LAPORAN AKHI PENYUSUNAN KABUPATEN PE PEMERIN BADAN PENGK IR MASTERPLAN TEKNOP ELALAWAN Kerjasama Antara: NTAH KABUPATEN PELALAWA Dengan KAJIAN DAN PENERAPAN TEKN Tahun 2012 POLITAN AN NOLOGI
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN MASTERPLAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWAN
Kerjasama Antara:PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN
DenganBADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Tahun 2012
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN MASTERPLAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWAN
Kerjasama Antara:PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN
DenganBADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Tahun 2012
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN MASTERPLAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWAN
Kerjasama Antara:PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN
DenganBADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Tahun 2012
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya laporan “Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten
Pelalawan” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Laporan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan memuat
ide gagasan, hasil survey, analisis dan rencana tindak yang dituangkan dalam 6
(enam) bagian tulisan yaitu : Pendahuluan, Tinjauan Kebijakan, Gambaran Umum
Wilayah Kabupaten Teknopolitan, Analisis Pengembangan, Rencana Pembangunan
Fisik dan Rencana Pengembangan.
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan disusun sebagai
rujukan dan merupakan inisiasi awal persiapan pembangunan kawasan teknopolitan.
Rencana pengembangan ini akan dilakukan secara bertahap mulai tahun 2013 hingga
tahun 2027 yang akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah,
perguruan tinggi, lembaga litbang dan dunia usaha.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPPT,
Bupati Pelalawan dan Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi atas
bimbingan, arahan dan masukannya hinggga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
membantu kelancaran penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran konstruktif masih kami harapkan untuk penyempurnaan
Laporan akhir ini.
Semoga laporan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan ini
menjadi setitik sumbangan bagi penguatan sistem inovasi di Indonesia.
Jakarta, Desember 2012
P E N Y U S U N
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1-1
1.1. Latar Belakang 1-1
1.2. Tujuan dan Sasaran 1-2
1.3. Ruang Lingkup 1-2
1.4. Metodologi 1-3
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2-1
2.1 Kebijakan Nasional Program MP3EI 2-1
2.2 Kebijakan Pembangunan Wilayah Provinsi Riau 2-6
2.3 Kebijakan Pembangunan Wilayah Kabupaten Pelalawan. 2-23
2.4 Kebijakan Dasar Teknopolitan 2-26
2.5 Pengertian Teknopolitan 2-27
2.6 Persyaratan Teknopolitan 2-31
2.7 Dasar Hukum Teknopolitan 2-35
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 3-1
3.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Pelalawan 3-1
3.2. Profil Potensi Dan Peluang Ekonomi 3-12
3.3. Deliniasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan 3-21
3.3.1. Landasan Penentuan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
3-21
3.3.2. Hasil Deliniasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
3-22
3.4. Kondisi Lahan Peruntukan Kawasan Teknopolitan Di Kabupaten Pelalawan.
3-25
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN
4-1
4.1. Analisis Spasial Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
4-1
4.2. Infrastruktur Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan 4-16
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan iii
4.2.1. Sistem Transportasi Makro Teknopolitan Pelalawan 4-17
4.2.2. Aksesibilitas Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-31
4.2.3. Kebutuhan Pengembangan Jalan Akses Kawasan 4-33
4.2.4. Sistem Jaringan Drainase 4-34
4.2.5. Sistem Jaringan Air Bersih 4-37
4.2.6. Infrastruktur Energi 4-43
4.2.7. Rencana Pengelolaan Sampah 4-46
4.2.8. Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut Sokoi 4-58
4.3. Analisis Ekonomi Dan Investasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
4-64
4.3.1 Analisis Perekonomian Daerah 4-64
4.3.2 Analisis Pohon Industri Rantai Nilai Industri Hilir Kelapa Sawit
4-72
4.3.3 Analisis Nilai Tambah dan Kemampuan Teknologi Industri Hilir Sawit
4-75
4.3.4 Analisis Ekonomi dan Peluang Investasi 4-77
4.4. Analisis Kelembagaan Kawasan Teknopolitan 4-87
4.4.1. Pengertian Kawasan Teknopolitan 4-87
4.4.2 Persyaratan Teknopolitan 4-88
4.4.3 Dasar Hukum Kawasan Teknopolitan 4-89
4.4.4 Desain Kelembagaan Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan
4-92
4.4.5 Strategi Implementasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan
4-105
4.5. Analisis Sumber Daya Manusia Kawasan Teknopolitan Kabupaten Teknopolitan
4-106
4.5.1. Pengertian SDM 4-106
4.5.2 Komponen Sumber Daya Manusia 4-106
4.5.3 Definisi SDM 4-107
4.5.4 Jenis dan Klasfikasi SDM 4-107
4.5.5 Peran SDM dalam Teknopolitan 4-108
4.5.6 Profil SDM, Sosial Budaya dan Sapras Pendidikan 4-110
4.6. Analisis SWOT 4-133
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan iv
BAB V RENCANA PEMBANGUNAN FISIK TEKNOPOLITAN PELALAWAN
5-1
5.1. Visi Dan Misi 5-1
5.1.1. Visi Teknopolitan Pelalawan 5-1
5.1.2. Misi Teknopolitan Pelalawan 5-1
5.1.3. Tujuan Pengembangan Teknopolitan Pelalawan 5-2
5.1.4. Kebijakan Strategis Pengembangan Teknopolitan Pelalawan
5-2
5.2. Rencana Struktur Ruang Kawasan Teknopolitan 5-3
5.2.1. Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kawasan Teknopolitan
5-5
5.2.2. Rencana Pembagian Ruang Kawasan Teknopolitan 5-8
5.3. Rencana Pola Ruang Kawasan Teknopolitan 5-10
5.3.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung 5-11
5.3.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya 5-19
5.3.2.1. Kegiatan Komersial 5-19
5.3.2.2. Kegiatan Pariwisata dan Rekreasi 5-20
5.4. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Teknopolitan
5-20
BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN TEKNOPOLITAN PELALAWAN 6-1
6.1. Indikasi Program dan Kegiatan Pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan
6-1
6.2. Penutup 249
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan v
DAFTAR GAMBAR
NOMOR NAMA GAMBAR HALAMAN
2.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia 2-2 2.2 Rantai Nilai Kegiatan Ekonomi Utama Kelapa Sawit 2-3 2.3 Produktivitas dari Beberapa Kategori Pemilik Perkebunan
dan Benchmark Lainnya 2-3
4.1 Peta Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-10 4.2 Peta Sistem Lahan Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-11 4.3 Peta Penggunaan lahan di lokasi rencana Pengembangan
Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-12
4.4 Peta Geologi Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-13 4.5 Peta Deliniasi Topografi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-14 4.6 Potret Situasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-15 4.7 Skema Keterkaitan Sistem Pusat dan Sistem Jaringan Jalan 4-18 4.8 Posisi Strategis Kabupaten Pelalawan 4-32 4.9 Aksesibilitan Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-33 4.10 Orientasi Aliran Saluran Drainase 4-37 4.11 Proses Pengolahan Air Bersih 4-40 4.12 Fasilitas Pengolahan Air Bersih 4-42
4.13 Skema pembagian lapisan cell pada ADCP 4-59
4.14 Sedimen grab (a), alat untuk mengambil sampel sedimen dasar; dan botol Nansen (b), alat untuk mengambil sampel air
4-62
4.15 Sebaran Provinsi berdasarkan Tingkat Pertumbuhan Ekonominya di IndonesiaTahun 2011
4-65
4.16 Perkembangan TFP Growth Provinsi Riau 1984-2008 4-66 4.17 Struktur PDRB Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010
dengan Migas dan Tanpa Migas 4-67
4.18 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010
4-68
4.19 Kontribusi 3 Sektor Utama terhadap PDRB Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010
4-69
4.20 Produk Industri Sawit yang belum diproduksi di dalam negeri
4-73
4.21 Pohon Industri Kelapa Sawit 4-74 4.22 Rantai Nilai Industri Kelapa Sawit 4-75 4.23 Ilustrasi Organisasi Kawasan Strategis Teknopolitan
Pelalawan 4-97
4.24 Sistem Kelembagaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-98 4.25 Posisi UPTD dalam Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten
Pelalawan 4-101
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan vi
4.26 Struktur Organisasi UPTD Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan
4-101
4.27 Mekanisme Pengusulan KEK 4-104 4.28 Laju Pertumbuhan Penduduk Kab. Pelalawan Tahun 2000-
2011 4-110
4.29 Distribusi Penduduk di kabupaten Pelalawan Menurut Kecamatan Keadaan Pertengahan Tahun 2011
4-111
4.30 Distribusi Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kelompok Umur Produktif Tahun 2010
4-113
4.31 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Pelalawan (%)
4-14
4.32 Posisi SWOT Pembangunan Kawasan Teknopolitan 4-137
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan vii
DAFTAR TABEL
NOMOR NAMA GAMBAR HALAMAN
4.1 Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi Kawasan Industri 4-7 4.2 Sistem Jaringan Jalan Dalam Rencana Struktur Ruang
Wilayah Kabupaten Pelalawan 4-25
4.3 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih 4-38 4.4 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air 4-39 4.5 Perhitungan Kebutuhan Listrik Kawasan 4-44 4.6 Alternatif Perkiraan Biaya Pembangunan 4-45 4.7 Prediksi Volume Sampahh Kawasan Teknopolitan
Pelalawan 4-46
4.8 Komposisi Timbulan Sampah di Permukiman Strata Pendapatan Tinggi
4-47
4.9 Komposisi Timbulan Sampah Kawasan Jasa dan Komersial
4-49
4.10 Komposisi Timbulan Sampah Perkantoran 4-49 4.11 Komposisi Timbulan Sampah Sekolah 4-50 4.12 Nilai Kalor dan Kadar Air Sampah dari Berbagai Sumber 4-52 4.13 Perkiraan Karakteristik Rata-Rata Sampah DKI Jakarta
Sebagai Studi Banding 4-52
4.14 Konstanta pasang surut Muara Kampar (Sokoi) 4-58 4.15 Hasil pengukuran arus di muara dengan currentmeter
saat spring tide 4-60
4.16 Hasil pengukuran arus di muara dengan currentmeter saat neap tide
4-60
4.17 Lokasi pengambilan sample sediment 4-63 4.18 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Pelalawan Tahun 2010 4-70
4.19 Perkembangan Penanaman Modal Menurut Bidang Usaha di Kabupaten Pelalawan Tahun 2010
4-71
4.20 Nilai Tambah dan Kemampuan Teknologi Industri Hilir Sawit di Indonesia
4-76
4.21 Analisis Nilai Tambah Industri Hilir Sawit 4-83 4.22 Peluang pasar Fatty Acid di Indonesia 4-86 4.23 Peluang pasar Fatty Alkohol di Indonesia 4-86 4.24 Peluang investasi industri Oleokimia di Indonesia 4-87 4.25 Penduduk Kabupaten Pelalawan menurut Jenis Kelamin
dan Kelompok Umur Produktif Keadaan Pertengahan Tahun 2011
4-112
4.26 Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Pelalawan 2008-2010
4-114
4.27 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Pelalawan Tahun 2010
4-115
4.28 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Pelalawan 4-118
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan viii
NOMOR NAMA GAMBAR HALAMAN
4.29 Banyaknya Sekolah menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kab. Pelalawan Tahun 2010
4-121
4.30 Jumlah Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah Di Kabupaten Pelalawan Tahun 2010
4-122
4.31 Perguruan Tinggi Pertanian dan Perkebunan di P. Jawa dan Sumatera
4-123
4.32 Perkiraan Kebutuhan SDM Teknik di Industri Hilir CPO (Orang)
4-128
4.33 Matrik IFAS - SWOT 4-135 4.34 Matrik EFAS - SWOT 4-136 4.35 Matrik SWOT 4-138
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam era otonomi daerah dan globalisasi, setiap daerah berupaya
meningkatkan kapasitas dan produktivitasnya sehingga memiliki daya saing yang
tinggi. Dengan peningkatan daya saing tersebut, akan berdampak pada peningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Setiap daerah mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Karena
itu masing-masing daerah memiliki kemampuan menciptakan/mengembangkan dan
menawarkan iklim/lingkungan yang paling produktif bagi bisnis dan inovasi, daya tarik
atau menarik “investasi,” talenta (talented people), dan faktor-faktor mudah bergerak
(mobile factors) lainnya, serta potensi berkinerja unggul yang berkelanjutan.
Selain itu, masing-masing daerah merupakan sumber inovasi dan inspirasi
Indonesia masa depan dan setiap Daerah (masing-masing dan secara bersama)
mengembangkan iklim/lingkungan, sosial, budaya, dan “arena” (kesempatan) yang
baik untuk tumbuh-berkembangnya talenta dan kreativitas-keinovasian.
Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang
mempunyai sumberdaya alam yang melimpah, terutama perkebunan khususnya
komoditas andalan kelapa sawit, karet, dan kelapa. Selain sumberdaya alam, di
Kabupaten ini juga terdapat beberapa industri besar dan sumberdaya manusia yang cukup berkualitas. Hal tersebut merupakan potensi yang dimiliki untuk
mengembangkan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan.
Dilihat dari kebijakan nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, khususnya pengembangan
Koridor Ekonomi Pulau Sumatera, bahwa pengembangan teknopolitan di Kabupaten
Pelalawan yang berbasis pada industri hilir kelapa sawit merupakan salah satu upaya
yang strategis untuk mengembangkan wilayah berbasis potensi sumberdaya alam
dengan mengandalkan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan kolaborasi yang
terpadu antara pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan, industri, dan
masyarakat.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-2
1.2. TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah menyusun masterplan Kawasan Teknopolitan di
Kabupaten Pelalawan sebagai upaya peningkatan daya saing daerah berbasis inovasi
dan ilmu pengetahuan (konwledge based economy) yang melibatkan peran Pemerintah
Daerah, perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri.
1.2.2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan
masterplan kawasan teknopolitan di Kabupaten Pelalawan ini, adalah:
1) Teridentifikasinya sentra-sentra iptek di Kabupaten Pelalawan;
2) Teridentifikasinya “keterkaitan” dan “jaringan” iptek;
3) Teridentifikasinya economic capital, intelectual capital, dan social capital;
4) Teridentifikasinya kebutuhan pengembangan Kawasan Teknopolitan di Kabupaten
Pelalawan;
5) Tersusunnya konsep pengembangan Kawasan Teknopolitan di Kabupaten
Pelalawan; dan
6) Tersusunnya rencana tindak pengembangan Kawasan Teknopolitan di Kabupaten
Pelalawan.
1.3. RUANG LINGKUP
1.3.1. Lingkup Kegiatan.
Lingkup kegiatan penyusunan masterplan kawasan teknopolitan Kabupaten
Pelalawan ini, meliputi:
a. Persiapan;
b. Survey Pengumpulan Data dan Informasi;
c. Focus Group Discussion (FGD);
d. Analisis;
e. Konsultasi Publik;
f. Penyusunan Laporan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-3
1.3.2. Lingkup Substansi.
Lingkup substansi kegiatan penyusunan masterplan kawasan teknopolitan
Kabupaten Pelalawan ini, meliputi:
a. Mengidentifikasi sentra-sentra iptek di Kabupaten Pelalawan;
b. Mengidentifikasi “keterkaitan” dan “jaringan” iptek;
c. Mengidentifikasi economic capital, intelectual capital, dan social capital;
d. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan;
e. Menyusun konsep pengembangan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan; dan
f. Menyusun rekomendasi pengembangan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan.
1.3.3. Lingkup Wilayah.
Lokasi kegiatan ini secara makro adalah wilayah administrasi Kabupaten Pelalawan dan sekitarnya, sedangkan secara mikro adalah kawasan yang akan
ditetapkan sebagai Kawasan Teknopolitan seluas kurang lebih 3.650 (tiga ribu enam
ratus lima puluh) hektar.
1.4. METODOLOGI
1.4.1. Penentuan Batas Wilayah Perencanaan (Delineasi Kawasan)
Penentuan delineasi kawasan perencanaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan belum ada regulasi yang mengaturnya. Karena itu, lokasi yang dapat diusulkan untuk
menjadi Kawasan Teknopolitan harus memenuhi kriteria:
a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung; RTRW yang direview meliputi RTRWN, RTR Pulau Sumatera,
RTRW Provinsi Kepulauan Riau, RTRW Kabupaten Pelalawan, dan RDTR
Kecamatan-kecamatan yang tercakup di wilayah rencana. Di dalam RTRW telah
dilakukan berbagai analisis terkait dengan kesesuaian lahan, kemampuan lahan
dan ketersediaan lahan untuk kawasan lindung dan budidaya.
b. pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung
pengelolaan Kawasan Teknopolitan;
c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau
berdekatan dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau pada wilayah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-4
potensi sumber daya unggulan seperti kelautan dan perikanan, kelapa sawit,
karet, pertambangan, dan pariwisata.
d. tersedia dukungan infrastruktur dan kemungkinan pengembangannya; dan
e. mempunyai batas yang jelas. Batas yang jelas adalah batas alam (sungai atau
laut) maupun buatan (pagar atau tembok).
Hal penting dilakukan adalah mengetahui status kepemilikan lahan yang ada,
pada umumnya data berasal dari BPN.
Analisis yang dilakukan untuk mendukung delineasi KEK meliputi :
Analisis Makro.
Analisis makro terhadap aspek fisik, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur,
dan kelembagaan terhadap wilayah-wilayah yang mempunyai keterkaitan
tinggi terhadap Kawasan Teknopolitan, yaitu seluruh kabupaten dan kota di
Provinsi Kepulauan Riau.
Analisis Mikro.
Analisis mikro terhadap aspek fisik/lingkungan, ekonomi, sosial budaya,
infrastruktur, dan kelembagaan serta kawasan perikanan yang sudah ada di
wilayah perencanaan yang meliputi Kabupaten Pelalawan. Pengaruh timbal balik antara Kawasan Teknopolitan dan wilayah sekitar merupakan faktor
penting untuk penentuan delineasi.
1.4.2. Konsep Dasar Dan Alur Pikir
Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan terletak di dalam Kawasan Andalan
Provinsi Kepulauan Riau. Sektor lain yang juga menjadi unggulan kawasan andalan
Provinsi Kepulauan Riau ini adalah pariwisata dan pertambangan. Dalam
merencanakan pengembangan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, analisis
akan dilakukan tidak hanya menyangkut potensi pengembangan internal kawasan
tetapi juga pengaruh eksternal juga perlu dianalisis.
Lingkup analisis akan terbagi dalam 2 (dua) kajian utama yakni analisis spasial
(Spatial Analysis) dan analsis sektoral (Sectoral Analysis). Analisis spasial akan menitik
beratkan pada analisis kemampuan sumberdaya kawasan. Untuk memperoleh hasil analisis berupa kinerja kemampuan sumber daya lahan yang dimiliki kawasan,
beberapa proses analisis perlu dilakukan, antara lain analisis terhadap potensi rawan
bencana, analisis pola pemanfaatan ruang dan analisis kesesuian rencana tata ruang.
Teknik analisis utama yang digunakan adalah analisis spasial (Spatial Analysis).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-5
Gambar 1.1 Peta Awal Rencana Lokasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-6
Analisis kemampuan sektor strategis di Kawasan Teknopolitan Kabupaten
Pelalawan. Untuk mendapatkan hasil kajian berupa kinerja kemampuan sektor
strategis di Kabupaten Pelalawan, maka serangkaain proses analisis perlu dilakukan,
antara lain analisis potensi ekonomi, analisis infrastruktur, analisis kelembagaan dan
regulasi, dan analisis sumber daya manusia. Teknik analisis yang digunakan antara
lain analisis ekonometrik.
Dalam kajian eksternal, penekanan analisis dilakukan pada 3 (tiga) aspek utama
yaitu analisis kebijakan spasial dan sektoral, analisis peran dan kedudukan kawasan
dalam lingkup regional dan nasional, serta peluang dan ancaman yang dimiliki
kawasan dalam konteks regional. Secara garis besar konsep dan alur pendekatan yang
dilakukan untuk menyelasaikan kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Dari gambar tersebut pendekatan analisis dilakukan untuk analisis internal dan
eksternal. Analisis eksternal difokuskan pada antisipasi kawasan terhadap peluang dan
ancaman eksternal yang mungkin terjadi, sedangkan analisis internal menyangkut
optimalisasi potensi dan sumberdaya yang ada.
1.4.3. Metode Pelaksanaan Survai
Kegiatan survai bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi sebagai
bahan dasar dalam perumusan rencana. Untuk mencapai memperoleh data dan
informasi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan penyusunan rencana maka
rancangan survai yang disusun haruslah sesuai dengan metoda penelitian yang akan
digunakan dalam pekerjaan ini. Kaitan antara rancangan studi dengan rancangan
survai yang menjelaskan hubungan variabel data dengan variabel tujuan studi adalah
sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 1.2.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-7
Gambar 1.2. Alur Pikir Pendekatan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
Pendekatan Analisis Pengembangan Kawasan
Analisis Spasial Analisis Sekoral
Analisis Neraca Sumber Daya Lahan Kawasan Analisis Pola Pemanfaatan
Ruang Kawasan Analisis Rencana Pemanfaatan
Ruang Kawasan Analisis Pola Keterkaitan Ekonomi Kawasan Analisis Sektor
Strategis Kawasan Analisis Daerah Rawan
Bencana Analisis Hutan Lindung, Lahan Kritis dan Hutan
Produksi Analisis Status Pemilikan
Lahan Analisis Kesesuaian
Lahan
Analisis Tingkat Ekspoitasi Lahan
Analisis Dominasi Pemanfaatan Lahan
Analisis Arah dan Pola Perkembangan
Pemanfaatan Lahan Analisis Potensi Konflik
Pemanfaatan Ruang
Analisis Rencana Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal
Analisis Rencana Pemanfaatan
Ruang Secara Horisontal Analisis
Rencana Pengembanban Infrastruktur
Analisis Keterakaitan Input-ouput Produksi Analisis Keterkaitan
Input-ouput Tenaga Kerja
Analisis Keterkaitan Distribusi
Analisis Potensi Sektor Ekonomi
Analisis Keunggulan Komparatif Sektor :
LQ, Shift-Share
Analisis Penyerapan Tenaga kerja
Analisis Eksternal Analisis Internal
Analisis Kebijakan Spasial maupun Sektoral dalam
Lingkup Regional-Nasional Analisis Kedudukan
Kawasan Dalam Lingkup Regional-
Nasional Analisis Peluang dan Ancaman Eksternal
Kawasan
Peluang dan Ancaman
Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
Rencana Pengembangan Kelembagaan Rencana Pengembangan SDM Rencana Investasi
Rencana Pengembangan Spatial (Blok Plan) dan Infrastruktur
Rencana Pengembangan Teknopolitan (industri Hilir Sawit)
Rencana Strategik (Skenario Pengembangan)
AnalisisInvestasi Analisis Kelembagaan Analisis SDM
Pengembangan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
Potensi besar, lokasi strategis, jalur transportasi interegional, Lokasi Industri CPO
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-8
Gambar 1.3 Diagram Metode Pelaksanaan Survai
Observasi Lapangan
Metoda survai :
Sumber instansi Jenis/tipe data Lingkup lokal/regional
Metoda survai :
Wilayah pengamatan Tema/aspek kajian
Pendekatan Studi
Kebutuhan Informasi Data
Desain Survai
Maksud dan Tujuan Pekerjaan
Lingkup dan Materi Penelitian
Focus Group Discussion
Pemerintah Akademisi Pebisnis
DATA SEKUNDER
Survai instansional
Studi Kepustakaan
Kajian literatur terkait
DATA PRIMER
LITERATUR
SURVAI SEKUNDER
SURVAI PRIMER
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-9
Adapun metoda pelaksanaan survai yang akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan ini dapat dikelompokan
menjadi :
A. Survai Instansional
Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di
instansi terkait.Data yang dikumpulkan menyangkut wilayah perencanaan dari berbagai
aspek dalam lingkup internal maupun eksternal. Data dapat berupa peta grafis, data
teks dan numerik, data teknis engineering, kebijaksanaan dan peraturan. Disamping
pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau diskusi dengan
pihak instansi mengenai permasalahan-permasalahan di tiap bidang/aspek yang menjadi kewenangannya serta menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan
program yang sedang dan akan dilakukan. Sumber data adalah berbagai instansi, baik
departemental maupun pemerintah daerah hingga tingkat kecamatan serta
badan/instansi non pemerintah (LSM, Swasta/ pelaku pasar, Perguruan Tinggi).
B. Survai primer.
Survai ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari
lapangan atau obyek kajian. Terdapat 2 tipe survai yang akan dilakukan dalam
penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, yaitu:
1. Observasi lapangan, terdiri dari survai urban desain, land-use, transportasi,
infrastruktur, dan utilitas.
Observasi lapangan dilakukan sebagai langkah pengenalan dan pengamatan
kondisi lapangan, baik aspek guna lahan, transportasi, infrastruktur, dan
utilitas. Di samping pengamatan kondisi eksisting melalui observasi ini diharapkan pula dapat diperoleh informasi perkembangan dan kecenderungan
arah perkembangan pembangunan/ kegiatan.
Survai land use.
Survai yang dilakukan adalah pengecekan di lapangan mengenai guna
lahan eksisting yang ada di wilayah perencanaan. Data-data yang diperoleh
dari survai ini digunakan untuk menganalisis struktur ruang eksisting dan
kemudian menetapkan struktur ruang dan penggunaan lahan pada tahun
yang direncanakan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-10
Survai Transportasi.
Survai ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai sistem
transportasi di wilayah perencanaan dengan bentuk survai yang dilakukan
adalah :
o pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan
jaringan sistem transportasi sehingga dapat menangkap/
menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik.
o traffic counting, untuk memperoleh data volume lalu lintas harian
rata-rata (LHR) pada jalan-jalan utama dan persimpangan penting.
Survai infrastruktur dan utilitas.
Survai ini dilakukan untuk memperoleh data infrastruktur dan utilitas
dengan cara pengamatan lapangan guna menangkap/ meng-
interpretasikan data-data sekunder lebih baik.
Survai infrastruktur ini meliputi:
Survei infrastruktur di dalam kawasan teknopolitan.
Survai infrastruktur di luar kawasan teknopolitan khususnya untuk survai kajian kelayakan lokasi pelabuhan sokoi.
2. Focus Group Discussion (FGD), bertujuan untuk menjaring berbagai
pemikiran dan respon pembangunan teknopolitan Pelalawan dari berbagai
pihak baik pemerintah pusat/provinsi/kabupaten, lembaga riset/perguruan
tinggi, pelaku bisnis, dan stakeholder lainnya.
C. Studi Kepustakaan
Melalui studi kepustakaan ini akan digali teori-teori yang berkembang dan terkait
dengan pekerjaan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, hasil
studi yang telah dilakukan yang berkaitan dengan wilayah perencanaan dan materi
pekerjaan, serta metode-metode dan teknik penelitian yang pernah digunakan. Studi
kepustakaan merupakan studi yang dilakukan terhadap data yang telah ada. Melalui
studi kepustakaan ini akan digali teori-teori yang telah berkembang yang berkaitan
dengan pekerjaan penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, hasil-
hasil studi yang telah dilakukan yang berkaitan dengan wilayah perencanaan dan
materi pekerjaan, serta metode-metode dan teknik penelitian yang pernah digunakan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-11
Data serta informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui buku teks, laporan-laporan
studi, makalah, jurnal dan buletin.
Adanya issue dan kecenderungan masalah tersebut diatas maka perlu disusun
Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan. Kawasan sendiri mempunyai
pengertian sebagai suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas
tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahanbarang dan
bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal,
pemeriksaan akhir, dan pengepakan atasbarang dan bahan asal impor atau barang
dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL), yang hasilnya
terutama untuk tujuan ekspor. Pada dasarnya, fasilitas yang dimiliki oleh Kawasan
diberikan terhadap :
1. impor barang;
2. pemasukan Barang Kena Pajak (BKP);
3. pengiriman hasil produksi;
4. pengeluaran barang;
5. penyerahan kembali BKP;
6. peminjaman mesin;
7. pemasukan Barang Kena Cukai (BKC) ke dan/atau dari Kawasan.
Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan terjabarkan dalam bentuk arahan
pemanfaatan ruang dan dukungan prasarana dan sarana Kawasan Industri Kelapa
Sawit sekitarnya dalam mengantisipasi adanya pengembangan Pelabuhan dan sebagai
dokumen acuan 20 tahunan khususnya saat ditetapkan sebagai Kawasan Teknopolitan.
1.4.4. Metode Analisis
a. Analisis Spasial.
Dalam penyusunan rencana pengembangan kawasan ini, analisis spasial meliputi
kajian tentang neraca sumber daya lahan, analisis pola pemanfaatan ruang dan
analisis kesesuaian rencana tata ruang kawasan. Teknik analisis yang digunakan
adalah analisis spasial (Spatial analyst).
Analisis Spasial adalah teknik analisis yang menggunakan data spasial sebagai
input utamanya. Analisis spasial akan menghasilkan keluaran berupa informasi spasial
yang umumnya berperan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan untuk
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-12
kegiatan perencanaan maupun operasional (tindakan). Data spasial yang digunakan
dapat bersumber dari berbagai media pengumpulan data seperti citra satelit, digitizer,
scanning maupun data lapangan (GPS).
Berdasarkan jenis analisis yang dapat dilakukan, analisis spasial memiliki lingkup
kajian yang sangat luas. Namun bila dilihat dari filosofi analisisnya, maka analisis
spatial pada prinsipnya merupakan suatu model matematik (mathematic modelling)
yang diterapkan dalam suatu media grafis. Dengan demikian maka salah satu teori
yang mendasari analisis spasial analisis adalah teori grafik (Graph Theory). Bila dilihat
berdasrkan jenis data yang digunakan, maka analisis spasial dapat dibedakan dalam
dua tipe yakni analisis statistik (Statistical analysis) dan analisis permukaan (Surface
analyis).
Dalam konteks teknologi, sampai saat ini sudah banyak perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk melakukan analisis spasial. Namun teknologi yang erat kaitanya
dengan analisis sapasial dalam proses penataan ruang adalah teknologi Geographical
Information System (GIS). Teknologi ini lebih cocok digunakan untuk kegiatan
penataan ruang karena telah mempertimbangkan unsur teknologi informasi dan sistem
referensi geografis yang sangat menunjang pelaksanaan aktvitas penataan ruang.
Dalam konteks perencanaan wilayah secara umum, kedudukan analisis spasial
dengan menggunakan teknologi GIS dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut :
Sumber : A G-O Yeh, 1999.
Gambar 1.4. Struktur Spatial Analysis dan Modelling
Urban PlanningGIS
Non GISDatabase/data
Spatial Analysis &
Modelling
data
data
Geo-processingfunction
Spatial Query &Mapping
Scie
ntifi
c In
put
Urban PlanningGISGIS
Non GISDatabase/data
Non GISDatabase/data
Spatial Analysis &
Modelling
Spatial Analysis &
Modelling
data
data
Geo-processingfunction
Spatial Query &Mapping
Scie
ntifi
c In
put
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-13
b. Analisis Ekonomi dan Investasi.
Dalam penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, analisis
diawali dengan kaji ulang (review) dan pendalaman analisis terhadap rencana
pengembangan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan maupun kajian terhadap
kondisi kawasan sekitarnya saat ini. Setelah itu analisis dilanjutkan kepada beberapa
hal berikut:
1) Analisis Perkiraan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi.
Pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan investasi akan didekati dengan
menggunakan model pertumbuhan Harrod-Domar (Todaro, 1994:65-66), yakni :
g = s/k
dimana :
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
s = rasio tabungan sebagai proksi dari besarnya investasi yang
dibutuhkan (S = I)
k = perubahan rasio kapital-output = ICOR (incremental capital-output
ratio)
Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perkembangan nilai PDRB
dari tahun ke tahun dengan menggunakan formulasi berikut (Widodo,
1990:36):
PDRBt = 1
1
PDRBt
PDRBtPDRBt x 100%
dimana :
PDRBt = g = tingkat pertumbuhan ekonomi tahun t
PDRBt = produk domestik regional bruto tahun t
PDRBt-1 = produk domestik regional bruto tahun t-1
Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi (g) di Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
ditargetkan sebesar 7% per tahun, dengan perubahan rasio kapital-output (k)
sebesar 5, maka investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi tadi adalah 35% dari PDRB. Untuk memenuhi
pembiayaan investasi sebesar 35% dari PDRB tadi, sumberdananya bisa berasal
dari tabungan daerah setempat maupun dari pinjaman ke daerah lain dan
pinjaman luar negeri.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-14
2) Analisis Peluang Investasi
Analisis ini diturunkan dari skenario pengembangan sektor strategis dan komoditas
unggulan industri hilir sawit. Penentuan sektor strategis dan komoditas unggulan
dapat didekati dengan menggunakan beberapa alat analisis berikut :
Analisis kuantitatif sederhana, seperti pertumbuhan (growth) sektor/komoditas
selama kurun waktu tertentu, kecenderungan (shift-share) perkembangan
sektor/komoditas yang bersangkutan, dan distribusi atau komposisi (ratio)
sektor/komoditas terhadap orientasinya.
Analisis kuantitatif location quotient (LQ).
Analisis aliran barang dan pohon industri.
Analisis peluang pasar.
3) Analisis Pelaku Investasi
Berdasarkan peluang-peluang investasi yang ada, maka perlu pula dianalisis, siapa
atau pihak mana saja yang dapat menjadi pelaku investasi ? Apakah pemerintah
atau swasta atau masyarakat saja? Apakah terdiri dari gabungan pihak
pemerintah, swasta, dan/atau measyarakat? Kemudian, bagaimana skala usahanya
: usaha kecil, menengah, besar, atau koperasi? Untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini, pendekatan yang bisa digunakan antara lain berdasarkan
pendekatan ekonomi (seperti besarnya nilai investasi yang dibutuhkan,
pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi, dan lain-lain), pendekatan
sosial (membuka lapangan kerja, pengembangan sosial budaya, dan lain-lain), dan
pendekatan politis regional (pengembangan usaha strategis bagi daerah, stabilitas
daerah, dan lain-lain).
4) Analisis Iklim Investasi
Analisis iklim investasi ini berkaitan erat dengan kebijaksanaan penciptaan iklim
investasi dan iklim usaha yang kondusif bagi tumbuhnya dunia usaha yang
berdaya saing tinggi. Karena itu, analisis iklim investasi mengarah pada insentif
dan disinsentif yang perlu ditempuh pemerintah dalam rangka pengembangan
Teknopolitan Kabupaten Pelalawan. Bentuk-bentuk insentif dan disinsentif tersebut
dapat berupa:
a) Bidang Finansial :
Menambah kantor cabang bank maupun lembaga keuangan nonperbankan
milik pemerintah (pusat dan daerah), meningkatkan kerjasama dalam
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-15
pendanaan proyek-proyek investasi, dan jika perlu membentuk lembaga
permodalan khusus untuk membiayai investasi di Kabupaten Pelalawan
(seperti modal ventura).
Mendorong institusi keuangan perbankan dan nonperbankan swasta
nasional untuk memperlebar usahanya ke Kabupaten Pelalawan dengan
cara memberikan kemudahan-kemudahan tertentu.
Menyediakan berbagai kemudahan kepada investor untuk memperoleh
modal atau kredit/pinjaman, baik yang berasal dari dalam negeri maupun
luar negeri, dengan cara menawarkan suku bunga lunak, jangka waktu
pengembalian yang lebih panjang, dan masa tenggang bebas pembayaran
cicilan yang lebih lama.
Memberikan keringanan pajak dan retribusi (seperti pajak penghasilan,
cukai, bea masuk, pajak ekspor, pajak pertambahan nilai, dan berbagai
jenis pajak dan retribusi lainnya) kepada investor yang menanamkan
modalnya di Kabupaten Pelalawan selama jangka waktu tertentu.
Memberikan berbagai kemudahan kepada investor dalam penyelesaian
administrasi dan pengurusan perizinan investasi melalui sistem satu atap.
b) Bidang Sarana dan Prasarana :
Membangun jaringan jalan-jalan baru serta memperbaiki kualitas jalan
yang sudah ada untuk memudahkan akses ke dan dari Kabupaten
Pelalawan.
Mengembangkan jaringan listrik, air bersih, transportasi, dan
telekomunikasi di sekitar Kabupaten Pelalawan.
Meningkatkan kualitas pelabuhan laut dan udara untuk mempermudah akses ke dan dari Kabupaten Pelalawan.
Pengembangan dan penataan kembali sarana fisik penunjang lainnya.
c) Bidang Sumberdaya Manusia (SDM):
Mendatangkan tenaga kerja trampil dari daerah lain di luar Kabupaten
Pelalawan, misalnya melalui program antarkerja antardaerah (AKAD).
Mengembangkan program-program khusus (seperti balai latihan kerja,
pelatihan-pelatihan, permagangan) dalam waktu yang relatif singkat
untuk mendidik dan melatih sumberdaya manusia yang potensial di
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-16
sekitar Kabupaten Pelalawan sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
setempat.
Mengantisipasi tenaga kerja trampil yang dimiliki daerah setempat untuk
tidak pergi ke daerah lain.
d) Bidang Data dan Informasi
Menyediakan dan menyebarluaskan data dan informasi yang lengkap
mengenai project profile, company profile, dan peluang-peluang investasi
lainnya yang terdapat di Kabupaten Pelalawan.
Membangun jaringan Sistem Informasi Manajemen Investasi di Kabupaten
Pelalawan.
e) Bidang Lainnya :
Memelihara pertumbuhan ekonomi yang mantap dan terus mengembangkan
iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif.
5) Analisis Kelayakan Investasi.
Pengambilan keputusan berinvestasi oleh pihak swasta (masyarakat) secara garis
besar didasarkan pada dua preferensi berikut. Pertama, preferensi lokasi
(locational preferences), dimana investasi dilakukan di suatu lokasi karena lokasi
tersebut memang memiliki daya tarik yang terbaik di antara berbagai alternatif
lokasi yang ada. Keunggulan lokasi tersebut bisa berbentuk natural factor
endowments (seperti sumberdaya alam yang berlimpah dan sumberdaya manusia
yang andal) dan dapat berupa man-made endowments (seperti berbagai macam
infrastruktur, prosedur perizinan, insentif-disinsentif, dan kelembagaan). Kedua,
preferensi waktu (time preferences) calon investor, dimana calon investor tidak
hanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu, tetapi juga akan mempertimbangkan risiko-risiko yang akan
muncul dari kegiatan investasi yang dilakukan. Kedua preferensi ini dapat
dijabarkan menjadi kajian makro mengenai beberapa aspek berikut :
Aspek ekonomi: kinerja dan prospek sektor/komoditas unggulan, di
antaranya berkaitan dengan penyediaan sumber-sumber (input) dan
pemasaran hasil produksi (output), pertumbuhan dan perubahan struktur
perekonomian, ketersediaan infrastruktur fisik (seperti listrik, air, transportasi,
komunikasi) dan nonfisik (kepastian hukum dan peraturan), penentuan dan
pemeringkatan sektor/komoditas unggulan, pola investasi, serta prospek
(peluang pasar) dan tantangan yang dihadapi sektor/komoditas unggulan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-17
Aspek spasial : agroklimatologi, geografi, topografi, dan lain-lain.
Aspek sosial-kultural dan sosio-politik: menyangkut fenomena sistem
sosial budaya masyarakat, khususnya masyarakat setempat, dan stabilitas
politik atau dinamika masyarakat.
Aspek kualitas dan kesejahteraan: mengenai struktur ketenagakerjaan
dan perubahan kecenderungannya, baik secara demografis (kelompok usia
kerja) maupun mobilisasi spasial (urbanisasi), potensi sumberdaya manusia
yang berkaitan dengan pengembangan investasi, serta pemerataan
pendapatan.
Aspek kebijakan dan kelembagaan: aspek kebijakan berhubungan
dengan evaluasi kebijakan yang sudah ada (khususnya yang menyangkut investasi), efektivitas kebijakan, serta inventarisasi kebutuhan insentif dan
disinsentif yang mendukung investasi. Sedangkan dalam aspek kelembagaan
dikaji visi, misi, tujuan, dan strategi pengembangan Teknopolitan Kabupaten
Pelalawan, organisasi pemerintah, institusi pendidikan, lembaga swadaya
masyarakat, koperasi, dan lembaga-lembaga perekonomian masyarakat;
perumusan instrumen dan mekanisme operasional pengembangan investasi;
serta perumusan kerjasama dan koordinasi pengembangan kegiatan investasi
di dalam Teknopolitan Kabupaten Pelalawan sendiri dan dengan institusi di
luar Kabupaten Pelalawan.
Aspek global : berkaitan dengan daya saing sektor/komoditas unggulan di
tingkat pasar yang lebih luas.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kajian makro di atas, maka
dapat disusun kelayakan investasi untuk setiap project profile. Di samping untuk menentukan calon-calon proyek investasi yang akan dipertimbangkan untuk
dilaksanakan, penyusunan kelayakan investasi juga ditujukan untuk menentukan
seberapa jauh project profile dapat dilaksanakan dan seberapa besar kendala yang
ada dapat menghambat pelaksanaannya, sehingga dapat disusun
pemeringkatannya.
c. Analisis Sumberdaya Manusia
Analisis pengembangan sumberdaya manusia (SDM) mencakup analisis terhadap
kependudukan dan ketenagakerjaan, serta partisipasi masyarakat, baik dalam skala
lokal maupun skala yang lebih luas. Secara garis besar, analisis pengembangan SDM
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-18
pada dasarnya menyangkut analisis ketersediaan dan kebutuhan SDM, terutama yang
berkaitan dengan rencana pengembangan investasi dan program-program penunjang
lainnya.
1) Analisis ketersediaan dan kebutuhan SDM
Analisis ketersediaan dan kebutuhan SDM sangat erat kaitannya dengan investasi
sumberdaya manusia (human resources investment). Beberapa penelitian di
negara-negara maju, mulai dari zaman Adam Smith hingga tahun 1960an,
menunjukkan bahwa investasi SDM (di bidang pendidikan) memberikan dampak
positif kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi (Psacharopoulos dan Woodhall,
1985:3). Keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari tingkat pendidikan yang
lebih tinggi tidak hanya dinikmati oleh individu yang bersangkutan, melainkan juga bisa dipetik oleh masyarakat luas (Simanjuntak, 1985:60). Artinya, pengembangan
SDM melalui jalur pendidikan tidak hanya mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan, tetapi juga dapat dijadikan sebuah mekanisme untuk mendistribusikan
pendapatan (mengurangi ketimpangan).
Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam menyusun Rencana Pengembangan
Teknopolitan Kabupaten Pelalawan perlu dimasukkan analisis mengenai rencana
pengembangan sumberdaya manusia. Analisis tersebut akan difokuskan kepada :
Analisis kependudukan, seperti jumlah, pertumbuhan, migrasi.
Analisis ketenagakerjaan, seperti jumlah, pertumbuhan, pengangguran,
kesempatan kerja.
Analisis pendidikan, seperti tingkat pendidikan, fasilitas pendidikan.
Analisis pengembangan sumberdaya manusia lainnya yang relevan.
2) Analisis Peran Serta Masyarakat.
Peran serta masyarakat serta sektor swasta dalam pembangunan perkonomian
serta pengopersian dan perawatan pada kenyataannya sudah berjalan. Selain itu
masyarakat maupun sektor swasta telah banyak berpartisipasi dalam
pembangunan sarana dan prasarana. Persoalannya kini yaitu bagaimana
menempatkan pembangunan oleh masyarakat dan swasta dalam pembangunan
prasarana secara formal masih memerlukan pengkajian.
Bentuk kesepakatan lingkup peran serta masyarakat dalam pembangunan wilayah,
antara lain :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-19
a) Pengertian partisipasi.
b) Partisipasi dalam tingkat-tingkat pengambilan keputusan dalam metoda
pengelolaan pembangunan.
Partisipasi dalam Kebijaksanaan Pembangunan;
Partisipasi dalam Perencanaan;
Partisipasi dalam Perumusan Program dan Proyek;
Partisipasi dalam Pelaksanaan Program dan Proyek;
Partisipasi dalam Pengoperasian dn Pemeliharaan.
Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal ini mempunyai peranan yang penting
untuk merangsang tumbuhnya serta mendukung semua kegiatan-kegiatan
diatas, misalnya dalam :
penetapan fungsi dan tanggung jawab yang jelas;
menyediakan fasilitas sumber-sumber pinjaman pembangunan;
mengadakan kegiatan pendidikan aparat daerah.
d. Analisis Kelembagaan.
Pendekatan mekanisme kelembagaan dalam pengembangan perekonomian
masyarakat memiliki pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
1) Perencanaan dan penyusunan program yang lebih terpadu :
Perencanaan dan penyusunan program antar sektoral seperti sektor
perumahan, ekonomi masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana dengan
secara terpadu.
Mempunyai kaitannya dengan rencana tata ruang/kawasan.
2) Penggalangan sumber pendanaan pembangunan, baik dana sektoral maupun daerah.
3) Keseimbangan perancanaan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas
(disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan pembangunan yang baru).
4) Penyusunan rencana dan program dilaksanakan dengan memberikan perhatian
pada aspek ekonomi rakyat yang dapat menunjang perkonomian.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-20
e. Analisis Kebijakan dan Regulasi.
Analisis Kebijakan Pembangunan (Policy Analyisis) dimaksudkan untuk
memahami arahan kebijakan pembangunan wilayah perencanaan dan kedudukannya
dalam perspektif kebijakan pembangunan nasional, serta mengantisipasi program-
program pembangunan nasional yang akan dilaksanakan. Kebijakan Pembangunan
Nasional dan Daerah yang diduga berpengaruh pada perkembangan kawasan lintas
propinsi yang direncanakan, antara lain :
Kebijakan Sektoral;
RTRW Nasional (RTRWN), RTRW Pulau Sumatera;
Program Pembangunan Daerah (Propeda) untuk Setiap Propinsi;
Rencana Pengembangan Pulau Sumatera;
Pola umum pembangunan daerah jangka panjang;
Investasi pembangunan baik yang sudah dilaksanakan maupun yang direncanakan.
Analisis kebijakan dan regulasi untuk pengembangan teknopolitan Kabupaten Pelalawan dapat digambarkan secara diagram alir sebagai berikut :
Gambar 1.5 Siklus Analisis Kebijakan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-21
1.5. TERMINOLOGI TEKNOPOLITAN
Teknopolitan adalah konsepsi kawasan berdimensi pembangunan ekonomi,
sosial dan budaya, yang memiliki sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan
masyarakat, yang mendukung percepatan perkembangan inovasi, difusi dan
pembelajaran. Kawasan teknopolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan masyarakat pada wilayah
tertentu (satu atau lebih daerah otonom) sebagai sistem pembangunan yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan sistem inovasi.
Pengembangan teknopolitan bukan hanya focus pada Economic capital, tetapi
juga Intellectual capital dan Social capital. Pengembangan teknopolitan dilakukan
melalui:
Pengembangan/penguatan/revitalisasi sentra-sentra iptek;
Penguatan keterkaitan dan jaringan;
Gerakan masyarakat, semangat, partisipasi aktif, gerakan bersama;
Perkembangan inovasi, difusi, dan proses pembelajaran;
Membangun reputasi global yang dimulai dari tindakan dan kemanfaatan lokal.
Peran strategis Teknopolitan adalah :
a. Sebagai sarana dalam membangun jaringan inovasi.
b. Sebagai sarana pembelajaran dalam pengembangan inovasi.
c. Sebagai sarana untuk:
Promosi Iptek sebagai proses komunikasi pemasaran iptek yang efektif.
Pemasaran Iptek merupakan proses sosial melalui kegiatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan iptek masyarakat.
Pembudayaan Iptek sehingga tertanamnya nilai-nilai, sikap dan perilaku yang berorientasi kepada sifat kreatif dan inovatif.
Yang perlu ada dalam teknopolitan adalah :
Kombinasi kemitraan universitas dan pusat riset dengan industri dan pemerintah.
Kombinasi usaha kecil, besar, dan entrepreneur.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-22
Klaster bangunan dalam lingkungan R&D dengan tema multidisiplin
berdasarkan program pelatihan universitas termasuk teknologi komunikasi maju, biosains dan bioteknologi, material maju, teknologi lingkungan.
Pembentukan kemitraan yang intensif antara penghuni industri, pemerintah, dan universitas pada suatu komunitas yang tinggal sangat berdekatan
(pedestrian-scale community).
Infrastruktur teknologi maju untuk jaringan komunikasi.
Sistem transportasi yang baik digabungkan dengan jaringan berskala regional.
Balai pertemuan dan hotel untuk pertemuan, pelatihan, dan hiburan.
Lingkungan tempat tinggal dekat dengan fasilitas R&D (dapat berjalan kaki).
Fasiltas olah raga seperti jogging, bersepeda, pusat kebugaran.
Terdapat 12 (duabelas) hal yang penting dalam mengembangkan Teknopolitan, yaitu :
1. Membangun strategi pengembangan teknopolitan yang jelas.
2. Cabang perusahaan/pabrik di kawasan teknopolitan lebih baik dari pada tidak
ada perusahaan/pabrik sama sekali.
3. Sinergi sebagai sumber inovasi sangat penting dalam jangka panjang.
4. Mengembangkan visi jangka panjang.
5. Sumber inovasi harus diidentifikasi.
6. Jaringan (networks) harus dibentuk sejak awal. Harus ada jaringan dan saluran
(channels) agar informasi dapat mengalir.
7. Strategi jangka pendek memang lebih mudah, bahkan tindakan (move) jangka
pendek dapat menjadi negatif jika antar institusi tidak berkomunikasi satu
dengan lainnya. Lab swasta perlu didorong untuk bergerak bersamaan dengan
badan riset pemerintah , atau tidak akan ada spin-off.
8. Strategi jangka panjang memerlukan pilihan-pilihan yang selektif. Membangun
hubungan yang sinergis di wilayah yang jauh dari keramaian memerlukan satu
atau dua target area yang menawarkan prospek terbaik dalam hal fasilitas yang
sudah ada sebelumnya, seperti, universitas, kapasitas wirausaha,
kepemimpinan politik.
9. Daya dorong (Inducement) sentral yang utama. Sebagai contoh, pengeluaran
hankam AS berperan besar di Silicon Valley.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-23
10. Identifikasi wadah/pangsa pasar yang baru. Sebagai contoh, kembangkan
industri high-tech yang khusus untuk memenuhi kebutuhan lokal, kemudian gali
potensi ekspor-nya.
11. Jaga konsistensi. Misalnya, suatu technopark tidak boleh diubah menjadi office
park (perkantoran) murni hanya karena yang terakhir itu lebih menguntungkan.
12. Terbaik mungkin menjadi musuh bagi yang baik. Negara dan daerah sebaiknya
tidak menilai semua usaha mereka hanya dengan kriteria yang paling ketat
dan eksklusif.
Prasarana dan sarana bagi Teknopolitan meliputi :
1. Infrastruktur Sains dan Teknologi : termasuk sumber daya pengetahuan
(knowledge resources) suatu wilayah yang dibentuk oleh universitas, laboratorium riset pemerintah dan swasta, perpustakaan, inkubator teknologi,
pusat inovasi, taman iptek.
2. Infrastruktur Bisnis: asosiasi industri, kadin, badan pengembangan, peluang
pembiayaan khusus.
3. Infrastruktur Fisik: seperti transportasi yang memadai (jalan raya, kereta api,
bandara), telekomunikasi, air bersih, listrik.
4. SDM: termasuk pasokan yang memadai untuk tenaga kerja yang terlatih,
ilmuwan, insinyur, teknisi, inkubasi teknologi dari universitas dan lembaga riset
pemerintah di kawasan teknopolitan.
5. Kualitas Pelayanan: kawasan tempat tinggal, taman, fasiltas olah raga yang
berkualitas tinggi.
6. Basis Ekonomi yang Beragam: termasuk jaringan penyuplai dan distribusi yang
ekstensif.
7. Daya Tarik: seperti biaya rendah untuk melakukan bisnis (misalnya, mudahnya
perijinan, insentif pajak), biaya untuk makan, transportasi, perumahan.
Menurut Carlos Quandt (1997), “Virtual Technopoles: Exploring the Potential of
Internet and Web Technologies to Create Innovative Environments in Latin America
and the Caribbean”, faktor pendukung lokasi Teknopolitan adalah :
Ketersedian dukungan dari pimpinan politik dan akademisi;
Keberadaan budaya kewirausahaan;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-24
Keberadaan kaitan yang kuat antara komunitas saintifik dan
entrepreneur/teknoprener;
Jaringan informasi;
Pencitraan: terdiri dari promosi citra kawasan sebagai teknopolitan;
Keberadaan Inkubator.
Indikator keberhasilan Teknopolitan menurut Sumber: Omer Kaymakçalan,
“Teknoloji Geliştirme Ve Transfer Aracı Olarak Teknoparklar”, Marmara Araştırma
Merkezi (MAM) adalah :
Kuantitas inovasi teknologi yang terealisir dengan kerjasama dari univeristas dan lembaga riset.
Kegiatan riset bersama antara perusahaan swasta dan universitas/lembaga riset lainnya di kawasan teknopolitan.
Pelayanan yang diberikan kepada perusahaan swasta.
Jumlah peneliti dan perekayasa berasal dari universitas/lembaga riset ke teknopolitan.
Invensi dan penjualan produk yang terkait dengan teknopolitan dan inkubator-inkubator.
Penciptaan lapangan kerja baik secara kualitas dan kuantitas.
Keberhasilan Sillicon Valley sebagai Kawasan Teknopolitan mempunyai
hubungan yang harmonis antar berbagai pihak untuk menciptakan keuntungan yang
jelas antara lain:
a. Untuk perguruan tinggi: menyediakan kesempatan kerja bagi mahasiswa, daya
tarik untuk mahasiswa dan dosen baru, meningkatkan alih teknologi,
meningkatkan interaksi dengan industri, menghasilkan pemasukan pendapatan,
dan aplikasi teknologi dalam lingkup ekonomi regional.
b. Untuk Perusahaan di Teknopolitan: Akses mudah ke tenaga kerja ahli dan ke
fasilitas dan sumber daya universitas, produk dan pasar baru, meningkatkan daya saing.
c. Untuk Pemerintah Pusat dan Daerah: Meningkatkan kegiatan bisnis,
meningkatkan pajak individu, perusahaan, dan properti, rekruitmen tenaga
kerja yang sangat terlatih.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-25
Salah satu cikal bakal dalam pengembangan teknopolitan adalah adanya
teknopark. Teknopark (technology park) merupakan sebuah kawasan (daerah) dimana
teknologi ditampilkan (diperagakan), dikembangan, dan dikomersialisasikan.
Teknopark memiliki beberapa fasilitas, antara lain inkubator bisnis, angel capital, seed
capital, venture capital. Stakeholder dari sebuah Teknopark biasanya adalah
pemerintah (biasanya pemerintah daerah), komunitas peneliti (akademis), komunitas
bisnis dan finansial. Mereka bekerjasama untuk mengintegrasikan penggunaan dan
pemanfaatan bangunan komersial, fasilitas riset, conference center, sampai ke hotel.
Bagi pemerintah daerah teknopark menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan daerah. Bagi para pekerjaan yang berpendapat cukup
tinggi, teknopark memiliki daya tarik karena situasi, lokasi, dan lifestyle.
Teknopark mulai dikembangan sejak tahun 1954, dimana staf perguruan tinggi
yang memiliki jiwa entrepreneur ingin mengkonversikan pengetahuan dan hasil
penelitian yang dikembangkan menjadi nilai ekonomi. Teknopark pertama dibuat oleh
Stanford University di Amerika Serikat. Teknopark tidak identik dengan inkubator
bisnis. Sebuah teknopark biasanya memiliki sebuah inkubasi bisnis. Sementara itu
bisnis yang diinkubasi tidak harus secara fisik berada di teknopark. Ada irisan antara
teknopark dan inkubasi bisnis.
Beberapa pandangan mengenai teknopark adalah:
Keberhasilan teknopark sangat ditentukan oleh komitmen institusi yang terlibat didalamnya, dalam hal ini terutama pemerintah daerah, lembaga riset,
pendidikan dan industri/swasta.
Meningkatkan daya saing bisnis (terutama yang bermuatan teknologi) dari institusi lokal dengan menggunakan fasilitas riset pemerintah/PT untuk
melakukan R&D. Banyak institusi lokal yang tidak mampu melakukan R&D
sendiri karena keterbatasan dana, SDM, dan peralatan. Perguruan tinggi
biasanya memiliki SDM dan peralatan. Masalah dana bisa ditanggung bersama-
sama oleh beberapa institusi dan/atau oleh pemerintah.
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan mengkomersialisasikan ide-ide kreatif atau temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian. Lembaga riset/
Perguruan tinggi tertarik untuk mendapatkan keuntungan finansial dari riset
yang telah dikembangkannya.
Sebagai sarana untuk mengembangkan institusi bermuatan teknologi, atau
dengan kata lain sebagai tempat inkubator bisnis. Lembaga riset/Perguruan
tinggi umumnya memiliki laboratorium untuk mempraktekkan teori yang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-26
diberikan di kelas. Namun, untuk teori “entrepreneurship” atau bisnis tidak ada
laboratoriumnya. Teknopark (dalam fungsinya sebagai inkubator) dapat
digunakan sebagai laboratorium oleh peneliti/perekaya, mahasiswa dan staf
pengajar/peneliti perguruan tinggi.
Dari uraian di atas, fungsi dari teknopark dapat dibagi dua, yaitu:
a. membawa hasil riset ke luar dengan membuat bisnis dengan pelaku bisnis (atau
venture capital) yang sudah ada (misalnya melalui inkubasi hasil riset);
b. membawa industri masuk ke lembaga riset dan perguruan dengan membawa
masalah yang ada di industri ke dalam Teknopark ini (sehingga industri dapat
mengakses pakar di lembaga riset atau perguruan tinggi).
Dilihat dari tujuannya, teknopark (termasuk inkubator) semestinya memiliki nilai ekonomi. Namun secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada pertumbuhan
ekonomi di daerah yang bersangkutan dengan adanya institusi baru yang menyediakan
lapangan pekerjaan.
Fasilitas yang diberikan oleh teknopark tidak sekedar fasilitas fisik saja, namun
lebih dari itu. Berikut beberapa contoh fasilitas dari teknopark :
Akses kepada pakar (intellectual) yang ada di lembaga riset atau kampus. Ini termasuk akses kepada staf pengajar, staf peneliti, dan mahasiswa.
Akses kepada fasilitas di lembaga riset atau kampus, seperti peralatan di laboratorium, buku-buku di perpustakaan, jaringan Internet, data center,
business center, dan fasilitas fisik lainnya yang dimiliki oleh lembaga riset dan
perguruan tinggi.
Akses kepada hasil penelitian.
Teknopark memiliki sebuah business center yang menyediakan interface dan showcase dari lembaga riset atau perguruan tinggi. Tempat ini dapat menjadi
one-stop interface antara industri dan perguruan tinggi. Industri dapat
mengetahui kemampuan perguruan tinggi. Jika sebuah institusi yang
membutuhkan kemampuan tertentu untuk memecahkan masalahnya, dapat
datang ke tempat ini untuk mencari tahu apakah ada SDM dan fasilitas
perguruan tinggi yang dapat membantu. Business center ini harus memiliki
fasilitas yang representatif untuk menerima client, rapat, presentasi, dan
demonstrasi produk. Business center harus dikelola secara profesional, yaitu
melibatkan orang di luar perguruan tinggi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-27
Teknopark memiliki link dengan venture capital untuk permodalan.
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan penyusunan Masterplan Teknopolitan Pelalawan meliputi :
BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab 1 akan dijelaskan beberaha hal seperti : (1)
Latar Belakang, (2) Tujuan dan Sasaran, (3) Ruang
Lingkup dan (4) Metodologi, (5) Terminologi, dan (6)
Sistematika Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN
KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
Bab 2 akan menjelaskan mengenai : (1) Kebijakan
Nasional Program MP3EI, (2) Kebijakan Peengembangan
Wilayah Provinsi Riau, (3) Kebijakan Pembangunan
Wilayah Kabupaten Pelalawan, (4) Kebijakan Dasar Teknopolitan, (5) Pengertian Teknopolitan, (6)
Persyaratan Teknopolitan, dan (7) Dasar Hukum
Teknopolitan.
BAB 3 GAMBARAN UMUM
WILAYAH
Dalam Bab ini dipaparkan mengenai (1) Kondisi Wilayah
Kabupaten Pelalawan , (2) Deliniasi Kawasan
Teknopolitan dan (3) Kondisi Lahan Peruntukan
Kawasan Teknopolitan Di Kabupaten Pelalawan.
BAB 4 ANALISIS
PENGEMBANGAN
TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWAN
Pada Bab 4 akan dianalisis berbagai aspek seperti (1)
Analisis Spasial (2) Analisis Infrastruktur, (3) Analisis
Ekonomi dan Investasi¸(4) Analisis Sumber Daya
manusia (SDM), (5) Analisis Kelembagaan dan (6)
Analisis SWOT.
BAB 5 RENCANA PEMBANGUNAN FISIK
TEKNOPOLITAN
PELALAWAN
Rencana Pembangunan Fisik Teknopolitan akan dijelaskan dalam Bab ini seperti : (1) Visi Dan Misi, (2)
Rencana Detail Tata Ruang (Rencana Struktur Ruang
dan Rencana Pola Ruang), (3) Rencana Tapak.
BAB 6 RENCANA
PENGEMBANGAN
TEKNOPOLITAN
PELALAWAN
Pada Bab 6 akan dijelaskan mengenai indikasi program
dan kegiatan Kawasan Teknopolitan Pelalawan dan
penutup.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-1
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
2.1 KEBIJAKAN NASIONAL PROGRAM MP3EI.
Koridor Ekonomi Sumatera mempunyai tema Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional. Secara geostrategis,
Sumatera diharapkan menjadi “Gerbang ekonomi nasional ke Pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia. Secara umum, Koridor Ekonomi
Sumatera berkembang dengan baik di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan
ekonomi utama seperti perkebunan kelapa sawit, karet serta batubara. Namun demikian, Koridor Ekonomi Sumatera juga memiliki beberapa hal yang harus dibenahi,
antara lain :
Adanya perbedaan pendapatan yang signifikan di dalam koridor, baik antar
perkotaan dan perdesaan ataupun antar provinsi-provinsi yang ada di
dalam koridor;
Pertumbuhan kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi (share 20
persen dari PDRB koridor) yang sangat rendah dengan cadangan yang
semakin menipis;
Investasi yang menurun dalam beberapa tahun terakhir;
Infrastruktur dasar yang kurang memadai untuk pengembangan industri,
antara lain jalan yang sempit dan rusak, rel kereta api yang sudah rusak
dan tua, pelabuhan laut yang kurang efisien serta kurangnya tenaga listrik
yang dapat mendukung industri.
Di dalam strategi pembangunan ekonomi, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus
pada tiga kegiatan ekonomi utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang
memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi
koridor ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-2
Selain itu, kegiatan ekonomi utama pengolahan besi baja yang terkonsentrasi di
Banten juga diharapkan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan koridor ini,
terutama setelah adanya upaya pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting
bagi suplai kelapa sawit di Indonesia dan dunia. Indonesia adalah produsen minyak
kelapa sawit terbesar di dunia sejak 2007, menyusul Malaysia yang sebelumnya adalah
produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Kelapa sawit adalah sumber minyak nabati terbesar yang dibutuhkan oleh
banyak industri di dunia. Di samping itu, permintaan kelapa sawit dunia terus
mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen per tahun. Pemenuhan permintaan kelapa
sawit dunia didominasi oleh produksi Indonesia. Indonesia memproduksi sekitar 43 persen dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO) di dunia.
Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Indonesia yang sebesar 7,8 persen per tahun
juga lebih baik dibanding Malaysia yang sebesar 4,2 persen per tahun. Di Sumatera,
kegiatan ekonomi utama kelapa sawit memberikan kontribusi ekonomi yang besar.
Dimana 70 persen lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera dan
membuka lapangan pekerjaan yang luas. Sekitar 42 persen lahan kelapa sawit dimiliki
oleh petani kecil
Gambar 2.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-3
Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit dapat dilihat melalui rantai nilai yaitu dari
mulai Perkebunan, penggilingan, penyulingan, dan pengolahan kelapa sawit di industri
hilir. Kegiatan tersebut terlihat pada gambar berikut.
Perkebunan: Di tahun 2009, Sumatera memiliki sekitar lima juta hektar
perkebunan kelapa sawit, di mana 75 persen merupakan perkebunan yang sudah
dewasa, sedangkan sisanya merupakan perkebunan yang masih muda. Namun
demikian, di luar pertumbuhan alami dari kelapa sawit ini, peluang peningkatan
produksi sawit melalui peningkatan luas perkebunan kelapa sawit akan sangat terbatas
karena masalah lingkungan. Di samping peningkatan area penanaman, hal lain yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan produksi kelapa sawit adalah
dengan meningkatkan produktivitas CPO dari perkebunan. Indonesia saat ini memiliki produktivitas 3,8 Ton/Ha, yang masih jauh di bawah produktivitas Malaysia 4,6 Ton/Ha
dan masih sangat jauh dibandingkan dengan potensi produktivitas yang dapat
dihasilkan (7 Ton/Ha).
Gambar 2.2 Rantai Nilai Kegiatan Ekonomi Utama Kelapa Sawit
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-4
Gambar 2.3. Produktivitas dari Beberapa Kategori Pemilik Perkebunan dan Benchmark
Lainnya
Rendahnya produktivitas yang terjadi pada pengusaha kecil kelapa sawit
disebabkan oleh tiga hal:
Penggunaan bibit berkualitas rendah. Riset menunjukkan bahwa penggunaan bibit
kualitas tinggi dapat meningkatkan hasil sampai 47 persen dari keadaan saat ini;
Penggunaan pupuk yang sedikit karena mahalnya harga pupuk;
Waktu antar Tandan Buah Segar (TBS) ke penggilingan yang lama (di atas 48 jam)
membuat menurunnya produktivitas CPO yang dihasilkan.
Penggilingan: Hal yang perlu diperbaiki dari rantai nilai ini adalah akses yang
kurang memadai dari perkebunan kelapa sawit ke tempat penggilingan. Kurang
memadainya akses ini menjadikan biaya transportasi yang tinggi, waktu tempuh yang
lama, dan produktivitas yang rendah. Pembangunan akses ke area penggilingan ini
merupakan salah satu hal utama untuk peningkatan produksi minyak kelapa sawit. Selain itu, kurangnya kapasitas pelabuhan laut disertai tidak adanya fasilitas tangki
penimbunan mengakibatkan waktu tunggu yang lama dan berakibat pada biaya
transportasi yang tinggi.
Penyulingan: Penyulingan akan mengubah CPO dari penggilingan menjadi
produk akhir. Pada tahun 2008, Indonesia diestimasikan memiliki kapasitas
penyulingan sebesar 18-22 juta ton CPO. Kapasitas ini mencukupi untuk mengolah
seluruh CPO yang diproduksi. Dengan berlebihnya kapasitas yang ada saat ini (50
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-5
persen) utilisasi, rantai nilai penyulingan mempunyai margin yang rendah (USD 10/ton)
jika dibandingkan dengan rantai nilai perkebunan (sekitar USD 350/ton). Hal ini yang
membuat kurang menariknya pembangunan rantai nilai ini bagi investor.
Hilir kelapa sawit: Industri hilir utama dalam mata rantai industri kelapa
sawit antara lain oleo kimia, dan biodiesel. Seperti halnya rantai nilai penyulingan,
bagian hilir kelapa sawit ini juga mempunyai kapasitas yang kurang memadai. Hal ini
membuat rendahnya margin dari rantai nilai tersebut. Namun demikian,
pengembangan industri hilir sangat dibutuhkan untuk mempertahankan posisi strategis
sebagai penghasil hulu sampai hilir, sehingga dapat menjual produk yang bernilai
tambah tinggi dengan harga bersaing.
Meskipun bagian hilir dari rantai nilai kegiatan ekonomi utama ini kurang menarik karena margin yang rendah, bagian hilir tetap menjadi penting dan perlu
menjadi perhatian karena dapat menyerap banyak produk hulu yang ber-margin tinggi,
seperti misalnya dengan diversifikasi produk hilir kelapa sawit.
Regulasi dan Kebijakan Untuk melaksanakan strategi pengembangan kelapa
sawit tersebut, ada beberapa hal terkait regulasi yang harus dilakukan, antara lain:
Peningkatan kepastian tata ruang untuk pengembangan kegiatan hulu kelapa sawit
(perkebunan dan penggilingan/pabrik kelapa sawit (PKS);
Perbaikan regulasi, insentif, serta disinsentif untuk pengembangan pasar hilir
industri kelapa sawit.
Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama kelapa
sawit juga memerlukan dukungan infrastruktur yang meliputi:
Peningkatan kualitas jalan (lebar jalan dan kekuatan tekanan jalan) sepanjang
perkebunan menuju penggilingan kelapa sawit dan kemudian ke kawasan industri maupun pelabuhan yang perlu disesuaikan dengan beban lalu lintas angkutan
barang. Tingkat produktivitas CPO sangat bergantung pada waktu tempuh dari
perkebunan ke penggilingan, sebab kualitas TBS (Fresh Fruit Brunch-FFB) akan
menurun dalam 48 jam setelah pemetikan;
Peningkatan kapasitas dan kualitas rel kereta api di beberapa lokasi untuk
mengangkut CPO dari penggilingan sampai ke pelabuhan;
Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan pelabuhan untuk mengangkut
produksi CPO. Saat ini terjadi kepadatan di pelabuhan sehingga menyebabkan
waktu tunggu yang lama (3 - 4 hari).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-6
SDM dan IPTEK Selain kebutuhan perbaikan regulasi dan dukungan
infrastruktur, pengembangan kegiatan ekonomi utama kelapa sawit juga perlu
dukungan terkait pengembangan SDM dan Iptek , yaitu:
Peningkatan riset untuk memproduksi bibit sawit kualitas unggul dalam rangka
peningkatan produktivitas kelapa sawit;
Penyediaan bantuan keuangan, pendidikan dan pelatihan, terutama untuk
pengusaha kecil;
Pembentukan pusat penelitian dan pengendalian sistem pengelolaan sawit
nasional.
2.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI RIAU
Pengembangan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan memerlukan dukungan
kebijakan yang sesuai dengan Kebijakan Pembangunan Wilayah Provinsi Riau.
Kebijakan yang harmoni dan selaras antara Provinsi Riau dengan Kabupaten Pelalawan
menjadi salah satu faktor utama bagi keberhasilan pengembangan Teknopolitan di
Kabupaten Pelalawan. Dukungan kebijakan yang kondusif dari Pemerintah Provinsi
Riau akan meningkatkan daya tarik investasi di Kawasan Teknopolitan
Dukungan kebijakan pembangunan Provinsi Riau terhadap pengembangan
Teknopolitan Pelalawan akan tercermin pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJP/RPJM) Provinsi Riau. Tujuan
Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau Tahun 2005 - 2025 pada hakekatnya
adalah untuk mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan
melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis dan sejahtera sebagai landasan
pembangunan daerah menuju masyarakat yang adil dan makmur dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai ukuran tercapainya tujuan pembangunan jangka panjang Provinsi Riau
dalam 20 tahun mendatang kebijakan prioritas pembangunan diarahkan kepada
pencapaian sasaran -sasaran pokok. Beberapa kebijakan prioritas pembangunan
Provinsi Riau berikut sasaran pokok yang hendak dicapai yang diharapkan dapat
mendukung pengembangan Teknopolitan Pelalawan adalah sebagai berikut :
A. Mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat kegiatan perekonomian,
dengan sasaran pokok sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-7
1. Terbangunnya pusat-pusat pertumbuhan utama tempat berlokasinya kegiatan
ekonomi berskala regional yang berfungsi produksi, koleksi, pengolahan, dan
distribusi barang dan jasa bagi Provinsi Riau, Sumatera bagian tengah, Pulau
Sumatera, dan Negara negara di wilayah Asia Tenggara.
2. Terciptanya kualitas pelayanan sarana dan jasa perekonomian yang berskala
nasional dan intemasional.
3. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi darat berfungsi
arteri primer yang menghubungkan pusat - pusat Provinsi, terintegrasinya
jaringan jalan konfigurasi Utara, Tengah, dan Selatan; dan terintegrasinya
jaringan jalan dengan moda transportasi lainnya.
4. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi laut yang berfungsi sebagai internationalport dan national port di pelabuhan Dumai,
Tanjung Buton, Kuala Enok, danPekanbaru/Tenayan; terbangunnya struktur
kepelabuhan di Provinsi Riau secara hirarkis; dan terintegrasinya transportasi
laut dengan moda transponasi lainnya.
5. Terbangunnya pembangkit energi listrik yang bersifat otonom yang dikelola
daerah untuk pelayanan kebutuhan masyarakat perkotaan dan perdesaan,
sebagai antisipasi krisis energi listrik negara.
6. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi udara yang
menghubungkan Provinsi Riau dengan wilayah Nasional dan antar bagian
wilayah di Provinsi Riau dan terintegrasinya transportasi udara dengan moda
transportasi lainnya.
7. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi sungai dan
penyeberangan yang menghubungkan antar bagian wilayah di Provinsi Riau dan antara Provinsi Riau dengan negara tetangga serta terintegrasinya
transportasi sungai dan penyeberangan dengan moda transportasi lainnya.
8. Terbangunnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur
wilayah melalui kemitraan Pemerintah dengan swasta.
B. Mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan bersaing, ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Tercapainya laju pertumbuhan ekonomi daerah secara berkesinambungan
sekitar di atas 7% - 8,5 % per tahun hingga tahun 2025 dengan pendapatan
per kapita sekitar US $ 9.000,00.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-8
2. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berdasarkan keunggulan
sektor perekonomian yang dalam jangka panjang tetap mampu mendukung
perekonomian Provinsi Riau, yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri
pengolahan, perikanan, peternakan, pariwisata, dan jasa.
3. Penguatan perekonomian yang bertumpu pada sektor pertanian, industri dan
jasa ditujukan untuk antisipasi habisnya migas masa datang.
4. Terbangunnya agroindustri dan agrobisnis sebagai hilir kegiatan pertanian dan
perkebunan yang mampu meningkatkan nilai tambah produksi daerah.
5. Terjaganya tingkat produksi dan kontribusi sektor pertambangan migas yang
mantapterhadap perekonomian Nasional dan Provinsi Riau.
6. Tumbuhnya usaha ekonomi rakyat berskala menengah dan kecil di sektor primer,sekunder, dan tersier yang saling terkait dalam proses penambahan
nilai, terutama dikawasan perdesaan.
7. Tersedianya infrastruktur ekonomi dengan tingkat pelayanan yang berkualitas
di bidang transportasi, komunikasi, informasi, produksi, dan pemasaran.
C. Mewujudkan masyarakat Riau yang mandiri dan sejahtera, ditandai oleh
hal-hal berikut:
1. Tersedianya prasarana dan peningkatan mutu pelayanan pendidikan dasar,
menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi yang dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat Riau.
2. Tersedianya prasarana dan pelayanan kesehatan yang memadai yang dapat
dijangkau seluruh lapisan masyarakat yang diindikasikan oleh peningkatan
indeks harapan hidup masyarakat Riau.
3. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditunjukkan oleh peningkatan IPM hingga batas minimal status IPM atas, yaitu sebesar 80 pada tahun 2025.
4. Peningkatan kualitas sosial-ekonomi masyarakat Riau yang ditunjukkan oleh
penurunan bagian masyarakat miskin hingga 5% dan seluruh rumah tangga di
Provinsi Riau; peningkatan TPAK hingga 90%; penurunan tingkat
pengangguran terbuka dansetengah menganggur; dan peningkatan
keterlibatan penduduk usia kerja di sektor ekonomi formal.
5. Terciptanya usaha ekonomi berbasis masyarakat berskala menengah dan kecil
untuk menampung peningkatan jumlah penduduk usia kerja.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-9
6. Terjadinya pergeseran lapangan kerja dari sektor pertanian menuju industri dan
jasa berbasis pertanian dan sumber daya alam lainnya.
7. Peningkatan produktifitas melalui pelatihan, peningkatan ketrampilan, dan mutu
manajemen mutu sesuai dengan standar yang diakui secara internasional
dalam rangka pembukaan peluang lapangan kerja baru terutama ditujukan
untuk memberikan peluang bagi masyarakat tempatan.
8. Tersedianya infrastruktur sosial, politik, dan budaya yang dapat dijangkau oleh
seluruh masyarakat Riau melalui dukungan sarana elektronik dan hasil
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya.
D. Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah, ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Terbangunnya pusat-pusat pertumbuhan dan pusat-pusat kegiatan secara
berhirarkis yang membentuk struktur ruang wilayah yang dituju.
2. Terbangunnya keterpaduan pembangunan wilayah daratan, pesisir, laut, dan
pulau pulau kecil dalam pembentukan struktur dan pemanfaatan ruang wilayah.
3. Tersedianya prasarana dan utilitas perkotaan yang mendukung perkembangan
pusat pertumbuhan dan kegiatan sesuai dengan skala pelayanan pusat yang
bersangkutan.
4. Tersedianya air bersih dan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup
layak terutama bagi masyarakat di wilayah pesisir.
5. Tersedianya infrastruktur wilayah mencakup jaringan jalan, transportasi laut,
transportasi udara, dan transportasi sungai dan penyeberangan yang
terintegrasi dan berhirarkis yang membentuk struktur ruang wilayah.
6. Terciptanya pusat-pusat pertumbuhan orde kedua dan ketiga di wilayah Riau bagian Selatan dan Barat untuk menghindarkan peningkatan keterpusatan
(primacy) Kota Pekanbaru dan mengurangi disparitas pertumbuhan antar
wilayah.
7. Terciptanya sentra-sentra dan cluster produksi di setiap bagian wilayah sesuai
dengan komoditi unggulannya.
8. Terciptanya pusat-pusat perdesaan atau agropolitan yang berfungsi mendorong
proses pertambahan nilai produk lokal melalui kegiatan pengolahan dan jasa
perdagangan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-10
9. Terbangunnya prasarana penghubung yang berfungsi sebagai feeder antara
sentra sentra produksi dan pusat-pusat perdesaan dengan jaringan transportasi
utama dan pusatpada orde yang lebih tinggi.
10. Tersedianya sumberdaya manusia yang berkualitas dalam jumlah yang cukup
diwilayah yang menjadi sentra produksi dan pusat-pusat kegiatan.
E. Mewujudkan kerjasama pembangunan antar wilayah, ditandai oleh hal-hal
berikut:
1. Terbangunnya kerjasama antara Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau di bidang
ekonomi, kependudukan, sosial, budaya, dan lingkungan.
2. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan Kabupaten/Kota di
Provinsi Riau di bidang ekonomi, kependudukan, sosial, budaya, lingkungan, dan pertahanan keamanan.
3. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan provinsi lainnya di Pulau
Sumatera di bidang ekonomi, kependudukan, sosial, budaya, lingkungan, dan
pertahanan-keamanan.
4. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan provinsi lainnya di luar
Pulau Sumatera di bidang ekonomi, kependudukan, dan sosial.
5. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan Pemerintah Pusat di
bidang ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan-keamanan.
6. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan negara tetangga di
bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
Sementara itu, Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau
Tahun 2005 – 2025 yang akan mendukung pengembangan Teknopolitan Kabupaten
Pelalawan adalah kebijakan Pemerintah Provinsi Riau dalam mewujudkan Provinsi Riau sebagai Pusat Kegiatan Perekonomian seperti :
1. Mendorong pembangunan sektor ekonomi unggulan seperti pertanian, industri
yang berbasis pertanian, untuk menggantikan kedudukan migas sebagai sektor
utama penghasilan daerah.
2. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan kegiatan industri, perdagangan,
dan jasa perbankan berskala internasional dan regional pada pusat-pusat
kegiatan berskala PKN dan PKW sesuai dengan fungsi utama yang ditetapkan
dalam RTRW Provinsi Riau.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-11
3. Membangun pusat-pusat aglomerasi industri dan terminal regional yang
berfungsi distribusi dan koleksi komoditi pada kota-kota pelabuhan utama.
4. Memfungsikan pusat-pusat kegiatan utama sebagai pusat pertemuan, konvensi,
konferensi, dan pameran kegiatan bisnis berskala internasional.
5. Membangun pusat-pusat penelitian dan pengembangan untuk menjawab
tantangan krisis pangan, energi, ICT dan masalah social.
6. Membangun prasarana pelabuhan laut internasional dan nasional di Dumai,
Tanjung Buton, Kuala Enok, dan Pekanbaru.
7. Membangun bandar udara baru berfungsi sebagai Pusat Penyebaran Primer
sebagai pengganti Bandara Sultan Syarif Kasim II.
8. Membangun jaringan jalan arteri primer Lintas Timur yang menghubungkan Sumatera Utara — Dumai — Pekanbaru — Rengat — Jambi; Lintas Tengah
yang menghubungkan Pekanbaru — perbatasan Sumatera Barat; dan Lintas
Barat yang menghubungkan Sumatera Utara — Pasir Pangaraian —
Bangkinang.
9. Membangun jaringan jalan provinsi dan kabupaten yang kokoh yang dapat
memperlancar lalu lintas produk pertanian dan industri.
10. Membangun jalur kereta api sebagai bagian dari Trans Sumatera Railway
terutama bagi angkutan barang jarak jauh dan massal.
11. Meningkatkan kerjasama dengan pelaku kegiatan ekonomi daerah, regional,
dan internasional, terutama dengan negara-negara di Asia Tenggara.
12. Mengembangkan sistem pelayanan jasa perekonomian berdasarkan
pengalaman positif provinsi lain atau negara tetangga yang lebih maju.
13. Menerapkan standar mutu nasional dan internasional dalam kegiatan perekonomian.
14. Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penerapan standardisasi umum
produk dan pelayanan jasa perekonomian.
15. Membangun struktur prasarana transportasi darat, laut, udara, sungai dan
penyeberangan secara hirarkis dan terintegrasi antar moda melalui pusat-pusat
kegiatan sebagai transhipment point serta meningkatkan pelayanan sarana
transportasi sesuai dengan fungsinya.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-12
Disamping itu untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan
mampu bersaing, Pemerintah Provinsi Riau terus berupaya untuk :
1. Mendorong pertumbuhan sektor ekonomi unggulan, yakni industri pengolahan,
pertanian, pertambangan, dan jasa untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang dengan dukungan sektor-sektor prospektif yang
secara agregatif akan memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan
ekonomi, yaitu sektor perikanan, peternakan, dan pariwisata.
2. Meningkatkan upaya eksplorasi dan penerapan teknologi eksploitasi migas
untuk peningkatan produksi; pelibatan pemangku kepentingan di daerah dalam
produksi migas; perkuatan aspek hukum; dan kelembagaan bagi hasil yang
lebih adil.
3. Meningkatkan produksi dan produktifitas pertanian tanaman pangan melalui
penyiapan lahan pertanian, pengembangan riset dan penyuluhan untuk
peningkatan mutu bibit dan produk yang tahan hama dan penyakit, dan
penyediaan sarana produksi pertanian secara kontinyu.
4. Meningkatkan produksi perkebunan melalui pola-pola pengelolaan yang pernah
diterapkan yang menunjukkan kinerja positif sekaligus untuk pemulihan lahan
lahan kritis.
5. Mendorong tumbuhnya industri hilir produk tanaman pangan dan perkebunan
berbasis teknologi maju untuk tujuan konsumsi, industri pangan, dan bahan
energi (biofuel) serta mendorong tumbuhnya agrobisnis dengan memanfaatkan
potensi pasar regional melalui diversifikasi, jumlah, dan mutu produk dalam
rangka pertambahan nilai dan perluasan lapangan kerja.
6. Mendorong tumbuhnya industri hilir bagi produk perkebunan terutama untuk antisipasi over produksi kelapa sawit, kelapa dan karet.
7. Meningkatkan usaha perikanan dan peternakan rakyat dan usaha skala besar
melalui pemanfaatan bioteknologi dalam penyediaan bibit unggul dan
peningkatan mutu produk serta mengembangkan industri pengolahannya
dengan memanfaatkan teknologi pasca panen untuk menjamin mutu dan
ketersediaan produk dalam jangka panjang.
8. Meningkatkan pengelolaan perkebunan rakyat, pertanian tanaman pangan,
perikanan, dan peternakan yang bersifat subsistem secara lebih profesional dan
terintegrasi dengan kegiatan off-farm serta kegiatan bisnis lainnya.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-13
9. Membangun obyek dan destinasi pariwisata, menyediakan prasarana dan
sarana penunjang, dan meningkatkan pelayanan jasa kepariwisataan, termasuk
pengembangan wisata minat khusus dan agrowisata yang terintegrasi dengan
perlindungan plasma nutfah dan spesies dilindungi.
10. Membina kegiatan usaha berskala kecil dan menengah agar menjangkau
persyaratan dan standar intemasional untuk mutu produk dan jasa pelayanan.
11. Menciptakan iklim investasi melalui pembenahan arah kebijakan, regulasi, dan
perijinan; pemberian insentif bagi sektor unggulan; penyiapan lokasi kegiatan;
promosi potensi daerah; dan menjaga stabilitas politik, sosial, keamanan dan
ketertiban umum, dan kepastian hukum.
12. Meningkatkan peran Pemerintah Daerah sebagai regulator, katalisator, dan fasilitator pembangunan ekonomi melalui penghapusan ekonomi biaya tinggi;
penciptaan akses terhadap permodalan dan pasar; dan peningkatan kualitas
dan produktifitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing yang tinggi.
13. Meningkatkan upaya intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi potensi
sumber keuangan daerah untuk meningkatkan kemampuan pendanaan daerah
dalam pembangunan infrastruktur eksternal penunjang kegiatan ekonomi,
seperti jaringan jalan, sumber air, sumber energi, dan telekomunikasi.
14. Membangun pola kemitraan dalam pembangunan ekonomi antara Pemerintah
Daerah, swasta, UKM, dan koperasi sebagai wadah pengembangan kegiatan
usaha produktif, pemberdayaan masyarakat golongan ekonomi lemah, dan
mengembangkan lembaga keuangan mikro dalam rangka ekonomi kerakyatan.
15. Mengelola dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjaga,
Mengelola dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjaga keberlanjutan perkembangan perekonomian daerah dan perlindungan
lingkungan guna penyelarasan terhadap ently barrier pasar dunia.
Untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah di Provinsi
Riau, peranan pemerintah diharapkan dapat:
1. Mendorong terbentuknya struktur ruang yang Iebih menjamin pengurangan
disparitas perkembangan antar bagian wilayah Provinsi Riau melalui
pengembangan pusat-pusat kegiatan pada koordinasi lebih rendah dari Pekan
baru dan Dumai dan pusat-pusat lokal, termasuk agropolitan yang berfungsi
mengolah komoditi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-14
peternakan melalui kegiatan agroindustri dan agrobisnis serta pusat perikanan
di kawasan pesisir Timur.
2. Meningkatkan aksesibilitas di wilayah provinsi, terutama pusat-pusat kegiatan
ekonomi di Riau bagian Selatan. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui
peningkatan jaringan jalan arteri primer Lintas Timur, Lintas Tengah, jalur
kearah Barat yang menghubungkan Lintas Timur dengan Lintas Tengah
Sumatera, dan jalur pesisir Dumai — Sei Pakning — Simpang Pusako dan
Dumai — Bagan Siapi-api; serta pembangunan feeder road untuk fungsi koleksi
dan distribusi barang dan jasa antara pusat kegiatan sub-wilayah dan pusat
kegiatan lokal dengan pusat utama. Jalur Lintas Timur, Lintas Tengah, dan jalur
ke arah Barat yang menghubungkan Lintas Timur dengan Lintas Tengah berfungsi sebagai sistem jaringan utama bagi feeder road yang
menghubungkannya dengan pusat pusat produksi. Feeder road selain
diperankan oleh jaringan jalan kolektor dan lokal, juga oleh pelabuhan
pengumpan, jalur sungai, dan bandar udara penyebaran tersier dan perintis.
3. Meningkatkan dan melakukan pemeliharaan prasarana jalan arteri primer dan
peningkatan peran Kota Pekanbaru sebagai pusat utama dengan aksesibilitas
yang tinggi terhadap bagian wilayah Provinsi Riau maupun dengan provinsi
lainnya bagi aktivitas ekonomi berskala besar.
4. Meningkatkan kapasitas Pelabuhan Dumai, Tanjung Buton, Kuala Enok, dan
Pekanbaru/ Tenayan sebagai pelabuhan internasional serta mendorong
pembangunan dan peningkatan kapasitas pelabuhan-pelabuhan pengumpan
regional dan lokal untuk melayani pergerakan barang dan penumpang antar
bagian wilayah provinsi dan produksi perikanan setempat.
5. Membangun bandar udara baru pengganti Bandara Sultan Syarif Kasim II yang
berfungsi sebagai pusat penyebaran primer serta membangun dan
meningkatkan pelayanan bandar udara lainnya yang berfungsi sebagai pusat
penyebaran sekunder, tersier, dan perintis sebagai pengumpan.
6. Meningkatkan kinerja dan membangun sarana transportasi sungai dan
penyeberangan untuk melayani pergerakan barang dan penumpang dan
wilayah bagian Barat menuju pusat-pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan
pemerintahan.
7. Mengintegrasikan sistem transportasi antar moda, yakni moda transportasi
darat, laut, udara, sungai, dan penyeberangan melalui pusat-pusat pemadu
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-15
moda (transhipment point) yang dilengkapi sarana transportasi dan tingkat
pelayanan yang memadai.
8. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan untuk mendukung
perkembangan pusat sub-wilayah, pusat lokal, dan agropolitan di wilayah
perdesaan, pedalaman, dan pesisir sesuai dengan standar penyediaan
prasarana dan sarana perkotaan.
9. Mengalokasikan ruang bagi kegiatan budidaya perkotaan, pertambangan,
pertanian, industri, perikanan, peternakan, dan pariwisata sesuai yang
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau.
10. Mengalokasikan ruang bagi kegiatan pertanian, perkebunan, dan peternakan
berskala kecil dan menengah pada kawasan perdesaan dan relatif tertinggal yang ditujukan sebagai kegiatan rakyat dan masyarakat tempatan dan
mengalokasikan ruang laut bagi kegiatan masyarakat nelayan yang bermukim
di pantai Timur dan pulau-pulau kecil untuk penangkapan dan budidaya
perikanan.
11. Membangun prasarana kelistrikan, keenergian, telekomunikasi, dan sarana
sosial lainnya di kota-kota yang padat penduduk, ibukota kabupaten baru, dan
pusat pusat kecamatan dan sentra produksi.
12. Memperkuat fungsi RTRW Provinsi Riau dan rencana yang lebih rinci sebagai
acuan pemanfaatan ruang serta membangun sistem pengendalian alih fungsi
lahan sesuai dengan fungsi ruang yang ditetapkan. Implementasi dan
pengendalian pemanfaatan ruang ditujukan untuk meningkatkan produktifitas
kawasan budidaya dan melestarikan kawasan berfungsi lindung di darat,
pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil.
13. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penataan ruang dan kualitas aparatur
pelaksananya melalui perkuatan institusi koordinasi penataan ruang daerah;
regulasi perijinan dan penertiban; memperkuat institusi pengawasan; dan
pembinaan aparatur, termasuk PPNS dan pejabat pengawas lingkungan.
14. Menjalin kemitraan dengan pihak swasta untuk membangun prasarana dan
infrastruktur wilayah berskala besar.
Untuk mewujudkan kerjasama pembangunan antar wilayah, Pemerintah
Provinsi Riau bertekad:
1. Membangun forum dan meningkatkan kerjasama pembangunan antar wilayah
Kabupaten/Kota dengan Provinsi Riau untuk melaksanakan kesepakatan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-16
kesepakatan pembangunan lintas wilayah dan lintas sektor di bidang ekonomi,
sosial, budaya, lingkungan, dan pertahanan keamanan.
2. Meningkatkan kerjasama pembangunan dengan provinsi di Pulau Sumatera dan
provinsi lainnya melalui forum, musyawarah, dan kesepakatan dalam
pembangunan infrastruktur, sektor ekonomi, pembangunan sosial, penataan
ruang, dan perlindungan lingkungan.
3. Meningkatkan kerjasama pembangunan antara Provinsi Riau dengan
Pemerintah Pusat, terutama di bidang penataan ruang, pembangunan sektor
ekonomi unggulan nasional, pembangunan infrastruktur berskala nasional dan
internasional, pengendalian kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan
berskala lebih luas dari Provinsi Riau, kemampuan dalam mitigasi bencana, dan memperkuat ketahanan dan keamanan negara.
4. Meningkatkan peranserta dalam kerjasama internasional melalui kerjasama
ekonomi regional IMTGT dan kerjasama khusus lainnya, seperti sister city,
dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat.
5. Membangun kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak swasta melalui
pola public private partnership (P3), terutama dalam pembangunan
infrastruktur berskala besar.
Dalam jangka panjang, perwilayahan pembangunan Provinsi Riau dilaksanakan
melalui pembentukan sistem pusat-pusat yang menggerakkan pembangunan di
wilayah yang dilayaninya dan didukung oleh sistem prasarana wilayah. Untuk itu,
sistem pusat-pusat Provinsi Riau dibentuk oleh 2 (dua) pusat utama yang berfungsi
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 6 (enam) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan
13 (tigabelas) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dan Sub-Pusat Kegiatan Lokal. Masing-masing pusat kegiatan memiliki wilayah pelayanan dengan skala yang bersifat hirarkis
sesuai dengan fungsi pusat masing-masing, sehingga ordinasi pusat-pusat tersebut
secara menyeluruh dapat membentuk struktur ruang wilayah Provinsi Riau.
Perwilayahan pembangunan diwakili oleh Kota Pekanbaru dan Dumai sebagai PKN
ditunjang oleh jaringan jalan arteri primer, pelabuhan nasional dan internasional, dan
bandar udara sebagai pusat penyebaran.
Kota Pekanbaru didukung oleh jaringan jalan tol yang menghubungkannya
dengan Kota Dumai dan berada pada jaringan arteri primer yang menghubungkannya
dengan pusat-pusat Provinsi Sumatera Utara, Jambi, dan Sumatera Barat; didukung
oleh Pelabuhan Mengkapan Buton di pantai Timur Kabupaten Siak yang berfungsi
sebagai pelabuhan internasional; dan didukung oleh Bandara Sultan Syarif Qasim II
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-17
sebagai Pusat Penyebaran Sekunder (PPS) yang melayani penerbangan internasional.
Kota Dumai sebagai PKN didukung oleh posisi geografisnya yang bersifat strategis
untuk menggantikan Kota Batam; terhubungkan oleh jalan tol dengan Kota Pekanbaru
dan jalan arteri primer dengan pusat-pusat Provinsi Sumatera Utara, Jambi, dan
Sumatera Barat; didukung oleh Pelabuhan Dumai dan Lubuk Gaung sebagai pelabuhan
hub internasional; dan didukung oleh Bandara Pinang Kampai sebagai PPS dengan
pe!ayanan penerbangan internasional.
Untuk menuju terbentuknya pembangunan wilayah yang lebih seimbang di
seluruh bagian wilayah Provinsi Riau, maka pusat-pusat lainnya difungsikan sebagai
PKW diwakili oleh Kuala Enok, Pasir Pangaraian, Ujung Tanjung, Siak Sri Indrapura,
Bengkalis — Buruk Bakul, dan Rengat — Pematang Reba; masing-masing dengan dukungan prasarana wilayah berskala regional dan memiliki jangkauan pelayanan
bagian wilayah Provinsi Riau.
Secara hirarkis fungsi pelayanan pusat-pusat diperankan oleh PKL yang diwakili
oleh Bangkinang, Ujung Batu, Bagan Siapi-api, Bagan Batu, Sei Pakning, Selat Panjang,
Dun,Tanjung Buton, Pangkalan Kerinci, Air Molek, Tembilahan, Sei Guntung, dan Taluk
Kuantan. Dengan dukungan prasarana wilayah dan sub-pusat kegiatan, maka pusat-
pusat sebagai simpul koleksi dan distribusi dan pusat pelayanan terhadap hinterland-
nya berperan mendorong perkembangan di seluruh wilayah Provinsi Riau hingga ke
perdesaan dan pedalaman. Dalam konstelasi tersebut, akses wilayah Riau bagian
Selatan dan Barat terhadap wilayah Riau bagian Utara dan Tengah serta wilayah yang
berbatasan diperkuat melalui ketersediaan jaringan jalan, pelabuhan laut, dan bandar
udara yang terbangun sebagai sistem antarmoda, sehingga mampu mendorong
perkembangan bagian wilayah provinsi sebagai sub-wilayah pembangunan Provinsi Riau. Perkuatan struktur tersebut diupayakan melalui pengembangan jaringan
transportasi udara, sungai, penyeberangan, jalan raya, dan jalur kereta api. Akses
Barat - Timur mengandalkan jalan tol Pekanbaru - Dumai, didukung oleh peningkatan
kapasitas jalan arteri Lintas Tengah dan Timur Trans Sumatera serta jalur jalan
menyusur pesisir pantai Timur. Pembangunan Pelabuhan Dumai, Kuala Enok,
Mengkapan Buton, dan Pekanbaru dan pelabuhan pengumpan lainnya ditujukan untuk
memperkuat struktur ruang serta menciptakan aksesibilitas antar moda di Provinsi
Riau. Hal tersebut diperkuat melalui pembangunan bandar udara internasional
pengganti Bandara Sultan Syarif Kasim II, Bandara Pinang Kampai di Dumai, Bandara
Japura Rengat, Pasir Pangaraian, Pinang Kampai di Dumai, Sei Pakning, SSH Setia
Negara di Pangkalan Kerinci, dan Tembilahan/Tempuling di Indragiri Hilir.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-18
Perspektif di atas mengindikasikan bahwasanya pusat-pusat kegiatan pada
skala provinsi dan kabupaten akan berperan untuk mendukung pengembangan sektor-
sektor unggulan yang berorientasi keluar provinsi dan pusat-pusat pada ordinasi yang
lebih rendah berperan untuk mendukung kepentingan perkuatan internalisasi
pengembangan wilayah di dalam Provinsi Riau.
Perkuatan pusat-pusat kegiatan di Provinsi Riau menjadi orientasi utama
sejalan dengan kepentingan pertumbuhan penduduk yang dalam jangka panjang
diindikasikan dibentuk oleh tingkat migrasi yang tinggi dengan kualifikasi tenaga kerja
yang lebih baik. Pusat-pusat pertumbuhan dan sentra produksi akan menjadi tujuan
konsentrasi penduduk sesuai dengan pendidikan dan keahliannya yang cenderung
berorientasi produktivitas yang tinggi. Guna mendistribusikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat hingga kekawasan perdesaan, maka peran
PKL dan sub-pusat kegiatan menjadi penting. Kawasan perdesaan menjadi satuan
ruang pembangunan yang diprioritaskan yang dapat dicapai melalui strategi
pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang memberikan pertambahan nilai pada
skala lokal, antara lain melalui kegiatan agro industri dan agrobisnis; pengembangan
pusat-pusat kegiatan berskala lokal sebagai agropolitan; pembangunan. prasarana
wilayah perdesaan sebagai feeder terhadap sistem prasarana wilayah provinsi dan
kabupaten/kota; penyediaan sarana umumguna meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia; perkuatan aparatur penyelenggara pembangunan di kawasan perdesaan
guna meningkatkan pelayanan masyarakat; pembinaan dan pendidikan politik untuk
mewujudkan masyarakat yang lebih demokratis; dan membuka peluang bagi peran
serta masyarakat perdesaan secara aktif dalam pelaksanaan dan pengelolaan
pembangunan.
Kesejahteraan dan tingkat kehidupan masyarakat yang semakin berkualitas
ditunjukkan oleh keberlanjutan penurunan indikator pengangguran terbuka dan
setengah menganggur; penurunan bagian penduduk miskin; peningkatan indeks
pembangunan manusia (IPM); peningkatan tingkat partisipasi aktif angkatan kerja
(TPAK); peningkatan kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; berkurangnya kesenjangan antar
bagian wilayah Provinsi Riau; serta peningkatan kualitas lingkungan hidup sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau. Kesejahteraan masyarakat yang
meningkat secara lebih mantap ditandai oleh peningkatan IPM hingga mencapai indeks
80 dengan asumsi bahwa IPM kawasan perdesaan telah berhasil meningkat, sehingga
disparitas semakin berkurang; tetap bertahannya TPAK path kondisi sekitar 90%;
penurunan angka pengangguran hingga 8% dan penduduk usia kerjadan penurunan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-19
pengangguran terdidik; dan bagian masyarakat yang tergolong miskin menurun hingga
sekitar 8% dan penduduk Provinsi Riau.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih mantap dicapai melalui
pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau
tanpa migas pada laju diatas 8% per tahun bertumpu pada pengembangan industri
pengolahan, pertambangan, agroindustri, perdagangan, dan jasa. Pembangunan
industri pengolahan diarahkan pada diversifikasi industri dan pengembangan industri
hilir berbasis sumber daya alam terbarukan; penguatan penambahan nilai melalui
pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan; dan eksplorasi
dan penerapan teknologi maju dalam kegiatan eksploitasi migas. Peningkatan
akselerasi pengembangan industri didukung oleh pembangunan kawasan industri di Kota Dumai dan pusat-pusat kegiatan di wilayah Riau bagian Utara dan Selatan. Proses
perkembangan ini didukung oleh identifikasi sektor sektor unggulan yang secara nyata
berperan dalam perekonomian Provinsi Riau.
Guna mengurangi disparitas pertumbuhan dan perkembangan antara pusat
pusat kegiatan ekonomi dengan kawasan perdesaan dan antara wilayah Riau
bagianTengah dengan bagian Utara dan Selatan, maka prioritas diberikan pada
pengembangan usaha ekonomi rakyat berskala menengah dan kecil di sektor sekunder
dan tersier. Prioritas tersebut perlu didukung oleh berbagai bentuk insentif berupa
dukungan perijinan. permodalan, pembinaan, pemasaran, serta penyediaan
infrastruktur ekonomi. Selain itu, disparitas perkembangan antar bagian wilayah
dikurangi melalui prioritas pembangunan infrastruktur dan fasilitas ekonomi lainnya di
wilayah Riau bagian Utara dan Selatan. Prioritas pembangunan wilayah didorong
melalui penyebaran fungsi distribusi dan koleksi barang dan jasa pada pusat-pusat pertumbuhan berskala lokal (PKL) di wilayah Riau bagian Selatan dan Utara;
peningkatan aksesibilitas melalui penyediaan infrastruktur transportasi multimoda
berfungsi pengumpan (feeder); penyediaan sumber daya energi primer dan fasilitas
telekomunikasi di wilayah Riau bagian Utara dan Selatan; dan memperkuat
kemampuan dan kapasitas penanganan angkutan barang dan penumpang (handling)
antar moda pada lokasi pergantian antar moda (transhipment point).
Pembangunan ekonomi juga didukung oleh pembangunan sektor-sektor
unggulan yang selama ini telah berkembang, antara lain produk CPO, pulp andpaper,
crumb rubber, dan minyak kelapa. Pertumbuhan sektor unggulan tetapdi pertahankan
untuk memantapkan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara makro.
Pembangunan infrastruktur ekonomi selain dilakukan melalui pembangunan prasarana
jalan dan angkutan sungai di kawasan perdesaan, juga dilengkapi dengan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-20
pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai dan pembangunan Pelabuhan Dumai,
Buatan, dan Kuala Enok menuju terciptanya 3 (tiga) outlet utama Provinsi Riau.
Pelabuhan laut lainnya dibangun secara bertahap untuk memperkuat struktur
prasarana transportasi laut. Gagasan pembangunan jaringan kereta api regional
sebagai bagian Trans Sumatera Railway dimanifestasikan melalui telaah kelayakan
dan perancangan lebih rinci.
Seiring dengan pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dilaksanakan pembangunan sumber daya manusia melalui
perluasan pembangunan prasarana dan peningkatan mutu pelayanan pendidikan
dasar, menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi; perluasan pembangunan prasarana
dan mutu pelayanan kesehatan; pembangunan sistem informasi pembangunan yang handal; pemantapan akses masyarakat terhadap informasi pembangunan; menjaga
dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan sosial-politik yang
demokratis; dan lebih memperkuat kelembagaan demokrasi.
Pada sektor publik dilakukan pemantapan iklim pembangunan ekonomi
dibidang investasi melalui kepastian birokrasi, kepastian hukum, dan kepastian usaha;
peningkatan format dan skema kemitraan sektor swasta dan publik dengan
masyarakat dalam usaha ekonomi; pemantapan tata kelola pemerintahan yang baik;
pemantapan kinerja dan profesionalisme aparatur; dan penegakan hukum secara
menyeluruh.
Upaya peningkatan perekonomian dan peningkatan kualitas kelembagaan dan
sumber daya manusia dilaksanakan melalui penyelenggaraan pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang berpedoman kepada RTRW Provinsi Riau.
Arahan pembangunan dalam dimensi spasial dilaksanakan dan dikendalikan secara taat asas terutama dalam tujuan pembentukan struktur ruang dan pola ruang. Dalam
kaitan tersebut dilaksanakan pengelolaan lingkungan padakawasan lindung melalui
program pembangunan dan perijinan. Pelaksanaan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan dilaksanakan bersamaan dengan pemanfaatan sumber energi
terbarukan; pelaksanaan program mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;
pemantapan pengendalian penurunan kualitas lingkungan. oleh aparatur yang
kompeten; serta pelembagaan peran serta masyarakat dalam pelestarian dan
pengawasan kualitas lingkungan. Pemantapan kemampuan mitigasi bencana alam
dilaksanakan melalui pemanfaatan teknologi; upaya mitigasi secara struktural dan non
struktural; serta pemantapan kelembagaan mitigasi bencana.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-21
Kesejahteraan masyarakat yang meningkat secara lebih mantap ditandai oleh
peningkatan IPM hingga mencapai indeks 85 dengan asumsi bahwa IPM kawasan
perdesaan berhasil meningkat secara nyata, sehingga menurunkan disparitas secara
nyata pula; TPAK tetap bertahan pada kondisi sekitar 90%; penurunan angka
pengangguran secara berlanjut hingga 6% - 7% dan penduduk usia kerja dan
penurunan pengangguran terdidik secara nyata; dan pengurangan bagian masyarakat
yang tergolong miskin hingga sekitar 6% - 7% dan penduduk Provinsi Riau.
Kesejahteraan masyarakat yang meningkat secara lebih mantap diupayakan
melalui peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tanpa migas sekitar 8% -
8,5% per tahun yang bertumpu pada pengembangan industni pengolahan,
pertambangan, agroindustri, perdagangan, dan jasa. Pembangunan industri pengolahan dilaksanakan melalui diversifikasi industri dan pengembangan industrI hilir
berbasis sumber daya alam terbarukan; penguatan penambahan nilai melalui
pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan; perdagangan
produk pengolahan hasil pertanian; dan eksplorasi dan penerapan teknologi maju
dalam kegiatan eksploitasi migas. Peningkatan akselerasi pengembangan industri
didukung oleh pembangunan kawasan industri di pusat-pusat kegiatan di wilayah Riau
bagian Tengah, Utara, Barat, dan Selatan.Upaya pertumbuhan ekonomi juga didukung
oleh pembangunan sektor pariwisata dan jasa lainnya di Provinsi Riau, terutama untuk
memanfaatkan kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk melalui gerbang
utama Batam. Dalam kaitan ini Provinsi Riau akan membangun prasarana konvensi
bertaraf intemasional bagi kepentingan pariwisata MICE.
Disparitas pertumbuhan dan perkembangan antara pusat-pusat kegiatan
ekonomi dengan kawasan perdesaan dan antara wilayah Riau bagian Tengah dengan bagian Utara dan Selatan semakin dikurangi melalui usaha ekonomi rakyat berskala
menengah dan kecil di sektor sekunder dan tersier di wilayah bagian Utara, Selatan,
dan Barat melalui agro industri dan agrobisnis. Pembangunan tersebut didukung oleh
program-program pengentasan kemiskinan, pembangunan prasaranadan pelayanan
pendidikan, serta pembangunan dan pelayanan infrastruktur ekonomi pada skala yang
lebih luas dan skala lokal untuk menjangkau pusat-pusat kegiatan distribusi dan koleksi
barang dan jasa berhirarki Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Pembangunan infrastruktur
transportasi direncanakan dapat menghubungkan prasarana jalan lokal primer dengan
kolektor primer dan arteri primer pada jalur lintas Barat, Tengah, dan Timur Riau.
Keterkaitan transportasi antar moda dikembangkan lebih lanjut melalui peningkatan
kapasitas pelayanan pemadu antar moda (transhipment point). Pengembangan
Pelabuhan Kuala Enok dan Buatan dilanjutkan untuk mendukung terbangunnya 3 (tiga)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-22
outlet utama Provinsi Riau melalui laut. Pembangunan pelabuhan lainnya tetap
berlangsung sesuai dengan fungsi yang melekat pada masing-masing pelabuhan.
Pembangunan infrastruktur transportasi dilengkapi oleh pembangunan jaringan
angkutan keretaapi Trans Sumatera Railway. Pembangunan pusat-pusat distribusi dan
koleksi barang dan jasa pada pusat-pusat kegiatan berskala lokal (PKL) tetap
dilanjutkan bersamaan dengan pengembangan PKW. Penyediaan sumber daya energi
primerdan fasilitas telekomunikasi di wilayah Riau bagian Utara, Selatan, dan Barat
tetap dilanjutkan seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi di bagian wilayah
tersebut. Upaya peningkatan perekonomian dilaksanakan selaras dengan struktur dan
pola ruang yang ditetapkan RTRW Provinsi Riau dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang taat asas.
Pembangunan ekonomi dengan intensitas tinggi didukung sumber daya
manusia melalui perluasan pembangunan prasarana dan peningkatan mutu pelayanan
pendidikan menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi; peningkatan mutu pelayanan
kesehatan; tersedianya sistem informasi pembangunan yang akurat dan handal;
pemantapan akses masyarakat terhadap informasi pembangunan; mempertahankan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan sosial-politik yang demokratis; dan
kelembagaan demokrasi yang kuat. Pelayanan publik diselenggarakan sesuai
ketentuan standar pelayanan minimum dan standar mutu lingkungan.
Pembangunan sektor publik juga lebih dimantapkan agar iklim investasi mampu
bersaing dengan negara-negara lain di Asia Tenggara; peningkatan kemitraan usaha
ekonomi antara sektor swasta dan publik. dengan masyarakat; pemantapan tata kelola
pemerintahan yang lebih baik; kinerja dan profesionalisme aparatur yang lebih
mantap; dan penegakan hukum secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi diikuti oleh pelaksanaan pengelolaan lingkungan sesuai standar mutu lingkungan dan
konvensi internasional yang disepakati, yakni melalui pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan, pemanfaatan sumber energi terbarukan; penyelenggaraan
mitigasi bencana dengan memanfaatkan teknologi mutakhir; pelaksanaan program
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim; kompetensi lembaga dan aparatur
bidang lingkungan hidup; dan peran serta masyarakat yang melembaga dalam
pelestarian dan pengawasan kualitas lingkungan.
Berdasarkan penjelasan kebijakan prioritas, arah kebijakan dan sasaran pokok
Rencana Pembangunan Jangka Panjangdan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJP/RPJM) Provinsi Riau ditarik kesimpulan bahwa Kebijakan Pengembangan
Teknopolitan Pelalawan sesuai dan sinergi dengan Kebijakan Pembangunan Provinsi
Riau.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-23
2.3 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN PELALAWAN.
Prioritas pembangunan dan fokus sasaran unggulan pembangunan memiliki
kendala karena keterbatasan sumberdaya keuangan pembangunan, ditengah-tengah
banyaknya tuntutan pemenuhan kebutuhan akan pembangunan yang harus dicapai
dalam masa lima tahun, seperti yang tergambar dalam visi, misi, tujuan dan sasaran
RPJMD 2011-2016, maka di perlukan pemilihan dan penentuan prioritas pembangunan
dan fokus sasaran unggulan pembangunan yang diperhitungkan mampu di capai pada
tahun akhir masa bakti pimpinan daerah.
Prioritas Pembangunan Kabupaten Pelalawan 2011-2016:
1) Pengembangan Pertanian dan Pangan;
2) Pengembangan Ekowisata Unggulan;
3) Pengembangan Industri Kelapa Sawit dan Karet;
4) Pengembangan Jalan Lintas Timur Alternatif dan Listas Bono;
5) Pembangunan Perguruan Tinggi;
6) Pembangunan dan Pengembangan Sumberdaya Listrik dan Air Bersih.
Fokus sasaran unggulan pembangunan Kabupaten Pelalawan tahun 2011-2016
adalah dalam rangka mempertajam visi dan misi pembangunan 2011-2016, dan
memfokuskan penggunaan seluruh sumberdaya (SDM, anggaran, waktu) yang dapat
menjadi lokomotif pembangunan dalam pencapaian target pembangunan Kabupaten
Pelalawan 2011-2016, maka untuk itu dari beberapa Sasaran tujuan yang telah di
tetapkan dalam visi, misi dan program Bupati terpilih, disepakati untuk ditetapkan satu
sasaran yang menjadi “icon” fokus sasaran unggulan pembangunan Kabupaten
Pelalawan selama lima tahun yaitu:
MEWUJUDKAN EKOWISATA SELANCAR BONO BERBASIS MASYARAKAT SERTA BERWAWASAN LINGKUNGAN MENJADI TUJUAN WISATA NASIONAL DAN DUNIA.
Dengan target sasaran “EKOWISATA SELANCAR BONO” menjadi tujuan wisata 20
besar nasional dan 200 besar dunia di tahun 2016.
Indikator Pencapaian Fokus Sasaran Unggulan Pembangunan Kabupaten
Pelalawan Tahun 2011 – 2016 adalah Mewujudkan Ekowisata Selancar Bono Berbasis
Masyarakat Serta Berwawasan Lingkungan menjadi tujuan wisata nasional urutan ke
20 dan tujuan wisata dunia urutan ke 200. Pencapaian pembangunan selama lima
tahun yang memfokuskan sasaran unggulan pembangunan pada pewujudan ekowisata
selancar bono berbasis masyarakat serta berwawasan lingkungan manjadi tujuan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-24
wisata nasional dan dunia, bukan berarti menafikan sasaran bidang lain yang tidak
menjadi prioritas unggulan melainkan sebagai pengungkit (leverage) serta perekat
antar sasaran bidang yang ada dalam rangka mencapai tujuan pembangunan daerah
sesuai visi dan misi akhir masa periode pada tahun 2016.
Dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Pelalawan, terutama dalam
membangun fokus sasaran unggulan pembangunan “Mewujudkan Ekowisata Selancar
Bono Berbasis Masyarakat Serta Berwawasan Lingkungan Menjadi Tujuan Wisata
Nasional Dan Dunia”, pendekatan yang dilakukan adalah dengan Penguatan Sistem
Inovasi Daerah. Penguatan Sistem Inovasi Daerah dilakukan melalui pelaksanaan
enam agenda inovatif. Agenda inovatif yang berkaitan dengan fokus sasaran unggulan
pembangunan adalah sebagai berikut:
Agenda 1 (Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis);
1) Penetapan jasa usaha wisata.
2) Proses pemberian izin usaha pariwisata dan usaha lainnya secara cepat dan
terpadu dengan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
3) Penyusunan rencana induk pariwisata.
4) Penyediaan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
penyelenggaraan administrasi serta layanan pariwisata.
5) Penyusunan penguatan Basis Data Pembangunan di seluruh SKPD berbasis TIK.
6) Membangun kerjasama antar daerah sepanjang Daearah Aliran Sungai (DAS)
Kampar.
7) Pemberian tax holiday bagi para investor wisata.
8) Pembangunan Aquarium ikan air tawar Sungai Kampar.
9) Penyelenggaraan even pemerintah di tempat tujuan ekowisata ( Selancar Bono dan
Taman Nasional Tesso Nilo).
10) Membangun pasar wisata berbasis WEB dan berwawasan lingkungan.
Agenda 2 (Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek serta mengembangkan kemampuan absorpsi UMKM) ;
1) Pengembangan Kerjasama bidang IPTEK tentang biodiversity, sumber energi
terbaharukan, penguatan pangan utama padi dan Jagu, pendukung ekowisata.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-25
2) Peningkatan kapasitas Usaha Kecil Menengah (UKM) handy craft, makanan
(kuliner) khas bersumber daya lokal.
3) Sistem informasi layanan pendidikan, layanan kesehatan, layanan pariwisata serta
potensi daerah berbasis TIK.
Agenda 3 (Menumbuh-kembangkan kolaborasi bagi inovasi, meningkatkan difusi inovasi, serta menggunakan praktik baik dan hasil litbang);
1) Pengembangan dan atau membangun lembaga-lembaga wisata lokal dan
kerjasama lembaga dalam pengembangan ekowisata.
2) Pemanfaatan kepakaran khusus di bidang ekowisata, TIK serta Lingkungan
(nasional/internasional) untuk mengembangkan potensi lokal.
3) Diseminasi praktek baik bagi pelayanan kesehatan, pertanian dan perkebunan
serta industri ramah lingkungan.
Agenda 4 (Membangun budaya inovasi) yang meliputi :
1) Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan tujuan wisata.
2) Kampanye sadar wisata, melek TIK serta berwawasan Lingkungan bagi seluruh
birokrasi dan masyarakat untuk menunjang kemandirian.
3) Insentif pembiayaan dan reward pada usaha pemula wisata berbasis masyarakat
dan berwawasan lingkungan.
4) Bantuan teknis peningkatan kapasitas di bidang hospitality pelaku bisnis pariwisata.
5) Mensponsori pusat kegiatan masyarakat berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (telecenter).
6) Fasilitasi penumbuhan kegiatan ekonomi penunjang ekowisata di wilayah tujuan
wisata.
Agenda 5 (Menumbuh kembangkan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah):
1) Pengembangan infrastruktur khusus jalan, jembatan, listrik dan air bersih
pendukung kelancaran ekowisata.
2) Membanguan Kerjasama intens antara Kabupaten Pelalawan dengan BPPT,
kementrian Budaya dan Pariwisata serta Pekerjaan Umum dalam pengembangan
industri pariwisata.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-26
Agenda 6 (Penyelarasan dengan perkembangan global):
1) Menyelenggarakan dan atau Mengikuti event wisata serta forum diskusi TIK pada
tingkat nasional atau internasional.
2) Penerapan Standar teknis bagi pengadaan pemerintah di bidang spesifik.
2.4 KEBIJAKAN DASAR TEKNOPOLITAN.
Menururt Carlos Quandt (1997) dalam tulisannya “Virtual Technopoles:
Exploring the Potential of Internet and Web Technologies to Create Innovative
Environments in Latin America and the Caribbean” Keberlangsungan dan Keberlanjutan
Teknopolitan ditentukan pula oleh berbagai faktor maupun elemen pendukung yakni:
Ketersedian dukungan dari pimpinan politik dan akademisi;
Keberadaan budaya kewirausahaan;
Keberadaan kaitan yang kuat antara komunitas saintifik dan entrepreneur/
teknoprener;
Jaringan informasi;
Pencitraan yaitu promosi citra kawasan sebagai teknopolitan; dan
Keberadaan Inkubator.
Meskipun tidak ada aturan standar, interaksi dan transaksi pengetahuan yang
difasilitasi oleh teknopolitan harus memperoleh nilai ekonomi dan nilai kompetitif baru
dari tiga komponen fungsional utama:
Penyedia Iptek: Teknopolitan secara langsung atau tidak langsung terkait
dengan sektor pendidikan melalui perguruan tinggi sebagai penghasil sumber
daya manusia dan intelektual terlatih - atau melalui pusat-pusat penelitian
pemerintah atau swasta/laboratorium. Baik perguruan tinggi maupun lembaga penelitian dan pengembangan berbagi tujuan bersama seperti menyediakan
tempat pelatihan bagi pengusaha dan mendukung teknologi bagi
kewirausahaan sesuai dengan kompetensi masing-masing Bahkan, perguruan
tinggi dan lembaga litbang memainkan peran penting dalam Teknopolitan
sebagai penggerak pendidikan, pengetahuan baru dan tenaga kerja terlatih
secara terus menerus;
layanan dukungan Industri: layanan Ini termasuk inkubator dan area
pengembangan usaha, yang biasanya dikelola oleh pihak swasta;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-27
layanan dukungan Keuangan: layanan Ini termasuk modal ventura, lembaga
pembangunan daerah dan bank.
Analisis permintaan internal dan atau eksternal kebutuhan adalah sumber
utama informasi untuk proses positioning Teknopolitan dan juga melakukan
intervensi:
Prioritas Kebijakan Pemerintah memainkan peran penting dalam menentukan
fokus strategis teknopolitan misalnya pemilihan sektor, teknologi, dan platform
pengembangan mengingat bahwa sektor atau skema keuangan daerah atau
fasilitas insentif sangat mempengaruhi perkembangan Teknopolitan tersebut.
Keberadaan Teknopolitan kadangkala duplikasi dengan institusi serupa di
wilayah yang sama sehingga dapat mempengaruhi keputusan untuk menetapkan fokus dan kompetensi atau sektor tertentu, dan menghindari
redudansi.
Peraturan internasional misalnya aturan perdagangan dalam perjanjian Putaran
Uruguay atau peraturan hak kekayaan intelektual [HAKI] dapat mempengaruhi
arus teknologi, sebagai hasil dari penilaian risiko suatu negara.
2.5 PENGERTIAN TEKNOPOLITAN
Pengertian Teknopolitan yang dikutip dari berbagai sumber memilki perbedaan
redaksional saja. Namun pada hakekatnya masing-masing pengertian tersebut memilki
esensi yang sama yaitu keterkatian antar pelaku/aktor inovasi baik Perguruan Tinggi,
Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Industri yang membentuk suatu jaringan
inovasi. Oleh karena itu pengertian teknopolitan dalam buku panduan merupakan hasil
sintesis dari berbagai sumber bacaan.
Teknopolitan merupakan suatu kawasan khusus yang dibangun berdasarkan
komitmen memiliki satu atau lebih sentra kegiatan iptek yang mampu mewujudkan
keterkaitan antara lembaga pendidikan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan,
dan industri yang merupakan wahana penguatan jaringan inovasi dalam kerangka
sistem inovasi. Atau dalam pengertian yang lebih sederhana Teknopolitan adalah
adalah suatu kawasan khusus yang berfungsi sebagai wahana jaringan antara sentra-
sentra kegiatan iptek, lembaga pendidikan tinggi, lembaga litbang, dan industri, dalam
melakukan aktivitas-aktivitas penguatan sistem inovasi.
Teknopolitan adalah suatu komunitas terstruktur yang ditujukan untuk
pengembangan inovasi. Teknopolitan biasanya membawa bersama-sama ke satu lokasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-28
komponen-komponen yang diperlukan untuk membangun inovasi yaitu akademisi,
lembaga riset dan perusahaan-perusahaan. Semuanya itu diwujudkan dalam suatu
momentum dan visi jangka panjang yang dielaborasikan oleh setiap pimpinan ketiga
kelompok tadi. Dari sisi manfaat tidak terukur seperti energi, pengetahuan ilmiah,
konsensus sosial dan kewirausahaan sama pentingnya dengan manfaat terukur seperti
infrastruktur fisik, fasilitas teknologi, investasi litbang. Dikotomi kedua hal tersebut
yang umumnya merupakan tantangan dalam membangun teknopolitan.
Secara operasional Teknopolitan adalah berkelompoknya organisasi riset dan
organisasi bisnis dengan ketertarikan yang sama dalam semua aspek yang berkaitan
dengan pengembangan ilmiah dari laboratorium ke manufaktur dan komersial.
Membangun Zona industri dengan komposisinya didominasi oleh UMKM, kantor, beberapa laboratorium dan unit produksi diletakkan dengan penataan lansekap yang
menarik. Bangunan-bangunan tersebut seringkali ditempatkan suatu lokasi tertetuyang
terdiri dari perguruan tinggi negeri dan swasta dan lembaga riset yang mapan.
Kawasan tersebut menggambarkan sebagai aktivitas kerjasama teknologi ekonomi
tinggi menuju inovasi masa depan. Landasan alamiah proses Teknopolisasi dapat
dirangkum sebagai berikut:
Teknopolitan esensialnya adalah gambaran untuk kekuatan ekonomi yang
mendefinisikan lahan produktif dari abad ke 21.
Teknopolitan menyediakan tempat untuk organisasi ekonomi baru. Ia
memenuhi kebutuhan untuk menginstalasi cara produksi baru dengan
menemukan hubungan antara industri inovatif, private/pribadi, research publik,
dan pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu fungsi essensialnya adalah transfer
teknologi.
Teknopolitan menawarkan suatu jenis lokasi yang perencanaan, arsitektur, dan
kepemimpinannya berkaitan untuk mempromosikan socio-productive order
yang baru.
Teknopolotan menciptakan polarisasi teritorial dengan lokasi geografis yang
lebih besar. Hal tersebut menyebabkan tersedianya interface antara hubungan
produktif yang berdasarkan kedekatan, perspektif global yang lebih luas, dan
stimulus/dorongan untuk pekembangan dinamis.
Teknopolitan dapat juga didefinisikan sebagai komunitas terstruktur atau pusat
sumber daya yang diarahkan untuk pengembangan inovasi. Teknopolitan dapat
dijadikan sebagai wahana yang sangat berguna untuk pembangunan daerah dan
transformasi ekonomi, teknopolitan biasanya terkonsentrasi di satu lokasi atau wilayah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-29
(jaringan Teknopolitan) dimana komponen yang dibutuhkan untuk berinovasi adalah
universitas, lembaga penelitian, dan perusahaan. Yang terpenting adalah semua
pemangku kepentingan berorientasi pada visi jangka panjang. Aspek perangkat lunak
(software) seperti pengetahuan ilmiah, konsensus sosial, kewirausahaan bernilai sama
pentingnya dengan perangkat keras (hardware) seperti infrastruktur, fasilitas
teknologi, investasi penelitian dan pengembangan. Mengintegrasikan kedua hal
tersebut merupakan bagian dari tantangan untuk mendirikan sebuah Teknopolitan.
Setiap inisiatif untuk pengembangan potensi ekonomi yang baru dalam menghadapi
persaingan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan target pasar yang spesifik.
Oleh karena itu, mengidentifikasi kebutuhan para pengguna potensial dari semua mitra
Teknopolitan adalah tugas utama yang harus dilakukan sebelum mendirikan suatu organisasi teknopolitan.
Organisasi Teknopolitan dapat dijelaskan secara singkat sebagai
merencanakan peningkatan inovasi dengan meminimalkan biaya transaksi yang
disebabkan oleh kendala kelembagaan yang seringkali dialami dalam kolaborasi
dengan lembaga ekonomi. Teknopolitan selanjutnya memainkan aturan baru yang
dinamis dalam pendistribusian tenaga kerja yang berkarakterisasikan organisasi
industri kontemporer (lama).
Tiga prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Teknopolitan, adalah :
Konten paling penting. Posisi Teknopolitan seharusnya bergantung kepada
strategi kawasan industri lokal dan nasional, dan infrastruktur seharusnya
dibangun untuk memfasilitasi teknopolitan.
Pengelompokan sangat krusial. Pengelolaan teknopolitan tidak dapat
menyelesaikan semua keinginan dan layanan yang diperlukan oleh pengguna dan para pemangku kepentingan. Masalah yang dihadapi adalah kelangkaan
pembiayaan, kompetensi internal atau kritikal massa. Kelompok tersebut
selanjutnya akan menerima manfaat dari koneksi nasional dan internasional
untuk mengembangkan kapasitas layanan, layanan keahlian, pengembangan
teknopolitan dan para pemangku internasional, proyek kolaboratif, dan
pertumbuhan kompetensi yang dikembangkan di dalam teknopolitan serta
diantara teknopolitan.
Integrasi kawasan merupakan keharusan. Suatu kawasan teknopolitan
seharusnya dipertimbangkan menjadi salah satu pusat kota. Teknopolitan harus
dapat menciptakan pekerjaan, pengetahuan, perubahan sosial dan pada
akhirnya nilai ekonomi kawasan tersebut. Teknopolitan juga sebagai sarana
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-30
promosi masyarakat kota dan pelaku-pelaku ekonomi, meningkatkan
aksesibilitas, terkait dan berhubungan dengan para pelaku inovasi di daerah
tersebut yang perlu diberikan perhatian khusus. Tata kelola Teknopolitan
seharusnya merefleksikan pengintegrasian tersebut.
Teknopolitan sebagai Kota Pengetahuan dalam pengembangan perkotaan juga
memiliki kekhasan seperti :
Teknopolitan dibangun di areal yang menarik dan dilengkapi dengan bangunan
arsitektur yang indah dan tersebar secara spasial di mana ilmu pengetahuan
dan teknologi diseleksi/dipilih atau fungsi litbang perusahaan, untuk penelitian
baru atau terapan.
melakukan kerjasama litbang dengan perguruan tinggi untuk mendapatkan keuntungan dari sumberdaya teknologinya.
sistematis menarik dukungan dari manajemen Technopark dalam rangka
mengembangkan keterampilan manajemen, menemukan solusi untuk
pembiayaan di semua tingkat proses inovasi, dan membuat lebih ekstensif
penggunaan semua fasilitas kantor dan jasa konsultasi.
Merealisasikan proses transfer teknologi yang kuat antara universitas,
laboratorium penelitian dan industri.
Teknopolitan sebagai suatu kawasan khusus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Suatu kawasan khusus/spesifik dengan batas kawasan yang jelas.
b. Terdapat keterkaitan antara lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
c. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh
kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development).
d. Terdapat pengelola kawasan.
e. Berorientasi pada penemuan baru (invention) dan inovasi (innovation) teknologi
tinggi.
f. Terdapat industri-industri yang berbasis teknologi tinggi, baik pemula (start up
firms) maupun yang sudah mapan.
g. Terdapat peraturan atau kerangka hukum.
Sebagai suatu kawasan khusus, Teknopolitan juga mempunyai persyaratan
khusus yang berbeda dengan kawasan-kawasan khusus lainnya seperti :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-31
a. Memiliki sumberdaya manusia yang handal untuk melakukan kegiatan
penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada penemuan baru, inovasi,
dan komersialisasi teknologi.
b. Memiliki sumberdaya lahan yang dapat dikembangkan sebagai Kawasan
Teknopolitan.
c. Memiliki prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan teknopolitan
seperti lembaga pendidikan tinggi, lembaga penelitian, sarana produksi,
jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, fasilitas umum, dan fasilitas sosial
lainnya.
Teknopolitan memainkan peranan yang strategis dalam peningkatan daya saing
yang berbasiskan inovasi dan teknologi suatu bangsa sehingga hampir semua negara maju di dunia berlomba-lomba membangun Teknopolitan dengan maksud :
a. Sebagai sarana dalam membangun jaringan inovasi.
b. Sebagai sarana pembelajaran dalam pengembangan inovasi.
c. Sebagai sarana untuk :
Promosi Iptek demi terwujudnya proses komunikasi pemasaran iptek yang
efektif.
Pemasaran Iptek agar terselenggaranya proses sosial melalui kegiatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan iptek masyarakat.
Pembudayaan Iptek sehingga tertanam nilai-nilai, sikap dan perilaku yang
berorientasi kepada sifat kreatif dan inovatif.
2.6 PERSYARATAN TEKNOPOLITAN
Definisi dari Teknopolitan adalah multi faset termasuk di dalamnya orang, lembaga, dan perusahaan. Mereka berperan sebagai pembeli sekaligus sebagai klien
(berinvestasi, menyewa ruang di inkubator atau kawasan industri), pengguna bebas
(mendapatkan keuntungan dari jaringan sosial lokal dan internasional, membeli jasa
dari perusahaan lokal lain dan dari universitas yang berlokasi di dalam kawasan
teknopolitan), dan mitra (berkolaborasi dengan pembeli lain/klien dan di teknopolitan
untuk mengembangkan proyek kolaborasi).
Teknopolitan bukanlah sebuah tujuan tetapi sebagai wahana untuk memacu
pembangunan. Mengingat karakteristik Teknopolitan yang memerlukan koordinasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-32
yang intensif, pengelolaan yang sinergis dan dan fasilitasi pembiayaan terintegrasi
maka pembangunan teknopolitan harus mendapat dukungan semua stakeholder
secara tepat pada tahap awal pembangunannya.
Para stakeholder termasuk pemerintah memiliki tanggung jawab atas
pengembangan lokasi teknopolitan yang yang akan dibangun. Perguruan Tinggi
beserta lembaga Penelitian dan pengembangan didorong untuk menciptakan hasil
temuan yang memiliki nilai “value” bagi pengembangan teknopolitan. Namun demikian
value yang diciptakan tidak perlu berada di dalam Teknopolitan, tetapi harus terkait
dengan fasilitas atau kegiatan yang dikembangkan di dalam Teknopolitannya.
Perusahaan juga memiliki peran sangat penting dalam aktivitas teknopolitan baik
secara langsung maupun hanya menempatkan perwakilannya di Teknopolitan. Akhirnya, dalam pembangunan Teknopolitan, instansi pemerintah yang memang
memiliki kepentingan secara nasional harus berpartisipasi aktif pada setiap pertemuan
dan diskusi awal pembangunan teknopolitan
Untuk meningkatkan koordinasi dan efektivitas pengelolaan teknopolitan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Harus diberikan tugas koordinasi yang jelas;
Kesepakatan harus dibuat antara asosiasi, pengembang, kontraktor
perencanaan, dan para mitra yang bersangkutan, yang menghubungkan
berbagai aspek proyek, seperti calon pelanggan perusahaan, pengembangan
instalasi dan fasilitas, koordinasi, dan promosi;Prosedur
Konsultasi dan badan koordinasi harus ditetapkan untuk mendorong
pengembangan rasa saling percaya;
Sebuah badan penyelesaian perselisihan/sengketa (arbitrase politik) sangat penting untuk menyelesaikan perbedaan pendapat antara mitra;
Pembuat kebijakan tidak harus diminta untuk menjadi anggota asosiasi: selain
itu dewan direksi harus dibentuk berdasarkanmasukan dari para perintis awal
Teknopolitan, termasuk wakil yang mereka pilih, ke dalam lembaga-lembaga
yang berbeda. Pelaku ekonomi dan keuangan, serta peneliti dan akademisi juga
harus dikelompokkan ke dalam lembaga-lembaga yang relevan di dalam
organisasi Teknopolitan.
Peletakan dasar-dasar sebuah Teknopolitan yang mandiri dan berkelanjutan
adalah tugas yang sulit tetapi tidak mustahil. Investor swasta jangan hanya
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-33
berorientasi pada keuntungan jangka pendek tetapi di masa depan nilai saham di
teknopolitan akan meningkatkan value perusahaannya.
Konsep pengembangan kawasan Teknopolitan bukan hanya focus pada
Economic capital, tetapi juga Intellectual capital dan Social capital. Pengembangan
Kawasan Teknopolitan dilakukan melalui:
1. Pengembangan/penguatan/revitalisasi “sentra-sentra iptek”;
2. Penguatan “keterkaitan” dan “jaringan”;
3. Gerakan masyarakat ~ semangat, partisipasi aktif, gerakan bersama;
4. Perkembangan inovasi, difusi, dan proses pembelajaran;
5. Membangun reputasi global yang dimulai dari tindakan dan kemanfaatan lokal.
Esensi yang perlu ada dalam konsep Teknopolitan adalah :
Kombinasi kemitraan universitas dan pusat riset dengan industri dan
pemerintah.
Kombinasi usaha kecil, besar, dan entrepreneur.
Klaster bangunan dalam lingkungan R&D dengan tema multi disiplin
berdasarkan program pelatihan universitas termasuk teknologi komunikasi
maju, biosains dan bioteknologi, material maju, teknologi lingkungan.
Pembentukan kemitraan yang intensif antara penghuni industri, pemerintah,
dan universitas pada suatu komunitas yang tinggal sangat berdekatan
(pedestrian-scale community).
Infrastruktur teknologi maju untuk jaringan komunikasi.
Sistem transportasi yang baik digabungkan dengan jaringan berskala regional.
Balai pertemuan dan hotel untuk pertemuan, pelatihan, dan hiburan.
Lingkungan tempat tinggal sangat dekat sekali dengan fasilitas R&D (dapat ditempuh dengan berjalan kaki).
Fasilitas olah raga seperti jogging, bersepeda, pusat kebugaran.
Seperti yang diutarakan oleh Castells and Hall, 1994, pembangunan
Teknopolitan perlu memperhatikan sedikitnya 12 (dua belas) hal penting yang
meliputi :
1. Strategi pengembangan teknopolitan perlu disusun secara jelas.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-34
2. Cabang perusahaan/pabrik di kawasan teknopolitan lebih baik dari pada tidak
ada perusahaan/pabrik sama sekali.
3. Sinergi sebagai sumber inovasi sangat penting dalam jangka panjang.
4. Perlu dikembangkan visi jangka panjang.
5. Sumber inovasi harus diidentifikasi.
6. Jaringan (networks) harus dibentuk sejak awal. Harus ada jaringan dan saluran
(channels) agar informasi dapat mengalir.
7. Strategi jangka pendek memang lebih mudah, bahkan tindakan (move) jangka
pendek dapat menjadi negatif jika antar institusi tidak berkomunikasi satu
dengan lainnya. Lab swasta perlu didorong untuk bergerak bersamaan dengan
badan riset pemerintah, atau tidak akan ada spin-off.
8. Strategi jangka panjang memerlukan pilihan-pilihan yang selektif. Membangun
hubungan yang sinergis di wilayah yang jauh dari keramaian memerlukan satu
atau dua target area yang menawarkan prospek terbaik dalam hal fasilitas yang
sudah ada sebelumnya, seperti, universitas, kapasitas wirausaha,
kepemimpinan politik.
9. Daya dorong (Inducement) sentral yang utama. Sebagai contoh, pengeluaran
hankam AS berperan besar di Silicon Valley.
10. Identifikasi ceruk yang baru. Sebagai contoh, kembangkan industri high-tech
yang khusus untuk memenuhi kebutuhan lokal, kemudian gali potensi ekspor-
nya.
11. Jaga konsistensi. Misalnya, suatu technopark tidak boleh diubah menjadi office
park (perkantoran) murni hanya karena yang terakhir itu lebih menguntungkan.
12. Terbaik mungkin menjadi musuh bagi yang baik. Negara dan daerah sebaiknya tidak menilai semua usaha mereka hanya dengan kriteria yang paling ketatdan
eksklusif.
Dalam menentukan lokasi Kawasan Teknopolitan perlu diidentifikasi berbagai
kebutuhan Kawasan Teknopolitan dengan mempertimbangkan :
a. Potensi Sumberdaya Lahan.
b. Potensi Sumberdaya Manusia.
c. Potensi Sumberdaya Buatan (Infrastruktur).
d. Rencana Pembangunan (RPJPD dan RPJMD).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-35
e. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
f. Pasar Nasional dan Pasar Global.
Pada tahapan perencanaan pembangunan Teknopolitan perlu dilakukan
beberapa hal seperti:
a. Menetapkan Kawasan Teknopolitan di suatu wilayah kabupaten/kota di suatu
provinsi berdasarkan suatu studi kelayakan yang seksama yang
mempertimbangkan kelayakan teknis, ekonomis, sosial budaya, dan lingkungan
hidup, serta ditetapkan dalam bentuk Peraturan Daerah.
b. Menyusun Masterplan dan Detail Engineering Detail (DED) Kawasan
Teknopolitan.
Strategi pengembangan teknopolitan untuk meningkatkan pengembangan inovasi dan daya saing wilayah perlu didukung oleh berbagai aktivitas yang dapat
memberikan kontribusi positif seperti :
a. Pemberdayaan masyarakat sehingga terdapat angkatan kerja yang mempunyai
tingkat pendidikan/keahlian yang tinggi dan fleksibel.
b. Pembangunan dan pengembangan beberapa science/teknopark sebagai
dukungan infrastruktur pengembangan Kawasan Teknopolitan.
c. Meningkatkan peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
memberikan lingkungan yang produktif untuk bisnis.
d. Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di Kawasan
Teknopolitan.
e. Keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Teknopolitan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW).
2.7 DASAR HUKUM TEKNOPOLITAN
Secara spesifik peraturan yang mengatur kawasan teknopolitan belum ada,
namun mengacu pada konsep teknopolitan terdapat beberapa peraturan yang dapat
dijadikan dasar pembentukan Kawasan Teknopolitan Pelalawan, yang dikelompokkan
menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Peraturan terkait Dengan Kebijakan Kawasan Berbasis Iptek.
a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-36
Pemerintah, Pemerintah daerah, dan/atau badan usaha dapat membangun
kawasan, pusat peragaan, serta sarana dan prasarana Iptek lain untuk memfasilitasi sinergi dan pertumbuhan unsur-unsur kelembagaan dan
menumbuhkan budaya Iptek di kalangan masyarakat (Pasal 14 UU
18/2002).
Untuk mengembangkan jaringan, perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), badan usaha, dan lembaga penunjang, wajib
mengusahakan kemitraan. (Psl 15 (2) UU 18/2002).
2. Peraturan Terkait Dengan Kebijakan Kawasan Berbasis Ekonomi.
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Jangka Panjang 2005-2025.
Telah ditegaskan bahwa pembangunan ekonomi di arahkan kepada peningkatan daya saing dan ekonomi berbasis pengetahuan.
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
Fungsi kawasan ekonomi khusus (KEK) dikembangkan melalui penyiapan
kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi
untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona: pengolahan ekspor; logistik; industri;
pengembangan teknologi; pariwisata; energi; dan/atau ekonomi lain.
Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja.
Di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah
(UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung
kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.
Lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK, harus memenuhi kriteria adalah:
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
Pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota yang bersangkutan mendukung KEK;
Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-37
Mempunyai batas yang jelas.
c. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama,
yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis.
d. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Pelalawan Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Pelalawan Tahun 2011-2016.
Misi ke 5 diformulasikan salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Pelalawan adalah memantapkan kemandirian pembangunan ekonomi,
dengan salah satu sasarannya berkembangnya industri dan terwujudnya
pusat-pusat ekonomi unggulan daerah, dengan indikator bertambahnya
jumlah klaster ekonomi di Kabupaten Pelalawan. Sedangkan dalam Misi I
salah satu sasaran pembangunan bidang sumberdaya manusia adalah
pembangunan perguruan tinggi di Kabupaten Pelalawan.
Berkaitan dengan hal tersebut, pembangunan teknopolitan Pelalawan merupakan salah satu upaya dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan yang ditetapkan di dalam RPJMD 2011 – 2016.
3. Peraturan Terkait Dengan Kebijakan Kawasan Strategis.
a. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 8 ayat (3).
Menetapkan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi. Pasal 77 Bab V Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa
kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
adalah:
Kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
Memiliki potensi ekspor;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-38
Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;
Berfungsi untuk mempertahanan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan pertahanan energi nasional; atau
Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
Amanat peraturan perundang-undangan sebagaimana diuraikan di atas, secara
spesifik tidak menyebutkan tentang kawasan teknopolitan, namun sesuai kriteria, maka
pengembangan kawasan teknopolitan dapat dikategorikan sebagai kawasan khusus
dan kawasan berbasis teknologi yang memiliki dimensi pembangunan ekonomi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-1
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1. KONDISI WILAYAH KABUPATEN PELALAWAN.
Kabupaten Pelalawan dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 53 Tahun
1999 dengan Ibukota Pangkalan Kerinci dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeripada Tanggal 12 Oktober 1999, sekaligus diperingati sebagai hari jadi Kabupaten
Pelalawan. Nama Kabupaten Pelalawan diambil dari nama sebuah kerajaan yang
pernah tumbuh dan berkembang di daerah ini yang berdiri pada sekitar Tahun 1830 M.
Secara geografis Kabupaten Pelalawan terletak pada 0°48’32” LU - 0°24’14” LS
dan 101°30’40” - 103°23’22” BT. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Siak
dan Perairan Kepulauan Meranti, sebelah selatan berbatasan Kabupaten Indragiri Hilir,Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi. Sebelah barat berbatasan Kabupaten Kampar dan
Kota Pekanbaru, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun
Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Pelalawan mempunyai luas lebih kurang
1.382.210,08 Ha yang terdiri dari luas daratan 1.315.579,43 Ha dan luas laut
66.630,64 Ha, atau 14,73 % dari luas Provinsi Riau (11 Kabupaten/Kota). Rincian luas
wilayah Kabupaten Pelalawan tertera pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Pelalawan menurut Kecamatan
No. KecamatanLuas (Ha) %
WilayahDaratan Sungai/Danau
Jumlah
1 Langgam 144.269,47 1.037,03 145.306,50 11,052. Pangkalan Kerinci 18.991,81 540,01 19.531,82 1,483. Bandar Seikijang 30.686,95 - 30.686,95 2,334. Pangkalan Kuras 119.955,36 53,01 120.008,37 9,125. Ukui 134.519,09 - 134.519,09 10,236. Pangkalan Lesung 50.928,95 - 50.928,95 3,877. Bunut 42.300,11 42.300,11 3,228. Pelalawan 146.069,13 2.199,14 148.265,27 11,279. Bandar
Petalangan37.230,54 - 37.230,54 2,83
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-2
No. KecamatanLuas (Ha) %
WilayahDaratan Sungai/Danau
Jumlah
10. Kuala Kampar 67.564,87 2.271,30 69.836,17 5,3111. Kerumutan 95.481,54 202,59 95.684,13 7,2712. Teluk Meranti 388.438,61 32.842,92 421.281,53 32,02
Jumlah 1.276.433,44 39.146,00 1.315.579,44 100,00Luas Wilayah Laut 66.630,64Total Luas Wilayah 1.382.210,08
Sumber : RTRW Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Pelalawan berada pada posisi yang cukup strategis, sebab
dipandang dari sisi transportasi darat berada pada arus lintas timur sumatera yangpadat, dan dari sisi transportasi laut Kabupaten Pelalawan terhubung ke arus
perlintasan dagang Selat Malaka.
Gambar 3.1. Posisi Kabupaten Pelalawan pada Lintas Timur Sumatera dan Selat Malaka
PEKANBARU, DUMAI,SUMATERA
UTARA
JAMBI,SUMATERA
SELATAN
JALUR LAUT : TJ.BALAI KARIMUN,
BATAM DAN SELATMALAKA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-3
Topografi wilayah Kabupaten Pelalawan sebahagian besar merupakan dataran
rendah, dan sebahagian lainnya merupakan daerah perbukitan yang bergelombang.Secara umum ketinggian daerah/kota berkisar antara 3 – 6 meter dengan kemiringan
lahan lebih kurang 0 – 15 % dan 15 – 40 %. Di wilayah Kabupaten Pelalawan mengalir
sebuah sungai yakni Sungai Kampar dengan ratusan anak sungai. Panjang sungai
Kampar di wilayah ini 413,5 Km, dengan kedalaman rata-rata 7,7 meter, lebar rata-
rata 143 meter. Sungai Kampar dan anak-anak sungainya berfungsi sebagai prasarana
perhubungan, sumber air baku, dan budidaya perikanan serta irigasi.
Kabupaten Pelalawan terdiri atas 12 wilayah Kecamatan, dengan 106 Desa dan
12 Kelurahan. Karakteristik ke 118 Desa/Kelurahan di Kabupaten Pelalawan terdiri dari:
- 35 Desa berada di pinggiran sungai.
- 8 Desa berbatasan dengan laut.
- 50 Desa berada di kawasan perkebunan, PIR Trans dan pedalaman.
- 12 desa di kawasan kota sedang kecil.
Untuk menjalankan roda pemerintahan, dibentuk 34 Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang terdiri dari 3 Sekretariat, 9 Badan dan 1 Inspektorat, 18 Dinas dan 3
Kantor.
Tabel 3.2. Kecamatan, Kelurahan dan Desa di Kabupaten Pelalawan
No. Kecamatan Kelurahan Desa
1. Langgam 1 72. Pangkalan Kerinci 3 43. Bandar Sei Kijang 0 54. Pangkalan Kuras 1 165. Ukui 1 116. Pangkalan Lesung 1 97. Bunut 1 98. Pelalawan 1 89. Bandar Petalangan 0 1110. Kuala Kampar 1 911. Kerumutan 1 912. Teluk Meranti 1 8
Jumlah 12 106Sumber : Pelalawan Dalam Angka 2010
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-4
Perkembangan penduduk di Kabupaten Pelalawan terhitung sangat tinggi yaitu
rata-rata selama 10 tahun terkahir mencapai 6,73 % terutama dari pertumbuhanpendatang, hanya sekitar 2 % berasal dari kelahiran. Jumlah penduduk Kabupaten
Pelalawan meningkatkan hampir dua kali lipat selma periode sepuluh tahun. Sebaran
penduduknya juga tidak merata. Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan berdasarkan
data pada Pertengahan Tahun 2011 tercatat sebesar 321.947 orang, yang terdiri dari
169.282 orang laki-laki (52,58%) dan 152.665 orang perempuan (47,42 %).
Kepadatan penduduk Kabupaten Pelalawan rata-rata 24 jiwa per km per segi.Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Pangkalan Kerinci yakni
394 orang per Km2, dan kecamatan yang paling rendah kepadatan penduduknya
adalah Kecamatan Teluk Meranti sejumlah 3 orang per Km2. Kabupaten Pelalawan
memiliki jumlah penduduk terbesar pada kelompok usia produktif (15 – 64 Tahun),
yakni sebanyak 206.696 jiwa (64,20 %).
Perkembangan penduduk Kabupaten Pelalawan dalam 10 tahun terakhir,jumlah penduduk per kecamatan dan jumlah penduduk menurut kelompok umum,
kepadatan penduduk per Km2 dirinci pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6 di
bawah ini.
Tabel 3.3. Perkembangan Penduduk Kabupaten Pelalawan Keadaan Pertengahan
Tahun 2002-2011
Tahun Jenis Kelamin JumlahLaki-laki Perempuan
2002 94.265 84.934 179.1992003 109.550 98.823 208.3732004 121.219 102.037 223.2562005 124.931 105.734 230.6652006 137.891 118.753 256.6442007 140.027 131.635 271.6622008 145.422 134.775 280.1972009 148.570 137.243 285.8132010 159.247 143.774 303.0212011 169.282 152.665 321.947
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-5
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Pelalawan Tahun 2011 Dirinci Menurut
Kecamatan
No. Kecamatan RumahTangga
Laki-laki(Jiwa)
Perempuan(Jiwa)
Jumlah(Jiwa)
1. Langgam 5.852 12.475 11.131 23.6062. Pangkalan Kerinci 20.682 40.229 36.655 76.8843. Bandar Sei Kijang 4.979 10.197 9.047 19.2444. Pangkalan Kuras 12.427 25.179 22.770 47.9495. Ukui 8.797 18.215 15.741 33.9566. Pangkalan Lesung 6.950 14.135 12.546 26.6817. Bunut 3.311 6.468 6.037 12.5058. Pelalawan 4.274 8.717 7.577 16.2949. Bandar Petalangan 3.401 6.747 6.368 13.11510. Kuala Kampar 4.227 9.219 8.473 17.69211. Kerumutan 5.094 10.229 9.378 19.60712. Teluk Meranti 3.654 7.472 6.942 14.414
Kab. Pelalawan 83.648 169.282 152.665 321.947Sumber : BPS Kabupaten Pelalawan
Tabel 3.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kelompok Umur Keadaan
Pertengahan Tahun 2011
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah0 – 4 21.635 20.466 42.1015 – 9 19.561 18.241 37.802
10 – 14 15.639 14.718 30.35715 – 19 13.566 12.392 25.95820 – 24 15.430 15.607 31.03725 – 29 19.489 18.371 37.86030 – 34 17.613 15.091 32.70435 – 39 14.409 11.923 26.33240 – 44 10.966 8.902 19.86845 – 49 7.740 6.141 13.88150 – 54 5.453 4.263 9.71655 – 59 3.439 2.468 5.90760 – 64 1.797 1.636 3.43365 – 69 1.215 1.024 2.23970 – 74 708 660 1.368
75 + 622 782 1.384Jumlah 169.282 152.665 321.947
Sumber : BPS Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-6
Tabel 3.6. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan per Km2 menurut
Kecamatan
No. Kecamatan JumlahPenduduk
Luas Wilayah(Km2)
KepadatanPenduduk
1. Langgam 23.606 1.453,06 162. Pangkalan Kerinci 76.884 195,32 3943. Bandar Sei Kijang 19.244 306,87 634. Pangkalan Kuras 47.949 1.200,08 405. Ukui 33.956 1.345,19 256. Pangkalan Lesung 26.681 509,29 527. Bunut 12.505 423,00 308. Pelalawan 16.294 1.482,65 119. Bandar Petalangan 13.115 372,30 35
10. Kuala kampar 17.692 698,36 2511. Kerumutan 19.607 956,84 2012. Teluk Meranti 14.414 421,28 3
Jumlah Total 321.947 13.155,79 24Sumber BPS Pelalawan 2011
Infrastruktur perhubungan (jalan, jembatan, dan dermaga) merupakan faktor
penting dalam pengembangan sumberdaya ekonomi di Kabupaten Pelalawan yang
sampai saat ini masih belum memadai. Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan
dan dermaga ini akan dapat memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi di daerah ini.
Data panjang jalan dan kondisinya, serta jumlah dermaga di Kabupaten Pelalawan
dirinci pada Tabel 7 dan Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 3.7. Panjang dan Kondisi Jalan di Kabupaten Pelalawan
No. KategoriJalan
Negara(Km)
Provinsi(Km)
Kabupaten(Km)
NonStatus(Km)
Jumlah(Km)
1. Jalan Aspal 157,28 11,00 262,40 - 430,682. Jalan
Diperkeras- - 510,70 35,05 545,75
3. Jalan Tanah - - 552,60 50,98 603,58Jumlah 157,28 11,00 1.325,70 86,03 1.580,01
Sumber : Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-7
Tabel 3.8. Jumlah Dermaga dan Tambatan Perahu di Kabupaten Pelalawan
No.Kecamatan Yang
Ditopang AngkutanAir
DermagaPermanen
DermagaKayu Keterangan
1. Kuala Kampar 2 8
2. Teluk Meranti 3 6
3. Pelalawan - 5
4. Pangkalan Kerinci - 1
Sumber : Dinas Perhubungan
Transportasi laut di wilayah Kabupaten Pelalawan terdapat dominan diKecamatan Kuala Kampar yang merupakan bagian dari perairan Laut China Selatan
yang berbatasan dengan Selat Sunda. Daerah di Kecamatan Kuala Kampar ini terutama
pelabuhan Sokoi berpotensi dikembangkan menjadi pelabuhan khusus menjadi entri
point bagi keluar masuknya arus barang dan orang yang menjadi daya dukung
pengembangan industri dan pariwisata di Kabupaten Pelalawan, menjadi pendukung
Pelabuhan Samudera Kuala Enok, dan penyangga kepadatan industri perkapalan/pelabuhan di Tanjung Balai Karimun dan Pulau Kundur.
Di Kabupaten Pelalawan juga terdapat Bandar Udara khusus yang diberi nama
Bandar Udara Sultan Syarif Haroen Setia Negara di Kecamatan Pelalawan, dikelola
untuk kepentingan PT Riau Andalan Pulp and Paper. Namun demikian bandara ini juga
dipergunakan sebagai bandara pemberangkatan jamaah haji Kabupaten Pelalawan
menuju bandara embarkasi batam.
Selain itu berdasarkan kajian yang dilakukan Pemerintah Provinsi Riau,
Kabupaten Pelalawan tepatnya daerah perbatasan dengan Kota Pekanbaru merupakan
satu dari dua lokasi yang tepat dan dicadangkan untuk pengganti Bandara
Internasional Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-8
Gambar 3. 2. Kedudukan Pelabuhan Sokoi Terhadap Kawasan Pelabuhan dan Industri
Tanjung Balai Karimun dan Pelabuhan Samudera Kuala Enok
Gambar 3.3 Rencana Jaringan Transportasi termasuk jalur kereta api dalam RTRWN
yang melintasi wilayah Kabupaten Pelalawan.
Kawasan Pelabuhan/Industri T. Balai Karimun
Pelabuhan Sokoi
Pelabuhan SamuderaKuala Enok
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-8
Gambar 3. 2. Kedudukan Pelabuhan Sokoi Terhadap Kawasan Pelabuhan dan Industri
Tanjung Balai Karimun dan Pelabuhan Samudera Kuala Enok
Gambar 3.3 Rencana Jaringan Transportasi termasuk jalur kereta api dalam RTRWN
yang melintasi wilayah Kabupaten Pelalawan.
Kawasan Pelabuhan/Industri T. Balai Karimun
Pelabuhan Sokoi
Pelabuhan SamuderaKuala Enok
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-8
Gambar 3. 2. Kedudukan Pelabuhan Sokoi Terhadap Kawasan Pelabuhan dan Industri
Tanjung Balai Karimun dan Pelabuhan Samudera Kuala Enok
Gambar 3.3 Rencana Jaringan Transportasi termasuk jalur kereta api dalam RTRWN
yang melintasi wilayah Kabupaten Pelalawan.
Kawasan Pelabuhan/Industri T. Balai Karimun
Pelabuhan Sokoi
Pelabuhan SamuderaKuala Enok
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-9
Selanjutnya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau serta dokumen MP3EI, terdapat rencanapengembangan jaringan jalur kereta api di pesisir timur sumatera dengan arah relatif
utara – selatan, yang menghubungkan Pekanbaru ke Jambi dan melintasi wilayah
Kabupaten Pelalawan.
Potensi dan perkembangan ekonomi di Kabupaten Pelalawan telah memberikan
kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pelalawan selama empat tahun terakhir bergerak rata-rata 7 persen.Meskipun dari tahun 2007 ke 2009 sedikit mengalami perlambatan. Dari data pada
Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pelalawan mencapai angka 7,17 %,
dan hal ini lebih besar dari tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Gambar3.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan, 2007-2010
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pelalawan Tahun 2010
mencapai Rp. 16.795.126.340.000,- yang disumbangkan dari sektor pertanian
khususnya perkebunan dan kehutanan mencapai 32,90 % dan sektor industri
pengolahan sebesar 54,90 %. Kinerja ekonomi Kabupaten Pelalawan dapat dilihat dari
perkembangan PDRB yang dipaparkan pada Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 di bawah ini.
6,69
7,07
7,19 7,15
2007 2008
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-9
Selanjutnya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau serta dokumen MP3EI, terdapat rencanapengembangan jaringan jalur kereta api di pesisir timur sumatera dengan arah relatif
utara – selatan, yang menghubungkan Pekanbaru ke Jambi dan melintasi wilayah
Kabupaten Pelalawan.
Potensi dan perkembangan ekonomi di Kabupaten Pelalawan telah memberikan
kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pelalawan selama empat tahun terakhir bergerak rata-rata 7 persen.Meskipun dari tahun 2007 ke 2009 sedikit mengalami perlambatan. Dari data pada
Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pelalawan mencapai angka 7,17 %,
dan hal ini lebih besar dari tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Gambar3.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan, 2007-2010
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pelalawan Tahun 2010
mencapai Rp. 16.795.126.340.000,- yang disumbangkan dari sektor pertanian
khususnya perkebunan dan kehutanan mencapai 32,90 % dan sektor industri
pengolahan sebesar 54,90 %. Kinerja ekonomi Kabupaten Pelalawan dapat dilihat dari
perkembangan PDRB yang dipaparkan pada Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 di bawah ini.
7,07
6,61
6,88
7,15
7,02
7,17
2008 2009 2010
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-9
Selanjutnya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau serta dokumen MP3EI, terdapat rencanapengembangan jaringan jalur kereta api di pesisir timur sumatera dengan arah relatif
utara – selatan, yang menghubungkan Pekanbaru ke Jambi dan melintasi wilayah
Kabupaten Pelalawan.
Potensi dan perkembangan ekonomi di Kabupaten Pelalawan telah memberikan
kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pelalawan selama empat tahun terakhir bergerak rata-rata 7 persen.Meskipun dari tahun 2007 ke 2009 sedikit mengalami perlambatan. Dari data pada
Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pelalawan mencapai angka 7,17 %,
dan hal ini lebih besar dari tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Gambar3.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan, 2007-2010
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pelalawan Tahun 2010
mencapai Rp. 16.795.126.340.000,- yang disumbangkan dari sektor pertanian
khususnya perkebunan dan kehutanan mencapai 32,90 % dan sektor industri
pengolahan sebesar 54,90 %. Kinerja ekonomi Kabupaten Pelalawan dapat dilihat dari
perkembangan PDRB yang dipaparkan pada Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 di bawah ini.
dengan migas
tanpa migas
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-10
Tabel 3.9. Perkembangan PDRB Kabupaten Pelalawan menurut harga berlaku (Rp.Juta)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 3.907.277,95 4,619,605.73 5,220,699.00 5.972.068,94a. Tanaman Bahan Makanan 166.584,69 181,456.74 195,339.15 209.953,06b. Tanaman Perkebunan 2.024.486,62 2,398,159.61 2,597,209.00 2.986.088,14c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 54.648,11 62,643.60 69,822.85 77.683,56d. Kehutanan 1.553.555,28 1,852,062.00 2,217,881.00 2.538.893,31e. Perikanan 108.003,26 125,283.79 140,447.00 159.450,87
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 296.431,05 396,087.17 488.101,52 460.974,22a. Minyak dan Gas Bumi 290.020,91 388,689.90 479.577,15 451.197,07b. Penggalian 6.410,15 7,397.27 8.524,38 9.777,15
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5.350.410,87 6,807,822.76 8.137.445,41 9.222.501,90a. Industri Migas 0,00 0.00 0.00 0,00b. Industri Tanpa Migas 5.350.410,87 6,807,822.76 8.137.445,41 9.222.501,90
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 8.385,45 9,773.96 11,326.97 12.817,07a. Listrik 6.267,65 7,304.86 8,375.07 9.399,27b. Air Bersih 2.117,80 2,469.10 2,951.91 3.417,80
5. BANGUNAN 148.465,74 178,158.89 210,195.00 243.033,546. PERDAGANGAN, HOTEL &RESTORAN
138.705,76 174,023.55 220,008.54 262.230,57a. Perdagangan Besar & Eceran 128.442,74 161,187.79 204,509.00 243.113,99b. Hotel 4.448,26 6,079.09 7,527.99 9.634,60c. Restoran 5.814,76 6,756.66 7,971.55 9.481,98
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 89.235,31 100,983.39 114,558.26 129.509,98a. Pengangkutan 87.513,17 98,993.14 112,195.63 126.664,51
1. Angkutan Jalan Raya 68.235,11 76,928.30 86,744.26 97.088,052. Angkutan Laut 1.017,19 1,155.99 1,304.47 1.462,513. Angkutan Sungai, Danau &
Penyeberangan6.850,52 7,687.64 8,524.24 9.460,01
4. Jasa Penunjang Angkutan 11.410,35 13,221.21 15,622.67 18.653,95b. Komunikasi 1.722,13 1,990.25 2,362.63 2.845,47
1. Pos dan Telekomunikasi 1.722,13 1,990.25 2,362.63 2.845,478. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JASAPERUSAHAAN
95.759,67 116,463.11 140,345.77 165.202,92a. Bank 11.117,73 19,834.37 32,582.30 41.317,39b. Lembaga Keuangan tanpa
Bank2.636,16 3,044.99 3,468.40 4.018,71
c. Sewa Bangunan 80.712,05 92,129.20 102,671.11 118.052,22d. Jasa Perusahaan 1.293,73 1,454.55 1,623.96 1.814,60
9. JASA-JASA 184.010,54 223,458.82 276,715.68 326.787,21a. Pemerintahan Umum 135.763,19 163,566.50 208,287.54 248.681,72
1. Administrasi Pemerintah &Pertahanan
135.763,19 163,566.50 208,287.54 248.681,72b. Swasta 48.247,35 59,892.32 68,428.14 78.105,49
1. Sosial Kemasyarakatan 5.179,44 6,536.66 7,515.69 8.691,812. Hiburan & Rekreasi 10.782,42 13,117.64 14,855.07 16.935,883. Perorangan & Rumahtangga 32.285,48 40,238.02 46,057.38 52.477,80
PDRB DENGAN MIGAS 10.218.682,35 12,626,377.39 14.819.396,15 16.795.126,34PDRB TANPA MIGAS 9.928.661,44 12,237,687.49 14.339.819,01 16.343.929,27
Sumber : BPS Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-11
Tabel3.10 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Pelalawan Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Sektor 2007 - 2010 (Dengan Migas)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 38,24 36,59 35,23 35,56a. Tanaman Bahan Makanan 1,63 1,44 1,32 1,25b. Tanaman Perkebunan 19,81 18,99 17,53 17,78c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,53 0,50 0,47 0,46d. Kehutanan 15,20 14,67 14,97 15,12e. Perikanan 1,06 0,99 0,95 0,95
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,90 3,14 3,29 2,74a. Minyak dan Gas Bumi 2,84 3,08 3,24 2,69b. Penggalian 0,06 0,06 0,06 0,06
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 52,36 53,92 54,91 54,91a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00b. Industri Tanpa Migas 52,36 53,92 54,91 54,91
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,08 0,08 0,08 0,08a. Listrik 0,06 0,06 0,06 0,06b. Air Bersih 0,02 0,02 0,02 0,02
5. BANGUNAN 1,45 1,41 1,42 1,456. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,36 1,38 1,48 1,56
a. Perdagangan Besar & Eceran 1,26 1,28 1,38 1,45b. Hotel 0,04 0,05 0,05 0,06c. Restoran 0,06 0,05 0,05 0,06
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 0,87 0,80 0,77 0,77a. Pengangkutan 0,86 0,78 0,76 0,75
1. Angkutan Jalan Raya 0,67 0,61 0,59 0,582. Angkutan Laut 0,01 0,01 0,01 0,013. Angkutan Sungai, Danau &
Penyeberangan0,07 0,06 0,06 0,06
4. Jasa Penunjang Angkutan 0,11 0,10 0,11 0,11b. Komunikasi 0,02 0,02 0,02 0,02
1. Pos dan Telekomunikasi 0,02 0,02 0,02 0,028. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 0,97 0,92 0,95 0,98
a. Bank 0,09 0,16 0,22 0,25b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,03 0,02 0,02 0,02c. Sewa Bangunan 0,84 0,73 0,69 0,70d. Jasa Perusahaan 0,01 0,01 0,01 0,01
9. JASA-JASA 1,80 1,77 1,87 1,95a. Pemerintahan Umum 1,33 1,30 1,41 1,48
1. Administrasi Pemerintah & Pertahanan 1,33 1,30 1,41 1,48b. Swasta 0,47 0,47 0,46 0,47
1. Sosial Kemasyarakatan 0,05 0,05 0,05 0,052. Hiburan & Rekreasi 0,11 0,10 0,10 0,103. Perorangan & Rumahtangga 0,32 0,32 0,31 0,31
PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-12
3.2. PROFIL POTENSI DAN PELUANG EKONOMI
Kabupaten Pelalawan memiliki banyak potensi ekonomi, baik sektor pertanian,kehutanan, perikanan, sumberdaya pertambangan dan pariwisata. Beberapa potensi
ekonomi yang menonjol dan menjadi andalan daerah ini adalah sebagai berikut :
a) Sektor Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
Lebih dari separuh bagian Kabupaten Pelalawan terdiri dari kawasan hutan,
baik dalam kategori kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Luas hutan di
Kabupaten Pelalawan sebesar 779.122,31 Ha (59,22 %), sebahagian besarnya berupahutan produksi (466.701,92 Ha). Pemanfaatan potensi sumberdaya hutan ini berupa
pemanfaatan kayu untuk industri dan bangunan, pengolahan menjadi pulp (bubur
kertas) dan kertas, serta pemanfaatan hasil hutan lainnya berupa madu lebah, dan
lain-lain. Di Kabupaten Pelalawan terdapat perusahaan pulp dan kertas yang terbesar
di dunia, yang bahan bakunya tidak hanya berasal dari wilayah Kabupaten Pelalawan,
tapi juga dari berasal dari kabupaten yang ada di Riau, bahkan juga dari provinsi lain.Jumlah HTI di bawah penguasaan perusahaan dimaksud (PT. Riau Andalan Pulp and
Paper) seluas 151.254 Ha. Produksi Tahun 2011 terdiri dari ; 2.448.898 Ton Pulp dan
813.020 Ton Kertas.
Tabel 3.11. Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Pelalawan
Jenis Luas (Ha) Keterangan
Hutan Produksi Tetap 466.701,92
Hutan Produksi Tetap Penyangga 6.274,41
Hutan Rakyat 5.130,76
Hutan Lindung 5.644.71
Kawasan Bergambut 155.349,89
Taman Nasional 101.493,19
Suaka Margasatwa 37.128,30
Kawasan pantai Berhutan Bakau 1.399,14
Sempadan Sungai 5.516,60
Sempadan Pantai 989,90
Jumlah 779.122,31
Sumber : RTRW Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-13
Dengan kapasitas pabrik mencapai 3 Juta Ton per tahun dan Hutan Tanaman
Industri pemasok bahan baku yang cukup luas di wilayah Kabupaten Pelalawan,keberadaan pabrik kertas ini menjadi penopang perekonomian yang cukup penting di
Kabupaten Pelalawan.
b)Sektor Perkebunan
Peruntukan lahan perkebunan di Kabupaten Pelalawan mencapai 419.101,62
Ha, dan yang telah dikelola seluas 377.486 Ha yang terdiri dari perkebunan kelapa
sawit, karet, kelapa dan aneka tanaman. Namun demikian komoditi yang palingdominan adalah kelapa sawit yang menjadi sumber ekonomi 30.662 Kepala Keluarga
dan menjadi bisnis inti tidak kurang dari 34 perusahaan besar baik PMDN maupun PMA
di Kabupaten Pelalawan. Luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pelalawan
merupakan 15,24 % dari luas perkebunan pawit di Provinsi Riau dan 4,09 % dari luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Tabel 3.12. Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Pelalawan
KategoriPerkebunan
Luas
(Ha)Pengelola Produksi
Perkebunan Besar 218.538 34 Perusahaan 1.093.403 Ton CPOper TahunPerkebunan Inti
Rakyat36.740 18.370 Petani
Perkebunan Rakyat 158.948 17.725 Petani 489.978 Ton CPOper Tahun
Jumlah 320.000 1.583.381 TonCPO per Tahun
Sumber : Data Olahan
Perkebunan kelapa sawit yang luas ini ditopang pula oleh keberadaan Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) yang berjumlah tidak kurang dari 18 Unit dengan total kapasitasproduksi tidak kurang 1.045 Ton/Jam. Namun demikian sampai saat ini PKS yang ada
baru mengolah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) untuk kemudian diekspor.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-14
Tabel 3.13. Jumlah dan Sebaran Pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Pelalawan
No. Nama PerusahaanAlamat Kapasitas
Produksi(Ton/Jam)Desa Kecamatan
1. PT. Serikat Putra Sialang Godang Bandar Petalangan 75
2. PT. Sari Lembah Subur 1 Kerumutan Kerumutan 60
3. PT. Sari Lembah Subur 2 Genduang Pangkalan Lesung 30
4. PT. Sinar Siak Dian Permai Muda Setia Bandar Sei Kijang 60
5. PT. Musim Mas 1 Batang Kulim Pangkalan Kuras 90
6. PT. Musim Mas 2 Pangkalan Lesung Pangkalan Lesung 90
7. PT. Mitra Unggul Pusaka Segati Langgam 60
8. Inti Indo Sawit Silikuan Hulu Ukui 60
9. PT. Surya Bratasena Surya Indah Pangkalan Kuras 60
10. PT. Gandaerah Hendana Ukui II Ukui 60
11. PT. Adei Plantation Kemang Pangkalan Kuras 120
12. PT. Multi Palma Sejahtera Lubuk Ogung Bandar Sei Kijang 45
13. PT. Jalur Pusaka Kiyap Jaya Bandar Sei Kijang 10
14. PT. Sinar Agro Raya Kiyap Jaya Bandar Sei Kijang 45
15. PT. Sumber SawitSejahtera
Terantang manuk Pangkalan Kuras 45
16. PT.. Langgam IntiHibrindo
Kemang Pangkalan Kuras 30
17. Peputra Supra Jaya Segati Langgam 45
18. PT. Inti Indo SawitBratasena
Bukit Agung Pangkalan Kerinci 60
19. PT. Adei Plantation Sei Buluh Bunut 70
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-15
Gambar 3.5. Peta Sebaran Kelapa Sawit dan PKS di Kabupaten Pelalawan
c) Sektor Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Sub sektor pertanian memiliki potensi yang cukup besar terutama komoditaspadi dan berpeluang memberikan konstribusi bagi peningkatan ketahanan pangan di
Indonesia. Wilayah andalan sawah di Kabupaten Pelalawan ialah Kecamatan Kuala
Kampar, tepatnya Pulau Mendol yang merupakan pulau delta yang berada di muara
Sungai Kampar. Pulau dengan luas 31.250 Ha, ini memiliki potensi 9.970 Ha lahan
sawah pasang surut, dan baru dikelola seluas 8.670 Ha. Sawah seluas 8.670 Ha
tersebut dikelola secara konvensional dengan pola tanam sekali setahun tersebut telahmenghasilkan produksi padi sebanyak 33.800 Ton Gabah Kering Giling, dan merupakan
86 % dari produksi padi di Kabupaten Pelalawan. Produktivitas sawah pasang surut di
daerah ini 3,85 Ton/Ha masih sangat jauh di bawah standar nasional. Dengan pola
intensifikasi, potensi padi di Kuala Kampar ini sangat berpeluang menjadi kawasan
andalan untuk menopang kebutuhan pangan di Indonesia. Upaya intensifikasi memang
harus didukung dengan infrastruktur yang memadai, yang saat ini masih sangat minim.
Sub sektor perikanan juga memainkan peran yang harus diperhitungkan,
karena potensi sumberdaya yang cukup besar yakni keberdaan Sungai Kampar dan
anak sungai yang ada serta adanya wilayah laut di bagian timur daerah ini. Usaha
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-15
Gambar 3.5. Peta Sebaran Kelapa Sawit dan PKS di Kabupaten Pelalawan
c) Sektor Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Sub sektor pertanian memiliki potensi yang cukup besar terutama komoditaspadi dan berpeluang memberikan konstribusi bagi peningkatan ketahanan pangan di
Indonesia. Wilayah andalan sawah di Kabupaten Pelalawan ialah Kecamatan Kuala
Kampar, tepatnya Pulau Mendol yang merupakan pulau delta yang berada di muara
Sungai Kampar. Pulau dengan luas 31.250 Ha, ini memiliki potensi 9.970 Ha lahan
sawah pasang surut, dan baru dikelola seluas 8.670 Ha. Sawah seluas 8.670 Ha
tersebut dikelola secara konvensional dengan pola tanam sekali setahun tersebut telahmenghasilkan produksi padi sebanyak 33.800 Ton Gabah Kering Giling, dan merupakan
86 % dari produksi padi di Kabupaten Pelalawan. Produktivitas sawah pasang surut di
daerah ini 3,85 Ton/Ha masih sangat jauh di bawah standar nasional. Dengan pola
intensifikasi, potensi padi di Kuala Kampar ini sangat berpeluang menjadi kawasan
andalan untuk menopang kebutuhan pangan di Indonesia. Upaya intensifikasi memang
harus didukung dengan infrastruktur yang memadai, yang saat ini masih sangat minim.
Sub sektor perikanan juga memainkan peran yang harus diperhitungkan,
karena potensi sumberdaya yang cukup besar yakni keberdaan Sungai Kampar dan
anak sungai yang ada serta adanya wilayah laut di bagian timur daerah ini. Usaha
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-15
Gambar 3.5. Peta Sebaran Kelapa Sawit dan PKS di Kabupaten Pelalawan
c) Sektor Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Sub sektor pertanian memiliki potensi yang cukup besar terutama komoditaspadi dan berpeluang memberikan konstribusi bagi peningkatan ketahanan pangan di
Indonesia. Wilayah andalan sawah di Kabupaten Pelalawan ialah Kecamatan Kuala
Kampar, tepatnya Pulau Mendol yang merupakan pulau delta yang berada di muara
Sungai Kampar. Pulau dengan luas 31.250 Ha, ini memiliki potensi 9.970 Ha lahan
sawah pasang surut, dan baru dikelola seluas 8.670 Ha. Sawah seluas 8.670 Ha
tersebut dikelola secara konvensional dengan pola tanam sekali setahun tersebut telahmenghasilkan produksi padi sebanyak 33.800 Ton Gabah Kering Giling, dan merupakan
86 % dari produksi padi di Kabupaten Pelalawan. Produktivitas sawah pasang surut di
daerah ini 3,85 Ton/Ha masih sangat jauh di bawah standar nasional. Dengan pola
intensifikasi, potensi padi di Kuala Kampar ini sangat berpeluang menjadi kawasan
andalan untuk menopang kebutuhan pangan di Indonesia. Upaya intensifikasi memang
harus didukung dengan infrastruktur yang memadai, yang saat ini masih sangat minim.
Sub sektor perikanan juga memainkan peran yang harus diperhitungkan,
karena potensi sumberdaya yang cukup besar yakni keberdaan Sungai Kampar dan
anak sungai yang ada serta adanya wilayah laut di bagian timur daerah ini. Usaha
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-16
perikanan yang dilakukan oleh petani/nelayan selama ini berupa budidaya keramba
dan penangkapan ikan di perair umum dan laut. Namun demikian usaha yangdilakukan masih sangat tradisional dan bersifat subsisten, dan belum dapat
mengangkat perekonomian pelaku usahanya. Intensifikasi usaha terutama budidaya
akan dapat menjadi sub sektor ini sebagai andalan ekonomi yang menjanjikan.
Tabel 3.14. Luas Perairan Umum dan Laut Sebagai Potensi Pengembangan Usaha
Perikanan di Kabupaten Pelalawan
Jenis Perairan Luas (Ha)
Perairan Umum (Sungai dan Danau) 39.146,00
Perairan Laut 66.630,64
Jumlah 105.776,64
Sumberdaya lahan yang sangat luas di Kabupaten Pelalawan merupakanpotensi yang cukup besar dalam pengembangan usaha peternakan di daerah ini.
Usaha yang mulai berkembang di Kabupaten Pelalawan adalah pola peternakan di
lahan perkebunan sawit. Program bantuan pemerintah ke masyarakat di bidang
peternakan diarahkan pada pengembangan peternakan besar yang terpadu dengan
usaha perkebunan. Saat ini dari 5.000 populasi ternak sapi yang ada di Kabupaten
Pelalawan, 80 % nya berada di lahan perkebunan kelapa sawit.
Selain komoditas ternak besar, di Kabupaten Pelalawan juga banyak dilakukan
usaha peternakan unggas yakni peternakan ayam petelur dan pedaging, yang
memasok baik kebutuhan di Kabupaten Pelalawan sendiri, juga dikirim ke wilayah
kabupaten lain di Provinsi Riau. Saat ini bahkan sudah terdapat investasi di bidang
peternakan ini, yaitu usaha pembibitan ayam yang berada di Desa Simpang Beringin
Kecamatan Bandar Seikijang, dengan kapasitas produksi 1 (satu) juta bibit per hari.
d) Sektor Pertambangan
Kabupaten Pelalawan sejak dahulu menjadi sumber penghasil keuangan
negara, yakni dengan keberadaan sumur minyak yang terdapat di Kecamatan
Kerumutan, Kecamatan Pangkalan Lesung dan Kecamatan Ukui. Sumber minyak di
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-17
Kabupaten Pelalawan dieksplorasi oleh PT. Medco dan PT. Pertamina, dan
menghasilkan tidak kurang dari 556.620 barel per tahun.
Selain minyak bumi di Kabupaten Pelalawan juga terdapat sumberdaya gas
dengan nilai kandungan sebesar 300 BCF, dan telah mulai dieksplorasi sejak Tahun
2008 yang lalu. Terdapat 6 sumur gas yang dikelola oleh PT. Kalila dan telah
menghasilkan gas sejumlah 427.720 MMBTU per tahun, yang disalurkan untuk
kebutuhan bahan bakar di PT. RAPP (pabrik pulf dan kertas), sebahagian lainnya
disalurkan ke PT. PLN di Pekanbaru. Saat ini Pemerintah Kabupaten Pelalawan telahmelakukan kontrak kerjasama dengan PT. Navigate Energy dan telah memulai
membangun Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) di mulut tambang yang memanfaatkan
sebahagian gas yang dihasilkan PT. Kalila dimaksud.
Di Kabupaten Pelalawan juga terdapat deposit batubara namun belum
dieksploitasiyang tersebar di Kecamatan Langgam dan Kecamatan Ukui, dengan total
cadangan sebesar 83.880.440 ton dengan nilai kalori antara 4.000 – 6.565 cal/gram.Saat ini terus dilakukan upaya mendatang investor untuk mengelola batubara tersebut.
Tabel 3.15. Potensi dan Produksi Minyak dan Gas di Kabupaten Pelalawan
Jenis Tambang CadanganProduksi
2008 2009 2010
Minyak Bumi 557,700 Barel 583.150 Barel 556.620 Barel
Gas 300 BCF 1.848.800
MMBTU
1.128.960
MMBTU
427.720
MMBTU
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pelalawan
Tabel 3.16. Potensi Batubara
Lokasi Cadangan (Ton) Jenis Batubara Nilai Kalori
KecamatanLanggam
51.026.110 High Voletile
Bituminous
5.200 – 6.565
Cal/Gr
Kecamatan Ukui 32.854.330 High VoletileBituminous
4.000 – 5.500Cal/Gr
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-18
e) Sektor Pariwisata
Sektor pariwisata di Kabupaten Pelalawan akhir-akhir ini mulai mendapat
perhatian dunia, dengan adanya pemafaatan gelombang bono oleh peselancar manca
negara. Bono merupakan gelombang besar/ombak yang terbentuk oleh adanya
pertemuan arus sungai dengan arus pasang dari laut. Hal ini terjadi karena arus
pasang yang menguat akibat melewati alur menyempit (pulau di tengah muara) dan
dangkal sehingga menjadi gelombang besar. Gelombang bono ini terjadi pada periodepasang air laut, dan menjadi wilayah potensial untuk berselancar. Berselancar di
sungai merupakan sesuatu keunikan dan tantangan bagi para peselancar, sehingga
menjadikan daerah di Kecamatan teluk Meranti ini sebagai destinasi baru di wilayah
Indonesia. Saat ini sedang dilakukan upaya-upaya pengembangan dan pengelolaan
objek wisata bono ini, mulai dari penyusunan masterplan sampai dengan
pembangunan infrastruktur secara bertahap, dan yang lebih penting adalah promosiyang intensif baik di dalam maupun di luar negeri. Upaya-upaya tersebut dilakukan
secara sinergis antara Pemerintah Kabupaten Pelalawan, Pemerintah Provinsi Riau,
Pemerintah Pusat dan bahkan dunis usaha juga dirangkul.
Jumlah rombongan peselancar yang datang ke Teluk Meranti mulai September
2010 mencapai 30 rombongan. Sementara wisatawan domestik melihat keunikan dan
menyaksikan aktivitas surfing sampai Maret 2012 mencapai 25.000 orang.
Keberadaan objek wisata bono ini juga ditopang oleh beberapa objek lainnya
serta adat budaya baik di Kabupaten Pelalawan sendiri maupun di Kabupaten/Kota
yang ada di Provinsi Riau. Di Kabupaten Pelalawan terdapat suaka marga satwa dan
hutan lindung yakni Taman Nasional Tesso Nilo dengan luas 83.068 Ha. Di dalamnya
terdapat beragam flora dan fauna asli kawasan ini, dan tentu menjadi daya tarik untuk
dikunjungi. Selain itu Kabupaten Pelalawan merupakan daerah yang berada pada garis
khatulistiwa. Saat ini sudah terdapat tugu equator yang berada pada jalan lintas timursumatera ke arah selatan menuju Jambi dan Sumatera Selatan. Keberadaan tugu
equator juga menjadi andalan dan daya tarik pendukung kawasan bono. Terdapat
pula replika Istana Raja Pelalawan di Kelurahan Pelalawan yang disebut Istana Sayap
yang memiliki beragam peninggalan sejarah kerajaan dan masih dipelihara prosesi
adat dan budaya yang kesemuanya tentu menarik untuk dikunjungi.
Selain Kerajaan Pelalawan sebagai salah satu pusat budaya yang menjagatradisi adat dan kebudayaan di daerah ini, yang tidak kalah pentingnya adalah
keberadaan Pusat Budaya Petalangan di Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-19
yang dibangun khusus untuk mempertahankan peninggalan sejarah budaya, pusat
konservasi tradisi adat, dan pusat acara budaya dan pertemuan adat utamanyamasyarakat pedalaman pada masa yang lalu yang disebut sebagai masyarakat
petalangan. Keberadaan pusat budaya petalangan yang dibangun kawasan danau dan
ditengah-tengah perkampungan masyarakat yang masih teguh menjaga adat
istiadatnya juga menjadi andalan daya tarik wisata di Kabupaten Pelalawan.
f) Proyek-Proyek Sektor Riil Dan Infrastruktur
Perkembangan investasi di Kabupaten Pelalawan cukup menggembirakan dan
telah memacu pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan di daerah ini. Selain
investasi di bidang industri kehutanan dan pengolahan hasil kehutanan, investasi di
sektor perkebunan dan industri pendukungnya, juga mulai tumbuh investasi sektor
perhotelan, perdagangan dan jasa lainnya. Disamping itu investasi di bidang
infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, air bersih dan listrik yang dilakukanpemerintah daerah dan pemerintah pusat juga selalu meningkat dari tahun ke tahun,
dan telah berhasil meningkatkan perekonomian daerah. Selain yang sudah ada,
investasi terus masuk ke daerah ini, baik yang baru dalam bentuk komitmen maupun
yang sudah memulai pekerjaan. Daftar investasi atau proyek sektor riil dan
infrastruktur baik yang sudah berjalan maupun yang akan groundbreaking di tampilkan
pada Tabel 3.16 dan Tabel 3.17 di bawah ini.
Tabel 3.16. Data Investasi/Proyek Sektor Riil yang Sudah Berjalan di Kabupaten
Pelalawan
No. Proyek/Jenis Investasi Perusahaan/Investor Nilai Investasi(Rp)
1. Industri Bubur Kertas,Kertas dan HTI Pendukung
PT. Riau Andalan Pulp andPaper
44.182.814.365.864,-
2. Penyediaan Energi Listrik PT. Riau Prima Energi 6.805.021.575.538,-3. Perkebunan Kelapa Sawit
dan 2 PKSPT. Sari Lembah Subur 332.757.000.000,-
4. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Serikat Putra 117.239.000.000,-
5. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Surya Bratasena 110.831.200.000,-
6. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Musim Mas 998.624.300.000,-
7. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Indosawit Subur 229.488.611.158,-
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-20
No. Proyek/Jenis Investasi Perusahaan/Investor Nilai Investasi(Rp)
8. Industri Pengolahan CPO /PKS
PT. Multi Palma Sejahtera 128.720.000.000,-
9. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Raja Garuda MasSejati
31.348.920.000,-
10. Perkebunan Kelapa Sawit PT. Cipta Daya Lestari 11.000.000.000,-11. Pabrik Kelapa Sawit PT. Sinar Agro Raya 49.797.500.000,-12. Pabrik Kelapa Sawit dan
Pabrik KaretPT. Mitra Unggul Pusaka 286.240.425.914,-
13. Pabrik Kelapa Sawit PT. Jalur Pusaka SaktiKumala
12.200.000.000,-
14. Pabrik Kelapa Sawit PT. Pusaka Megah BumiNusantara
109.892.260.000,-
15. Industri Minyak Kasar,Minyak Makan dari Nabati(PKS)
PT. Mitra Supra 35.000.000.000,-
16. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Langgam Inti Hibrindo 285.504.746.388,-
17. Pabrik Kelapa Sawit PT. Sumber SawitSejahtera
157.334.250.000,-
18. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Adei Plantation 1.265.290.327.518,-
19. Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sinar Siak Dian Permai 40.331.112.070,-20. Perkebunan Kelapa Sawit PT. Agrita Sari Prima 25.000.000.000,-21. Perkebunan Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya 13.302.533.652,-22. Perkebunan Kelapa Sawit
dan PKSPT. TH. Indo Plantations 2.629.268.312.576,-
23. Perkebunan Kelapa Sawitdan PKS
PT. Gandahera Hendana 200.292.000.000,-
24. Industri Minyak Makan PT. Sawit Rajaveni Lestari 100.000.000.000,-25. Kebun Kelapa Sawit PT. Safari Riau 207.915.096.144,-26. Kebun Kelapa Sawit PT. Steelindo Wahana
Perkasa39.090.000.000,-
27. Hutan Tanaman Industri PT. Arara Abadi 429.644.198.022,-28. Peternakan Ayam PT. Charoen Pokphan Jaya
farm20.150.000.000,-
29. Retail dan Pertokoan PT. Kerinci Bisnis Centre30. Perhotelan PT. Unimegah Utama Raya 11.551.000.000,-31. Jasa Konstruksi PT. Pec-Tech Service
Indonesia93.100.000.000,-
32. Jasa Penyewaan PeralatanKonstruksi dan Plant HireService
PT. Pech-Tech Limited 111.885.149.000,-
33. Industri Calcium Carbonat(Industri Kimia Dasar)
PT. Esesindo CiptaCemerlang
207.128.007.796,-
34. Industri Kimia Anorganik PT. Asia Prima Kimia Raya 2.996.199.094,-
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-21
No. Proyek/Jenis Investasi Perusahaan/Investor Nilai Investasi(Rp)
35. Jasa Konstruksi PT. Indo Karya BangunBersama
3.672.495.000,-
36. Eksplorasi Gas PT. Kalila37. Eksplorasi Minyak Bumi PT. Medco
PT. Pertamina
Tabel 3.17. Data Investasi/Proyek Sektor Riil yang Akan Groundbreaking 2012-2014
No. Proyek/JenisInvestasi Perusahaan/Investor Nilai Investasi Keterangan
1. PembangkitListrik TenagaGas
PT. Navigate Energy 280.000.000.000,- Sudah MulaiDikerjakan
2. PembangunanJalan AlternatifLintas Timur
APBN 420.016.430.209,- DED sudahtersedia
G) Regulasi Investasi
Semenjak dibentuknya Kabupaten Pelalawan sampai saat ini telah dikeluarkan
sebanyak 170 Peraturan Daerah yang terdiri dari 40 Perda tentang Keuangan Daerah,
52 Perda tentang Pajak dan Retribusi Daerah, 25 Perda tentang Administrasi
Pemerintahan Desa/Kelurahan, 26 Perda tentang Administrasi Daerah, 5 Perda tentang
Perencanaan Daerah, 14 Perda tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik danPerizinan, 8 Perda tentang Ketertiban dan Keamanan. Dari kesemuanya terutama
menyangkut perizinan, serta retribusi dan pajak daerah telah diverifikasi dan dievaluasi
oleh Kementerian Dalam Negeri. Bagi Peraturan Daerah yang tidak bersesuaian
dengan Kebijakan Pemerintah Pusat telah dicabut. Demikian juga peraturan daerah
yang menyangkut investasi disesuaikan dengan peraturan yang lebih tinggi dan selama
ini tidak ada hal yang menghambat investor menanamkan modalnya di daerah ini.
3.3. DELINIASI KAWASAN TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN
3.3.1. Landasan Penentuan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
Penentuan delineasi KawasanTeknopolitan Kabupaten Pelalawan merujuk pada
kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-22
20/PRT/M/2011 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, yakni :
a. Kawasan yang dijadikan KawasanTeknopolitan Kabupaten Pelalawan telah
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pelalawan,
maupun RDTR Sub Wilayah Kecamatan-Kecamatan yang tercakup ke dalam
wilayah KawasanTeknopolitan Kabupaten Pelalawan, khususnya Kecamatan
Langgam. Kawasan budidaya yang dijadikan KawasanTeknopolitan
Kabupaten Pelalawan juga tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung.
b. KawasanTeknopolitan Kabupaten Pelalawan telah mendapat dukungan dari
Pemerintah Provinsi Riau maupun Pemerintah Kabupaten Pelalawan (Perda
Kabupaten).
c. KawasanTeknopolitan Kabupaten Pelalawan terletak pada posisi yang dekat
dengan jalur perdagangan dan jasa atau berdekatan dengan jalur jalan
nasional yang kaya akan potensi sumberdaya unggulan.
d. KawasanTeknopolitan Kabupaten Pelalawan mempunyai batas yang jelas,
baik dalam bentuk batas alam (sungai, kali, dan jalan) maupun buatan
(pagar atau tembok).
Di samping berlandaskan pada kriteria-kriteria di atas, penentuan delineasi
Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan juga ditunjang oleh analisis makro dan
mikro berikut :
Analisis Makro
Analisis makro terdiri dari analisis kondisi fisik, ekonomi, sosial budaya,
infrastruktur, dan kelembagaan pada level wilayah-wilayah yang mempunyaiketerkaitan tinggi terhadap KawasanTeknopolitan Kabupaten Pelalawan, yaitu
kabupaten dan kota di Provinsi Riau. Keterkaitan Kawasan Teknopolitan
Kabupaten Pelalawan dengan wilayah Provinsi Riau juga dianalisis.
Analisis Mikro
Analisis mikro terdiri dari analisis kondisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial
budaya, infrastruktur, dan kelembagaan serta industri yang sudah ada di
wilayah perencanaan di Kecamatan Langgam. Pengaruh timbal balik antara
Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan dan wilayah sekitarnya juga
merupakan faktor penting untuk penentuan delineasi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-23
3.3.2. Hasil Deliniasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
Kawasan Teknopolitan berada di Kabupaten Pelalawan tepatnya di KecamatanLanggam yang terletak di bagian barat Kabupaten Pelalawan dan berbatasan langsung
dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kuantan Singingi. Kecamatan Langgam
memiliki luas 1.442 km2 atau sekitar 10,36% dari total wilayah Kabupaten Pelalawan.
Sebagian wilayah adalah daratan (98,72%) banyak digunakan untuk perkebunan sawit
(38,27%) dan hutan lebat (39,05%).
Kecamatan Langgam berada di ketinggian 30 m dari permukaan laut danberjarak ke ibukota kabupaten sejauh 20,1 km. Kecamatan tersebut juga memilik
sungai sebanyak 39 buah dengan panjang 348 km dan danau sebanyak 21 buah
dengan luas mecapai 66,5 ha.
Kec. Langgam terdiri dari 1 kelurahan yaitu keluraham Langgam dan tujuh desa
yaitu Desa Segati, Desa Sotol, Desa Tambak, Desa Langkan, Desa Pangkalan Gondai,
Desa Penarikan dan Desa Padang Luas. (lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.3).
Tabel 3.3. Deliniasi Rencana Lokasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
Kecamatan Kelurahan Desa Luas (ha) Keterangan
Langgam Langgam Penarikan 1.485 Lahan Basah
Padang Luas 2.165 Lahan Industri
Total 3.650
Sumber : RTRW Kab. Pelalawan, RDTR sub wilayah kecamatan-kecamatan
KabupatenPelalawan, diolah
Kecamatan langgam tidak seluruh luas arealnya masuk menjadi wilayah
fungsional Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan. Dari total luas tujuh desa
yang ada di Kecamatan Langgam, areal yang masuk Kawasan Teknopolitan
Kabupaten Pelalawan adalah sekitar 3.650 hektar. Untuk memudahkan pembahasan
dalam kajian-kajian berikutnya maka Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
dimaksudkan lebih baik dinamakan sebagai ”Kawasan Teknopolitan”.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-24
Gambar 3.3. Peta Hasil Delineasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-25
Berdasarkan kondisi morfologinya, Kawasan Teknopolitan berada pada kondisi
kawasan yang datar dengan tingkat kemiringan yang lebih kurang 0 – 15 % dan 15 –40 %. Kondisi morfologi lahannya merupakan daerah perbukitan yang bergelombang
sehingga dapat dijadikan sebagai batas Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Sedangkan kondisi penggunaan lahan, Kawasan Teknopolitan ditempatkan
pada lahan yang sebelumnya sudah merupakan lahan perkebunan rakyat, bukan
lahan pertanian/sawah maupun lahan-lahan yang jika secara agronomi merupakan
tanah yang tidak produktif.
Berdasarkan status lahan dan ketersediaan lahan, Kawasan Teknopolitan
maka diprioritaskan dialokasikan pada lahan yang berstatus tanah milik negara, dan
lahan. Status lahan yang kepemilikan di luar itu, seperti lahan milik masyarakat,
diupayakan tidak digunakan, ataupun jika terpaksa digunakan seminimal mungkin.
3.4. KONDISI LAHAN PERUNTUKAN KAWASAN TEKNOPOLITAN DIKABUPATEN PELALAWAN.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan
sebagaimana yang digaris di dalam MP3EI dilakukan melalui upaya-upaya peningkatan
nilai tambah produk nasional, mendorong inovasi, mengintegrasikan pendekatan
sektoral dengan regional dan memfasilitasi percepatan investasi sesuai dengan
dukungan yang dibutuhkan. Berdasarkan kebijakan tersebut dan sesuai dengan
potensi yang dimiliki serta didukung oleh lokasi wilayah yang strategis di jalurkonektivitas Koridor Ekonomi Sumatera, maka pembangunan pusat pertumbuhan
ekonomi baru yang menjadi kawasan ekonomi khusus di wilayah Kabupaten Pelalawan
merupakan suatu keniscayaan, dan patut didukung oleh semua pihak. Di dalam
kawasan tersebut sekurang-kurangnya terdapat 3 pilar utama dalam pencapaian
pertumbuhan ekonomi daerah, regional dan nasional, yakni adanya industri industri
hilir yang akan memberikan nilai tambah produk daerah, terdapatnya lembaga
pendidikan berupa Sekolah Menengah Kejuruan dan Community College setara D1 danD2 yang akan mempersiapkan tenaga kerja terampil, dan adanya lembaga riset yang
akan mendorong inovasi dan penemuan-penemuan teknologi baru guna menunjang
industri yang efisien dan berdaya saing tinggi.
Selain 3 pilar utama tersebut tentu dibutuhkan perumahan bagi karyawan,
perkantoran, fasilitas sosial dan lain sebagainya sehingga kawasan yang akan
dibangun harus berada pada satu hamparan yang luas.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-26
Kawasan yang kemudian disebut sebagai Teknopolitan Pelalawan bergerak
pada industri inti berupa pengolahan kelapa sawit sampai pada produk turunan palinghilir, pengolahan limbah pabrik yang banyak terdapat di Pelalawan menjadi produk
ekonomis, dan industri pendukung lainnya.
Apabila terbangun sesuai harapan, maka bagi masyarakat Kabupaten Pelalawan
setidak-tidak akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Tersedianya lapangan kerja.
2. Masyarakat setempat tidak perlu jauh melanjutkan pendidikan untuk mendapatkanketerampilan dan siap terjun ke dunia usaha dan dunia kerja. Pembangunan
lembaga pendidikan menengah dan tinggi yang menghasilkan tenaga kerja
terampil sudah menjadi cita-cita dan masuk dalam target capaian RPJMD Tahun
2011 – 2016.
3. Harga panen perkebunan masyarakat akan stabil bahkan cenderung meningkat.
4. Perekonomian wilayah sekitar akan berkembang, karena aktivitas industri danpekerja yang semakin banyak.
Secara regional pembangunan Teknopolitan Pelalawan akan mendorong peran
komoditas kelapa sawit sebagai komoditas andalan Koridor Ekonomi Sumatera dalam
menambah devisa negara dan semakin menyatunya konektivitas ekonomi antar
wilayah.
Secara nasional Teknopolitan Pelalawan akan berdampak pada penguranganpengangguran, peningkatan pertumbuhan ekonomi, penyediaan tenaga kerja terampil,
berkembangnya inovasi dalam menunjang peningkatan nilai tambah, optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya alam dan pemanfaatan limbah bagi keuntungan ekonomis.
Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan Teknopolitan oleh
Pemerintah Kabupaten Pelalawan, antara lain :
1) Telah dipersiapkan lahan seluas sekitar 3.900 hektar di wilayah Kecamatan
Langgam sebagai calon lokasi Teknopolitan Pelalawan.
2) Telah dilakukan pencanangan Teknopolitan Pelalawan oleh Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian dan Menteri Negara Riset dan Teknologi pada Tanggal 10
April 2012.
3) Pada Tanggal yang sama (10 April 2012) telah pula dicanangkan Pusat Inovasi
di Kabupaten Pelalawan oleh Menteri Koodinator Bidang Perekonomian dan
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-27
4) Telah dilakukan persiapan pendirian Perguruan Tinggi Pelalawan (Community
College setara D1 dan D2) dengan langkah-langkah ; menyediakan dana hibah
untuk opersional Perguruan Tinggi di dalam APBD Kabupaten Pelalawan Tahun
2012 sebesar Rp. 4,3 Miliyar, mempersiapkan kantor administrasi dan kantor
yayasan serta ruang belajar sementara, telah dilakukan rekrutmen tenaga
dosen, telah disusun proposal sesuai ketentuan berlaku dan telah diajukan keKementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk proses perizinan.
5) Telah dilakukan promosi dan pengenalan terutama bagi calon investor baik
dalam maupun luar negeri.
Gambar 3. 6 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Menteri Negara Riset danTeknologi RI dan Kepala BPPT menandatangani Prasasti Pencanagan Teknopolitan
Pelalawan 10 April 2012
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-28
1
2
34
6
KPI
PRIORITASSUMATER
A
14
18
22
20
13
15
21
19
UsulanKPI
Potensial
Gambar 3.7. Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI Menerima Penyerahan Proposal Pendirian Perguruan Tinggi
Kabupaten Pelalawan dari Bupati Pelalawan, Di Pangkalan Kerinci 12 April 2012
Gambar 3.8. Koridor Ekonomi Sumatera dan Peta Lokasi Usulan KPI Potensial
(Kabupaten Pelalawan)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-29
Lokasi Teknopolitan berada di Kecamatan Langgam lebih kurang 30 Km dari
ibukota kabupaten (Pangkalan Kerinci), dengan keunggulan komparatif ;
1. Berada dekat dengan ibukota Propinsi Riau (Pekanbaru) dengan jarak tempuh
darat lebih kurang 60 Km.
2. Dekat dengan sumber energi, yakni terdapat sumur gas di sekitar lokasi, dan
sedang dibangun Pusat Listrik Tenaga Gas di mulut tambang tersebut.
3. Berada pada jalur alternatif lintas timur sumatera.
4. Akses bahan baku industri pada empat arah, dari utara berasal dari KecamatanBandar Seikijang, dari timur berasal dari kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan
Pelalawan, dari selatan berasal dari Kecamatan Pangkalan Kuras, Pangkalan
Lesung, dan Ukui, dan dari arah barat berasal dari Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Kuantan Singingi.
5. Akses ke pelabuhan laut relatif mudah.
6. Lahan dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhanTeknopolitan
Gambar 3.9. Lokasi yang dicadangkan sebagai Kawasan Teknopolitan Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan III-30
Posisi Teknopolitan Pelalawan di dalam RTWRK dan RTRWP
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan saat ini masih dalam prosesrevisi. Persetujuan substansi telah dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum. Saat
ini sedang dalam tahapan pengajuan ke DPRD untuk ditetapkan ke dalam Peraturan
Daerah. Di dalam persetujuan substansi yang dikeluarkan Kementerian Pekerjaan
Umum, disebutkan bahwa secara umum apa yang dirumuskan di dalam Rancangan
RTRW tersebut dapat disetujui kecuali status kawasan hutan yang harus mengacu
pada apa yang ditetapkan di dalam RTRW Provinsi Riau. Saat ini juga sedang dalamtahap revisi. Di dalam Naskah RTRWP tersebut telah dicantumkan bahwa status lahan
yang dicadangkan untuk Teknopolitan tersebut masuk kawasan hutan dalam kategori
Areal Penggunaan Lain (APL). Namun demikian hal tersebut masih harus mendapat
persetujuan Kementerian Kehutanan RI.
Sebagai ringkasan dari gambaran umum Kabupaten Pelalawan dan
Teknopolitan dapat digaris bawahi beberapa catatan sebagai berikut :
1. Pelalawan memiliki komoditi potensial yakni kelapa sawit yang cukup besar
sebagaimana menjadi andalan Koridor Ekonomi Sumatera, adanya industri kertas
kelas dunia, dan terdapat sumber energi berupa minyak bumi, gas dan batubara,
dan berada pada titik konektivitas yang strategis.
2. Pelalawan dihuni oleh penduduk yang sangat beragam (heterogen) yang hidup
secara harmonis, dan diperkirakan menjadi daya dukung semakin meningkatnyainvestasi di daerah ini.
3. Untuk lebih berkembangnya investasi di Kabupaten Pelalawan dalam upaya
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan meningkatkan nilai tambah
produk daerah, maka perlu penetapan Kabupaten Pelalawan sebagai Kawasan
Perhatian Investasi Potensial.
4. Pembangunan Teknopolitan Pelalawan merupakan salah satu upaya dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang ditetapkan di dalam RPJMD2011 – 2016.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-1
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN
TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN
4.1. ANALISIS SPASIAL TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN
Salah satu komponen penting pengembangan Teknopolitan adalah
pembangunan sarana dan prasarana yang dapat mendukung fungsi kawasan di
wilayah tersebut. Beberapa fungsi kawasan yang akan dikembangkan terutama
kegiatan industri, research and development, Pendidikan dan perguruan tinggi,
permukiman, fasilitas sosial dan umum, kegiatan perkantoran jasa dan komersial,
kegiatan mixed use, kegiatan rekreasi golf dan sport club, manajemen kawasan, ruang
terbuka hijau (RTH) dan infrastruktur kawasan.
4.1.1. Analisis Penentuan Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
A. Kriteria Umum.
Untuk mengakomodir kebutuhan kawasan teknopolitan Pelalawan yang
terpadu dibutuhkan kriteria khusus seperti mudah terjangkau (aksesibel) bagi
masyarakat sekitar dan mobilitas kegiatan industri, serta ketersediaan sarana dan prasarana perkawasanan yang memadai.
Sistem pelayanan kegiatan kawasan diatur berdasarkan tata jenjang
pelayanannya yang berisi arahan mengenai kapasitas kegiatan, intensitas kegiatan dan
terstruktur menurut lokasi serta jenis dari kegiatan pelayanan dalam kawasan.
Pertimbangan utama dalam pendistribusian pelayanan kawasan teknopolitan
Pelalawan, adalah:
a. Kebutuhan Penduduk.
Pelayanan kegiatan kawasan sangat tergantung pada jumlah dan distribusi
penduduk yang akan dilayani. Semakin besar jumlah penduduk yang harus
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-2
dilayani, maka semakin besar pula kapasitas dan intensitas serta ragam bentuk
pelayanannya.
b. Jangkauan Pelayanan.
Besar kecilnya pelayanan kegiatan kawasan juga ditentukan oleh luas wilayah
pelayanan yang harus dijangkau. Penentuan lokasi pelayanan diintegrasikan dalam
struktur tata ruang kawasan, sehingga pelayanannya dapat menjangkau seluruh
penduduk secara merata dan dilaksanakan secara efisien.
c. Tingkat Pencapaian.
Lokasi jenis pelayanan kegiatan kawasan juga ditentukan oleh tingkat kemudahan
pencapaian (aksesibilitas) ke lokasi pelayanan tersebut. Semakin tinggi tingkat
pencapaian, semakin besar pula potensi untuk menjadi pusat pelayanan kebutuhan penduduk.
Beberapa prinsip dalam penyusunan kebijakan dasar pengembangan struktur
pelayanan kegiatan kawasan teknopolitan Pelalawan, adalah:
Menyebarkan sarana pelayanan secara merata sesuai dengan hirarki dan
sebaran penduduk dan kegiatan, serta kebutuhannya.
Menyediakan sarana secara lengkap dan memadai sesuai dengan hirarki
pelayanannya.
Memusatkan sarana yang setingkat di satu lokasi atau yang berdekatan untuk
mengefisiensikan dan mengefektifkan pelayanannya.
Mengelompokkan kegiatan-kegiatan dengan pusat-pusat pada wilayah
pengembangan agar dapat berperan sebagai pemacu perkembangan dan daya
tarik untuk wilayah kawasan tersebut.
Mengefisienkan sistem pelayanan aktivitas kawasan.
Strategi pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan merupakan salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan dan
perkembangan Kawasan Teknopolitan Pelalawan yang mengalami kendala didalam
pengembangannya. Strategi Kawasan Teknopolitan Pelalawan adalah upaya yang
dilakukan dalam upaya menginisiasi dan mengalirkan pengetahuan dan teknologi
diantara Lembaga Riset, Perguruan Tinggi, dan Industri. Kebijakan dasar yang harus
dilakukan adalah dengan mengintegrasikan terutama fungsi kegiatan industri, research
and development, pendidikan dan perguruan tinggi, permukiman, serta kegiatan
pendukung kawasan Teknopolitan seperti fasilitas sosial dan umum, kegiatan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-3
perkantoran jasa dan komersial, kegiatan mixed use, kegiatan rekreasi golf dan sport
club, manajemen kawasan, ruang terbuka hijau (RTH) dan infrastruktur kawasan.
Konsep atau strategi mengarahkan pengembangan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan adalah sebuah langkah yang aplikatif dan progresif. Untuk itu, sebuah
perencanaan yang dimulai dari penyusunan masterplan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan perlu dilakukan. Rencana pengembangan tersebut tentunya juga harus
bersifat saling mendukung dan integratif dengan perencanaan pemerintah daerah
setempat. Pengembangan Kawasan Teknopolitan Pelalawan harus berbasis pada
potensi dan karakteristik daerah, serta memperhatikan berlakunya kebijakan otonomi
daerah.
Rencana pengembangan Kawasan Teknopolitan Pelalawan merupakan bagian dari pengembangan Wilayah Kabupaten Pelalawan secara keseluruhan. Teknopolitan
didefinisikan sebagai bangunan “fisik” sekaligus bangunan sosial (physical structure
and social structure). Dengan demikian, faktor yang berperan dalam perkembanganya
bukan hanya faktor fisik saja namun juga faktor-faktor lain seperti ekonomi, budaya,
dan politik.
Beberapa kriteria dalam menetapkan Kawasan Teknopolitan Pelalawan, adalah:
1. Kriteria Teknis.
a. Dapat mengakomodir lahan seluas 3.650 hektar.
b. Lahan berlereng antara 0 % – 15 %.
c. Bebas genangan air dan banjir.
d. Kondisi air tanah, struktur geologi tata lingkungan dan daya dukung tanah
cukup memungkinkan untuk dibangun kegiatan perkawasanan.
e. Tidak berada pada kawasan khusus seperti daerah tsunami.
2. Kriteria Spasial / Keruangan.
a. Alokasi pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang kawasan yang
berlaku.
b. Tidak memanfaatkan kawasan lindung.
c. Kepadatan bangunan dan penduduk rendah.
d. Tidak terdapat kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
e. Memiliki jalur penghubung yang baik untuk mengakomodasi kegiatan di
dalam kawasan dan di luar kawasan Teknopolitan .
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-4
3. Kriteria Ekonomi Sosial dan Budaya.
a. Aksesibilitas baik dengan jaringan infstruktur, transportasi umum dan
tempat bekerja.
b. Ketersediaan sarana dan prasarana (pasar, toko, sekolah, fasilitas keshatan,
fasilitas ibadah, jaringan infrastruktur).
c. Status kepemilikan lahan.
d. Memiliki komunitas masyarakat tertentu yang akan berfungsi sebagai pusat
lingkungan yang memberikan jasa pelayanan, sarana, utilitas kepada
masyarakat sekitarnya.
B. Kriteria Lokasi Kawasan Industri.
Berkembangnya suatu Kawasan Industri tidak terlepas dari pemilihan lokasi
kawasan industri yang akan dikembangkan mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri, karena sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor/variabel di wilayah lokasi kawasan. Selain itu dengan
dikembangkannya suatu Kawasan Industri juga akan memberikan dampak terhadap
beberapa fungsi di sekitar lokasi kawasan. Oleh sebab itu, beberapa kriteria menjadi
pertimbangan di dalam pemilihan lokasi Kawasan Industri, antara lain:
a. Jarak ke Pusat Kota. Pertimbangan jarak ke pusat kota bagi lokasi Kawasan Industri adalah dalam rangka kernudahan memperoleh fasilitas pelayanan baik
prasarana dan prasarana maupun segi-segi pemasaran.
b. Jarak Terhadap Permukiman. Pertimbangan jarak terhadap permukiman bagi pemilihan lokasi kegiatan Industri, pada prinsipnya memiliki dua tujuan pokok,
yaitu:
1) Berdampak positif dalam rangka pernenuhan kebutuhan tenaga kerja dan
aspek pemasaran produk.
2) Berdampak industri karena kegiatan Industri menghasilkan polutan dan
limbah yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
3) Jarak terhadap permukiman yang ideal minimal 2 (dua) Km dari lokasi
kegiatan industri.
c. Jaringan Jalan Yang Melayani. Jaringan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-5
tingkat pencapaian (aksesibilitas) baik dalam penyediaan bahan baku, pergerakan
manusia dan pemasaran hasil-hasil produksi.
d. Jaringan Fasilitas dan Prasarana.
1) Jaringan Listrik. Ketersediaan jaringan listrik menjadi syarat yang penting untuk
kegiatan industri. Karena bisa dipastikan proses produksi kegiatan industri
sangat membutuhkan energi yang bersumber dari listrik,untuk keperluan
mengoperasikan alat-alat produksi. Dalam hal ini standar pelayanan listrik
untuk kegiatan industri tidak sama dengankegiatan dornestik dimana ada
prasyarat mutlak untuk kestabilan pasokan daya maupun tegangan.
2) Jaringan Telekomunikasi. Kegiatan industri tidak akan lepas dari aspek bisnis,
dalam rangka pemasaran maupun pengembangan usaha. Untuk itulah jaringan
telekomunikasi seperti telepon dan internet menjadi kebutuhan dasar bagi
pelaku kegiatan industri untuk menjalankan kegiatannya. Sehingga ketersediaan jaringan telekomunikasi tersebut menjadi syarat dalam penentuan
lokasi industri.
3) Pelabuhan Laut. Kebutuhan prasarana pelabuhan menjadi kebutuhan yang
mutlak,terutama bagi kegiatan pengiriman bahan baku/bahan penolong dan
pemasaran produksi, yang berorientasi ke luar daerah dan keluar negeri
(ekspor/impor). Kegiatan industri sangat membutuhkan.
e. Topografi. Pemilihan lokasi peruntukan kegiatan industri hendaknya.
Pada areal lahan yang memiliki topografi yang relatif datar. Kondisi topografiyang
relatif datar akan mengurangi pekerjaan pematangan lahan (cut and fill) sehingga
dapat mengefisienkan pemanfaatan lahan secaramaksimal, memudahkan
pekerjaan konstruksi dan Menghemat biaya pembangunan. Topografi/kemiringan
tanah maksimal 15 %.
f. Jarak Terhadap Sungai Atau Sumber Air Bersih. Pengembangan Kawasan Industri sebaiknya mempertimbangkan jarak terhadap sungai. Karena sungai
memiliki peranan. Penting untukkegiatan industri yaitu sebagai sumber air baku
dan tempatpembuangan akhir limbah industri. Sehingga jarak terhadap
sungaiharus mempertimbangkan biaya konstruksi dan pembangunan saluran saluran air
g. Kondisi Lahan Peruntukan lahan industri perlu mempertimbangkan daya dukung lahan dan kesuburan lahan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-6
1) Daya Dukung Lahan. Daya dukung lahan erat kaitannya dengan jenis
konstruksi pabrikdan jenis produksi yang dihasilkan. Jenis konstruksi pabrik
sangatdipengaruhi oleh daya dukung jenis dan komposisi tanah,
sertatingkat kelabilan tanah, yang sangat mempengaruhi biaya
danteknologi konstruksi yang digunakan.
2) Kesuburan Lahan. Tingkat kesuburan lahan merupakan faktor penting
dalam menentukan lokasi peruntukan kawasan industri. Apabila
tingkatkesuburan lahan tinggi dan baik bagi kegiatan pertanian,
makakondisi lahan seperti ini harus tetap dipertahankan untuk
kegiatanpertanian dan tidak dicalonkan dalam pernilihan lokasi
kawasanindustri. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konversi lahan yang dapat mengakibatkan menurunnya tingkat
produktivitaspertanian, sebagaipenyedia kebutuhan pangan bagi
masyarakat. Dan dalam jangka panjang sangat dibutuhkan untuk
menjaga.ketahanan pangan (food security) di daerah-daerah.
Pengembangan industri, pemerintah daerah harus bersikap tegasuntuk
tidak memberikan ijin lokasi industri pada lahan pertanian,terutama areal
pertanian lahan basah (irigasi teknis).
h. Ketersediaan Lahan. Kegiatan industri umumnya membutuhkan lahan yang luas,terutama industri-industri berskala sedang dan besar. Untuk itu skala industri
yang akan dikembangkan harus pula memperhitungkan luaslahan yang tersedia,
sehingga tidak terjadi upaya memaksakan diri untuk konversi lahan secara besar-
besaran, guna pembangunan kawasan industri. Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tahun 2009 luas lahan kawasan industri minimal 50 hektar. Ketersediaan
lahan harus memasukan pertimbangan kebutuhanlahan di luar kegiatan sektor
industri sebagai multiplier effectsnya, seperti kebutuhan lahan perumahan dan kegiatan permukiman dan perkotaan lainnya. Sebagai ilustrasi bila per hektar
kebutuhan lahan kawasan industri menyerap 100 tenaga kerja, berarti dibutuhkan
lahan perumahan dan kegiatan pendukungnya seluas 1 -1,5 Ha untuktempat
tinggal para pekerja dan berbagai fasilitas penunjang. Artinya bila dikembangkan
100 Ha Kawasan Industri di suatu daerah, maka di sekitar lokasi harus tersedia
lahan fasilitas seluas 100 – 150 Ha, sehingga total area dibutuhkan 200 -250 Ha.
i. Harga Lahan. Salah satu faktor utama yang menentukan pilihan investor dalam memilih lokasi peruntukan industri adalah harga beli/sewa lahan yang kompetitif,
artinya bila lahan tersebut dimatangkan dalam arti kapling siap bangun yang telah
dilengkapi prasarana penunjang dapat dijangkau oleh para pengguna (user).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-7
j. Orientasi Lokasi. Mengingat Kawasan Industri sebagai tempat industri manufaktur (pengolahan) yang biasanya merupakan 7ndustry yang bersifat
footloose maka orientasi lokasi sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas dan potensi
tenaga kerja.
k. Pola Tata Guna Lahan. Mengingat kegiatan industri disamping menghasilkan produksi juga menghasilkan hasil sampingan berupa limbah padat, cair dan gas,
maka untuk mencegah timbulnya dampak negatif sebaiknya dilokasikan pada lokasi
yang non pertanian dan non permukiman, terutama bagi industri skala menengah
dan besar.
l. Mulitiplier Effects. Pembangunan Kawasan Industri jelas akan memberikan pengaruh eksternal yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Dengan istilah lain
dapat disebut sebagai multiplier effec.
Untuk mengetahui kriteria dan pertimbangan pemilihan lokasi dapat dilihat pada
Tabel 4.1, berikut ini.
Tabel 4.1. Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi Kawasan Industri
No Kriteria Pemilihan Lokasi Faktor Pertimbangan
1. Jarak ke Pusat Kota minimal 10 Km 2. Jarak terhadap permukiman Minimal 2 (dua) km 3. Jaringan jalan yang melayani Arteri primer 4. Sistem Jaringan yang melayani Jaringan listrik dan jaringan
telekomunikasi. 5. Prasarana angkutan Tersedia pelabuhan laut sebagai outlet export
limport 6. Topografi/kemiringan tanah Maksimal 15 % 7. Jarak terhadap sungai
Maks 5 (lima) km dan terlayani sungai
tipe C dan D atau kelas III dan IV 8. Daya dukung lahan Sigma tanah a : 0,7 -1,0 kg/cm 9. Kesuburan lahan Relatif tidak subur (non irigasi teknis) 10. Peruntukan lahan Non Pertanian
Non Permukiman Non Konservasi
11. Ketersediaan lahan Minimal 50 Ha
12. Harga lahan Relatif (bukan merupakan lahan dengan harga yang tinggi di daerah tersebut)
13. Orientasi lokasi Aksessibilitas tinggi Dekat dengan potensi Tenaga kerja
14. Multiplier efek
Bangkitan lalu lintas= 5,5 smp/ha/hari. Kebutuhan lahan industri dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-8
No Kriteria Pemilihan Lokasi Faktor Pertimbangan
multipliernya = 2 x luas perencanaan KI. • Kebutuhan rumah (1,5 TK N 1 KK) Kebutuhan Fasum -Fasos
Sumber: hasil analisis, 2012.
C. Proses Analisis.
Konsep dasar yang digunakan dalam analisis penentuan lokasi adalah tanah
sebagai ruang. Tanah sebagai ruang dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu tanah
sebagai ruang yang available dan not available. Atau dengan kata lain tanah sebagai
ruang yang tersedia/ bisa dimanfaatkan dan yang tidak tersedia/ tidak bisa
dimanfaatkan. Tanah sebagai ruang yang not available dapat disebabkan oleh 2 faktor,
yaitu karena faktor alami dan karena faktor peraturan. Pada analisis fisik ini, yang
menjadi fokus adalah tanah sebagai ruang yang tidak tersedia/ tidak bisa
dimanfaatkan karena faktor alami, tepatnya karena constrain fisik. Kendala fisik ini di
ukur dari variabel topografi dan kemiringan, hidrologi, jenis tanah, klimatologi,
bencana alam, dan penggunaan tanah. Tahapan analisis fisik tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Peta Topografi di overlay kan dengan peta kemiringan. Kondisi topografi kawasan
Teknopolitan Pelalawan berada pada ketinggian 0– 80 m dpl dan kemiringannya berada antara 0 – 10 %. Dengan tingkat topografi yang demikian sangat mudah
dalam pengaturan tata letak bangunan seperti pengaturan kegiatan industri,
perumahan maupun kegiatan lainnya, Selain itu kondisi ini akan mempengaruhi
terhadap siluet bangunan di kawasan tersebut serta akan memudahkan
pengaturan system drainase. (disebut peta overlay1 ), (lihat Gambar 4.1)
2) Peta overlay 1 dioverlaykan dengan peta jenis tanah. Jenis tanah di Kawasan
Teknopolitan Pelalawan. Secara umum, fisiografi di wilayah Kabupaten Pelalawan
dikelompokkan dalam 4 (empat) jenis endapan batuan, yaitu: endapan Aluvial
Tua, Aluvial Muda, Formasi Minas dan Formasi Petani. Endapan Aluvial Tua dan
Aluvial Muda menempati wilayah yang terluas sampai berbatasan dengan
endapan nitrogen (Formasi Minas dan Formasi Petani). Endapan aluvial ini
tersebar di bantaran sungai-sungai dan sekitamya, terutama di Sungai Kampar (Kecamatan Kuala Kampar, Teluk Meranti, Pelalawan, Kerumutan, Pangkalan
Kuras, Pangkalan Lesung dan Ukui). (lihat Gambar 4.2)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-9
Batuan sedimen ini berumur Pleistosen Atas dan Kuarter Holosen yang terjadi
secara terus menerus sampai sekarang. Secara litologi endapan Aluvial Tua ini
terdiri atas; lempung, kerikil, sisa-sisa tumbuhan dan rawa gambut yang
ketebalannya dapat mencapai lebih dari 8 meter, sedangkan endapan Aluvial
Muda terdiri atas kerikil, pasir dan lempung. Stratigrafi daerah Pelalawan
berdasarkan crossection, yang menunjukkan umur batuan dari tua ke muda
adalah batu pasir konglomeratan, batu lanau, batu lumpur, batu lumpur yang
mengandung karbonan dan sebagai penutup atas berupa aluvial kerikil pasir
lempungan. (Lihat Gambar 4.3)
Di wilayah Kabupaten Pelalawan terdapat 3 (tiga) jenis tanah, yaitu jenis tanah
organosol dan gley humus bahan induk aluvial, podsolik merah kuning dengan bahan induk batuan endapan dan batuan beku serta jenis tanah podsolik merah
kuning kompleks dengan bahan induk bahan batuan endapan.
3) Dari peta 2 di overlaykan dengan peta hidrologi. Kondisi hidrologi di kawasan
perencanaan menyebutkan bahwa semua anak sungai dan rawanya akan
bermuara ke Sungai Kampar (arah utara Kawasan Perencanaan). Namun dari
segi kualitas air tanah di kawasan perencanaan tidak layak dikonsumsi. Hal ini
dipengaruhi oleh struktur geologi dan jenis tanah daerah perencanaan yang
merupakan lahan rawa basah. Keberadaan saluran-saluran drainase untuk
mengatasi air lahan rawa basah di kawasan perencanaan perlu dipertimbangkan
dalam rencana pengembangan kawasan Teknopolitan. (Lihat Gambar 4.4)
4) Dari peta 3 di overlaykan petakan dengan peta rawan bencana, kawasan
perencanaan merupakan dataran rendah berupa lahan rawa basah maka
bencana alam yang harus diantisipasi adalah genangan air. Oleh karena itu perlu penanganan berupa regulasi (pengaturan perbaikan sistem drainase berupa
pengerukan dan sempadan drainase) dan pembangunan jaringan drainase.
Secara administratif lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan terletak di wilayah
Kecamatan Langgam meliputi 1 (satu) kelurahan Langgam dan 2 (dua) desa yaitu
Desa Penarikan, dan Desa Padang Luas. Kawasan perencanaan ini terletak di dekat
Koridor Jalan strategis Nasional Lintas Timur Sumatera, lokasinya sangat strategis.
Gambar 4.6. Potret Situasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-10
Gambar 4.1. Peta Topografi Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-11
Gambar 4.2. Peta Sistem Lahan Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-12
Gambar 4.3. Peta Penggunaan Lahan Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-13
Gambar 4.4. Peta Geologi Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-14
Gambar 4.5. Peta Deliniasi Topografi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-15
Sumber : Googgle Earth dan Survey Lapangan, 2011-2012.
Gambar 4.6 Potret Situasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
E. Analisis Tingkat Pemanfaatan Lahan
Analisis tingkat pemanfaatan lahan dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran sejauah mana tingkat eksploitasi sumber daya lahan yang telah dilakukan
saat ini. Hasil analisis diharapkan ini dapat menjadi masukan dalam mengukur neraca
sumber daya lahan di wilayah perencanaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Berdasarkan data citra satelit serta hasil survey lapangan, dapat
diidentifikasikan tingkat penggunaan lahan di lokasi rencana Pengembangan Kawasan Teknopolitan Pelalawan dapat dilihat pada Gambar 4.3 mengenai peta penggunaan
lahan.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-16
Dari hasil deliniasi Luas total kawasan perencanaan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan adalah sekitar 3.650 Hektar.
Secara administratif kawasan perencanaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan
terletak di kelurahan Langgam, Desa Penarikan, dan Desa Padang Luas.
Tingkat penggunaan lahan di sekitar kawasan perencanaan Teknopolitan
Pelalawan sebagian besar masih didominasi oleh semak/alang/rumput,
perkebunan sawit dan hutan akasia. dan sebagian lagi merupakan hutan, belukar, hutan rawa dan lahan kosong/terbuka.
Tingkat pemanfaatan lahan di dalam kawasan perencanaan teknopolitan sebagian
besar adalah hutan akasia kemudian sisanya berupa hutan lahan kosong dan semak.
Tingkat pemanfaatan lahan permukiman, terdapat disisi barat dan utara berjarak
sekitar 15 Km dari batas sisi barat dan utara kawasan teknopolitan dan membentang di sepanjang Sungai Kampar.
4.2. INFRASTRUKTUR KAWASAN TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN
Kawasan Teknopolitan Pelalawan atau Kota Teknologi Pelalawan merupakan
kawasan pengembangan baru yang nantinya direncanakan menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan pada proses penciptaan nilai tambah dari
sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Pelalawan dan sekitarnya. Kota yang
tercipta merupakan sinergi antara industri, pemerintahan, riset dan pendidikan
sebagai fungis utama kota yang didukung oleh berbagai fungsi lainnya seperti
pemukiman, komersial (perdagangan dan jasa), fasilitas sosial, dan fasilitas umum
lainnya.
Sebagaimana pengembangan kawasan pemukiman baru, maka pengembangan
infrastruktur merupakan hal penting untuk membentuk struktur kota agar kota dapat
tumbuh sebagaimana yang direncanakan, teratur, bersih rapi dan efisien dalam
mengatur pola pergerakan masyarakatnya maupun pola pergerakan barang (logistik).
Infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan meliputi:
a. Akses dari dan ke kawasan Teknopolitan yang terintegrasi dengan Sistem
Transportasi Makro Kabupaten, Provinsi dan Nasional.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-17
b. Jaringan Transportasi dan logistik di dalam Kawasan Teknopolitan (jaringan
jalan, terminal penumpang, terminal barang/Dry Port, layanan CIQS satu
atap).
c. Jaringan Drainase.
d. Suplai air bersih.
e. Suplai energi (listrik).
f. Jaringan Telekomunikasi dan Informasi.
g. Pengolah Limbah.
h. Sistem Persampahan.
i. Pengembangan Pelabuhan Sokoi.
Pada bab-bab selanjutnya akan diuraikan kebutuhan untuk masing-masing infrastruktur secara rinci.
4.2.1. Sistem Transportasi Makro Teknopolitan Pelalawan
A. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Darat.
1) Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan akan meliputi jaringan
jalan, jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, dan jaringan pelayanan lalu-
lintas dan angkutan jalan.
Jaringan jalan (dan jembatan) merupakan jaringan prasarana yang paling
penting dan sangat terkait dengan penetapan pusat kegiatan sistem perkotaan dan
sistem perdesaan: PKN, PKW, PKL/PKLp, PPK, dan PPL. Rencana sistem jaringan jalan
dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Pelalawan adalah sistem primer
(wilayah/antar-wilayah) dan sistem sekunder (dalam kawasan perkotaan). Sistem primer terdiri atas Jalan Bebas Hambatan (Highway), Jalan Arteri Primer (JAP), Jalan
Kolektor Primer (JKP), dan Jalan Lokal Primer (JLP). Sementara sistem sekunder adalah
Jalan Arteri Sekunder dalam kawasan perkotaan Pangkalan Kerinci.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-18
Gambar 4.7. Skema Keterkaitan Sistem Pusat dan Sistem Jaringan Jalan
Selanjutnya penjelasan atau uraian terhadap sistem jaringan jalan yang
ditetapkan di depan dapat dikemukakan sebagai berikut ini.
a. Jalan Bebas Hambatan (Highway)
Jalan bebas hambatan (highway) adalah rencana pengembangan jalan yang ditetapkan pada Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional dalam RTRWN.
Jalan bebas hambatan dimaksud adalah Jalan Bebas Hambatan Antar Kota
yang dalam Lampiran III PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
diidentifikasikan sebagai ruas:
- Jambi – Rengat; dan
- Rengat – Pekanbaru.
Ruas Rengat – Pekanbaru melintasi wilayah Kabupaten Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-19
b. Jalan Arteri Primer (JAP)
Jalan Arteri Primer ditetapkan dalam RTRW Nasional dan ditetapkan lanjut
dalam RTRW Provinsi Riau. Sesuai dengan Keputusan Menteri PU Nomor
630/KPTS/M/2009, ruas-ruas Jalan Nasional dengan fungsi sebagai Jalan Arteri
Primer yang terletak dalam wilayah Kabupaten Pelalawan meliputi:
1) Nomor ruas 010: Batas Kabupaten Kampar – Sikijang Mati (12,970 km);
2) Nomor ruas 011: Sikijang Mati – Simpang Lago (30,350 km);
3) Nomor ruas 012: Simpang Lago – Sorek 1 (50,530 km);
4) Nomor ruas 013: Sorek 1 – Batas Kabupaten Indragiri Hulu (37,740 km).
Bila dihubungkan dengan identifikasi batas wilayah dan penetapan pusat
kegiatan (yaitu PKW Pangkalan Kerinci) yang terkena dengan ruas-ruas Jalan Arteri Primer tersebut, maka secara teknis ruas-ruas tersebut diperinci sebagai
berikut:
a) Batas Kota Pekanbaru/Simpang Beringin – Sikijang Mati;
b) Sikijang Mati – Simpang Lago;
c) Simpang Lago – Pangkalan Kerinci;
d) Pangkalan Kerinci – Sorek 1;
e) Sorek 1 - Batas Kabupaten Indragiri Hulu.
Dalam RTRW Provinsi Riau, ruas-ruas Jalan Arteri Primer yang dimaksudkan di
atas merupakan bagian dari jalur utama Pekanbaru – Pangkalan Kerinci –
Rengat – Batas Jambi.
c. Jalan Kolektor Primer (JKP)
Jalan Kolektor Primer ditetapkan dalam RTRW Provinsi Riau. Jalan Kolektor
Primer yang ditetapkan di Kabupaten Pelalawan adalah Jalan Provinsi yang dalam RTRW Provinsi Riau ditetapkan sebagai Jalan Kolektor Primer 2, yaitu
ruas jalan:
1) Simpang Lago – Simpang Buatan;
2) Simpang Beringin – Meredan – Simpang Buatan;
3) Simpang Langgam – Langgam – Simpang Koran;
4) Sorek – Teluk Meranti;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-20
5) Teluk Meranti – Guntung; dan
6) Langgam – Sorek.
Selanjutnya untuk masing-masing ruas tersebut dapat diberikan penjelasan
lanjut sebagai berikut ini.
a) Simpang Lago – Simpang Buatan.
Ruas jalan Simpang Lago – Simpang Buatan terletak di wilayah Kecamatan
Pelalawan, yaitu dari Simpang Lago – Batas Kabupaten Siak dan
selanjutnya ke Simpang Buatan di Kabupaten Siak.
b) Simpang Beringin – Meredan – Simpang Buatan.
Ruas jalan Simpang Beringin – Meredan – Simpang Buatan terletak di
wilayah Kecamatan Bandar Seikijang, yaitu dari Simpang Beringin – Batas Kabupaten Siak dan selanjutnya ke Simpang Buatan di Kabupaten Siak.
c) Simpang Langgam – Langgam – Simpang Koran.
Ruas Simpang Langgam – Langgam – Simpang Koran melintasi wilayah
Kecamatan Bandar Seikijang dan Kecamatan Langgam, dan dapat dirinci
lebih lanjut atas bagian-bagian ruas:
- Simpang Langgam – Langgam, dalam identifikasi Jalan Kabupaten
diidentifikasikan sebagai Jalan Kabupaten dengan nomor ruas 001 dan
panjang 23,843 km;
- Langgam – Jalan RAPP, diidentifikasi sebagai Jalan Kabupaten dengan
nomor ruas 031 dan panjang 1,562 km;
- Jalan Logging PT. RAPP, yaitu ruas 039 (Ponton RAPP – Simpang
Tengkorak, panjang 7,360 km), ruas 040 (Simpang Tengkorak –
Simpang Empat Segati, panjang 11,567 km), dan ruas 041 (Simpang Empat Segati – Batas Kampar, panjang 20,213 km). Dari batas Kampar
selanjutnya ke Simpang Koran.
d) Sorek – Teluk Meranti.
Ruas Sorek – Teluk Meranti melintasi wilayah Kecamatan Pangkalan Kuras,
Kecamatan Bunut, dan Kecamatan Teluk Meranti, dan dapat dirinci lebih
lanjut atas bagian-bagian ruas:
- Simpang Bunut – Bunut, yang diidentifikasikan sebagai Jalan Kabupaten
dengan nomor ruas 011 dan panjang 20,016 km;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-21
- Bunut – Merbau, yang diidentifikasikan dengan nomor ruas 012 dan
panjang 10,136 km;
- Merbau – Pangkalan Panduk/Tampui, yang diidentifikasi dengan nomor
ruas 013 dan panjang 8,988 km;
- Pangkalan Panduk/Tampui – Kuala Panduk/Petodaan, yang diidentifikasi
dengan nomor ruas 014 dan panjang 12,656 km;
- Kuala Panduk/Petodaan – Teluk Binjai, yang diidentifikasi dengan nomor
ruas 015 dan panjang 15,885 km;
- Teluk Binjai – Teluk Meranti, yang diidentifikasi dengan nomor ruas 016
dan panjang 6,021 km.
Ruas Sorek – Teluk Meranti ini mempunyai arti strategis sebagai akses ke bagian timur wilayah Kabupaten Pelalawan, yang sekaligus menjadi akses
ke perairan Sungai Kampar dengan fenomena gelombang Bono. Oleh
karena itu ruas jalan ini merupakan akses dan sebagian di antaranya
merupakan jalan strategis yang dikenal dengan Jalan Lintas Bono.
e) Teluk Meranti – Guntung.
Ruas Teluk Meranti – Guntung melintasi wilayah Kecamatan Teluk Meranti
sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hilir dan selanjutnya ke
Guntung, dan dapat dirinci lebih lanjut atas bagian-bagian ruas:
- Teluk Meranti – Pulau Muda, yang diidentifikasi sebagai Jalan Kabupaten
dengan nomor ruas 017 dan panjang 30,000 km;
- Pulau Muda – Gambut Mutiara, yang diidentifikasi dengan nomor ruas
018 dan panjang 15.904 km;
- Gambut Mutiara – Labuhan Bilik, yang diidententifikasi dengan nomor ruas 019 dan panjang 24,366 km;
- Labuhan Bilik – Sokoi, yang diidentifikasi dengan nomor ruas 021 dan
panjang 15,350 km;
- Sokoi – Tenaga, yang diidentifikasi dengan nomor ruas 022 dan panjang
3,315 km;
- Tenaga – Batas Indragiri Hilir, dan seterusnya ke Guntung di Kabupaten
Indragiri Hilir.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-22
Ruas Teluk Meranti – Guntung ini merupakan sambungan atau lanjutan dari
ruas Sorek – Teluk Meranti di atas. Oleh karena itu sebagian dari ruas ini
merupakan bagian dari Jalan Lintas Bono.
f) Langgam – Sorek.
Ruas Langgam – Sorek melintasi wilayah Kecamatan Langgam dan
Kecamatan Pangkalan Kuras, dan dapat dirinci lebih lanjut atas bagian-
bagian ruas:
- Langgam – Simpang Gondai, yang diidentifikasi sebagai Jalan
Kabupaten dengan nomor ruas 002 dan panjang 17,344 km; yang
melalui Simpang Tengkorak, Tambak II, Penarikan Luar, dan Padang
Luas di Kecamatan Langgam;
- Simpang Gondai – Pangkalan Gondai, yang diidentifikasi dengan nomor
ruas 003 dan panjang 10,848 km;
- Pangkalan Gondai – Pangkalan Papan, yang diidentifikasi dengan nomor
ruas 004 dan panjang 8,595 km;
- Betung – Pangkalan Papan, yang diidentifikasi dengan nomor ruas 008
dan panjang 13,295 km;
- Sorek – Betung, yang diidentifikasi dengan nomor ruas 006 dan panjang
9,733 km.
Ruas Langgam – Sorek bersambung dengan bagian dari ruas Simpang
Langgam – Langgam – Simpang Koran (khususnya Simpang Langgam –
Langgam) akan menjadi jalan alternatif terhadap Jalan Lintas Timur
(Jalintim) Sumatera yang melintasi wilayah Kabupaten Pelalawan. Selan itu,
ruas Langgam – Sorek ini dapat juga menjadi akses ke kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, yang merupakan salah satu objek tujuan wisata di
Kabupaten Pelalawan.
d. Jalan Lokal Primer (JLP)
Jalan Lokal Primer (JLP) adalah jalan dengan status Jalan Kabupaten, yang
menghubungkan antara PKW/PKLp dan PPK, dan yang menghubungkan antara
PPK dan PPL, serta jalan strategis kabupaten lainnya. Jalan Lokal Primer (JLP)
di dalam wilayah Kabupaten Pelalawan dimaksud meliputi ruas-ruas jalan
sebagai contoh berikut:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-23
1) Simpang Lago – Lalang Kabung, yang diidentifikasikan dengan nomor
ruas 128 dengan panjang 6,725 km;
2) Pangkalan Kerinci – Intake RAPP – Lalang Kabung, yang diidentifikasikan
dengan nomor ruas 124 yaitu Jalan Lingkar Kota Kerinci – Lalang Kabung
dengan panjang 9,320 km;
3) Lalang Kabung – Pelalawan, yang diidentifikasikan dengan nomor ruas
129 dengan panjang 19,200 km;
(Ketiga ruas tersebut di atas merupakan jaringan jalan yang
menghubungkan antara PKW Pangkalan Kerinci dan PPK Pelalawan).
e. Jalan Arteri Sekunder (JAS)
Jalan Arteri Sekunder (JAS) adalah jalan dalam kawasan perkotaan Pangkalan Kerinci, yang dikenal dengan Jalan Lingkar Perkotaan Pangkalan Kerinci. Jalan ini dapat diidentifikasikan merupakan Jalan Kabupaten dengan nomor
ruas 125: Jalan KM 55 (Lintas Timur) – Simpang Kualo dengan panjang 8,305
km. Jalan ini mempunyai arti sangat penting bagi pengembangan Kawasan
Perkotaan Pangkalan Kerinci, sehubungan dengan peran pentingnya untuk:
- mengarahkan bentuk (form) dan besaran/ukuran (size) kawasan perkotaan
Pangkalan Kerinci sehingga tidak hanya berbentuk linear atau memanjang
mengikuti Jalan Nasional/Jalan Arteri Primer;
- sebagai akses ke pengembangan baru kawasan perkotaan Pangkalan
Kerinci terutama berupa komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten
Pelalawan;
- sebagai jalan alternatif terhadap Jalan Arteri Primer yang melintasi kawasan
perkotaan Pangkalan Kerinci.
f. Jalan Khusus.
Jalan khusus yang penting diidentifikasikan adalah jalan yang dipakai oleh
perusahaan pengolahan pulp untuk pengangkutan bahan baku berupa kayu
log. Oleh karena itu, jalan khusus ini dikenal juga dengan istilah setempat
sebagai Jalan Logging. Ada 2 ruas jalan khusus yang penting dalam
mendukung struktur ruang wilayah Kabupaten Pelalawan, yaitu:
1) Pangkalan Kerinci – Langgam – Batas Kampar (menuju Simpang Koran);
2) Pangkalan Kerinci – ke Kecamatan Pelalawan (Bandara Khusus SSHSN).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-24
Kedua ruas jalan ini menghubungkan industri atau pabrik pengolahan pulp di
Pangkalan Kerinci dengan kawasan HTI sebagai sumber bahan baku berupa
kayu log. Jalan khusus tersebut juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
pergerakan ke Kecamatan Langgam dan ke Kecamatan Pelalawan.
Penetapan sistem jaringan jalan menurut 6 kelompok tersebut diringkaskan
dalam Tabel 4.2. Selanjutnya khusus untuk sistem jalan primer (arteri, kolektor,
dan lokal) digambarkan secara skematis keterkaitan antara sistem jaringan
jalan tersebut dengan penetapan sistem perkotaan/pusat pelayanan, seperti
pada Gambar 4.2.
Jalan Kabupaten lainnya yang tidak termasuk penetapan di atas, jalan
desa/lokal, jalan khusus lainnya, dikategorikan sebagai jalan lokal lainnya dan tidak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten.
B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas: terminal
penumpang, terminal barang, jembatan timbang, dan unit pengujian kendaraan
bermotor.
a. Terminal Penumpang.
Selaras dengan penetapan pusat kegiatan sistem perkotaan dan sistem
perdesaan, pengembangan terminal penumpang meliputi:
1) Terminal Penumpang Tipe B di PKW, yaitu di PKW Pangkalan Kerinci.
2) Terminal Penumpang Tipe C di PKLp, yaitu:
a) PKLp Sorek; dan
b) PKLp Ukui.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-25
Tabel 4.2. Sistem Jaringan Jalan Dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah
Kabupaten Pelalawan
No. Fungsi Jalan KeteranganI. Jalan Bebas Hambatan Ditetapkan dalam RTRWN
(Highway)II. Jalan Arteri Primer (JAP)
(Status: Jalan Nasional, dikenal 1. Batas Kabupaten Kampar - Sikijang Mati Sesuai dengan penetapan dalamjuga sebagai: Jalan Lintas Timur 2. Sikijang Mati - Simpang Lago Kep.Men.PU No.630/KPTS/M/2009Sumatera - Jalintim) 3. Simpang Lago - Sorek 1 dan ditetapkan dalam RTRWN dan
4. Sorek 1 - Batas Kabupaten Indragiri Hulu RTRW Provinsi RiauIII. Jalan Kolektor Primer (JKP)
Jalan Kolektor Primer 2(JKP2)(Status: Jalan Provinsi, dan pening- 1. Simpang Lago - Batas Kabupatan Siak (ke Simpang Ditetapkan dalam RTRW Provinsikatan Jalan Kabupaten menjadi Buatan) RiauJalan Provinsi) 2. Simpang Beringin - Batas Kabupaten Siak (ke Simpang
Buatan)3. Simpang Langgam - Langgam - Batas Kab. Kampar
(ke Simpang Koran), dengan rincian:- Simpang Langgam - Langgam- Langgam - Jalan RAPP- Jalan Logging RAPP: - Ponton RAPP - Simpang Tengkorak - Simpang Tengkorak - Simp. Empat Segati - Simp. Empat Segati - Batas Kampar (dari Batas Kampar ke Simpang Koran)
4. Sorek - Teluk Meranti, dengan rincian:- Simpang Bunut - Bunut- Bunut - Merbau- Merbau - Pangkalan Panduk/Tampui- Pangkalan Panduk/Tampui - Kuala Panduk/Petodaan- Kuala Panduk/Petodaan - Teluk Binjai- Teluk Binjai - Teluk Meranti
5. Teluk Meranti - Guntung, dengan rincian:- Teluk Meranti - Pulau Muda- Pulau Muda - Gambut Mutiara- Gambut Mutiara - Labuhan Bilik- Labuhan Bilik - Sokoi- Sokoi - Tenaga - Batas Indragiri Hilir (ke Guntung)
6. Langgam - Sorek, dengan rincian:- Langgam - Simpang Gondai- Simpang Gondai - Pangkalan Gondai- Pangkalan Gondai - Pangkalan Papan- Betung - Pangkalan Papan- Sorek - Betung
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN PELALAWAN
Pekanbaru - Rengat - Jambi
Ruas Jalan
(melintasi/terletak di wilayah Kabupaten Pelalawan)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-26
3) Sub Terminal di PPK, yaitu:
a) PPK Sikijang;
b) PPK Pelalawan;
c) PPK Langgam;
d) PPK Pangkalan Bunut;
e) PPK Lubuk Keranji;
No. Fungsi Jalan KeteranganIV. Jalan Lokal Primer (JLP)
(Status: Jalan Kabupaten) 1. Simpang Lago - Lalang Kabung Ditetapkan dalam RTRW Kabupa-2. Pangkalan Kerinci - Intake RAPP - Lalang Kabung ten Pelalawan3. Lalang Kabung - Pelalawan4. Simp. Pompa Air - Rawang IV (Kel. Lubuk Keranji)5. Ukui - Kapou (Kerumutan)6. Pelalawan - Bakal Paebou7. Bakal Paebou - Sei Buluh8. Sei Buluh - Pangkalan Bunut9. Kemang - Nilo Kecil
10. Nilo Kecil - Telayap11. Telayap - Bakal Paebou12. Rawang IV (Kel. Lubuk Keranji) - Lubuk Keranji Timur13. Simp. Beringin - Simp. Tahu14. Lubuk Keranji Timur - Logas15. Ujung Banjar - Logas16. Lubuk Keranji Timur - Simpang Kokat - Kokat17. Balam Merah - Kokat - Lubuk Mandian Gajah18. Lubuk Mandian Gajah - Merbau (Kec.Bdr. Petalangan)19. Kapou - Merbau (Kec. Kerumutan)20. Simpang Merbau - Merbau21. Merbau - Pangkalan Panduk22. Kapou - Batas Inhu (ke Pekan Heran/Pematang Reba)23. Merbau - Mak Teduh/Lb. Salak - Pangkalan Panduk24. Ukui - Simp. SP 225. Simp. SP 2 - Lubuk Kembang Bunga26. Lubuk Kembang Bunga - Meranti Gombak27. Meranti Gombak - Desa Medang28. Pangkalan Gondai - Desa Medang29. Betung - Desa Kesuma30. Desa Kesuma - Meranti Gombak31. Simpang Gondai - Penarikan Dalam32. Simpang Palas - Trans Sialang/Sialang Indah33. Trans Sialang/Sialang Indah - Penarikan Dalam
V. Jalan Arteri Sekunder (JAS)(Status: Jalan Kabupaten) 1. Jalan Lingkar Perkotaan Pangkalan Kerinci Ditetapkan dalam RTRW Kabupa-
(KM 55 Lintas Timur - Simp. Kualo) ten PelalawanVI. Jalan Khusus
(Status: Jalan Khusus, dikelola 1. Jalan khusus: Pangkalan Kerinci - Langgam, yaitu: Jalan yang dikelola oleh perusaha-perusahaan pengolahan pulp - Jalan Logging RAPP Kerinci - Desa Terusan Baru an pengolahan pulp (PT. RAPP)untuk angkutan kayu log) - Desa Terusan Baru - Langgam/Ponton RAPP
2. Jalan khusus: Pangkalan Kerinci - Kec. Pelalawan,yaitu: Pangkalan Kerinci - Bandara Khusus SSHSN
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan.
Ruas JalanLanjutan Tabel III.2.1 SISTEM JARINGAN JALAN
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-27
f) PPK Pangkalan Lesung;
g) PPK Kerumutan;
h) PPK Teluk Meranti; dan
i) PPK Teluk Dalam.
4) Perhentian angkutan umum di PPL, yaitu:
a) PPL Pangkalan Gondai;
b) PPL Betung;
c) PPL Pulau Muda; dan
d) PPL Sokoi.
b. Terminal Barang.
Terminal angkutan barang merupakan prasarana pendukung bagi pergerakan barang dengan jangkauan regional atau pengangkutan barang dari dan ke luar
Kabupaten Pelalawan. Untuk itu pengembangan terminal barang direncanakan
terletak di pusat utama wilayah yaitu di PKW Pangkalan Kerinci.
c. Jembatan Timbang.
Jembatan timbang merupakan prasarana untuk mengawasi dan mengendalikan
berat atau beban kendaraan dan muatannya agar tidak melampaui kapasitas
jalan. Jembatan timbang ini diletakkan pada jaringan jalan utama yang memiliki
volume lalu lintas relatif tinggi. Untuk itu pengembangan jembatan timbang
direkomendasikan di PKW Pangkalan Kerinci atau yang berdekatan, dan berada
di tepi Jalan Arteri Primer/Jalan Lintas Timur Sumatera.
d. Unit Pengujian Kendaraan Bermotor.
Unit Pengujian Kendaraan Bermotor (UPKB) sebagai unit pelaksana dari
Pemerintah Kabupaten Pelalawan selayaknya berada di ibukota kabupaten. Dengan demikian maka pengembangan Unit Pengujian Kendaraan Bermotor
(UPKB) terletak di PKW Pangkalan Kerinci.
C. Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan mencakup jaringan trayek
perkotaan dan jaringan trayek perdesaan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-28
a) Jaringan Trayek Perkotaan.
Jaringan trayek perkotaan merupakan jaringan trayek angkutan penumpang
umum yang menghubungkan antar perkotaan di dalam dan ke luar wilayah
Kabupaten Pelalawan. Dengan demikian, maka jaringan trayek perkotaan akan
mencakup 2 kelompok, yaitu:
1) Jaringan trayek yang menghubungkan PKW Pangkalan Kerinci dengan PKN
Pekanbaru;
2) Jaringan trayek yang menghubungkan PKW Pangkalan Kerinci dengan
PKLp.
b) Jaringan Trayek Perdesaan.
Jaringan trayek perdesaan merupakan jaringan trayek angkutan penumpang umum yang menghubungkan antar pusat kegiatan/pelayanan di dalam wilayah
Kabupaten Pelalawan. Dengan demikian, jaringan trayek perdesaan merupakan
jaringan trayek yang menghubungkan:
1) PKW dan/atau PKLp dengan PPK dan PPL;
2) PPK dengan PPL.
D. Jaringan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan.
Pengembangan jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan di
Kabupaten Pelalawan adalah pengembangan jaringan angkutan sungai.
Pengembangan jaringan angkutan sungai tersebut meliputi: pelabuhan sungai,
pelabuhan sungai khusus, dan alur pelayaran lalu lintas dan angkutan sungai.
1) Pelabuhan Sungai.
Pelabuhan sungai yang akan mendukung struktur ruang wilayah dan sekaligus mendukung pergerakan orang dan barang melalui angkutan sungai meliputi atau
terletak di:
a. Pelabuhan jembatan Pangkalan Kerinci (yang mendukung PKW Pangkalan
Kerinci) terletak di Desa Sering Kecamatan Pelalawan;
b. Pelalawan (mendukung PPK Pelalawan) di Kecamatan Pelalawan;
c. Kuala Tolam di Kecamatan Pelalawan;
d. Rangsang di Kecamatan Pelalawan;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-29
e. Sungai Ara di Kecamatan Pelalawan;
f. Pangkalan Terap di Kecamatan Teluk Meranti;
g. Kuala Panduk di Kecamatan Teluk Meranti;
h. Petodaan di Kecamatan Teluk Meranti;
i. Teluk Binjai di Kecamatan Teluk Meranti;
j. Teluk Meranti (mendukung PPK Teluk Meranti) di Kecamatan Teluk Meranti;
k. Pulau Muda (mendukung PPL Pulau Muda) di Kecamatan Teluk Meranti;
l. Teluk Sebekik di Kecamatan Teluk Meranti;
m. Segamai di Kecamatan Teluk Meranti;
n. Gambut Mutiara di Kecamatan Teluk Meranti; dan
o. Labuhan Bilik di Kecamatan Teluk Meranti.
2) Pelabuhan Sungai Khusus.
Pelabuhan sungai khusus merupakan pelabuhan yang dikelola perusahaan untuk
keperluan angkutan sendiri, yang terletak di:
a) Sering di Kecamatan Pelalawan; dan
b) Tanjung Pulai (Desa Pulau Muda) di Kecamatan Teluk Meranti.
3) Sistem Jaringan Perkeretaapian.
Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api di wilayah Kabupaten Pelalawan
mengacu kepada RTRWN dan RTRW Provinsi Riau, yang menetapkan pada wilayah
Kabupaten Pelalawan ada jaringan jalur kereta api yaitu pengembangan jaringan
jalur kereta api di pesisir timur Sumatera, dengan arah relatif utara - selatan, yang
menghubungkan Pekanbaru ke Jambi dan melintasi wilayah Kabupaten Pelalawan
sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN.
4) Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Laut.
Transportasi laut di wilayah Kabupaten Pelalawan terdapat dominan di Kecamatan
Kuala Kampar yang merupakan bagian dari perairan Laut Cina Selatan yang
berbatsan dengan perairan Selat Malaka. Sistem jaringan prasarana transportasi
laut mencakup pelabuhan laut, pelabuhan laut khusus, dan alur pelayaran
transportasi laut.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-30
5) Pelabuhan Laut.
Pengembangan pelabuhan laut meliputi pelabuhan laut di:
a. Teluk Dalam di Pulau Mendol Kecamatan Kuala Kampar (mendukung PPK Teluk
Dalam);
b. Teluk di Pulau Mendol Kecamatan Kuala Kampar;
c. Teluk Beringin di Pulau Mendol Kecamatan Kuala Kampar;
d. Sei Upih di Pulau Mendol Kecamatan Kuala Kampar;
e. Sokoi di pesisir Sumatera dalam Kecamatan Kuala Kampar (mendukung PPL
Sokoi); dan
f. Serapung di Pulau Serapung Kecamatan Kuala Kampar.
6) Pelabuhan Laut Khusus.
Pelabuhan laut khusus adalah pelabuhan laut yang dikelola perusahaan untuk
keperluan angkutan sendiri, yang terletak di:
a. Tanjung Pandak di Kecamatan Teluk Meranti;
b. Teluk Bakau di Kecamatan Kuala Kampar; dan
c. Bandung Jaya di Kecamatan Kuala Kampar.
7) Alur Pelayaran Transportasi Laut.
Alur pelayaran untuk angkutan laut tersebut yang berada di Kabupaten Pelalawan
adalah bagian dari perairan Laut Cina Selatan yang berbatasan dengan perairan
Selat Malaka, sejak dari muara Sungai Kampar sampai ke perbatasan dengan
Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kabupaten Karimun.
E. Sistem Jaringan Transportasi Udara.
Sistem jaringan transportasi udara ini mencakup: tatanan kebandarudaraan, dan ruang udara untuk penerbangan.
1) Tatanan Kebandarudaraan.
Bandar Udara (Bandara) yang terdapat di Kabupaten Pelalawan adalah Bandara
Khusus, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Haroen Setia Negara (SSHSN) yang
dioperasikan oleh PT Riau Andalan Pulp & Paper (PT. RAPP).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-31
Bandar udara Sultan Syarif Haroen Setia Negara dari sudut penggunaannya adalah
sebagai bandar udara domestik, dan dari sudut hierarkinya adalah sebagai bandar
udara pengumpan.
2) Ruang Udara Untuk Penerbangan.
Ruang udara untuk penerbangan yang berkenaan dengan Bandara Khusus SSHSN
berkenaan dengan keselamatan operasional penerbangan terutama untuk
mendarat (landing) dan tinggal landas (take off). Sehubungan dengan karakter
Bandara SSHSN sebagai Bandara Khusus, maka ruang udara untuk penerbangan
tersebut akan mengacu kepada ketentuan Aerodromes for Light Aircraft (ALA).
4.2.2. Aksesibilitas Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Kabupaten Pelalawan memiliki luas 1.382.210,08 ha, dengan luas daratan
1.315.579,44 ha dan luas laut 66.630,64 ha. Posisi Kabupaten Pelalawan sangat
strategis karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Kabupaten Pelalawan terdiri dari 12 kecamatan, 106 desa dan 12 kelurahan.
Kabupaten Pelalawan juga memiliki 10 pulau-pulau kecil. Karakteristik desa : 35 desa
tepi sungai, 9 desa di pesisir pantai, 62 desa di kawasan perkebunan PIR Trans dan
pedalaman, dan 12 desa/kelurahan di kawasan perkotaan.
Kawasan Teknopolitan Pelalawan terletak di Kecamatan Langgam (Desa Padang
Luas), dimana dalam RTRW Kabupaten diklasifikasi sebagai PPK (Pusat Kegiatan
Kecamatan) dan merupakan embrio untuk menjadi Kota Kecil. Kondisi geografis relatif
datar dan sebagian terletak di tepi sungai. Kecamatan yang terdiri dari 8 desa ini
berpenduduk sekitar 22.775 jiwa (tahun 2010).
Kecamatan ini relatif dekat dengan ibukota kabupaten Pangkalan Kerinci, dimana jarak terdekat adalah 25 km (Desa Langgam) dan terjauh 55 km (Desa
Penarikan).
Kabupaten Pelalawan cukup strategis karena dilewati oleh jalan lintas Sumatera
yang menghubungkan Pekanbaru, Jambi, Sumatera Selatan, serta memiliki akses yang
cukup dekat ke Selat Malaka, Tanjung Balai Karimun, Batam, Singapura dan Malaysia.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-32
Gambar 4.8. Posisi Strategis Kabupaten Pelalawan
Pelabuhan yang terdekat dengan Kabupaten Pelalawan adalah :
1. Pelabuhan Futong milik RAPP (Pelabuhan Khusus), berjarak 120 km
2. Pelabuhan Buatan, berjarak 60 km
3. Pelabuhan Pekanbaru (sungai), berjarak sekitar 70 km
4. Pelabuhan Dumai, berjarak sekitar 270 km
5. Pelabuhan Kuala Enok, berjarak 330 km
6. Rencana Pelabuhan Sokoi, berjarak sekitar 190 km
Akses jalan menuju Pelabuhan Kuala Enok hingga saat ini belum ada, sehingga
untuk membuka akses ke Selat Malaka direncanakan membuka Pelabuhan Sokoi,
bekas pelabuhan industri perkayuan yang sudah tidak digunakan. Badan jalan ke
Sokoi sudah ada, hanya perkerasannya belum baik, sehingga perlu ditingkatkan
supaya dapat dilalui oleh angkutan berat.
PEKANBARU, DUMAI,
JAMBI, SUMATERA SELATAN
JALUR LAUT : TJ. BALAI KARIMUN, BATAM DAN
SELAT MALAKA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-33
Gambar 4.9. Aksesibilitan Kawasan Teknopolitan Pelalawan
Selain jalan Lintas Sumatera dan jalan akses pelabuhan, untuk angkutan darat
juga direncanakan pembangunan jalan tol dan jalan kereta api.
Untuk angkutan udara, bandara terdekat terletak di Pangkalan Kerinci (milik RAPP) dan Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.
4.2.3. Kebutuhan Pengembangan Jalan Akses Kawasan.
Sebagai Kawasan Teknopolitan Pelalawan yang memadukan fungsi industri,
pendidikan, riset, pemukiman dan jasa perdagangan serta sosial kemasyarakatan,
maka kawasan ini memang direncanakan menjadi pusat pertumbuhan baru (kota
baru) dengan skala layanan yang cukup besar.
Dengan rencana pengembangan kawasan yang memiliki aktivitas ekonomi yang
cukup besar, maka jalan akses kawasan menjadi sangat penting. Jalan akses kawasan
yang perlu dibangun atau ditingkatkan adalah:
1) Jalan akses ke Ibukota Kabupaten : Pangkalan Kerinci (Termasuk ke Bandara
RAPP);
2) Jalan akses ke Ibukota Provinsi : Pekanbaru (Termasuk ke Bandara SSK II);
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-34
3) Jalan akses ke Jalan Lintas Sumatera;
4) Jalan akses ke rencana Jalan Tol;
5) Jalan akses ke rencana REL KA Lintas Sumatera;
6) Jalan akses ke Rencana Bandara Baru;
7) Jalan akses ke Pelabuhan Futong;
8) Jalan akses ke Pelabuhan Buatan;
9) Jalan akses ke Teluk Meranti hingga Rencana Pelabuhan Sokoi; dan
10) Jalur akses KA ke Jalur KA Lintas Sumatera.
Pengembangan jalan dilaksanakan menggunakan trase jalan yang ada,
ditingkatkan kapasitasnya hingga dapat dilalui oleh angkutan berat.
4.2.4. Sistem Jaringan Drainase.
Fungsi drainase :
Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehinggatidak menimbulkan
dampak negatif.
Mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekatsecepatnya.
Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapatdimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian airtanah (konservasi air).
A. Daerah Tangkapan (Catchment Area).
Kawasan yang diperuntukkan sebagai Teknopolitan merupakan daerah rendah
dekat sungai, sehingga untuk menjaga supaya tetap kering pada musim hujan,
diperlukan sistem jaringan drainase yang cukup baik. Luas daerah tangkapan hujan
dihitung seluas 2.000 ha dimana akan dibangun saluran/tanggul keliling untuk mengurangi beban saluran drainase didalam kawasan terhadap run off dari luar
kawasan.
B. Curah Hujan.
Curah hujan di kawasan ini rata-rata adalah sebesar 2.000 mm per tahun.
Curah hujan yang dipakai untuk menghitung saluran drainase adalah curah hujan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-35
dengan durasi jam-jaman, untuk dapat menyusun Curva Intensitas – Durasi yang
digunakan sebagai dasar perencanaan drainase.
C. Jaringan Drainase.
Jaringan drainase mengikuti pola jaringan jalan, dengan outletnya adalah
waduk tunggu. Jaringan drainase terdiri dari jaringan drainase utama dengan lebar
sekitar 5 – 10 meter, jaringan drainase sekunder antara 2 – 5 meter dan jaringan
drainase tersier dengan lebar antara 0,5 – 2 meter.
Kemiringan saluran mengikuti medan, dimana pada kondisi tertentu diwaduk
tunggu disediakan pompa untuk mempercepat pengeringan air dari kawasan-kawasan
utama.
Panjang saluran utama diperkirakan sepanjang 20 km, saluran sekunder sepanjang 40 km dan saluran tersier sepanjang 100 km.
D. Waduk Tunggu.
Waduk tunggu dibutuhkan untuk menampung air dan menambah kemiringan
saluran drainase. Waduk tunggu ini dilengkapi dengan rumah pompa untuk
mempercepat pengeringan kawasan. Luas waduk tunggu ini diperkirakan seluas 10 –
20 ha dan berada disekitar lapangan golf atau taman kota.
E. Kriteria dan Konsep Drainase Kawasan.
Berdasarkan fungsi pelayanan, sistem drainase dibagi menjadi tiga bagian
pokok yaitu:
1) Sistem drainase lokal:
Yang termasuk dalam sitem drainase lokal adalah sistem saluranawal yang
melayani suatu kawasan kota tertentu sepertikompleks permukiman, areal pasar,
perkantoran, areal industridan komersial. Sistim ini melayani area kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawabmasyarakat, pengembang
atau instansi lainya.
2) Sistem drainase utama:
Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah salurandrainase primer,
sekunder, tersier beserta bangunankelengkapannya yang melayani kepentingan
sebagian besarwarga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utamamerupakan
tanggung jawab pemerintah kota.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-36
3) Pengendalian banjir (Flood Control):
Adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsimengendalikan air
sungai, sehingga tidak mengganggumasyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi
kegiatankehidupan manusia. Pengelolaan pengendalian banjirmerupakan tanggung
jawab dinas pengairan.(sumber daya air).
Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer, sekunder,
tersier.
1) Sistem saluran primer:
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran darisaluran sekunder.
Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluranprimer adalah badan pemerima air.
2) Sistem saluran sekunder:
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerimaaliran air dari
saluran tersier dan limpasan air dari permukaansekitarnya, dan meneruskan air ke
saluran primer. Dimensisaluran tergantung pada debit yang dialirkan.
3) Sistem saluran tersier:
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase local.
Disamping fungsi, bentuk dan jenis material saluran seperti diuraikan diatas, saluran
drainase berhubungan erat dengan bangunan pelengkapnya diantaranya :
a) Gorong-gorong;
b) Bangunan pintu air;
c) Pompa dan rumah pompa;
d) Kolam tandon atau kolam penampungan sementara;
e) Bangunan terjunan;
f) Bangunan penyaringan sampah;
g) Bangunan lubang pemeriksaan atau manhole;
h) Resapan Air.
F. Orientasi Aliran Saluran Drainase.
Buangan dari masing-masing kavling akan disalurkan melalui saluran tersier,
kemudian dikumpulkan di saluran sekunder yang berfungsi sebagai kolektor.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-37
Umumnya saluran kolektor ini mengumpulkan air dari sub kawasan atau kumpulan
beberapa zona kawasan. Dari saluran sekunder (kolektor) ini kemudian dialirkan ke
saluran primer yang lingkup pelayanannya kawasan untuk kemudian disalurkan sistem
jaringan tata air makro (sistem pengendali banjir).
Orientasi pembuangan air dari Kawasan Teknopolitan ini dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 4.10. Orientasi Aliran Saluran Drainase.
4.2.5. Sistem Jaringan Air Bersih.
A. Kebutuhan Air Bersih.
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan pada :
a. Kebutuhan air industri;
b. Kebutuhan air rumah tangga;
c. Kebutuhan air untuk komersial;
d. Kebutuhan untuk fasos dan fasum;
e. Kebutuhan karena loses.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-38
Tabel 4.3. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
No Uraian Kebutuhan Satuan
1. Kebutuhan air industri
Kebutuhan air industri per ha 0,75 l/detik/ha
Luas Kawasan Industri 600 Ha
Total Kebutuhan air industri l/detik 450 l/detik
2. Kebutuhan air rumah tangga
Kebutuhan air per org perhari 200 liter/org/hr
0,00231481 liter/org/detik
Jumlah penduduk kawasan 80.000 Orang
Total Kebutuhan Air rumah tangga 185 liter/detik
3. Kebutuhan air perdagangan jasa 64 liter/detik
4. Kebutuhan air fasos fasum 64 liter/detik
5. Losses 38 liter/detik
Total Kebutuhan Air 800 liter/detik
B. Sumber Air Baku.
Sumber air baku untuk kawasan dapat diambil dari sungai terdekat. Dari hasil
uji laboratorium terhadap kualitas air menunjukkan bahwa ada beberapa unsur yang
melewati batas yang diijinkan untuk air minum yaitu:
a. E.Coli : 93(0);
b. Warna : 129 (0);
c. Fe : 1,66 (0,3);
d. pH : 4,2 (6,5 – 8,5);
e. Zat Organik : 52,3 (10).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-39
Karena kualitas air bakunya masih melewati ambang batas yang diperbolehkan
untuk air minum, maka perlu dilakukan pengolahan air sebelum didistribusi untuk
industri dan masyarakat.
Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-40
C. Unit Pengolah Air Bersih.
mengingat kualitas air baku yang kurang memenuhi syarat sebagai air minum,
oleh karena itu diperlukan unit pengolahan air baku dengan kapasitas 800 liter/detik.
D. Jaringan Pipa Penyadap dan Distribusi.
1) Jaringan Pipa Penyadap.
Jaringan pipa penyadap dibutuhkan untuk mengambil air dari sungai terdekat
dengan jarak sekitar 5 km dari unit pengolahan air.
2) Jaringan Pipa Distribusi.
Pipa distribusi dipasang sepanjang jalan kolektor, lokal menuju sub kawasan
sekitar 50 km.
E. Proses Pengolah Air Bersih.
Proses pengolahan air bersih secara umum dapat dilihat pada gambar berikut.
Proses diawali dengan sedimentasi lumpur dari sumber air baku yang ada kemudian
proses koagolasi yaitu penggumpalan beberapa zat terlarut menggunakan koagulan
yang diikuti dengan proses sedimentasi hasil penggumpalan (koagulasi). Setelah itu
dilakukan filtrasi sebelum disimpan pada reservoir dengan elevasi tertentu untuk
distribusinya.
Gambar 4.11. Proses Pengolahan Air Bersih
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-41
Untuk air baku dengan kualitas tertentu (warna tinggi, pH rendah, Fe dan zat
organik tinggi), perlu dilakukan beberapa proses pengolahan tambahan.
Namun demikian, proses pengolahan air bersih secara umum membutuhkan
fasilitas pemroses air bersih: intake, menara air, clarifier, pulsator, filter, dan reservoir.
Semua peralatan – peralatan tadi dapat dioperasikan melalui system computer yang
ada. Selain berbagai macam peralatan, juga diperlukan bahan kimia seperti kaporit dan
tawas dalam proses pengolahan air bersih. Air yang diproduksi dipantau kualitasnya
oleh laboratorium dengan hasil selalu memenuhi standar kesehatan air bersih.
1) Intake.
Intake merupakan bangunan yang berfungsi untuk menangkap air dari badan air
(sungai) sesuai dengan debit yang diperlukan bagi pengolahan air bersih.
2) Menara air baku.
Menara air baku berfungsi mengontrol dan mengatur laju alir dan tinggi permukaan
air baku agar tetap konstan, sehingga proses pengolahan berupa pembubuhan
bahan kimia, koagulasi, pengendapan, dan penyaringan dapat berjalan dengan
baik serta maksimal.
3) Clarifier.
Clarifier sebagai tempat terjadinya koagulasi. Di Clarifier air dibersihkan dari
kotoran-kotoran dengan cara mengendapkan kotoran-kotoran yang terdapat
didalam air tersebut pada lamlar yang berupa jaring-jaring besi pada bagian bawah
Clarifier. Kotoran-kotoran yang mengendap akan dibuang melalui pipa saluran
pembuangan.
4) Rapid mixing (bangunan pengaduk cepat).
Bangunan pengaduk cepat berfungsi sebagai tempat pencampuran koagulan dengan air baku sehingga terjadi proses koagulasi.
5) Slow mixing (bangunan pengaduk lambat).
Proses pengadukan lambat (slow mixing) terjadi pada pulsator. Di sini flok – flok
yang lebih besar akan terbentuk dan stabil, sehingga akan lebih mudah untuk
diendapkan dan disaring. Cara kerja pulsator yaitu dengan sistem ruang hampa
bekerja dengan menaikkan dan menurunkan air, sehingga flok – flok yang ada
dapat bercampur. Lumpur dari endapan partikel flokulen dibuang setiap 15 (lima
belas) menit sekali. Setelah mengalami proses pada pulsator, diharapkan tingkat
kekeruhan air mencapai 1 FTU yang selanjutnya akan diproses di filter.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-42
6) Bangunan filtrasi.
Bangunan filtrasi yang berfungsi sebagai tempat proses penyaringan butir-butir
yang tidak ikut terendap pada bak sedimentasi dan juga berfungsi sebagai
penyaring mikroorganisme atau bakteri yang ikut larut dalam air. Bangunan filtrasi
biasanya menggunakan pasir silica yang berwarna hitam setebal 80 cm dan juga
kerikil. Pasir ini digunakan karena lebih berat dan lebih menempel flok-floknya.
7) Reservoir.
Bangunan reservoir merupakan bangunan tempat penampungan air bersih yang
telah diolah sebelum didistribusikan.
Gambar 4.12. Fasilitas Pengolahan Air Bersih
Secara umum proses pengolahannya, dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
a) Penyaringan dan Pengendapan.
Penyaringan dan pengendapan bertujuan untuk memisahkan air baku dari zat-zat, seperti: sampah, daun, rumput, pasir dan lain-lain berdasarkan berat jenis zat.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-43
b) Koagulasi.
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia Al2 (SO4) 3 (Tawas) kedalam
air agar kotoran dalam air yang berupa padatan resuspensi misalnya zat warna
organik, lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat
mengendap.
c) Flokulasi.
Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai akibat gabungan dari koloid-
koloid dalam air baku (air sungai) dengan koagulan. Pembentukan flok akan
terjadi dengan baik jika di tambahkan koagulan kedalam air baku (air sungai)
kemudian dilakukan pengadukan lambat.
d) Sedimentasi.
Setelah proses koagulasi dan flokulasi, air tersebut di diamkan sampai gumpalan
kotoran yang terjadi mengendap semua. Setelah kotoran mengendap air akan
tampak lebih jernih.
e) Filtrasi.
Pada proses pengendapan tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan
semua. Butiran gumpalan kotoran kotoran dengan ukuran yang besar dan berat
akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-
layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan
proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah
diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir silika.
f) Desinfeksi.
Pemberian desinfektan (gas khlor) pada air hasil penyaringan bertujuan agar
dapat mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri pathogen (bakteri penyebeb penyakit).
4.2.6. Infrastruktur Energi.
A. Kebutuhan Listrik.
Kebutuhan listrik dihitung berdasarkan pada pembagian kawasan dan rencana
hunian kawasan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan rencana jumlah penduduk kawasan, dapat dihitung 2 alternatif :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-44
a. Alternatif 1: Berdasarkan kebutuhan tenaga kerja industri.
Dari alternatif ini, dengan luas lahan industri 600 ha, dibutuhkan tenaga kerja
60.000 orang (100 tenaga kerja per ha), sehingga diperkirakan terdapat 240.000
orang.
b. Alternatif 2 : Berdasarkan ketersediaan area pemukiman.
Dari alternatif ini, dengan luas lahan pemukiman 200 ha, maka akan terdapat
20.000 KK (1 kk 100 m2), sehingga jumlah penduduknya 80.000 orang.
Dari kedua alternatif diatas, maka dapat dihitung kebutuhan listrik kawasan
sebagai berikut :
Tabel 4.5. Perhitungan Kebutuhan Listrik Kawasan
No Penggunaan Jumlah Satuan
1. Listrik Industri
Listrik/ha 0,2 MW/ha
Kebutuhan Listrik 120 MW
2. Listrik komersial
Listrik/ha 0,08 MW/ha
Kebutuhan listrik 12 MW
3. Listrik fasos fasum
Listrik/ha 0,08 MW/ha
Kebutuhan listrik 4 MW
4. Listrik rumah tangga
Listrik/RT 900 W/RT
Kebutuhan listrik alt1 54 MW
Kebutuhan listrik alt2 18 MW
5. Lain-lain (10 %)
Alt 1. 19 MW
Alt 2. 15 MW
Total kebutuhan listrik alt 1 209 MW
Total kebutuhan listrik alt 2 169 MW
Dari hasil diatas, terlihat kebutuhan listrik kawasan antara 170 – 210 MW.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-45
B. Energi Primer.
Berdasarkan potensi energi primer di sekitar kawasan rencana, maka gas,
batubara dan biomass serta BBM merupakan sumber energi primer yang tersedia
untuk pembangkit listrik. Walaupun demikian sumber energi primer lain yang tersedia
adalah:
Hidro.
Solar/Matahari.
Angin.
Hybrid.
Potensi energi ini belum dikaji berapa besar yang layak untuk dikembangkan
menjadi energi listrik.
C. Jenis Pembangkit.
Melihat potensi gas yang cukup berlimpah, serta potensi batubara dan biomass,
maka yang memungkinkan dalam waktu dekat untuk dikembangkan adalah :
- PLTG/U (based).
- PLTU (based).
- PLTD (peaker).
D. Perkiraan Biaya.
Alternatif perkiraan biaya pembangunan pembangkit :
Tabel 4.6. Alternatif Perkiraan Biaya Pembangunan
No Jenis Pembangkit
Kebutuhan Daya (MW)
Harga Sat/MW (Juta Rp/MW)
Kebutuhan Biaya (Juta Rp.)
1 PLTG/U 100 8.000 (800 U$/kW) 800.000
2 PLTU 50 12.000 (1.200
U$/kW)
600.000
3 PLTD 50 12.000 (1.200
U$/kW)
600.000
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-46
4.2.7. Rencana Pengelolaan Sampah.
Untuk dapat menangani persampahan dengan baik, maka perlu diperoleh
gambaran tentang proyeksi volume sampah di masa mendatang, sehingga dengan
demikian dapat diperkirakan bentuk dan keperluan penanganannya. Tabel 4.7. berikut
di bawah ini memberikan gambaran tentang prediksi volume sampah kawasan
teknopolitan Kabupaten Pelalawan.
Tabel 4.7. Prediksi Volume Sampah Kawasan Teknopolitan Pelalawan
Penggunaan Lahan Persentase luas area
Luas (Ha)
ZONA Laju generasi
sampah (m3/ha/hari)
Prediksi volume sampah
(m3/ha/hari)
Kawasan Reasearch & Dev 4 80 A 2,320 185,6
Kawasan Perguruan Tinggi 5 100 A 2,320 232,0
Kawasan Industri dan UKM 30 600 B 1,540 924,0
Kawasan Permukiman 7 140 C 0,02
m3/org/hari
Fasilitas Sosial dan Umum 4 80 C 1,540 123,2
Kawasan Perkantoran 2 40 D 0,635 25,4
Kawasan Jasa dan
Komersial 2 40 E
0,665 26,6
Kawasan Mixed Use 2 40 E 0,665 26,6
Kawasan Rekreasi 2 40 F 0,150 6,0
Kawasan RTH 30 600 F 0,042 25,2
Kawasan Golf and Sport
Club 2 40 F
0,042 1,680
Infrastruktur 10 200 G 0,100 20,000
Jumlah 100 2.000
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-47
Selanjutnya, untuk merancang pengelolaan sampah dari berbagai kawasan
tersebut, terlebih dahulu dipertimbangkan komposisi sampah dari berbagai kawasan
tersebut.
A. Komposisi Sampah Permukiman.
Biasanya timbulan sampah dari kawasan permukiman merupakan sampah-
sampah yang berasal dari halaman rumah, dapur dan hasil sampah dari aktifitas rumah
tangga lainnya seperti sisa pengolahan makanan, bekas pembungkus, sampah bekas
alat rumah tangga, sampah daun dan tanaman lainnya, kulit buah, dan kaleng bekas
kemasan bahan makanan.
Sebagai perbandingan, tabel berikut memperlihatkan komposisi sampah dari
kawasan permukiman di DKI Jakarta tahun 2005 yang berbeda-beda berdasarkan strata ekonominya. Mengingat aktivitas permukiman tidak jauh berbeda antara di DKI
Jakarta dengan yang akan direncanakan di kawasan teknopolitan Kabupaten
Pelalawan, maka komposisi sampah tersebut bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan.
Sebagian besar sampah permukiman ini berupa sampah organik. Banyaknya
sampah organik tergantung dari tingkat strata pendapatan masyarakat. Makin tinggi
pendapatan, makin besar komposisi sampah organiknya. Untuk kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi, komposisi sampah organik tercatat sebesar 65,45 %, sedangkan
untuk kelompok masyarakat berpendapatan menengah dan rendah, masing-masing
sebesar 61,55 % dan 60,70 %. Komponen lain yang prosentasenya cukup besar
adalah kertas (11 - 15 %) dan plastik (12 - 14 %).
Tabel 4.8. Komposisi Timbulan Sampah di Permukiman Strata Pendapatan Tinggi
Komponen
Strata pendapatan
tinggi (%)
Strata pendapatan menengah
(%)
Strata pendapatan
rendah (%)
Organik (sisa makanan, daun). 65,45 61,55 60,70
Anorganik :
Kertas 13,33 11,04 15,00
Plastik 12,02 13,66 14,00
Kayu 0,02 0,12 0,09
Kain/ tekstil 0,33 0,24 1,56
Karet/ kulit tiruan 0,10 0,33
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-48
Komponen
Strata pendapatan
tinggi (%)
Strata pendapatan menengah
(%)
Strata pendapatan
rendah (%)
Logam/ metal 1,00 0,90 0,99
Gelas/ kaca 2,10 0,83 1,15
Sampah bongkahan 0,00 3,00 0,60
Sampah B3 1,28 1,14 1,24
Lain-lain (batu, pasir, dll) 4,52 7,41 4,38
Total 100 100 100
Sumber : Hasil Survai WJEMP DKI 3-11, Januari 2005
Untuk sampah dengan komposisi terbesar berupa sampah organik ini dapat
ditangani dengan mengangkatnya dari rumah-rumah penduduk dengan memakai
gerobak sampah biasa dan kemudian mengumpulkannya di beberapa TPS (tempat penampungan sementara), untuk selanjutnya diolah lebih lanjut atau diangkut dengan
truk pengangkut sampah menuju TPA yang berada di luar area.
B. Komposisi Sampah Kawasan Jasa dan Komersial.
Seperti uraian pada butir di atas, digunakan hasil survey sampah di DKI Jakarta
sebagai perbandingan untuk komposisi sampah kawasan jasa dan komersial, dengan
pertimbangan bahwa aktivitas di kawasan jasa dan komersial tidak jauh berbeda.
Berbeda dengan sampah permukiman, komposisi sampah kawasan jasa dan komersial
mengandung bahan anorganik yang lebih besar (lihat tabel di bawah ini). Dari tabel
tersebut terlihat bahwa komposisi bahan organik hanya 45,48 %, sedangkan bahan
anorganik mencapai nilai 54,52 %. Sebagian bahan anorganik tersebut berupa kertas
(26,06 %) dan plastik (12,10 %).
Dibandingkan kawasan permukiman, sampah organik dari kawasan jasa dan komersial lebih kecil. Sebaliknya, komposisi sampah kertas dan plastik di kawasan ini
lebih besar. Dengan demikian jumlah truk atau gerobak pengangkut sampah untuk
kawasan ini lebih kecil dibandingkan untuk kawasan permukiman. Adapun peluang
untuk mendaur ulang sampah kertas dan plastik lebih besar.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-49
Tabel 4.9. Komposisi Timbulan Sampah Kawasan Jasa dan Komersial
Komponen % Total
Organik (sisa makanan, daun, dan lain-lain). 45,48
Anorganik :
Kertas 26,06
Plastik 12,10
Kayu 4,03
Kain/ tekstil 1,49
Karet/ kulit tiruan
Logam/ metal 0,82
Gelas/ kaca 7,24
Sampah bongkahan
Sampah B3 0,15
Lain-lain (batu, pasir, dan lain-lain) 2,61
Total 100
Sumber : Hasil Survai WJEMP DKI 3-11, Januari 2005
C. Komposisi Sampah Kawasan Perkantoran
Tabel berikut di bawah ini menyajikan komposisi timbulan sampah perkantoran
berdasarkan hasil survai yang dilaksanakan di DKI Jakarta, yang bisa juga
dipertimbangkan untuk kawasan perkantoran di kawasan teknopolitan Kabupaten
Pelalawan . Dari tabel terlihat bahwa komposisi sampah perkantoran yang terbesar
adalah kertas (58,42 %), disusul dengan plastik (14,69 %). Sampah organik hanya
9,48 %, dan sisanya berupa karet/kulit tiruan, gelas/kaca, logam, sampah bongkahan,
sampah B3, dan lain-lain (batu, pasir, dll). Sampah B3 tercatat sebesar 2,02 %.
Tabel 4.10. Komposisi Timbulan Sampah Perkantoran
Komponen % Total
Organik (sisa makanan, daun, dll). 9,84
Anorganik :
Kertas 58,42
Plastik 14,69
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-50
Komponen % Total
Kayu
Kain/ tekstil
Karet/ kulit tiruan 0,28
Logam/ metal 2,02
Gelas/ kaca 5,68
Sampah bongkahan 0,63
Sampah B3 3,65
Lain-lain (batu, pasir, dll) 4,79
Total 100
Sumber : Hasil Survai WJEMP DKI 3-11, Januari 2005
Dari seluruh jenis penggunaan lahan, kawasan perkantoran adalah kawasan
yang paling banyak menghasilkan sampah kertas. Hal ini sesuai dengan jenis kegiatan
yang berlangsung di kawasan perkantoran. Peluang untuk mendaur ulang sampah
kertas yang paling besar terdapat di kawasan ini.
Hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah adanya fakta bahwa
sampah B3 di kawasan perkantoran memiliki porsi yang cukup besar (3,65%).
D. Komposisi Sampah Fasilitas Sosial dan Umum.
Untuk memperkirakan komposisi sampah dari fasilitas sosial dan umum,
digunakan komposisi sampah sekolah di DKI Jakarta sebagai perbandingan, mengingat
sekolah merupakan salah satu fasilitas sosial yang cukup bisa mewakili.
Komposisi sampah dari fasilitas sosial dan umum mirip dengan komposisi sampah perkantoran. Komponen terbesar terdiri dari kertas (34,93 %) dan plastik
(26,21 %). Bahan organiknya (sisa makanan, daun, dll) hanya (28,17 %) rinciannya
dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.
Tabel 4.11. Komposisi Timbulan Sampah Sekolah
Komponen % Total
Organik (sisa makanan, daun, dll). 28,17
Anorganik :
Kertas 34,93
Plastik 26,21
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-51
Komponen % Total
Kayu 1,69
Kain/ tekstil
Karet/ kulit tiruan 0,28
Logam/ metal 1,05
Gelas/ kaca 2,82
Sampah bongkahan
Sampah B3 0,90
Lain-lain (batu, pasir, dll) 3,94
Total 100
Sumber : Hasil Survai WJEMP DKI 3-11, Januari 2005
E. Komposisi Sampah Kawasan Industri.
Sampah industri yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan
industri/manufaktur. Sampah yang dihasilkan sangat tergantung dari banyaknya
pemakaian bahan baku serta jenis proses yang dilaksanakan oleh kegiatan
industri/manufaktur tersebut. Jenis industri yang akan dikembangkan di kawasan
teknopolitan Kabupaten Pelalawan sama sekali berbeda dengan jenis industri yang
berkembang di DKI Jakarta, sehingga untuk ini tidak bisa digunakan komposisi sampah
kawasan industri di DKI Jakarta sebagai perbandingan.
Mengingat komoditi yang cukup unggul di hinterland kawasan ini adalah kelapa
sawit, maka industri yang akan berkembang pesat di kawasan teknopolitan ini akan
didominasi oleh industri pengolahan kelapa sawit dan berbagai industri turunannya.
F. Karakteristik Sampah dan Implikasi Untuk Penanganannya.
Karakteristik sampah terdiri dari :
Nilai kalor dalam kcal/kg sampah yang merupakan nilai panas dari sampah;
Kadar air sampah dalam persen berat; dan
Kadar abu dalam persen berat.
Sebagai perbandingan, hasil analisis laboratorium terhadap besarnya nilai kalor,
kadar air dan kadar abu sampel berbagai jenis sampah DKI Jakarta terisaji pada tabel
berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-52
Tabel 4.12. Nilai Kalor dan Kadar Air Sampah dari Berbagai Sumber
Sumber Sampah
Perhitungan Karakteristik
Nilai Kalor
(Kkal/Kg)
Kadar Air
(%)
Kadar Abu (%)
Industri 3.553 23,73 11,93
Pasar modern (Kawasan Komersil) 2.102 36,59 17,13
Perkantoran 2.434 23,17 17,60
Pasar 1.778 56,58 10,26
Sekolah 3.248 31,31 13,92
Permukiman pendapatan tinggi 2.332 47,40 16,43
Permukiman pendapatan menengah 2.795 44,81 16,03
Permukiman pendapatan rendah 2.149 45,85 16,27
Rata-rata 25.31 36,22 14,51
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman,Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia, Mei 2005.
Karakteristik sampah sangat penting artinya dalam penentuan teknologi pengurangan dan pemusnahan sampah yang harus digunakan seperti misalnya
insinerator maupun proses komposting. Sampah yang terlalu basah dengan nilai kalor
yang rendah sangat mustahil untuk di reduksi melalui sistem pembakaran (insinerator)
sedangkan sampah yang terlalu kering memerlukan perlakuan khusus dalam proses
pengkomposan.
Tabel 4.13. Perkiraan Karakteristik Rata-Rata Sampah DKI Jakarta Sebagai Studi
Banding
Karakteristik sampah
Industri Pasar
modern Perkan-
toran Pasar Sekolah
Permukiman Rata2 komposisi Tinggi Sedang Rendah
Nilai kalor 3.804 1.646 1.786 1.184 2.090 2.795 2.332 2.149 2.146
Kadar air 27,13 39,91 27,85 59,88 39,72 49,55 51,71 48,61 40,69
Kadar abu 5,03% 7,22% 5,53% 9,27% 6,38% 8,55% 8,49% 8,35% 8,44%
Kemungkinan
insinerasi A B A C A B B B B
Keterangan : A = sangat baik; B = baik; C = kurang baik
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-53
Dari hasil penelitian komposisi sampah dan perkiraan karakteristik sampah
seperti tabel 4.13, nilai kalor sampah tersebut memenuhi persyaratan untuk
pengolahan dengan dibakar pada instalasi pembakaran sampah. Dari tabel tersebut
bahan yang paling baik untuk dibakar adalah sampah yang berasal dari wilayah
komersial seperti perkantoran, sekolah, pasar modern dan lain-lain serta sampah yang
berasal dari industri. Sampah dari pasar merupakan sampah yang kurang baik untuk
direduksi dengan teknologi pembakaran karena kadar air yang tinggi dan nilai kalor
yang relatif rendah dibanding sumber lainnya.
Penerapan instalasi pengolahan sampah dengan sistem pembakaran sampah
skala besar dengan pemanfaatan panas yang dihasilkan untuk pembangkitan energi
(Waste to Energy, WTE) memerlukan pertimbangan lebih lanjut yang lebih teliti dan hati-hati. Proses pengolahan sampah yang bertujuan untuk reduksi jumlah sampah,
WTE merupakan salah satu sarana optimal yang dapat mereduksi jumlah sampah.
Berdasarkan komposisi dari bahan yang tidak dapat terbakar dalam komposisi timbulan
sampah seperti yang terdapat di Jakarta, maka laju pengurangan sampah dengan
menggunakan sistem ini dapat mencapai 80 % dalam waktu yang relatif singkat.
G. Pertimbangan Tentang Intermediate Treatment Facilities (ITF) Dalam Penanganan Sampah.
Untuk menjaga kelestarian daya dukung lahan di TPA (yang berada di luar
kawasan teknopolitan), maka salah satu alternatif untuk mereduksi sampah yang
masuk ke TPA adalah dengan menanganinya terlebih dahulu di Intermediate
Treatment Facility (ITF). Intermediate Treatment Facility adalah suatu teknologi yang
merubah bentuk, komposisi dan/atau volume sampah padat dengan tujuan untuk mereduksi jumlah sampah/residu yang harus dibuang ke TPA. Ada beberapa jenis
proses/teknologi sebagai pilihan yang dapat digunakan di ITF untuk menangani
sampah, yaitu sebagai berikut :
a. Landfill, yaitu penimbunan sampah dengan menimbun sampah di suatu tempat
di atas permukaan tanah, lalu menutupnya dengan tanah dengan ketebalan
tertentu.
b. Komposting, yaitu mengolah sampah (terutama untuk jenis sampah organik)
menjadi kompos, dimana kompos tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan
untuk sektor pertanian (sebagai pupuk).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-54
Untuk menghasilkan kompos yang berkualitas baik, perlu dipilah antara sampah
organik dan non organik mulai dari sumbernya (rumah-rumah, kawasan
komersial, dst). Proses diseminasi mengenai pemilahan ini diharapkan bisa
diterapkan mengingat kawasan teknopolitan ini masih baru (dalam tahap awal).
Untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang dengan biaya minimum,
maka alternatif composting ini masih dapat diaplikasikan di kawasan
teknopolitan Kabupaten Pelalawan.
Untuk teknologi composting, dana yang dibutuhkan relatif tidak besar, akan
tetapi diperlukan lahan yang cukup luas, dan baru bisa memproses sampah
hingga menjadi kompos dalam kurun waktu sekitar 3 bulan.
c. Methanization.
Komposisi sampah organik yang cukup besar dari total sampah yang ada
(sekitar 50-60%) cukup sesuai untuk mengadopsi teknologi metanisasi
(methanization/ methane fermentation), walaupun sampah organik tersebut
harus dipilah lebih lanjut untuk menghasilkan senyawa organik yang mudah
terurai. Bila sampah organik dapat dipilah mulai dari sumbernya, teknologi ini
akan lebih bisa diaplikasikan. Sebaliknya, jika sampah bercampur, akan sulit
menghasilkan methan secara efisien.
d. Incineration/ insinerasi, yaitu melakukan proses pembakaran terhadap sampah,
sehingga mereduksi volume sampah tersebut.
Secara teknis, fasilitas WTE (waste to energy) dapat diaplikasikan sepanjang
sampah tersebut memiliki nilai panas yang cukup untuk proses pembakaran.
Dalam hal luas lahan yang diperlukan, teknologi insinerasi hanya memerlukan
lahan yang relatif tidak begitu luas (sekitar 3 ha saja) untuk bisa mengolah sampah sebanyak kira-kira 1000-1500 ton/ hari.
Umumnya akan lebih feasible bila berlokasi di sekitar kawasan industry/
pergudangan, sehingga relatif tidak mendapatkan pertentangan dari penduduk
sekitarnya. Sebaiknya juga lokasi ITF dijauhkan dari kawasan permukiman
karena umumnya warga kawasan permukiman tidak akan berkenan bila ada
lokasi pengolahan sampah di sekitarnya, walau dengan menggunakan teknologi
ramah lingkungan sekalipun. Akan tetapi biaya untuk mesin/ peralatannya yang
cukup tinggi (berkisar antara Rp 600 juta hingga 1,3 milyar/ton sampah).
Sebagai gambaran, investasi untuk satu incinerator dengan kapasitas 1000
ton/hari sebesar Rp 600 milyar hingga Rp 1,3 trilyun. Sedangkan untuk
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-55
incinerator berkapasitas 1500 ton/hari dibutuhkan investasi Rp 900 juta hingga
Rp 1,95 trilyun.
Dari segi kualitasnya, baik teknologi composting, methanisation maupun
insinerasi, semuanya sudah termasuk dalam kategori ‘proven technology’. Dengan
demikian, teknologi mana yang akan digunakan di ITF bisa saja bervariasi, misalnya
untuk ITF dengan lahan yang relatif luas bisa menggunakan teknologi composting atau
methanisation, sedangkan untuk ITF dengan lahan yang terbatas bisa menggunakan
teknologi insinerasi.
H. Saran Pengelolaan Sampah.
Untuk bisa memberikan pelayanan pengelolaan sampah yang cukup memadai dengan berbagai aktivitas perekonomiannya hingga tahun proyeksi, disarankan untuk
mengaplikasikan konsep pengelolaan sampah yang dirumuskan sebagai berikut :
Pengelolaan sampah direncanakan untuk berubah dari terpusat menjadi sistem multi-simpul.
Setiap daerah pelayanan dilengkapi TPS, SPA, dan ITF.
Para pengembang property, pusat perkantoran, pusat pertokoan, pusat perdagangan, pusat perbelanjaan, pusat perindustrian, pusat hiburan, sarana
umum, hotel, rumah sakit, dan sebagainya diwajibkan menyediakan fasilitas
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Skenario pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut:
Mengupayakan pengurangan produksi sampah di sumbernya.
Memperluas lingkup pelayanan dan meningkatkan kualitas pengelolaan.
Menjaga dan mempertahankan standar waktu proses pengelolaan lebih cepat dari waktu pembusukan sampah.
Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha, dan memposisikan pemerintah sebagai operator.
Membuat regulasi dan perijinan yang memudahkan investor untuk menanamkan modalnya dalam rangka membangun sarana dan prasarana di
bidang kebersihan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-56
Setiap badan, instansi, lembaga baik pemerintah maupun swasta yang
menghasilkan sampah wajib membayar pajak/ retribusi kepada pemerintah.
Setiap badan, instansi, lembaga baik pemerintah maupun swasta yang
mencemari lingkungan karena membuang atau tidak mengelola sampah sesuai ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi.
Di samping perumusan sistem pelayanan di atas, keberhasilan penanganan
sampah juga akan sangat dipengaruhi oleh manajemen yang tepat. Untuk itu rencana
pengembangan dari aspek manajemen/ pengelolaan sampah adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan volume sampah dari sumbernya.
Untuk ini, perlu upaya sosialisasi pada seluruh lapisan masyarakat, pelaku aktivitas
industri, perdagangan dan jasa, tentang pentingnya mereduksi sampah serta
berbagai contoh penerapannya sehari-hari, seperti mengurangi kemasan yang tidak
diperlukan, menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan secara alami, dan
sebagainya
b. Pemilahan sampah dari sumbernya, menjadi 3 kelompok, yaitu sampah organik,
sampah non-organik, dan sampah beracun.
Untuk ini diperlukan sosialisasi mengenai karakteristik ketiga kelompok sampah serta perlu juga disediakan pewadahan yang terpilah
c. Pewadahan.
Persyaratan tempat sampah yang ramah lingkungan adalah :
Kuat dan relatif tahan lama;
Wadah untuk sampah kering dan sampah basah terpisah dan diberi warna yang
berbeda;
Wadah sampah basah harus kedap air dan tertutup;
Ringan, mudah dikosongkan sehingga mempercepat proses pengumpulan;
Higienis untuk penghasil sampah maupun petugas pengumpul;
Mempertimbangkan dari segi estetika.
d. Untuk menjamin terkontrolnya kebersihan lingkungan, hal-hal yang perlu dilakukan
adalah :
Masyarakat wajib memperhatikan dan peduli dengan kebersihan lingkungan;
Lokasi penempatan wadah adalah di halaman muka rumah (tidak diluar pagar);
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-57
Bila karena alasan tertentu menyebabkan harus diluar pagar, maka
penempatan pewadahan harus disamping gerbang (bukan mendekati batas pagar dengan tetangga);
Sampah tidak berserakan diluar tempat sampah;
Pengambilan sampah oleh petugas pengumpul disesuaikan dengan jadwal
pengangkutan di TPS;
Periodisasi pengambilan maksimal tiga (3) hari sekali.
e. Pengumpulan sampah dari sumber sampah menuju TPS, disertai proses pemilahan
sampah untuk proses daur ulang, dengan pelibatan para pemulung.
Mengenai TPS, persyaratan TPS yang ramah lingkungan adalah :
Bentuk fisiknya tertutup dan terawat;
TPS dapat berupa Pool Gerobak, Pool Kontainer;
Sampah tidak berserakan dan bertumpuk diluar TPS/kontainer.
Untuk menjamin terkontrolnya kebersihan lingkungan di sekitar TPS, hal-hal yang
perlu dilakukan dan diperhatikan adalah :
Peran serta masyarakat tinggi;
TPS ditempatkan pada lokasi yang mudah bagi sarana pengumpul dan pengangkut untuk masuk dan keluar, tidak mengganggu pemakai jalan atau
sarana umum lainnya;
Pengangkutan sampah terjadwal, sehingga waktu kedatangan gerobak dengan waktu kedatangan truk dapat disesuaikan;
Periodisasi pengangkutan 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali;
Semua sampah terangkut pada proses pengangkutan.
f. Selama pengumpulan sampah dari TPS ke SPA dan ITF, dilakukan proses
pengurangan volume sampah dan pengolahan sampah lebih lanjut menjadi/
menghasilkan produk lain, seperti kompos dan energi.
g. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah,
seperti gerobak sampah, truk sampah, peralatan pengolah sampah.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-58
4.2.8. Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut Sokoi.
Kegiatan Survey hidro-oseanografi yang dilakukan pada bulan Oktober-
Nopember 2012 mencakup pengukuran parameter-parameter berikut ini :
Pasang surut
Arus
Kedalaman perairan (Batimetri)
Karakteristik sedimen (pengambilan sampel sedimen tersuspensi dan sedimen dasar)
A. Pasang Surut
Hasil pengukuran manual pasang surut yang telah dilakukan di Dermaga Sokoi, selama 15 hari disajikan pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.9. Dari data tersebut dilakukan
perhitungan dengan Metode Least Sqare (kuadrat terkecil) untuk mendapatkan
Konstanta pasang surut di lokasi kajian.
Tabel 4.14. Konstanta pasang surut Muara Kampar (Sokoi)
No. Konstanta Periode (jam)
Amplitudo (cm)
Phase (o)
1 K1 23.9346 30.827 316.922
2 O1 25.8194 27.545 226.738
3 M2 12.4206 107.952 251.494
4 S2 12 43.693 302.103
5 N2 12.6582 23.394 2.547
6 M4 6.2103 12.311 109.821
7 MS4 6.1033 7.984 160.751
8 K2 11.9673 1.241 294.661
9 P1 24.0658 0.475 122.025
Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan air surut setiap
harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu
kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-59
harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari, maka tipe pasang surutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides).
Tipe pasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut
dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi
dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.
B. Arus
Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan current meter tipe propeller
dan Accoustic Doppler Current Profiler (ADCP). Berdasarkan pengukuran arus (arah
dan kecepatan) pada 2 titik yang ditentukan, secara simultan pada saat spring tide dan
neap tide, diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4.13. Skema pembagian lapisan cell pada ADCP
Hasil pengukuran arus dengan currentmeter yang dilaksanakan di muara sungai Kampar, pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 01 Nopember 2012, dan pengukuran
ke dua pada tanggal 04 sampai dengan 05 Nopember 2012, yaitu pada saat pasang
purnama (spring tide) dan pasang mati (neap tide) disajikan padan Tabel 4.15 dan
4.16.
Pengukuran dengan ADCP membagi kedalaman menjadi 10 sel di mana pada
masing-masing sel akan didapatkan informasi kecepatan berupa besaran dan arahnya.
Di samping kecepatan per sel, didapatkan pula kecepatan rata-rata kedalaman. Hasil
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-60
pengukuran arus pada tiap kali pengukuran menggunakan ADCP, disajikan dalam
grafik berupa Mawar Arus (Gambar 4 dan 5).
Tabel 4.15. Hasil pengukuran arus di muara dengan currentmeter saat spring tide
Tabel 4.16. Hasil pengukuran arus di muara dengan currentmeter saat neap tide
Speed M/Sec Dir deg Speed M/Sec Dir deg Speed M/Sec Dir deg10/31/2012 13:39:14 0.530 40.7 0.369 79.4 0.476 80.210/31/2012 14:33:34 0.994 54.1 0.914 56.3 0.897 57.810/31/2012 15:32:50 1,797 58.4 1,743 60.5 1,705 61.010/31/2012 16:31:55 1,447 61.2 1,333 63.5 1,324 63.510/31/2012 17:31:30 0.747 357.7 0.747 359.5 0.754 1.710/31/2012 21:32:58 0.669 207.4 0.806 215.2 0.761 217.010/31/2012 22:30:40 0.892 224.8 0.886 220.7 0.858 222.310/31/2012 23:30:41 0.823 215.4 0.708 217.7 0.679 216.111/1/2012 1:28:41 0.693 82.1 0.374 51.5 0.522 42.611/1/2012 2:54:09 1,438 53.5 1,204 48.6 1,441 51.611/1/2012 3:57:56 1,528 39.3 1,217 35.3 1,319 35.411/1/2012 5:07:08 1,265 31.9 1,310 36.1 1,351 36.111/1/2012 6:05:06 0.647 19.9 0.547 21.7 0.536 15.711/1/2012 7:02:45 0.065 178.7 0.538 228.7 0.464 215.711/1/2012 8:03:04 0.420 219.5 0.773 220.7 0.851 219.511/1/2012 9:01:35 1,182 225.5 1,269 223.2 0.876 222.611/1/2012 10:02:01 1,132 221.6 0.944 219.1 1,070 217.411/1/2012 11:02:00 0.905 218.5 0.791 216.2 0.857 218.211/1/2012 12:03:49 0.704 205.3 0.463 222.4 0.387 226.5
Date Time 3 m 12 m9 mKecepatan Arus pada Kedalaman tertentu
Speed M/Sec Dir deg Speed M/Sec Dir deg Speed M/Sec Dir deg11/4/2012 10:00:27 1,417 212.0 0.857 217.2 0.971 216.711/4/2012 11:01:10 1,139 222.2 0.861 218.7 0.556 209.511/4/2012 12:33:40 1,099 191.8 1,119 207.8 0.724 207.011/4/2012 13:00:30 0.699 198.2 0.673 210.0 0.694 213.911/4/2012 13:58:25 0.029 146.2 0.126 55.2 0.195 25.711/4/2012 15:03:13 0.700 29.2 1,176 31.2 1,182 37.311/4/2012 15:55:01 1,113 37.6 1,124 33.5 1,099 30.411/4/2012 17:05:58 1,059 54.1 1,244 53.5 1,037 59.411/4/2012 17:59:13 0.200 55.8 0.755 51.0 0.868 38.411/4/2012 19:01:03 0.455 54.3 0.184 143.3 0.161 146.711/4/2012 19:59:52 0.090 76.6 0.347 190.4 0.203 174.611/4/2012 20:58:37 0.122 156.7 0.462 214.5 0.496 200.811/4/2012 22:01:35 0.870 175.4 0.660 178.3 0.622 176.411/4/2012 23:01:49 0.522 214.1 0.532 197.6 0.626 203.3
Kecepatan Arus pada Kedalaman tertentu3 m 9 m 12 mDate Time
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-61
C. Batimetri
Pekerjaan survei batimetri adalah pekerjaan pengukuran kedalaman yang
antara lain bertujuan membuat “hydrographic chart” untuk keperluan pemodelan
matematik, atau dipakai sebagai data kedalaman dalam perhitungan refraksi dan
difraksi, ataupun untuk mengetahui pendangkalan ataupun erosi pada suatu tempat.
Data batimetri juga sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi kolam labuh,
dermaga, dan alur pelayaran.
Peralatan survei yang digunakan untuk pengukuran batimetri adalah Ceeducer
tipe Single Beam Echosounder. Alat ini dilengkapi dengan fasilitas GPS (Global
Positioning System) yang memberikan posisi alat pada kerangka horisontal dengan
bantuan satelit.
Hasil pengukuran batimetri di wilayah studi meliputi area di sekitar muara
Sungai Kampar menunjukkan daerah sekitar dermaga Sokoi cukup dalam (-14 meter
LWL) sehingga kapal-kapal cukup besar dengan draft 12 meter dapat masuk dan
bersandar. Kondisi batimetri, yang dibatasi oleh:
sebelah utara, pantai/tepi sungai Pulau Mendol
sebelah barat, hulu Sungai Kampar
sebelah timur, muara Sungi Kampar
sebelah selatan, desa Sokoi di Pulau Sumatera.
D. Sedimen
Pengambilan sample sedimen dasar (bed load) dan sedimen yang tersuspensi dengan air (suspended load) bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai laju
distribusi sedimen serta jenis karakteristik sedimen yang mengendap di dasar perairan,
maupun informasi angkutan sedimen melayang.
Sampel sedimen dasar pada perairan yang cukup dalam diambil dengan
menggunakan sediment graber (Gambar 4.14a), sedang pada perairan yang dangkal
dan mudah dijangkau tangan maka sedimen dasar dapat diambil langsung dengan
tangan, maupun dengan alat bantu seperti sekop, dan lainnya. Sedimen melayang
pengambilannya menggunakan botol Nansen (Gambar 4.14b). Pengambilan sedimen
melayang ini memerlukan ketelitian khusus, karena pengambilannya harus dilakukan
pada kedalaman yang tertentu.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-62
(a) (b)
Gambar 4.14. Sedimen grab (a), alat untuk mengambil sampel sedimen dasar; dan
botol Nansen (b), alat untuk mengambil sampel air
Pengambilan sample sedimen dasar dilakukan di 8 titik di sepanjang lokasi studi
muara Sungai Kampar dan 19 titik di sepanjang tepian sungai/garis pantai di sisi
daratan Pulau Sumatra maupun Pulau Mendol, seperti disajikan pada Tabel 4.17.
Pengambilan sampel air (sediment tersuspensi) yang dilakukan dengan Botol
Nansen dilakukan pada lokasi yang sama dengan titik pengukuran arus, yaitu di 2
(dua) lokasi; muara Sungai Kampar dan sebelah hulu dari Kampung Sokoi.
Dari hasil pengambilan sedimen lapangan tersebut selanjutnya pemeriksaan di
laboratonium. Sampel sedimen dasar dianalisa dengan “Grain Size Analysis” dan
sampel air (sedimen suspensi dianalisa “total suspended load” (TSS) untuk sampel air.
Karakteristik sedimen dasar di lokasi studi pada umumnya adalah didominasi
oleh sedimen jenis lanau (silt) dan lempung (clay).
Adapun hasil analisis sedimen layang (suspended load) terhadap sampel air
yang di ambil di lokasi rencana pelabuhan dan sekitarnya, menunjukkan bahwa konsentrasi sedimen tersuspensi di kawasan ini termasuk kategori rendah hingga
sedang (0,10 - 0.37 mg/L). Tentu saja kandungan sedimen layang ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi hinterland dan hulu sungai Kampar (musim,
aktifitas/kepadatan penduduk, dll). Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik,
sebaiknya perlu dilakukan uji sampel air pada musim lainnya.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-63
Tabel 4.17. Lokasi pengambilan sample sediment
Berdasarkan data-data hasil survei dan data sekunder lainnya, lokasi Sokoi
cukup layak untuk dikembangkan sebagai lokasi rencana pelabuhan untuk mendukung
Kawasan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan. Untuk itu perlu didukung oleh
pembangunan infrastruktur pendukung lainnya, seperti jalan akses, sarana air bersih
dan sebagainya.
Peruntukkan pelabuhan nantinya, apakah akan digunakan sebagai terminal peti
kemas, terminal curah cair/padat tentunya akan sangat mempengaruhi lay-out/tata
letak dermaga dan fasilitas pendukungnya. Untuk itu perlu dilakukan studi lebih lanjut
berupa pembuatan Master plan Pelabuhan dan DED Pelabuhan.
No No. Sampel Koordinat Keterangan
1 1 48N 298382 56373 tengah sungai2 2 48N 318160 57148 tengah sungai3 3 48N 304144 57454 tengah sungai4 4 48N 303782 57641 tengah sungai5 5 48N 307322 57810 tengah sungai6 6 48N 312043 60929 tengah sungai7 7 48N 311258 59960 tengah sungai8 8 48N 310145 58889 tengah sungai9 43 48N 299002 52276 garis pantai/tepi sungai
10 44 48N 300722 53334 garis pantai/tepi sungai11 45 48N 302691 54218 garis pantai/tepi sungai12 46 48N 304266 55223 garis pantai/tepi sungai13 47 48N 306226 55740 garis pantai/tepi sungai14 48 48N 308057 55773 garis pantai/tepi sungai15 49 48N 309853 56258 garis pantai/tepi sungai16 50 48N 311202 57172 garis pantai/tepi sungai17 51 48N 311946 57963 garis pantai/tepi sungai18 52 48N 312874 59074 garis pantai/tepi sungai19 53 48N 313617 60233 garis pantai/tepi sungai20 54 48N 310790 61784 garis pantai/tepi sungai21 55 48N 310641 60647 garis pantai/tepi sungai22 56 48N 309742 59130 garis pantai/tepi sungai23 41 48N 307355 58307 garis pantai/tepi sungai24 58 48N 305410 58155 garis pantai/tepi sungai25 59 48N 302706 57878 garis pantai/tepi sungai26 60 48N 299078 57059 garis pantai/tepi sungai27 61 48N 296626 55190 garis pantai/tepi sungai
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-64
Mengingat kondisi arus yang cukup kuat di muara Kampar, pemanfaatan arus pasut
sebagai pembangkit energi alternatif dapat dipertimbangkan sebagai sumber energi
listrik bagi pelabuhan maupun penduduk setempat
4.3. ANALISIS EKONOMI DAN INVESTASI KAWASAN TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN
4.3.1 Analisis Perekonomian Daerah.
A. Perekonomian Provinsi Riau.
1) Pertumbuhan Ekonomi.
Perekonomian Riau sepanjang tahun 2011 telah mencatat kinerja positif
dengan sumber pertumbuhan yang berimbang, terlebih di tengah meningkatnya risiko pelemahan ekonomi global. Mengawali tahun 2012, kondisi perekonomian Riau
menunjukkan hal yang menggembirakan dimana tumbuh diatas perkiraan semula serta
mengalami percepatan jika dibandingkan dengan dua triwulan terakhir pada tahun
2011. Membaiknya kinerja sektor migas, terjaganya daya beli konsumen serta
pesatnya pembangunan berbagai infrastruktur diperkirakan menjadi beberapa faktor
penggerak utama perekonomian Riau dalam triwulan I-2012.
Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy),
pertumbuhan ekonomi Riau tercatat meningkat dari 4,63% (yoy) pada akhir tahun
2011 menjadi 5,02% (yoy) meskipun relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara, dengan mengeluarkan unsur migas,
pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh relatif stabil sebesar 7,36% (yoy) dan berada
diatas pertumbuhan ekonomi non migas nasional yang mencapai sebesar 6,70% (yoy).
Di sisi harga, dinamika perkembangan harga di Provinsi Riau pada triwulan I-2012 secara umum masih terus menunjukkan trend yang menurun. Kondisi ini tercatat
cukup menggembirakan ditengah-tengah isu rencana kenaikan BBM yang kemudian
tidak terealisir dalam triwulan laporan. Tekanan inflasi Riau pada triwulan I-2012
tercatat sebesar 3,94% (yoy), menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang mencapai 4,72% (yoy), bahkan mengalami penurunan yang berarti dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,90% (yoy). Meskipun
mencatat angka yang rendah, inflasi Riau sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan
inflasi Sumatera yang tercatat sebesar 3,75% (yoy)
Pada triwulan mendatang, pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan tumbuh
relatif stabil. Secara tahunan, dengan memasukkan unsur migas, pertumbuhan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-65
ekonomi Riau pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh relatif stabil pada kisaran
5,00%-5,40% (yoy). Beberapa hal yang berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi
Riau mencapai batas bawah (downside risks) antara lain diantaranya adalah
meningkatnya bea keluar ekspor CPO dan kemungkinan peningkatan inflasi, tingkat
inflasi pada triwulan mendatang diproyeksikan berada pada kisaran 4,80% - 5,20%
(yoy). Kondisi ini utamanya disebabkan oleh kemungkinan adanya penyesuaian biaya
transportasi di Riau serta meningkatnya ekspektasi inflasi terkait rencana kenaikan
BBM bersubsidi terutama di tingkat pelaku usaha.
Bila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Riau termasuk
pada kategori daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 6% atau lebih tinggi
dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional (Gambar 4.15).
Gambar 4.15. Sebaran Provinsi berdasarkan Tingkat Pertumbuhan Ekonominya di
IndonesiaTahun 2011
2) Peranan Teknologi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Total Factor Productivity) Provinsi Riau.
Kabupaten Pelalawan belum memiliki data serial mengenai kapital dan upah
(tenaga kerja) yang diperlukan untuk perhitungan nilai Total Factor Productivity Growth (TFPG). Ketidaktersediaan data tersebut menyebabkan Nilai TFPG Kabupaten
Pelalawan tidak bisa dihitung. Untuk itu Nilai TFPG Pelalawan diprediksi dari nilai TFPG
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-66
Provinsi Riau, dengan asumsi bahwa Perkembangan dan Struktur perekonomian
Kabupaten Pelalawan memiliki kemiripan.
Perkembangan Total Factor Productivity Growth (TFPG) Provinsi Riau
selama periode tahun 1984 -2008 menunjukan bahwa peranan teknologi terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau masih fluktuatif dan cenderung sangat rendah.
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau masih didominasi oleh laju pertumbuhan
kapital dan laju pertumbuhan tenaga kerja. Tercatat nilai TFFG selama kurun waktu
1984-2008 mencapai nilai tertinggi pada tahun 1986 sebesar 3,73 dan terendah pada
tahun 1984 sebesar -15,08. Umumnya nilai TFPG Provinsi Riau bernilai negatif
sehingga kondisi seperti ini menggambarkan peranan teknologi yang masih rendah dan
perlu terus dipacu agar di masa mendatang teknologi bisa menjadi backbone (tulang punggung) perekonomian Provinsi Riau.
Secara ringkas, nilai TFPG yang tinggi menunjukkan besarnya produktivitas
daerah dan secara langsung juga menunjukan besarnya nilai tambah proses
produksi/industri di wilayah tersebut. Perkembangan nilai TFPG Provinsi Riau tahun
1984-2008 secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.16. Perkembangan TFP Growth Provinsi Riau 1984-2008
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-67
B. Perekonomian Kabupaten Pelalawan.
1) Pertumbuhan Ekonomi.
Seolah tidak ingin tertinggal dari pertumbuhan ekonomi provinsinya, Kabupaten
Pelalawan mampu meraih pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2010 sebesar
7,17%. Pertumbuhan sebesar tersebut ditopang oleh 3 (tiga) sektor industri utama
yakni industri pengolahan, industri migas dan penggalian serta industri pertanian.
Kontribusi sektor non migas terhadap PDRB Kabupaten Pelalawan selama tahun
2007 hingga 2010 sangat besar yakni mencapai rata-rata 97,04%, sementara migas
hanya mencapai rata-rata 2,96%. Struktur PDRB Kabupaten Pelalawan tahun 2007-
2010 dengan migas dan tanpa migas dapat dilihat pada Gambar 4.16 dan 4.17, berikut
ini.
Gambar 4.17. Struktur PDRB Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010 dengan Migas
dan Tanpa Migas
Struktur PDRB Kabupaten Pelalawan yang ditopang oleh sektor non migas ini
dapat dijadikan sebagai faktor kekuatan untuk mengembangkan industri hilir kelapa
sawit. Upaya memperkuat basis industri pengolahan atau manufaktur menjadi lebih
mudah bagi daerah yang pada awalnya telah memang telah memiliki kompetensi di
10.218.682,35
12.626.377,39 14.819.396,15
16.795.126,34
9.928.661,44
12.237.687,49
14.339.819,01
16.343.929,27
2007 2008 2009 2010
PDRB KAB PELALAWAN 2007-2010
DENGAN MIGAS TANPA MIGAS
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-68
bidang industri manufaktur atau pengolahan dibandingkan dengan daerah yang basis
pertumbuhan ekonominya didasarkan pada industri hulu maupun industri jasa.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pelalawan selama kurun waktu 4
(empat) tahun mencapai rata-rata 7,13% tanpa migas dan 6,81% dengan migas. Laju
pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2009 sebesar 7,19% (tanpa migas) dan
7,07% (dengan migas) pada tahun 2008. Sementara itu laju pertumbuhan terendah
dicapai pada tahun 2009 sebesar 7,02% (tanpa migas) dan 6,61% dengan migas
tahun 2009. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pelalawan tahun
2007-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.18. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010
Bila dikaji lebih dalam mengenai sektor utama penyumbang terbesar PDRB
Kabupaten Pelalawan maka industri pengolahan, industri pertambangan dan
penggalian serta industri pertanian merupakan kontributor utama terhadap PDRB
Kabupaten Pelalawan selama tahun 2007-2010. Rata-rata kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB Kabupaten Pelalawan pada kurun waktu tersebut mencapai Rp.
4.929.912.910.000,-, dimana kontribusi sektor pertanian tertinggi dicapai pada tahun 2010 sebesar Rp. 5.972.068.940.000,- sementara terendah dicapai pada tahun 2007
yakni mencapai Rp. 3.907.277.950.000,-. Untuk sektor Pertambangan dan Penggalian,
kontribusi rata-rata sektor terhadap PDRB selama kurun waktu tersebut mencapai Rp.
410.398.490.000 dimana kontribusi tertinggi dicapai pada tahun 2009 sebesar Rp.
6,69
7,07
6,61
6,88
7,19 7,15
7,02
7,17
2007 2008 2009 2010
dengan migas tanpa migas
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-69
488.101.520.000,- sedangkan terendah dicapai pada tahun 2007 sebesar Rp.
296.431.050.000,-. Industri Pengolahan sebagai kontributor terbesar terhadap PDRB
Kabupeten Pelalawan mencapai rata-rata Rp. 7.379.545.240.000,- dimana kontribusi
tertinggi dicapai pada tahun 2010 sebesar Rp. 9.222.501.900.000,- dan terendah
mencapai Rp. 5.350.410.870.000,. Kontribusi ketiga sektor utama terhadap PDRB
Kabupaten Pelalawan dapat dilihat pada gambar 4.19 di bawah ini.
Gambar 4.19. Kontribusi 3 Sektor Utama terhadap PDRB Kabupaten Pelalawan Tahun
2007-2010
2) Postur Keuangan Daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Pendapatan Asli Daerah)
Postur keuangan daerah kabupaten Pelalawan tahun 2010 tercermin dalam
neraca Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang besarnya mencapai Rp.
847.618.876.825,18. Pendapatan daerah tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar Rp. 38.382.025.593,18 (4,53%), Dana Perimbangan Rp.
767.766.271.586,00 (90,58) dan Lain-lain pendapatan yang sah Rp. 41.470.579.646,00
(4,89%).
Sementara itu total belanja daerah Kabupaten Pelalawan 2010 mencapai Rp 755.773.476.585,58yang terdiri atas Belanja Langsung Rp 359.747.487.539,25
3,91
0 0
5,97
0,30
00,49
0,46
5,35
0
8,14
9,22
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
2007 2008 2009 2010
Mill
ions
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-70
(47,60%) dan Belanja Tidak Langsung Rp. 396.025.989.046,33 (42,40%). Selisih
antara pendapatan dengan belanja (saldo) mencapai Rp. 91.845.400.239,60 atau
surplus sebesar 10,83%. Walaupun jumlahnya terbatas, surplus APBD sebesar 10%
dapat dijadikan dana awal bagi pengembangan kawasan Teknopolitan. Besaran APBD
Kabupaten Pelalawan Tahun 2010 secara lengkap dapat dilhat pada tabel 4.18,
berikut ini.
Tabel 4.18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pelalawan Tahun
2010
Jenis Penerimaan/ Kind of Revenue
Realisasi/ Actual
A. PENDAPATAN DAERAH/
Regional Government Revenue 847.618.876.825,18
01. Pendapatan Asli Daerah/Regional Original
Income 38.382.025.593,18
02. Dana Perimbangan/Balanced Fund 767.766.271.586,00
03. Lain-lain Pendapatan yang Sah/Other Revenue 41.470.579.646,00
B. BELANJA DAERAH/Regional Expendictures 755.773.476.585,58
01. Belanja Langsung/Direct Expendictures 359.747.487.539,25
02. Belanja Tidak Langsung/Undirect Expendictures 396.025.989.046,33
Surplus / (Defisit) 91.845.400.239,60
3) Perkembangan Investasi
Jumlah investasi yang telah ditanamkan oleh para investor di Kabupaten
Pelalawan pada tahun 2010 telah mencapai Rp 26.869.085.504.024 dimana Rp. 12.239.644.071.024 atau 45,55% Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Rp.
14.629.441.433.000 atau 54,45% Penanaman Modal Asing (PMA). Perkembangan
investasi di Kabupaten pelalawan tahun 2010 dari sisi lapangan usaha terlihat bahwa
Industri Pulp dan Paper merupakan industri yang menanamkan investasinya paling
besar yaitu Rp. 7.191.516.219.700 PMDN dan Rp. 7.880.192.435.000 PMA. Berikutnya
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-71
industri penyediaan tenaga listrik senilai Rp. 3.255.000.000.000 PMDN dan Rp.
2.261.000.000.000 PMA serta industri kelapa sawit dan PKS yang berkisar Rp.
1.441.189.601.324 PMDN dan Rp. 1.058.333.107.000 PMA.
Industri kelapa sawit dan PKS yang akan dikembangkan menjadi industri
hilirnya di kawasan Teknopolitan menempati peringkat ketiga dari sisi nilai investasi di
Kabupaten Pelalawan. Kemampuan pasokan bahan baku seperti CPO dan PKO untuk
kebutuhan industri hilir sawit secara faktual dapat dipenuhi bila dilihat dari hasil
identifikasi industri kelapa sawit dan PKS di atas. Perkembangan Penanaman Modal
Menurut Bidang Usaha di Kabupaten Pelalawan Tahun 2010 secara lengkap dapat
dilahat pada tabel 4.19 di bawah ini.
Tabel 4.19. Perkembangan Penanaman Modal Menurut Bidang Usaha di Kabupaten
Pelalawan Tahun 2010
Lapangan Usaha/ Industrial Origin
2010 (Rp)
PMDN PMA
1. Industri Pulp & Paper 7.191.516.219.700 7.880.192.435.000
2. Pengembangan kawasan industri 147.553.000.000 0
3. Jasa akomodasi 11.551.000.000 0
4. Penyediaan Tenaga Listrik 3.255.000.000.000 2.261.000.000.000
5. Perkebunan Kelapa Sawit dan PKS 1.441.189.601.324 1.058.333.107.000
6. Industri Minyak Kasar dari Nabati 192.834.250.000 100.000.000.000
7. Hutan Tanaman Industri 0 0
8. Peternakan 0 6.093.600.000
9. Jasa Konstruksi 0 93.100.000.000
10. Jasa Penyewaan Alat Konstruksi 0 111.885.140.000
11. Industri Calsium Carbonat 0 122.638.057.000
12. Industri Kimia Anorganik 0 2.996.199.094.000
Jumlah /Total 12.239.644.071.024 14.629.441.433.000
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-72
4.3.2 Analisis Pohon Industri Rantai Nilai Industri Hilir Kelapa Sawit.
A. Pohon Industri Kelapa Sawit.
Kelapa sawit merupakan salah komoditas yang memiliki produk turunan yang
sangat banyak. Dari Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) saja bisa
dihasilkan lebih dari 60 (enam puluh) produk turunan yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat. Banyaknya produk turunan (derivatif) yang dapat dihasilkan oleh
komoditas kelapa sawit menberikan andil yang sangat besar bagi akselerasi
perkembangan perkelapasawitan dunia.
Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit utama di dunia telah
mengembangkan tanaman tersebut menjadi komoditas ekspor yang penting. Produk-produk industri hulu kelapa sawit seperti CPO telah memasuki pasaran dunia. Produksi
CPO nasional merupakan akumulasi produksi CPO di tingkat daerah sehingga
keberlanjutan produksi CPO nasional sangat bergantung pada percepatan produksi
CPO di setiap daerah. Dari sisi produksi CPO pertumbuhan produksi nasional maupun
daerah umumnya telah mencapai hasil yang optimal.
Pengembangan industri hulu (CPO) yang telah berjalan dengan baik belum
diimbangi oleh pengembangan industri hilir yang intensif. Tercatat hanya 11 industri
oleo kimia yang beroperasi di Indonesia saat ini. Pengembangan industri hilir sawit
memang tidaklah mudah disamping perlu investasi yang besar, industri ini juga
membutuhkan teknologi impor dan kualitas SDM yang tinggi.
Produk industri kelapa sawit beserta turunannya telah digambarkan dalam
suatu pohon industri yang dapat menjelaskan seberapa banyak produk turunan yang
dihasilkan dari kelapa sawit. Bila diteliti lebih seksama, produk yang dihasilkan dari minyak sawit mentah dapat dikelompok ke dalam 2 kelompok produk industri sawit
yakni produk industri sawit yang telah diproduksi di dalam negeri dan produk kelapa
sawit yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Produk industri sawit yang telah
dihasilkan di dalam negeri berjumlah sekitar 38 produk sementara produk yang masih
import berjumlah sekitar 28 produk. Produk industri sawit yang masih harus diimpor
adalah sebagai berikut.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-73
Gambar 4.20. Produk Industri Sawit yang belum diproduksi di dalam negeri
Pengembangan kawasan teknopolitan Teknopolitan yang direncanakan berbasis
industri hilir sawit membutuhkan kecermatan dalam memilih produk hilir sawit yang ingin dikembangkan. Gambaran lengkap mengenai produk industri sawit yang telah
diproduksi di dalam negeri dan masih impor dapat dilihat pada gamber 4.21 berikut ini.
B. Rantai Nilai (Value Chain).
Produk industri sawit memiliki rantai nilai industri yang panjang dan lengkap.
Bila dilihat dari sisi horisontal hulu-hilir, rantai nilai industri sawit meliputi (1) upstream,
(2) midstream, (3) downstream, dan (4) consumer products. Aktivitas dan produk dari
setiap tingkatan memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik di setiap tingkatan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Upstream, pada rantai tingkatan hulu ini beberapa aktivitas yang dilakukan
meliputi produksi benih, pembibitan, penanaman, pemanenan dan penggilingan.
Sementara itu produk yang dihasilkan terdiri atas benih, tandan buah segar, Crude
Palm Oil (CPO), Palm Kernel Oil (PKO), biomasa, dan sisa penggilingan sawit.
15. Asam Amino 16. Karoten 17. Sel Tunggal Protein 18. Lipase 19. FatPowder 20. Vitamin A & E 21. Metalic Salt 22. Oleat/Ba 23. Palmitat Stearat/Ca Zn 24. Stearat/Ca Mg 25. Stearat/Al Li 26. Oleat/Zn, Pb 27. Polyethoxilated Derivates 28. Palmitat/ethylene/propylane
oxide
1. Oleic acid dimer 2. Ethylene 3. Propylene oxide 4. Oxigenated fatty acid/ester 5. Epoxy stearic/octanol ester 6. Epthio Stearin Mono 7. Polyhydric Alcohol Ester 8. C16 & C18 Alcohol/Sulphated 9. C16 & C18 Alcohol Esterifed
with higher saturated fatty acid
10. Fatty Acid Amides 11. Stearamide 12. Alkanomides 13. Sulphated Alcanomide of
Palmitat, Stearic & Oleic Acid 14. Oleamide
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-74
2) Midstream, pada rantai ini kegiatan yang berlangsung adalah perdagangan dan
penyimpanan CPO sedangkan produknya meliputi CPO, PKO, Crude PKO dan Palm
Kernel Cake.
3) Downstream Processing, pada rantai ini beberapa aktivitas yang dilakukan
adalah refining, fractionation, oleochemical, esterification, dan refined product
storage. Produk yang dihasilkan pada rantai ini adalah RBD Palm Oil, Palm Patty
Acid Distilatte, RBD Palm Olein, RBD Palm Stearin, RBD PK Olein, RBD PK Stearin,
Cocoa Butter Equivalent, Cocoa Butter substitute, Cocoa Butter Replacers, Fatty
Acid, Alcohols, amines, amides, glycerines, Palm methyl esters, dan Tocotrienol
4) Consumer goods, pada rantai ini kegiatan yang dilakukan meliputi packaging and
branding, produk makanan dan non makanan. Produk yang dihasilkan terdiri atas cooking oil, frying fats, margarine, shortening, vanaspaty, ice cream, non diary-
creamer, candles, soap, emulsifier, vitamin E supplement, confectionery, bakery
fats, biodiesel, energy generation, animal feed, dan organic fertilizer.
Gambar 4.21. Pohon Industri Kelapa Sawit
MINYAK SAWIT MENTAH(MSM)
Minyak Sawit Kasar (CPO )
Asam AminoOLEIN PFAD Vit. A,E Karoten
MINYAK INTI SAWIT (PKO )
ProteinSel Tunggal Stearin Trogliserida,Digliserida,
MonogliseridaEs
Krim
Minyak Goreng
Minyak Salad Shortening Metil
Ester
Surfaktan
Sabun Cuci
MetilEster
Fat Powder
Cocoa ButterSubstitute
(CBS )
Biodiesel
Margarin
Sabun
Vegetable Ghee
Ester Asam Lemak :Palmitat/Propand
StearatMetil Ester Sulfonat
Oleat/Glycol Propylene Glycol
Metalic Salt :
Palmitat Stearat/ Ca, Zn
Stearat/Ca , Mg
Stearat/ Al, Li
Oleat/ Zn, Pb
Oleat/Ba
Polyethoxylated Derivates :
Palmitat/Ethylene Propylene Oxide
Stearat/Ethylene Propylene Oxide
Oleic Acid Dimer Ethylene
Propylene Oxide
Fatty Amines :
C 16 & C18 / Ethoxylated
Secondary C16 & C18 / Ethoxylated
Betain
Oxygenated Fatty Acid/Ester :
Epoxy Stearic/Octanol EsterEpthio Stearin
Mono & Polyhydric Alcohol
Ester
Fatty AlkoholC 16&C 18 Alcohol/
SulphatedC 16&C 18 Alcohol/
Esterified with Higher Saturated
Fatty AcidC 16&C 19 Alcohol/
EthoxylationMonogliserida Ethoxylation
Fatty Acids Amides :
Stearamide
Sulphated Alcanolamide of
Palmitat, Stearic & Oleic Acids
Oleamide
Alkanolamides
Lipase Soap Chip Asam Lemak
Confectioneries
Kosmetika
Shortening
Vanaspati
Cocoa ButterSubstitute
(CBS )
Gliserol FoodEmulsifier
Keterangan Warna:
= sudah diproduksidi Indonesia
= belum diproduksidi Indonesia
Keterangan Warna:
= sudah diproduksidi Indonesia
= belum diproduksidi Indonesia
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-75
Gambaran lengkap rantai nilai industri kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 4.22
berikut ini.
Gambar 4.22. Rantai Nilai Industri Kelapa Sawit
4.3.3 Analisis Nilai Tambah dan Kemampuan Teknologi Industri Hilir Sawit.
Pengembangan industri hulu menjadi industri hilir kelapa sawit mampu
menciptakan nilai tambah yang dapat dimanfaatkan oleh industri nasional. Walaupun
proses pengembangan industri hilir tidaklah mudah, strategi pengembangan industri
kelapa sawit nasional harus mengarah kesana. Hingga saat ini teknologi yang
digunakan di industri hilir sawit masih berasal dari teknologi impor seperti fraksinasi,
sulfonasi maupun esterifikasi. Teknologi impor pastilah berbiaya tinggi sehingga menyebabkan kurang berkembangnya industri hilir sawit di Indonesia.
Apabila dicermati tabel 4.16 mengenai nilai tambah dan kemampuan teknologi
industri hilir di Indonesia terlihat bahwa pengembangan industri hilir sawit baik oleo
pangan, oleokimia dasar maupun oleokimia turunan menciptakan Rasio Output-Input yang beragam dengan kisaran antara 10% hingga 99%. Kelompok Oleo pangan
seperti minyak goreng dan margarine memiliki rasio output-input 73% dan 21%,
Kelompok Oleokimia Dasar Fatty Acid/Fatty Alcohol 88% dan kelompok Olekimia
Turunan seperti Metil Ester Sulfonate (MES) 230%, Biodiesel 99% dan Glycerine 10%.
Nilai tambah material dibandingkan dengan CPO pada tahun 2008 dari Oleo
pangan mencapai Rp 1.480/kg CPO, Oleokimia Dasar Rp 2.530/kg CPO, dan Oleokimia
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-76
Turunan Rp 1.117/kg CPO. Sementara itu nilai tambah industri tercatat Rp 15.402
milyar/Th 2008 untuk Oleo pangan, Rp 2.151 milyar/Th 2009 untuk Oleokimia Dasar
dan Rp 1.128 milyar/Th 2008 untuk Oleokimia Turunan. Gambaran rinci mengenai
nilai tambah dan kemampuan teknologi industri hilir sawit nasional dapat dilihat pada
tabel 4.20, berikut ini.
Tabel 4.20. Nilai Tambah dan Kemampuan Teknologi Industri Hilir Sawit di Indonesia
No Parameter
Teknologi & Industri
Industri Hilir
Oleofood Oleokimia Dasar Oleokimia Turunan
Minyak Goreng Fatty Acid/F Alcohol
Surfaktan Biodiesel
1 Bentuk Input CPO CPO/PKO FAME & NaHSO3
CPO
2 Bentuk Output Minyak Goreng (MGS)
Fatty Acid (FA) MES (anionik)*
Biodiesel (BD)
Margarin (Mg) Fatty Alcohol (Falk)
Glycerin - By Product
Methyl Ester (ME)
Glycerin (Gly)-by product
3 Teknologi Kunci Fraksinasi & Filtrasi
Splitting Asam Lemak
Sulfonasi** Esterifikasi
Trans-esterifikasi me
Etoksilasi** Trans-esterifikasi
Hidrogenasi FAI 4 Penguasaan
Teknologi Proses
Impor Impor Impor Impor
5 Manufakturing Alat Pabrik :
Lokal Kecil Kecil Kecil Kecil Impor Besar Besar Besar Besar 6 Rasio Output -
Input MGS : 73%
FA : 88% MES : 230% BD : 99%
Mg : 21% Falk : Gly : 10% 7 Volume
Produksi (Th 2008)
7,596 jt ton MGS/Th
0,75 jt ton / Th 2009
MES : 7 juta kg/th 2010
1 jt ton BD / TH 2008
0,695 jt ton Mg/Th
0,1 jt ton Gly/Th 2008
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-77
No Parameter
Teknologi & Industri
Industri Hilir
Oleofood Oleokimia Dasar Oleokimia Turunan
8 Nilai Tambah Material (th 2008)
Rp 1.480/kg CPO
Rp 2.530/kg CPO
Rp 1.117/kg CPO
9 Nilai Tambah Industri (th 2008)
Rp 15.402 milyar/Th 2008
Rp 2.151 milyar/Th 2009
Rp 1.128 milyar/Th 2008
10 Nilai Produk Nasional (th 2008)
Rp 91.370 milyar/Th 2008
Rp 6.844 milyar/Th 2009
Rp 140 milyar/Th 2010
Rp 8.004 milyar/Th 2008
11 Pangsa Pelaku Industri :
Industri Kecil (%)
0 0 0 0
BUMN (%) 0 0 0 0 Perusahaan
Swasta (%) 100 100 100 (30%
dikuasai Cogins)
100
4.3.4 Analisis Ekonomi dan Peluang Investasi.
Pada bagian ini akan dianalisis beberapa faktor yang mendukung pengembangan
industri hilir sawit di kawasan teknopolitan seperti ketersediaan bahan baku, skenario
pembangunan industri, tenaga kerja, tenaga kerja , peluang investasi industri hilir
sawit. Faktor-faktor di atas akan sangat membantu para pelaku industri untuk
menanamkam modalnya di Kawasan Teknopolitan. Pada bagian akhir akan dijelaskan
dampak investasi di industri hilir sawit terhadap perekonomian Kabupaten Pelalawan.
A. Analisis Ketersediaan Bahan Baku.
Pengembangan industri hilir sawit di kawasan teknopolitan Pelalawan memerlukan suplai bahan baku yang cukup dan kontinyu. Kebutuhan bahan baku
berupa CPO sebaiknya disediakan di sekitar areal kawasan yang berdekatan dengan
kawasan Teknopolitan. Hal ini untuk mengurangi biaya angkut CPO yang sangat
volumized dan memerlukan alat transportasi khusus. Oleh karena itu peluang
berinvestasi di kawasan teknopolitan sebaiknya diprioritaskan kepada para pelaku
bisnis CPO di Kabupaten Pelalawan.
Jumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Kabupaten Pelalawan seluruhnya
berjumlah 19 unit yang tersebar di 9 Kecamatan. Jumlah PKS terbanyak terletak di
Kecamatan Pangkalan Kuras, Bandar Seikijang, Ukui dan Pangkalan Lesung. Kapasitas
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-78
produksi PKS di Kabpaten Pelalawan rata-rata 60 ton/jam dimana PKS dengan
kapasitas produksi tertinggi sebesar 120 ton/jam terletak di Pangkalan Kuras milik PT
Adei Plantation.
B. Analisis Skenario Pembangunan Industri Hilir Sawit.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu mengenai nilai
tambah industri hilir sawit dan kemampuan teknologi industri hilir sawit nasional
dimana semua kelompok produk hilir sawit menciptakan nilai tambah yang cukup
signifikan, maka pengembangan teknopolitan berbasis industri hilir sawit di Kabupaten
Pelalawan sebaiknya diarahkan pada ketiga alternatif kelompok industri hilir sawit
tersebut baik Oleo Pangan, Oleo Kimia Dasar dan Oleo Kimia Turunan. Namun demikian pemilihan alternatif industri hilir yang akan dikembangkan memerlukan
dukungan analisis secara detail mengenai berbagai faktor seperti ketersediaan bahan
baku, asesibilitas lokasi industri, kebutuhan lahan dan kebutuhan tenaga kerja serta
dampak industri hilir sawit terhadap perekonomian daerah. Untuk itu pada bagian
berikut akan dijelaskan hasil analisis terhadap faktor-faktor di atas sehingga
pengembangan industri hilir sawit di Teknopolitan Pelalawan menciptakan daya tarik
yang tinggi bagi para investor.
Seperti yang terlihat pada Skenario I, produksi CPO dari PKS yang ada di
Kabupaten Pelalawan mencapai 1.575.680 ton. Apabila diasumsikan CPO tersebut
seluruhnya dialokasikan untuk pengembangan industri hilir di kawasan Teknopolitan
Pelalawan maka jumlah pabrik produk hilir sawit seperti Oleo Pangan, Oleo Kimia
Dasar dan Oleo Kimia Turunan yang dapat dibangun diskenariokan sebagai berikut :
Skenario I, dengan jumlah pasokan CPO yang mencapai 1.575.680 ton, maka jumlah minyak goreng yang dapat diproduksi mencapai 1.150.246,4 ton dan
margarine sebesar 330.892,8 ton. Jumlah pabrik minyak goreng yang
dapat dibangun untuk memproduksi 1.150.246,4 ton seluruhnya
berjumlah 12 unit (100.000 ton/tahun) atau 4 unit (270.000 ton/tahun)
atau 3 unit (340.000 ton/tahun), atau 2 unit (470.000 ton/tahun).
Sementara itu pabrik margaeine yang dapat dibangun sebanyak 1 unit
dengan kapasitas 300.000 ton per tahun
1. SKENARIO I : OLEO PANGAN
Pasokan CPO (ton) 1,575,680
Rasio Output/Input Minyak goreng (%) 73.0
Rasio Output/Input Margarine (%) 21.0
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-79
Minyak Goreng (ton) 1,150,246.4
Margarine (ton) 330,892.8
Kapasitas Pabrik Minyak Goreng (ton/tahun) :
100,000 12 unit
270,000 4 unit
340,000 3 unit
470,000 2 unit
Kapasitas Pabrik Margarine (ton/tahun) :
300,000 1 unit
Skenario II, dengan jumlah pasokan CPO yang sama sebesar 1.575.680 ton, maka
jumlah Oleo Kimia dasar (Fatty Acid atau Metyl Ester) yang dapat
diproduksi mencapai 1,386,598 ton. Jumlah pabrik FAME yang dapat
dibangun mencapai 10 unit dengan kapasitas 140.000 ton/tahun
2. SKENARIO II : OLEO KIMIA DASAR
Pasokan CPO (ton) 1,575,680
Rasio Output/Input FA/ME (%) 88.0
FA/ME (ton) 1,386,598
Kapasitas Pabrik FAME (ton/tahun)
140,000 10 unit
Skenario III, Produksi Oleo Kimia Turunan yang dapat diproduksi seperti Surfaktan
(MES) seluruhnya berjumlah 3.189.175 ton. Apabila pabrik yang didirikan
berkapasitas 16.000 ton/tahun maka jumlah pabrik Surfaktan yang bisa
dibangun berjumlah 199 unit. Sedangkan bila yang akan dibangun
adalah pabrik Biodiesel maka jumlah pabrik yang dapat dibangun
berturut-turut 31 unit (50.000 ton/tahun), 26 unit (60.000 ton/tahun)
atau 16 unit (100.000 ton/tahun).
3. a) SKENARIO III : OLEO KIMIA TURUNAN (SURFAKTAN)
Pasokan FAME (ton) 1,386,598
Rasio Output/Input FA/ME (%) 230.0
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-80
METIL ESTER SULFONATE/MES (ton) 189,175
Kapasitas Pabrik SURFAKTAN (ton/tahun)
16,000 199 unit
b) SKENARIO III : OLEO KIMIA TURUNAN (BIODIESEL)
Pasokan CPO (ton) 1,575,680
Rasio Output/Input BIODIESEL (%) 99.0
BIODIESEL (ton) 1,559,923
Kapasitas Pabrik BIODIESEL (ton/tahun)
50,000 31 unit
60,000 26 unit
100,000 16 unit
C. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja.
Industri hilir kelapa sawit yang potensial untuk dikembangkan di Kawasan
Teknopolitan Pelalawan di antaranya adalah industri minyak goreng, margarin, fatty
acid (FA), methyl ester (ME), surfaktan metil ester sulfonat (MES) dan biodiesel. Untuk
mewujudkan berbagai jenis industri hilir ini, dibutuhkan tenaga kerja dalam jumlah
yang cukup besar. Secara ringkas, dengan menggunakan pendekatan proses produksi,
besarnya kebutuhan kerja untuk setiap jenis industri hilir minyak sawit di atas adalah
sebagai berikut :
a. Kebutuhan tenaga kerja untuk industri minyak goreng kapasitas 1.000 ton
CPO per hari.
Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi, atau disebut dengan tenaga kerja langsung, adalah 134 orang yang terdiri dari 128
orang tenaga operasional dan 6 orang tenaga manajerial. Dari 128 orang
tenaga operasional, 18 orang di antaranya melakukan pekerjaan manajerial
dan 110 orang lainnya bekerja sebagai tenaga operasional. Selain itu, setiap
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-81
tahun diperkirakan perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja harian lepas
untuk membantu proses rafinasi dan fraksionasi.
b. Kebutuhan tenaga kerja untuk industri margarin kapasitas 1.000 ton per hari
Kebutuhan tenaga kerja langsung untuk mengoperasikan industri margarin
kapasitas 1.000 ton per hari adalah sekitar 75 orang, baik untuk manajerial
maupun operasional.
c. Kebutuhan tenaga kerja untuk industri fatty acid dan methyl ester
Tenaga kerja di industri fatty acid maupun methyl ester secara garis besar
juga dikelompokkan menjadi tenaga kerja manajerial dan tenaga kerja
operasional. Tenaga kerja manajerial terdiri dari direktur, manajer, asisten
manajer, supervisor dan kepala bagian. Secara keseluruhan, kebutuhan tenaga kerja untuk industri fatty acid dan methyl ester diperkirakan masing-
masing mencapai sekitar 300 orang.
d. Kebutuhan tenaga kerja untuk industri surfaktan MES.
Kebutuhan akan tenaga kerja langsung, baik manajerial maupun operasional,
untuk industri surfaktan MES diperkirakan sebanyak 100 orang, dimana
semuanya merupakan tenaga ahli terdidik karena industri surfaktan MES ini
termasuk industri berteknologi tinggi.
e. Kebutuhan tenaga kerja untuk industri biodiesel kapasitas 1.000 ton CPO per
hari.
Industri biodiesel merupakan industri yang tingkat penyerapan tenaga
kerjanya relatif setara dengan industri minyak goreng dari minyak sawit.
Karena itu, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan industri biodiesel dengan
kapasitas produksi 1.000 ton CPO per hari adalah 134 orang. Di Indonesia, jumlah industri biodiesel yang sudah beroperasi hingga saat ini ada sebanyak
11 buah, dengan jumlah tenaga kerja langsung yang terserap diperkirakan
mencapai 1.090 orang.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja siap pakai di berbagai jenis industri
hilir kelapa sawit di atas, hingga kini Kabupaten Pelalawan belum mampu
menyediakannya. Sumber daya manusia profesional dan terdidik yang ada di
kabupaten ini memang masih sangat terbatas. Karena itu, dalam jangka pendek
sumber daya manusia profesional dan terdidik harus didatangkan dari daerah lain di
luar Kabupaten Pelalawan. Namun, dalam jangka menengah dan jangka panjang
Kabupaten Pelalawan diharapkan sudah mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-82
siap pakai di berbagai jenis industri hilir kelapa sawit. Tenaga kerja tersebut berasal
dari Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (STTP). Institut ini rencananya juga akan
dibangun di dalam Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
D. Analisis Dampak Ekonomi Industri Hilir Sawit.
Melalui analisis nilai tambah dapat diprediksi secara kuantitatif, pertambahan
pendapatan dari industri hilir sawit secara akumulatif akan meningkatkan aktivitas
ekonomi masyarakat dan tentu saja akan meningkatkan pendapatan daerah. Dengan
asumsi produksi CPO Pelalawan sebesar 1.575.680 ton dan harga CPO Rp. 7.000/kg
maka potensi kapitalisasi pasar dari industri CPO di Pelalawan pada saat ini telah
mencapai Rp. 11.029.760.000.000,-. Apabila CPO tersebut diolah lebih lanjut dengan membangun industri Oleo pangan minyak goreng dan margarine dengan asumsi harga
minyak goreng Rp. 13.000,-/kg dan margarine Rp. 38.697,-/kg maka akan terjadi
tambahan akumulasi kapital sebesar Rp. 16.728.167.328.000 menjadi Rp.
27.757.927.328.000 atau terjadi peningkatan hampir 151,7%.
Dengan asumsi produksi CPO Pelalawan sebesar 1.575.680 ton dan harga Fatty
Acid Rp. 18.050,-/kg dan harga Metyl Ester Rp. 17.575,-/kg maka pembangunan
industri hilir sawit Oleo Kimia Dasar Fatty Acid akan meningkatkan akumulasi kapital
sebesar Rp. 13.998.341.120.000 menjadi Rp. 25.028.101.120.000,- atau meningkat
126,9%. Sedangkan pembangunan industri Metyl Ester akan meningkatkan akumulasi
kapital sebesar Rp. 13.339.706.880.000,- menjadi Rp. 24.369.466.880.000 atau
meningkat 120,9%.
Selanjutnya pembangunan industri Oleo Kimia Turunan seperti Surfaktan akan
meningkatkan akumulasi kapital sebesar Rp. 20.782.273.792.000,- menjadi Rp. 31.812.033.792.000 atau meningkat sebesar 188%. Sementara pembangunan industri
Biodiesel akan meningkatkan akumulasi kapital sebesar Rp 5.271.437.440.000 menjadi
Rp. 16.301.197.440.000,- atau meningkat sebesar 47,8%.
Analisis nilai tambah pembangunan industri hilir sawit baik Oleo Food, Oleo
Kimia Dasar dan Oleo Kimia Turunan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.21
berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-83
Tabel 4.21. Analisis Nilai Tambah Industri Hilir Sawit
Secara kualitatif pembangunan industri hilir kelapa sawit di Kawasan
Teknopolitan Pelalawan merupakan salah satu langkah percepatan pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pelalawan. Pilihan terhadap
pembangunan industri hilir kelapa sawit ini didasarkan pada berbagai argumen, di
antaranya :
a. Di Kabupaten Pelalawan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan strategis untuk meningkatkan pendapatan keluarga,
karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekonomian
rakyat, terutama bagi petani perkebunan. Dengan dikembangkannya industri hilir kelapa sawit, diharapkan semakin mendorong peningkatan
pendapatan masyarakat.
b. Dalam beberapa tahun terakhir, luas areal perkebunan, produksi tandan buah segar (TBS), pabrik kelapa sawit, maupun produksi crude palm oil
(CPO) dan palm keernel oil (PKO) di Kabupaten Pelalawan meningkat
cukup signifikan. Peningkatan ini memberikan peluang bagi pembangunan
industri hilir CPO dan turunannya.
c. Dari segi fisik dan lingkungan, Kabupaten Pelalawan sangat memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit, industri CPO maupun
industri hilirnya karena kondisi topografinya yang relatif datar, sehingga
memudahkan dalam pengelolaan usaha dan dapat pula menekan biaya
produksi dan distribusi.
MINYAK GORENG MARGARINE FA ME SURFAKTAN BIODIESEL
Input TBS CPO CPO CPO CPO FAME CPOJumlah Input (ton) 6,941,322 1,575,680 1,575,680 1,575,680 1,575,680 693,299 1,575,680 Rasio Output/Input (%) 22.7 73.0 21.0 88.0 88.0 230 99.0 Jumlah Output (ton) 6,941,322 1,575,680 1,150,246 330,893 1,386,598 1,386,598 1,594,588 1,559,923 Harga Jual (Rp./ton) 1,488,160 7,000,000 13,000,000 38,697,500 18,050,000 17,575,000 19,950,000 10,450,000 Total Nilai Jual (Rp.) 10,329,797,747,520 11,029,760,000,000 14,953,203,200,000 12,804,724,128,000 25,028,101,120,000 24,369,466,880,000 31,812,033,792,000 16,301,197,440,000 Nilai Tambah (Rp./ton) 699,962,252,480 13,998,341,120,000 13,339,706,880,000 20,782,273,792,000 5,271,437,440,000 Persentase Nilai Tambah (%) 6.8 126.9 120.9 188 47.8
16,728,167,328,000 151.7
OLEOKIMIA TURUNANPARAMETER TBS CPO
OLEOFOOD OLEKIMIA DASAR
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-84
d. Dari segi pemasaran hasil produksi, Kabupaten Pelalawan mempunyai keuntungan strategis dari posisinya yang terletak dekat dengan pasar
internasional, terutama Singapura dan Malaysia.
e. Kabupaten Pelalawan sebagai bagian dari Provinsi Riau otomatis juga menjadi bagian dari kerja sama Indonesia Malaysia Singapore Growth
Triangle (IMS-GT) dan Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-
GT), sehingga keanggotaan ini memberikan peluang pasar yang lebih
menguntungkan.
Dampak positif dari pembangunan industri hilir kelapa sawit di Kawasan
Teknopolitan Pelalawan terhadap perekonomian Kabupaten Pelalawan secara garis
besar adalah dalam bentuk :
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pelalawan : pengembangan
industri hilir kelapa sawit akan meningkatkan nilai tambah bruto (PDRB),
terutama pada sektor pertanian dan industri pengolahan nonmigas.
2) Meningkatkan pendapatan masyarakat : tumbuhnya perkebunan, industri hulu dan industri hilir kelapa sawit menyebabkan munculnya sumber-sumber
pendapatan yang lebih bervariasi bagi masyarakat, tidak hanya dari sektor
sawit itu sendiri melainkan juga dari sektor-sektor lainnya seperti perdagangan,
pengangkutan, transportasi, restoran, keuangan dan jasa-jasa.
3) Menciptakan kesempatan kerja : pengembangan industri hilir kelapa sawit tentu
saja menciptakan lapangan pekerjaan baru yang cukup besar bagi tenaga
kerja, baik tenaga kerja yang berasal dari Kabupaten Pelalawan maupun tenaga
kerja dari luar kabupaten tersebut.
4) Mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah : terutama
bersumber dari peningkatan mobilitas penduduk antarwilayah, pengembangan
infrastruktur wilayah serta perkembangan berbagai jenis aktivitas ekonomi
(baik produk maupun jasa) di wilayah sekitarnya.
Untuk mewujudkan dampak positif dari pengembangan industri hilir kelapa sawit di atas, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian dan diharapkan dapat
segera direalisasikan, yaitu :
1. Pembangunan institusi dan aktivitas pendukung : di antaranya (a)
pembangunan Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (STTP), (b) pendirian
pusat pelatihan dan penelitian kelapa sawit, (c) peningkatan kapasitas riset
kelapa sawit di STTP, serta (d) peningkatan kemampuan SDM di bidang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-85
industri hilir kelapa sawit.
2. Pembangunan infrastruktur wilayah : di antaranya (a) pembangunan dan
peningkatan jaringan jalan dan jembatan, (b) pembangunan dan
peningkatan pelabuhan laut, serta (c) pembangunan jaringan rel kereta
api.
3. Pengembangan regulasi dan insentif : di antaranya berupa (a) konsistensi
penerapan peraturan dan perundangan sebagai jaminan bagi investor, (b)
pemberian insentif untuk pendirian industri hilir kelapa sawit baru, (c)
pemberian kemudahan bagi investor untuk mendapatkan bahan baku
pendukung industri hilir kelapa sawit melalui fleksibilitas tarif dan
kemudahan impor, (d) pemanfaatan penerimaan migas untuk pembangunan infrastruktur yang terkait dengan pengembangan industri
hilir kelapa sawit, (e) pengembangan lembaga promosi dan tenaga
pemasaran untuk peningkatan pangsa pasar produk industri hilir kelapa
sawit ke pasar internasional, (f) pengaturan kuota penggunaan CPO
sebagai jaminan pasokan CPO bagi industri hilir kelapa sawit.
4. Pengembangan fasilitas umum dan settlement facility : di antaranya berupa
(a) fasilitas pengolahan air bersih, (b) fasilitas penanganan limbah industri,
(c) fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinik), (d) fasilitas pendidikan, (e)
fasilitas rumah ibadah, (f) fasilitas olahraga, hiburan dan rekreasi.
5. Dukungan Kebijakan Pemerintah Provinsi Riau.
E. Analisis Peluang Investasi Industri Hilir Sawit.
Hasil kajian peluang investasi pengembangan industri pengolahan produk turunan CPO menunjukkan terdapat empat jenis industri yang mempunyai peluang
investasi dalam beberapa tahun ke depan. Keempat jenis industri tersebut adalah
minyak goreng, margarin, oleokimia dan biodiesel.
Oleokimia adalah produk-produk hasil reaksi kimiawi yang dibuat dengan
menggunakan bahan baku minyak nabati atau hewani. Dinamakan Olekimia untuk
membedakannya dengan produk-produk hasil reaksi kimiawi yang dibuat dari minyak
mineral (petroleum) yang dinamakan petrokimia.
Lima macam produk oleokimia dasar yang dapat dihasilkan adalah asam lemak,
metil ester asam lemak, fatty alkohol, fatty amina, dan gliserin. Sedangkan produk
oleokimia turunan antara lain adalah fatty amida, asam-asam dimeratautrimer,minyak
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-86
atau ester terepoksidasi, etoksilat, asam lemak sulfat, asam lemak sulfonat, garam
fatty ester.
Unit operasi yang digunakan dalam produksi oleokimia dasar antara lain adalah
splitting (hidrolisis), distilasi, fraksinasi, separasi, hidrogenasi, metilasi, deionisasi.
Sedangkan unit operasi yang digunakan dalam produksi oleokimia turunan antara lain
adalah amidasi, klorinasi, dimerisasi, epoksidasi, etoksilasi, kuaternisasi, sulfasi,
sulfonasi transesterifikasi, esterifikasi,dan saponifikasi.
Peluang pasar produk-produk oleokimia seperti fatty acid, fatty alcohol dan
glycerine selama kurun waktu 2007 hingga 2010 berdasarkan data yang diperoleh dari
Tim Terpadu Pengembangan Industri CPO Kementerian Perindustrian menunjukkan
bahwa pertumbuhan produksi, ekspor dan konsumsi masing-masing fattyacid sebesar
9,17%, 4,74% dan 6,47% per tahun. Peluang pasar industri fatty acid di Indonesia
dapat dilihat pada tabel 4.22, berikut ini.
Tabel 4.22. Peluang Pasar Fatty Acid di Indonesia
Tahun
Produksi (ton)
Ekspor (ton)
Konsumsi (ton)
Permintaan (ton)
Peluang Pasar (ton)
2007 626,021 386,714 308,337 695,052 69,02008 683,400 405,029 328,279 733,308 49,92009 746,038 424,212 349,510 773,722 27,62010 814,417 444,303 372,114 816,417 2,0
Pertumbuhan 9.17% 4.74% 6.47%
Untuk fatty alcohol, pertumbuhan produksi, ekspor dan konsumsi masing-masing
fatty alcohol mencapai 23,04%, 23,12% dan 7,24% per tahun. Dengan pendekatan
tersebut, pada periode 2007–2010 diperkirakan masih terdapat peluang pasar fatty
alcohol (Tabel 4.23). Peluang pasar ini sekaligus sebagai indikasi adanya peluang
investasi di industri fatty alcohol.
Tabel 4.23. Peluang pasar Fatty Alkohol di Indonesia
Tahun
Produksi (ton)
Ekspor (ton)
Konsumsi (ton)
Permintaan (ton)
Peluang Pasar Market (ton)
2007 171,805 117,877 97,229 215,106 43,302
2008 211,384 145,131 104,265 249,396 38,011
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-87
Tahun
Produksi (ton)
Ekspor (ton)
Konsumsi (ton)
Permintaan (ton)
Peluang Pasar Market (ton)
2009 260,083 178,686 111,809 290,496 30,413
2010 320,000 220,000 119,900 339,900 19,900
Pertumbuhan 23.04% 23.12% 7.24%
Pabrik pada industri oleokimia pada umumnya dibangun secara terpadu untuk
menghasilkan beberapa jenis produk. Pabrik untuk industri oleokimia ini pada
umumnya berkapasitas bervariasi antara 5.000 ton per tahun hingga 120.000 ton per
tahun. Dengan asumsi pabrik oleokimia yang dibangun berkapasitas 15.000ton/tahun,
maka peluang investasi industri oleokimia pada tahun 2008–2010 berjumlah 11 buah.
Tabel 4.24. Peluang investasi industri Oleokimia di Indonesia
Tahun
Peluang Pasar Peluang Kumulatif
Jumlah Pabrik Total
Fatty Acid (ton)
Fatty Alcohol (ton)
Oleokimia(ton)
2007 69,030 43,302 112, - 2008 49,908 38,011 87, 6 2009 27,684 30,413 58, 4 2010 2,000 19,900 21, 1
4.4. ANALISIS KELEMBAGAAN KAWASAN TEKNOPOLITAN
Konsep pengembangan kawasan teknopolitan merupakan salah satu bagian
dari konsep pengembangan Kawasan berbasis teknologi. Yaitu kawasan berdimensi
pembangunan ekonomi dengan sentra ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang
mendukung percepatan perkembangan inovasi. Dewasa ini telah berkembang kawasan
berbasis teknologi sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, antara lain
Technopark/Sciencepark, Technopolis atau Teknopolitan dan Innovation Cluster.
4.4.1 Pengertian Kawasan Teknopolitan.
Teknopolitan adalah konsepsi kawasan berdimensi pembangunan ekonomi, sosial dan budaya, yang memiliki sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-88
masyarakat yang mendukung percepatan perkembangan inovasi, difusi dan
pembelajaran. Sementara itu, Kawasan teknopolitan adalah kawasan yang terdiri atas
satu atau lebih kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan masyarakat pada
wilayah tertentu sebagai sistem pembangunan yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan sistem inovasi.
Pengertian lain mengenai kawasan teknopolitan adalah suatu kawasan khusus
yang dibangun berdasarkan komitmen memiliki satu atau lebih sentra kegiatan iptek
yang mampu mewujudkan keterkaitan antara lembaga pendidikan tinggi, lembaga
penelitian dan pengembangan, dan industri yang merupakan wahana penguatan
jaringan inovasi dalam kerangka sistem inovasi.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat diuraikan mengenai karakteristik dari teknopolitan meliputi kegiatan antara lain:
a) Sebagai kawasan khusus yang berdemensi pada pembangunan ekonomi
berbasis teknologi;
b) Kegiatan penelitian dan pengembangan (lembaga riset);
c) Kegiatan pendidikan (universitas /perguruan tinggi);
d) Kegiatan industri (kawasan industri); dan
e) Kegiatan pendukung lainnya (misalnya dukungan infrastruktur, perumahan, dan
dukungan fasilitas lainnya).
4.4.2 Persyaratan Teknopolitan.
Selain pengertian kawasan teknopolitan sebagaimana diuraikan di atas,
terdapat beberapa persyaratan sebuah kawasan teknopolitan, yaitu adanya:
a. Sumber daya (alam) yang unggul (misalnya kelapa sawit).
b. Fasilitas pengolahan sumber daya (alam) yang unggul (perlunya kawasan
industri).
c. Sumber daya manusia yang handal dan bekerja keras (perlu universitas /
training centre).
d. Fasilitas penelitian dan pengembangan (perlunya lembaga litbang/riset).
e. Aksesibilitas yang mudah (transportasi dan telekomunikasi).
f. Fasilitas untuk keperluan sehari-hari (shoping, hiburan).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-89
g. Fasilitas kesehatan dan pendidikan untuk anak (perlu medical centre dan
education centre).
h. Keamanan dan ketentraman (perlu kantor polisi).
i. Kemudahan birokrasi dan perpajakan (perlu kebijakan dari pemerintah yang
mendukung investasi).
j. Tempat tinggal yang nyaman dan aman (perlu perumahan yang terjaga).
Konsep dasar kawasan teknopolitan merupakan hasil konsensus bersama dan
keharmonian antara berbagai pihak dapat menciptakan keuntungan yang jelas dari
masing-masing pihak, yaitu:
Untuk pemerintah :
Meningkatkan aktifitas bisnis, meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan pendapatan pajak, meningkatkan jumlah lapangan kerja, meningkatkan ekonomi
berbasis R&D, meningkatkan ekspor dan meningkatkan investasi daerah.
Untuk universitas/lembaga riset :
Menyediakan lapangan kerja untuk lulusan, meningkatkan kualitas universitas,
meningkatkan transfer teknologi, meningkatkan interaksi dengan industri,
mendapatkan dana, dan aplikasi teknologi untuk ekonomi regional.
Untuk industri :
Akses yang mudah ke sumber daya manusia berkualitas, akses yang mudah ke
fasilitas dan sumber daya di Universitas, produk-produk baru, pasar baru,
meningkatkan daya saing.
4.4.3. Dasar Hukum Kawasan Teknopolitan.
Secara spesifik peraturan yang mengatur kawasan teknopolitan belum ada, namun mengacu pada konsep teknopolitan terdapat beberapa peraturan yang dapat
dijadikan dasar pembentukan Kawasan Teknopolitan Pelalawan, yang dikelompokkan
menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Peraturan Terkait Dengan Kebijakan Kawasan Berbasis Iptek.
a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-90
Pemerintah, Pemerintah daerah, dan/atau badan usaha dapat membangun
kawasan, pusat peragaan, serta sarana dan prasarana Iptek lain untuk memfasilitasi sinergi dan pertumbuhan unsur-unsur kelembagaan dan
menumbuhkan budaya Iptek di kalangan masyarakat (Pasal 14 UU
18/2002).
Untuk mengembangkan jaringan, perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), badan usaha, dan lembaga penunjang, wajib
mengusahakan kemitraan. (Psl 15 (2) UU 18/2002).
2. Peraturan Terkait Dengan Kebijakan Kawasan Berbasis Ekonomi.
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Jangka Panjang 2005-2025.
Telah ditegaskan bahwa pembangunan ekonomi di arahkan kepada peningkatan daya saing dan ekonomi berbasis pengetahuan.
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
Fungsi kawasan ekonomi khusus (KEK) dikembangkan melalui penyiapan
kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi
untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona: pengolahan ekspor; logistik; industri;
pengembangan teknologi; pariwisata; energi; dan/atau ekonomi lain.
Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja.
Di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah
(UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung
kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.
Lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK, harus memenuhi kriteria adalah:
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
Pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota yang bersangkutan mendukung KEK;
Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-91
Mempunyai batas yang jelas.
c. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama,
yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis.
d. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Pelalawan Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Pelalawan Tahun 2011-2016.
Misi ke 5 diformulasikan salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Pelalawan adalah memantapkan kemandirian pembangunan ekonomi,
dengan salah satu sasarannya berkembangnya industri dan terwujudnya
pusat-pusat ekonomi unggulan daerah, dengan indikator bertambahnya
jumlah klaster ekonomi di Kabupaten Pelalawan. Sedangkan dalam Misi I
salah satu sasaran pembangunan bidang sumberdaya manusia adalah
pembangunan perguruan tinggi di Kabupaten Pelalawan.
Berkaitan dengan hal tersebut, pembangunan teknopolitan Pelalawan merupakan salah satu upaya dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan yang ditetapkan di dalam RPJMD 2011 – 2016.
3. Peraturan Terkait Dengan Kebijakan Kawasan Strategis.
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 8 ayat
(3).
Menetapkan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Pasal 77 Bab V Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa kawasan
strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, adalah:
Kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
Memiliki potensi ekspor;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-92
Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;
Berfungsi untuk mempertahanan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan pertahanan energi nasional; atau
Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
Amanat peraturan perundang-undangan sebagaimana diuraikan di atas, secara
spesifik tidak menyebutkan tentang kawasan teknopolitan, namun sesuai
kriteria teknopolitan sebagai sebuah kawasan, maka pengembangan kawasan teknopolitan dapat dikategorikan sebagai kawasan khusus dan kawasan berbasis teknologi yang memiliki deminsi pembangunan ekonomi.
Kriteria yang dimaksud merupakan kawasan teknopolitan Pelalawan yang memilliki kriteria: (1) memiliki posisi strategis dan potensi unggulan kelapa sawit, (2)
sesuai dengan ketentuan RTRW Kabupaten Pelalawan, (3) adanya komitmen
pemerintah daerah.
4.4.4. Desain Kelembagaan Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan.
Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan melalui perencanaan
wilayah (RTRW Kabupaten Pelalawan) telah merencanakan Kawasan Teknopolitan
sebagai kawasan strategis teknopolitan Pelalawan. Karena itu, desain kelembagaan
Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan diarahkan sebagai suatu kawasan khusus
dalam pengembangannya diberikan beberapa insentif dan fasilitas tertentu. Kawasan
strategis Teknopolitan Pelalawan sebagai kawasan khusus yang bersifat multisektor dalam penanganannya melibatkan banyak stakeholders yang didukung oleh tiga komponen utama, yaitu pemerintah, dunia usaha (industri) dan perguruan tinggi/lembaga riset.
Dengan memperhatikan batasan atau definisi, peran dan konsepsi mengenai
kawasan teknopolitan, kondisi lokasi, serta dukungan peraturan yang terkait
sebagaimana diuraikan di atas, dapat ditarik pemahaman bahwapengelolaan kawasan
strategis teknopolitan Pelalawan akan dirumuskan sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-93
1. Bentuk Dan Status Organisasi.
A. Orientasi Pembentukan Kawasan StrategisTeknopolitan Pelalawan.
Bentuk organisasi sangat ditentukan dari tujuan dan orientasi pembentukan
organisasi. Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan dibangun untuk melaksanakan
dan mensinergikan kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Pelalawan. Maksud
pembentukannya adalah sebagai upaya percepatan pembangunan kawasan strategis
berbasis ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat, dengan cara meningkatkan peran
Pemerintah Daerah, lembaga pendidikan/lembaga riset, dan pengusaha industri. Hal-
hal spesifik yang mendasari urgensi pembangunan Kawasan Strategis Teknopolitan
Pelalawan adalah :
Kawasan strategis ini diharapkan mampu menjadi wahana untuk implementasi sistem inovasi daerah. Untuk itu organisasi ini perlu diberi akses untuk
membangun koordinasi dan kerjasama dengan lembaga pendidikan/lembaga
litbang pusat dan daerah, dan industri;
Kawasan strategis ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak bagi
lembaga/organisasi yang terkait dengan kawasan strategis teknopolitan, baik
lembaga/organisasi formal maupun non formal;
Pada saatnya, lembaga yang baru nanti diharapkan mampu mengelola
bisnisnya secara mandiri, dan tidak hanya menggantungkan sumber
pemasukannya dari APBD.
Berdasarkan urgensi pembentukan tersebut, orientasi organisasi kawasan
strategis teknopolitan Pelalawan sebaiknya diprioritaskan sebagai lembaga pelayanan
pendidikan, riset, dan produksi, tetapi untuk memberikan motivasi berkembang, secara
bertahap sesuai dengan kemampuan dan respon pasar, kawasan strategis teknopolitan
Pelalawan ke depan diharapkan mampu memerankan sebagai unit bisnis yang mandiri.
B. Tahapan Pengembangan Organisasi.
Untuk merealisasikan maksud dan tujuan pembentukan Kawasan strategis
teknopolitan Pelalawan, pembentukan organisasi dan kelembagaan operasional
kawasan strategis teknopolitan pelalawan akan dilakukan secara bertahap, sejalan
dengan peningkatan kompetensi, sinergi antar instansi, dan respon pasar. Tahapan
tersebut dijelaskan sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-94
1) Tahap I : Pembentukan Tim Kebijakan (Tahun I-II)
a. Tahap ini merupakan fase persiapan dengan membentuk Tim Kebijakan. Tim
Kebijakan ini akan bekerja untuk mengantarkan kelembagaan operasional
Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan ke dalam bentuk yang lebih
definitive. Karena itu status operasional Tim Kebijakan ini diperkirakan masih
dalam bentuk pelaksanaan kebijakan proyek;
b. Karena Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan ditargetkan mampu
mewujudkan keterkaitan antara lembaga pendidikan tinggi, lembaga penelitian
dan pengembangan, dan industri yang merupakan wahana penguatan jaringan
inovasi dan menjadi agen inovasi daerah, maka sebaiknya operasional Tim
Kebijakan tersebut berada di bawah KetuaSekretaris Daerah Kabupaten Pelalawan;
c. Pada fase ini, kegiatan utamanya adalah menyiapkan legalisasi pembentukan
kawasan strategis teknopolitan Pelalawan, pemantapan program dan kegiatan,
serta konsolidasi sumberdaya. Karena itu kegiatan utamanya adalah
koordinasi, integrasi, dan sinergi dengan semua pihak yang terkait;
d. Pada fase ini, Tim Kebijakanmerupakan gabungan dari unsur-unsur SKPD dan
instansi teknis terkait dalam rangka pengembangan kawasan strategis
teknopolitan Pelalawan;
e. Tim Kebijakan ini diharapkan ditetapkan melalui Keputusan Bupati Pelalawan
pada awal tahun I;
f. Diharapkan fase ini berlangsung selama 1 – 2 tahun.
2) Tahap II : Pelayanan Terstandar (Tahun II/III Beroperasi)
a. Pada tahap ini, menjalankan hasil Tim Kebijakan yaitu pelaksanaan kebijakan dan program kegiatan, pengembangan infrastruktur dasar, sosialisasi dan
kerjasama dengan pihak terkait dalam kegiatan pendidikan, riset dan
pengembangan serta produksi sudah mulai berjalan;
b. Fokus kegiatan ini adalah untuk pelayanan, dan karena itu bentuk kelembagaan
operasional Kawasan Teknopolitan Pelalawan ini yang dianggap tepat adalah
Unit Pelaksana Teknis (UPT), dibawah binaan SKPD Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pelalawan;
c. Diharapkan status UPT ini sudah mulai ditetapkan dan disyahkan oleh Bupati
Pelalawan sebelum masuk tahun ke III operasi;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-95
d. Pada tahun ke tiga sejak berstatus UPT, Kawasan strategis teknopolitan
Pelalawan diharapkan sudah mampu:
Melakukan pelayanan penyusunan DED, kajian terkait lainnya.
Melakukan pelayanan pembangunan tahap I kawasan strategis teknopolitan
Pelalawan.
e. Apabila target tersebut dalam perjalanannya dapat direalisasikan, maka status
organisasi mulai perlu ditingkatkan ke arah bentuk unit usaha.
3) Tahap III: Transisi ke Bentuk Unit Usaha (Mulai Tahun IV/V Beroperasi).
a. Tahap ini merupakan fase uji coba, sekaligus transisi bentuk kelembagaan
operasional Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan, dari UPTD ke bentuk Unit Usaha;
b. Masa transisi diperkirakan sekitar satu tahun, dimulai sejak tahun ke IV
Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan sudah beroperasi;
c. Pada fase ini, karena organisasi akan dijalankan sebagai unit usaha, pembina
dapat menyusun ulang manajemen lembaga kawasan strategis teknopolitan
Pelalawan, dengan tidak menutup kemungkinan untuk memasukkan orang dari
kalangan profesional non PNS;
d. Hasil evaluasi dari fase uji coba ini akan mengarahkan kepada produk dan /
atau jasa apa yang akan dikomersialkan, dan bentuk unit usaha model apa
yang tepat untuk Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan.
e. Alternatif bentuk unit usaha sesuai ketentuan yang berlaku adalah Perusahaan
Daerah (Perusda/BUMD) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Dasar
pembentukan Perusda adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah. Sementara, dasar pembentukan BLUD adalah Peraturan
PemerintahNomor 23 tahun 2005 yang diperjelas dengan Permendagri Nomor
61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah;
f. Keduanya mempunyai legalitas untuk menghimpun pendapatan dan mengelola
pendapatan yang diperoleh untuk pengembangan kegiatan usahanya.
Perbedaannya, kalau BLUD tidak berorientasi profit, sementara Perusda
berorientasi profit;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-96
g. Sebagai Perusda/BUMD, manajemen Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan
harus bekerja secara professional, dan diberi kewenangan sepenuhnya untuk
menjalin mitra usaha dengan pihak lain.
4) Tahap IV : Kawasan Strategis Teknopolitan Sebagai Unit Usaha (Mulai Tahun V Beroperasi)
a. Pada fase ini, kegiatan organisasi Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan,
yaitu unit usaha yang terkait dengan produk dan jasa pilihan, melakukan spin
offterhadap Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Pembentukan KEK dapat diusulkan oleh Unit Usaha
atau Pengelola Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan. Dengan demikian
pembentukan kelembagaannya harus mengacu pada Undang-Undang Nomor 39 tahun 2011 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
b. Perubahan bentuk organisasi dan kelembagaan Kawasan Strategis Teknopolitan
Pelalawan akan menyesuaikan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 39
tahun 2011, yaitu:
Perusda/BUMD sebagai badan usaha berlaku sebagai pengusul dapat
ditetapkan sebagai badan pengelola KEK;
Selain badan pengelola KEK, juga dibentuk administrator yang ditetapkan
melalui Keputusan Dewan Kawasan, Dewan Kawasan ditetapkan melalui
Keputusan Presiden, dan Dewan Nasional ditetapkan melalui Keputusan
Presiden.
c. Proses pengusulan Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan sebagai KEK
diharapkan sudah bisa dimulai setelah satu tahun masa transisi, atau tahun ke
V sejak Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan beroperasi.
Perkembangan bentuk organisasi Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan
secara ilustratif disampaikan pada Gambar berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-97
Gambar 4.23 Ilustrasi Organisasi Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan
2. Kedudukan dan Struktur Organisasi.
A. Kedudukan.
Untuk mengelola kawasan strategis teknopolitan pelalawan sebagaimana
diuraikan terdahulu dilakukan secara bertahap bahwa pada tahap persiapan dibentuk Tim Kebijakan, kemudian lembaga pengelolanya dilakukan oleh sebuah unit
pemerintah daerah sebagai pengelolanya, pada prinsipnya didasarkan pada pemikiran
sebagai berikut:
Pemerintah Daerah Pelalawan sebagai inisiasi menjadi komponen utama pelaksanaan pembangunan kawasan teknopolitan.
Pengembangan teknopolitan bersifat multisektor maka Pemda Pelalawan bertindak sebagai koordinator terhadap stakeholder terkait.
Kurun waktu persiapan pengembangan teknopolitan sekitar 5 tahun melalui
tahapan-tahapan sebagaimana diuraikan terdahulu.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-98
Gambar 4.24 : Sistem Kelembagaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Sesuai bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa:
a. Kawasan Teknopolitan Pelalawan merupakan kawasan khusus yang bersifat
multisektor dalam penanganannya melibatkan banyak stakeholders yang
didukung oleh tiga komponen utama, yaitu pemerintah (kabupaten, provinsi, pusat), dunia usaha dan perguruan tinggi/lembaga riset.
b. Peranan dari masing-masing komponen utama tersebut, yaitu:
Pemda Pelalawanmembentuk Tim Kebijakan bertanggungjawab atas
pembuatan grand desain, penyediaan lahan, infrastruktur dasar, dan berbagai
kebijakan dan perijinan, penganggaran (keperluan dasar), dan fasilitas tertentu. Selain itu juga membentuk UPT dibawah tanggungjawab Bappeda sebagai
operasional kawasan strategis teknopolitan Pelalawan.
Dunia usaha (industri) bertanggungjawab atas sumber daya pengelolaan
kawasan industri.
Perguruan Tinggi atau Lembaga Riset bertanggung jawab atas sumber
daya manusia dan kegiatan riset.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-99
B. Struktur Organisasi.
1) Tim Kebijakan.
Tim Kebijakan merupakan lembaga koordinator di tingkat kabupaten. Kegiatan
utamanya adalah menyiapkan legalisasi pembentukan kawasan strategis teknopolitan
Pelalawan, pemantapan program dan kegiatan, serta konsolidasi sumberdaya. Karena
itu kegiatan utamanya adalah koordinasi, integrasi, dan sinergi dengan semua pihak
yang terkait. Tim Kebijakan ini berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.
Karena itu dalam susunan organisasinya Tim Kebijakan ini diketuai oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten Pelalawan. Sedangkan keanggotaannya terdiri dari unsur SKPD
Kabupaten Pelalawan dan dari unsur perguruan tinggi terkait serta kalangan
profesional.
Pembentukan Tim Kebijakan ditetapkan melalui Keputusan Bupati Pelalawan.
Tim Kebijakan Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan mempunyai tugas, yaitu:
a. Menetapkan kebijakan dan langkah strategi untuk percepatan pembentukan
dan pengembangan kawasan teknopolitan Pelalawan.
b. Melakukan pengarahan, pembinaan, dan pengawasan, penggendalian, serta
mengevaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan.
c. Menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam
pengelolaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
d. Menyiapkan lembaga pengelola kawasan strategis teknopolitan Pelalawan
secara definitif.
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Kebijakan wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi.
Susunan keanggotaan Tim Kebijakan Kawasan Strategis Teknopolitan
Pelalawan, meliputi:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-100
TIM KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS TEKNOPOLITAN PELALAWAN
Ketua : Sekretaris Daerah Pelalawan.
Sekretaris : Kepala Bappeda Pelalawan.
Anggota :
1. Dinas Pendidikan;
2. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
3. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang;
4. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air;
5. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah;
6. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar;
7. Dinas Pertanian dan Perkebunan;
8. Unsur Perguruan Tinggi Terkait; dan
9. Unsur Pengusaha.
2) Unit Pelayanan (Bappeda Pelalawan – UPTD).
Bappeda Pelalawan sesuai tupoksinya melakukan koordinasi pengelolaan
kawasan teknopolitan dengan penambahan tugas sebagai berikut:
Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Tim Kebijakan untuk
mengelola dan mengembangkan teknopolitan Pelalawan.
Melakukan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas penyusunan grand
desain, penyediaan lahan, infrastruktur dasar, dan berbagai kebijakan dan perijinan, penganggaran (keperluan dasar), dan fasilitas tertentu.
Menyampaikan laporan pengelolaan kawasan teknopolitan kepada Tim
Kebijakan setiap akhir tahun.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas tambahan Bappeda dalam pengelolaan
kawasan teknopolitan Pelalawan dapat dibentuk sebuah UPTD yang berada
dibawah tanggungjawab Bappeda Pelalawan. Posisi UPTD sejajar dengan bidang-
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-101
bidang dibawah kepala Bappeda. Artinya eselonisasi UPTD merupakan bagian dari
eselon IIIa.
Gambar 4.25: Posisi UPTD dalam Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Pelalawan.
Tugas dan Tanggung Jawab UPTD adalah menyusun dan melaksanakan program /
kegiatan terkait dengan pengelolaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Mekanisme kerja kepala UPTD bertanggungjawab terhadap kepala Bappeda
Pelalawan.
Kualifikasi personil yang dibutuhkan untuk kepala UPTD adalah eselon IIIa. Kepala
UPTD dibantu beberapa orang staf yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan,
dengan kualifikasi memiliki kemampuan dan penguasaan keilmuan dibidang pengelolaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Mengacu pada tugas pokok UPTD Kawasan Teknopolitan Pelalawan sebagaimana
diuraikan di atas, maka wujud dari struktur organisasi UPTD Kawasan Teknopolitan
Pelalawan meliputi:
Gambar 4.26: Struktur Organisasi UPTD Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-102
3) Unit Usaha (Perusda/BUMD).
Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pilihan
pengembangan bentuk organisasi Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan sebagai
unit usaha adalah (1) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), atau (2) Perusahaan
Daerah (Perusda/BUMD). Dasar pembentukan BLUD adalah PP Nomor 23 tahun 2005
yang diperjelas dengan Permendagri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Sementara dasar pembentukan
Perusda adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah;
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan
PPK-BLU apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
Persyaratan substantif tersebut harus terpenuhi apabila tugas dan fungsi SKPD
atau Unit Kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang
menghasilkan semi barang/jasa publik (quasipublic goods). Sedangkan pelayanan
umum ini berhubungan salah satunya dengan pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum.
Sesuai ketentuan, pejabat pengelola BLUD diangkat dan diberhentikan oleh
kepala daerah, dan terdiri atas:
1. Pemimpin;
2. Pejabat keuangan; dan
3. Pejabat teknis.
Pemimpin BLUD bertanggungjawab kepada kepala daerah melalui sekretaris
daerah, sedangkan Pejabat keuangan dan pejabat teknis BLUD bertanggung jawab
kepada pemimpin BLUD. Pengelompokan Bidang Teknis pada organisasi bentuk BLUD
kurang lebih hampir sama dengan kelompok fungsional pada bentuk UPTD pada
Gambar 4.26.
Sementara itu sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962, Perusahaan
Daerah (Perusda) adalah badan hukum daerah yang kedudukannya sebagai badan
hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah tersebut. Tujuan Perusahaan
Daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-103
pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk
memenuhi kebutuhan rakyat.
Perusahaan Daerah dipimpin oleh suatu Direksi yang jumlah anggota dan
susunannya ditetapkan dalam peraturan pendiriannya. Anggota Direksi adalah warga
negara Indonesia yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah setelah
mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Direksi mengangkat dan
memberhentikan pegawai/pekerja Perusahaan Daerah menurut peraturan
kepegawaian yang disetujui oleh Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet
berdasarkan peraturan pokok kepegawaian Perusahaan Daerah.
4) Spin Off Unit Usaha ke KEK.
Dalam rangka mengembangkanunit usaha kawasan strategis teknopolitan
Pelalawan yang lebih maju kearah peningkatan perekonomian untuk masyarakat, perlu
dilakukan spin off menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK).
Fungsi kawasan ekonomi khusus (KEK) dikembangkan melalui penyiapan
kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Pengusulan Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus harus mengacu pada ketentuan UU Nomor 39 Tahun 2011 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, antara lain:
a. Dasar Pemikiran:
Konsep teknopolitan sebagai KEK karena mempunyai lingkup yang sama dalam penyelenggaraan perekonomian berbasis teknologi yang memperoleh fasilitas
tertentu.
Kawasan teknopolitan terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan dan pelayaran internasional, dan terletak pada wilayah potensi
sumberdaya unggulan.
Kawasan teknopolitan sesuai dengan RTRW Pelalawan dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung.
Adanya dukungan dari Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.
Kawasan teknopolitan sudah beroperasi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-104
b. Bentuk Kelembagaan:
Bentuk lembaga: Dewan Nasional, Dewan Kawasan, Administrator, Badan Usaha.
Penyelenggaraan kegiatan usaha di Teknopolitan sebagai KEK oleh Badan Usaha sebagai pengelola KEK.
Badan Usaha tersebut dapat berupa:
– Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
– Badan Usaha koperasi;
– Badan Usaha swasta; atau
– Badan Usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan
Pemerintah, dan/atau pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota.
c. Usulan Pembentukan KEK:
Pembentukan KEK dapat diusulkan oleh : Badan Usaha, Pemkab, Pemprov.
Pengusulan dapat dilakukan setelah teknopolitan sudah beroperasional.
d. Proses Pengusulan Kawasan Teknopolitan menjadi KEK:
Gambar 4.27 Mekanisme Pengusulan KEK
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-105
4.4.5. Strategi Implementasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Untuk menjalankan maksud dan tujuan pengembangan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan, strategi yang akan ditempuh adalah :
Keunggulan
kawasan
teknopolitan
Pelalawan.
: Kawasan berbasis teknologi berdimensi pembangunan ekonomi.
Memiliki satu atau lebih sentra kegiatan iptek yang mampu mewujudkan keterkaitan antara lembaga pendidikan tinggi,
lembaga penelitian dan pengembangan, dan industri yang
merupakan wahana penguatan jaringan inovasi.
Menerapkan sistem manajemen mutu (fasilitas, tatakerja, produk).
Fasilitas : Dilengkapi dengan fasilitas memadai untuk kelancaran fungsi kegiatan pendidikan dan pelatihan, riset, dan proses industri.
Fasilitas dan lokasinya menyatu, sehingga memungkinkan bagi terbentuknya ikon sentra iptek (pendidikan, riset, dan
industri).
Fasilitasnya ditata dan dikelola dengan menarik, sehingga mampu menciptakan image positif bagi upaya
pengembangan teknopolitan di Kabupaten Pelalawan,
sekaligus sebagai obyek tujuan wisata teknopolitan berbasis
iptek;
Organisasi dan
Tatakerja
: Sebagai instrumen untuk pengembangan sistem inovasi daerah;
Beroperasi dalam binaan Bappeda Pelalawan, tetapi bertanggungjawab langsung kepada Bupati Pelalawan;
Dalam bekerja senantiasa berkoordinasi dengan Tim Kebijakan;
Mensinergikan dan mengoptimalkan fungsi dari lembaga
terkait yang ada (fungsi koordinatif);
Struktur organisasi dibentuk berorientasi kepada produk dan
pelayanan;
Pengembangan Bisnis
: Fokus kepada penyediaan pendidikan, riset, dan proses produksi serta pengembangan fasilitas pendukung lainnya
dan mempunyai nilai ekonomi tinggi;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-106
Berorientasi kepada pelayanan dan pencitraan;
Membangun kemitraan dalam pengembangan bisnis;
Pendanaan : Diawali dengan APBD murni Pemerintah KabupatenPelalawan;
Secara bertahap mengupayakan Cost Sharing dengan pihak lain, atau dengan Swasta;
Berupaya untuk mengarah ke swadana;
Bentuk
Kelembagaan
: Diawali dalam bentuk Tim Kebijakan (tahun ke 1-2);
Berstatus definitif dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dibawah Bappeda Pelalawan (tahun ke 2-3);
Secara selektif, aktivitas kegiatan kawasan teknopolitan
Pelalawan dikemas sebagai usaha komersial, dan Perusda/BUMD atau BLU melakukan spin off dalam bentuk
KEK (mulai tahun ke 5);
4.5. Analisis Sumber Daya Manusia Kawasan Teknopolitan Kabupaten Teknopolitan.
4.5.1. Pengertian SDM.
Menurut Sayuti Hasibuan (2000, p3), sumber daya manusia adalah semua
manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya
tujuan organisasi tersebut. Nawawi (2003, p37) membagi pengertian SDM menjadi
dua, yaitu pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah
semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas
wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Pengertian SDM dalam arti mikro
secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota
suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja, dll.
Jadi, sumber daya manusia (SDM) adalah semua orang yang terlibat yang bekerja
untuk mencapai tujuan perusahaan.
4.5.2. Komponen Sumber Daya Manusia.
Hasibuan (2002, p12) membagi komponen SDM menjadi:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-107
1. Pengusaha, ialah setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk
memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu
tergantung pada laba yang dicapai perusahaan tersebut.
2. Karyawan, ialah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) untuk mengerjakan
pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi yang besarnya
telah ditetapkan terlebih dahulu (sesuai perjanjian). Posisi karyawan dalam
suatu perusahaan dibedakan menjadi :
Karyawan Operasional, ialah setiap orang yang secara langsung harus
mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan.
Karyawan Manajerial, ialah setiap orang yang berhak memerintah
bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah.
3. Pemimpin, ialah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab
atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.
4.5.3. Definisi SDM
Sumber Daya Manusia(SDM) adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu
organisasi(disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya.
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan
berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis,
yang dapat diwujudkan menjadi potensinyata(real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi
4.5.4. Jenis dan Klasfikasi SDM
Sesuai fungsinya, didalam perusahaan ada dua macam tenaga kerja :
Tenaga eksekutif, mengambil keputusan dan melaksanakan fungsi organik
manajemen.
Tenaga operatif, tenaga terampil, menguasai pekerjaan, sehingga tugas dapat
dilaksanakan dengan baik. Ada tiga tenaga terampil yaitu :
Tenaga terampil ( skilled labor );
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-108
Tenaga setengah terampil ( semi skilled labor );
Tenaga tidak terampil ( unskilled labor ).
Tenaga Kerja menurut Jenis Kelamin: Terbagai atas tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja pria. Pengelompokan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin ini pada
dasarnya agar kualitas produksi bisa terjamin karena adanya kesesuaian antara tenaga
dengan jenis pekerjaannya.
Berdasarkan kualitasnya tenaga kerja terbagi atas:
a. Tenaga kerja terdidik/ahli yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian yang diperoleh
dari jenjang pendidikan formal seperti dokter, notaris, arsitektur dan sebagainya.
b. Tenaga kerja terampil/terlatih yaitu tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang
diperoleh dari pengalaman atau kursus-kursus seperti monitor, tukang las.
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terampil yaitu tenaga kerja yang tidak
memiliki kemampuan tertentu. Tenaga kerja tersebut hanya mengandalkan
kemampuan kekuatan fisik seperti Kuli Panggul, Tukang Gali, Tukang Becak.
Sedangkan berdasarkan lapangan pekerjaannya, tenaga kerja dikelompokkan
menjadi:
a. Tenaga kerja profesional adalah tenaga kerja yang umumnya mempunyai
pendidikan tinggi yang menguasai suatu bidang Ilmu Pengetahuan Khusus, seperti
arsitektur, dokter.
b. Tenaga kerja terampil (terlatih) tenaga yang memiliki keterampilan khusus dalam
bidang tertentu yang diperoleh dari pendidikan seperti pendidikan menengah plus
sampai setara Diploma 3, seperti tenaga pembukuan.
c. Tenaga kerja biasa adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan keterampilan
khusus dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti tukang gali sumur.
4.5.5. Peran SDM dalam Teknopolitan
Salah satu strategi dalam pelaksanaan MP3EI adalah pengembangan kapasitas
SDM dan Iptek yang sesuai di setiap koridor ekonomi. Inisiatif strategik dalam
pelaksanaan strategi ini diantaranya adalah merevitalisasi Puspiptek menjadi science
and technology park, pengembangan industrial park, pembentukan klaster inovasi
daerah untuk pemerataan pertumbuhan, pengembangan industri strategis pendukung
konektivitas, dan penguatan aktor inovasi (SDM dan inovasi). Diharapkan dengan
adanya program strategik pengembangan kapasitas SDM dan Iptek di setiap koridor
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-109
ekonomi sebagaimana terdapat dalam MP3EI, akan dapat menyelesaikan permasalah-
permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan iptek nasional.
Teknopolitan merupakan suatu kawasan khusus yang dibangun berdasarkan
komitmen memiliki satu atau lebih sentra kegiatan iptek yang mampu mewujudkan
keterkaitan antara lembaga pendidikan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan,
dan industri yang merupakan wahana penguatan jaringan inovasi dalam kerangka
sistem inovasi. Atau dalam pengertian yang lebih sederhana Teknopolitan adalah
adalah suatu kawasan khusus yang berfungsi sebagai wahana jaringan antara sentra-
sentra kegiatan iptek, lembaga pendidikan tinggi, lembaga litbang, dan industri, dalam
melakukan aktivitas-aktivitas penguatan sistem inovasi.
Pembangunan wilayah yang mengusung konsep teknopolitan saat ini sedang berjalan. Konsep teknopolitan menjadi pilihan daerah untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi wilayah. Kabupaten Pelalawan saat ini sedang mengadopsi
konsep teknopolitan untuk membangun wilayahnya. Tetapi pembangunan teknopolitan
ini belum didukung oleh pengembangan SDM, terutama SDM di sekitar pembangunan
kawasan teknopolitan.
Peranan SDM dalam mengembangkan kawasan teknopolitan :
Linkage Academic-Business (Industry)-Government.
Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada
penemuan baru, inovasi dan komersialisasi teknologi.
SDM mau maju dan bekerja keras untuk membangun teknopolitan.
Memberdayakan masyarakat melalui pendidikaan, pelatihan dan pelibatan
dalam pemanfaatan dan pengembangan iptek.
Menjadi pusat transfer teknologi kepada masyarakat.
Mendorong perkembangan ekonomi dan budaya berbasis pengetahuan dan
teknologi.
Berbagai cara dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi SDM yaitu
melalui:
Pendidikan dan Pelatihan. Pelatihan dapat dilakukan secara internal maupun
bekerjasama dengan pihak lain.
Coaching, Counselling, dan mentoring.
Benchmarking.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-110
On the job training.
Magang.
Delegasi Tugas.
4.5.6. Profil SDM, Sosial Budaya dan Sapras Pendidikan.
A. Profil SDM Kabupaten Pelalawan.
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan di
kabupaten Pelalawan adalah Sumber Daya Manusia atau kependudukan, yang meliputi
antara lain jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk.
a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk.
Jumlah penduduk kabupaten Pelalawan pada akhir tahun 2010 sebanyak 303.021 jiwa dimana 159.247 jiwa (52,55%) merupakan laki-laki dan perempuan sebanyak
143.774 jiwa atau 47,45%, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
2011 berjumlah 321.947 jiwa, terdiri dari 169.282 jiwa laki-laki (52,58%) dan
152.665 jiwa perempuan (47,42%). Pertumbuhan penduduk kabupaten Pelalawan
dari tahun 2000 sampai dengan pertengahan tahun 2011 dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 4.28 Laju Pertumbuhan Penduduk Kab. Pelalawan Tahun 2000-2011
179,199
208,373223,256230,665
256,644271,662280,197285,813
303,021321,947
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-111
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun dalam kurun waktu 2002 –
2011 adalah 6,73 persen. Angka tersebut mencerminkan laju pertumbuhan penduduk
yang sangat tinggi, jumlah penduduk kabupaten Pelalawan meningkat hampir dua kali
lipat selama periode sepuluh tahun. Tingginya laju pertumbuhan penduduk tersebut
dapat dilihat pada gambar 4.24, lonjakan jumlah penduduk mulai terjadi setelah
pemekaran kabupaten Pelalawan yang terpisah dari kabupaten Kampar.
b. Sebaran Penduduk.
Sebagian besar penduduk Pelalawan berdomisili di Ibukota kabupaten yaitu di Kec.
Pangkalan Kerinci sebanyak 23,88%, sisanya menyebar di kecamatan-kecamatan
lainnya. Kecamatan Bunut paling sedikit dihuni dengan jumlah penduduk 12.505
jiwa (3,90%).
Gambar 4.29 Distribusi Penduduk di kabupaten Pelalawan Menurut Kecamatan
Keadaan Pertengahan Tahun 2011
c. Rata-rata Anggota Rumah Tangga.
Jumlah rumah tangga di kabupaten Pelalawan pada pertengahan tahun 2011
sebanyak 83.648 rumah tangga atau rata-rata 4 jiwa per rumah tangga. Seperti
halnya jumlah penduduk jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan
Pangkalan Kerinci yaitu sebanyak 20.682 rumah tangga disusul Kec. Pangkalan
7,33
23,88
5,9514,8910,55
8,33,9
5,06
4,075,5
6,09 4,48Langgam
Pangkalan Kerinci
Bandar Sei Kijang
Pangkalan Kuras
Ukui
Pangkalan Lesung
Bunut
Pelalawan
Bandar Petalangan
Kuala Kampar
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-112
Kuras sebanyak 12.427 rumah tangga. Sementara rumah tangga paling sedikit di
kecamatan Bunut yaitu sebanyak 3.311 rumah tangga.
d. Rasio Jenis Kelamin.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Pelalawan pada pertengahan tahun 2011
sebesar 111. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada
perempuan. Berdasarkan kecamatan, Kecamatan Ukui memiliki rasio jenis kelamin
terbesar bila dibandingkan dengan kecamatan lain di kabupaten Pelalawan, yaitu
sebesar 116. Sedangkan kecamatan yang memiliki rasio jenis kelamin terkecil
adalah kecamatan Bandar Petalangan, yaitu sebesar 106 yang mencerminkan
perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan yang relatif seimbang di
kecamatan Bandar Petalangan.
e. Kepadatan Penduduk.
Luas wilayah kabupaten Pelalawan 13.924,94 km2 dengan kepadatan penduduk
pertengahan tahun 2002 adalah 14 jiwa per km2 kemudian pada pertengahan
tahun 2011 meningkat hampir dua kali lipat menjadi 23 jiwa per km2. Kecamatan
terpadat adalah Kec. Pangkalan Kerinci sebesar 397 orang per km2 dan yang
terjarang adalah Kec. Teluk Meranti yaitu hanya tiga orang per km2.
f. Komposisi Penduduk.
Kabupaten Pelalawan memiliki jumlah penduduk terbesar pada kelompok usia
produktif. Dari 321.947 penduduk kabupaten Pelalawan pada pertengahan tahun
2011 sebanyak 206.696 jiwa (64,20 persen) yang terdiri dari 109.902 jiwa laki-laki
dan 96.794 jiwa perempuan merupakan penduduk dengan usia produktif (15 -64
tahun).
Tabel 4.25 Penduduk Kabupaten Pelalawan menurut Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur Produktif Keadaan Pertengahan Tahun 2011
Kelompok Umur
Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan
0 – 4 21.635 20.466 42.101 5 – 14 35.200 32.959 68.159 15 – 44 91.473 82.286 173.759 45 – 64 18.429 14.508 32.937
65+ 2.545 2.446 4.991 Jumlah 169.282 152.665 321.947
Sumber : Proyeksi Penduduk SP 2011
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-113
Penduduk dalam usia sekolah dikelompokkan menjadi 4 kelompok, Sekolah
Dasar/sederajat (7 – 12 tahun), SMP/sedeajat (13 – 15 tahun), SMA/sederajat (16 –
18 tahun) dan Perguruan Tinggi (19 – 24 tahun). Komposisi penduduk usia sekolah di
kabupaten Pelalawan pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Dilihat dari kelompok umur penduduk Kab. Pelalawan tengah berada dalam
Bonus Demografi, dimana kelompok usia produktif jauh lebih besar dari kelompok usia
non prduktif, yaitu 64,29%. Pembagian kelompok umur secara rinci dapata dilihat pada
gambar berikut
Sumber: BPS, 2011
Gambar 4.30 Distribusi Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kelompok Umur
Produktif Tahun 2010
Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk di kabupaten Pelalawan, komposisi
penduduk usia kerja, juga akan mengalami peningkatan. Keadaan tersebut jika tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai akan
mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran.
Komposisi tenaga kerja dapat tercerminkan dari besaran TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja). Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan
tenaga kerja (labour supply) yang tersedia di pasar. Tahun 2010 TPAK Pelalawan
tercatat 61,36 %, artinya lebih dari pertiga penduduk Pelalawan berada pada pasar
34,25%
64,20%
1,55%
0 - 14
15 - 64
65+
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-114
tenaga kerja. Sedangkan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) selalu meningkat selama
tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan peluang di pasar tenaga kerja semakin
terbuka.
Tabel 4.26 Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Pelalawan 2008-2010
Uraian 2008 2009 2010 TPAK (%) 64,41 66,92 61,36 TPT (%) 6,75 6,41 4,69 TKK (%) 93,63 93,85 95,31 Penduduk Usia Produktif (%) 64,6 64,2 63,9 Angka ketergantungan 1,82 1,82 1,77
Sumber : Sakernas, 2010
Angka ketergantungan terus mengalami penurunan sejak tiga tahun terakhir.
Tahun 2010 angka ketergantungan tercatat 1,77 berkurang bila dibandingkan tahun
2008 yang mencapai 1,82. Artinya beban yang ditanggung oleh penduduk pada usia
produktif (15 – 64 tahun) cenderung semakin ringan. Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) menunjukkan grafik yang menurun sejak tahun 2008.
Sumber : Sakernas (diolah)
Gambar 4.31. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Pelalawan (%)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-115
Pada tahun 2010 pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Pelalawan berjumlah 10.941 jiwa terdiri dari 5.673 laki-laki (51,85%) dan perempuan
5.268 orang (48,15%). Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar
pencari kerja yang terdaftar adalah tamatan SMU atau juga sederajat sebanyak 1.410
jiwa (12.89%) dan tamatan Sarjana Muda (D1, D2 atau D3) yang mencapai 5.306 jiwa
(48,49%). Besarnya jumlah pencari kerja tamatan SMU dan yang sederajat serta D1-
D3 mengindikasikan bahwa perlu diciptakan lapangan kerja yang mampu menampung
pekerja dengan kualifikasi tamatan SMU hingga D3.
Tingkat Pendidikan.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri,
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan adalah asas, dasar atau pondasi yang memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan rangka untuk menciptakan pendidikan yang
berkualitas dan bermutu.
Penddikan menjadi faktor utama/penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia khususnya dalam proses pembangunan suatu daerah> Begitu juga
dengan Kabupaten Pelalawan. Keseriusan pemerintah dalam memajukan
pendidikan tercermin daru usaha untuk menyediakan sarana dan prasana
pendidikan seperti gedung sekolah, kelas, penydiaan buku termasuk peningkatan
kemampuan guru.
Angka rata-rata sekolah di kabupaten Pelalawan pada pertengahan tahun 2011
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.27 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten
Pelalawan Tahun 2010
Kelompok Jenjang Jenis Kelamin Jumlah
Umur Pendidikan Laki-laki Perempuan
7 – 12 SD/Sederajat 19,005 20,865 39,870 13 – 15 SMP/Sederajat 10,206 8,196 18,402
16 – 18 SMA/Sederajat 6,473 6,573 13,046
19 – 24 Perguruan Tinggi 16,885 16,679 33,564
Jumlah 52,572 52,317 104,887
Sumber : BPS, Data Susenas 2010
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-116
Lama sekolah selama tiga tahun terakhir berada di kisaran 6 – 8 tahun. Ini
menandakan masih membutuhkan usaha keras dari semua pihak untuk mencapai
pendidikan dasar 9 tahun. Sedangkan untuk angka melek huruf tahun 2009 cukup
tinggi. Persentasenya mencapai 98,39% untuk laki-laki dan 96,52 untuk
perempuan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta
dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya.
Pembangunan pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteran penduduk secara
keseluruhan dan berkesinambungan. Pembangunan harus mengutamakan
penduduk sebagai pusat perhatian. Pembangunan dimaksudkan untuk
memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan
pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus
terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja. Pembangunan manusia bukan hanya memperhatikan pada upaya
meningkatkan kemampuan (kapalitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya
memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.
Dengan demikian konsep pembangunan manusia harus menjadi semacam model
pembangunan tentang penduduk, untuk penduduk, dan oleh penduduk.
- Tentang penduduk; berupa investasi di bidang pendidikan, kesehatan dan
pelayanan sosial lainnya;
- Untuk penduduk; berupaya penciptaan peluang kerja, melalui perluasan
(pertumbuhan) ekonomi dalam negeri; dan
- Oleh penduduk; berupa untuk memperkuat (empowerment) penduduk
dalam menentukan harkat manusia dengan cara berpartisipasi dalam proses
politik dan pembangunan.
Menurut United Nation Development Program (UNDP), pembangunan manusia
salah satunya berupa suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
manusia (“a process of enlarging people’s choices”). Ini berarti fokus
pembangunan adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu
negara Konsep pembangunan tersebut pada dasarnya mencakup dimensi
pembangunan yang sangat luas. Lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya
menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-117
Dalam Human Development Report (HDR) tahun 1990 yang mengatakan
pembangunan manusia (productivity), pemerataan (equity), kesinambungan
(sustainability) dan pemberdayaan (empowerment). Dengan peningkatan keempat
komponen tersebut maka manusia akan menjadi agen pertumbuhan yang efektif.
IPM merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran umum dari
pencapaian pembangunan dan penentuan priorotas-prioritasnya yang dicapai oleh
suatu wilayah. Pencapaian pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan
yang berwawasan manusia yaitu pembangunan yang bertujuan untuk memperluas
peluang. Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan kabupten Pelalawan yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mutu pendidikan, serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan sehingga salah satu misi pembangunan kabupten Pelalawan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dapat terwujud dengan meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang
pendidikan dan kesehatan.
Pembangunan pendidikan di kabupaten Pelalawan membutuhkan proses panjang
untuk meningkatkan daya saing masyarakat kabupaten Pelalawan. Berbagai
terobosan program dan kegiatan dilaksanakan sampai dengan tahun 2010 telah
memberikan hasil yang menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten Pelalawan yang
semakin meningkat setiap tahunnya.
IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan
masyarakat yang dianggap sangat mendasar yaitu bidang kesehatan yang diukur
dengan angka harapan hidup, bidang pendidikan yang diukur dengan angka melek
huruf dan rata-rata lama sekolah serta ekonomi yang diukur dengan paritas daya beli.
Hasil penghitungan angka harapan hidup kabupaten Pelalawan menghasilkan
kesimpulan bahwa penduduk di kabupaten Pelalawan memiliki peluang hidup pada
tahun 2010 hingga umur 68,82 tahun. Angka harapan hidup ini berlaku pada
manusia yang masih berumur nol tahun atau baru lahir. Dengan kata lain, seorang
bayi yang baru lahir di kabupaten Pelalawan pada tahun 2010 memiliki harapan
untuk hidup hingga 68,82 tahun ke depan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten Pelalawan, dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-118
Tabel 4.28 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Angka Harapan Hidup (AHH), Tahun 68,3 68,7 68,6 68,7 68,82
Angka Melek Huruf (AMH), % 93,6 94,0 97,6 98,4 98,46
Rasio Lama Sekolah (RLS), Tahun 7,3 7,7 7,9 8,0 8,21
Paritas Daya Beli 615,7 618,4 623,7 628,2 631,0
IPM 70,0 70,8 72,1 72,7 73,18
Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) diharapkan dapat
mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk. Di kabupen
Pelalawan sebesar 98,46% penduduk dapat membaca huruf latin dan/atau huruf
lainnya. Sementara rata-rata lama sekolah penduduk kabupetn Pelalawan adalah
selama 8,21 tahun. Sebagai perbandingan, angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah pada tahun 2009, berturut-turut sebesar 98,44% dan 7,85 tahun.
Kemampuan daya beli masyarakat kabupaten Pelalawan pada tahun 2010
adalah sebesar Rp. 630.990,- per orang setiap bulannya. Angka tersebut lebih
tepat disebut sebagai konsumsi per kapita per bulan yang telah disesuaikan,
artinya daya beli yang dimiliki oleh rata-rata seorang penduduk di kabupaten Pelalawan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 630.990,- setiap bulannya, dimana
nilai tersebut masih jauh dibawah pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB
kabupaten Pelalawan yaitu sebesar Rp. 831.682,- per bulan (masih dibawah Upah
Minimum Kabupaten/UMK tahun 2010 sebesar Rp. 1.020.000,- per bulan.
Tingkat pencapaian pembangunan manusia di kabupaten Pelalawan yang
digambarkan oleh indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2010 telah terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2009. IPM Pelalawan tahun
2010 sebesar 73,18 sementara IPM tahun 2009 sebesar 72,69.
Peningkatan IPM tersebut menandakan arah pembangunan daerah yang mulai
berpihak kepada peningkatan kualitas hidup manusia di kabupaten Pelalawan. Akan
tetapi peningkatan indeks ini masih rendah bila dibandingkan dengan daerah lain di
Indonesia, sehingga tidak sungguh-sungguh mencerminkan suatu peningkatan
prestasi. Sebab otonomi pembangunan daerah pada era globalisasi membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang juga sanggup untuk bersaing
dengan daerah lain.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-119
B. Profil Sosial Budaya Kabupaten Pelalawan.
Profil Sosial Budaya Kabupaten Pelalawan mencakup pendidikan, kebudayaan
dan olah raga, kesehatan, keluarga berencana, agama dan sosial lainnya.
a. Pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi pembangunan di Kabupaten
Pelalawan dan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
ketrampilan sumber daya manusia di Kabupaten Pelalawan. Kualitas sumber daya
manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan, guna meningkatkan kualitas
pendidikan ini dibutuhkan sarana pendidikan dan penyediaan guru yang memadai.
Selain tersedianya sarana pendidikan berupa gedung sekolah, keberhasilan pembangunan sekolah, keberhasilan pembangunan pendidikan juga ditentukan
dengan ketersediaan tenaga pengajar atau guru. Analisis lebih lanjut tentu tidak
hanya melihat ketersediaan guru tapi juga kualitas dan tingkat kemampuan
mentransfer ilmu ke anak didik. Sampai saat ini sarana pendidikan yang ada
adalah Taman Kanak-Kanak (TK) negeri 120 buah dengan jumlah guru sebanyak
439 0rang dan jumlah murid TK sebanyak 5.385 orang. Sekolah dasar (SD) Negeri
dan Swasta berjumlah 211 unit dengan jumlah guru sebanyak 2.875 orang dan
murid sebanyak 38.532 orang. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri
dan Swasta sebanyak 66 unit dengan jumlah guru sebanyak 1.068 orang dan
murid sebanyak 1.068 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 16
unit dengan jumlah guru sebanyak 441 orang dan murid sebanyak 4.648 orang.
Sementara sekolah menengah Kejuruan (SMK) berjumlah 13 unit dengan jumlah
guru sebanyak 368 orang dan murid sebanyak 3.218 orang.
b. Kesehatan.
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan
meningkatkan pelayanan ini diharapkan agar dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya yang dilakukan kabupaten Pelalawan untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat antara lain seperti penyediaan
berbagai fasilitas kesehatan (puskesmas, puskesmas pembantu, tenaga media dan
lain-lain). Sara kesehatan yang ada di Kabupaten Pelalawan tercatat sampai
dengan tahun 2010 berupa rumah sakit negeri 1 buah, rumah sakit swasta 3
buah, praktek dokter 52 buah, praktek dokter gigi 15 buah, balai pengobatan 52
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-120
buah, rumah bersalin 10 buah, laboratorium kesehatan 15 buah, Puskesmas
Pembantu 40 buah, Poskesdes dan Polindes 34 buah serta Posyandu 336 buah.
c. Agama.
Sesuai dengan falsafah negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan
terhadap Tihan YME senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan untuk membina
kehidupan masyarakat dan mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang
mungkin dapat menghambat kemajuan di Kabupaten Pelalawan. Umtuk
meningkatkan kehidupan beragama dan ke[ercayaan terhadap Tuhan YME
pemerintah Kabupaten Pelalawan telah banyak membangun tempat-tempat ibadah
yang setiap tahunnya cenderung meningkat.
d. Rumah ibadah.
Rumah ibadah yang ada di Kabupaten Pelalawan sampai dengan tahun tahun
2011 :
1. Masjid 378 buah
2. Mushalla 642 buah
3. Gereja 72 buah dan
4. Lainnya 5 buah
Sedangkan jumlah pemeluk agama yang ada di Kabupaten Pelalawan :
1. Islam 286.341 orang
2. Kristen 18.080 orang
3. Katolik 5.351 orang
4. Hindu 294 orang
5. Budha 1.187 orang
6. Lainnya 473 orang
e. Budaya.
Sebagai bekas sebuah kerajaan, Kabupaten Pelalawan kaya akan aktifitas seni dan
budaya masih dipertahankan dan digelar pada kegiatan-kegiatan tertentu baik
pada pemberian gelar pembesar maupun penobatan lainnya sesuai dengan yang
telah diwariskan oleh sultan-sultan terdahulu. Berbagai aktifitas kesenian tumbuh
dan tetap dilestarikan dikalangan masyarakatnya, seperti:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-121
Seni Sastra : Nyanyian Panjang, Pantun, Bidal, Menumbi.
Seni Musik : Calempung, Gambus, Kompang, Gendang, Nafiri, Ketobang,
Gambang.
Seni Tari : Zapin, Joget, Begondang, Belian, Bedowo, Silat Payung.
C. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sampai dengan SLTA.
Sekolah adalah tempat dilahirkannnya SDM berkualitas, oleh karena itu
ketersedia sekolah sudah menjadi kewajiban pemerintah, sebagaimana diamnatkan
dalam UUD’45, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara umum prasarana
sekolah di Kabupaten Pelalawan telah tersedia di setiap kecamatan mulai SD sampai
SLTA, namun sampai saat ini untuk tingkat Diploma dan Sarjana belum ada.
Selain tersedianya sarana pendidikan berupa gedung sekolah, keberhasilan
pembangunan sekolah, keberhasilan pembangunan pendidikan juga ditentukan dengan
ketersediaan tenaga pengajar atau guru. Analisis lebih lanjut tentu tidak hanya melihat
ketersediaan guru tapi juga kualitas dan tingkat kemampuan mentransfer ilmu ke anak
didik. Sampai saat ini sarana pendidikan yang ada adalah Taman Kanak-Kanak (TK)
negeri 120 buah dengan jumlah guru sebanyak 439 0rang dan jumlah murid TK
sebanyak 5.385 orang. Sekolah dasar (SD) Negeri dan Swasta berjumlah 211 unit
dengan jumlah guru sebanyak 2.875 orang dan murid sebanyak 43.111 orang. Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri dan Swasta sebanyak 66 unit dengan jumlah
guru sebanyak 1.063 orang dan murid sebanyak 11.674 orang, Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 19 unit dengan jumlah guru sebanyak 511 orang dan
murid sebanyak 4.874 orang. Sementara sekolah menengah Kejuruan (SMK) berjumlah
13 unit dengan jumlah guru sebanyak 368 orang dan murid sebanyak 3.218 orang.
Tabel 4.29 Banyaknya Sekolah menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kab.
Pelalawan Tahun 2010
Kecamatan Sekolah Negeri SD SMP SMU SMK Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung
17 14 8 28 17 14
4 3 2 7 5 3
2 3 1 2 1 1
0 1 1 1 1 1
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-122
Kecamatan Sekolah Negeri SD SMP SMU SMK Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti
14 14 11 24 21 14
2 5 1 7 3 4
1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 1 0
Jumlah 196 46 16 8 Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2011.
Lulusan sekolah dari SD s/d SLTA yang tidak melanjutkan sekolah akan memasuki dunia kerja. Akan tetapi sekolah yang lulusannya dipersiapkan untuk masuk
dunia kerja adalah SMK, sehingga jumlah lulusan SMK adalah jumlah angkatan kerja
yang bisa menjadi sumber tenaga kerja dari kawasan teknopolitan. Berikut ini adalah
jumlah murid menurut tingkat sekolah.
Tabel 4.30 Jumlah Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah Di Kabupaten
Pelalawan Tahun 2010
Kecamatan Sekolah Negeri SD SMP SMU SMK Langgam 3.354 701 310 0 Pangkalan Kerinci 7.192 1.802 1.512 1.375 Bandar Sei Kijang 2.185 617 178 232 Pangkalan Kuras 7.042 2.236 960 134 Ukui 4.142 1.052 219 126 Pangkalan Lesung 2.289 545 220 383 Bunut 1.539 350 277 159 Pelalawan 1.683 233 68 0 Bandar Petalangan 1.803 315 242 0 Kuala Kampar 2.613 821 322 103 Kerumutan 2.670 659 183 173 Teluk Meranti 2.020 491 157 0 Jumlah 38.532 9.822 4.648 2.685
Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2011
D. Perguruan Tinggi Pertanian dan Perkebunan di Indonesia.
Perkembangan industri CPO di tanah air terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit, sejalan dengan itu perkembangan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-123
lembaga pendidikan baik tingkat menengah maupun tinggi juga terus meningkat, akan
tetapi peningkatan pertumbuhan lembaga pendidikan yang dikhususkan pada industri
kelapa sawit tidak sepesat perkembangan pertumbuhan industri sawit, hal ini ditandai
dengan masih banyaknya rekruitmen tenaga lapangan perkebunan yang berasal dari
perguruan tinggi umum, untuk selanjutnya dilakukan pelatihan khusus perkebunan
kelapa sawit. Demikian juga dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri
pengolahan kelapa sawit. Beberapa perguruan tinggi yang mengkhususkan melakukan
pendidikan di bidang industri kelapa sawit dan turunannya adalah sebagai berikut:
Tabei 4.31 Perguruan Tinggi Pertanian dan Perkebunan di P. Jawa dan Sumatera
No. Perguruan Tinggi /Status
Kota Jurusan
I. Sekolah Kedinanasan 1. Pendidikan Teknologi
Kimia Industri Medan Medan, Sumatera Utara
Kimia Industri Mekanik Industri Tenaga Penyuluh Lapangan
2. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan (STPP Medan); D4
Medan, Sumatera Utara
II. Swasta 1. Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Agribisnis Perkebunan (STIP-AP)
Medan Budidaya Perkebunan Teknologi Pengolahan Hasil
Perkebunan
2. Politeknik LPP Yogyakarta: D3
Yogyakarta Budidaya Tanaman Perkebunan Teknik Mesin Teknik Kimia Akuntansi:
3. Institut Stiper Yogyakarta Fakultas Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
E. Analisis Kebutuhan Sumberdaya Manusia Teknopolitan.
Merujuk pada definisi yang telah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Teknopolitan berfungsi menjadi kawasan untuk
pengelolaan berbagai kegiatan, pelayanan dan fasilitas terkait dengan riset industri,
pengembangan hasil riset/ eksperimen, dan transfer teknologi. Semua ini dilaksanakan
dalam kerangka jaringan inovasi antar aktor akademisi, bisnis, dan pemerintah (ABG) yang berlokasi di kawasan tertentu dan didukung oleh Pemerintah Daerah bekerjasama
dengan perguruan tinggi, pusat-pusat penelitian atau pusat-pusat unggulan. Oleh
karena itu, semenjak tahap awal kegiatan/perencanaan perlu dilakukan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait tersebut.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-124
Sebagai langkah awal dalam menganalisis kebutuhan SDM kawasan
teknopolitan adalah penentuan batasan lingkup kegiatan yang akan dikembangkan di
teknopolitan tersebut untuk menghasilkan produk utama kawasan yang berupa produk
teknologi tinggi tertentu. Berdasarkan keunggulan daerahnya, maka telah
dicanangkan Industri Hilir Sawit (IHS) sebagai penghasil produk utama yang akan
dikembangkan di kawasan teknopolitan di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang dituangkan dalam Kebijakan
Pembangunan Industri Nasional, Pemerintah telah menetapkan bahwa industri
berbasis CPO (crude palm oil / minyak sawit) sebagai prioritas ”yang
pengembangannya dapat dilakukan dengan pendekatan klaster” (Roadmap Industri
Pengolahan CPO, 2009).
Kementerian Perindustrian mengelompokan industri CPO kedalam tiga
kelompok:
1) Kelompok Industri Hulu, yaitu perkebunan kelapa sawit yang menghasilkan buah
kelapa sawit atau tandan buah segar. Selanjutnya tandan buah segar diproses
menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (palm kernel oil-PKO).
Kedua jenis minyak sawit tersebut merupakan output dari industri hulu dan
menjadi input bagi kelompok industri antara.
2) Kelompok Industri Antara meliputi antara lain industri olein, stearin, oleokimia
dasar (fatty acis, fatty alcohol, fatty amines, methyl esther, glycerol). Produk-
produk dari industri antara menjadi input untuk industri hilirnya.
3) Kelompok Industri Hilir. Dari 100 jenis produk hilir yang telah dapat dihasilkan pada
skala industri, baru 23 jenis yang sudah diproduksi secara komersial di Indonesia
(untuk pangan dan non pangan).
Produk hilir kategori pangan adalah minyak goreng, minyak salad, shortening,
margarine, cocoa butter substitute (CBS), vanaspati, vegetable ghee, food
emulsier, fat powder dan es krim.
Produk hilir kategori non pangan antara lain surfaktan, bio diesel dan oleokimia
turunan lainnya.
Dalam kajian ini pembahasan tentang kelompok industri antara digabungkan
kedalam kelompok industri hilir (industri turunan CPO), sehingga pengelompokan
disederhanakan menjadi menjadi kelompok industri hulu dan industri hilir sawit. Dari
prospek potensi bahan baku, industri oleokimia (oleochemica)l merupakan green
industry dengan bahan baku terbarukan dapat di dorong menjadi industri yang besar.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-125
Produk yang dihasilkan merupakan produk yang ramah lingkungan dan baik untuk
dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Walaupun pada saat ini kapasitas terpasang industri oleokimia dasar dunia jauh
lebih besar dari kebutuhan oleokimia dunia, namun permintaan dunia akan produk
oleokimia terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan permintaan oleokimia dunia
dengan laju rata-rata sekitar 5% pertahun. Produsen oleokimia dasar sebagian besar
berada di wilayah Asia, dengan tingkat pertumbuhan produksi sekitar 7,1 % pertahun,
disusul oleh wilayah Amerika 2,4 %, dan Eropa 1,3 %. Secara menyeluruh
pertumbuhan produksi oleokimia dunia hingga tahun 2010 mencapai 3,7 % pertahun
(Departemen Perindustrian, 2009).
Sebagai “payung” regulasi untuk pengembangan industri oleokimia adalah kerangka pengembangan industri pengolahan CPO yang tercantum dalam salah satu
dokumen kebijakan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia tahun 2009, yaitu
Roadmap Industri Pengolahan CPO . Industri inti yang dikembangkan baik dalam
jangka menengah (2010-2014) maupun jangka panjang (2015-2025) adalah:
oleokimia, biodiesel, minyak goreng, dan margarine. Adapun industri pendukung
meliputi: CPO, PKO, kemasan, bahan kimia, bleaching earth, karbon aktif, mesin dan
peralatan. Sedangkan industri terkait mencakup: pembersih, tinta, pewarna, cat,
surfaktan, varnish, plasticizer, plastic, pelumas, shortening, sabun, farmasi, kosmetik,
produk perawatan tubuh, dan makanan.
Strategi yang dicanangkan untuk sektor industri pengolahan CPO adalah:
diversifikasi produk kearah oleokimia dan turunannya, meningkatkan jaminan pasokan
CPO untuk industri dalam negeri, dan ekspansi ekspor. Adapun strategi bidang
teknologi adalah melakukan adaptasi teknologi dengan lisensi dari sumber perusahaan multi nasional (MNC) dan mendorong kemampuan pengembangan indigenous R&D
(litbang dalam negeri).
Selanjutnya telah disusun rencana aksi pengembangan industri pengolahan
CPO untuk jangka menengah dan panjang, diantaranya adalah melakukan diversifikasi
produk oleokimia yang bernilai tambah tinggi, melakukan inovasi produk dan teknologi
melalui peningkatan litbang, dan memberikan insentif bagi pelaku litbang produk
turunan kelapa sawit. Untuk mewujudkan rencana tersebut diperlukan beberapa unsur
penunjang yaitu peningkatan teknologi, pasar, sumberdaya manusia (SDM), dan
infrastruktur. Khusus untuk SDM, rencana pengembangannya dalam jangka panjang
adalah untuk 1) meningkatkan kemampuan SDM di bidang oleokimia, bioteknologi, dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-126
biomassa; 2) meningkatkan peran lembaga litbang dan perguruan tinggi untuk
meningkatkan mutu produk.
F. Kebutuhan SDM Industri Hilir Sawit.
Diasumsikan bahwa industri yang akan dikembangkan di Kawasan Teknopolitan
Pelalawan adalah industri turunan CPO – oleokimia, dimana bahan baku CPO sudah
diproduksi di luar kawasan teknopolitan Pelalawan. Proses yang ada pada industri
oleokimia meliputi: rafinasida, fraksionasi, spliting, destilasi, hidrogasi, pemekatan dan
pemurnian. Produk yang dihasilkan oleh industri oleokimia adalah: 1) produk hulu:
glycerin dan asam lemak (fatty acid), 2) produk hilir: glycerin, asam stearat, asam
laurat, asam palmitat, sabun, methyl esther, dan amine.
Mengingat industri oleokimia yang akan dikembangkan di kawasan TP adalah
industri baru, maka untuk mengetahui kebutuhan SDM/tenaga kerja dilakukan melalui
studi banding dengan industri sejenis. Mengacu pada suatu studi kelayakan yang
pernah dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai - Provinsi Sumatera Utara, untuk
industri oleokimia dengan kapasitas bahan baku 180.000 ton CPO per tahun, maka dari
90 % bahan baku CPO dihasilkan sekitar 90 % asam lemak, sabun, methyl esther,
amine, serta glycerin. Untuk mengelola 180.000 ton CPO/tahun diperlukan kawasan
industri/lahan seluas dua hektar dan tenaga kerja sekitar 858 orang, yang terdiri dari
69 staf dan 789 orang karyawan pelaksana/buruh. Konfigurasi tersebut dapat
diterapkan untuk mengetahui kebutuhan SDM secara umum/garis besar dalam
pengembangan industri pengolahan CPO dan turunannya di Teknopolitan Pelalawan.
Namun untuk mengetahui kebutuhan SDM yang lebih rinci perlu dilakukan kajian
khusus, bahkan sampai ke tahap studi kelayakan investasi.
Perhitungan lain yang dapat menjadi rujukan dalam menganalisis kebutuhan
SDM adalah dari PT, Flora Sawita Chemindo – Medan, produsen glycerin. Pada tahun
2005 memproduksi 18.509,48 ton glycerin menggunakan 3.643,57 jam kerja (Efi
Herawati, 2008). Jika seorang pekerja bekerja selama delapan jam per hari, maka
diperlukan sekitar 455 orang tenaga kerja/tahun.
Tenaga kerja di pabrik atau industri pengolahan CPO dan turunannya (termasuk
pabrik oleokimia) dikelompokan sebagai Staf dan Non Staf. Kelompok staf terdiri dari:
general manager, manager (pabrik), dan asisten manager (pabrik) dengan pendidikan
terendah Sarjana Strata Satu (S1). Kelompok non staf terdiri dari supervisor, team
leader/foreman, operator dan technician. Supervisor dan team leader minimum
berpendidikan setingkat Diploma 3 (D3), sedangkan untuk tenaga operator
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-127
berpendidikan Sekolah Menengah Atas Kejuruan (SMK atau STM). Disamping itu
adapula SDM laboratorium setingkat operator, terdiri dari analis (level lebih tinggi) dan
inspektor; serta SDM bidang administrasi dan keuangan.
Analisis kebutuhan SDM untuk kawasan industri secara umum, apapun jenis
industri /manufakturnya dapat merujuk pada Peraturan Menteri Perindustrian R.I. No:
35/M-IND/ PER/3/2010 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri.
Diasumsikan kawasan industri dapat menyerap 100 tenaga kerja per hektar, maka
dalam jangka panjang kawasan Teknopolitan Pelalawan dengan zona industri seluas
600 hektar diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 60.000 orang. Jika
diasumsikan komposisi manager : staf : buruh adalah 3% : 21% : 77%, maka dalam
jangka panjang dibutuhkan 1.800 manager, 12.600 staf, dan 45.600 karyawan pelaksana/buruh.
Berdasarkan peramalan tenaga kerja (manpower forecasting) yang dilakukan
oleh Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) pada tahun 2011 akan kebutuhan SDM di
industri hilir CPO di Indonesia, maka pada tahun 2015 diperlukan 326.630 orang SDM
teknik (diluar direksi, bidang keuangan dan administrasi), 583.240 orang pada tahun
2030 dan 1.548.336 orang pada tahun 2050. Peramalan SDM tersebut didasarkan pada
komposisi jabatan tenaga kerja teknik (lihat Tabel 4.29).
Sebagai catatan, peramalan SDM tersebut didasarkan pada tambahan luas
perkebunan kelapa sawit, bukan pada jumlah input CPO yang diproses atau jumlah
output industri hilir CPO yang dihasilkan. Selain itu, peramalan berlaku secara nasional
(aggregat) mencakup beberapa provinsi, sehingga perlu diturunkan lebih lanjut
(dirinci) untuk tingkat provinsi, bahkan sampai kabupaten.
Walaupun demikian, peramalan SDM ini masih dapat memberikan indikasi kepada Kabupaten Pelalawan akan adanya persaingan dalam pengadaan SDM teknik
untuk pengembangan Teknopolitan Pelalawan yang berbasis industri pengolahan CPO
di masa depan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan perlu
menyusun perencanaan SDM yang diperlukan, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait
sehingga terjalin kolaborasi antara Pemerintah – Akademisi/Dunia Pendidikan – Dunia
Usaha.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-128
Tabel 4.32 Perkiraan Kebutuhan SDM Teknik di Industri Hilir CPO (Orang)
Distribusi Jumlah Kebutuhan SDM (Orang) No Jabatan (%) Tahun
2015 Tahun 2030
Tahun 2050
1. Operator + Technician (shift) 98,00 320.125 571.625 1.517.500 2. Foreman (shift) + Lab 1,18 3.842 6.860 18.210 3. Supervisor (shift) 0,55 1.793 3.201 8.498 4. Assistant Manager 0,20 640 1.143 3.035 5. Factory Manager 0,07 230 412 1.093 Jumlah Kebutuhan SDM 100 326.630 583.240 1.548.336
Sumber: DMSI, 2011 (dalam Purwadi, Dr. Ir. MS, 2012)
Perkiraan kebutuhan akan SDM di Teknopolitan Pelalawan secara kuantitatif
masih memerlukan kajian yang lebih mendalam terkait dengan rencana produksi, jenis
teknologi dan konfigurasi permesinan terpasang. Namun secara kualitatif SDM
Industrial dapat dibedakan sebagai berikut:
a) SDM bidang produksi, teknis administrasi, yang dapat dipenuhi oleh SDM lulusan
SLTA, lulusan program-program Diploma I, II, maupun D III. Dapat juga oleh
lulusan lembaga-lembaga pendidikan non formal, yaitu: kursus-kursus, balai latihan
kerja. Mereka merupakan SDM siap pakai untuk mengisi kebutuhan SDM jenjang
menengah di perusahaan/industri.
b) SDM yang bekerja pada kegiatan khusus yang berkaitan dengan perkembangan
produk, perencanaan strategis, pemasaran, pengawasan mutu/kualitas, dan
sebagainya. Mereka adalah tenaga ahli yang harus mempunyai keahlian khusus,
termasuk pula tenaga kerja di litbang industri. Pengadaan SDM tersebut berasal
dari lulusan perguruan tinggi.
c) Idealnya dapat dihasilkan sarjana-sarjana industri hilir kelapa sawit yang
mempunyai kompetensi berbasis pekerjaan (job compentence based) sebagaimana proses/pekerjaan yang dilakukan di industri terkait, yang meliputi: 1) Refinery
Plant, 2) Fractionation Plant, 3) Hidrogenation Plant, 4) Inter-esterification Plant,
5) Margarine Plant, 6) Esterification Plant (Purwadi, 2012).
d) Lulusan perguruan tinggi yang banyak diperlukan oleh industri hilir sawit/ industri
pengolahan CPO adalah yang berlatar belakang pendidikan teknik, yaitu: teknik
kimia, teknik mesin, teknik elektro, dan teknik industri.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-129
G. Rancangan Pengembangan SDM Teknolopolitan.
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa perencanan SDM sebagai proses
yang secara sistematis mengkaji keadaan sumberdaya manusia untuk memastikan
bahwa jumlah dan kualitas dengan ketrampilan yang tepat, akan tersedia pada saat
mereka dibutuhkan (Mondy & Noe, 1995)”. Atau perencanaan sumber daya manusia
(HR Planning) merupakan proses manajemen dalam menentukan pergerakan sumber
daya manusia organisasi dari posisinya saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa
depan (Eric Vetter dalam Jackson & Schuler (1990) dan Schuler & Walker (1990)).
Definisi-definisi tersebut merupakan definisi perencanaan SDM untuk lingkup
mikro atau lingkup perusahaan. Sedangkan perencanaan SDM kawasan tergolong
perencanaan SDM dalam lingkup makro. Kedua lingkup tersebut mempunyai kesamaan yaitu perencanaan SDM harus didasarkan pada perencanaan yang diinginkan dimasa
mendatang. Perencanaan dimaksud adalah tahapan-tahapan pengembangan
teknolpolitan yang tercantum dalan dokumen roadmap pengembangan teknopolitan
Kab. Pelalawan.
a) Penyediaan SDM Teknolopolitan.
Penyediaan SDM teknopolitan dilakukan dilakukan secara bertahap sesuai
kebutuhan berdasarkan pengembangan teknopolitan. Penyediaan SDM teknopolitan
pada tahap awal pengembangan dilakukan dengan rekruitment dari lulusan perguruan
tinggi yang ada sekarang, baik yang ada di P. Sumatera, maupun yang ada di P. Jawa.
b) Pengembangan Institusi Pengembangan SDM Teknolopolitan.
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian awal laporan ini bahwa konsep
pengembangan Teknopolitan adalah terintegrasinya dunia industri, lembaga riset dan
perguruan tinggi dalam suatu kawasan. Oleh karena itu perguruan tinggi dalam suatu kawasan Teknopolitan tidak hanya sebagai penyedia SDM dalam hal riset bersama
lembaga riset dan industri tetapi juga sebagai penyedia SDM untuk sektor industri
dalam kawasan teknopolitan khususnya dan di luar kawasan pada umumnya. Terkait
dengan tujuan dan waktu perencanaan pengembangan teknopolitan, maka pemilihan
jenis perguruan tinggi menjadi penting.
Berikut ini adalah pembagian pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam
RUU Final tentang pendidikan tinggi yang telah disahkan pada bulan Juli 2012 pasal
15, 16 dan 17:
(1) Pendidikan Akademik.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-130
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan/atau
program pascasarjana yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembinaan, koordinasi, dan pengawasan pendidikan akademik berada dalam tanggung jawab Kementerian.
(2) Pendidikan Vokasi.
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi program diploma yang menyiapkan Mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu
sampai program sarjana terapan.
Pendidikan vokasi dapat dikembangkan oleh Pemerintah sampai program magister terapan atau program doktor terapan.
Pembinaan, koordinasi, dan pengawasan pendidikan vokasi berada dalam
tanggung jawab Kementerian.
(3) Pendidikan Profesi.
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan Mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan
keahlian khusus.
Pendidikan profesi dapat diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi dan bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi
yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi.
Pada tahap awal institusi pendidikan diharapkan dapat menghasilkan lulusan-
lulusan yang mempunyai keterampilan yang dibutuhkan dunia industri di lingkungan
kawasan teknopolitan, oleh karena itu pendidikan tinggi yang sesuai adalah pendidikan
vokasi. Dalam paragraf 2 tentang Program Diploma, Magister Terapan, dan Doktor
Terapan Program Diploma, Magister Terapan, dan Doktor Terapan pasal 21,
dinyatakan:
(1) Program diploma merupakan pendidikan vokasi yang diperuntukkan bagi
lulusan pendidikan menengah atau sederajat untuk mengembangkan
keterampilan dan penalaran dalam penerapan ilmu pengetahuan dan/atau
teknologi.
(2) Program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan Mahasiswa menjadi praktisi yang terampil untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan
bidang keahliannya.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-131
(3) Program diploma sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas program:
a. diploma satu;
b. diploma dua;
c. diploma tiga; dan
d. diploma empat atau sarjana terapan.
Kabupaten Pelalawan sebagaimana digambarkan pada bagian profil SDM
terlihat bahwa tingkat rata-rata usia sekolah baru 8,2 tahun yang berarti belum tamat
SMP, dan hanya 2,37% penduduk yang berijasah minimal D4 dari total penduduk
sebanyak 234.359 jiwa, serta berdasarkan hasil penjaringan calon dosen yang akan
disekolahkan S3, (yang nantinya akan menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi
yang akan didirikan di Pelalawan), tidak ada yang putra daerah, hal ini mengindikasikan bahwa Kab. Pelalawan masih sangat kekurangan SDM berpendidikan
tinggi yang berkualitas, khususnya yang pendidikan minimal S2.
Dalam RUU Pendidikan tinggi salah satu syarat tenaga pengajar (Dosen) baik
pendidikan akademik maupun vokasi untuk program diploma, minimal berpendidikan
magister. Akan tetapi khusus pendidikan vokasi dengan program diploma 1 (satu) dan
diploma 2 (dua) dapat menggunakan instruktur yang berkualifikasi akademik minimum
lulusan diploma tiga atau sederajat yang memiliki pengalaman (pasal 21 ayat 5).
Dengan demikian jika tenaga pengajar setingkat master masih sangat terbatas,
maka program pendidikan vokasi yang memungkinkan adalah program diploma baik
tingkat 1 maupun 2. Instruktur praktisi bisa diperoleh dari industri kelapa sawit yang
ada.
Bentuk perguruan tinggi dapat dipilih diantara bentuk-bentuk perguruan tinggi
sebagaimana tercantum dalam UU Pendidikan Tinggi Pasal 59 terdiri dari:
a. Universitas;
b. Institut;
c. Sekolah tinggi;
d. Politeknik;
e. Akademi; dan
f. Akademi Komunitas.
Penjelasan masing-masing bentuk perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-132
a) Universitas merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai
rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat,
universitas dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
b) Institut merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah
rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu dan jika memenuhi
syarat, institut dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
c) Sekolah Tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam
satu rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu dan jika memenuhi syarat, sekolah tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
d) Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
vokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika
memenuhi syarat, politeknik dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
e) Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
vokasi dalam satu atau beberapa cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi
tertentu.
f) Akademi Komunitas merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan vokasi setingkat diploma satu dan/atau diploma dua dalam satu
atau beberapa cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu yang
berbasis keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Dengan memperhatikan kondisi SDM Kab. Pelalawan sebagaimana disebutkan
di atas, maka pemilihan bentuk perguruan tinggi yang paling memungkinkan adalah Akademi Komunitas, karena hanya menyelenggarakan program diploma satu dan atau
dua. Program ini tidak membutuhkan tenaga pengajar dengan tingkat pendidikan S2
akan tetapi cukup tenaga profesional di bidangnya. Bidang ilmu pengetahuan dan atau
teknologi tertentu yang berbasiskan keunggulan lokal sudah barang tentu iptek bidang
perkelapasawitan. Tenaga pengajar bisa diperoleh dari industri kelapa sawit yang ada
di Kab. Pelalawan.
Sedangkan dalam jangka panjang dimana tujuan pendirian perguruan tinggi di
kawasan teknopolitan adalah sebagai berikut:
a) Menghasilkan tenaga terampil dalam bidang industri kelapa sawit tetapi juga
mampu menghasilkan tenaga profesional (hasil pendidikan profesi).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-133
b) Melakukan riset dan pengembangan bersama-sama dengan industri dan
pemerintah dalam pengembangan industri hilir kelapa sawit.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka perlu terdapat perguruan tinggi yang
menghasilkan minimal tingkatt sarjana (S1), pilihannya bisa berupa Universitas,
sekolah tinggi atau institut.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah jurusan dalam lembaga
pendidikan tersebut harus mampu menjwab kebutuhan SDM dalam jangka menengah
dan panjang. Sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dalam industri hlir kelapa sawit
khususnya industri oleo chemical adalah:
Jurusan Teknik Industri.
Jurusan Teknik Mesin.
Jurusan Teknik Kimia.
Jurusan Akutansi.
4.6 Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui gambaran kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam pengembangan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Analisis SWOT, dilakukan dengan menggambarkan kekuatan dan kelemahan dari sisi
internal, serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi dari sisi eksterna. Dengan
matrik SWOT diharapkan dapat merumuskan strategi berdasarkan kondisi internal dan
eksternal yang dihadapi.
Berikut merupakan gambaran kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang dihadapi dalam mengembangkan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
a. Kekuatan.
Dukungan serta komitmen Pemerintah Kabupaten Pelalawan yang
sangat besar, didukung penanggaran daerah sebagai modal dasar
pembangunan Kawasan Teknopolitan, serta surplus PAD yang
merupakan potensi sebagai tambahan modal pembangunan kawasan
teknopolitan.
Kawasan Teknopolitan relative dekat dengan sumber bahan baku
industri kelapa sawit yang melimpah. Luas kebun kelapa sawit Riau
sekitar 320.000 Ha, dengan produksi CPO (2010) 1,5 juta Ton
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-134
Kawasan teknopolitan relatif dekat dengan titik strategis baik untuk
akses transportasi darat, laut dan udara, maupun pusat kota.
b. Kelemahan.
Rata-rata masa sekolah 8,21 (2010). 41 % Anak usia 16 - 18 th
(setingkat SMU) dan 92 % , Anak usia 19 - 21 th (setingkat Perguruan
Tinggi ) sudah tidak sekolah lagi
Tingkat budaya wirausaha masyarkat, dan penguasaan teknologi serta
teknologi transfer yang yang relative masih rendah
Terdapat beberapa area gambut di kawasan yang ditentukan untuk
pembangunan Kawasan Teknopolitan
Infrastruktur khusus, seperti pemodalam ventura serta inkubator teknologi belum tersedia.
Regulasi serta bentuk kelembagaan yang spesifik mengenai Kawasan
Teknopolitan belum ada.
c. Peluang.
Industri kelapa sawit berpotensi memiliki berbagai jenis industri
turunan. Pasar industri turunan kelapa sawit (khususnya oleochemical
dan oleofood) sangat menjanjikan dan bernilai ekonomi tinggi.
Sudah terdapat industri besar yang terkait dengan teknopolitan
(RAPP). Beberapa perguruan tinggi bisa berpartisipasi dalam
pembangunan teknopolitan (Universitas Riau, UTM Malaysia, Instiper
Jogja).
Sistem transportasi di Sumatera merencanakan membangun
infrastruktur yang mendukung aksesibilitas kawasan teknopolitan.
Sudah ada dukungan stakeholder swasta dari Pelalawan Pabrik Kelapa
Sawit (PT. Langgam Inti Hibrindo dan PT. Sinar Agro Raya).
Secara umum iklim bisnis di Provinsi Riau relatif baik, khususnya ikllim
industri kelapa sawit, dan didukung pula dengan banyaknya pemain-
pemain kuat dalam dunia industri kelapa sawit dengan kapasitas besar.
d. Hambatan.
Sering terjadi isu lingkungan, sosial dan HAM yang sering terjadi di
Industri Kelapa Sawit.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-135
Pembiayaan untuk perusahaan baru berbasis teknologi, yang
diharapkan dapat menumbuhkan inovasi, belum berkembang di
Indonesia
Adanya hambatan dalam koherensi kebijakan antara pusat dan daerah.
Berikut merupakan matrik bobot IFAS/IFES serta posisi SWOT Kawasan
Teknopolitan Pelalwan.
Tabel. 4.33. Matrik IFAS - SWOT
No Deskripsi RATING BOBOT BxR
KEKUATAN
1
Dukungan Pemeritah Kabupaten Pelalawan yang
sangat bersar, serta dana pemerintah sebagai modal
dasar pembangunan Kawasan Teknopolitan 4 0.15 0.58
2
Kawasan Teknopolitan dekat dengan sumber bahan
baku 4 0.11 0.42
3 Kawasan Teknopolitan lokasinya sangat strategis 3 0.09 0.28
4
Sudah terdapat beberapa jalan penghubung ke Kawasan, meskipun kondisinya masih perlu
peningkatan 3 0.10 0.29
KELEMAHAN
1
Tingkat pendidikan masih dibawah standar
masyarakat industri 1 0.09 0.09
2
Transfer teknologi relative rendah dengan tingkat
penguasaan teknologi masyarakat. 1 0.07 0.07
3 Jiwa wirausaha yang relatif rendah 2 0.07 0.15
4 Terdapat area gambut di kawasan teknopolitan 2 0.09 0.19
5
Belum terdapat infrastruktur khusus pembangunan
teknopolitan di Kabupaten Pelalawan 2 0.10 0.21
6
Belum terdapat regulasi spesifik terhadap kawasan
teknopolitan 2 0.13 0.26
Total BAIK-RENDAH 2.54
Sumber : Hasil Analisis, 2012
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-136
Tabel. 4.34. Matrik EFAS - SWOT
No DESKRIPSI RATING BOBOT BxR
PELUANG
1
Sudah terdapat pemain kuat industri kelapa sawit di
Provinsi Riau dan sekitarnya. 3
0.07
0.21
2
Iklim bisnis khususnya untuk industri kelapa sawit relatif
baik di Provinsi Riau dan Sekitarnya 3
0.11
0.34
3
Sudah terdapat dukungan stakholder terkait terhadap
pembangunan Kawasan Teknopolitan 3
0.12
0.37
4
Rencana Sistem Transportasi Sumatera akan
mendukung aksesibilitas pembangunan Kawasan
Teknopolitan 3
0.09
0.28
5
Terdapat beberapa perguruan tinggi di sekitarnya yang
mendukung pembangunan Kawasan Teknopolitan 3
0.11
0.33
6 Banyak bentuk industri turunan kelapa sawit 4 0.10 0.39
7
Pasar industri hilir kelapa sawit, khususnya oleofood dan
oleochemical yang cukup menjanjikan. 4
0.11
0.45
HAMBATAN
1
Industri kelapa sawit rawan terdapap isu lingkungan,
sosial dan HAM 1
0.05
0.05
2
Belum terdapat pemodalan untuk industri baru berbasis
teknologi di Indonesia 2
0.10
0.19
3 Koherensi kebijakan Pusat-Daerah 2 0.13 0.26
Total BAIK 2.88
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Berdasarkan matriks tersebut, diperoleh posisi SWOT pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan di kwadran I yang artinya secara eksternal posisinya baik,
sementara dari internal baik-rendah. Berikut ilustrasi SWOT dalam diagram kartesian.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-137
Gambar 4.32 Posisi SWOT Pembangunan Kawasan Teknopolitan
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Berdasarkan analisis kuantitiatif tersebut, secara umum kondisi kekuatan,
kelemahan, peluang serta hambatan dan strateginya digambarkan dalam matrik SWOT
dibawah ini.
Dari hasil matrik SWOT, startegi utama pembangunan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan, adalah:
1) Mendorong pertumbuhan bisnis industri kelapa sawit, khususnya dalam
penciptaan nilai tambah produk turunannya, serta penguasaan pasar.
2) Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat, khususnya dalam menciptakan SDM Ahli dan Terampil untuk medukung industri kelapa sawit.
3) Intensifkan peran pemerintah untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk
meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
4) .. Peningkatan kualitas sumber daya masyarakat baik untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya isu negatif.
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
(2.54,2.88)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan IV-138
Tabel 4.35. Matrik SWOT
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
KEKUATAN (Strength)
Teknopolitan terletak dikawasan yang strategis, dekat dengan bahan baku, dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah
KELEMAHAN (Weakness)
- Tingkat pendidikan masyarakat setempat relatif rendah untuk kategori masyarakat industri
PELUANG (Opportunity) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
- Produk kelapa sawit dan turunannya memiliki potensi market yang besar, didukung pula dengan iklim bisnis kelapa sawit yang baik
Mendorong pertumbuhan bisnis industri kelapa sawit, khususnya dalam penciptaan nilai tambah produk turunannya, serta penguasaan pasar.
Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat, khususnya dalam menciptakan SDM Ahli dan Terampil untuk medukung industri kelapa sawit
ANCAMAN (Threat) STRATEGI S-T. STRATEGI T-O
- Adanya isu lingkungan, sosial, dan HAM terhadap industri sawit
Intensifkan peran pemerintah untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan
Peningkatan kualitas sumber daya masyarakat baik untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya isu negative yang mungkin terjadi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-1
BAB V RENCANA PEMBANGUNAN FISIK
TEKNOPOLITAN PELALAWAN
Langkah awal sebelum merencanakan pembangunan fisik maka perlu
melakukan pengembangan kawasan Teknopolitan melalui perumusan kerangka berfikir
yang lebih jelas biasanya dalam bentuk visi, misi dan tujuan serta kebijakan strategis pengembangan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Sedangkan cita-cita pembentukan kawasan teknopolitan Pelalawan secara
spesifik dirumuskan dalam visi dan misi pembangunan kawasan. Secara rinci rumusan
visi, misi, dan tujuan serta kebijakan strategis pengembangan kawasan teknopolitan
Pelalawan sebagai berikut:
5.1. VISI DAN MISI.
5.1.1. Visi Teknopolitan Pelalawan.
Dengan mendasarkan kepada urgensi pembentukan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan, maka rencana pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan ditetapkan
dengan visi sebagai berikut:
“Menjadi kawasan utama Pelalawan bagi pemajuan dan pemanfaatan iptek dan inovasi berkelas dunia yang ramah lingkungan”
5.1.2. Misi Teknopolitan Pelalawan.
Berdasarkan kepada visi Kawasan Teknopolitan Pelalawan tersebut serta
berlandaskan kepada misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Pelalawan,
selanjutnya misi pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan dirumuskan sebagai
berikut :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-2
1. Mengembangkan SDM berkualitas;
2. Mendorong pengembangan budaya kreatif inovatif masyarakat daerah;
3. Mengembangkan pusat-pusat keunggulan untuk mendorong pemajuan dan
pemanfaatan iptek dan inovasi;
4. Menumbuhkembangkan bisnis-bisnis inovatif;
5. Mendukung pengembangan keunggulan (daya saing) khas daerah;
6. Memberikan pelayanan berbasis iptek; dan
7. Mengelola pembangunan hijau (green development) di kawasan.
5.1.3. Tujuan Pengembangan Teknopolitan Pelalawan.
Pengembangan Kawasan Teknopolitan Pelalawan mempunyai tujuan mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi kolaborasi antar komunitas akademia,
bisnis, pemerintah (ABG) dalam rangka meningkatkan daya saing daerah berbasis
inovasi dan ilmu pengetahuan (konwledge based economy).
5.1.4. Kebijakan Strategis Pengembangan Teknopolitan Pelalawan
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi pengembangan Kawasan
Teknopolitan Pelalawan, Pemerintah Kabupaten Pelalawan menetapkan kebijakan
strategis sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah Kabupaten Pelalawan berkomitmen untuk mewujudkan visi
pengembanganTeknopolitan Pelalawan bedasarkan prinsip-prinsip: Transparansi,
akuntabilitas, dengan mendahulukan tanggung jawab sosial dan pembangunan
berkelanjutan.
2. Membuka peluang bagi masyarakat dan dunia usaha secara luas untuk turut serta berpartisipasi dalam pengembanganTeknopolitan Pelalawan.
3. Mentaati peraturan perundang undangan yang berlaku yang terkait dengan
pengembanganTeknopolitan Pelalawan.
4. Memelihara budaya melayu pelalawan dengan mewujudkan kekayaan budaya
tersebut dalam program pengembanganTeknopolitan Pelalawan.
5. Menggunakan Inisiatif stratejik penguatan sistem inovasi sebagai kerangka
kebijakan pengembangan Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-3
5.2. RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN TEKNOPOLITAN PELALAWAN.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat kegiatan, sistem jaringan serta
sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang
merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan
ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang
secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata
ruang.
Kawasan Teknopolitan Pelalawan ini akan melayani kegiatan dengan skala lokal,
nasional hingga internasional. Adapun lokasi dari Kawasan Teknopolitan Pelalawan ini adalah di Desa langgam Kabupaten Pelalawan. Dipilihnya lokasi ini sebagai Kawasan
Teknopolitan Pelalawan dengan pertimbangan sebagai berikut (lihat Gambar 5.1) :
Lokasi strategis dan dilalui oleh jaringan jalan utama regional antara Provinsi Riau dengan Kabupaten Pelalawan.
Berlokasi di tengah kawasan perkebunan dengan pemanfaatan intensif.
Berlokasi di areal untuk kegiatan komersial dan jasa.
5.2.1. Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kawasan Teknopolitan
Berdasarkan hasil analisis, fungsi dan peran Kawasan Teknopolitan Pelalawan serta strategi pengembangan wilayah, konsep struktur ruang yang sesuai untuk
Kawasan Teknopolitan Pelalawan adalah Pusat Tunggal.
Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan untuk menetapkan konsep struktur
ruang di Kawasan Teknopolitan Pelalawan, adalah
1. Struktur jaringan jalan eksisting.
2. Kondisi topografi dan hidrologi kawasan.
3. Bentuk lahan ekisting.
4. Pemanfaatan lahan eksisting.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-4
Gambar 5.1. Peta Rencana Jaringan Jalan Teknopolitan Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-5
Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rancangan konsep
pengembangan struktur ruang kawasan perencanaan di Kawasan Teknopolitan
Pelalawan dilakukan sebagai berikut:
a. Konsep Pengembangan struktur Ruang kawasan perencanaan adalah konsep
pengembangan keterkaitan antar sektor dan bidang yang dapat terkait.
b. Penentuan peran dan fungsi setiap bidang kegiatan dilakukan berdasarkan
beberapa kriteria, meliputi:
Posisi sentral relatif pengelola kawasan dengan kegiatan bidang lain yang
terdapat di kawasan;
Aksesibilitas bagi semua sektor dan bidang kegiatan;
Pendekatan keterkaitan antar bidang;
Pendekatan daya dukung lahan dan lingkungan;
Pendekatan kapasitas ekonomi;
Pendekatan daya dukung sumberdaya alam;
Pendekatan kapasitas prasarana dan sarana.
Selain mengacu pada pertimbangan di atas, penyusunan konsep struktur ruang
Kawasan Teknopolitan Pelalawan, juga dilakukan berdasarkan arahan sebagai berikut:
Sesuai dengan bentuk kawasan perencanaan dan kebutuhan bidang yang ada maka konsep yang diterapkan adalah Radial.
Centre point Kawasan Teknopolitan yang direncanakan adalah kegiatan perkantoran manajemen pengelola kawasan yang lokasinya relatif di bagian
tengah kawasan (Blok D), sehingga mempunyai akses yang rata bagi semua
bidang kegiatan.
Penetapan klaster kegiatan (Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan, Perkantoran, Perdagangan dan jasa komersial, permukiman, industri dan UKM)
yang direncanakan berada dipinggir kawasan dan melingkar dengan keterkaitan
yang erat.
Sistem Jaringan jalan diarahkan untuk membentuk pola jaringan melingkar yang menghubungkan antar sektor kegiatan.
Gambar 5.2 memperlihatkan peta tentang rencana konsep struktur ruang
kawasan Teknopolitan dengan memperhatikan kepada seluruh penjelasan di atas.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-6
Gambar 5.2. Peta Rencana Konsep Struktur Ruang Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-7
5.2.2. Rencana Pembagian Ruang Kawasan Teknopolitan
Berdasarkan konsep pengembangan di atas, untuk menjelaskan lingkup
pelayanan dan memudahkan dalam menyusun rencana kedepan serta memudahkan
dalam proses implementasi, maka pembagian ruang Kawasan Teknopolitan dibagi
atas delapan Blok. Adapun dasar pertimbangan pembagian blok tersebut terdiri atas:
Hasil analisis pengembangan kegiatan;
Hasil analisis hubungan fungsional antar kegiatan;
Hasil analisis tapak;
Fungsi dari masing-masing blok;
Strategi pengembangan; dan
Aksessibilitas (jarak tempuh atau waktu pencapaian).
Untuk mewujudkan pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan yang tepat
sasaran, tepat manfaat dan berkelanjutan, secara umum kawasan perencanaan akan
dibagi menjadi tujuh Blok, yaitu:
1. Blok A : Blok Kegiatan Pendidikan dan R&D Center meliputi Institut Teknologi Pelalawan, Akademi Komunitas/Politeknik dan Pusat Penelitian dan
Pengembangan (R&D Center).
2. Blok B : Blok Kegiatan Industri dan UKM; beberapa bangunan fasilitas utama
yang ada di areal ini adalah bangunan pabrik oleo kimia, oleo pangan, dan
limbah sawit.
3. Blok C: Blok Kegiatan permukiman yang berwawasan lingkungan, seperti
kawasan hunian, rumah ibadah, rekreasi, dan rumah sakit.
4. Blok D: Blok Kegiatan perkantoran; beberapa bangunan fasilitas utama yang
ada di areal ini adalah kantor pengelola kawasan, kantor pelayanan
pengurusan perijinan, kantor pengelola keamanan kawasan.
5. Blok E: Blok Kegiatan perdagangan dan jasa beberapa fasilitas utama yang ada
di areal ini adalah kawasan perdagangan dan layanan jasa.
6. Blok F : Blok Kegiatan Rekreasi, Olah Raga, Rumah Ibadah, Ruang Terbuka Hijau dan Buffer.
7. Area Fasilitas prasarana dan sarana penunjang kawasan meliputi Badan jalan,
drainase dan sanitasi lingkungan, jaringan TIK, pengolahan air bersih,
pengolahan air limbah, jaringan listrik, pengolahan sampah.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-8
Kawasan Teknopolitan Pelalawan dalam pengembangannya ini akan dilayani oleh
blok-blok yang tersebar dan merata. Blok A, B, C, D, E, dan F merupakan area
kegiatan mulai dari Blok Pendidikan sampai dengan area kegiatan rekreasi seperti
tampak dalam Tabel 5.1. Blok-blok ini dianggap satu kesatuan karena lokasinya yang
berdekatan dan mempunyai hubungan yang berkaitan erat serta dilengkapi dengan
fasiltas prasarana dan sarana penunjang kawasan.
Tabel 5.1. Rencana Pembagian Blok Kawasan Teknopolitan
NO. PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) ZONA
1. Kawasan Research dan Development 80,00 A
2. Kawasan Perguruan Tinggi 100,00 A
3. Kawasan Industri dan UKMN 600,00 B
4. Kawasan Permukiman 140,00 C
5. Fasilitas Sosial dan Umum 80,00 C
6. Kawasan Perkantoran 40,00 D
7. Kawasan Jasa dan Komersial 40,00 E
8. Kawasan Mixed Use 40,00 E
9. Kawasan Rekreasi 40,00 F
10. Kawasan RTH 600,00 F
11. Kawasan Golf dan Sport Club 40,00 F
12. Kawasan Lahan Basah 1.485,00 F
13. Infrastruktur 175,00 G
JUMLAH 3.650,00
Catatan : * = sudah masuk dalam 30% dari masing-masing area kegiatan Sumber :
Hasil Perhitungan Tim secara GIS.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-9
Secara rinci Gambar 5.3 menampakkan rencana sistem pembagian ruang
Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Gambar 5.3. Peta Pembagian Blok Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
5.3. RENCANA POLA RUANG KAWASAN TEKNOPOLITAN PELALAWAN.
Rencana pola ruang yang dikembangkan adalah sesuai dengan konsep struktur
ruang diatas. Oleh karena itu, penekanan utama dari konsep pola ruang kawasan
Teknopolitan adalah penyediaan atau alokasi ruang yang optimal bagi kegiatan-
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan, industri dan UKM, perdagangan
dan jasa, permukiman, perkantoran, dll. Pola ruang di Kawasan Teknopolitan secara
garis besar diwujudkan dalam arahan pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan
budidaya dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan hidup mengingat besarnya kecenderungan pergeseran pemanfaatan kawasan lindung dan RTH untuk
kawasan budidaya. Sehingga komponen yang harus dikembangkan dalam pola ruang
kawasan Teknopolitan antara lain meliputi:
Lahan Basah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-10
5.3.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung.
Jenis Kawasan Lindung yang terdapat di Kawasan teknopolitan terdiri dari
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan
perlindungan setempat dan Ruang Terbuka Hijau. Untuk itu, terdapat beberapa
kebijakan pola pemanfaatan ruang kawasan lindung di Kawasan teknopolitan, yaitu:
Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan lindung.
Menetapkan aturan dan pengendalian yang ketat bagi pengembangan kawasan di daerah kawasan lindung.
Sedangkan acuan yang digunakan dalam penyusunan rencana pengembangan
kawasan lindung di Kawasan Teknopolitan Pelalawan, meliputi:
Hasil analisis pengembangan Kawasan teknopolitan;
Strategi Pengembangan Kawasan teknopolitan;
Rencana Pola Ruang Kawasan teknopolitan;
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2004 tentang Perlindungan hutan; dan
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan lindung.
Berdasarkan acuan tersebut, maka secara normatif Kawasan Lindung di Kawasan
teknopolitan yang direncanakan terdiri atas:
A. Kolam/Situ, Mata Air dan Sempadannya.
1. Kawasan sekitar kolam/situ dan mata air yaitu kawasan untuk melindungi
kolam dan mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
kelestarian fungsi kolam/situ dan mata air.
2. Kolam/Situ adalah suatu wadah air di atas permukaan tanah yang terbentuk
secara alami maupun buatan, yang airnya berasal dari air tanah, mata air
dan air permukaan sebagai bahan dari siklus hidrologis yang potensial dan
merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.
3. Mata air adalah sumber air yang mengalir dari dalam tanah atau batuan ke
permukaan tanah secara alamiah.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-11
4. Daerah Sempadan Sumber Air adalah daerah sempadan kawasan tertentu di
sekeliling, di sepanjang.
5. Bila berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, kawasan
sekitar kolam/situ Garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya dengan
radius 200 meter dari batas badan air.
6. Idealnya kawasan setebal 200 meter di sekeliling mata air dan kolam/situ
seluruhnya ditanami vegetasi secara rapat. Namun, pada kenyataannya,
kawasan di sekitar situ dan mata air telah banyak berubah menjadi area
terbangun. Bila upaya pengosongan area tidak dapat lagi dilakukan, maka
perlu dilakukan beberapa cara untuk menjaga kelestarian sumber air dan
mata air.
7. Menyelamatkan dahulu lahan-lahan yang masih belum terbangun untuk
menjadi area sempadan situ atau mata air yang ditanami vegetasi secara
rapat, minimal 400 pohon/ha.
8. Mengarahkan potensi aliran air limpasan ke bagian area sempadan yang
rimbun, padat pohon, sehingga selain dapat ‘menyimpan’ limpasan tersebut,
juga dapat mengurangi kecepatan dan volume limpasan sebelum memasuki
sungai atau mata air.
9. Area sempadan mata air dan kolam/situ dapat juga dimanfaatkan untuk
beragam aktifitas selama prinsip-prinsip jenis vegetasi yang
direkomendasikan untuk ditanam di area ini adalah jenis-jenis vegetasi yang
memiliki karakteristik minimal sebagai berikut :
Berasal dari habitat alami ketinggian 0 – 400 meter.
Habitat alaminya cenderung lembab dan hutan tropis.
Cocok untuk jenis tanah yang menyerap/menyimpan air.
Memiliki kualitas estetika dan manfaat yang cukup baik, artinya selain
indah secara visual memiliki fungsi tambahan, misalnya, dapat
mendatangkan burung, atau menghasilkan buah yang dapat dimakan
oleh manusia, dan seterusnya.
Dengan demikian potensi lokasi kolam/situ, mata air, dan sempadan yang ada di
Kawasan Kawasan teknopolitan berada di Blok C.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-12
B. Ruang Terbuka Hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berbentuk kawasan tutupan hijau hutan yang
dikembangkan terutama untuk tujuan pengaturan iklim mikro dan resapan air.
Ruang terbuka yang akan diatur adalah ruang terbuka yang bersifat publik
dan semi publik. Ruang publik adalah ruang yang digunakan bersama dimana
warga komunitas bertemu dan menggunakan ruang pada teritorial tertentu dalam
suasana yang bebas dengan kesamaan derajatnya. Ruang publik pada dasarnya
adalah ruang bagi representasi kepentingan masyarakat. Sedangkan ruang semi
publik adalah ruang terbuka yang tercipta karena adanya korelasi publik dan privat
di dalam suatu ruang. Kepemilikan ruang tersebut merupakan bagian dari pelataran
atau halaman dari suatu bangunan.
RTH di kawasan Kawasan teknopolitan akan
berlokasi pada Blok-blok area kegiatan dan
sebagian kecil berada dalam kawasan-
kawasan budidaya lainnya seperti jalan,
taman, dan kawasan hijau lainnya yang
memiliki luas minimum 30% dari total area
pemanfaatan ruang pada masing-masing blok
tersebut.
Ruang terbuka pada kelompok kegiatan teknopolitan berfungsi sebagai
unsur pengikat dari kawasan tersebut. Berdasarkan hirarkinya ruang terbuka ini
terbagi menjadi ruang terbuka dengan skala pelayanan blok kawasan. Ruang
terbuka untuk skala pelayanan blok kawasan umumnya merupakan ruang terbuka
pasif berupa taman yang sengaja direncanakan secara khusus atau pemanfaatan sisa lahan seperti dalam bentuk pulau-pulau jalan.
Ruang terbuka pada sisi jaringan jalan berupa jalur hijau. Fungsi utama dari
ruang terbuka ini mencakup fungsi estetika, perlindungan (dari faktor iklim khususnya
sinar matahari serta pemisah jalur kendaraan dan jalur pedestrian) dan mengurangi
pencemaran. Tercapainya fungsi-fungsi tersebut akan tergantung dari pemilihan jenis
pepohonan yang ditanam di sepanjang jalur hijau.
Secara umum kriteria jenis pepohonan yang akan ditanam pada rencana jalur
hijau jaringan jalan adalah sbb:
Ditanam secara berbaris dengan jarak tanam 8 – 10 meter;
Perakaran kuat (tidak mudah tumbang) dan tidak merusak jalan atau trotoir;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-13
Struktur batang lurus;
Titik percabangan sekitar 2 meter di atas permukaan tanah;
Bermassa daun padat;
Tajuk membentuk kanopi sehingga memberikan keteduhan pada daerah
sekitarnya;
Bunga/buah tidak mudah rontok; dan
Mudah dalam perawatan.
C. Kawasan Penyangga (Buffer Zone).
Kawasan Penyangga (Buffer Zone) di Kawasan teknopolitan memiliki fungsi
spesifik yakni melindungi lingkungan sekitar blok-blok area kegiatan. Kawasan
Penyangga dibutuhkan untuk memenuhi fungsi ekologis, yaitu :
Melindungi sisten-sistem yang ada agar tidak tercemar oleh limbah, terutama
sistem tata air.
Menciptakan suatu kawasan yang memiliki potensi keanekaragaman hayati tinggi.
Karena fungsi lindung yang diembannya, kawasan penyangga ini diarahkan untuk memiliki jenis-jenis vegetasi yang mewakili semua strata, sehingga
terdiri dari kombinasi antara pohon, perdu/semak, penutup tanah, rumput, dan
tanaman rambat. Untuk itu akan menjadi sarana pembatas antar blok maupun
area lainnya.
D. Taman Lingkungan.
Taman lingkungan merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan
diperuntukkan untuk kebutuhan rekreasi terbatas, yang meliputi populasi yang
terbatas pula. Berbeda dengan taman kota yang diperuntukkan untuk kebutuhan
interaksi mayarakat kota, taman lingkungan diperuntukkan untuk interaksi
masyarakat setempat.
Pengadaan taman lingkungan memiliki tujuan utama sebagai wadah interaksi
warga (fungsi sosial), meningkatkan kualitas lingkungan mikro (fungsi ekologis) dengan
meningkatkan kesejukan dan kenyamanan lingkungan, menyerap air, meningkatkan
kesehatan individu, dan menyerap partikel beracun.
Untuk itu, maka vegetasi di taman lingkungan diatur sebagai bagian dari
kombinasi lapangan terbuka tanpa perkerasan (rumput), pohon-pohon keras
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-14
pelindung/peneduh, pohon buah, dan perkerasan.
Jarak antar tanaman agak jarang, karena 70% dari area taman lingkungan lebih
ditujukan untuk kegiatan-kegiatan lingkungan.
Vegetasi yang ada di taman lingkungan harus memiliki karaktersitik tanaman:
tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu
pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat sebagai berikut:
Tumbuhan ornamental berbunga; dan
Tumbuhan penghasil buah.
E. Taman Rekreasi
Taman rekreasi merupakan ruang terbuka yang digunakan sebagai tempat
rekreasi yaitu tempat penduduk melaksanakan kegiatan-kegiatan rekreasi (suka) aktif. Sesuai dengan
fungsinya,
penyediaan
fasilitas untuk
menunjang
kegiatan di RTH
jenis ini sangat
penting, taman
rekreasi biasanya dibangun secara unik dan dipakai untuk kegiatan yang cukup aktif
seperti piknik, permainan (simulasi), dan lain sebagainya melalui penyediaan sarana-
sarana permainan juga sarana-sarana pendukung lainnya.
Secara teknis taman rekreasi ini mempunyai syarat, yaitu:
a) Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik;
b) Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik
untuk dimanfaatkan bagi rekreasi alam;
c) Jenis-jenis vegetasi yang dikembangkan merupakan kombinasi dari kebutuhan-
kebutuhan sosial dan ekologis. Karena peran sosialnya maka vegetasi yang dipilih
harus yang mudah dirawat, tidak berbahaya (bagian-bagiannya tidak beracun,
tidak berduri, tidak mudah regas/patah), dengan rekomendasi (namun tidak
terbatas) sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-15
Tumbuhan ornamental berbunga.
Tumbuhan penghasil buah.
Adapun potensi lokasi di Kawasan teknopolitan berada dalam area untuk fasiltas
prasarana dan sarana penunjang lainnya.
F. Sempadan Jalan
Jalur hijau sempadan jalan adalah ruang terbuka yang terletak di daerah milik
jalan (damija) maupun di dalam daerah pengawasan jalan (dawasda) memiliki peranan
dalam menurunkan kadar pencemar udara dengan menyerap sisa pembakaran, debu,
memberikan perlindungan dari teriknya matahari, dan juga berfungsi sebagai tempat
berteduh, penyerap air hujan dan pengarah jalur lalu lintas (pengaturan lalu lintas).
Jalur hijau ini dapat berada di sepanjang kiri-kanan jalan ataupun pada bagian tengah jalan (median jalan).
Arahan jenis tanaman pada sempadan jalan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2. Arahan Jenis Tanaman pada Sempadan Jalan
NO. FUNGSI TANAMAN
KRITERIA JENIS TANAMAN
Tanaman pada Sempadan Jalan 1 . Tanaman
Peneduh - Ditempatkan pada jalur
tanaman (minimal 1,5 m dari
tepi median) - Percabangan 2 m di atas tanah - Bentuk percabangan batang
tidak merunduk - Bermassa daun padat
- Ditanam secara berbaris
- Kiara payung (Filicium decipiens) - Tanjung (Mimusops elengi)
- Angsana (Ptherocarphus indicus)
2 . Penyerap polusi udara
- Terdiri dari pohon, perdu/semak - Memiliki ketahanan tinggi
terhadap pengaruh udara
- Jarak tanam rapat - Bermassa daun padat
- Angsana (Ptherocarphus indicus) - Akasia daun besar (Accasia mangium)
- Oleander (Nerium oleander) - Bogenvil (Bougenvillea Sp) 3 . Penyerap
Kebisingan
- Terdiri dar pohon, perdu/semak
- Membentuk massa - Bermassa daun rapat
- Berbagai bentuk tajuk
- Tanjung (Mimusops elengi)
- Kiara payung (Filicium decipiens) - Teh-tehan pangkas (Acalypha
sp) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa
sinensis)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-16
NO. FUNGSI TANAMAN
KRITERIA JENIS TANAMAN
4 . Pemecah angin - Tanaman tinggi, perdu/semak
- Bermassa daun padat - Ditanam berbaris atau
membentuk massa - Jarak tanam rapat < 3 m
- Cemara (Cassuarina
equisetifolia) - Angsana (Ptherocarphus indicus)
- Tanjung (Mimusops elengi) - Kiara payung (Filicium decipiens)
5 . Pembatas Pandang
- Tanaman tinggi, perdu/semak - Bermassa daun padat - Ditanam berbaris atau
membentuk massa - Jarak tanam rapat
- Bambu (bambusa sp) - Cemara (Cassuarina equisetifolia)
- Oleander (Nerium oleander) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa Tanaman Median Jalan
6 . Penahan silau
lampu kendaraan
- Tanaman perdu/semak
- Ditanam rapat - Ketinggian 1,5 m - Bermassa daun padat
- Oleander (Nerium oleander)
- Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
- Bogenvil (Bougenvillea Sp)
- Nusa Indah (Mussaenda sp) Tanaman pada Persimpangan Jalan/Pulau Jalan 7 . Daerah bebas
pandang
- Tanaman rendah berbentuk
tanaman perdu dengan ketinggian < 0,80 m
- Tanaman berbunga atau
- Soka berwarna-warni (Ixora
stricata) - Lantana (Lantana camara) - Duranta sp (Pangkas kuning) 8 . Persimpangan
yang mungkin
ditanami
- Tanaman perdu rendah Tanaman berbatang tunggal - Palem raja (Oreodoxa regia)
- Pinang jambe (Areca catechu) - Lontar/siwalan (Borassus Flabellife)
Tanaman pohon bercabang > 2 meter - Khaya (Khaya Sinegalensis)
- Bungur (Lagerstromea loudonii)
9. Tanaman pengarah
Sumber: Disarikan dari Berbagai Sumber, 2011
G. Fasilitas Area Parkir
Fasilitas parkir adalah suatu area terbuka atau tertutup yang memiliki fungsi
utama sebagai tempat memberhentikan dan menyimpan kendaraan, baik bermotor
maupun tidak bermotor, dalam waktu tertentu dan rutin.
Secara umum penataan fasilitas parkir kurang diperhatikan karena fungsinya yang
cenderung dinilai tidak penting. Padahal, baik secara luas lahan, fungsi, maupun
estetika fasilitas parkir memiliki potensi untuk ruang terbuka hijau, dengan persyaratan
teknis, meliputi:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-17
Fasilitas parkir terbuka karena luasnya dan permukaannya yang keras kerap
menjadi area yang memancarkan panas (hot spot). Oleh karenanya, sebaiknya memanfaatkan material penutup lantai yang dapat menyerap air limpasan
seperti grass block. Cara lain adalah dengan menyisakan area yang tidak
memerlukan perkerasan tetap tanah atau diberi rumput atau batu. Misalnya
area antara dua sisi roda mobil dapat tetap rumput, tanah, atau batu.
Karena luas permukaan terbukanya, fasilitas parkir ruang terbuka harus memperhatikan aliran limpasan air hujan agar tidak mengalami genangan air
yang besar, atau bahkan berkontribusi pada banjir di lingkungannya karena
mengalirkan air ke luar area parkir. Saluran drainase area parkir harus
diperhatikan kemiringan permukaan area parkir minimal 1%.
Kolam penampungan air limpasan (retention/detention pond) harus disediakan untuk fasilitas parkir dengan luas di atas 5000 m2.
Area parkir harus memiliki proporsi antara kendaraan parkir dan vegetasi yang seimbang. Sebuah area parkir sebaiknya menanam satu buah pohon untuk
setiap ruang untuk lima buah mobil.
Karena secara estetika fasilitas parkir tidak menarik, maka fasilitas parkir sebaiknya dilengkapi dengan pagar pembatas setinggi paling tidak 1,2 meter,
baik berupa pagar tanaman, atau pagar buatan dengan kombinasi tanaman
rambat. Penggunaan berem dengan ketinggian di atas 50 cm juga dapat
mengurangi pemandangan tidak menarik fasilitas parkir.
Tampak bangunan yang khusus dibuat untuk fasilitas parkir harus dibuat menarik. Karena umumnya bangunan sejenis ini dibuat fungsional, maka
tampak akan sederhana. Penanaman tanaman rambat menjadi alternatif,
selama dapat menutupi 80% dari tampak bangunan.
Persyaratan untuk tanaman pada lahan parkir merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik pada tanah padat :
- Pohon yang cukup tinggi dan rindang, sehingga lingkungan tempat parkir
dapat lebih sejuk dan nyaman.
- Tanaman setelah dewasa tingginya harus lebih dari 10 meter yang
memiliki diameter tajuk lebih dari 3 meter dan memiliki daerah bebas cabangnya lebih dari 3 meter.
- Struktur perakaran tanaman tidak banyak yang berada di permukaan
tanah.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-18
5.3.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya.
Dalam konteks Kawasan Teknopolitan, rencana pengembangan kawasan
budidaya ini diarahkan kepada upaya untuk mengendalikan alih fungsi guna lahan
yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Selain itu juga untuk mendukung
pencapaian visi dan misi Kawasan teknopolitan sebagai pusat pemajuan iptek dengan
tetap mempertimbangkan aspek hijau kota.
Kawasan budidaya tersebut terdiri dari bangunan-bangunan perkantoran, mesjid,
laboratorium, gudang, gedung sekolah, pusat penelitian dan pengembangan, serta
kawasan peruntukan lainnya. Di mana unsur bangunan tersebut telah dijabarkan
dalam subbab rencana tapak pengembangan bidang-bidang. Selanjutnya kawasan
budidaya berikut ini menjelaskan aspek kegiatan lainnya yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ruang Kawasan teknopolitan.
a) Kegiatan Komersial
Kegiatan komersial ditimbulkan oleh peranannya yang melayani kebutuhan
konsumen, dengan demikian skala pelayanan akan terbentuk sesuai dengan potensi
lokasi dan komoditinya. Hal ini sangat jelas terjadi di Kawasan teknopolitan yang
memiliki kegiatan untuk rekreasi/hiburan. Dari potensi yang ada serta rencana
pengembangan struktur yang dituju diharapkan dapat disusun suatu sistem pelayanan
kegiatan secara optimal dan merata. Berdasarkan skala pelayanannya, kegiatan
komersial ini bersifat pusat pelayanan dengan skala lingkungan.
Kegiatan komersial ini diarahkan sebagai berikut:
1) Kegiatan komersial diarahkan berlokasi dalam satu area khusus dengan konsep
pengembangan blok kawasan terpadu.
2) Komersial skala pusat pelayanan berada di pusat pelayanan dekat dengan pusat
pengelola.
3) Komersial lingkungan diarahkan untuk melayani bidang-bidang teknologi produksi
dalam konsep neighbourhood unit.
4) Menambah akses di sekitar pusat-pusat kegiatan komersial tidak mengganggu
jaringan jalan utama kawasan.
5) Mengarahkan pengelompokan kegiatan komersial pada simpul-simpul potensial
tertentu.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-19
b) Kegiatan Pariwisata dan Rekreasi.
Rencana pengembangan Kawasan peruntukan Rekreasi, meliputi:
1) Pengembangan kegiatan rekreasi yang mencakup obyek wisata berupa kolam
rekreasi air dan outbound activities, serta prasarana dan sarana penunjang.
2) Pengembangan obyek wisata dan rekreasi mencakup wisata kreatif, wisata
pendidikan, wisata budaya, wisata konferensi dan obyek rekreasi.
3) Pengembangan wisata di kawasan lindung dan kawasan budidaya ditata secara
terpadu.
4) Selain itu pengembangan obyek wisata dan rekreasi juga meliputi kegiatan.
5.4. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Teknopolitan Pelalawan.
Salah satu hal yang penting yang perlu dituangkan dalam Masterplan Kawasan
teknopolitan Pelalawan adalah rencana pengaturan dan pengendalian bangunan.
Rencana pengaturan dan pengendalian bangunan ini pada dasarnya dimaksudkan
untuk menciptakan estetika kawasan yang mendukung terciptanya pola interaksi antar
kegiatan yang efisien. Titik berat dari rencana penataan dan pengendalian bangunan
adalah pada aspek perancangan kota (urban design). Adapun aspek-aspek yang
termasuk dalam pedoman penataan dan pengendalian bangunan, meliputi:
Pembentukan dan penataan wajah kawasan dengan penataan ketinggian
bangunan (skyline kota)
Penataan jalur pergerakan yang efisien melalui penataan jalur pergerakan (jalan,
pedestrian) serta street furniture (jenis, pelatakan dan desain)
Pembentukan faktor estetika lingkungan dengan penataan kelengkapan jalan dan lingkungan (street furniture) meliputi desain dan penempatannya. Khusus untuk
kawasan komersial, pembentukan faktor lingkungan ini juga dituangkan dalam
bentuk aturan pemasangan papan reklame, signase/pertandaan mencakup desain,
ukuran dan juga penempatannya.
Tujuan dari arahan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Teknopolitan
Pelalawan adalah mengatur batasan penggunaan ruang yang masih diperbolehkan di
kawasan ini agar tercipta ruang yang efektif efisien nyaman dan aman. Secara umum
Kawasan Teknopolitan merupakan kawasan yang memiliki ruang terbuka luas dan
Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) sangat rendah ( dibawah 20 %).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-20
Namun untuk mengantisipasi perkembangan
kawasan ini harus disusun Arahan Ketentuan
Intensitas Pemanfaatan Ruang, terutama pada
jalur utama Bulevar, jalan lingkungan satu dan
jalan lingkar luar kawasan, serta areal centre point
kawasan.
Intensitas pemanfaatan ruang merupakan
hal yang perlu dilakukan untuk mengatur kepadatan bangunan sebuah kawasan.
Beberapa variabel intensitas bangunan adalah (1) Garis Sempadan Bangunan (GSB),
(2) Koefisien Dasar Bangunan (KDB), (3) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan
Ketinggian Bangunan.
Penerapan masing-masing istilah tersebut pada kawasan perencanaan adalah:
1) Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis batas dalam mendirikan
bangunan dalam suatu persil atau petak yang tidak boleh dilewatinya, garis ini
bisa membatasi fisik bangunan ke arah depan, belakang ataupun samping.
GSB yang ditetapkan untuk jalur utama Bulevar Jalan Lingkungan satu, ring road
dan centre point adalah sebagai berikut.
Tabel 5.3. Rencana Garis Sempadan Bangunan di Kawasan Teknopolitan
Pelalawan.
No Klasifikasi
Jalan/Lokasi
Daerah Milik Jalan
(DMJ)
Garis Sempadan Bangunan
(GSB)
Garis Sempadan Samping (GspS)
Garis Sempadan Belakang
(GspB)
1 Bulevar 20 m 10 m 4 m 4 m
2 Jalan Lingkungan
satu
10 m 5 m 2 2
3 Ring road 4 m 4 m 2 m 2 m
4 Area Centre Point 6 m 3 m 2 m 2 m
2) Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) adalah angka prosentase berdasarkan
perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang kota.
Rencana pengaturan KDB ditujukan untuk mengatur proporsi antara daerah
terbangun dengan tidak terbangun serta untuk mengatur intensitas kepadatan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-21
bangunan. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau disebut juga “Building Coverage Ratio (BCR)”. Secara matematis KDB dapat dinyatakan dalam
persamaan:
KDB = (Luas Lantai Bangunan/Luas Kapling) x 100%
Pada prinsipnya proporsi lahan terbuka di suatu kawasan seharusnya lebih besar
daripada lahan terbangun, agar tercapai sirkulasi udara dan air yang ideal. Semakin
luas lahan terbuka maka akan semakin besar besar bidang peresapan air hujan dan
akan menurunkan debit atau limpasan permukaan yang berarti turut mencegah
banjir, serta menambah cadangan air tanah. Untuk kawasan Kawasan teknopolitan
KDB maksimum yang ditetapkan adala 20 %
3) Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB) adalah besaran ruang yang dihitung dari angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana teknis ruang kota.
Secara matematis KLB dapat dinyatakan dalam persamaan :
KLB = (Total Luas Lantai Bangunan/Luas Kapling) x 100%.
Ketinggian bangunan yang dimaksud adalah jumlah lantai penuh dalam satu
bangunan dihitung mulai lantai dasar sampai puncak atap suatu bangunan, yang
dinyatakan dalam meter, atau ketinggian bangunan (TB) adalah suatu angka yang
membatasi ketinggian suatu bangunan yang dapat berupa lapis/tingkat bangunan,
atau dalam satuan ketinggian (m).
Ketinggian bangunan dapat membentuk terciptanya kesan klimaks dan anti
klimaks. Pengaturan ketinggian bangunan juga bertujuan untuk menciptakan
skyline kota atau kawasan, sehingga tercipta kesan yang tidak monoton. Atau
bahkan ketinggian bangunan dapat dimanfaatakan untuk membentuk sebuah landmark kawasan.
Pengaturan ketinggian bangunan di kawasan Kawasan teknopolitan, diharapkan
dapat:
Dapat menonjolkan Landmark kawasan.
Sesuai dengan daya dukung kemampuan tanah lahan.
Menciptakan keserasian bangunan dengan view di sekitarnya.
Menciptakan skyline kawasan yang serasi dan berkarakter.
Dalam perencanaan kawasan Kawasan teknopolitan ketinggian bangunan
maksimum yang direncanakan adalah 4 lantai, namun tidak menutup kemungkinan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-22
untuk dibangunnya bangunan 6 lantai, terutama untuk bangunan Kantor Pengelola
Kawasan yang direncanakan menjadi landmark kawasan. Ketentuan tersebut
diberlakukan dengan catatan:
Tinggi puncak atap bangunan tidak bertingkat maksimum 8 meter dari lantai
dasar.
Tinggi puncak atap bangunan dua lantai maksimum 12 meter dari lantai dasar.
Jarak vertikal dari lantai dasar ke lantai di atasnya tidak boleh lebih dari 5
meter.
Gambar 5.4. Irisan Rencana Jalur Utama Kawasan (Bulevar)
Peta Rencana Pola Ruang dan Peta Illustrasi Pengembangan Pola Ruang
Teknopolitan Pelalawan dapat dilihat pada gambar 5.5 dan 5.6 berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-23
Gambar 5.5. Peta Rencana Pola Ruang Teknopolitan Pelalawan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan V-24
Gambar 5.6. Peta Illustrasi Pengembangan Pola Ruang Teknopolitan Pelalawan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-1
BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN
TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN
6.1. INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN TEKNOPOLITAN PELALAWAN.
Dengan tersusunnya konsep pengembangan kawasan teknopolitan Pelalawan,
langkah berikutnya adalah menyusun indikasi program dan kegiatan pembangunan
kawasan teknopolitan Pelalawan. Indikasi program dan kegiatan tesebut ditetapkan
untuk mengoptimalkan penyusunan program-program teknis dan upaya untuk
mendorong keikutsertaan semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Kemudian dilakukan pula penyusunan keterpaduan antar stakeholder karena
dalam proses pengembangan kawasan tersebut banyak melibatkan instansi/lembaga
terkait.
Indikasi program dan kegiatan ditetapkan dalam waktu 20 (duapuluh) tahun
perencanaan tahun 2013-2027 yang terbagi dalam 2 (dua) tahapan program
pembangunan, yaitu:
a. Tahap I : 2013 – 2017; dan
b. Tahap II : 2018 – 2027;
Indikasi Program Kawasan Teknopolitan Pelalawan dapat dirumuskan dalam
tahapan kegiatan sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-2
Tahap I : 2013 – 2017, program dan kegiatan meliputi:
1) Penyiapan kawasan;
2) Penyusunan Detail Enginering Desain;
3) Pembangunan Kawasan Teknopolitan Tahap I;
4) Pembangunan infrastruktur penunjang di dalam kawasan;
5) Pembangunan infrastruktur penunjang di luar kawasan;
6) Pembangunan jalan akses menuju kawasan;
7) Sosialisasi dan promosi; dan
8) Pembentukan kelembagaan.
Tahap II : 2017 – 2027, program dan kegiatan meliputi:
1) Pembangunan kawasan teknopolitan Tahap II;
2) Sosialisasi dan promosi; dan
3) Pengembangan kelembagaan.
Rincian program dan kegiatan dari masing-masing tahapan tersebut dapat
diuraikan sebagaimana tercantum dalam Tabel 6.1 dan Tabel 6.2 berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-3
Tabel 6.1. Indikasi Program Pengembangan Kawasan Teknopolitan Tahun 2013-2017
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA TAHUN PELAKSANAAN
APBN APBD SWASTA 2013 2014 2015 2016 2017 A. PENYIAPAN KAWASAN Land Acquisition Seluruh Lokasi X Pemkab Pelalawan Land Clearing Seluruh Lokasi X Pemkab Pelalawan Revisi RTRW Seluruh Lokasi X Pemkab Pelalawan Legalisasi Kawasan Seluruh Lokasi X Pemkab Pelalawan KLHS dan Amdal Seluruh Lokasi X Pemkab Pelalawan B. DETAIL ENGINEERING DESAIN
DED Infrastruktur (Jalan, Dry-Port, Terminal, Drainase, Telekomunikasi, Listrik,Pengelolaan Limbah, Sampah, Air Bersih) G X BPPT
DED Fasos-Fasum (Rumah Ibadah, Olah Raga, RTH, Hiburan) C X BPPT
DED Rumah Sakit C X BPPT DED Pusat Keamanan Kawasan/Kepolisian C X BPPT
DED Pusat Pendidikan (Community College & ITP) A X BPPT
DED Pusat R&D A X BPPT
C. PEMBANGUNAN KAWASAN TAHAP I
Pembangunan Gapura dan Jalan dalam Kawasan G X
BAPPEDA DAN DINAS PU
Pembangunan Community College/Politeknik A X KEMENDIKBUD Pembangunan Institut Teknologi Pelalawan A X KEMENDIKBUD Pembangunan Kawasan Pemukiman C X PENGEMBANG Pembangunan Kawasan Industri dan UKM B X INDUSTRI
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-4
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA TAHUN PELAKSANAAN
APBN APBD SWASTA 2013 2014 2015 2016 2017
Pembangunan Kawasan Perdagangan dan Jasa Komersial E X PENGEMBANG
Pembangunan Kawasan Perkantoran D X PENGEMBANG Pembangunan Kawasan R&D A X KEMENRISTEK
Pembangunan Kawasan Rekreasi, Olah Raga, dan Rumah Ibadah F X PENGEMBANG
Pembangunan Kawasan RTH & Buffer F X PENGEMBANG D. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG DI DALAM KAWASAN Pembangunan Drainase G X DINAS PU Pembangunan Jaringan TIK G X DINAP PU Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik G X PENGEMBANG Pembangunan Transmisi Listrik G X PENGEMBANG Pembangunan Pengolahan Air Bersih G X PDAM DAERAH
Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Industri (Industrial Waste Water Treatment) G X PENGEMBANG
Pembangunan Pengolahan Sampah G X DINAP PU E. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENUNJANG DI LUAR KAWASAN
Pembangunan Pelabuhan Sokoi
Sokoi X X KEMENHUB, DISHUB
Pembangunan Bandara Pelalawan Bandar Sei
Kijang X X KEMENHUB, DISHUB
Pembangunan Jalan Tol Lintas Timur G X KEMENPU
Pembangunan Jalan K.A. Lintas Timur Sumatera G X KEMENHUB
Pembangunan Jalan Teknopolitan - Pelabuhan Sokoi G X
DINAS PU PROVINSI
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-5
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA TAHUN PELAKSANAAN
APBN APBD SWASTA 2013 2014 2015 2016 2017
Pembangunan Jalan Teknopolitan - Bandara Pelalawan G X
DINAS PU PROVINSI
Pembangunan Jalan Teknopolitan - Stasiun Kereta Api Lintas Timur G X
DINAS PU PROVINSI
Pembangunan Jalan Teknopolitan - Jalan Tol Lintas Timur G X
DINAS PU PROVINSI
F. PEMBANGUNAN JALAN AKSES MENUJU KAWASAN Peningkatan Jalan RAPP G X RAPP Peningkatan Jalan Kabupaten G X DISHUB Pembangunan Jalan Lingkar Luar Pelalawan G X DISHUB G. SOSIALISASI DAN PROMOSI Identifikasi Calon Investor X BKPM DAERAH Pembentukan tim marketing X BAPPEDA Persiapan Materi Marketing X SETDA Publikasi, Roadshow dan Sosialisasi X SETDA Pembentukan Komitmen Investor X SETDA H.KELEMBAGAAN
Pembentukan dan Operasionalisasi Tim Kebijakan Kawasan X BUPATI
Penyiapan legalitas pengelola kawasan X BUPATI
Pembentukan dan Operasionalisasi UPTD X BUPATI
Pembentukan dan Operasionalisasi BUMD/BLUD X BUPATI
Proses spin-off BUMD ke KEK X BUPATI
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-6
Tabel 6.2. Indikasi Program Pengembangan Kawasan Teknopolitan Tahun 2018-2027
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
SUMBER PENDANAAN INSTANSI
PELAKSANA
TAHUN PELAKSANAAN
APBN APBD SWASTA 2018-2019
2020-2021
2022-2023
2024-2025
2026-2027
A. PEMBANGUNAN KAWASAN TAHAP II Pembangunan Kawasan Permukiman C X PENGEMBANG Pembangunan Kawasan Industri B X INDUSTRI Pembangunan Kawasan Perdagangan dan Jasa E X PENGEMBANG Pembangunan Kawasan Perkantoran D X PENGEMBANG Pembangunan Kawasan R&D A X KEMENRISTEK
Pembangunan Kawasan Rekreasi dan Olah Raga F X PENGEMBANG
Pembangunan Inkubator Bisnis B X
KEMENKO PEREKONOMIAN, BPPT, KEMENPERIN, KUKM,
Pembangunan Infrastruktur (Dry-Port dan Terminal) G X DISHUB
Pembangunan Rumah Sakit C X DISKES
Pembangunan Pusat Keamanan Kawasan/Kepolisian C X SETDA
B. SOSIALISASI DAN PROMOSI Identifikasi Calon Investor X SETDA Publikasi, Roadshow dan Sosialisasi X SETDA Pembentukan Komitmen Investor X SETDA C. KELEMBAGAAN
Pembentukan dan Operasionalisasi KEK X PENGELOLA KAWASAN
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-7
6.2. PENUTUP.
Dengan tersusunnya masterplan Kawasan Teknopolitan Pelalawan ini akan
menjadi acuan bagi semua pihak terkait yang akan membangun di Kawasan
Teknopolitan Pelalawan. Untuk lebih memperkuat fungsi dimaksud, langkah
selanjutnya adalah legalisasi masterplan ini menjadi sebuah peraturan perundang-
undangan di Kabupaten Pelalawan yang harus ditaati bersama.
Adapun kunci keberhasilan dari terlaksananya pengembangan dan pembangunan
Kawasan Teknopolitan Pelalawan adalah :
1. Kepastian pendanaan modal kerja dari Pemerintah sebelum dapat beroperasi
secara swadana.
2. Pengalihan kelembagaan pengelolaan dari lembaga Badan Milik Pemda ke Badan Usaha seperti BUMD atau PPP (public private partnership) dan
menjadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
3. Keselarasan program Kawasan Teknopolitan Pelalawan dengan program
Kabupaten Pelalawan lainnya.
4. Ketersediaan prasarana dan sarana transportasi bahan baku maupun produk
hasil dari dan keluar kawasan teknopolitan Pelalawan.
5. Kesiapan SDM yang menguasai IPTEK dalam pengembangan sektor pertanian
dan perkebunan dalam menghasilkan produk-produk unggulan yang berdaya
saing tinggi.
6. Menjaga kelestarian sumberdaya lokal dengan mengembangkan dan
domestikasi komoditas lokal menjadi komoditas unggulan.
7. Keberlangsungan communite college dan Pendidikan Tinggi yang langgeng
dan harus menjadi faktor unggulan Kabupaten Pelalawan ke depan.
Eksistensi Kawasan Teknopolitan Pelalawan pada akhirnya akan ditentukan oleh
penilaian dari para stakeholder tentang deliverables yang dihasilkan, apakah memang
mampu memberikan nilai tambah lebih dibanding dengan kondisi eksisting. Kondisi ini
hanya akan terjadi apabila manajemen Kawasan Teknopolitan Pelalawan mampu
membangun kerjasama strategis dan sinergis dengan instansi atau organisasi terkait di
pusat maupun daerah, baik di bidang teknologi maupun bisnis. Kerjasama dengan
instansi pusat sebaiknya diarahkan untuk pemanfaatan dan alih teknologi produksi
yang mampu memperkuat sumberdaya lokal dalam memberikan output yang
berkualitas dan standar, serta untuk pencitraan organisasi. Sementara itu koordinasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan VI-8
dan kerjasama dengan instansi dan mitra lokal diarahkan kepada kesamaan fokus
dalam pengembangan dan pemasaran produk, perkuatan sumberdaya produksi, dan
penggalangan sikap kerja bersama agar tidak muncul ketersinggungan institusional.
Agar kondisi tersebut dapat direalisasikan, dukungan Pimpinan Daerah menjadi
sangat penting, khususnya dalam :
Menunjuk manajemen Kawasan Teknopolitan Pelalawan, agar dipilih orang yang mempunyai kemampuan komunikasi, leadership, dan entepreunership
yang memadai;
Pemantauan jalannya organisasi, dan aktif memberikan solusi dan penengah, apabila terjadi kebuntuan koordinasi antar institusi;
Sosialisasi eksistensi Kawasan Teknopolitan Pelalawan ke luar Kabupaten Pelalawan, baik di lingkungan institusi pemerintah maupun organisasi bisnis;
Dengan demikian, pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan ini harus lebih
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan
daya saing daerah, dan bukan semata-mata menjadi sebuah lembaga milik perorangan
atau badan usaha swasta yang profit oriented. Orientasi kesejahteraan bersama lebih
diutamakan ketimbang orientasi keuntungan satu atau beberapa pihak tertentu.
Lahan Basah
1.485 Ha
2.165 Ha
Mineral
Desa Sekijang Mati
Desa Rantau Baru
Desa Kualaterusan
Kecamatan Langgam
GAS
PLTG
PT AGRITASARI PRIMA
PT MITRAUNGGUL PUSAKA
%[
%[
%[
%[
101.7412970.249162
101.8076290.249283
101.7308860.222111
101.8078570.194746
0°12' 0°12'
0°14' 0°14'
101°44'
101°44'
101°46'
101°46'
101°48'
101°48'
PENYUSUNAN MASTER PLANKAWASAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWANPROVINSI RIAU
PETA GEOLOGI
Proyeksi : .............UTMSistem grid : .............GeografisZone UTM : .............48N
1:15000
N
300 0 300 600 Meters
Sumber :1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Bakosurtanal Tahun 20002. Peta RTRW Kabupaten Pelalawan, Bappeda Tahun 2011-20203. Peta RTRW Provinsi Riau, Bappeda Provinsi Tahun 2010-2029
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN PELALAWAN
BADAN PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Kawasan Teknopolitan
Legenda :
Alluvium Sungai Rawa DanauAluvial termasuk GambutBatu Apung abu abu Batu PasirTufa Bentonit Batubara Muda
Deliniasi Kawasan TeknopolitanSungai
JalanKanalBatas Desa
Lahan Basah
1.485 Ha
2.165 Ha
Mineral
Desa Sekijang Mati
Desa Rantau Baru
Desa Kualaterusan
Kecamatan Langgam
GAS
PLTG
PT AGRITASARI PRIMA
PT MITRAUNGGUL PUSAKA
30
25
20
45
55
5040
15
35
20
30
50
15
55
45
15
30
35
45
35
35
50
15
35
25
35
25
25
30
40
30
45
50
40
40
45
35
35
25
35
20
45
30
30
35
40
30
40
30
25
40
20
45
40
40
40
15
30
30
30
35
30
20
35
30
35
35
30
30
30
30
45
35
20
35
25
25
40
15
30
15
35
%[
%[
%[
%[
101.7412970.249162
101.8076290.249283
101.7308860.222111
101.8078570.194746
0°12' 0°12'
0°14' 0°14'
101°44'
101°44'
101°46'
101°46'
101°48'
101°48'
PENYUSUNAN MASTER PLANKAWASAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWANPROVINSI RIAU
PETA KONTUR
Proyeksi : .............UTMSistem grid : .............GeografisZone UTM : .............48N
1:15000
N
300 0 300 600 Meters
Sumber :1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Bakosurtanal Tahun 20002. Peta RTRW Kabupaten Pelalawan, Bappeda Tahun 2011-20203. Peta RTRW Provinsi Riau, Bappeda Provinsi Tahun 2010-2029
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN PELALAWAN
BADAN PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Kawasan Teknopolitan
Legenda :
Deliniasi Kawasan TeknopolitanSungai
JalanKanalBatas Desa
101520
2530
3540
4550
55 Kontur
Lahan Basah
1.485 Ha
2.165 Ha
Mineral
Desa Sekijang Mati
Desa Rantau Baru
Desa Kualaterusan
Kecamatan Langgam
GAS
PLTG
PT AGRITASARI PRIMA
PT MITRAUNGGUL PUSAKA
%[
%[
%[
%[
101.7412970.249162
101.8076290.249283
101.7308860.222111
101.8078570.194746
0°12' 0°12'
0°14' 0°14'
101°44'
101°44'
101°46'
101°46'
101°48'
101°48'
PENYUSUNAN MASTER PLANKAWASAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWANPROVINSI RIAU
PETA SISTEM LAHAN
Proyeksi : .............UTMSistem grid : .............GeografisZone UTM : .............48N
1:15000
N
300 0 300 600 Meters
Sumber :1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Bakosurtanal Tahun 20002. Peta RTRW Kabupaten Pelalawan, Bappeda Tahun 2011-20203. Peta RTRW Provinsi Riau, Bappeda Provinsi Tahun 2010-2029
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN PELALAWAN
BADAN PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Kawasan Teknopolitan
Legenda :
GambutMineral
Deliniasi Kawasan TeknopolitanSungai
JalanKanalBatas Desa
Lahan Basah
1.485 Ha
2.165 Ha
Mineral
Desa Sekijang Mati
Desa Rantau Baru
Desa Kualaterusan
Kecamatan Langgam
GAS
PLTG
PT AGRITASARI PRIMA
PT MITRAUNGGUL PUSAKA
%[
%[
%[
%[
101.7412970.249162
101.8076290.249283
101.7308860.222111
101.8078570.194746
0°12' 0°12'
0°14' 0°14'
101°44'
101°44'
101°46'
101°46'
101°48'
101°48'
PENYUSUNAN MASTER PLANKAWASAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWANPROVINSI RIAU
PETA KOORDINAT KAWASAN TEKNOPOLITAN
Proyeksi : .............UTMSistem grid : .............GeografisZone UTM : .............48N
1:15000
N
300 0 300 600 Meters
Sumber :1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Bakosurtanal Tahun 20002. Peta RTRW Kabupaten Pelalawan, Bappeda Tahun 2011-20203. Peta RTRW Provinsi Riau, Bappeda Provinsi Tahun 2010-2029
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN PELALAWAN
BADAN PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Kawasan Teknopolitan
Legenda :
Deliniasi Kawasan Teknopolitan
Sungai
JalanKanalBatas Desa
Titik Koordinat%[
Lahan Basah
1.485 Ha
2.165 Ha
Mineral
Desa Sekijang Mati
Desa Rantau Baru
Desa Kualaterusan
Kecamatan Langgam
GAS
PLTG
PT AGRITASARI PRIMA
PT MITRAUNGGUL PUSAKA
%[
%[
%[
%[
101.7412970.249162
101.8076290.249283
101.7308860.222111
101.8078570.194746
0°12' 0°12'
0°14' 0°14'
101°44'
101°44'
101°46'
101°46'
101°48'
101°48'
PENYUSUNAN MASTER PLANKAWASAN TEKNOPOLITAN
KABUPATEN PELALAWANPROVINSI RIAU
PETA TUTUPAN LAHAN
Proyeksi : .............UTMSistem grid : .............GeografisZone UTM : .............48N
1:15000
N
300 0 300 600 Meters
Sumber :1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Bakosurtanal Tahun 20002. Peta RTRW Kabupaten Pelalawan, Bappeda Tahun 2011-20203. Peta RTRW Provinsi Riau, Bappeda Provinsi Tahun 2010-2029
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN PELALAWAN
BADAN PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Kawasan Teknopolitan
Legenda :
Deliniasi Kawasan TeknopolitanSungai
JalanKanalBatas Desa
BelukarHutanHutan AkasiaLahan Kosong/TerbukaPerkebunan RakyatSemak/Alang-alang/Rumput