BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Gagal Ginjal KronikGinjal merupakan organ yang berbentuk
seperti kacang, berwarna merah tua,, terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
ginjal kiri karena terekan kebawah oleh hati.Pada orang dewasa
ginjal panjangnya 12 13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120 150 gram
(Suharyanto, 2013).Gagal ginjal (renal atau kidney failure) adalah
kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan)
maupun kronis (menahun). Dikatakan gagal ginjal akut (acute renal
failure) bila penurunan fungsi ginjal berlangsung secara tiba-tiba,
tetapi kemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya segera
dapat diatasi (Hadibroto, 2007)Penyakit Gagal ginjal Kronik
(Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun)
disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat
progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible).
(Almatsier. 2010).
B. Batasan Penyakit Gagal Ginjal KronikBatasan pada penyakit
gagal ginjal kronik yaitu kerusakan ginjal >3 bulan, yaitu:
kelainan struktur histopatologi petanda kerusakan ginjal, meliputi
kelainan komposisi darah dan urin atau uji pencitraan ginjal. Laju
filtrasi glomerulus (LFG) 3bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal
(PERNEFRI, 2012). Untuk gagal ginjal tahap akhir (End State Renal
Desease) batasannya adalah fungsi ginjal sangat menurun (LFG
15ml/menit/1.73m2), sehingga terjadi uremia dan dibutuhkan terapi
ginjal pengganti untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam
mengeliminasi toksin tubuh (PERNEFRI, 2012).
C. Etiologi Gagal Ginjal KronikDari data yang sampai saat ini
dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) penyakit
penyerta pasien hemodialisis baru pada tahun 2012 didapatkan
sebagai berikut diabetes melitus 25%, hipertensi 44%, penyakit
kardiovaskuler 9%, penyakit pada saluran kemih lain 7%.1.
HipertensiTekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu
peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal
tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal. (Brahmana, 2011)Beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal
tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita
hipertensi. Semakin tinggi tekanan darah dalam waktu lama maka
semakin berat komplikasi yang dapat ditimbulkan , semakin lama
menderita hipertensi maka semakin tinggi risiko untuk mengalami
kejadian gagal ginjal kronik. (Tessy dan Hidayati, 2008 dalam
Nurjanah, 2012)
2. Diabetes MelitusDiabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi
kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, syaraf dan pembuluh darah. Pada diabetes perubahan pertama
yang terlihat pada ginjal adalah pembesaran ukuran ginjal dan
hiperfiltrasi (TH, 2012)3. Penyakit KardiovaskularPenyakit Jantung
Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak
di arteri jantung sehingga mengakibat-kan suplai darah ke jantung
menjadi terganggu dan bisa menyebabkan serangan jantung. (Manoy,
2014)Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerosis,
maka serotonin, ADP dan asetilkolin justru merangsang pelepasan
Endothelial derived constricting factor (EDCP) yang menyebabkan
kontriksi pembuluh darah, termasuk arteriol ginjal. Pembuluh darah
ginjal, baik arteriol aferen maupun eferen dipersyarafi oleh
serabut saraf simpatis. Aktivitas saraf simpatis ginjal yang kuat
dapat mengakibatkan konstriksi arteriol ginjal. Kontriksi arteriol
eferen akan menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal. Karena
itu jika konstriksi arteriol cukup berat, maka kenaikan tekanan
osmotik koloid akan melebihi tekanan hidrostatik kapiler glomerulus
yang disebabkan oleh konstriksi arteriol eferen. Bila hal ini
terjadi, daya akhir filtrasi menjadi turun yang pada akhirnya juga
akan menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Laju
aliran darah yang lebih rendah kedalam glomerulus akan menyebabkan
penurunan LFG. (Manoy, 2014)
4. Penyakit saluran kemih lainPenyakit saluran kemih lain
menjadi penyerta penyakit gagal ginjal kronis pada posisi keempat
setelah penyakit kardiovaskuler yaitu sebesar 7% (PERNEFRI, 2012).
Penyakit saluran kemih meliputi infeksi saluran kemih dimana
disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen dan limfogen. Komplikasi infeksi
saluran kemih menyebabkan gangguan faal ginjal yang kronis
(Haryono, 2013).
D. Patofisologi Gagal Ginjal KronikPada waktu terjadi kegagalan
ginjal sebagian nefron (termaksuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya saring.
Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari
nefron-nefron rusak (Long, 1996 dalamTH, 2012).Meskipun penyakit
ginjal kronik terus berlanjur, namun jumlah solute yang harus
diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostatis tidaklah
berubah, kendati jumlah nefron sudah menurun secara progresif. Dua
adaptasi penting yang dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap
ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit:1) Sisa nefron yang
ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh
beban kerja ginjal2) Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban
solute dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron, meskipun GFR di
seluruh massa nefron turun di bawah normalProses adaptasi ini dapat
berhasil apabila tingkat kerusakan ginjal masih di bawah 75 %. Akan
tetapi apabila kerusakan telah mencapai sekitar 75%, maka kecepatan
filtrasi dan beban solute bagi setiap nefron tinggi sehingga
keseimbangan glomerulus tubulus tidak dapat lagi dipertahankan.
(Suharyanto, 2013).Penurunan laju filtrasi glomerulus karena uremia
menjadikan keadaan nilai kreatinin serum dan BUN akan meningkat dan
sangat mencolok sehingga akan terjadi penumpukan toksik uremik dan
menyebabkan gangguan gastrointestinal yang kemudian menyebabkan
pasien mual, muntah, serta mengalami anoreksia sehingga menyebabkan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena mual dan muntah. (TH, 2012).
E. Tanda dan GejalaMenurut Suyono (2001) dalam TH, 2012 adalah
sebagai berikut:a. Gangguan KarsiovaskularHipertensi, nyeri dada,
dan sesak nafas akibat perikarditis dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edemab. Gangguan
PulmonerNafas dangkal, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
c. Gangguan gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang
berhubungan dengan metabolism protein dalam usus, perdarahan pada
saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.d. Gangguan musculoskeletalBurning feet syndrome (rasa
kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor,
miopatie. Gannguan integumentKulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat
toksik, kuku tipis dan rapuhf. Gangguan endokring. Gangguan cairan
elektrolit dan keseimbangan asam dan basah. System hematologi
F. PemeriksaanUntuk memperkuat diagnose penyakit gagal ginjal
kronik sering diperlukan pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan
laboratorium maupun radiologi. Dari hasil pemeriksaan diagnosis
laboratorium menunjukkan antara lain :a. Urine volume : biasanya
kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada urine (anuria,
yaitu kurang dari 100 ml) warna : secara abnormal urine keruh
mungkin disebabkan oleh pus (nanah), bakteri, lemak, partikel
koloid, pospat atau asam urat, sedimen kotor. Warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah. berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap
pada satu titik menunjukkan kerusakan ginjal berat) osmolalitas :
kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular protein :
derajat tinggi proteinuria (3+ s/d 4+)b. Darah BUN/ kreatinin :
meningkat (10 mg/dl) Haemoglobin (Hb) : menurun atau anemia,
biasanya Hb kurang dari 7 -8 g/dl Kalium : peningkatan sehubungan
dengan retensi sesuai dangan perpindahan selular atau asidosis /
pengeluaran jaringan. Kadar kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
Natrium : hipernatremia / hiponatremia Magnesium/fosfat : meningkat
Kalsium : menurun (Doenges, 2000).Pada pemeriksaan radiologi
biasanya yang dilakukan adalah: foto polos abdomen : melihat
bentuk, besar ginjal ataupun batu dalam ginjal. Ultrasonografi
(USG) : menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks, kandung
kemih serta prostat Foto dada : terlihat tanda-tanda bendungan paru
akibat kelebihan air, efusi pleura, kardiomegali dan efusi
perikardial. Pada penderita gagal ginjal kronik perlu dilakukan
usaha-usaha pengobatan konservatif berupa diet, pembatasan minum,
obat-obatan dan lain-lain untuk memperlambat atau mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut. Namun apabila ginjal sudah
menunjukkan kerusakan yang lebih lanjut atau yang disebut gagal
ginjal terminal maka keadaan ini memerlukan pengobatan khusus /
terapi pengganti (Papadakis, 2001).
G. HemodialisaHemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai
terapi pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat
dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah
darah dan cairan dialisis pada saat ginjal buatan dimana terjadi
difusi. (TH, 2012).Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang
sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah: hipotensi, kram
otot, mual atau muntah, sakit kepala, sakit dada, gatal-gatal,
demam dan menggigil, kejang. . (TH, 2012).
H. Terapi DiitAnjuran diet pada pasien gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa didasarkan pada frekuensi dialysis, sisa fungsi
ginjal, dan ukuran tubuh.Karena nafsu makan pasien rendah, perlu
diperhatikan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet yang di
tetapkan (Almatsier, 2010).Syarat-syarat diet pada gagal ginjal
kronik dengan hemodialisa adalah:1. Energi yang diberikan cukup,
yaitu 35 kkal/BB ideal/hari pada pasien hemodialisis (HD) maupun
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)2. Protein yang di
berikan tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan
mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1 -1,2 g/kg
BB ideal/hari.3. Karbohidrat diberikan cukup, yaitu 55-75% dari
kebutuhan energy total4. Lemak normal, yaitu 15-30% dari kebutuhan
total5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang keluar
per 24 jam, yaitu: 1 g + penyesuaian menurut jumlah urine sehari,
yaitu 1 g untuk tiap liter urin 6. Kalium sesuai dengan urine yang
keluar per 24 jam, yaitu: 2 g + penyesuaian menurut jumlah urine
sehari, yaitu 1 g untuk tiap 1 liter urin 7. Kalsium diberikan
tinggi, yaitu 1000 mg/hari 8. Asupan fosfor dibatasi, yaitu 60
tahun(Hurlock, 2009)
Ordinal
2
Jenis Kelamin
Jenis gender responden yang diketahui berdasarkan pengamatan
dari luar yang dinyatakan dengan laki-laki atau perempuan
Wawancara Kuesioner1. Laki-laki2. PerempuanNominal
3PendidikanJenjang pengetahuan yang didapatkan secara formal
oleh responden
WawancaraKuesioner1. Tidak Sekolah2. SD3. SMP/sederajat4.
SMA/sederajat5. Perguruan Tinggi
Ordinal
NoVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil
UkurSkala
4PekerjaanKegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik di dalam
atau di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan ekonomiWawancara
Kuesioner1. Tidak bekerja2. PNS3. Buruh4. Wiraswasta5. Petani6.
Pensiunan7. Lain-lain
Nominal
5Asupan NatriumSejumlah natrium dalam makanan yang dikonsumsi
pasien perhari (Almatsier, 2010)Wawancara Food recall 2x24 jam1.
Kurang, bila asupan natrium 2000 mg perhari(Almatsier, 2010)
Ordinal
6
Asupan KaliumSejumlah kalium dalam makanan yang dikonsumsi
pasien sehari (Almatsier, 2010)Wawancara Food recall 2x24 jam1.
Kurang, bila asupan kalium2000 mg perhari(Almatsier,
2010)Ordinal
NoVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil
UkurSkala
7Asupan CairanKonsumsi cairan yang berasal dari makanan dan
minuman yang diberikan sesuai dengan urine yang dikeluarkan
ditambah 500 ml.(Rahardjo, 1992)Wawancara Food recall 2x24 jam1.
Kurang, apabila asupan cairan yang dikonsumsi urin/24 jam + 500 ml
dibandingkan dengan konsumsi airminumnya.2. Cukup, apabila asupan
cairan yang dikonsumsi sama dengan urin/24 jam + 500 ml
dibandingkan dengan konsumsi airminumnya.3. Lebih apabila asupan
cairan yang dikonsumsi > urin/24 jam + 500 ml dibandingkan
dengan konsumsi airminumnya.Ordinal