Top Banner
13 Pengusaha Muda Yang Sukses 1. Victor Giovan Raihan (Teh Kempot) 2. Riezka Rahmatiana (Pisang Ijo) 3. Hendy setiyono (Kebab Baba Rafi) 4. Hamzah Izzulhaq (franchise bimbel) 5. Yunara Ningrum Nasution, Syifa Fauziah, dan Manggarsari (Boneka Anatomi) dan 6. Teguh Wahyudi (Sariraya, Perusahaan Tempe) 7. Elang Gumilang (perumahan amat sederhana bertipe 22/60) 8. Merry Riana (Speaker,Trainer dan menjadi Motivator Wanita No.1 di Asia) dan 9. Reza Nurhilman (Keripik Maicih) 10. Rangga Umara (Lele Lela) dan 11. Bong Chandra (pebisnis, pembicara, dan juga motivator populer) 12. Donny Pramono (Sour Sally-Frozen Youghurt) dan 13. Fredi Tumakaka (Sepatu Praja-Amerika) 1. Victor Giovan Raihan (Teh Kempot) Bisnis aneka minuman cepat saji kian mengalir. Mulai mengusung merek pribadi hingga waralaba (franchise). Bahan dasarnya bisa susu, cincao, teh, sinom alias jamu, buah, hingga yang serba racikan sendiri. Bisnis teh kemasan siap saji misalnya, banyak diminati lantaran keuntungan yang diperoleh cukup besar, cara pembuatannya juga tak sulit. Meracik teh yoghurt kini menjadi andalannya. Padahal, Victor Giovan Raihan, pelajar 18 tahun ini, semula hanya iseng-iseng saja membuat minuman yang memadukan teh dan susu fermentasi ini. Hasilnya, minuman
37

13 Pengusaha Muda Yang Sukses

Oct 24, 2015

Download

Documents

Tupii

from kaskus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

13 Pengusaha Muda Yang Sukses1. Victor Giovan Raihan (Teh Kempot)2. Riezka Rahmatiana (Pisang Ijo) 3. Hendy setiyono (Kebab Baba Rafi)4. Hamzah Izzulhaq (franchise bimbel)5. Yunara Ningrum Nasution, Syifa Fauziah, dan Manggarsari (Boneka Anatomi) dan6. Teguh Wahyudi (Sariraya, Perusahaan Tempe)7. Elang Gumilang (perumahan amat sederhana bertipe 22/60)8. Merry Riana (Speaker,Trainer dan menjadi Motivator Wanita No.1 di Asia) dan9. Reza Nurhilman (Keripik Maicih)10. Rangga Umara (Lele Lela) dan11. Bong Chandra (pebisnis, pembicara, dan juga motivator populer)12. Donny Pramono (Sour Sally-Frozen Youghurt) dan13. Fredi Tumakaka (Sepatu Praja-Amerika)

1. Victor Giovan Raihan (Teh Kempot)

Bisnis aneka minuman cepat saji kian mengalir. Mulai mengusung merek pribadi hingga waralaba (franchise). Bahan dasarnya bisa susu, cincao, teh, sinom alias jamu, buah, hingga yang serba racikan sendiri. Bisnis teh kemasan siap saji misalnya, banyak diminati lantaran keuntungan yang diperoleh cukup besar, cara pembuatannya juga tak sulit.Meracik teh yoghurt kini menjadi andalannya. Padahal, Victor Giovan Raihan, pelajar 18 tahun ini, semula hanya iseng-iseng saja membuat minuman yang memadukan teh dan susu fermentasi ini. Hasilnya, minuman olahannya ternyata memiliki banyak penggemar.

“Modal awalnya Rp 3 juta dengan meminjam dari orangtua sekitar 2010. Saat ini per outlet paling apes menghasilkan Rp 2 juta per bulan. Outlet lain yang ramai bisa lebih dari itu,” aku pemilik merek Teh Kempot ini.Ide menamai Teh Kempot berasal dari cara orang minum teh kemasan dengan sedotan, jika teh terasa enak dan hampir habis pasti orang akan terus menyedot hingga bentuk pipinya kempot. Begitu kira-kira harapan Victor menjadikan teh yoghurt berasa paling yummy.

Page 2: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

Sulung dua bersaudara yang bersekolah di SMA Negeri 1 Kepanjen ini memiliki 10 outlet yang dikelola sendiri dan 17 outlet yang dikelola oleh mitranya. Bermitra dengannya cukup bayar Rp 3,5 juta dan akan mendapatkan 1 paket booth (gerobak), alat masak dan 100 cup (gelas kemasan) pertama. Dua mitra diantaranya ada di Jakarta dan Palembang, lainnya tersebar di Kota Malang.

“Saya belum berani menjual hak dagang secara franchise karena masih sangat pemula. Jujur saja bisnis teh kemasan siap saji ini marjin keuntungannya bisa 350 persen. Kalau kuliner seperti, Bakso Mercon yang sedang saya kelola, marjin keuntungannya hanya 100 persen,” lanjut putra pasangan Sri Winarsih dan Bambang Hermanto.Victor memang lebih dulu mengelola bisnis bakso, ketimbang teh yoghurt. Outlet baksonya baru ada lima, kesemuanya ada di Malang. Tahun ini, ia berencana nambah lima outlet. Bisnis yang dikelolanya ini belakangan berkembang ke minuman. Alasannya sederhana, kalau orang makan bakso pasti butuh minum.

“Saya coba beli daun teh setengah matang dari pemasok, saya kelola sendiri lalu saya mix dengan yoghurt (susu fermentasi). Ada rasa lemon tea, stoberi, dan cokelat,” ujar pria yang bermukim di Jl Panji II Kepanjen ini.Per kemasan atau segelas teh yoghurt ukuran 250 ml dijual seharga Rp 2.000-2.500. Jumlah karyawan yang bekerja padanya kini tak kurang dari 50 orang, termasuk untuk outlet bakso dan teh yoghurt.

Setiap harinya, ia bisa menghabiskan 20 kg daun teh kering untuk diproduksi atau menjadi 70 gelas. Gula yang dibutuhkan 4 kg per outlet per hari. Sedangkan kebutuhan daging untuk bakso sekitar 20 kg per hari.“Usaha bakso tetap akan jadi core business saya karena omzetnya besar. Kalau teh hanya sampingan. Ke depan, saya akan tambah mitra di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Sidoarjo,” lanjut Victor.

Ia mengaku, jalan yang ia tempuh dari hasil kerja kerasnya kini membawa keberuntungan yang luar biasa di usianya yang masih belia. “Saya tidak tahu jika dulu saya mengikuti anjuran ayah untuk sekolah di kepolisian apa ‘omzet’nya akan sebesar ini. Keluarga besar saya semua di jalur angkatan bersenjata. Tapi saya tidak minat mengikuti jejak tersebut,” yakinnya.Untuk perluasan usaha, Victor masih enggan mengajukan kredit kemana-mana. Pakai modal pribadi dan pinjam orangtua masih memungkinkan. “Toh bapak saya dapat fasilitas kredit dari bank, yakni kredit kepolisian. Saya pinjam dari situ juga,” pungkasnya.http://forum.kompas.com/nasional/696...-18-tahun.html

Page 3: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

2. Riezka Rahmatiana (Pisang Ijo)

Riezka Rahmatiana,Inspirasi pisang ijo

Jasmine memang berarti melati. Dalam plesetan yang dibuat perempuan Riezka Rahmatiana (23), kata ”jasmine” diubah menjadi ”JustMine” untuk mengangkat penganan tradisional pisang ijo asli Makassar ke masyarakat. Bahkan, pisang ijo ini dijadikan peluang usaha waralaba.

Mirip semerbak keharuman bunga melati, gadis kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 26 Maret 1986 ini mengawali usaha kecilnya pada saat duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung. Kini, kartu namanya sudah tertulis Riezka Rahmatiana sebagai Presiden Direktur ”JustMine”.Semangat kewirausahaan, begitulah yang mengawali Riezka. Awalnya, kata Riezka, adalah kesumpekan. Banting tulang orangtuanya dalam mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk menyekolahkan anak-anak, mendasari pikiran Riezka untuk berupaya agar dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri.Orang tua bekerja sejak pagi hingga larut malam. Hasil banting tulang seharian dilakukan untuk meraih gaji. Kemandirian wirausaha itulah yang secara diam-diam tumbuh dalam diri Riezka.

”Saya tidak mau menyusahkan orangtua. Berbekal modal awal Rp 13,5 juta, tahun 2007 bisnis makanan pisang ijo yang segar mulai menjadi pilihan untuk dipasarkan di Kota Bandung,” kata Riezka.

Ketika mengambil keputusan berwirausaha di sela-sela kuliahnya, anak pertama dari dua

Page 4: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

bersaudara ini mengaku mendapat larangan keras dari orangtuanya. Mereka menganjurkan dia agar mencari pekerjaan yang aman.

Riezka pun menuturkan jatuh dan bangunnya mencicipi aneka pekerjaan di sela-sela kuliahnya. Mulai dari menjadi anggota jaringan pemasaran alias multi level marketing (MLM), penjual pulsa telepon seluler, hingga menjajal bekerja di sebuah kafe. Dari sebagian menyisihkan penghasilan bekerjanya selama itulah, Riezka memulai usaha pisang ijo khas Makassar.

Tanggal 16 Maret 2009 menjadi momentum perjalanan wirausahanya. Riezka memang belum pernah ke Makassar, tetapi ketekunannya mencari penganan tradisional dan kemauannya untuk belajar memproduksi pisang ijo itulah menjadi modal dasarnya. Tanya-tanya resep pun terus dilakukannya.

Pisang dipandang sebagai bahan baku yang relatif murah dan selalu mudah diperoleh di pasar. Hanya dengan dibalut adonan tepung beras yang diberi warna hijau, sajian khas ini bisa mulai dipasarkan dengan nama tren Pisang Ijo.

Dari sanalah kreativitas Riezka bermunculan. Dari sajian pisang ijo orisinal, Riezka mengembangkannya dengan aneka rasa, seperti pisang ijo vanila, stroberi, coklat, dan durian. Semangkok pisang ijo yang disiram sedikit cairan fla yang gurih akan menjadi bertambah segar apabila ditambah pecahan es batu. Apalagi, kreativitasnya dilakukan dengan menambahkan serutan keju dan mesis coklat.

Penghasilan tak terbatas

Dorongan menjadi entrepreneur terjadi justru ketika Riezka membaca buku berjudul Cashflow Quadrant bahwa tidak ada karyawan yang bisa memperoleh penghasilan tak terbatas.

Benarkah hipotesis tersebut? Riezka membuktikan lewat ketekunannya. ”Kalau orang atau setidaknya orangtua saya bekerja dari pagi hingga malam, untuk pada akhirnya mencari penghasilan, saya justru sebaliknya. Kita semestinya tidak bekerja mengejar penghasilan, tetapi biarlah uang mendatangi kita,” ujar Riezka yang akhirnya mewaralabakan usahanya itu.

Dari usaha kecilnya ini, Riezka membuka peluang berinvestasi dengan sistem waralaba. Alhasil, dari satu gerai, kini ada 10 pewaralaba pisang ijo yang tersebar, terutama di kota Bandung, Jawa Barat.

Pemilihan mitra pun dilakukan selektif karena visi yang diemban adalah ”Kepuasan konsumen adalah kepuasan kami. Kesuksesan mitra adalah kesuksesan kami.” Pemilihan gerai bukan sekadar melihat berkas yang diajukan calon mitra, apalagi uang waralaba yang disiapkan mitra.

Melalui penelitian lokasi pasar, Riezka berani mengambil keputusan diterima atau tidaknya seorang mitra. Dia pun memprediksi, besarnya potensi pasar terhadap produknya di lokasi tertentu.

”Sasarannya tetaplah mahasiswa. Karena itu, lingkungan kampus menjadi target lokasi,” kata Riezka.

Bersama sahabatnya, Erwin Burhanudin, Riezka membangun sistem waralaba. Mereka pun mengaku tidak ingin gegabah memperoleh sebanyak-banyaknya pewaralaba. Kapasitas

Page 5: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

produksi tetap harus menjadi acuan usahanya.

Cepat atau lambat, Riezka yang murah senyum kini sudah mulai menuai hasil. Enam karyawannya ikut bekerja keras menunjang usaha waralabanya dengan memproduksi sekitar 500 porsi setiap harinya.

Soal keuntungan, pokoknya sangat menggiurkan. Sebagai wirausaha muda yang berhasil masuk sebagai finalis tingkat nasional Wirausaha Muda Mandiri 2008, Riezka hanya berharap, setitik perjalanan hidupnya bisa memberikan napas kehidupan masyarakat sekitarnya.

Kalau kita ingin sukses, kita harus "bertanya" kepada orang yang diatas rata-rata ( orang yang lebih sukses ) dan "mendengarkan" nasihat mereka."http://inilahpengusaha.blogspot.com/...o.html

3. Hendy setiyono (Kebab Baba Rafi)

Hendy setiyono,inspirasi kebab baba rafi

Satu lagi anak muda Surabaya menorehkan prestasi besar. Dia adalah Hendy Setiono, presiden direktur Kebab Turki Baba Rafi. Prestasinya tidak hanya diakui di dalam negeri, tapi juga di mancanegara. Mengapa?Wajah dan penampilannya masih layaknya anak muda. Siang itu, dia berkemeja batik cokelat dipadu celana hitam. Cukup sederhana. Tak tecermin tampang seorang bos dari perusahaan beromzet lebih dari Rp 1 miliar per bulan.

Itulah penampilan sehari-hari Hendy Setiono, Presdir Kebab Turki Baba Rafi Surabaya. Oleh majalah Tempo edisi akhir 2006, dia dinobatkan sebagai salah seorang di antara sepuluh tokoh

Page 6: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

pilihan yang dinilai mengubah Indonesia. Tentu, sebuah pengakuan yang membanggakan bagi Hendy. Apalagi, bisnis yang dia geluti tergolong bisnis yang tak akrab di telinga. Usianya pun masih 23 tahun! Wow, masih sangat muda untuk seorang bos yang memiliki 100 outlet di 16 kota di Indonesia.

Dengan ramah, pria kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983, tersebut mempersilakan Jawa Pos masuk ke kantornya di Ruko Manyar Garden Regency, kawasan Nginden Semolo. “Biasanya saya masuk kantor agak siang. Tapi, karena hari ini ada janji dengan Anda, saya agak meruput datang ke kantor,” ujar Hendy mengawali perbincangan.

Ketika itu, jarum jam sudah menunjuk pukul 11.00. Bagi Hendy, pukul 11.00 masih terbilang pagi karena biasanya dirinya baru masuk kantor lebih dari pukul 12.00.Dia lalu menceritakan awal mula bisnis kebab yang digelutinya tersebut. Kebab adalah makanan khas Timur Tengah (Timteng) yang dibuat dari daging sapi panggang, diracik dengan sayuran segar, dan dibumbui mayonaise, lalu digulung dengan tortila. Sebenarnya, kebab banyak beredar di Qatar dan negara Timteng lainnya.

Namun, kata Hendy, kebab paling enak adalah dari Istambul, Turki. Karena itu, dia menggunakan “trade mark” Turki untuk menarik calon pelanggan.Hendy mengisahkan, pada Mei 2003, dirinya mengunjungi ayahnya yang bertugas di perusahaan minyak di Qatar. Selama di negeri yang baru sukses melaksanakan Asian Games itu, dia banyak menemui kedai kebab yang dijubeli warga setempat. Lantaran penasaran, Hendy yang mengaku hobi makan itu lantas mencoba makanan yang lezat bila dimakan dalam kondisi masih panas tersebut. “Ternyata, rasanya sangat enak. Saya tak menduga rasanya seperti itu,” ungkap sulung dua bersaudara pasangan Ir H Bambang Sudiono dan Endah Setijowati tersebut.

Tak hanya perutnya kenyang, saat itu di benak Hendy langsung terbersit pikiran untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Alasannya, selain belum banyak usaha semacam itu, di Indonesia terdapat warga keturunan Timteng yang menyebar di berbagai kota.

“Orang Indonesia juga banyak yang naik haji atau umrah. Biasanya, mereka pernah merasakan kebab di Makkah atau Madinah. Nah, mereka bisa bernostalgia makan kebab cukup di outlet saya,” jelasnya.“Makanya, selama di Qatar, saya juga memanfaatkan waktu untuk berburu resep kebab. Saya mencarinya di kedai kebab yang paling ramai pengunjungnya,” jelas Hendy yang beristri Nilamsari, 23, dan kini sudah dikaruniai dua anak, Rafi Darmawan, 3, dan Reva Audrey Zahifa, 2, tersebut.

Begitu tiba kembali di Surabaya, dia langsung menyusun strategi bisnis. Yang pertama dilakukan adalah mencari partner. Dia tidak ingin usahanya asal-asalan. Dia kemudian bertemu Hasan Baraja, kawan bisnisnya yang kebetulan juga senang kuliner. Awalnya, mereka sengaja melakukan trial and error untuk menjajaki peluang bisnis serta pangsa pasarnya.“Ternyata, resep kebab dari Qatar yang rasa kapulaga dan cengkehnya cukup kuat tidak begitu disukai konsumen. Ukurannya pun terlalu besar. Makanya, kami memodifikasi rasa dan ukuran yang pas supaya lebih familier dengan orang Indonesia,” katanya.

September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Tepatnya di salah satu pojok Jalan Nginden Semolo, berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya.Mengapa gerobak? Hendy mempunyai alasan. “Membuat gerobak lebih murah daripada membuat kedai permanen. Tidak perlu banyak modal. Gerobak pun fleksibel, bisa dipindah-

Page 7: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

pindah,” ujarnya.

Soal nama kedainya Baba Rafi, dia mengaku terinspirasi nama anak pertamanya, Rafi Darmawan. “Diberi nama Kebab Pak Hendy kok tidak komersial,” katanya lalu tergelak.Saat itulah terlintas di benaknya nama si sulung, Rafi. “Kalau dipikir-pikir, pakai nama Baba Rafi, lucu juga rasanya. Baba kan berarti bapak, jadi Baba Rafi berarti bapaknya Rafi.”Mengawali sebuah bisnis memang tidak mudah. Apalagi untuk meraih sukses seperti sekarang. Suka duka pun dirasakan calon bapak tiga anak itu. “Misalnya, uang berjualan dibawa lari karyawan. Banyak karyawan yang keluar masuk. Baru beberapa minggu bekerja sudah minta keluar,” ungkapnya.Bahkan, pernah suatu hari, karena tak mempunyai karyawan, Hendy dan istri berjualan. Hari itu kebetulan hujan. Tak banyak orang membeli kebab. Makanya, pemasukan pun sedikit. “Uang hasil berjualan hari itu digunakan membeli makan di warung seafood saja tak cukup. Wah, itu pengalaman pahit yang selalu kami kenang,” ujarnya.

Tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan bisnis, lulusan SMA Negeri 5 Surabaya tersebut akhirnya memutuskan berhenti dari bangku kuliah pada tahun kedua. “Saya OD alias out duluan. Tapi, saya tidak menyesal meninggalkan bangku kuliah untuk membangun usaha,” tegas Hendy yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Informatika ITS tersebut.Keputusan dia untuk meninggalkan bangku kuliah guna menekuni bisnis kebab tersebut sempat ditentang orang tuanya. Mereka ingin Hendy menjadi orang kantoran seperti ayahnya. Karena itu, ketika dia meminta bantuan modal, orang tuanya menganggap bisnis yang akan dilakoni tersebut adalah proyek iseng. “Mereka pikir saya tidak serius pada bisnis itu. Dalam hati, saya ingin membuktikan kepada bapak dan ibu bahwa kelak saya pasti berhasil,” jelasnya.

Yang luar biasa, kesuksesan bisnis Hendy tak perlu waktu lama. Hanya dalam 3-4 tahun, dia berhasil mengembangkan sayap di mana-mana. Bahkan, hingga pengujung 2006, pengusaha muda tersebut mencatat telah memiliki 100 outlet Kebab Turki Baba Rafi yang tersebar di 16 kota di Indonesia. Tidak hanya di Jawa, tapi juga di Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Ke depan, Hendy berencana mengembangkan usahanya itu ke luar negeri. Dua negara yang diincar adalah Malaysia dan Thailand. “TV BBC London dan majalah Business Week International pernah meliput usaha saya tersebut. Setelah itu, ada orang yang menawari saya membuka outlet di Trinidad & Tobago serta Kamboja,” jelasnya.Sukses bisnis kebab waralaba Hendy itu juga menghasilkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 yang diberikan menteri koperasi dan UKM. Hendy juga ditahbiskan sebagai ASIA’s Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006. Untuk meraih award tersebut, dia bersaing dengan 20 kandidat pengusaha lain dari berbagai negara di Asia.

Pria kalem itu juga mendapatkan penghargaan Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad Ke-21 yang dianugerahkan Profesi Indonesia. Kemudian, penghargaan Enterprise 50 dari majalah SWA untuk 50 perusahaan yang berkembang dalam setahun terakhir. Serta, di pengujung 2006, majalah Tempo menobatkan Hendy menjadi salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang mengubah Indonesia.Apa yang akan dilakukan Hendy selain mengembangkan usahanya ke mancanegara? Tampaknya, dia ingin seperti raja komputer, Bill Gates. “Saya belajar dari para pengusaha sukses. Salah satunya, Bill Gates. Dia bisa mendirikan kerajaan Microsoft, meski tidak tamat sekolah. Jadi, intinya, untuk menjadi orang sukses, tidak harus memiliki gelar akademis dan indeks prestasi (IP) tinggi,” tegasnya lalu tertawa. []

Page 8: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

" Satu - satunya yang bisa menghalangi kita adalah keyakinan yang salah dan sikap yang negatif.sharehttp://inilahpengusaha.blogspot.com/...i.html

4. Hamzah Izzulhaq (franchise bimbel)

Entrepreneur berusia 18 tahun ini tidak ingat secara pasti kapan pertama kali dirinya mulai berdagang. Namun satu hal yang pasti adalah bibit-bibit kemandiriannya telah terbentuk sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Mulai dari menjual kelereng, gambaran, petasan hingga menjual koran, menjadi tukang parkir serta ojek payung, Hamzah Izzulhaq, demikian nama entrepreneur muda ini memoles jiwa entrepreneurship-nya. Bertujuan menambah uang saku, ia melakoni semua itu di sela-sela waktu luang saat kelas 5 SD.

Hamzah mulai menekuni bisnisnya secara serius ketika beranjak remaja dan duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia berjualan pulsa dan buku sekolah setiap pergantian semester. Pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini melobi sang paman yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar untuk menjadi distributor dengan diskon sebesar 30% per buku. “Buku itu lalu saya jual ke teman-teman dan kakak kelas. Saya beri diskon untuk mereka 10%, sehingga saya mendapat 20% dari setiap buku yang berhasil terjual. Alhamdulillah, saya mengantongi nett profit pada saat itu mencapai Rp950 ribu/semester,” aku Hamzah kepada CiputraEntrepreneurship.com.

Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu. “Sampai sekarang etalase untuk menjual pulsa masih tersimpan di gudang rumah,” kenang Hamzah sambil tertawa.

Dengan menyimpan rasa kecewa, Hamzah berusaha bangkit. “Saya sangat suka membaca buku-buku pengembangan diri dan bisnis. Terutama buku “Ciputra Way” dan “Quantum Leap”. Sehingga itu yang membuat saya bangkit ketika rugi berbisnis,” jelasnya. Bermodal sisa tabungan di bank, Hamzah mulai berjualan pulsa kembali. Beberapa bulan kemudian, tepatnya ketika ia kelas 2 SMA, Hamzah membeli alat mesin pin. Hal itu nekat dilakoninya karena ia

Page 9: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

melihat peluang usaha di sekolahnya yang sering mengadakan sejumlah acara seperti pentas seni, OSIS dan lainnya, yang biasanya membutuhkan pin serta stiker. Dari acara-acara di sekolah, ia menerima order yang cukup besar. Tapi lagi-lagi ia harus menerima kenyataan merugi lantaran tak menguasai teknik sehingga banyak produk orderan yang gagal cetak dan mesinnya pun rusak. “Ayah sedikit marah dengan kerugian yang saya buat itu,” lanjut Hamzah.

Dari kerugian itu, Hamzah merenung dan membaca biografi pengusaha sukses untuk menumbuhkan kembali semangatnya. Tak berapa lama, ia mulai berjualan snack di sekolah seperti roti, piza dan kue-kue. Profit yang terkumpul dari penjualan makanan ringan itu sebesar Rp5 juta. Pada pertengahan kelas 2 SMA, ia menangkap peluang bisnis lagi. Ketika sedang mengikuti seminar dan komunitas bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator and Entrepreneur (COME), Hamzah bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari usaha franchise bimbingan belajar (bimbel) bernama Bintang Solusi Mandiri. “Rekan bisnis saya itu juga masih sangat muda, usianya baru 23 tahun. Tapi bimbelnya sudah 44 cabang,” terangnya.

Hamzah lalu diberi prospektus dan laporan keuangan salah satu cabang bimbel di lokasi Johar Baru, Jakarta Pusat, yang kebetulan ingin di-take over dengan harga jual sebesar Rp175 juta. Dengan hanya memegang modal Rp5 juta, pengusaha muda lulusan SMAN 21 Jakarta Timur ini melobi sang ayah untuk meminjam uang sebagai tambahan modal bisnisnya. “Saya meminjam Rp70 juta dari ayah yang seharusnya uang itu ingin dibelikan mobil. Saya lalu melobi rekan saya untuk membayar Rp75 juta dulu dan sisanya yang Rp100 juta dicicil dari keuntungan tiap semester. Alhamdulillah, permintaan saya dipenuhi,” kenang Hamzah.

Dari franchise bimbel itu, bisnis Hamzah berkembang pesat. Keuntungan demi keuntungan selalu diputarnya untuk membuat bisnisnya lebih maju lagi. Kini, Hamzah telah memiliki 3 lisensi franchise bimbel dengan jumlah siswa diatas 200 orang tiap semester. Total omzet yang diperolehnya sebesar Rp360 juta/semester dengan nett profit sekitar Rp180 juta/semester. Sukses mengelola bisnis franchise bimbelnya, Hamzah lalu melirik bisnis kerajinan SofaBed di area Tangerang.

Sejak bulan Agustus lalu, bisnis Hamzah telah resmi berbadan hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Lulusan SMA tahun 2011 ini duduk sebagai direktur utama di perusahaan miliknya yang omzetnya secara keseluruhan mencapai Rp100 juta per bulan. “Saat ini saya sedang mencicil perlahan-lahan modal yang saya pinjam 2 tahun lalu dari ayah. Alhamdulillaah, berkat motivasi dan Pak Ci saya sudah bisa ke Singapore dan Malaysia dengan hasil uang kerja keras sendiri,” ujarnya.

Menurut Hamzah, dari pengalamannya, berbisnis di usia muda memiliki sejumlah tantangan plus kendala seperti misalnya diremehkan, tidak dipercaya dan lain sebagainya. Hal itu dianggapnya wajar. “Maklum saja, sebab di Indonesia, entrepreneur muda dibawah 20 tahun masih amat langka. Kalau di Amerika usia seperti saya ini mungkin hal yang sangat biasa,” tutupnya. (*/ely)http://jejakorangsukses.blogspot.com...q.html

Page 10: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

5. Yunara Ningrum Nasution, Syifa Fauziah, dan Manggarsari (Boneka Anatomi)

Mengawali bisnis di usia muda ternyata memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman unik bagi tiga mahasiswi Jurusan Keperawatan Universitas Indonesia (UI), yakni Yunara Ningrum Nasution, Syifa Fauziah, dan Manggarsari. Meskipun sekarang ini mereka masih disibukan dengan tugas-tugas utama di bangku perkuliahan, namun ketiga dara cantik ini tidak mengubur jiwa entrepreneur dalam dirinya dan mulai membuka peluang usaha yang sesuai dengan bidang pendidikannya.

Memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan, tiga remaja yang rata-rata berusia 23 tahun ini berinisiatif membuat boneka anatomi yang dilengkapi dengan organ tubuh seperti layaknya manusia. Tidak seperti boneka anatomi lainnya yang sering kita temui di laboratorium, boneka anatomi buatan Manggar, Syifa, dan Yunara memiliki bentuk yang cantik dan bagian perutnya bisa dibedah untuk memberikan edukasi kepada anak-anak tentang organ penting dalam tubuh manusia, seperti misalnya paru-paru, jantung, hati, lambung, usus besar, maupun usus halus.

Perjalanan Menuju SuksesBerawal dari obrolan ringan di Kampus Keperawatan Universitas Indonesia, Manggar, Syifa, dan Yunara segera mewujudkan ide segarnya dengan mencari tukang jahit yang bisa memproduksi boneka dan pakaiannya. Setelah melewati beberapa kali uji coba, akhirnya mereka menemukan bentuk yang paling proporsional dan menjadikan boneka tersebut sebagai sampel produk bagi calon konsumennya.

Setelah mendapatkan respon yang cukup bagus dari orang-orang di sekitarnya, mereka mulai menggandeng pabrik boneka yang ada di kota mereka untuk memproduksi boneka anatomi secara massal. Awalnya Manggar, Syifa dan Yunara memproduksi 100 buah boneka dan memakan biaya produksi sekitar Rp 15 juta. Meskipun modal yang dibutuhkan tidaklah murah, namun dengan bantuan modal dan moril dari pihak kampus, tiga sekawan ini bisa mewujudkan impian besar yang mereka miliki.boneka edukatif 200x142 Pengusaha Muda Yang Sukses Dengan Boneka Anatomi

Mengusung nama “Heuphoria” sebagai merek bonekanya, ketiga mahasiswi semester akhir ini mencoba menggabungkan dua kata utama yaitu Health (kesehatan) dan Euphoria (kesenangan) untuk mengajak para konsumen agar bisa lebih peduli dengan kesehatan. Selain itu, dibarengi dengan visi dan misi yang mereka miliki, kehadiran Heuphoria diharapkan bisa memperkenalkan dunia kesehatan kepada masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang berusia dibawah 12 tahun.

Dibandrol dengan kisaran harga Rp 100.000,00 – Rp 200.000,00 per boneka, sekarang ini Heuphoria bisa mengantongi omset hingga Rp 3,5 juta setiap bulannya. Penjualan tersebut

Page 11: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

mereka dapatkan dengan aktif di media online seperti jejaring sosial, blog, email, serta menjalin kemitraan dengan para reseller yang tersebar di beberapa kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, Magelang, Kudus, Palembang, Medan, dan lain sebagainya.

Kreativitas dan inovasi baru yang diciptakan ketiga mahasiswi keperawatan tersebut, kini tidak hanya memberikan tambahan penghasilan untuk membayar uang kuliah, namun juga mengantarkan mereka menjadi salah satu pengusaha muda yang sukses dengan boneka anatomi. Semoga informasi kisah pengusaha sukses yang kami angkat pada pekan ini bisa memberikan sedikit manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh mahasiswa di Indonesia untuk tidak takut dalam berkarya. Maju terus bisnis mahasiswa dan salam sukses.http://bisnisukm.com/pengusaha-muda-...i.html

6. Teguh Wahyudi (Sariraya, Perusahaan Tempe)

Sariraya, Perusahaan Tempe, upaya wiraswasta mahasiswa Indonesia, yang digemari masyarakat Jepang.

Teguh Wahyudi, adalah satu dari contoh mahasiswa Indonesia yang sukses membangun jaringan bisnis di negeri sakura. Bukan hanya aktif mengelola usahanya yang kian meluas, tetapi juga aktif dalam setiap kegiatan masyarakat Indonesia di Jepang, khususnya di Kota Nagoya. Bahkan untuk kegiatan Iedul Fitri kemarin, Teguh Wahyudi memiliki andil besar, member jaminan pada pihak kepolisian, bahwa kegiatan ini adalah murni ritual keagamaan dan tidak akan berdampak keributan. Maklum pihak kepolisian jepang, masih khawatir dengan berita di TV jepang, bahwa pelaksanaan pembagian zakat yang merupakan ritual keagamaan Islam, di pasuruan sempat menimbulkan banyak korban jiwa.

Ketika saya diundang datang ke pabrik tempe miliknya usai khutbah Iedul Fithri, Teguh Wahyudi menuturkan pengalamannya: semua ini berawal dari kegiatan pembuatan tempe untuk dikonsumsi sendiri (atau sebagai aktiviats di waktu luang/hari libur) . Kegiatan tersebut pertama kali dilakukan akhir Agustus tahun 2003, di tempat Kakak (Anjo-shi, Aichi-ken, Japan). Kegiatan tersebut bertahan sampe awal November 2003, dan sebagai akhir dari kegiatan, sempat produk tempe tersebut di promosikan ke Toko halal food yang ada di wilayah Anjo-shi dan sekitarnya, Alhamdulillah hasil produksi tempe sebagai pengisi waktu luang akhirnya bisa diterima oleh halal food dan masyarakat Indonesia yang ada di Mikawa dan sekitarnya.Tanggal 30 Maret 2004 saya kembali lagi ke Jepang, saat itu saya membawa Visa study, waktu itu kakak berusaha membantu mencarikan sekolah sekaligus  menguruskan Elegebilitynya. Tanggal 30 Maret 2004 yang ke dua kali saya datang ke Jepang, dengan tugas utama adalah belajar.

Disamping belajar saya juga ada kerja Partime (Arubaito),  karena sabtu dan minggu saya libur

Page 12: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

saya memulai lagi untuk membuat tempe, ada usulan dari teman-teman, (Untuk menjual produk tempe tersebut ke Apato-apato atau tempat tinggal teman-teman Indonesia. Akhirnya usulan itu saya coba, dan mulailah keliling di (Nishio, Hekinan dan Anjo) dengan mobil Kakak, dan pertama kali keliling adalah kakak yang menemaninya. Kemudian ada usulan lagi dari temen supaya yang dikelilingkan jangan tempe saja, namun ditambah produk-produk Indonesia yang merupakan kebutuhan sehari-hari.

Berawal dari situlah, setiap hari Sabtu dan Minggu keliling dengan membawa tempe dan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian mulailah menjalin kerja sama dengan Nanyang Trading, Perusahaan Importir produk-produk Asian termasuk produk Indonesia. Semakin hari, semakin bertambah pelanggan dan permintaan, sebagai alternative adalah  mengunakan mobil one box, untuk armada keliling. Sekitar bulan Juni 2004 saya mengunakan mobil  one box untuk armada keliling. Karena Semakin hari jumlah barang semakin banyak, akhirnya pada bulan July 2004 hidjrah ke Hekinan, dan dihekinan itulah sebagai aktifitas keseharian. Supaya mudah di ingat oleh Masyarakat dan konsumen, Kakak mengusulkan nama SAHABAT.

Dengan nama SAHABAT itulah kami memiliki usaha kecil-kecilan, disamping setiap Sabtu & Minggu keliling juga ada toko kecil yang konsumennya temen-temen di di Hekinan dan Nishio. Karena ingin terus maju, sekitar bulan November 2004 sahabat pindah lokasi di Wilayah Nishio (pusat kota Nishio), dengan tempat baru itulah akhirnya nama SAHABAT berubah dengan nama SARIRAYA.

Karena Sariraya terus ingin maju dan berkembang, maka satu-satunya jalan supaya memiliki pondasi dan diakui keberadaannya oleh pemerintah Jepang, maka di daftarkan lah SARIRAYA sebagai Perusahaan Indonesia di Jepang pada bulan Desember 2004. Sebagai syarat untuk mengurus dokumen perusahaan diperlukan Bukti ke pemilikan rekening tabungan yang dikeluarkan oleh Bank setempat. Setelah beberapa Bank kami coba tidak satupun bank mau mengeluarkan bukti kepemilikan tanbungan untuk mendirikan perusahaan. Namun niat kami terus ingin mencoba dan berusaha, Alhamdulillah setelah 5 Bank kami masuki, yang terahkir Okazaki Bank bersedia mengeluarkan bukti kepemilikan rekening tabungan atas nama saya. Dengan kelengkapan yang sudah kami siapkan, untuk proses selanjutnya kami serahkan ke NOTARIS guna pengurusan selanjutnya. Oleh karena itu, Sariraya barangkali satu-satunya perusahaan di Jepang yang didirikan oleh Putra-putri Indonesia, dengan pendiri DR. Suyoto Rais, Teguh Wahyudi, Tri Umiati . Sariraya berusaha ingin selalu maju dan berkembang, dengan pengelolaan menegemen yang saat ini dibantu oleh sahabat-sahat Jepang pecinta untuk Indonesia. Sariraya berharap dengan melibatkan sahabat-sahabat Jepang pecinta untuk Indonesia, ini adalah sebagai langkah awal untuk usaha menjadi sukses.

SARIRAYA bisa diterima oleh Masyarakat Jepang pada umumnya, dan Sariraya bisa berkembang menjadi perusahaan dwi-nasional dan sekaligus media persahabatan antara rekan-rekan Indonesia dan sahabat-sahabat Jepang. Disamping bisnis, kami juga mengadakan perkenalan musik/ budaya Indonesia, charity concert (misalnya Save Aceh di Aichi dan Osaka, Mei 2005) dan kegiatan amal/ persahabatan lainnya.

Penuturan Teguh Wahyudi tadi memberikan semangat baru pada saya, bahwa hidup adalah mudah ketika dijalani dengan penuh semangat, membangun kekuatan jaringan dan pantang menyerah.http://torro17.blogspot.com/2012/04/...s.html

Page 13: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

7. Elang Gumilang (perumahan amat sederhana bertipe 22/60)

Adalah Elang Gumilang (25) , wirausaha muda yang berada di balik pembangunan perumahan amat sederhana bertipe 22/60,mungil tapi fungsional tempat untuk pulang dan bernaung bagi mereka yang bisa terbilang miskin.Tangan dinginya menelurkan apa yang selama ini sangat jarang dilakukan pengembang kawakan – bermodal besar atau kecil – untuk membuat perumahan khusus orang miskin.Selama ini bisnis properti sepertinya hanya untuk ditujukan bagi kaum berpunya , demikian Elang berpikir. Mereka yang papa dan membutuhkan tempar bernaung justru hanya punya mimpi untuk memiliki rumah sendiri. “Ada 75 juta penduduk negeri ini yang membutuhkan rumah. Ini peluang bisnis , tapi kita sekalian ibadah membantu orang juga, ” katanya.TARGET 2000 RUMAHBerayahkan seorang kontraktor , buat elang bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan mendalam, awal 2005-tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) – ia mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya. Modal diperoleh dari patungan bersama teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi ini langsung pindah tangan ketika selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 23-37 juta rupiah itu.Saat itu, jumlah pekerja Elang baru sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat laun , bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit , bertambah menjadi tiga unit . Bertambah terus , sampai sudah sekitar lebih dari 200-an rumah dibangunnya. Target yang direncanakannya tak tanggung-tanggung. Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana. Dalam waktu setahun , investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima kali lipat dalam dua semester.Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha mana pun berdecak kagum – mengingat awal mula sepak terjangnya – karena tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan.Belum lagi

Page 14: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

dari kontrak pre periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB – kampusnya petani- anak H. Enceh dan Hj.Priani, kini mempekerjakan ratusan karyawan pada setiap proyeknya. Sekitar 30 tenaga administrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya. Elang-lajang kelahiran Bogor , 6 April 1985 telah mengepakkan sayap bisnis sejauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai.‘Otot dan Otak BisnisElang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, namun bergaya hidup bersahaja. Pendidikan moral dari orangtuanya tertanam baik.Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya. Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa gemilang. Jiwa wirausaha Elang mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun, akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN (Ujian Akhir Nasional) telah menjelang.Dilarang berjualan donat , pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se Bogor ini tertangtang mencari uang dengan cara lain. Pada 2003 , ketika fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competition se Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya . Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah.Setelah lulus SMU , Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta rupiah, ia kembali berniat untuk memiliki sebuah usaha.Awalnya, uang itu ia belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu waktu sebulan , ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus IPB sebagai peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa modal. Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya dari Amerika yang sedang bertandang. Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak dipedulikan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu penasaran dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah ” Saya punya tembakau berkualitas bagus . Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak”. Setelah mendengar jawaban tersebut ,si pengusaha kaya lalu mebuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka , jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.Strategi inilah yang ditiru Elang. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampi Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya mendapat keuntungan Rp 15 juta,” Ucapnya bangga. Namun, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, terpikir oleh Elang untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung . Tapi karena bisnis minyak ini 80 % menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliah, ia memutuskan untuk berhenti berjualan.Menyimak perjalanannya, Elang mengaku bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk memperoleh wawasan lain. Enlightment lalu ditemukannya. Bisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot.Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan

Page 15: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat langsung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan.UNTUK ORANG LAINSebenarnya , tanpa beralih ke bisnis properti, untuk dirinya sendiri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun dibalik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang . “Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?” ia berdialog dengan nuraninya.Ilham dari atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namun,bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena hatinya ikut tersentuh.”Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan yang kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah.”unkapnya pada sebuah kesempatan.Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri Elang hanya mengiklankan di koran lokal . Karena harganya yang relatif murah , pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti klinik 24 jam,angkot 24 jam,rumah ibadah,sekolah,lapangan olahraga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staff tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.Sukses yang sudah ditangan tidak membuat Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal.”Uang yang 10 persen itu saya masukkan BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang modal,”Bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin. Pendirianya;sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut.Masih banyak sebenarnya yang ingin Elang lakukan . Diantaranya, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan yang dapat mempekerjakan 100 ribu orang. Elang Gumilang, masih akan terus mengepakkan sayapnya.http://rahmaoshop.wordpress.com/2012...ilang/

Page 16: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

8. Merry Riana (Speaker,Trainer dan menjadi Motivator Wanita No.1 di Asia)

Siapa Merry Riana...? Dia adalah seorang entrepreneur yg sukses di usia muda.Seorang Speaker,Trainer dan menjadi Motivator Wanita No.1 di Asia.Merry juga seorang Author,dan salah satu bukunya adalah "Mimpi Sejuta Dolar",yang akan segera difilmkan.Buku ini berkisah tentang perjuangan seorang anak muda yg hidup prihatin dengan mengantungi uang yang pas-pasan dan mencoba survive dari tekanan-tekanan hidup hingga akhirnya sukses menjadi Milyuner di usia yg masih terbilang muda.Krisis Moneter dan kerusuhan yg terjadi di tahun 1998 membuat Merry Riana,yg seharusnya kuliah di Universitas Trisakti,membatalkan niatnya untuk melanjutkan studi di Indonesia dan memilih kuliah di Singapura untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan(Merry Riana berasal dari keluarga Tionghoa).Dia bukan berasal dari keluarga berada,dan saat kuliahpun ia meminjam dana beasiswa dari Bank Pemerintah Singapura sebesar $40.000 dan harus dilunasi setelah ia lulus kuliah dan bekerja.

Dana tersebut sangatlah minim, karena setelah dihitung-hitung ia hanya mangantungi $10 selama seminggu.Untuk berhemat,Merry menyiasatinya dengan hanya makan mie instant di pagi hari,makan siang dengan 2 lembar roti tanpa selai,ikut seminar dan perkumpulan di malam hari demi makan gratis,bahkan untuk minumpun ia mengambil dari air keran/tap water di kampusnya.Hal itu berangsur hampir setiap hari di tahun pertamanya kuliah.Kehidupan yang sangat memprihatinkan tersebut mendorongnya untuk mencari penghasilan diluar.Dari mulai membagikan pamflet/brosur di jalan,menjadi penjaga toko bunga,dan menjadi pelayan Banquet di hotel.

Sampai akhirnya di ulang tahun yang ke-20, Merry Riana membuat resolusi untuk"Mencapai Kebebasan Finansial Sebelum Usia 30 Tahun".

Diapun mencoba peruntungan dengan bisnis pembuatan skripsi,bisnis MLM,mencoba bermain saham,yg semuanya berakhir dengan kegagalan,sampai akhirnya ia sukses sebagai Financial Consultant yang menjual produk-produk keuangan dan perbankan seperti asuransi,kartu kredit.deposito,tabungan,dll dan membuatnya berhasil mendapatkan penghasilan $1.000.000 di usia 26 tahun.Media-mediapun berbondong-bondong memberitakan kisah suksesnya dan dengan segera Merry Riana dikenal sebagai seorang entrepreneur wanita yang sukses dan menjadi Motivator untuk membagikan ilmu dan kiat-kiat suksesnya agar setiap orang menjadi pribadi-pribadi yang sukses.Kini,Merry Riana mempunyai mimpi untuk memberikan dampak positif bagi 1 juta orang di Asia,terutama di Indonesia.Salah satunya dengan meluncurkan buku

Page 17: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

"Mimpi Sejuta Dolar" yang sangat inspiratif dan akan diangkat ke layar lebar.

"You can take me out from Indonesia,but you can never take Indonesia out from me"- Merry Riana -

Bagaimana si Merry harus hidup pas-pasan, setiap harinya ia hanya makan mie instan dan bagaimana teman-teman yang lain bisa makan siang dengan enak di kantin kampus dan ia hanya makan 2 roti tanpa selai, karena malu iapun makan di toilet.

Sekedar info,si Merry hanya mengantungi uang $10 dalam seminggu (coba kita pakai kurs saat ini,1 SGD kurang lebih Rp 7.000,berarti dalam seminggu hanya punya duit 70rb rupiah). Kira-kira Bisa gak ente di zaman sekarang ini hidup dengan uang 70rb selama seminggu? Belum lagi kebutuhan hidup di Singapura jumlahnya bisa 2x lipat dibanding di Indonesia.Pernah diceritakan saat itu si Merry beli nasi goreng polos (hanya ditambah kecap & bumbu) dan harganya adalah $2!!! Hanya nasi goreng polos,harganya bisa mencapai 14rb rupiah .Bayangkan,bagaimana rasanya hidup dengan uang yg minim tapi kita masih butuh uang untuk kebutuhan hidup seperti makan 3x sehari,belum lagi segala kebutuhan lainnya. Perjuangan ternyata masih ada setelah ia lulus kuliah dan mencoba berbisnis. Banyak orang menertawakannya karena ia bisa bekerja dan hidup mapan tapi malah mencoba sesuatu yg peruntungannya belum pasti, sampe2 mama dari si Merry menyuruhnya untuk bekerja kantoran menjadi karyawan dengan pendapatan tetap yg lebih terjamin.

Tapi ci Merry sudah membulatkan tekad. Ia bekerja 14 JAM DALAM SEHARI, berdiri di dekat stasiun MRT & halte bus untuk menawarkan asuransi, bahkan ia bekerja sampe tengah malam dan baru pulang jam 2 dini hari, belum lagi pendapatan yang tidak pasti membuatnya terpaksa kembali berhemat untuk mengatur kebutuhan sehari2.

Dan berkat kedisiplinan, tekad, keberanian, perjuangan yg tanpa lelah dan tanpa putus asa itu akhirnya berhasil membuatnya menjadi orang yg sukses. Film "Mimpi Sejuta Dolar" memang masih dalam konsep walaupun banyak media yg mengatakan bahwa buku ini akan diangkat ke layar lebar. Di twitterpun si Merry hanya mengatakan sedang mencari produser yang cocok untuk film tersebut.Buku " Mimpi Sejuta Dolar " sendiri sudah menjadi National Bestseller hanya dalam waktu 1 bulan setelah peluncurannya. Sambil menunggu filmnya, kita bisa berdiskusi tentang kisah Merry Riana, kita juga bisa saling memberikan pendapat siapa yg mungkin jadi produsernya atau castnya,dll. Siapa tahu ide kita bisa menjadi kenyataan. hehehe. http://www.forumukm.com/showthread.p...id=453

Page 18: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

9. Reza Nurhilman (Keripik Maicih)

Seorang wanita berkonde di bungkus keripik pedas Maicih menjadi misteri sejak kemunculan cemilan bercitarasa super pedas ini. Siapakah Maicih? Sosok imajiner sebagai strategi penjualan atau benar-benar ada.

keripik-maicih, Menurut pendirinya, Reza Nurhilman, usaha keripik Maicih masih seumur jagung. Genap setahun pertengahan Juni 2011. Namun, keripik pedasnya mampu menghasilkan omzet miliaran rupiah. Reza yang akrab disapa Axl buka suara mengenai misteri dibalik keripik Maicih.

Mahasiswa jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Maranatha Bandung ini menuturkan, Maicih adalah bagian dari ingatan masa kecilnya.

"Bagi saya, Maicih adalah hasil kerinduan dan kenangan saat masih kecil," ujar Axl kepada VIVAnews, pekan lalu.

Tumbuh besar sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, lekat di ingatannya, wanita paruh baya yang tinggal di pedesaan. Dandanan dengan kain kebaya ala kadarnya, berkonde siput serta sering menenteng dompet kecil beresliting tempat menyimpan uang receh.

"Saat meminta uang, Ibu sering menyuruh sama langsung mengambilnya dari dompet Maicih," ia menjelaskan.

Lulus SMA dan bekerja serabutan, Reza akhirnya menemukan peluang bisnis. Ia bertemu wanita paruh baya yang mirip sosok Maicih yang mempunyai resep keripik pedas. "Kami bekerja sama sampai akhirnya saya mendirikan usaha sendiri dan memasarkannya dengan merek dagang Maicih," ungkap pria 23 tahun tersebut.

Suka duka membangun usaha ia rasakan. Mulai memasarkan produk di kalangan teman-teman, mengantarkan pesanan sendiri, kini Axl telah menjadi seorang 'presiden'. Ia membawahi 80 jenderal-sebutan untuk agen penjualan- yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bisnis makanan ringan yang ekslusif, beroleh sambutan hangat. Antrean panjang selalu terlihat di setiap lokasi penjualan para Jenderalnya. Tak jarang, banyak calon konsumen yang tak kebagian keripik pedas dan gurih ini.

"Ternyata brand Maicih yang nyeleneh dan berbeda serta rasanya yang disukai lidah Indonesia

Page 19: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

membuat orang suka,"ujarnya. (*/VIVAnews)http://ciputraentrepreneurship.com/k...h.html

10. Rangga Umara (Lele Lela)

Membayangkan istrinya diusir dari rumah petak kontrakan gara-gara ia menunggak uang sewa senilai Rp 300 ribu membuat hati Rangga Umara, 33 tahun, teriris. Itulah titik balik dalam hidup yang membuat pikiran Rangga terbuka untuk merintis usaha pecel lele bermerek ‘Lele Lela’ yang kini sudah beromset miliaran rupiah.

Semua itu tentu butuh perjuangan. Bukan hanya sekali Rangga terhempas. Ia bahkan pernah berpikir untuk menutup usahanya dan kembali menjadi karyawan demi kepastian penghasilan. Dia kemudian punya keyakinan baru, ‘Dengan niat yang baik, Tuhan pasti tidak akan tinggal diam.’Keyakinan itu, dan berbagai cerita jatuh bangun lainnya dikisahkan Rangga Umara pada Kristina Rahayu Lestari pada suatu malam awal pekan lalu, di restoran ‘Lele Lela’ Kalimalang, Jakarta Timur.

Seraya menunggu PHK mulailah aku punya rencana, membuka usaha. Singkat cerita, setelah melalui proses pertimbangan memilih usaha apa, survei lokasi dan sebagainya, aku pun memutuskan untuk membuka usaha kuliner ‘Lele Lela’ ini. Modalnya Rp 3 juta.

Membangun usaha tak semudah yang kubayangkan. Ada saatnya aku senang melihat warung makanku ramai dan menikmati keuntungan sekitar Rp 3 hingga 4 juta setiap bulannya. Namun kondisi itu tak berlangsung lama. Bulan-bulan berikutnya aku bahkan merugi. Aku gunakan uang pesangon PHK Rp 9 juta untuk membenahi, namun tiada hasil.Tak habis akal, aku kemudian meminta istri untuk meminjam dana di koperasi tempatnya bekerja sebesar Rp 15 juta.

Alhasil setiap tanggal gajian, istriku tidak menerima upah jerih payahnya karena terpotong cicilan pinjaman itu. Tapi lagi-lagi kondisi usaha dan keuangan kami belum juga membaik, bahkan semakin parah.

Dalam kondisi lelah dan masih saja belum mendapatkan uang aku dikejutkan dengan pengusiran keluarga kecilku oleh pemilik kontrakan.Namun kejadian pengusiran itu akhirnya mendorong mertua untuk bercerita pada orang tuaku

Page 20: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

yang menetap di Bandung. Karena orang tua terlanjur mengetahui masalahku, sejak itu aku ‘mengkeramatkan’ mereka dengan membina komunikasi lebih baik dan selalu minta doa, terutama di hari Jumat. Terbukti, ridho orang tua adalah ridho Tuhan. 

Berangkat dari titik terendah yang tidak ingin aku ulangi lagi itu hidupku pelan-pelan mulai tertata. Teman-temanku yang juga mendengar kami diusir, satu per satu datang menghibur. Seorang sahabat bahkan menawarkan kartu kreditnya untuk kupakai menyewa sebuah rumah yang lebih layak. Untuk pembayarannya, aku diizinkan menyicil seadanya setiap bulan. Katanya agar aku konsentrasi mengurus usaha. Benar, setelah mendapatkan sebuah rumah dengan tiga kamar, bahkan ada garasinya, aku mulai menata kembali hidupku. Aku berjanji pada istriku, bulan depan kondisi kami akan lebih baik!

Belajar Dari Ahlinya

Hasil evaluasi lain yang aku dapat, ternyata selama ini aku tidak mengerti sama sekali tentang bisnis rumah makan. Aku hanya mengandalkan kepercayaan pada juru masak. Dia yang belanja, dia juga yang memasak, aku hanya menerima laporan pengeluaran.

Setelah dilihat-lihat, ternyata pengeluaran selalu lebih besar dari pendapatan. Orang yang berpengalaman dalam bisnis rumah makan, pernah mengatakan, mempercayakan semuanya pada juru masak itu sama saja dengan memberikan jantung kita pada orang lain.

Saat pulang ke bandung aku tidak sengaja berjumpa dengan Teman SMA-ku yang ternyata manajer restoran cepat saji. Setelah teman SMA-ku itu menjadi konsultanku, penyimpangan-penyimpangan dalam usahaku pelan-pelan mulai terbongkar dan bisa dibenahi. Aku rombak total seluruh sistemnya hingga berangsur-angsur kondisinya membaik.

Begitulah akhirnya dengan pasti aku memantaskan diri dengan impian yang aku pernah tulis.Aku bersyukur, dengan kerja keras ini aku bisa menikmati beberapa kali bulan puasa seraya menjalankan ibadah umroh. Alhamdulillah usahaku juga membuahkan beberapa penghargaan, di antaranya dari Bapak Sharif C Sutardjo , Menteri Perikanan dan Kelautan, karena usahaku dinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele, dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Juga penghargaan Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan Menengah, DR. Syarief Hasan.http://www.tabloidwanitaindonesia.ne...2.html

Page 21: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

11. Bong Chandra (pebisnis, pembicara, dan juga motivator populer)

Bong Chandra (lahir di Jakarta, 25 Oktober 1987; umur 25 tahun) adalah seorang pebisnis, pembicara, dan juga motivator populer asal Indonesia. Pada tahun 2010, ia mendapatkan gelar "motivator termuda se-Asia", yakni ketika berusia 23 tahun.[1] Dia sering mengadakan acara seminar motivasi di berbagai kota, khususnya di Indonesia. Dia juga menulis buku motivasi berjudul Unlimited Wealth.[2] Dia mengaku sengaja tidak menyelesaikan kuliahnya untuk memfokuskan diri sebagai pembicara dan motivator.[3] Kumpulan Kata Motivasi Bong Chandra, beritabarubanget. Diakses pada 27 January 2012.</ref>Riwayat

Kesuksesan ini tak diraih dengan mudah. Bong harus menempa dirinya dengan kerja keras. Saat usianya menginjak 18 tahun, Bong memilih berjibaku membangun bisnis ketimbang bersenang-senang seperti remaja seusianya. Kerja keras Bong dimulai sejak krisis ekonomi 1998. Bencana itu membuat bisnis ayahnya, Aditya, terempas. Pabrik kuenya terancam gulung tikar. “Rumah sampai nyaris dijual,” katanya saat ditemui di salah satu tempat usahanya, Free Car Wash Serpong, Tangerang Selatan, Kamis lalu.

Bong, yang kala itu berusia 11 tahun, berempati atas terpuruknya ekonomi keluarga. Kebutuhan sekolah diusahakan sendiri. Contohnya ia lebih memilih kertas bekas dan memfotokopi buku pelajaran milik temannya ketimbang membeli baru. Beberapa alat tulis juga dibuatnya sendiri. “Saya menggunakan karet (gelang) untuk penghapus,” tuturnya.

Bong kecil juga menjual sisa potongan kue di pabrik ayahnya ke sekolah. Semula ia gengsi. Apalagi dia minder karena penyakit asma, yang membuat tubuhnya ringkih, sehingga kerap dicemooh oleh rekannya. Namun motivasi dia bertahan hidup lebih besar. Bong malah makin giat mengembangkan usaha. “Saya menjual parfum dan VCD (cakram padat).”

Saat masuk SMA, ia bersama seorang temannya nekat berbelanja pakaian ke Bandung meski

Page 22: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

tak punya duit. “Modalnya kepercayaan,” katanya. Pagi hari mereka berangkat, sore kembali ke Jakarta dengan membawa setumpuk baju yang siap dijual. Bong membuka lapaknya di Senayan dan Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan. Ia juga menjual pakaian seragam kepada rekan dan adik kelasnya.

Bong sadar motivasi perlu dipertahankan karena cemoohan berpotensi mengendurkan semangatnya. Apalagi rekannya kerap menyindir Bong. “Seumuran kita harusnya bersenang-senang,” ujar Bong menirukan rekannya. Tapi ia berkukuh. Beruntung, orang tuanya rajin memberi nasihat. Bong pun gemar membaca buku motivator dunia, seperti Donald Trump. “Keinginan sukses makin besar,” katanya. Kegemaran ini memudahkannya memotivasi diri. Ia pun mulai menasihati temannya yang patah semangat.

Ia makin yakin akan kualitas bakatnya memotivasi orang. Bersama lima rekannya, Bong membuat event organizer untuk pelatihan motivasi. Sasarannya orang-orang dekat. “Saya diminta beberapa rekan satu jemaat di gereja,” ujarnya. Bong awalnya memotivasi para karyawan pemasaran. Selama dua tahun pertama, ia hanya memungut biaya operasional. “Ini investasi saya,” katanya. Apalagi tujuan bisnis ini tidak untuk mencari uang. “Saya memperluas pertemanan,” katanya.

Tak sulit bagi alumnus SMA Kalam Kudus Jakarta ini mendapatkan teman dari 90 ribu peserta pelatihannya, yang kebanyakan pelaku bisnis. “Kalau teman kita sukses, kita akan kecipratan sukses,” katanya. Keyakinan Bong yang kerap mengisi pelatihan di kalangan pebisnis properti ini benar. Ia mulai diajak sesama pembicara saat memberikan pelatihan di Real Estate Jawa Timur.

Awalnya Bong diminta mencarikan investor pembangunan properti seluas 5,1 hektare di Ciledug, Tangerang. Meski gagal, rekannya tak kecewa. Ia justru diminta bergabung menjalankan bisnis ini. Akhirnya Bong dan dua temannya menjalankan perusahaan properti senilai Rp 180 miliar sejak Januari lalu. “Ini modal networking,” katanya.

Keberuntungannya terus bergulir. Pelan-pelan banyak tawaran mengajaknya berbisnis bersama. Selain properti, Bong mendirikan bisnis pencucian mobil. Usaha ini dibangun di Buah Batu, Bandung, dan Serpong. Kini ia menjalankan tiga usaha dengan karyawan mencapai 100 orang. Menjadi pembicara motivasi membuat Bong memutuskan berhenti kuliah di Jurusan Desain Grafis Universitas Bina Nusantara. Setelah tidak kuliah, satu-satunya pilihan Bong adalah menjadi motivator yang sukses.

Meski dia sudah berbicara di hadapan 15 ribu orang per tahun, mulai mahasiswa, ibu rumah tangga, dosen, ahli hukum, dokter, pengusaha, hingga CEO, Bong menyebut dirinya sebagai pribadi yang tertutup. “Saya tidak mudah akrab,” katanya. Bong juga mengenali dirinya sebagai orang yang lambat bertindak. “Saya menuntut sempurna jadi kerap lama berpikir.”http://id.wikipedia.org/wiki/Bong_Chandra

Page 23: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

12. Donny Pramono (Sour Sally-Frozen Youghurt)

Donny Pramono, Entrepreneur Muda Pendiri Sour Sally yang Cabangnya Sudah di Singapura

Ini dia Sally, gadis manis berkepang dua yang terpampang di semua produk Sour Sally. Seiring bertambahnya penggila froyo, Sally semakin terkenal

Yoghurt kini tampil lebih cantik dan sehat dalam kemasan froyo alias frozen yoghurt. Tak ayal, ia digemari banyak orang dan bisnisnya makin digandrungi.

Dari Hobi Lahirlah SallyGadis itu berkepang dua dengan dress mini berwarna hitam. Matanya melirik, menggoda siapa pun yang melewatinya. Namanya Sally. Dialah ikon dari butik frozen yoghurt (froyo) Sour Sally yang belakangan ini sedang naik daun. Bisnis yang dimulai dari hobi pemiliknya, Donny Pramono. “Saya memang hobi makan yogurt. Seminggu bisa makan lima kali.”

Kegemaran Donny makin tersalurkan saat ia kuliah di Los Angeles (LA), Amerika Serikat. Maklum, di sana banyak gerai penjual yogurt, Tempat itu kerap dijadikan tempat ngumpul Donny dan teman-temannya. “Akhirnya terinspirasi membuat brand yang bisa go international, dimulai di Indonesia,” urainya.

Untuk mewujudkan itu, selama di LA, Donny rajin mencoba membuat froyo. Apartemen adiknya, Darwis Pramono pun dijadikan tempat eksperimen. Mesin pembuat froyo yang disewanya, disimpan di sana. Lantaran listrik tak mencukupi, ia harus menyewa genset. Tapi, untuk menghidupkan genset, Donny harus main kucing-kucingan dengan tetangganya. “Sebelum jam 5, kami harus sudah selesai, karena tetangga sudah pulang kantor,” kata pria kelahiran 30 September 1982 ini.

Lewat riset itu, penggemar futsal ini menemukan citarasa froyo yang diinginkan. “Rasa harus disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Di Amerika, lebih milky (kental susunya) dan kecut. Kalau di sini, seimbang antara kecut dan manis.” Formula itu yang akhirnya dibawa pulang ke Indonesia di akhir 2007.

Lantas anak pasangan Suwitno Pramono dan Elien Limuwa ini mengajak sepupunya yang sudah malang melintang di dunia bisnis kuliner, Telly Limbara. Telly sepaham lantaran konsep bisnis Donny dinilai menarik. Modal awal pun mereka gelontorkan.

Page 24: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

Donny dan Telly tak main-main. Untuk memulai bisnis ini, mereka juga menyewa konsultan brand profesional. Dari situ lahirlah Sour Sally. “Sour itu artinya kecut dan Sally itu nama cewek manis,” kata Donny. Desain interiornya pun sengaja dibuat kental dengan warna khas perempuan. Tengok saja dominasi warna hijau muda yang segar dan kursi-kursi empuk dengan warna pastel pada gerainya. Begitu pula dengan pegawainya, terutama yang perempuan, mereka tampil persis dengan Sally yang chic.

Gerai pertama Sour Sally dibuka di Senayan City, pada 15 Mei 2008. Dalam dua bulan, Sour Sally menjadi buah bibir. Antreannya bahkan pernah meluber hingga ke luar gerai. Sekarang ini sudah ada sepuluh gerai di ibu kota. “Hari biasa, pengunjung bisa ratusan. Kalau akhir pekan, beberapa outlet bisa dikunjungi ribuan pembeli,” urai alumni Penn State University.

Di Sour Sally tersedia tiga rasa yaitu plain yang seimbang manis dan kecutnya, green tea yang lebih kecut, pinklicious yang lebih manis. Topping-nya beragam, dari buah-buahan, hingga mochi, kenari, atau sereal. “Sampai sekarang ada 20 topping tapi masih banyak Sour Sally Lovers (sebutan konsumen) yang belum mencoba,” ucapnya yang bisnisnya sempat dikira franchise.

Sekarang, malah sudah tersedia waffle yang dibubuhi froyo dan topping bernama Pinklicious Waffle. Celah inilah yang sekarang sedang digali oleh Sour Sally. Karena bagi Donny, “Setiap orang mempunyai selera sendiri dan kami ingin memuaskan semuanya.” Dengan aneka macam froyo, topping, hingga menu yang beragam, tak heran jika Sour Sally selalu dipenuhi tua muda pria wanita setiap harinya.

Pada tahun 2010 dibuka cabang Sour Sally pertama di luar negeri, yaitu di Singapura, tepatnya di Wisma Atria Shopping Center, #B1-47, kini ada dua cabang di Singapura. Sedangkan di Indonesia cabangnya tersebar di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Bali, Semarang. Omset tahunannya kini mencapai puluhan miliar. (Astrid Isnawati)http://www.tabloidnova.com/Nova/News...ncut-1

Page 25: 13 Pengusaha Muda Yang Sukses

13. Fredi Tumakaka (Sepatu Praja-Amerika)

Kisah Sukses Pengusaha Indonesia di Amerika, Bukti Indonesia Bisa dan Kita Mampu

Sukses merupakan hal yang diinginkan oleh semua orang dalam bidang apapun sesuai dengan minatnya. Namun kesuksesan rasanya bukanlah hal yang begitu saja datang tanpa kerja keras dan ketekunan seperti yang dilakukan oleh para pengusaha sukses yang diliput dalam Liputan VOA Indonesia yang terangkum dalam Video Youtube di Channel VoaIndonesia-Youtube.

Para pengusaha tersebut membuka usaha dan tinggal di negeri paman sam Amerika. Berkat usaha yang mereka kembangkan mampu membuka lapangan kerja bagi warga Indonesia yang tinggal disana, maupun warga Amerika.

Tak tanggung tanggung usaha yang mereka kerjakan pun kental dengan ciri khas bangsa Indonesia dan memakai bahan-bahan produksi dari Indonesia yang tentunya tidak kalah kualitasnya dengan produk asli Amerika.

Sebut saja Fredi Tumakaka pemuda asal Jakarta yang melanjutkan sekolah musisinya dengan jeli melihat peluang usaha sepatu yang berlebelkan "Praja" yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya generasi baru. Praja ini diproduksi dengan bahan-bahan produksi asli dari Indonesia. Fredi hijrah ke New York sembilan tahun yang lalu dan kini ia telah berhasil memiliki usaha yang menjanjikan dengan menjualnya secara offline maupun online melalui website tokonya. Berikut ulasannya dalam video liputan voanews.

AMBIL DARI KASKUS (http://www.kaskus.co.id/thread/508f9fea1a7608c27700000d/13-pengusaha-muda-indonesia-yang-sukses-serba-13)