Top Banner
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat (Hurlock, 2005). Penyesuaian adalah usaha menusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Mu’tadin, 2002). 1. Pengertian Penyesuaian Diri Seorang individu tidak dilahirkan dalam keadaan sudah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Penyesuaian diri berlangsung secara terus menerus antara memuaskan kebutuhan diri sendiri dan tuntutan lingkungan, termasuk tuntutan orang lain secara kelompok ataupun masyarakat. Hal ini yang menjadikan penyesuaian diri sebagai komponen penting agar tercapai individu yang sehat secara fisik dan mental (Mu’tadin, 2002). Penyesuaian diri adalah reaksi individu terhadap tuntutan yang dihadapkan kepada individu tersebut. Tuntutan psikologis yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tuntutan eksternal dan tuntutan internal (Vembriarto, 1993). Selanjutnya Vembriarto (1993) juga menjelaskan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu dapat dipahami sebagai
28

14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

Jan 13, 2017

Download

Documents

duongnguyet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Diri

Penyesuaian mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian individu

berfungsi secara efisien dalam masyarakat (Hurlock, 2005). Penyesuaian

adalah usaha menusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan

pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan

suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan

tuntutan lingkungan (Mu’tadin, 2002).

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Seorang individu tidak dilahirkan dalam keadaan sudah mampu

menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Penyesuaian diri

berlangsung secara terus menerus antara memuaskan kebutuhan diri

sendiri dan tuntutan lingkungan, termasuk tuntutan orang lain secara

kelompok ataupun masyarakat. Hal ini yang menjadikan penyesuaian diri

sebagai komponen penting agar tercapai individu yang sehat secara fisik

dan mental (Mu’tadin, 2002).

Penyesuaian diri adalah reaksi individu terhadap tuntutan yang

dihadapkan kepada individu tersebut. Tuntutan psikologis yang dimaksud

dapat diklasifikasikan menjadi tuntutan eksternal dan tuntutan internal

(Vembriarto, 1993). Selanjutnya Vembriarto (1993) juga menjelaskan

bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu dapat dipahami sebagai

Page 2: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

15

hasil (achievement) dan atau sebagai proses. Penyesuaian diri sebagai hasil

berhubungan dengan kualitas atau efisiensi penyesuaian diri yang

dilakukan individu. Penyesuaian diri individu dapat dievaluasi menjadi

baik atau buruk dan secara praktis dapat dibandingkan dengan penyesuaian

diri yang dilakukan oleh individu lain dengan meninjau kualitas atau

efesiensinya. Konsep kedua, yaitu penyesuaian diri sebagai proses

menekankan pada cara atau pola yang dilakukan individu untuk

menghadapi tuntutan yang dihadapkan kepadanya.

Runyon dan Haber (1984) mengemukakan bahwa penyesuaian diri

dapat dipandang sebagai keadaan (state) atau sebagai proses. Penyesuaian

diri sebagai keadaan berarti bahwa penyesuaian diri merupakan suatu

tujuan yang ingin dicapai oleh individu. Menurut Runyon dan Haber,

konsep penyesuaian diri sebagai keadaan mengimplikasikan bahwa

individu merupakan keseluruhan yang bisa bersifat well adjusted dan

maladjusted. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik terkadang

tidak dapat meraih tujuan yang ditetapkannya, membuat dirinya atau orang

lain kecewa, merasa bersalah, dan tidak dapat lepas dari perasaan takut dan

kuatir. Penyesuaian diri sebagai tujuan atau kondisi ideal yang diharapkan

tidak mungkin dicapai oleh individu dengan sempurna. Tidak ada individu

yang berhasil menyesuaikan diri dalam segala situasi sepanjang waktu

karena situasi senantiasa berubah. Runyon dan Haber (1984) menjelaskan

bahwa penyesuaian dirimerupakan proses yang terus berlangsung dalam

kehidupan individu. Situasi dalam kehidupan selalu berubah. Individu

Page 3: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

16

mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang terjadi

di lingkungannya. Berdasarkan konsep penyesuaian diri sebagai proses,

penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dengan mengetahui bagaimana

kemampuan individu menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah.

Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa penyesuaian diri

adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri,

dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup.

Schneiders menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses

yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu

berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena

terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga tercapai keselarasan dan

keharmonisan antara diri sendiri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri

juga sebagai interaksi terus-menerus antara individu dengan

lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional.

Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen

perubahan. (Schneiders, 1991).

Penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompok pada khususnya (Hurlock, 2006). Orang yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial

seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan

orang lain, baik teman maupun orang yang tidak dikenal sehingga sikap

orang lain terhadap mereka menyenangkan. Meichiati (1983) menyebutkan

Page 4: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

17

penyesuaian sosial adalah usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi

yang serasi antara seseorang dengan masyarakat sekitarnya sehingga

terjadi hubungan yang bertimbal balik yang harmonis antara keduanya.

Penyesuaian sosial dapat berlangsung karena ada dorongan manusia untuk

memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan ini adalah untuk mencapai

kesimbangan antara tuntutan sosial dengan harapan yang ada dalam

dirinya.

Schneiders (1991) mendefenisikan penyesuaian diri sebagai suatu

kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan bermanfaat terhadap

realitas, situasi dan relasi sosial sehingga kriteria yang harus dipenuhi

dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang dapat

diterima dan memuaskan. Menurut Agustina (2006), penyesuaian diri

merupakan penyesuaian yang dilakukan individu terhadap lingkungan

yang berada di luar dirinya seperti lingkungan rumah, sekolah dan

masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi

perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan

diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan

oleh diri sendiri dan lingkungannya.

Page 5: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

18

2. Kriteria Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri berlangsung secara terus-menerus dalam diri

individu dan lingkungan. Schneiders (1991) memberikan kriteria

individu dengan penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut :

a) Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya.

b) Objektivitas diri dan penerimaan diri

c) Kontrol dan perkembangan diri

d) Integrasi pribadi yang baik

e) Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya

f) Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat

g) Mempunyai rasa humor

h) Mempunyai rasa tanggung jawab

i) Menunjukkan kematangan respon

j) Adanya perkembangan kebiasaan yang baik

k) Adanya adaptabilitas

l) Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat

m) Memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap

orang lain

n) Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain

o) Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain

p) Memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas

Page 6: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

19

Lazarus (1961) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik

mencakup empat ciri sebagai berikut :

a) Kesehatan fisik yang baik

Kesehatan fisik yang baik berarti individu bebas dari gangguan

kesehatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan masalah

selera makan ataupun masalah fisik yang disebabkan faktor

psikologis.

b) Kenyamanan psikologis

Individu yang merasakan kenyamanan psikologis berarti terbebas

dari gejala psikologis seperti obsesif-kompulsif, kecemasan dan

depresi.

c) Efisiensi kerja

Efisiensi kerja dapat dicapai bila individu mampu memanfaatkan

kapasitas kerja maupun sosialnya.

d. Penerimaan sosial

Penerimaan sosial terjadi bila individu diterima dan dapat

berinteraksi dengan individu lain. Individu dapat diterima dan

berinteraksi dengan individu lain jika individu mematuhi norma dan

nilai yang berlaku.

Page 7: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

20

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Schneiders (1991) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang

baik meliputi enam aspek sebagai berikut :

a. Kontrol terhadap emosi yang berlebihan

Aspek pertama menekankan kepada adanya kontrol dan ketenangan

emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi

permasalahan secara inteligen dan dapat menentukan berbagai

kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan

berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol

emosi ketika menghadapi situasi tertentu.

b) Mekanisme pertahanan diri yang minimal

Aspek kedua menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih

mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian

masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan

diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi.

Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan

yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian

jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan

tersebut tidak berharga untuk dicapai.

c) Frustrasi personal yang minimal

Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak

berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk

Page 8: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

21

mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah

laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

d) Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri

Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan

pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan

mengorganisasi pikiran, tingkah laku dan perasaan untuk

memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan

penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan

penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi

yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang

menimbulkan konflik.

e) Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa

lalu.

Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses

belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil

dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. Individu

dapat menggunakan pengalamannya maupun pengalaman orang lain

melalui proses belajar. Individu dapat melakukan analisis mengenai

faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu

penyesuaiannya.

Page 9: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

22

f) Sikap realistik dan objektif

Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang

rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan

individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

Hurlock (2006) mengemukakan aspek-aspek dalam penyesuaian

diri, antara lain :

a) Penampilan nyata

Overperformance yang diperlihatkan individu sesuai norma yang

berlaku di dalam kelompoknya, berarti individu dapat memenuhi

harapan kelompok dan dapat diterima menjadi anggota kelompok

tersebut.

b) Penyesuaian diri terhadap kelompok

Hal ini berarti bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri

secara baik dengan kelompok yang dimasukinya, baik teman sebaya

maupun orang dewasa.

c) Sikap sosial

Individu mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap

orang lain, ikut berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya

dengan baik dalam kegiatan sosial.

d) Kepuasan pribadi

Hal ini ditandai dengan adanya rasa puas dan perasaan bahagia

karena dapat ikut ambil bagian dalam aktifitas kelompoknya dan

mampu menerima diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial.

Page 10: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

23

Runyon dan Haber (1984) menyebutkan bahwa penyesuaian diri

yang dilakukan individu memiliki 5 (lima) aspek sebagai berikut :

a) Persepsi terhadap realitas

Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan

menginterpretasikannya, sehingga mampu menentukan tujuan yang

realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali

konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku

yang sesuai.

b) Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti

individu mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam

hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami.

c) Gambaran diri yang positif

Gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian individu

tentang dirinya sendiri. Individu mempunyai gambaran diri yang

positif baik melalui penilaian pribadi maupun melalui penilaian

orang lain, sehingga individu dapat merasakan kenyamanan

psikologis.

d) Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik

Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik berarti individu

memiliki ekspresi emosi dan kontrol emosi yang baik.

Page 11: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

24

e) Hubungan interpersonal yang baik

Memiliki hubungan interpersonal yang baik berkaitan dengan

hakekat individu sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir tergantung

pada orang lain.Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik

mampu membentuk hubungan dengan cara yang berkualitas dan

bermanfaat.

Berdasarkan penjelasan diatas, aspek-aspek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah aspek penyesuaian diri menurut Scchneider (1991),

yaitu kontrol terhadap emosi yang berlebihan, mekanisme pertahanan diri

yang minimal, frustrasi personal yang minimal, pertimbangan rasional dan

kemampuan mengarahkan diri, kemampuan untuk belajar dan

memanfaatkan pengalaman masa lalu, sikap realistik dna objektif

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Sawrey dan Telford (1968) mengemukakan bahwa penyesuaian

bervariasi sifatnya, apakah sesuai atau tidak dengan keinginan sosial,

sesuai atau tidak dengan keinginan personal, menunjukkan konformitas

sosial atau tidak, dan atau kombinasi dari beberapa sifat di atas. Sawrey

dan Telford (1968) lebih jauh lagi mengemukakan bahwa penyesuaian

yang dilakukan tergantung pada sejumlah faktor yaitu pengalaman

terdahulu, sumber frustrasi, kekuatan motivasi, dan kemampuan individu

untuk menanggulangi masalah.

Page 12: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

25

Menurut Schneiders (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri adalah :

a) Keadaan fisik

Kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik

merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik.

Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi

adanya hambatan pada individu dalam melaksanakan penyesuaian

diri.

b) Perkembangan dan kematangan

Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap

perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu

meninggalkan tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal

tersebut bukan karena proses pembelajaran semata, melainkan

karena individu menjadi lebih matang. Kematangan individu dalam

segi intelektual, sosial, moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana

individu melakukan penyesuaian diri.

c) Keadaan psikologis

Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya

penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya

frustrasi, kecemasan dan cacat mental akan dapat melatarbelakangi

adanya hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik

akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras

Page 13: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

26

dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya. Variabel

yang termasuk dalam keadaan psikologis di antaranya adalah

pengalaman, pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri.

d) Keadaan lingkungan

Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram, aman, penuh

penerimaan dan pengertian, serta mampu memberikan perlindungan

kepada anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan

memperlancar proses penyesuaian diri. Sebaliknya apabila individu

tinggal di lingkungan yang tidak tentram, tidak damai, dan tidak

aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan dalam

melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan lingkungan yang

dimaksud meliputi sekolah, rumah, dan keluarga. Sekolah bukan

hanya memberikan pendidikan bagi individu dalam segi intelektual,

tetapi juga dalam aspek sosial dan moral yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari. Sekolah juga berpengaruh dalam

pembentukan minat, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menjadi

dasar penyesuaian diri yang baik (Schneiders, 1991).

Keadaan keluarga memegang peranan penting pada individu dalam

melakukan penyesuaian diri. Susunan individu dalam keluarga,

banyaknya anggota keluarga, peran sosial individu serta pola

hubungan orang tua dan anak dapat mempengaruhi individu dalam

melakukan penyesuaian diri. Keluarga dengan jumlah anggota yang

banyak mengharuskan anggota untuk menyesuaikan perilakunya

Page 14: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

27

dengan harapan dan hak anggota keluarga yang lain. Situasi tersebut

dapat mempermudah penyesuaian diri, proses belajar, dan sosialisasi

atau justru memunculkan persaingan, kecemburuan, dan agresi.

Setiap individu dalam keluarga memainkan peran sosial sesuai

dengan harapan dan sikap anggota keluarga yang lain. Orang tua

memiliki sikap dan harapan supaya anak berperan sesuai dengan

jenis kelamin dan usianya. Sikap dan harapan orang tua yang

realistik dapat membantu remaja mencapai kedewasaannya sehingga

remaja dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung

jawab. Sikap orang tua yang overprotektif atau kurang peduli akan

menghasilkan remaja yang kurang mampu menyesuaikan diri.

Hubungan anak dengan orang tua dapat mempengaruhi penyesuaian

diri. Penerimaan orangtua terhadap remaja memberikan

penghargaan, rasa aman, kepercayaan diri, afeksi pada remaja yang

mendukung penyesuaian diri dan stabilitas mental. Sebaliknya,

penolakan orang tua menimbulkan permusuhan dan kenakalan

remaja. Identifikasi anak pada orang tua juga mempengaruhi

penyesuaian diri. Apabila orang tua merupakan model yang baik,

identifikasi akan menghasilkan pengaruh yang baik terhadap

penyesuaian diri.

e) Tingkat religiusitas dan kebudayaan

Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis

yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan

Page 15: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

28

ketegangan psikis lain. Religiusitas memberi nilai dan keyakinan

sehingga individu memiliki arti, tujuan, dan stabilitas hidup yang

diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi

dalam hidupnya (Schneiders, 1991). Kebudayaan pada suatu

masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan

tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau

justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi penyesuaian diri meliputi keadaan fisik individu,

perkembangan dan kematangan psikologis, lingkungan, serta religiusitas

dan kebudayaan.

B. Konseling Realitas

1. Pengertian Konseling Realitas

Konseling realitas diperkenalkan oleh William Glasser pada tahun

1950. Konseling realitas merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan

sebagai reaksi melawan konseling konvensional. Konseling realitas adalah

konseling yang bersifat jangka pendek yang berfokus pada kondisi saat ini,

menekankan pada kekuatan pribadi, dan mendorong individu untuk

mengembangkan tingkah laku yang lebih realistik agar dapat mencapai

kesuksesan (Corey, 2005).

Glasser (dalam Latipun, 2008) mendasari pendekatan realitas

dengan pandangannya yaitu bahwa setiap manusia memiliki dua

Page 16: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

29

kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan

fisiologis yang dimaksud adalah sama dengan pandangan ahli lain,

sedangkan kebutuhan psikologis manusia yang mendasar ada dua macam,

yaitu : (1) kebutuhan dicintai dan mencintai, dan (2) kebutuhan akan

penghargaan. Kedua kebutuhan psikologis itu bila digabungkan menjadi

satu kebutuhan yang sangat utama yang disebut kebutuhan identitas

(identity). Identitas merupakan cara seseorang melihat dirinya sendiri

sebagai manusia dalam hubungannya dengan orang lain dan dunia luarnya.

Setiap orang mengembangkan gambaran identitasnya (identity image)

berdasarkan atas pemenuhan kebutuhan psikologisnya. Individu yang

berhasil menemukan kebutuhannya, yaitu terpenuhinya kebutuhan cinta

dan penghargaan akan mengembangkan gambaran diri sebagai orang yang

berhasil dan membentuk identitasnya dengan success identity sebaliknya

jika individu yang gagal menemukan kebutuhannya, akan

mengembangkan gambaran diri sebagai orang yang gagal dan membentuk

identitasnya dengan identitas kegagalan (failure identity). Gambaran

identitas ini dimiliki oleh setiap orang mulai dari usia lima tahun hingga

dewasa. Berdasarkan segenap pengalaman-pengalamannya, individu akan

memberikan gambaran terhadap dirinya sebagai orang yang berhasil atau

gagal. Konseling realitas dalam hal ini berperan untuk membantu individu

dalam mencapai success identity, dimana dalam konseling, konselor akan

berfokus pada perilaku individu saat ini. Namun, konseling realitas

berbeda dengan pendekatan behavioral yang berfokus pada stimulus

Page 17: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

30

respon. Konseling ini berpusat pada person yang melihat perilaku dalam

konteks fenomenologis.

Berdasarkan pandangan-pandangan diatas, dapat dinyatakan bahwa

konseling realitas adalah konseling yang bersifat jangka pendek. Konselor

pada konseling realitas menekankan pada kekuatan pribadi yang dimiliki

oleh individu. Konseling realitas berfokus pada perilaku individu saat ini

dan membuka jalan kepada individu untuk menampilkan perilaku yang

dapat membawa individu ke keberhasilan dan pada akhirnya

memunculkan success identity di dalam diri individu.

2. Prosedur Konseling Realitas

Prosedur konseling realitas dapat dilakukan dengan langkah

WDEP, yaitu wants, direction and doing, evaluation, dan planning(Corey,

1996).

Berikut ini adalah penjelasan dari langkah WDEP :

a) Wants : Wants merupakan suatu tahapan dimana konselor melakukan

eksplorasi terhadap harapan, kebutuhan dan persepsi dari individu.

Konselor dapat bertanya, “Apa yang anda inginkan?”. Melalui

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan konselor, seorang individu

diharapkan dapat memahami apakah harapan-harapan mereka sejalan

dengan kebutuhan mereka saat ini. Konselor pada tahapan ini harus

bersifat hangat dan menerima sehingga memungkinkan konseli untuk

menjabarkan setiap hal yang ia inginkan baik dalam keluarga,

pertemanan, ataupun pekerjaan. Beberapa pertanyaan yang dapat

Page 18: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

31

digunakan pada sesi ini adalah : “Jika anda sudah menjadi sosok

impian anda, bagaimanakah sosok itu?” “Bagaimana reaksi keluarga

anda jika keinginan mereka dan keingsinan anda sejalan?” “Apakah

anda ingin berubah?” “Menurut anda, apa yang membuat anda tidak

dapat berubah?”

b) Direction and Doing : Konselor realitas menekankan pada perilaku

saat ini dan bukan pada masa lalu. Oleh karenanya, seorang konselor

realitas biasanya sering bertanya, “Apa yang anda lakukan saat ini?”

Meskipun suatu masalah bisa berakar dari pengalaman masa lalu,

namun individu perlu belajar bagaimana cara berdamai dengan masa

lalunya dan menunjukkan perilaku yang lebih baik untuk mencapai

keinginannya. Kondisi masa lalu individu boleh saja didiskusikan

apabila hal itu memang dapat membantu individu menyusun

perencanaan hidup yang lebih baik.

Pada sesi ini, konselor mendiskusikan dengan individu mengenai apa

saja tujuan hidup mereka, apa yang akan mereka lakukan, dan kemana

hidup mereka akan berjalan dengan perilaku yang mereka tunjukkan

saat ini. Seorang konselor dapat bertanya, “Apa yang anda lihat pada

diri anda saat ini? Bagaimana masa depan anda?”.

c) Evaluation

Inti dari konseling realitas adalah untuk membantu individu

mengevaluasi perilakunya. Konselor dapat bertanya, “Apakah

perilaku anda saat ini cukup rasional untuk membawa anda ke

Page 19: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

32

keinginan anda? Apakah perilaku anda dapat mewujudkan apa yang

menjadi keinginan anda?”.Konselor pada tahapan ini dapat

mengkonfrontasi individu mengenai konsekuensi dari perilakunya.

d) Planning and Commitment

Ketika individu sudah dapat menentukan apa yang mereka inginkan

dan siap untuk diajak mengeksplorasi bentuk-bentuk perilaku yang

dapat membawa mereka ke tujuan yang mereka inginkan, maka sudah

waktunya konselor mengajak individu membuat rencana aksi.

Wubbolding (dalam Corey, 1996) mengemukakan bahwa dalam

membuat perencanaan perilaku, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

yaitu :

a) Pembuatan rencana perilaku harus memperhatikan kapasitas

motivasi dan kemampuan dari setiap individu. Seorang konselor

yang terlatih dapat membantu individu untuk membuat

perencanaan yang memuaskan kehidupannya. Konselor misalnya

dapat bertanya kepada individu, “rencana seperti apa yang harus

anda buat agar anda lebih puas dengan hidup anda?”

b) Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang sederhana dan

mudah dimengerti. Perencanaan perilaku harus bersifat spesifik,

konkrit, dapat diukur, dan harus fleksibel atau dapat diubah-ubah

ketika individu sudah memahami perilaku apa yang sebenarnya

ingin diubah.

Page 20: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

33

c) Perencanaan yang dibuat haruslah berdasarkan pada persetujuan

individu.

d) Konselor harus mendorong individu untuk membuat

perencanaannya sendiri

e) Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat repetitif

dan dilakukan setiap hari

f) Perencanaan harus dilakukan sesegera mungkin

g) Perencanaan yang baik meliputi aktivitas yang bersifat process

centered, misalnya : individu dapat memiliki rencana untuk

melamar pekerjaan, menulis surat untuk teman, masuk klub yoga,

makan makanan bergizi, dan berlibur

h) Sebelum individu melakukan perencanaan, ada baiknya jika

individu diminta untuk mengevaluasi perencanaan yang dibuat,

apakah perencanaan tersebut sudah realistis.

i) Untuk memastikan bahwa individu akan melaksanakan rencana

yang sudah dibuat, maka individu harus membuat pernyataan

secara tertulis.

Pelaksanaan konseling realitas pada penelitian ini akan dilakukan secara

berkelompok. American Psychological Association (APA) menjelaskan bahwa

konseling kelompok adalah konseling yang melibatkan satu atau dua orang

konselor yang membawakan konseling untuk satu kelompok yang terdiri dari 5

(lima) hingga 15 (lima belas) orang individu yang memiliki permasalahan yang

sama (Corey, 1996). Spitz dan Spitz (1999) menyebutkan bahwa konseling

Page 21: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

34

kelompok adalah konseling yang dibawakan oleh seorang profesional untuk

sekelompok orang yang memiliki keinginan untuk menyelesaikan

permasalahannya secara bersama-sama. Anggota kelompok adalah orang-orang

yang memiliki permasalahan psikologis yang sama dan membutuhkan konseling

untuk menyelesaikan permasalahannya.

American Psychological Association (APA) jugamenuliskan bahwa

konseling kelompok menawarkan keuntungan yang tidak didapatkan dalam

konseling individual, yaitu adanya dukungan dari individu-individu yang senasib

sehingga setiap anggota kelompok dapat menyadari bahwa ia bukan satu-satunya

orang yang mengalami masalah. Selain itu, konseling kelompok juga

memungkinkan anggota kelompok belajar dari pengalaman anggota kelompok

lain yang berhasil mengatasi masalahnya dengan strategi tertentu (Coey, 1996).

Berdasarkan prosedur konseling diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

konseling realitas secara garis besar melalui empat tahapan yang disebut WDEP

(wants, direction and doing, evaluation, dan planning and commitment). Saat

memasuki tahapan planning and commitment, seorang konselor juga harus

memperhatikan sembilan hal yang dikemukakan oleh Corey (1996) agar individu

dapat membuat suatu perencanaan yang relistis, spesifik, mudah dimengerti, dan

dapat segera dilaksanakan. Adapun pelaksanaan konseling realitas yang akan

diselenggarakan secara berkelompok dapat diartikan sebagai bentuk konseling

realitas yang dibawakan oleh satu, dua, atau beberapa konselor. Anggota

kelompok yang mengikuti konseling realitas berjumlah antara 5-15 orang,

memiliki permasalahan psikologis yang sama, membutuhkan bantuan psikologis,

Page 22: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

35

dan bersedia mengikuti konseling kelompok (menyelesaikan permasalahannya

bersama-sama dengan orang lain).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling

Lynch (2012) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dari suatu konseling, yaitu :

a) Kedekatan antara konselor dan individu

Kedekatan antara konselor dengan individu merupakan hal yang

penting untuk meraih kesuksesan dalam konseling. Konselor

harus mampu menunjukkan beberapa karakteristik yang mampu

meningkatkan rapport dalam konseling seperti tertarik pada

masalah individu, tenang, hangat, dan penuh penghargaan

terhadap individu.

Kedekatan antara konselor dan individu biasanya dapat dibentuk

dalam waktu yang cukup cepat yaitu 2-4 sesi atau bahkan 10

menit saja, tergantung dari bagaimana pembawaan konselor saat

pertama kali bertemu dengan individu.

b) Motivasi Subjek

Motivasi individu dalam mengikuti konseling adalah kunci utama

yang menentukan keberhasilan dari suatu konseling. Motivasi

subjek dapat terlihat dari kehadiran subjek dalam seluruh sesi

konseling dan kemampuan subjek untuk selalu bersikap

kooperatif.

Page 23: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

36

c) Kemampuan subjek mempelajari perilaku baru

Subjek yang berhasil meraih kesuksesan adalah subjek yang

merasa kondisinya lebih baik setelah mengikuti konseling. Hal ini

ditunjukkan dengan kesediaan dan kemampuan subjek untuk

mempelajari perilaku baru seperti meningkatnya rasa percaya diri,

ataupun berkurangnya simptom-simptom yang sebelumnya

dimiliki.

C. Efektivitas Konseling Realitas untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri

Taruna

Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup

respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu

agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang

dialami dalam dirinya (Agustiani, 2009). Satriawan (2013) dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa penyesuaian diri penting bagi siswa

untuk menyeimbangkan kebutuhannya dengan lingkungan sehingga tercipta

suasana yang harmonis antara siswa dengan tuntutan yang bersumber dari

lingkungan. Kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri mempunyai

pengaruh yang cukup besar dalam memberikan persepsi terhadap keadaan

yang dihadapi, siswa yang yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan

mampu menhadapi keadaan yang sulit dengan penyesuaian diri yang

positif. Davidoff (1991) mengatakan bahwa manusia dituntut untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam

Page 24: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

37

sekitarnya. Proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

faktor fisiologis, faktor psikologis, faktor perkembangan dan kematangan,

faktor lingkungan, faktor budaya dan agama (Enung, 2008).

Penyesuaian diri berlangsung secara terus-menerus dalam diri

individu dan lingkungan. Penjabaran defenisi tersebut memberikan

penjelasan bahwa dengan penyesuaian diri yang baik, siswa diharapkan

semakin mampu untuk menghadapi lingkungannya dan memiliki cara

pandang yang positif dalam menghadapi setiap tuntutan dalam lingkungan

pendidikan. Kemampuan untuk mampu menghadapi realita lingkungan

dapat ditingkatkan melalui pemberian intervensi berupa konseling realita.

Melalui pemberian konseling realita maka siswa akan semakin mampu

untuk menghadapi kenyataan hidup yang selanjutnya semakin mampu

menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Fokus dalam konseling

realitas ini adalah permasalahan yang sedang dihadapi dan kenyataan yang

dihadapi siswa pada saat ini (Fauzan, 2004).

Konseling realitas mengidealkan tingkah laku sebagai individu

yang tercukupi kebutuhannya akan cinta dan harga diri, mengembangkan

tingkah laku yang normal yakni yang bertanggung jawab dan berorientasi

pada realita, mengidentifikasi diri sebagai individu yang berhasil atau

sukses (Fauzan, 2004). Proses konseling realita menggunakan prinsip 3 R

(Right, Responsibility,Reality), yang mempunyai arti: 1) Right, yang

dimaksud Glasser ada ukuran atau norma yang diterima secara umum

diamana tingkah laku dapat diperbandingkan; 2) Responsibility, prinsip ini

Page 25: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

38

merupakan kemampuan untuk mencapai sesuatu kebutuhan dan untuk

berbuat dalam cara yang tidak merampas keinginan orang lain dalam

memenuhi kebutuhan mereka; 3) Reality, dalam hal ini orang harus

memahami bahwa ada dunia nyata dari bahwa mereka harus memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya dalam kerangka kerja tertentu (Fauzan, 2004).

Berdasarkan pandangan tersebut konseling realita mempunyai tujuan yaitu

membantu individu mencapai otonomi, konseling ini juga membantu

individu dalam mengartikan dan memperluas tujuan-tujuan hidup mereka,

menekankan tujuan konseling realita dari sudut pandang konselor (Fauzan,

2004). Seperti halnya pendekatan-pendekatn konseling lainnya yang

mempunyai pprosedur dalam pelaksanaannya konseling realita juga

mempunyai prosedur dalam melakukan konseling.

Fauzan (2004) juga mengungkapkan prosedur konseling realita

yang didasarkan pada delapan prinsip yaitu: (involvement: focus on

personal), berpusat pada tingkah laku (focus on behavior, pertimbangan

nilai (value judgment), perencanaan tingkah laku yang bertanggung jawab

(planning responsible behavior), kesepakatan (commitment), tiada ampunan

(no-excuse), dan membatasi hubungan (eliminate punishment). Oleh

karenaitu melalui penggunaan konseling realitas diharapkan individu

mampu merencanakan dan memunculkan perilaku yang bertanggung jawab

dan sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitar. Terkait dengan penerapan

konseling realitas ini, Satriawan (2013) melakukan penelitian untuk melihat

efektivitas konseling realitas terhadap penyesuaian diri, ia membuktikan

Page 26: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

39

bahwa konseling realitas efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri.

Berdasarkan penjelasan ini maka diharapkan konseling realitas dapat

meningkatkan penyesuaian diri taruna sehingga semakin mampu

menyesuaikan dirinya dan bersikap mandiri secara optimal.

Page 27: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

40

Hasil preliminary research: ada taruna tingkat I ATKP Medan yang memiliki penyesuaian diri rendah

Experiment group (EG):5 orang

Control group (CG):5 orang

Mendapat intervensi : konseling realitas

W : eksplorasi keinginan dan harapan taruna D : mengidentififkasi tindakan/perilaku yang telah dilakukan taruna E : evaluasi kesesuaian antara harapan taruna dengan tindakan/perilaku yang dilakukan P : membuat rencana perubahan perilaku penyesuaian diri

Analisa hasil posttestuntuk melihat apakah ada perbedaan skor penyesuaian diri pada CG dan EG

Pretest: Pengukuran skor penyesuaian

diri sebelum intervensi

Tidak mendapat intervensi

Pretest: Pengukuran skor penyesuaian

diri sebelum intervensi

Diberi intervensi konseling realitas (pretest-posttest control group design)

Gambar 2.1 Bagan Paradigma Penelitian

Follow up

Page 28: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian ...

41

D. Hipotesa Penelitian

Ho : Tidak terdapat perbedaan penyesuaian diri antara kelompok yang

diberi intervensi konseling realitas (kelompok eksperimen) dan kelompok

yang tidak diberi intervensi konseling realitas (kelompok kontrol).

Ha : terdapat perbedaan penyesuaian diri kelompok yang diberi

intervensi konseling realitas (kelompok eksperimen) dan kelompok yang

tidak diberi intervensi konsleing realitas (kelompok kontrol), dimana

kelompok yang mendapat intervensi konseling realitas memiliki

penyesuaian diri yang lebih tinggi dibanding kelompok yang tidak

mendapat intervensi konseling realitas.