Top Banner

of 106

130132646 Konstruksi Bahan Boiler 123

Oct 10, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Konstruksi dan Pengetahuan

    Bahan Boiler

    Oleh:

    Ir. Sugeng Isdwiyanudi, MT.

  • Pendahuluan

    Di dalam pengoperasian ketel uap, terdapat bagian-

    bagian yang harus menahan tekanan yang

    ditimbulkan oleh uap yang bertekanan. Bagian-bagian

    ini harus diamati secara tepat agar dapat menerima

    beban tekanan cukup kuat.

    Kekuatan bahan harus diperhitungkan sesuai dengan

    kondisi operasi yang akan berlangsung, untuk itu

    penilaian bahan yang akan digunakan harus benar-

    benar diteliti untuk memberikan informasi yang akurat

    serta perangkat peralatan pengaman yang menjamin

    bahwa ketel uap tersebut bekerja pada kondisi yang

    telah diperhitungkan.

  • Gaya tangensial

    Gaya normal

    KEKUATAN DAN TEGANGAN

    Secara umum, gaya yang bekerja pada batang dibedakan menjadi:

    yaitu gaya yang bekerja dengan arah tegak lurus dengan penampang batang

    yaitu gaya yang bekerja dengan arah sejajar dengan penampang batang

  • Gaya yang bekerja merata pada seluruh luas penampang, disebut TEGANGAN (STRESS).

    )(mm A penampang; Luas

    (Newton) F Gaya;)(N/mm Tegangan;

    2

    2

    Gaya normal Tegangan utama;

    Gaya tangensial Tegangan geser;

  • Gaya Normal

    1. Tegangan Tarik

    F F

    A

    F t

    Tegangan yang terjadi pada batang adalah tegangan tarik; t (N/mm

    2)

    F = gaya; Newton (N) A = Luas penampang; mm2

    Luas penampang lingkaran; A = r2 ; r = jari-jari (mm)

    Luas penampang segi empat; A = p l

  • 2. Tegangan Tekan

    F F

    A

    F c

    Tegangan yang terjadi pada batang adalah tegangan tekan; c (N/mm

    2)

    F = gaya; Newton (N) A = Luas penampang; mm2

    Luas penampang lingkaran; A = r2 ; r = jari-jari (mm)

    Luas penampang segi empat; A = p l

  • 3. Tegangan Bengkok

    Tegangan yang terjadi pada batang adalah tegangan bengkok; b (N/mm

    2)

    Mb = momen bengkok; N mm Wb = momen tahanan bengkok; mm

    3

    b

    bb

    W

    M

    d

    F

    L1 L2

    L3

    A B C

    RA RB

    3b d

    32

    W

    h

    b

    2b h b

    6

    1W

  • Gaya Tangensial

    1. Tegangan Geser

    F

    Tegangan yang terjadi pada batang adalah tegangan geser; s (N/mm

    2)

    F = gaya; Newton (N) A = Luas penampang; mm2

    Luas penampang lingkaran; A = r2 ; r = jari-jari (mm)

    Luas penampang segi empat; A = p l

    A

    F s

  • 2. Tegangan Puntir

    Tegangan yang terjadi pada batang adalah tegangan puntir; p (N/mm2)

    Mp = momen puntir; N mm Wp = momen tahanan puntir; mm

    3

    d

    n, F A B

    h

    b

    22p b h

    6

    1h b

    6

    1W

    p

    p

    pW

    M

    3p d

    16

    W

  • Tegangan Kombinasi

    t,2t,1eq

    1. Antara Gaya Tarik dan Gaya Tarik

    bteq

    2. Antara Gaya Tarik dan Gaya Bengkok

    cbeqcteq atau

    3. Antara Gaya Tarik/Gaya Bengkok dan Gaya Tekan

  • 4. Antara Gaya Normal dan Gaya Tangensial

    i. Tegangan normal kombinasi; eq

    ii. Tegangan geser kombinasi; eq

    2

    2

    eq2

    2

    2

    2

    eq2

    Catatan: diganti dengan t, atau b, atau c diganti dengan s atau p

  • 5. Antara Gaya Geser dan Gaya Geser

    cos s,2s,12

    s,2

    2

    s,1eq

    6. Antara Gaya Geser dan Gaya Puntir

    cos ps2

    p

    2

    seq

  • Dalam perancangan bahwa:

    Tegangan (yang terjadi) Kekuatan ijin

  • v bahan

    = kekuatan utama ijin; N/mm2

    bahan = kekuatan normal bahan; N/mm2

    v = faktor keamanan, tergantung kondisi beban

    v

    x 0,5

    vbahanbahan

    = kekuatan geser ijin; N/mm2

    bahan = kekuatan geser bahan; N/mm2

  • Setiap bahan (material) mempunyai kekuatan bahan yang tergantung dari jenis bahan (diperoleh dari tabel referensi).

    Faktor keamanan tergantung kondisi beban (ringan, menengah, kejut), umur komponen, dsb. (diperoleh dari tabel referensi).

  • Tegangan pada dinding ketel uap tegangan kearah memanjang dari

    dinding (tegangan longitudinal); l

    tegangan kearah keliling (tegangan tangensial); t

    tegangan radial yang diakibatkan oleh tekanan dalam; r

    l

    r t

  • Tegangan kearah memanjang dari dalam

    badan tabung (tegangan longitudinal); l

    F = 0 l 2 r1 t p r2 = 0

    p = tekanan kerja; N/mm2

    r1 = radius dalam tabung; mm

    t = tebal tabung; mm

    l = p r1

    2 t =

    p d1

    4 t

    Asumsi gaya tekanan

    ditahan merata sepanjang

    tabung, maka:

    v

    bahan

  • Tegangan sejajar radius tabung (tegangan

    radial); r

    p

    r

    Untuk dinding yang tipis (D1/t > 20), tegangan

    radial kecil, sehingga dianggap nol.

  • Tegangan kearah keliling (tegangan

    tangensial); t

    p = tekanan kerja; N/mm2

    r1 = radius dalam tabung; mm

    t = tebal tabung; mm

    t t

    F = 0 t 2 t L p 2 r1 L = 0

    t = p r1

    t =

    p d1

    2 t

    t

    v

    bahan

  • Diameter dalam tabung (d1) Tebal plat (t)

    < 900 mm

    900 < 1.350 mm

    1.350 < 1.800 m

    > 1.800 m

    6 mm

    7,5 mm

    9 mm

    12 mm

  • Tekanan rendah: p < 20 bar Tekanan sedang: 20 bar < p < 50 bar Tekanan tinggi: 50 bar < p < 200 bar Tekanan sangat tinggi: p > 200 bar

    Tekanan kerja boiler diklasifikasi sbb.:

    1 bar = 1 atm = 1 kg/cm2 = 10-4 kg/mm2

    = 105 N/m2 = 0,1 N/mm2 = 105 Pa

    = 14,7 psi

  • Pemilihan Bahan

    Untuk Ketel Uap

    Kemampuan Memiliki sifat yang

    istimewa sesuai dengan

    penggunaannya

    Ukuran dan bentuk Memiliki keuntungan

    dengan kekuatan yang

    sesuai

    Efisien dan ekonomis Dapat mempersingkat

    teknik pembuatan

  • Yang perlu diperhatikan Bahan

    Untuk Ketel Uap

    Kekuatan Pengolahan Penyambungan (Pengelasan,

    Pengelingan)

  • Unsur yang penting dari jenis

    material

    Kualitas Teknik pembuatan, susunan kimiawi, struktur

    mikro, sifat mekanik

    Bentuk Plat lembaran, material cetakan, pipa, batang

    Ukuran Panjang, diameter, ketebalan

  • Karakteristik material

    Komposisi kimiawi Teknik pembuatan, susunan kimiawi, struktur

    mikro, sifat mekanik

    Struktur mikro Plat lembaran, material cetakan, pipa, batang

    Sifat: mekanik, fisik, dan kimiawi

  • Beberapa Jenis Standar

    AISI : American Iron and Steel Institute

    SAE : Society Automotive Engineers

    ISO : International Organization for Standardization

    JIS : Japan International Standard

    ASME : American Society of Mechanical Engineer

    ASTM : American Society for Testing Materials

    API : American Petroleum Institute

    DIN : Deutsches Institut fur Normung

    SNI : Standar Nasional Indonesia

  • Bahan untuk plat Boiler harus baik karena

    disamping harus menahan tekanan yang tinggi

    juga harus tahan pada suhu yang tinggi, serta

    mudah dikerjakan (dibentuk).

    Umumnya

    menggunakan baja

    karbon rendah atau

    baja paduan rendah.

  • Baja karbon

    Baja Karbon Rendah : 0,1 s.d 0,25 % C

    Baja Karbon Menengah : 0,25 s.d 0,55 % C

    Baja Karbon Tinggi : 0,55 s.d 1,0 % C

    Baja Karbon Sangat Tinggi : 1,25 s.d 2,0 % C

  • Baja Karbon Rendah

    Baja karbon rendah, memiliki karbon antara 0,10 s.d 0,25 % C dan mengandung manganese s.d 1,5 %

    Secara umum bentuk produk berupa pelat hasil pengerolan dingin kondisi annealling. Klasifikasi baja

    ini termasuk dalam AISI 1016 , 1018, 1019.

    Penggunaan pelat karbon rendah ini bervariasi mulai

    dari produk stamping, forging,

    tabung dan pelat untuk boiler.

  • Baja Karbon Menengah

    Baja karbon menengah, memiliki karbon antara 0,3 s.d 0,6 % C dan kandungan manganese 0,60 s.d

    1,65 %. Baja ini dapat ditingkatkan kekuatannya

    melalui proses heat treatment (quenching,

    tempering).

    Klasifikasi baja ini termasuk dalam AISI 1030, 1040, dan

    1050.

    Penggunaan baja karbon menengah bervariasi mulai dari

    poros, kopling, gear.

  • Baja Karbon Tinggi

    Baja Karbon Tinggi memiliki karbon anatara 0,6 s.d 1,0 % C dan juga manganese antara 0,3 s.d

    0,90 %,

    Klasifikasi baja ini termasuk AISI 1060, 1080, 1095.

    Penggunaan jenis baja karbon tinggi bervariasi mulai dari pegas,

    dan kawat kekuatan tinggi.

  • Baja Karbon Paduan Rendah

    Ketahanan korosi rendah oksidanya tidak

    protektif (FeO, Fe2O3 ,Fe3O4)

    Ketahanan korosi akan meningkat dengan

    adanya pembentuk lapisan pasif (Cr2O3, Al2O3)

    Semakin besar kandungan unsur pemadu

    seperti: 2-3 % Cu, Cr, Ni ketahanan korosi

    akan semakin baik.

    Untuk lingkungan yang agresif digunakan

    jumlah pemadu yang lebih besar.

  • Penambahan Cu > 0,3 % memperbaiki

    ketahanan dan menaikkan potensial baja

    Fosfor < 0,1 % & Cu akan memperbaiki

    ketahanan terhadap korosi

    Cr, memperbaiki ketahanan korosi dengan

    menaikkan potensial baja

    Ni dan Si dalam jumlah kecil akan

    memperbaiki ketahanan terhadap korosi.

  • Bahan Pipa

    Water tube boilers :

    - Generating tube

    - Super heater tube

    - Economizer tube

    - Circulator tube

    - Furnace wall tubes

    Fire tube boiler

    - Boiler flues

    - Super heater

    - Feed water heater

    Seamless Low Carbon Steel

    for Boiler Tube

    Stainless Steel Pipe for

    Boiler

  • Baja Tahan Karat

    Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless

    Steel adalah senyawa besi yang mengandung

    setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses

    korosi (pengkaratan logam).

    Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya

    lapisan film oksida Kromium, dimana lapisan oksida

    ini menghalangi proses oksidasi besi (Fero).

  • Klasifikasi Baja Tahan Karat

    1. 12-14% Kromium (Cr); sifat mekanik bajanya sangat

    tergantung dari kandungan unsur karbon (C).

    2. Baja dengan pengerasan lanjut, 10-12% Kromium (Cr),

    0.12% Karbon (C) dengan sedikit tambahan unsur-unsur

    Mo, V, Nb, Ni dengan kekuatan tekanan mencapai 927

    MPa dipergunakan untuk bilah turbin gas.

    3. Baja Kromium tinggi, 17%Cr, 2,5% Ni. Memiliki

    ketahanan korosi yang sangat tinggi. Dipergunakan untuk

    poros pompa, katup dan fitting yang bekerja pada tekanan

    dan temperatur tinggi tetapi tidak cocok untuk kondisi

    asam.

  • Besi Cor (Cast Iron)

    Besi cor secara umum disebut dengan logam paduan dengan kandungan karbon 2,1 %.

    Dalam keadaan lainnya besi cor mengandung % karbon antara 3,0 dan 4,5 % dan terdapat

    unsur-unsur lainnya.

    Suhu cair besi cor ini sekitar 1.150 s.d 1.300oC lebih rendah dari baja.

    Sementite yang terbentuk dalam besi cor terurai dalam bentuk ferrite dan grafit dengan reaksi,

    sbb: Fe3 C 3 Fe ( ) + C (grafit)

  • Besi cor kelabu memiliki unsur karbon antara 2,5 s.d

    4,0 % dan Si antara 1,0 s.d 3,0 %. Grafitnya

    berbentuk seperti benang, dengan matrik ferit atau

    perlit dan tergantung pendinginannya.

    Besi cor ini banyak digunakan karena

    sifat mekaniknya mampu mesin yang

    baik, ketahanan terhadap aus, mampu

    menahan getaran.

    1. Besi Cor Kelabu

    (Gray Cast Iron)

  • Besi cor nodular memiliki grafit bulat atau spheroidal grafit, hasil dari penambahan magnesium atau cerium

    sebelum dilakukan casting.

    Sifat mekanik (kekuatan dan keuletannya) cukup baik.

    Struktur mikro besi cor nodular terdiri grafit bulat dengan

    matrik ferit dan grafit bulat

    dengan matrik perlit, hal ini

    tergantung dari laju

    pendinginannya.

    2. Besi Cor Nodular

    (Ductile Cast Iron)

  • Besi cor putih memiliki kandungan Si > 1,0 % dan dengan laju pendinginan cepat, dengan

    matrik Fe3C (sementit) atau sangat keras.

    Besi cor putih memiliki kekuatan tekan dan ketahanan

    aus yang tinggi, tapi juga

    bersifat getas.

    3. Besi Cor Putih

  • Besi cor putih memiliki bentuk grafit yang tidak teratur.

    Kadang-kadang disebut besi cor tempering, karena diperoleh dari proses tempering pada suhu 800 -

    900oC dengan waktu yang sangat lama.

    Dilihat dari struktur mikronya, bentuk grafit menyerupai bunga rose, oleh

    sebab itu disebut juga besi cor

    bergrafit rossete dengan matrik ferit

    atau perlit yang tergantung laju

    pendinginannya.

    4. Besi Cor Mampu Tempa

    (Malleable Cast Iron)

  • Tabel Kekuatan Tarik Bahan DIN, Deutsches Institut fur Nurmong

    Material Kekuatan Tarik (N/mm2)

    Baja (St) 50 500

    Baja (St) 70 500 s.d 700

    Baja (St) 90 700 s.d 900

    Baja paduan 25 Cr Mo 4 700 s.d 900

    Baja paduan 42 Cr Mo 4 900 s.d 1100

    Stainless steel X 22 Cr Ni 17 800 s.d 1000

    Stainless steel X 5 Cr Ni 18 500 s.d 700

    Baja cor GS 40 500

  • Tabel Kekuatan Tarik Bahan JIS, Japanese International Standards

    Material Kekuatan Tarik (N/mm2)

    Baja karbon JIS G 4051

    - S30C 480 s.d 550

    - S35C 520 s.d 580

    - S45C 550 s.d 620

    Baja karbon JIS G 3108

    - SGD A 350 s.d 650

    - SGD B 460 s.d 770

    Baja khrom

    - SCr3 90

    - SCr4 95

    - Scr5 100

  • Tabel Kekuatan Tarik Bahan SAE, Society Automotive Engineers ASTM, American Society for Testing Materials

    Material Kekuatan Tarik (MPa)

    SAE G2500 173

    SAE G4000 276

    ASTM A536 (60-40-18) 414

    ASTM A536 (100-70-03) 690

    ASTM A536 (32510) 345

    Copper Nickel 372

    Tin bronze 310

    Aluminum bronze 586

    1 MPa = 10 N/mm2

  • Tabel Faktor Keamanan

    Material Kondisi pembebanan

    Statis Berulang Berganti Kejut

    Metal rapuh 4 6 10 15

    Metal yang lunak 5 6 9 15

    Baja kenyal 3 5 8 13

    Baja cor 3 5 8 15

    Timah 6 8 12 18

  • Tabel Faktor Keamanan

    Material

    Kondisi pembebanan

    Steady load Live load Shock load

    Cast iron 5 to 6 8 to 12 16 to 20

    Wrought iron 4 7 10 to 15

    Steel 4 8 12 to 16

    Soft material and alloy 6 9 15

    Leather 9 12 15

    Timber 7 10 to 15 20

  • l v

    bahan p d1

    4 t v

    bahan

    Menghitung tebal plat; t

    Memilih bahan plat; bahan

    Memeriksa kemampuan bahan

    p d1

    4 t v

    bahan

  • Contoh: 1. Menentukan tebal plat; t

    Tekanan; p = 2 N/mm2 20 bar

    Diameter dalam; d1 = 1,500 mm

    Faktor keamanan; v = 8 Live load; v = 8 (dari tabel)

    Bahan yang digunakan = Baja karbon JIS G 3108, SGD B

    Kekuatan tarik bahan; bahan = 770 N/mm2 (dari tabel)

    Tebal plat; t 7.8 mm

    Jadi, tebal plat yang digunakan adalah 8 mm

    t p d1 v

    4 bahan

  • Contoh 1:

    Diketahui:

    - Tekanan kerja; p = 2 N/mm2 20 bar

    - Diameter dalam dinding; d1 = 1.500 mm

    - Bahan yang digunakan = Baja karbon JIS G 3108, SGD B

    - Kondisi pembebanan = Live load

    Ditanya: tebal dinding plat; t = ?

    Jawab:

    Dari tabel diperoleh:

    - Kekuatan bahan JIS G 3108, SGD B; bahan = 770 N/mm2

    - Faktor keamanan live load; v = 8

    maka,

    Jadi, tebal dinding plat yang digunakan adalah 8 mm

  • Contoh: 2. Menentukan/memilih bahan

    Tekanan; p = 2 N/mm2 20 bar

    Diameter dalam; d1 = 1,500 mm

    Faktor keamanan; v = 8 Live load; v = 8 (dari tabel)

    Tebal; t = 9 mm

    Kekuatan bahan; bahan 666.7 N/mm2

    jadi, bahan yang digunakan adalah Baja Karbon JIS G 3108, SGD B,

    kekuatan tarik 460 s.d 770 N/mm2

    bahan p d1 v

    4 t

  • Contoh 2:

    Diketahui:

    - Tekanan kerja; p = 2 N/mm2 20 bar

    - Diameter dalam dinding; d1 = 1.500 mm

    - Kondisi pembebanan = Live load

    Ditanya: Bahan dinding plat; bahan = ?

    Jawab:

    Dari tabel diperoleh:

    - Faktor keamanan live load; v = 8

    maka, Jadi, bahan dinding plat

    yang digunakan adalah

    Baja Karbon JIS G

    3108, SGD B

  • Contoh: 3. Memeriksa kemampuan bahan

    Tekanan; p = 2 N/mm2 20 bar

    Diameter dalam; d1 = 1,500 mm

    Tebal; t = 9 mm

    Bahan yang digunakan = Baja karbon JIS G 3108, SGD B

    Kekuatan tarik bahan; bahan = 770 N/mm2 (dari tabel)

    Faktor keamanan; v = 8 Live load; v = 8 (dari tabel)

    Pemeriksaan kemampuan bahan:

    96.25 83.33

    Jadi, bahan yang digunakan/dipilih (Baja Karbon JIS G 3108, SGD B)

    memenuhi syarat pemakaian.

    bahan p d1

    4 t

    v

  • Contoh 3: Diketahui:

    - Tekanan kerja; p = 2 N/mm2 20 bar

    - Diameter dalam dinding; d1 = 1.500 mm

    - Tebal plat; t = 9 mm

    - Bahan yang digunakan = Baja karbon JIS G 3108, SGD B

    - Kondisi pembebanan = Live load

    Ditanya: kemampuan bahan yang digunakan = ?

    Jawab:

    Dari tabel diperoleh:

    - Kekuatan bahan JIS G 3108, SGD B; bahan = 770 N/mm2

    - Faktor keamanan live load; v = 8

    maka,

    Jadi, bahan yang digunakan (Baja karbon JIS G 3108,

    SGD B) memenuhi syarat pemakaian.

  • Latihan: 1. Ketel uap dirancang dengan tekanan kerja 2,5

    N/mm2 (25 bar). Diameter dalam dindingnya 2 m.

    Hitung tebal plat dinding ketel uap yang

    digunakan, bila bahan yang digunakan ASTM

    A536 (100-70-03) dengan kondisi beban live load.

    2. Ketel uap dirancang dengan tekanan kerja 2 bar.

    Diameter dalam dindingnya berdiameter 1.000

    mm dan tebalnya 7,5 mm. Rancang bahan

    dinding ketel uap yang digunakan, bila kondisi

    beban live load.

  • Latihan: 3. Ketel uap dirancang dengan tekanan kerja 30 bar.

    Diameter dalam dindingnya 2.500 mm dan

    tebalnya 12 mm. Bahan dinding ketel uap adalah

    DIN St 90 dengan kondisi beban live load. Apakah

    kondisi tersebut memenuhi syarat pemakaian.

  • Rumusan lain: Tebal Plat Minimum

    t = tebal plat minimum; mm

    p = tekanan pemakaian tertinggi; kg/cm2

    Di = diameter dalam badan atau dome; mm

    = kekuatan tarik material; kg/mm2

    = rasio tegangan tarik yang diijinkan terhadap kekuatan tarik

    yaitu 1/4

    = efisiensi minimum pada kondisi sambungan memanjang atau

    ada lubang bersambungan

    k = nilai yang ditetapkan mengikuti temperatur uap

    = konstanta allowance korosi 1 mm untuk p < 28 kg/cm2

    2,5 mm untuk p > 28 kg/cm2

    1. Standar diameter dalam; Di

  • Tabel Nilai k untuk jenis baja

    Temperatur; oC < 480 510 535 565 590 > 620

    Nilai k Territe steel

    0,4 0,5 0,7 0,7 0,7 0,7

    Austenit

    steel

    0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,7

  • Tebal Plat Minimum

    t = tebal plat minimum; mm

    p = tekanan pemakaian tertinggi; kg/cm2

    Do = diameter luar badan atau dome; mm

    = kekuatan tarik material; kg/mm2

    = rasio tegangan tarik yang diijinkan terhadap kekuatan tarik

    yaitu 1/4

    = efisiensi minimum pada kondisi sambungan memanjang atau

    ada lubang bersambungan

    k = nilai yang ditetapkan mempertimbangkan creep rupture pada

    temperatur tinggi k = 0,4

    = konstanta 1 mm untuk p < 28 kg/cm2

    2,5 mm untuk p > 28 kg/cm2

    2. Standar diameter luar; Do

    Cocok untuk

    temperatur < 480 oC dan diameter

    luar < 60 mm

  • Tebal Plat Minimum

    3. Bila ketebalan plat > jari-jari dalam dan

    temperatur uap < 374 oC

    t = tebal plat (pipa) minimum; mm

    R = badan ketel uap atau jari-jari dalam; mm

    Z = konstanta dihitung dengan rumus:

    p = tekanan pemakaian tertinggi; kg/cm2

    = kekuatan tarik material; kg/mm2

    = rasio tegangan tarik yang diijinkan terhadap kekuatan tarik

    yaitu 1/4

    = efisiensi minimum pada kondisi sambungan memanjang atau

    ada lubang bersambungan

    k = nilai yang ditetapkan tergantung temperatur uap (tabel)

  • Proses Pengerolan (Rolling) yaitu proses pembuatan benda kerja (logam)

    dengan cara memberikan gaya luar sampai terjadi

    deformasi (perubahan bentuk) plastik.

    Pembuatan dinding boiler dilakukan dengan

    proses pengerolan (rolling) pengerjaan panas

    Pengerjaan panas (hot working)

    yaitu proses pembentukan logam yang dilakukan

    pada daerah temperatur rekristalisasi logam yang

    diproses.

  • Temperatur rekristalisasi

    yaitu temperatur pada saat terjadinya inti butir

    baru, sekitar 0,4 s.d 0,5 dari temperatur cair dalam

    derajat Kelvin.

    Dalam proses deformasi pada temperatur

    rekristalisasi terjadi peristiwa pelunakan yang terus

    menerus, sehingga deformasi yang diberikan

    kepada benda kerja dapat relatif besar.

  • Proses pengerolan menggunakan dua buah rol dengan

    diameter yang sama, dan logam yang akan dibentuk

    diberi gaya tekan dari luar, dan jenis proses

    pengerolan yang lain.

  • Tebal Plat Penutup (End Plate)

    1. End plate bentuk piring atau setengah

    bola, tidak mempunyai lubang yang

    memerlukan penguat

    t = tebal minimum plat penutup; mm

    p = tekanan pemakaian tertinggi; kg/cm2

    R = jari-jari sisi dalam pada bagian pusat plat; mm

    = kekuatan tarik material; kg/mm2

    = rasio tegangan tarik yang diijinkan terhadap kekuatan tarik

    yaitu 1/4

    = efisiensi minimum pada kondisi sambungan memanjang atau

    ada lubang bersambungan

    = konstanta allowance korosi 1 mm untuk p < 28 kg/cm2

    2,5 mm untuk p > 28 kg/cm2

  • W = koefisien yang berkaitan dengan bentuk

    Bentuk setengah bola; W = 1

    Bila bentuknya lengkung, dihitung dengan rumus:

    r = jari-jari dalam sudut bulatan plat penutup bentuk piring; mm

  • 2. End plate bentuk setengah elip, tidak

    mempunyai lubang yang memerlukan

    penguat

    t = tebal minimum plat penutup; mm

    p = tekanan pemakaian tertinggi; kg/cm2

    D = diameter panjang pada sisi dalam plat penutup elip; mm

    = kekuatan tarik material; kg/mm2

    = rasio tegangan tarik yang diijinkan terhadap kekuatan tarik

    yaitu 1/4

    = efisiensi minimum pada kondisi sambungan memanjang atau

    ada lubang bersambungan

    = konstanta allowance korosi 1 mm untuk p < 28 kg/cm2

    2,5 mm untuk p > 28 kg/cm2

  • V = koefisien yang berkaitan dengan bentuk elip, dihitung

    dengan rumus:

    h = diameter pendek (breadh) pada sisi dalam plat penutup; mm

    Untuk kebutuhan pipa boiler, dapat dilakukan

    perancangan (perhitungan tegangan dan kekuatan, dan

    pemilihan bahan) seperti pada kebutuhan dinding plat.

  • Sifat mekanik

    Kekuatan (strength): ukuran besar gaya yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan

    Kekuatan luluh (yield strength): kekuatan bahan terhadap deformasi awal

    Kekuatan tarik (tensile strength): kekuatan maksimun yang dapat menerima beban.

    Keuletan (ductility): berhubungan dengan besar regangan sebelum patah

    Kekerasan (hardness): ketahanan bahan terhadap penetrasi pada permukaannya

  • Ketangguhan (toughness): jumlah energi yang

    mampu diserap bahan sampai terjadi patah

    Mulur (creep): deformasi (perubahan bentuk)

    permanen dari material pada beban konstan, dengan

    temperatur operasi di atas 0,4 Tm (Tm = temperatur

    melting).

    Kelelahan (fatique): ketahanan bahan terhadap

    pembebanan dinamik.

    Patahan (failure)

    Untuk mengetahui sifat mekanik bahan,

    dilakukan dengan pengujian bahan (Destructive

    Test).

  • Gaya tangensial

    Gaya normal

    TEGANGAN (STRESS) Secara umum, gaya yang bekerja pada batang dibedakan menjadi:

    yaitu gaya yang bekerja dengan arah tegak lurus dengan penampang batang

    yaitu gaya yang bekerja dengan arah sejajar dengan penampang batang

  • Gaya yang bekerja merata pada seluruh luas penampang, disebut TEGANGAN (STRESS).

    )(mm A penampang; Luas

    (N) F Gaya;)(N/mm Tegangan;

    2

    2

  • Apabila logam dengan panjang awal Lo ditarik menjadi panjang akhir Lt, maka benda tersebut mengalami tegangan tarik dan regangan.

    REGANGAN (STRAIN)

    Regangan teknik; adalah perbandingan antara

    pertambahan panjang terhadap panjang awal.

    L = pertambahan panjang; mm

    L = Lt Lo Lt = panjang akhir; mm

    Lo = panjang awal; mm oL

    L

    Regangan teknik mengasumsikan bahwa diameter tidak

    mengalami perubahan bentuk.

  • Pengujian Kekuatan Tarik

  • Grafik ideal tegangan sebagai fungsi regangan suatu

    logam dapat digambarkan sebagai berikut:

    Tegangan;

    Regangan; o

    E

    Y2 P

    B

    P = proporsional E = elastisitas Y1 = yield (luluh) atas Y2 = yield (luluh) bawah U = ultimate (maksimum) B = break (patah)

    Y1

    U

  • Tegangan;

    Regangan; o

    E

    Y2 P

    B Y1

    U - Dari titik O ke P

    (proporsional)

    tegangan sebanding

    dengan regangan.

    tetapi bila beban dilepas maka logam kembali ke bentuk

    semula (deformasi elastik).

    - Dari P sampai E

    (elastistas) tegangan

    tidak sebanding lagi

    dengan regangan,

    - Dari titik P sampai E masih bersifat elastik dan E adalah

    batas elastik.

    - Maka dari titik O sampai E (daerah elastik) berlakulah

    hukum Hooke.

  • Hukum Hooke yaitu:

    = E

    = tegangan; N/mm2 E = modulus elastisitas bahan; N/mm2, diperoleh dari

    tabel referensi tergantung dari jenis bahan

    = regangan

  • Tegangan;

    Regangan; o

    E

    Y2 P

    B Y1

    U

    maka penampang logam mulai tampak mengecil dan

    memanjang (terjadi perubahan bentuk atau deformasi

    plastik).

    - Bila beban mencapai

    titik E dan diteruskan

    pemberian beban

    sampai patah (logam

    mengalami luluh dan

    kekuatan maksimum

    terlebih dahulu),

    - Pada kondisi tersebut tidak berlaku hukum Hooke.

  • Keuletan (ductility) Keuletan: derajat deformasi plastis hingga

    terjadinya patah

    100% x L

    L

    o

    100% x A

    )A- (AAR

    o

    ot

    Keuletan dinyatakan dengan

    Presentasi elongasi,

    Presentasi reduksi area

  • Uji Kekerasan (Hardness Test)

    ROCKWELL VICKERS

    BRINELL

  • Ketangguhan (Toughness)

    Teg

    angan

    Regangan A

    B

    B

    C C

    Perbedaan antara kurva tegangan dan regangan hasil uji tarik

    untuk material yang getas dan ulet

    ABC : ketangguhan material getas (brittle)

    ABC : ketangguhan material ulet (ductile)

  • Logam Kekuatan luluh

    (MPa)

    Kekuatan

    tarik (MPa)

    Keuletan %

    Elongasi

    Au - 130 45

    Al 28 69 45

    Cu 69 200 45

    Fe 130 262 45

    Ni 138 480 40

    Ti 240 330 30

    Mo 565 655 35

  • Uji Mulur (Creep Test)

  • Uji Kelelahan (Fatique Test)

    a) Highly ductile fracture in which the

    specimen necks down to a point

    b) Moderately ductile fracture after some

    necking

    c) Brittle fracture without any plastic

    deformation

  • Sambungan Paku Keling

    p

    F

    p-d d

    F

    F

    p

  • Tegangan yang terjadi adalah Tegangan tarik; t (N/mm

    2)

    t d)-(p

    F

    A

    F t

    F = gaya; N p = jarak antara sumbu; mm d = diameter paku keling; mm t = tebal plat; mm 1 = efisiensi

    t Syarat perancangan

    1. Kerusakan pada penampang plat

    p

    F

    p-d d

  • F = gaya; N d = diameter paku keling; mm n = jumlah paku keling

    Syarat perancangan

    2. Kerusakan pada paku keling

    Tegangan yang terjadi adalah Tegangan geser; s (N/mm

    2)

    keling paku, s

    2s

    d n

    F

    A

    F

    4

    F

    F

    p

  • Catatan:

    Standar p sambungan paku keling:

    Lap joint rivet 1 deret; p = 2,6 d + 8

    Lap joint rivet 2 deret; p = 2,6 d + 18

    Butt joint 2 deret; p = 3,5 d + 18

    Diameter d paku keling:

    Lap joint; d = t 4 mm

    Butt joint 2 deret; d = t - 6 mm

  • Sambungan Pengelasan

    Butt joint weld

    Lap joint weld

  • Tabel Kekuatan Tarik Bahan Elektroda JIS; Japan Industrial Standards

    Klasifikasi Kekuatan Tarik (N/mm2)

    D4301 D4340 430

    D5000, D5001, D5003 500

    D5016, D5026, D5300 530

    D5316, D5326 530

    D5816, D5826 580

  • Tabel Kekuatan Tarik Bahan Elektroda AWS; American Welding Standards dan ASTM; American Society for Testing Materials

    Klasifikasi Kekuatan Tarik (N/mm2)

    E6010 436

    E6011 436

    E6012 471

    E6013 471

    E6020 436

    E6027 436

    E7014 E7028 492

  • Tabel Faktor Keamanan Sambungan Las

    Tipe sambungan Faktor keamanan

    Reinforced butt joint weld 1,2

    Toe to transverse fillet weld 1,5

    End of parallel fillet weld 2,7

    T-butt joint with sharp corner 2,0

  • Perhitungan kekuatan Butt Joint Weld

    Tegangan yang terjadi pada sambungan las adalah Tegangan tarik; t (N/mm

    2)

    t

    F

    tL

    F

    A

    F t

    F = gaya; N L = panjang las; mm t = tebal las efektif; mm

    v

    elektroda t,tt Syarat perancangan

  • Contoh:

    The outside or inside of the tank shell disambung secara butt joint dengan tebal 5 mm (tebal las efektif), menerima gaya sebesar 50 kN. Pengelasan SMAW dengan elektroda JIS D5300. Rencanakan panjang las.

    t = 5 mm

    F = 50 kN

    Penyelesaian:

    Tegangan yang terjadi adalah tegangan tarik

    Dari tabel referensi, diperoleh:

    - t, elektroda = 530 N/mm2

    - v = 1,2

  • Panjang las minimum

    mm 22,6530 x 5

    1,2 x 50.000

    t

    vFL

    v

    tL

    F

    v

    elektroda t,

    elektroda t,

    elektroda t,

    t

  • Perhitungan kekuatan Lap Joint Weld

    Tegangan yang terjadi pada sambungan las adalah Tegangan tarik; t (N/mm

    2)

    F = gaya; N L = panjang las; mm a = tebal las efektif; mm t = tebal las; mm

    F

    t 22

    1a

    t

    t

    a

    L

    double

    transverse

    fillet weld

    Lt 22

    1 2

    F

    L a 2

    F

    AA

    F

    21

    t

  • Contoh:

    In shell manholes and nozzles disambung secara double transverse fillet weld, menerima gaya sebesar 60 kN. Pengelasan SMAW dengan elektroda AWS E6012. Panjang las 80 mm. Rencanakan tebal las.

    Penyelesaian:

    Tegangan yang terjadi adalah tegangan tarik

    Dari tabel referensi, diperoleh:

    - t, elektroda = 471 N/mm2

    - v = 1,5

    F = 60 kN

    L = 80 mm

    double

    transverse

    fillet weld

  • Tebal las minimum

    mm 1,7471 x 80 x 2

    1,5 x 60.000

    L 2

    vFt

    v

    Lt 22

    1 2

    F

    AAv

    A A

    F

    v

    elektroda t,

    elektroda t,

    21

    elektroda t,

    21

    elektroda t,

    t

  • Tegangan yang terjadi pada sambungan las adalah Tegangan geser; s (N/mm

    2)

    F

    L

    parallel

    fillet weld

    Lt 22

    1 2

    F

    L a 2

    F

    AA

    F

    21

    s

  • Contoh:

    Sambungan plat logam dengan parallel fillet weld, menerima gaya sebesar 60 kN. Pengelasan SMAW dengan elektroda AWS E6012. Panjang las 80 mm. Rencanakan tebal las.

    Penyelesaian:

    Tegangan yang terjadi adalah tegangan geser

    Dari tabel referensi, diperoleh:

    - t, elektroda = 471 N/mm2

    - v = 2,7

    F = 60 kN

    L = 80

    mm

    parallel

    fillet weld

  • Tebal las minimum

    mm 6,1

    471 x 80 x 22

    1

    2,7 x 60.000

    L 22

    1

    vFt

    v

    0,5

    Lt 22

    1 2

    F

    0,5v

    Lt 22

    1 2

    F

    AAv A A

    F

    v

    elektroda t,

    elektroda t,

    elektroda t,elektroda s,

    elektroda s,

    21

    elektroda s,

    21

    elektroda s,

    s

  • PROSES PENGELASAN SMAW (Shield Metal Arc Welding)

    Proses pengelasan SMAW yaitu proses pengelasan

    menggunakan bahan tambah elekroda yang terbuat dari kawat

    logam yang terbungkus fluks. Busur listrik terbentuk di antara

    logam induk dan ujung elektroda.

    Panas dari busur listrik

    mengakibatkan logam induk dan

    ujung elektroda mencair, kemudian

    membeku bersama terjadi ikatan

    metalurgi.

  • Fluks terbuat dari bahan-bahan tertentu dengan

    perbandingan tertentu pula, yang dapat digolongkan

    dalam bahan sebagai fungsi fluks pada pengelasan.

    Fungsi dan bahan fluks antara lain:

    Sebagai pemantap busur listrik, dan contoh bahan yang digunakan kalsium karbonat; CaCO3

    Dapat melindungi logam cair terhadap udara sekitar, dan contoh bahan yang digunakan natrium silikat;

    NaSiO3 Sebagai penambah unsur paduan, contoh bahan yang

    digunakan mangan dioksida; MnO2 Sebagai unsur pengikat, contoh kalium silikat;

    K2SiO3

  • Proses pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas

    Welding) atau GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

    yaitu proses pengelasan menggunakan bahan tambah

    elekroda (tidak ikut mencair) yang terbuat dari

    tungsten dan gas pelindung.

    PROSES PENGELASAN GTAW (TIG)

    Karena elektroda

    tidak ikut mencair

    dapat disebut juga

    elektroda tidak

    terumpan.

  • Proses pengelasan MIG (Metal Inert Gas

    Welding) atau GMAW (Gas Metal Arc Welding)

    yaitu proses pengelasan menggunakan logam

    pengisi kawat las besi dan berfungsi juga sebagai

    bahan tambah elektroda yang diumpankan terus

    menerus serta gas pelindung.

    PROSES PENGELASAN GMAW (MIG)

    Gas sebagai pelindung

    busur listrik yang

    digunakan adalah gas

    Argon, gas Helium

  • Hasil Uji Radiography Test

    Scattered porosity Cluster porosity Root pass aligned porosity

  • Transverse crack Inter pass slag inclusions Elongated slag lines

  • Lack of penetration Longitudinal root crack Longitudinal crack