kegiatan hidup. Sosok ini mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan perlindungan dan bantuan secara pribadi dan mengelola kegiatan agar dapat mencapai tujuan yang sudah diprogramkan. Dan, selanjutnya hal tersebut dapat menentukan tingkat karier pekerja atau karyawan. Setiap pemimpin mempunyai gaya tersendiri dalam menyelenggarakan kegiatan dalam kelompoknya. Gaya memimpin seseorang sangat menentukan tingkat keberhasilan kerja dari pekerja atau karyawannya. Semakin baik gaya kepemimpinannya, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan kerja karyawannya. Kepemimpinan dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut- pengikutnya untuk bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan mereka. Seorang pimpinan selalu mempunyai wewenang untuk memerintah bawahan dengan gaya kepemimpinannya masing-masing. Dan bawahan akan menerima perintah tersebut dengan pandangan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai
keberhasilan dan tujuan dari suatu organisasi, sumber daya manusia ini menunjang organisasi
dengan karya, bakat, dan dorongan yang dimilikinya. Prestasi kerja merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi oleh setiap pekerja. Hal ini merupakan satu cermin kualitas seorang pekerja.
Semakin bagus prestasi kerja seorang pekerja, karyawan, maka semakin berkualitas pekerja
atau karyawan tersebut.
Pada sisi lainnya, bagaimana seorang pemimpin mengarahkan dan membimbing para
pekerja ternyata mempunyai andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pekerja atau
karyawan dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Dengan kata lain, ada pengaruh
gaya kepemimpinan seorang pemimpin terhadap prestasi kerja.
Pemimpin adalah sosok panutan yang secara sepakat dijadikan sebagai orang terdepan
dari kegiatan hidup. Sosok ini mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan
perlindungan dan bantuan secara pribadi dan mengelola kegiatan agar dapat mencapai tujuan
yang sudah diprogramkan. Dan, selanjutnya hal tersebut dapat menentukan tingkat karier
pekerja atau karyawan.
Setiap pemimpin mempunyai gaya tersendiri dalam menyelenggarakan kegiatan dalam
kelompoknya. Gaya memimpin seseorang sangat menentukan tingkat keberhasilan kerja dari
pekerja atau karyawannya. Semakin baik gaya kepemimpinannya, maka semakin tinggi
tingkat keberhasilan kerja karyawannya.
Kepemimpinan dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut-
pengikutnya untuk bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh pimpinan mereka. Seorang pimpinan selalu mempunyai wewenang untuk
memerintah bawahan dengan gaya kepemimpinannya masing-masing. Dan bawahan akan
menerima perintah tersebut dengan pandangan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena
2
faktor perbedaan latar belakang pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat.
Seorang pimpinan harus mampu menyikapi permasalahan yang timbul dalam perusahaan atau
organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian, seorang pimpinan harus mampu mengatasi
berbagai macam masalah baik yang menyangkut perusahaan maupun yang menyangkut
karyawannya agar terbina semangat kerja yang tinggi, dengan semangat tersebut, maka
output yang dihasilkan dapat memberikan kontribusi yang besar baik bagi karyawan maupun
perusahaan itu sendiri. Pemimpin mengalihkan rencana-rencana menjadi kegiatan dan
membuat rencana-rencana tersebut menjadi kenyataan. Pemimpin mengadakan komunikasi
dengan rekan-rekan dan bawahannya untuk menyampaikan rencana tersebut, menjelaskan
tujuannya, memberitahukan tugas masing-masing dan berusaha membangkitkan semangat
kerja.
Indonesia sedang marak menggalakkan demokrasi di segala bidang. Perusahaan tentunya
juga tidak ketinggalan melakukan berbagai adaptasi untuk menciptakan iklim demokrasi di
lingkungannya.
Jika dahulu hanya atasan saja yang bisa berpendapat, maka sekarang banyak perusahaan
membuka peluang karyawan dari berbagai tingkatan untuk menyampaikan pemikirannya.
Lebih jauh lagi, karyawan di berbagai level bisa menilai kinerja dari orang disekitarnya, baik
itu rekan, bawahan, bahkan atasan.
Bagaimana hal ini terjadi?
Penggunaan evaluasi 360 derajat telah memungkinkan iklim demokrasi masuk ke jantung
perusahaan. Dalam evaluasi ini setiap orang menilai atasan, rekan kerja, dirinya dan
bawahan. Setiap orang juga dinilai oleh atasan langsung, bawahan dan rekan kerja.
Karena pemimpin yang demokratis merupakan pemimpin yang harus menghindari
terjadinya sikap mendominasi dalam pengambilan keputusan. Ada beberapa permasalahan
dalam kepemimpinan demokratis, salah satu masalah yang berlarut adalah masalah
kedisiplinan dan ketidak patuhan. Banyaknya pegawai yang tidak berada di kantor pada
jam kerja tanpa alasan yang jelas, ketidak hadiran, keterlambatan datang maupun
pulang lebih awal dari yang seharusnya menjadi sebuah kebiasaan yang tidak terkontrol.
Kondisi saat ini menunjukkan mulai berkurangnya semangat para pegawai untuk
hadir bekerja. Sedangkan kemungkinan pegawai sengaja tidak menggunakan mesin
absen untuk mendata kehadirannya juga merupakan berkurangnya keinginan atau
3
semangat pegawai untuk mematuhi peraturan perusahaan yang berlaku. Selain
ketidakhadiran terdapat masalah keterlambatan dan pulang lebih awal dari yang
seharusnya yang tidak di data secara tertulis oleh perusahaan.
Namun demikian, kedua hal tersebut terus berlangsung dan berangsur menjadi
kebiasaan bagi para pegawai. Kebiasaan yang tidak sehat ini jelas merupakan salah
satu kerugian perusahaan dalam segi waktu yang berpotensi menurunkan hasil kinerja
pegawai tersebut.
Motivasi pemimpin sangat menetukan semangat kerja pegawai karena dengan
semangat kerja yang tinggi, suatu pekerjaan dapat diselesaikan secara giat dan tujuan
organisasi akan dapat terealisasi secara lebih cepat dan lebih baik. Namun untuk
mempengaruhi orang lain/bawahannya, sebelum kekuasaan itu digunakan seorang
pemimpin harus terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada bawahannya baik dengan
memberi imbalan/hadiah terhadap yang bekerja lebih giat, memberi pujian, maupun
dengan memenuhi kebutuhan karyawan tentunya yang sewajarnya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kepemimpinan, demokrasi, dan kepemimpinan demokratis ?
2. Apa saja ciri-ciri pemimpin yang demokratis ?
3. Apa perbedaan kepemimpinan demokratis dengan otoriter ?
4. Bagaimana pemimpin demokratis yang efektif ?
5. Bagaimana demokratisasi pada perusahaan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan demokratis
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang
demokratis
3. Untuk mengetahui perbedaan antara pemimpin yang demokratis dengan pemimpin
yang otoriter.
4. Untuk mengetahui seperti apa pemimpin demokratis yang efektif
5. Untuk mengetahui bagaimana demokratisasi pada perusahaan
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan Demokratis
2.1.1 Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalammenentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan memperbaiki kelompok dan
budayanya (Veithzal Rivai, 2006).
Selain itu juga mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut moncoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Dalam hal ini
usaha menyamakan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang
yang akan dipengaruhi menjadi sangat penting kedudukannya.” (Thoha, 2001:49).
Menurut Manullang dan Mariho Manullang (2001) kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk berguna mewujudkan tujuan-tujuan yang
ditentukan.
Dengan melihat uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa unsur yang terdapat pada defenisi
tersebut :
1.) Kemampuan mempengaruhi orang lain ;
2.) Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan dan orang lain ;
3.) Untuk mencapai tujuan organisasi ;
4.) Menitikberatkan pada kemampuan seseorang dalam memimpin.
Kepemimpinan merupakan proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau
kelompok dalam usahanya mencapai tujuan di situasi tertentu (Wahjosumidjo, 1994).
Adapun ciri-ciri pemimpin menurut Rodger D. Collons dalam Husein (2001) adalah sebagai
berikut :
1.) Kelancaran bahasa ;
5
2.) Kemampuan memecahkan masalah ;
3.) Kesadaran dan kebutuhan ;
4.) Keluwesan ;
5.) Kecerdasan ;
6.) Kesediaan menerima tanggung jawab ;
7.) Keterampilan sosial ;
8.) Kesadaran akan diri dan lingkungan.
b. Gaya Kepemimpinan
Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999)
Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat
(pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.
C. N. Cooley (1902)
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan pada kesempatan
lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan akan ditemukan kecenderungan
yang memiliki titik pusat.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Ada 8 teori kepemimpinan, salah satu
yang akan saya bahas disini adalah Teori Gaya Kepemimpinan Demokratis.
2.1.2 Demokratis
Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahaan dalam sebuah negara dengan kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung atau melalui perwakilan. Kata
demokrasi itu sendiri berasal dari Yunani, yaitu dēmokratía yang terbentuk dari kata dêmos
yang berarti rakyat, dan Kratos yang berarti kekuasaan, sehingga kata dēmokratía berarti
kekuasaan rakyat.
6
Demokratis dapat digambarkan melalui ciri dari suatu kelompok/masyarakat yang memiliki
unsur-unsur popular sovereignty, freedom, equality, individualism dan social responsibility.
Secara sederhana, popular sovereignty dapat diartikan memutuskan suatu permasalahan
berdasarkan kesepakatan bersama antara anggota kelompok. Kesepakatan ini dapat
persetujuan seluruh anggota (consensus model), berdasarkan suara terbanyak (majority rules
model), atau berdasarkan pengaruh dari anggota atau yang memiliki pengaruh lebih dalam
kelompok tersebut (influence model).
Menurut H. Harris Soche (Yogyakarta : Hanindita, 1985)
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekusaan pemerintahan itu melekat
pada diri rakyat atau diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak
untuk mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan
orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
Menurut Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.
Menurut International Commission of Jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-
keputusan politik diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh
mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang
bebas.
Menurut C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.
7
2.1.3 Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan
dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin yang demokratik biasanya
memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen
organisasi. Pemimpin menempatkan dirinya sebagai pengontrol, pengatur dan pengawas dari
organisasi tersebut dengan tidak menghalangi hak-hak bawahannya untuk berpendapat. Dia juga
berfungsi sebagai penghubung antar departemen dalam suatu organisasi. Organisasi yang dibuat
dengan teori demokratis ini pun memiliki suatu kelebihan, dimana setiap tugas dan wewenang dari
pengurus organisasi tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga jelas bagian-bagian tugas dari masing-
masing pengurus, yang mana nantinya tidak akan terjadi campur tangan antar bagian dalam organisasi
tersebut. Pembagian tugas ini juga sangat efisien dan efektif bila diterapkan dalam suatu organisasi
dimana tujuan utama dari organisasi adalah tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara
luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya sebagai indikator,
hubungan dengan bawahannya bukan sebagai majikan terhadap pembantunya, melainkan
sebagai saudara tua diantara temen-teman sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu
berusaha menstimulasi bawahannya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, selalu berpangkal pada kepentingan dan
kebutuhan kelompoknya, serta mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan
kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin yang demokratis mau menerima
bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang
dapat membangun dari para bawahan yang diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan
bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
8
2.2 Ciri-Ciri Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis berciri:
1. Wewenang pimpinan tidak mutlak
Yaitu keputusan pimpinan bisa dipengaruhi oleh masukan dari bawahan, bukan sebagai
bentuk interferensi, dalam hal ini lebih ditekankan dari asas musyawarah
2. Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
Tidak semua keputusan bergantung pada pimpinan semata. Bawahan memiliki wewenang
untuk membuat keputusan, namun masih berada dalam batas sewajarnya
3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Setiap keputusan yang diambil tidak hanya berasal dari pimpinan mutlak, namun telah
dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama bawahannya
4. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
5. Komunikasi berlangsung timbal balik
Komunikasi antara pimpinan dan bawahan berlangsung dengan baik, tanpa adanya rasa takut
atau canggung karena jabatan
6. Pengawasan dilakukan secara wajar
Pemimpin tidak melakukan pengawasan kegiatan secara over atau over protective, sehingga
tidak ada tekanan pada bawahan saat melakukan kegiatannya, bawahan pun menjunjung
tinggi kepercayaan yang diberikan atasannya
7. Prakarsa datang dari pimpinan maupun bawahan
Pemrakarsa dari suatu kegiatan yang bermanfaat bagi organisasi tersebut tidak hanya
berasal dari pimpinan, bawahan pun diberikan hak yang seluas-luasnya untuk
memprakarsai sesuatu yang berdampak positif bagi organisasi tersebut
8. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat
9. Bawahan bebas untuk berpendapat sesuai dengan asas demokrasi
10. Tugas diberikan bersifat permintaan
Tugas yang diberikan pimpinan bisa berasal dari permintaan bawahan yang tentunya
berdampak positif bagi organisasi tersebut
11. Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan dan bawahan tidak selalu saling memuji atau mengkritik, kedua-duanya
berjalan seimbang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut
12. Pimpinan mendorong prestasi bawahan
9
13. Kesetiaan bawahan secara wajar
Bawahan tidak bersifat sebagai budak yang selalu manut pada atasannya, namun
bawahan tetap memiliki rasa hormat yang tinggi pada atasannya
14. Memperhatikan perasaan bawahan
Pemimpin bersikap mengayomi kepada bawahan, sehingga pemimpin mengerti apa
masalah yang ada pada bawahan, sehingga pemimpin bisa mengambil kebijakan
dengan segera
15. Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai
16. Suasana yang selalu harmonis dalam lingkungan organisasi
17. Tanggung jawab dipikul bersama
Kelebihan yang paling utama, yaitu saling bekerja sama dalam mencapai tujuan
organisasi
2.3 Pemimpin Demokratis yang Efektif
Pemimpin Demokrasi yang efektif adalah :
Mau terus belajar
Pemimpin tidak boleh hanya puas dengan apa yang sudah ia miliki saat ini. Ia harus
belajar terus menerus agar lebih memiliki wawasan yang luas dan bisa menularkan
ilmu-ilmunya kepada bawahannya.
Berorientasi pada pelayanan
Pembeli merupakan raja yang harus kita hormati dan kita istimewakan. Karena
melalui pembeli, usaha yang kita miliki akan tersebar luas. Oleh sebab itu, pelayanan
yang mengutamakan kepuasan pengunjung sangatlah penting untuk memajukan usaha
yang kita miliki. Pemimpin wajib mengorientasikan organisasi atau perusahaannya
agar memiliki pelayanan yang sangat baik kepada pelanggannya.
Memberikan energi positif
Setiap pemimpin harus mampu memberikan energi yang baik kepada bawahannya.
Agar bawahan selalu memiliki semangat kerja yang kuat. Pemimpin bisa selalu
bersifat adil dan ramah kepada bawahannya, agar bawahan tidak memiliki rasa malas
10
untuk bekerja. Karena ia akan merasa sangat menghargai pemimpinnya yang mampu
memberikan energi positif bagi mereka.
Mempercayai orang lain
Kepercayaan seorang pemimpin kepada bawahan sangatlah penting, karena bawahan
akan selalu berusaha lebih baik dalam menjalankan pekerjaannya ketika pemimpin
memberikan kepercayaan kepada mereka, dan pemimpin percaya bahwa mereka
mampu menjalankan tugas yang sudah diberikan. Jika seorang pemimpin tidak
percaya kepada bawahannya, maka bawahan tidak bisa mengeluarkan kemampuannya
secara total, sehingga akan menghambat ide-ide baru yang muncul dari pikiran
mereka.
Memiliki keseimbangan hidup
Pemimpin yang memiliki keseimbangan dalam hidupnya dapat menjadi pemimpin
yang berkharismatik. Keseimbangan hidup merupakan keadaan dimana antara
kemampuan intelegensi, spiritual dan emotional berada pada kedudukan sama rata. Ia
pintar, namun tidak lupa akan Tuhan nya, dan mampu mengendalikan emosi nya
kepada bawahan-bawahan ketika mereka sedang memimpin.
Jujur pada diri sendiri
Tidak ada gunanya ketika seorang pemimpin tidak bisa jujur, apalagi terhadap dirinya
sendiri. Karena kejujuran merupakan kunci utama keberhasilan. Pemimpin yang
mampu jujur pada dirinya sendiri pasti juga akan jujur terhadap apa yang ia pimpin.
Mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru
Setiap hari harus merupakan sesuatu yang baru bagi seorang pemimpin, agar mereka
selalu memiliki semangat yang tinggi dalam setiap langkahnya. Untuk mengatasi
kebosanan dalam memimpin, diperlukan hal-hal baru di setiap harinya. Seperti ide-ide
yang selama ini belum pernah terpikir, tantangan baru dalam perusahaannya atau yang
lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan sharing bersama bawahannya. Mengingat
pemimpin yang demokratis merupakan pemimpin yang mempertimbangkan saran dari
bawahannya.
Memegang teguh prinsip
11
Seorang pemimpin pasti memiliki prinsip dalam hidupnya dan pada apa yang ia
pimpin. Prinsip tersebut harus selalu dipegang teguh, jangan sampai terlepas.
Karenadengan prinsip, kita mampu mencapai tujuan-tujuan yang ingin kita capai
dalam usaha kita. Ketika seorang pemimpin tidak memiliki prinsip, maka apa yang
akan terjadi? Usaha yang mereka pimpin tidak akan memiliki waktu yang lama,
mereka tidak memiliki pendirian yang tepat dalam memimpin suatu perusahaan,
sehingga mudah bagi musuh untuk menghancurkan usaha yang mereka pimpin.
Menjadikan sinergi sebagai prinsip memimpin
Seorang pemimpin lahir untuk masa depan yang lebih baik, dan dia memiliki
anugerah untuk menjadi mujizat bagi semua orang yang mempercayainya. Sinergi
sebagai prinsip kepemimpinan akan menjadikan dia sebagai seorang pemimpin yang
mampu memeluk erat - erat semua keragaman bersama semua kebaikan dalam satu
fungsi yang menyatukan dia dengan semua orang yang dia pimpin dalam satu
kekuatan besar yang optimal untuk menghasilkan kinerja terbaik kepemimpinannya.
Sinergi sebagai prinsip kepemimpinan akan merangsang sebuah kekuatan
maha dahsyat bagi kekuatan kepemimpinan untuk menjadi penghubung paling andal
di antara satu kepentingan dengan kepentingan lain dalam satu hubungan harmonis
yang luas. Sinergi sebagai prinsip kepemimpinan tidak akan menjadikan
kepemimpinan sebagai sebuah konsep formalitas saja, melainkan menjadikannya
sebagai sosok sentral yang paling penting untuk memberdayakan, menyatukan,
menggerakkan, dan menghasilkan kinerja tertinggi.
Sinergi merupakan hubungan yang melebihi hubungan apapun, dan sinergi ada
di dalam semua aspek kepemimpinan setiap orang. Tanpa sinergi positif
kepemimpinan seseorang akan terasa gersang dan tidak kreatif. Sinergi sebagai
hukum alam yang menciptakan empati khusus antara seorang pemimpin dengan
kehidupannya dalam mengelola semua keragaman, dan perbedaan yang harus dia
pimpin. Sinergi mengajarkan prinsip untuk menghargai semua perbedaan, dan
mengurangi semua kelemahan agar dapat menciptakan proses kreatifitas tingkat tinggi
untuk mendorong semua orang yang terlibat menjadi lebih berkontribusi terhadap
masa depan yang lebih cerah.
12
Sinergi selalu akan merangsang pemikiran seorang pemimpin untuk
menghindari bekerja bersama organisasi usang yang statis dan secara proaktif bekerja
bersama organisasi terbarukan yang dinamis. Sinergi juga mengarahkan seorang
pemimpin untuk selalu memiliki kemampuan belajar, dan terlibat secara aktif dalam
proses perjalanan sukses yang berkesinambungan.
Pemimpin yang menjadikan sinergi sebagai prinsip kerja kepemimpinannya
akan selalu bekerja dengan melihat persepsi banyak orang dalam wawasan yang luas
terhadap semua kenyataan yang ada, menjadi seorang penggerak organisasi yang
mampu membangkitkan antusiasme dan motivasi tertinggi banyak orang, mampu
menjadi pengikat kekuatan emosional semua orang untuk berjuang menghasilkan
karya terbaik, mampu membangun budaya kerja yang berprinsip kepada cara
berkomunikasi positif secara sinergistik, dimana semua orang secara tulus membuka
pikiran, hati, dan keyakinan untuk semua potensi baru, alternatif baru, pilihan baru,
dan semua ini untuk menciptakan keyakinan dan kepercayaan tinggi agar semua
upaya kreatifitas menjadi wujud nyata. Dia seorang pemimpin yang mampu
melibatkan semua orang untuk mendapatkan jawaban dan hasil terbaik dari setiap
tugas yang mereka kerjakan, dia juga seorang pemimpin yang secara cerdas mampu
melakukan pendistribusian kerja melalui kekuasaan dan kontrol yang jelas dan
sederhana.
Sinergi sebagai prinsip kepemimpinan akan mendorong pemimpin untuk
mengembangkan semua potensi kemampuan sumber daya, khususnya sumber daya
manusia menjadi lebih dinamis dan kreatif dalam menjawab semua tantangan yang
muncul. Dia seorang pemimpin yang muncul untuk mengelola semua kekuatan dan
menghilangkan semua kelemahan dalam sebuah proses kerja yang selalu lebih peduli
kepada kesatuan dan keutuhan sumber daya manusianya dalam sebuah hubungan
kerja yang harmonis dan super kreatif.
Sinergi sebagai prinsip kepemimpinan mengajarkan pembaruan dan perubahan
ke arah masa depan yang lebih baik, yang akan menjadi prioritas utama. Sinergi
sebagai prinsip kepemimpinan menjadikan semua perbedaan untuk dimanfaatkan
secara maksimal dalam upaya menghasilkan kinerja unggulan, dan mengatasi semua
hambatan dan kelemahan melalui cara kerja terefektif yang terukur risikonya secara
detail.
13
Sinergi sebagai prinsip kepemimpinan membungkus watak dan karakter
seorang pemimpin dengan nilai - nilai kerja yang jelas dan terdefinisi untuk dapat
diberdayakan oleh semua orang dalam upaya menemukan sasaran kerja yang tepat
sasaran, sesuai dengan misi, dan visi organisasi.
Sinergi sebagai prinsip kepemimpinan harus menjadi andalan kesuksesan
kolaborasi kerja antara pemimpin dengan semua kekuatan sumber dayanya, sebagai
pemimpin ia harus menunjukkan kekuatan dirinya untuk bekerja melewati semua
batasan dan mampu membangun hubungan kerja yang harmonis antara unit kerja
dalam sebuah rangkaian gerbong organisasi yang utuh dan penuh. Sinergi tidak
pernah mengajarkan untuk terpisah - pisah, sinergi selalu berprinsip menjadikan
semua kekuatan organisasi dalam bentuk unit kerja - unit kerja menjadi satu kesatuan
utuh dan penuh dalam bentuk organisasi besar.
Pemimpin dalam sinergi sebagai prinsip kepemimpinan akan selalu
berkosentrasi dan berfokus untuk membangun persepsi yang sama, menjadi motivator
ulung dalam menggerakkan sumber daya, dan memberdayakan semua peran dan
fungsi kerja secara optimal dalam komunikasi yang sinergistik. Keterampilan sumber
daya manusia untuk membentuk hubungan kerja yang bersinergi di dalam keutuhan
organisasi, akan membawa manfaat besar dalam konsep sinergi sebagai prinsip
kepemimpinan.
Sinergi sebagai prinsip kepemimpinan diharapkan dapat mewujudkan
kemitraan kerja antara semua kekuatan dan potensi sumber daya manusia dalam
sebuah semangat dan motivasi kerja yang mengedepankan keharmonisan hubungan
kerja yang efektif, kreatif, dan efi sien dalam sebuah sinergi yang tulus, ikhlas, dan
cerdas.
Selalu memperbaharui diri
Pemimpin yang terus-menerus pada perjalanan pengembangan diri dan tidak rentan
terhadap tiba. Ini berarti mereka tahu mereka selalu meningkatkan keterampilan dan
kualitas mendasar untuk memastikan mereka mengembangkan tingkat penguasaan
dalam 3 kunci kepemimpinan pertama mendasar.
Menjadi seorang pemimpin membutuhkan komitmen, disiplin, cinta apa yang mereka
lakukan, dan etos kerja yang tak tertandingi terfokus. Mereka melakukan apa yang
14
mereka sukai, disiplin dalam tugas-tugas di tangan dan fokus selama waktu kerja
mereka.
2.4 Perbedaan Kepemimpinan Demokratis dan Otoriter
Bidang urusan Otoriter Demokratis
Pembuat perencanaan Pemimpin Pemimpin & kelompok
Pemecah masalah Pemimpin Pemimpin & kelompok
Pembuat keputusan Pemimpin Pemimpin & kelompok
Arah komunikasi Ke bawah Bawah,atas,menyilang
Tanggung jawab Pemimpin Pemimpin & kelompok
Tanggung jwb akhir Pemimpin Pemimpin
Kepercayaan Tidak ada Tinggi
Hubungan Rendah Tinggi
Wewenang Tidak ada Banyak
Manajemen krisis Baik Buruk
Perubahan Buruk Baik
2.5 Demokratisasi pada Perusahaan
Sedikit perusahaan modern yang dijalankan dengan cara demokratis. Proses
demokratis dalam perusahaan tidak berhubungan dengan kotak suara atau pembuatan
keputusan dengan referendum. Ini lebih mengenai memanfaatkan energi dan kreativitas
perusahaan, menciptakan suatu lingkungan yang mendukung perubahan dan adaptasi dan
yang memberdayakan dan mendorong para kolega untuk membuat kontribusi.
Gary Hamel, penulis bisnis dan mitra penelitian di Harvard Business School,
mengingatkan kita tentang sejumlah kebenaran yang diterima secara umum tentang dunia
15
modern: kekuatan pasar bebas dan kemampuannya untuk memecahkan bahkan masalah
alokasi yang paling rumit sekalipun; kebutuhan akan keragaman dalam ekosistem apapun
sehingga perusahaan bisa beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah; keharusan
bagi para individu untuk bekerja karena mereka termotivasi untuk meningkatkan
kehidupannya dan bukan karena mereka diperintah untuk melakukan demikian.
Kekuatan yang amat kuat ini masih hanya dimanfaatkan secara kurang sempurna dalam
perusahaan-perusahaan modern.
Hamel mengemukakan bahwa terdapat sangat sedikit pemimpin yang sempurna dan
kelebihan proses demokratis ialah bahwa proses-proses ini mengkompensasi terbatasnya
jumlah pemimpin yang sempurna dengan cara memaksimalkan “orang-orang jenius
dalam diri orang awam”.
Tantangan sebenarnya bagi pemimpin bukan pada usaha menjadi pemimpin yang
sempurna tetapi pada pendirian struktur yang memungkinkan perusahaan untuk tumbuh
dan berkembang dengan kepemimpinan mereka yang kurang dari sempurna. Kelebihan
utama insitusi demokratis ialah kapasitas mereka untuk dapat beradaptasi dan
berkembang.
Hal ini, menurut Hamel, memberikan kita beberapa aturan desain untuk perusahaan
modern: “Pemimpin harus benar-benar bertanggung jawab terhadap pegawai di garis
depan; para pegawai ini harus merasa bebas untuk mengemukakan hak untuk tidak setuju;
pembuatan kebijakan harus didesentralisasi sejauh memungkinkan; aktivisme harus
dianjurkan dan dihargai.”
Demokrasi dalam perusahaan tidak berhubungan dengan pengambilan segala
keputusan dengan kotak suara. Ini lebih berkaitan dengan bagaimana memungkinkan
orang-orang cerdas dalam perusahaan sebagai satu kesatuan untuk bisa mempengaruhi
masa depan perusahaan. Pasar bebas dan institusi demokrasi memiliki daya adaptasi yang
tidak terbatas. Sejarah membuktikan bahwa usaha-usaha untuk mengendalikan semuanya
dengan kendali terpusat berakhir dengan kegagalan yang
mengenaskan. Pemimpin sebaiknya tidak merasa terancam oleh proses demokratisasi.
Perusahaan harus dipandu, bukan dikendalikan, oleh pemimpin. Para kolega harus
diundang untuk berkontribusi dan bahkan menyuarakan ketidaksetujuan tetapi tidak satu
orang pun memiliki hak untuk menghalangi. Para kolega akan merasa diberdayakan saat
pendapat mereka diminta dan dimasukkan ke dalam perilaku perusahaan. Perusahaan
16
yang dipandu dengan baik akan mampu beradaptasi dengan lingkungannya dengan cara
yang paling efisien.
2.6 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap Kepuasan Kerja
Setiap pemimpin dari organisasi atau perusahaan yang satu dengan yang lain mempunyai
perbedaan dalam penerapan gaya kepemimpinan, yang mana penerapan gaya kepemimpinan
itu memberikan pengaruh kepada para bawahan terutama terhadap kepuasan kerja yang
dinyatakan dengan sikap bawahan terhadap pekerjaannya.
Menurut penelitian yang diakukan oleh Branca dalam Efendi (2004:33), pada gaya
kepemimpinan demokratis bawahan bekerja dengan penuh kegairahan. Sedangan pada gaya
kepemimpinan otoriter bawahan bekerja penuh dengan perasaan tertekan dan bahkan sering
terjadi ketegangan antara bawahan, dan pada gaya kepemimpinan laissez faire bawahan
bekerja secara tidak teratur. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa penerapan gaya
kepemimpinan akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja bawahan.
2.7 Kekurangan dan Kelebihan Kepemimpinan Demokratis
a. Kelebihan :
Kelebihan dari kepemimpinan demokratis adalah seorang pemimpin memberikan
kebebasan pada anggota kelompok untuk menentukan tujuan mereka sendiri,sehingga
staf-stafnya dapat berkembang untuk meraih tujuan bersama.
1. Memberikan kebebasan yang besar kepada kelompok untuk mengadakan kontrol
terhadap supervisor.
2. Merasa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan.
3. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengabn catatn bila
situasi memungkinkan.
4. Pemimpin dan bawahan dapat saling mengenal dan mengerti lebih dalam tentang
hubungan kemanusiaan. Bawahan dapat membantu pemimpin dalam menghapi persoalan,
jadi dapat saling mengisi kekurangan dan dapat saling mengisi.
17
b. Kekurangan :
1. Memberikan kebebasan yang besar kepada kelompok untuk mengadakan kontrol
terhadap supervisor.
2. Merasa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan.
3. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengabn catatn bila
situasi memungkinkan.
4. Pemimpin dan bawahan dapat saling mengenal dan mengerti lebih dalam tentang
hubungan kemanusiaan. Bawahan dapat membantu pemimpin dalam menghapi persoalan,
jadi dapat saling mengisi kekurangan dan dapat saling mengisi.
Karena di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya
kepada para stafnya, maka mereka memiliki banyak sekali pendapat yang berbeda,sehingga
pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui
kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara
anggota forum dengan pemimpin.
Contoh permasalahan dalam perusahaan yang kepemimpinnya demokratis :
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) merupakan sebuah Badan Usaha Milik
Negara yang sangat berperan bagi masyarakat di seluruh penjuru Indonesia. Perusahaan ini
begitu besar karena merupakan satu-satunya pemasok tenaga listrik resmi dari pemerintah
kepada rakyat Indonesia.
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang bertugas mamasok kubutuhan tenaga
listrik khusus untuk wilayah Sumatera adalah PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat
Pengaturan Beban Sumatera (P3BS). Organisasi ini bukanlah organisasi yang benar-
benar baru karena P3BS merupakan penggabungan fungsi Penyaluran dari PT. PLN
(Persero) Pembangkit dan Penyalur Sumatera Bagian Utara dan Selatan.
Manager dan Assistant Manager di PT. PLN (Persero) UPT Pekanbaru selalu
memperlakukan karyawannya dengan manusiawi, mengakui dan menjunjung harkat dan
martabat karyawannya yang berarti bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas hanya
pada kebutuhan yang bersifat materi, tetapi kebutuhan yang bersifat non materi seperti
promosi, kebutuhan untuk memperoleh kesempatan, mengem bangkan potensi dan
perilaku mendorong para bawahannya menumbuhkan serta mengembangkan daya inovatif
18
dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh mendengarkan pendapat, saran serta
kritikan orang lain terutama para bawahannya, adapun gaya kepemimpinan yang cocok
diterapkan di PT. PLN UPT Pekanbaru adalah gaya kepemimpinan demokratis, yang
mana pemimpin harus menghindari terjadinya sikap mendominasi dalam pengambilan
keputusan.
Salah satu masalah yang berlarut adalah masalah kedisiplinan dan ketidak
patuhan. Banyaknya pegawai yang tidak berada di kantor pada jam kerja tanpa alasan
yang jelas, ketidak hadiran, keterlambatan datang maupun pulang lebih awal dari yang
seharusnya menjadi sebuah kebiasaan yang tidak terkontrol.
Masalah kedisiplinan dan ketidakpatuhan yang terjadi di PT. PLN (Persero) UPT
Pekanbaru dapat dikatakan sebagai penurunan semangat kerja pegawai. Resiko dari hal
ini adalah jelas akan mempengaruhi hasil atau kinerja dari para pegawai tersebut.
Selain mempengaruhi kinerja pegawai, turunnya semangat kerja dapat
mengakibatkan kejenuhan dan keputus asaan pegawai akan harapannya terhadap
perusahaan. Kejenuhan akan membuat pegawai mencari alternatif kegiatan lainnya
disela waktu kerja mereka. Sedangkan keputus asaan akan membuat pegawai berhenti
berharap pada perusahaan dan akhirnya mencari pekerjaan lain.
Kekurangan dan masalah ketidakdisiplinan serta ketidakpatuhan seharusnya tidak
terjadi di perusahaan yang cukup besar ini. Terlebih perusahaan ini mempunyai seorang
pemimpin yang seharusnya mencegah hal-hal tersebut terjadi dengan kepemimpinannya.
Motivasi pemimpin sangat menetukan semangat kerja pegawai karena dengan
semangat kerja yang tinggi, suatu pekerjaan dapat diselesaikan secara giat dan tujuan
organisasi akan dapat terealisasi secara lebih cepat dan lebih baik.
Namun untuk mempengaruhi orang lain/bawahannya, sebelum kekuasaan itu
digunakan seorang pemimpin harus terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada
bawahannya baik dengan memberi imbalan/hadiah terhadap yang bekerja lebih giat,
memberi pujian, maupun dengan memenuhi kebutuhan karyawan tentunya yang
sewajarnya.
19
Cara memkasimalkan kepemimpinan yang demokratis
Seorang pemimpin yang demokratis tidak akan mampu mencapai tujuannya apabila
tidak didukung oleh pengikut-pengikutnya yang demokratis juga .
Demokratis merupakan istilah yang sering kita pahami sebagai satu hal yang sangat
positif. Dalam perjalanan kepemimpinan di negeri ini, kita menganut tipe kepemimpinan
yang demokratis. Meskipun begitu, terkadang masih banyak pemimpin yang tidak memahami
makna atau arti yang mendalam dari arti kata demokrasi itu sendiri. Untuk itu, penting bagi
pemimpin menyadari betapa syarat makna dari arti itu dan perlu pengorbanan dalam
mengaplikasikan hal tersebut.
Tanpa pemahaman terhadap makna demokratis itu, maka sulit baginya untuk
mengimplementasikan dalam aktivitasnya sebagai pemimpin. Pemimpin yang demokratis
tentu perlu melakukan upaya-upaya agar segala tindak tanduk dan perilakunya menjadikan
dirinya sosok yang menjadi panutan.
Bila dicermati, banyak pemimpin yang secara teori dan pengetahuan tahu apa arti
demokratis. Namun, pada saat praktik dan aplikasinya sangat bertentangan dengan yang
seharusnya. Akan tetapi ada kemungkinan pemahaman sosok pemimpin terhadap apa yang
dia katakan benar-benar sangat sulit untuk dibuktikan dengan perilakunya. Memang tidaklah
mudah untuk melakukan satu kata dengan perbuatan.
Istilah pemimpin secara umum merupakan interaksi antara dua atu lebih anggota
dalam suatu institusi. Interaksi tersebut cenderung sering melibatkan bentuk dari situasi dan
persepsi dari setiap anggota kelompok tersebut.
Berkaitan dengan istilah umum tersebut menunjukkan bahwa jika seorang pemimpin
hendak memimpin secara demokratis maka perlu menciptakan interaksi yang melibatkan
setiap anggota dalam kelompok.
Kendala-kendala dan hambatan dapat terjadi saat pemimpin menjalankan
kepemimpinannya. Meskipun terkadang, sosok pemimpin „merasa‟ dan „menunjukkan‟
bahwa dirinya telah melakukan yang maksimal untuk kelompoknya. Akan tetapi, hal tersebut
bisa saja diterima oleh orang yang dipimpinnya.
20
Perbedaan persepsi inilah yang dapat mengganggu jalannya setiap tugas yang
diberikan. Kendala tersebut di antaranya adalah interupsi yang sangat bertolak belakang atau
berseberangan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin. Kendala ini menjadikan
tidak kuatnya hubungan keduanya. Kendala lain adalah pemimpin yang tidak memberikan
dukungan kepada orang-orang yang dipimpinnya agar dapat menciptakan hubungan yang
positif.
Pemimpin yang demokratis harus mampu untuk mendistribusikan tanggung jawab
secara benar. Selain itu, juga dia harus mampu menempatkan kekuatan yang dimiliki oleh
setiap anggota dalam kelompok.
Namun memang hal tersebut bukan merupakan perkara mudah. Oleh karena itu
pemimpin dituntut untuk mampu memberikan segenap waktu dan energinya agar dapat
membuat orang-orang yang dipimpinnya yakin dan dia mampu membuat keputusan yang
demokratis.
Dukungan
Seorang pemimpin yang demokratis tidak akan mampu mencapai tujuannya apabila tidak
didukung oleh pengikut-pengikutnya yang demokratis juga. Untuk itu baik pemimpin
maupun orang-orang yang dipimpin harus saling terkait dan saling memahami satu sama lain.
John Gastil dari University of Wisconsin-Madison, USA (1994) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa hal penting bagi pengikut yang demokratis agar memiliki tanggung
jawab. Pertama, pengikut demokratis harus siap untuk mengambil tanggung jawab untuk
kesejahteraan mereka. Hal ini penting karena keseimbangan dengan kebebasan merupakan
faktor penting menanamkan rasa tanggung jawab individu untuk bekerja sama dalam
kelompok.
Pengikut yang demokratis tidak begitu saja menerima tugas yang diberikan pemimpin. Akan
tetapi mereka tetap berkesempatan untuk menyatakan hal-hal yang terkait dengan tanggung
jawabnya.
Hal ini menunjukkan bahwa interaksi dan komunikasi kedua belah pihak menjadi faktor
penting. Untuk menciptakan komunikasi tersebut, memang dibutuhkan pemahaman yang
mendalam antara kedua belah pihak baik itu pemimpin maupun orang yang dipimpin. Bila
21
hal tersebut terhambat maka tidak akan memunculkan keseimbangan dalam mengemban
tanggung jawab bersama.
Kedua, orang-orang yang dipimpin harus memiliki tanggung jawab terhadap apa yang
mereka lakukan dan putuskan. Jika anggota dalam kelompok tidak menyetujui keputusan
bersama, maka mereka harus mampu untuk menyampaikan pendapatnya secara bebas tetapi
tetap dibarengi dengan sikap dan cara yang tepat. Hal ini akan dapat melatih setiap anggota
kelompok untuk memiliki ketrampilan bernegosiasi dengan tetap menjaga dan membangun
setiap policy yang ada.
Ketiga, pengikut yang demokratis memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk tetap
menjaga kemandirian mereka. Pemimpin yang tidak demokratis kemungkinan akan meng-
eliminasi anggota-anggota yang yang tidak sejalan dengan mereka.
Pemimpin demokratis memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada pengikutnya.
Oleh karena itulah orang-orang yang dipimpin harus mampu untuk melatih dirinya secara
teratur untuk tetap memiliki kebebasan, pengakuan, penghargaan, dan penjagaan dari
pemimpinnya.
Keempat, tanggung jawab anggota merupakan sesuatu hal yang harus juga diakui oleh
pemimpinnya. Pengikut yang demokratis sebaiknya secara terus menerus mengembangkan
kemampuan kepemimpinannya. Hal ini akan membuktikan bahwa mereka mampu memimpin
dan juga dipimpin. Idealnya, keduanya memiliki peran yang secara konstan mampu untuk
melakukan perubahan setiap menit, jam, bulan atau tahun.
Kelima, setiap individu akan memainkan peran baik itu sebagai pemimpin dan juga orang
yang dipimpin. Terkait dengan peran tersebut maka setiap individu harus dapat bekerja sesuai
dengan perannya tersebut. Saat seseorang menjadi anggota maka dia harus bekerja sesuai
„perintah‟. Apabila terjadi penolakan atas peran yang dilakukannya maka akan berdampak
pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu institusi.s
Bila dalam kepemimpinan telah terjalin suatu interaksi dan komunikasi yang bertanggung
jawab maka diharapkan segala rancangan dan rencana akan dapat diwujudkan. Untuk itu,
pemimpin yang demokratis harus mampu memainkan perannya agar dapat menjadikan citra
dirinya menjadi lebih baik.
22
Penting bagi pemimpin yang demokratis untuk memfasilitasi antara dirinya dan orang yang
dipimpinnya agar dapat terlibat dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Dalam setiap
aktivitasnya tentu akan ditemui kendala-kendala yang dapat mengganggu dan menghambat
untuk meraih tujuan tersebut. Pemimpin yang baik dan demokratis diharapkan mampu
memfasilitasi perasaan dan pikiran setiap anggotanya agar dapat meneruskan visi dan meraih
tujuan yang diinginkan.(msb)
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya
Semangat kerja adalah faktor-faktor yang menjadi pendorong seseorang dalam
bekerja. Semangat kerja perlu diperhatikan agar karyawan dapat bekerja dengan
optimal, mengurangi keluhan dari karyawan dan dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin mempengaruhi semangat kerja karyawannya.
Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis memiliki banyak sifat yang
positif. Hal ini lah yang disukai oleh para bawahan. Namun pemimpin yang demokratis
cenderung memiliki sikap yang kurang tegas, dan lama dalam mengambil keputusan.
3.2 Saran
1. Untuk meningkatkan semangat kerja karyawan perusahaan perlu memperhatikan
masalah absensi, kerjasama yang terjalin antar karyawan saat bekerja, kepuasan kerja dan
disiplin karyawan. Apabila keempat faktor tersebut benar-benar diterapkan dalam
perusahaan maka semangat kerja karyawan akan terwujud dengan baik.
2. Gaya kepemimpinan yang demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang paling
tepat untuk diterapkan di perusahaan, tapi pemimpin harus memiliki batasan dalam
mendemokratisasi perusahaannya.
3. Karena gaya kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi semangat
kerja karyawan. Untuk itu manajemen perusahaan perlu memperhatikan masalah gaya
kepemimpinan agar berpengaruh baik terhadap semangat kerja karyawan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memimpin karyawan yang baik, menerapkan cara berkomunikasi
yang tepat dan efektif dan berkoordinasi dengan karyawan agar semangat kerja karyawan