Microsoft Word - FUNGSI UTAMA SISTEM IMUN SPESIFIK SELULER DAN
JALUR KOMPLEMEN YANG BERPERAN.doc
FUNGSI UTAMA SISTEM IMUN SPESIFIK SELULER DAN JALUR KOMPLEMEN
YANG BERPERAN
Bimo Rintoko
Praktisi Dental Preventive & Aesthetic Clinic Jakarta
ABSTRAK
Latar belakang : Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang
berkaitan dengan respons organisme terhadap
penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya,
serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena
imun. Tujuan : Di dalam makalah ini hanya akan dijelaskan tentang
respon imun seluler yang merupakan bagian dari respon imun
spesifik. Isi : respon imunologik terhadap bakteri anaerob dan
jalur komplemen yang berperan. Kesimpulan : Fungsi utama sistem
imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang
hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. Jalur
komplemen merupakan jalur yang berperan dalam respon imunologik
terhadap bakteri anaerob. Aktivasi jalur alternatif ini dimulai
dari C3 tanpa melalui C1, C4 dan C2.
Kata Kunci : Imunologi, respon imun seluler, sistem imun
spesifik seluler, Jalur komplemen.
Korespondensi : Bimo Rintoko, Dental Preventive & Aesthetic
Clinic Jakarta, Taman Palem Lestari Blok D10/17, Cengkareng
Jakarta barat, Indonesia. Jakarta 17 Mei 2009.
[email protected]
PENDAHULUAN
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan
respons organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri
sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan
kimia fisika fenomena imun.1
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan
infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem
pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang
dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe
pertahanan yang mempunyai spektrum luas, yang artinya tidak hanya
ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh
manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya
diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen yang
spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat, dapat dikelompokkan
manjadi imunitas yang
didapat secara aktif dan didapat secara pasif.2
Berbagai organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang
mati, asal hewan, tumbuhan, jamur bakteri, virus, parasit, berbagai
debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain iritan, ditemukan dalam
lingkungan hidupdan kerja kita sehingga setiap saat bahan-bahan
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai
penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel badan yang
menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi
ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu
disingkirkan.3
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur
pathogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasityang
dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada
manusia normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan
permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem
yaitu sistem
imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen.4
Respon imun seseorang terhadap terhadap unsur-unsur patogen
sangat bergantung pada kemampuan system imun untuk mengenal
molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan
unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang
tepat untuk menyingkirkan antigen.4
Dalam pandangan sekarang, respon imun diperlukan untuk tiga hal,
yaitu pertahanan, homeostatis dan pengawasan. Yang pertama
ditujukan untuk infeksi mikroorganisme, yang kedua terhadap
eliminasi kompone-komponen tubuh yang sudah tua
dan yang ketiga dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang
bermutasi terutama yang menjadi ganas. Dengan perkataan lain,
respon imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat
mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam
badan.3 Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sistem imun
seluler dan respon
imunologik terhadap bakteri anaerob dan jalur komplemen yang
berperan.
SISTEM IMUN. Yang dimaksud dengan sistem imun adalah semua
mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh
sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup.3
Rangsangan terhadap sel-sel tersebut terjadi apabila ke dalam
tubuh masuk suatu zat yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap
asing, yaitu yang disebut antigen. Sistem imun dapat membedakan zat
asing (non-self) dari zat yang berasal dari tubuh sendiri (self).
Dari beberapa keadaan patologik, sistem imun ini tidak dapat
membedakan self dan non-self sehongga sel-sel dalam sistem imun
membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri
yang disebut autoantibodi.6
Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada
dua jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun
nonspesifik dan respon imun spesifik.6
Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan
(innate immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut,
sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired)
yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana
yang terpapar sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis
respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan
memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang
tidak terdapat pada respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan
pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkatkan
efektifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan
interaksi antara satu komponen dengan komponen lain yang dapat
terdapat di dalam sistem imun. Interaksi tersebut berlangsung
bersama-sama
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktifasi biologik
yang seirama dan serasi.7,8
Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan
dalam menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan
respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik
membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum
dapat memberikan responnya.3
Respon imun nonspesifik. Salah satu upaya tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen
bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara
nonspesifik dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang
termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat penting,
khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit. Supaya
dapat terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada
dala jarak dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi
bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit. Untuk
mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal
ini dimungkinkan berkat dilepaskannya zat atau mediator tertentu
yang disebut factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari
bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang
sebelumnya telah berada di lokasi bakteri atau yang dilepaskan oleh
komplemen. Selain factor kemotaktik yang menarik fagosit menuju
antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya bakteri perlu
mengalami opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri
terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin atau komplemen (C3b),
agar supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit. Selanjutnya
partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis dan
oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung fagosom
seolah-olah ditelan
untuk kemudian dihancurkan, baik dengan proses oksidasi-reduksi
maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau
penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri.6
Selain fagositosis, manifestasi respon imun nonspesifik yang
lain adalah reaksi inflamasi. Sel-sel sistem imun tersebar di
seluruh tubuh tetapi bila terjadi infeksi di satu tempat perlu
memusatkan sel-sel sistem imun itu dan produk-produk yang
dihasilkannya ke lokasi infeksi. Selama respon ini terjadi tiga
proses penting, yaitu peningkatan aliran darah di area infeksi,
peningkatan permeabilitas kapiler akibat retraksi sel-sel endotel
yang mengakibatkan molekul-molekul besar dapat menembus dinding
vaskuler, dan migrasi leukosit ke luar vaskuler. Reaksi ini terjadi
akibat dilepaskannyamediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis
sel misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit,
vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta
anafilatoksin berasal dari kompone- komponen komplemen yang
merangsang penglepasan mediator-mediator oleh mastosit dan basofil
sebagai reaksi umpan balik. Mediator-mediator ini antara lain
merangsang bergeraknya sel-sel polimorfonuklear (PMN) menuju lokasi
masuknya antigen serta meningkatkan permeabilitas dinding vaskuler
yang mengakibatkan eksudasi protein plasma
dan cairan. Gejala inilah yang disebut respon inflamasi
akut.6
Respon imun spesifik. Berbeda dengan sistem imun nonspesifik,
sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul
dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga
terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Bila sel sistem
imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka
benda asing yang terakhir ini
akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya.3 Oleh
karena sistem tersebut
hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal
sebelumnya, maka sistm ini disebut spesifik. Sistem imun spesifik
dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan, tetapi pada
umumnya
terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit
dan antara sel T-makrofag.3
Sel-sel leukosit lain yang memegang peran penting dalam respon
imun adalah limfosit, bahkan limfosit merupakan inti dalam proses
respon imun spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis
antigen, baik antigen yang terdapat dalam intraseluler maupun
ekstraseluler misalnya dalam cairan tubuh atau dalam darah. Antigen
dapat berupa molekul yang berada pada permukaan unsure patogen atau
dapat juga merupakan toksin yang diproduksi oleh pathogen
bersangkutan. Sebenarnya ada beberapa subpopulasi limfosit limfosit
tetapi secara garis besar limfosit digolongkan dalam dua populasi
yaitu limfosit T yang berfungsi dalam respon imun seluler dan
limfosit B yang berfungsi dalam respon imun
humoral.5
Walaupun pada hakekatnya respon imun spesifik merupakan
interaksi antara berbagai komponen dalam sistem imun secara
bersama-sama, respon imun spesifik dibagi dalam tiga golongan,
yaitu respon imun seluler, respon imun humoral dan interaksi antara
respon imun seluler dan humoral.6 Di dalam makalah ini hanya akan
dijelaskan tentang
respon imun seluler yang merupakan bagian dari respon imun
spesifik.
Respon imun seluler. Banyak mikroorganisme yang hidup dan
berkembang biak secara intra seluler, antara lain dalam makrofag
sehingga sulit dijangkau oleh antibody. Untuk melawan
mikroorganisme intraseluler itu diperlukan respon imun seluler yang
merupakan fungsi limfosit T. Sub populasi sel T yang disebut sel T
penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen
bersangkutan melalui MHC (major histocompatibility complex) kelas
II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini
menginduksi limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin,
termasuk diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag
menghancurkan mikroorganisme tersebut. Subpopulasi limfosit T lain
yang disebit T-sitotoksis juga berfungsi menghancurkan
mikroorganisme intrasel yang disajikan melalui MHC kelas I secara
langsung (cell to cell). Selain itu menghancurkan mikroorganisme
secara langsung melalui ciuman maut, sel T- sitotoksik
(T-cytotoxic) juga menghasilkan gamma-interferon yang mencegah
penyebaran
mikroorganisme ke dalam sel lain.6
Gambar 1. Aktivasi helper T-cell.9
Gambar 2. Aktivasi cytotoxic T-cells.9
RESPON IMUNOLOGIK TERHADAP BAKTERI ANAEROB DAN JALUR KOMPLEMEN
YANG BERPERAN.
Komplemen merupakan salah satu enzim serum yang berfungsi dalam
inflamasi, opsonisasi partikel antigen dan menimbulkan kerusakan
membrane pathogen. Dewasa ini diketahui ada sekitar 20 jenis
protein yang berperanan dalam sistem komplemen.3
Komplemen merupakan molekul dari sistem nonspesifik larut dalam
keadaan tidak aktif, tetapi setiap waktu dapat diaktifkan oleh
berbagai bahan seperti antigen, komplek
imun dan sebagainya. Hasil aktivasi ini akan menghasilkan
berbagai mediator yang mempunyai sifat biologik aktif dan beberapa
diantaranya merupakan enzim untuk reaksi berikutnya. Beberapa
diantaranya berupa enzim, lainnya berupa protein pengontrol dan
beberapa lagi tidak mempunyai aktivasi enzim. Hal tersebut terjadi
sebagai usaha tubuh untuk menghancurkan antigen asing. Jalur
aktivasi komplemen tersebut sering pula disertai
kerusakan jaringan sehingga merugikan tubuh sendiri.3
Gambar 3. Sistem Komplemen.10
AKTIVASI KOMPLEMEN SECARA UMUM. Sistem komplemen dapat
diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur klasik dan jalur
alternatif. Aktivasi tersebut terjadi secara beruntun, berarti
bahwa produk yang timbul pada satu reaksi akan merupakan enzim
untuk
reaksi berikutnya.3
Aktivasi jalur klasik dimulai dengan C1, sedangkan aktivasi
jalur alternative dimulai dengan C3.3
Aktivasi jalur klasik diaktifkan oleh kompleks
imun/antigen/antibody sedang jalur alternatif tidak.3
AKTIVASI KOMPLEMEN MELALUI JALUR ALTERNATIF. Jalur alternative
terjadi tanpa melalui tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur
klasik (C1, C4 dan C2). Jalur alternatif sebenarnyaterjadi terus
menerus dalam derajat klinis yang tidak berarti.3
Kompleks imun (IgG dan IgM), agregat antibodi (IgG1, IgG2,
IgG3), lipid A dari endotoxin, protease, Kristal urat,
polinukleotida, membrane virus tertentu dan CRP dapat mengaktifkan
komplemen melalui jalur klasik. Bakteri (endotoksin), jamur, virus,
parasit, kontras (pada pemeriksaan radiologis), zimosan, agregat
IgA (IgA1, IgA2) dan IgG4, dan faktor
nefritik dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif.
Protein tertentu dan lipopolisakarida dapat mengaktifkan komplemen
melalui kedua jalur.3
Gambar 4. Hubungan antara aktivasi komplemen melalui jalur
klasik dan alternatif.11
KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan sistem imun adalah semua mekanisme yang
digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai
perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan
dalam lingkungan hidup.3
Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada
dua jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun
nonspesifik dan respon imun spesifik.6
Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan
(innate immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut,
sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired)
yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana
yang terpapar sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis
respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan
memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang
tidak terdapat pada respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan
pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkatkan
efektifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan
interaksi antara satu komponen dengan komponen lain yang dapat
terdapat di dalam sistem imun. Interaksi tersebut berlangsung
bersama-sama
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktifasi biologik
yang seirama dan serasi.7,8
Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan
terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan
keganasan.3
Jalur komplemen merupakan jalur yang berperan dalam respon
imunologik terhadap bakteri anaerob. Aktivasi jalur alternatif ini
dimulai dari C3 tanpa melalui C1, C4 dan C2.
Ucapan terima kasih penulis kepada :
Alm. Bambang Sukusno, drg, Mkes; Ambarini, drg; Aditya Wisnu
Putranto, drg, Dyah Sita Ayu; Dyah Nirma Ayu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorlands Pocket Medical Dictionary.25/E, W.B. Saunders
Company, Philadelphia, Pennsylvania, 1995.
2. Roeslan, Boedi Oetomo. Imunologo Oral : Kelainan Di Dalam
Rongga Mulut. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
2002.
3. Baratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi Dasar. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2000.
4. Roitt IM, Brostoff J, Male J. Immunology, 3rd ed. St Louis
Mosby Co 1993 : 1.1-1.12.
5. Male D, Champion B, Cooke A, Owen M. The Immune System. In
Advanced Immunology
2nd ed. New York; Gover Med Publ, 1991 : 1.1-1.15.
6. Kresno, Siti Boedina. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur
Laboratorium. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1996.
7. Roitt IM. The Basis of Immunology II. Specific acquired
immunity. In: Essential
Immunology 6th ed. Oxford, Blackwell Scientific Publication,
1988 : 15-27.
8. Gershon RK. Richard Gershon and the immunological orchestra.
In: Golup ES (ed).
Immunology: A Synthesis. Sunderland, Mass, Sinauer Association,
Inc. 1987 : 531-536.
9. Available at :
http://www.iba-go.com/images/streptamers/t-cells03.gif. 10.42 AM,
March 15,
2009.
10. Available at :
http://www.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/2020%20Exam%
20Reviews/Exam%202/CH21%20Complement%20System.htm. 11.02 AM,
March 15,
2009.
11. Available at :
http://www.coldbacon.com/mdtruth/pics/bsl-complement.jpg. 10.59 AM,
March
15, 2009.