Eksplorasi emas Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya, akan tetapi masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan dan pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi, amalgamasi, dan peleburan. Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana hanya logam- logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan lain-lain. Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan / pelindian ( leaching ) dan proses pemisahan emas ( recovery ) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium Cyanide ( NaCN ), Potassium Cyanide ( KCN ) , Calcium Cyanide [ Ca(CN)2 ], atau Ammonium Cyanide ( NH4CN ). Pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Eksplorasi emas
Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya, akan tetapi
masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan dan
pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi,
amalgamasi, dan peleburan. Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida
dimana hanya logam-logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan
lain-lain. Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan / pelindian
( leaching ) dan proses pemisahan emas ( recovery ) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa
digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium Cyanide ( NaCN ), Potassium Cyanide
( KCN ) , Calcium Cyanide [ Ca(CN)2 ], atau Ammonium Cyanide ( NH4CN ). Pelarut yang
paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari
pelarut lainnya.
diagram alir proses pengolahan emas sianidasi
Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut :
Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi
gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamasi ) dilakukan
selama + 1 jam
Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah kemudian
ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri
dengan amalgam
Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan
pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari
amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi
selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat
pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70
% emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai
lebih dari 80 %.
Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal
berupa alloy emas.
Sedangkan pemurnian emas dengan cara elektrolisis. Elektrolisis merupakan proses kimia
yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Namun metode-metode tersebut banyak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini karena bahan kimia yang digunakan
untuk reaksi-reaksi diatas bersifat toksik terhadap lingkungan.
Pencucian tumpukan batuan dengan sianida (Cyanide Heap Leaching) dianggap sebagai cara
paling hemat biaya untuk memisahkan butir-butir emas yang halus. Tapi cara ini sangat tidak
ramah lingkungan karena sianida dapat melepaskan logam-logam berat lainnya seperti
kadmium, timah, merkuri yang berbahaya bagi manusia dan ikan, dalam konsentrasi rendah
sekalipun. Menurut laporan Program lingkungan PBB (UNEP), dari tahun 1985 hingga 2000,
lebih dari selusin waduk pembuangan limbah tambang emas mengandung sianida ambruk.
Metode amalgamasi, yang dalam penggunaannya melibatkan raksa, hanya dapat mengisolasi
emas sekitar 50%-60%. Selain dinilai tidak efisien, raksa juga menghasilkan residu yang
berdampak negatif bagi lingkungan. Bahkan uap raksapun dianggap berbahaya jika terhirup
manusia. Gejala keracunan pada manusia antara lain : batuk, nyeri dada, bronchitis,
pneumonia, tremor, insomnia, sakit kepala, cepat lelah, kehilangan berat badan, dan
gangguan pencernaan.
Mengingat metode-metode yang tidak ramah lingkungan tersebut, maka diperlukan metode
lain yang lebih ramah terhadap lingkungan. Sejak lama telah diketahui bahwa tumbuhan
memiliki kemampuan untuk mengambil emas dari tanah dan mengakumulasikannya dalam
jaringan secara cepat, baik secara aktif melalui metabolisme tumbuhan atau secara pasif
melalui gugus fungsional dalam jaringan tumbuhan. Kemampuan ini dapat dimanfaatkan
untuk memperoleh kembali ion emas(III) dari larutannya.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan metode adsorpsi dengan menggunakan biomassa
tumbuhan, yang dikenal sebagai metode fitofiltrasi. Biomassa tumbuhan dapat digunakan
untuk mengadsorpsi ion logam kationik maupun anionik. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa biomassa tumbuhan dapat mengikat berbagai ion logam seperti Cu(II), Ni(II), Cd(II),
Cr(III), Sn(II), Au(III), dan Zn(II). Selain itu, biomassa bersifat biodegradable, sehingga
penggunaannya bersifat ramah lingkungan.
Gugus-gugus aktif yang terdapat pada protein dalam tumbuhan berperan penting bagi proses
pengikatan ion logam. Tumbuhan yang memiliki kadar protein tinggi dan dapat digunakan
untuk mengikat emas(III) dengan metode fitofiltrasi adalah rumput gajah.
Metode fitofiltrasi ini diharapkan sebagai metode alternatif yang dapat digunakan dalam
pengolahan pertambangan emas di Indonesia, sehingga residu dari hasil tambang emas yang
diperoleh tidak akan membahayakan bagi lingkungan, hewan, dan manusia.
Pengolahan emas sistem pelarutan ( leaching) sianida ataupun tiourea konvensional baru
bernilai jika dilakukan terhadap batuan dengan kandungan minimal emas 5 gram / ton.
Padahal dalam kenyataannya mayoritas batuan emas memiliki kandungan yang lebih kecil
dari itu. Agar batuan dengan kandungan emas minimal 1 gram / ton dapat diproses secara
ekonomis, maka diciptakan sistem pengolahan dump leach / heap leach.
Berbeda dengan cara - cara konvensional, dalam sistem ini tidak dilakukan penghalusan
ukuran batuan. Dengan kata lain tak perlu dilakukan proses - proses mekanis terhadap batuan
hasil tambang. Batuan dengan ukuran seperti apa adanya ditumpuk diatas bidang datar
( lapang) yng telah dilapisi polimer sejenis plastik. Plastik berfungsi menahan cairan kimia
agar tak meresap ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga aman dari pencemaran.
Proses pelarutan dilakukan dengan menyemprot cairan kimia dengan metode hujan buatan
melalui sprinkle - sprinkle yang ditempatkan di atas tumpukan batuan. Tetes larutan
selanjutnya akan melakukan penetrasi ke pori - pori batuan, melarutkan logam - logam yang
di inginkan. Gaya grafitasi membawa larutan logam ke bagian bawah dan selanjutnya
dialirkan ke kolam / danau penampungan. Hasil larutan yang telah masuk ke kolam / danau
kemudian diproses untuk mendapatkan logam emas dan perak.
Kegiatan eksplorasi di daerah Pongkor, Jawa Barat di antaranya meliputi Pemetaan Geologi
Detail (PGD), core logging, detailed mapping structure, pemboran dan evaluasi, serta
modeling geologi.
Untuk bauksit, kegiatan eksplorasi di Mempawah, Landak, Tayan, dan Munggu Pasir,
Kalimantan Barat. Total biaya eksplorasi bauksit selama Februari 2012 adalah sebesar Rp1
miliar
Metode geolistrik/resistivity dalam eksplorasi emas
Emas merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga
maupun sisi penggunaan. Logam ini juga merupakan logam pertama yang ditambang karena
sering dijumpai dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini sering dikelompokkan ke dalam
logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah dimulai lebih dari 5000 tahun yang
lalu oleh bangsa Mesir. Emas digunakan untuk uang logam dan merupakan suatu standar
untuk sistem keuangan di beberapa negara. Di samping itu emas juga digunakan secara besar-
besaran pada industri barang perhiasan.
Ada tiga hal penting dalam membahas pembentukan emas, yaitu
1. suatu reservoar yang mengandung emas meskipun dalam kadar yang tidak begitu besar
2. larutan airpanas yang dapat membawa emas ke tempat penjebakan
3. tempat penjebakan
Emas dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar pada inti bumi dan batuan-batuan yang
berukuran halus, seperti lempung hitam. Dua hal ini merupakan reservoar potensial dari
logam emas ini.
Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg (air raksa). Sehingga emas dapat
diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan
larutan sianida (biasanya NaCN) dengan karbon aktif. Di antara kedua metode ini, metode
amalgamasi paling mudah dilakukan dan tentunya dengan biaya yang relatif rendah. Hanya
dengan modal air raksa dan alat pembakar, emas dengan mudah dapat diambil dari
pengikatnya. Metode ini umumnya dipakai oleh penduduk lokal untuk mengambil emas dari
batuan pembawanya.
Tambang Emas di Indonesia dan Cara Pengolahan Limbahnya
Indonesia memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di berbagai daerah.
Minyak bumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal merupakan jenis-jenis bahan
tambang yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu jenis bahan tambang yang cukup banyak
dan tersebar ketersediaannya di Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu jenis
bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Emas hampir dipasarkan dan
diperdagangkan hampir di semua pasar perdagangan bahan tambang di seluruh dunia. Nilai
investasi emas meningkat setiap terjadi perdagangan emas dalam jumlah yang cukup besar.
Bahkan, jika dilihat lebih jauh lagi, emas memberikan kontribusi berupa devisa yang sangat
besar bagi negara-negara pengekspor emas.
Emas tidak terdapat di lapisan tanah yang cukup dalam dari permukaan bumi atau permukaan
tanah. Bisa dikatakan bahwa bahan tambang jenis ini terletak di permukaan tanah, daerah
aliran sungai yang berisi endapan-endapan mineral, bahkan di daerah hilir sungai yang
merupakan akhir dari arah aliran air sungai yang mungkin saja menjadi tempat berkumpulnya
arah aliran beberapa sungai yang membawa endapan-endapan mineral. Emas merupakan
salah satu jenis mineral yang memiliki banyak manfaat. Jenis mineral ini dapat digunakan
sebagai bahan konduktor pengantar panas di beberapa jenis alat elektronik. Namun, kegunaan
emas yang utama adalah sebagai bahan perhiasan berupa kalung, emas, cincin, dan lain
sebagainya. Jadi, secara garis besar, emas memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan
manusia.
Untuk mendapatkan emas yang terletak di permukaan tanah ataupun yang terletak di daerah
aliran sungai tidaklah terlalu sulit. Pencariannya hanya mempergunakan alat-alat yang
sederhana. Teknik pencarian dan pengolahan limbahnya sangat sederhana. Namun, untuk
mendapatkan emas yang terdapat di dalam lapisan tanah dengan kedalaman tertentu,
pencarian emas perlu dipergunakan alat-alat teknologi dan teknik pencarian yang cukup sulit.
Survey lokasi merupakan salah satu kegiatan awal yang diperlukan untuk mengetahui jumlah
ketersediaan emas, posisi atau letak emas, dan kedalaman emas dari permukaan tanah.
Daerah yang memiliki banyak ketersediaan emas tentu saja harus menjadi basis atau sumber
pencarian dan pengolahan limbah hasil eksplorasi emas. Daerah-daerah inilah yang kemudian
menjadi daerah-daerah tambang emas yang mungkin saja alam dan lingkungannya dapat
rusak karena adanya kegiatan penambangan emas ini.
Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa efek negatif.
Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan emas dan pengolahan
emas akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Kasus pencemaran
limbah akibat penambangan emas salah satunya terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan
terjadinya pencemaran logam berat di perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah
padat (tailing) seharusnya tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang
dilakukan pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga
kadarnya seminimal mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan
beracun yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan
dan tatacara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam hal ini
Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan, masih banyak
ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri. Mungkin terbatasnya tenaga
pengawas disamping proses pengolahan limbah biasanya memerlukan biaya yang cukup
besar. Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam
ini mempunyai peranan yang sangat penting dibidang industri misalnya : Kadmium Cd
digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang. Kromium Cr untuk pemberi warna
cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam. Kobalt Co untuk bahan magnet yang kuat
pada loudspeker atau microphone. Tembaga Cu untuk kawat listrik. Nikel Ni untuk bahan
baja tahan karat atau stainless steel. Timbal Pb untuk bahan battery atau Accu pada mobil.
Seng Zn untuk pelapis kaleng. Mercury Hg dapat melarutkan emas sehingga banyak
digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan pengisi
termometer dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat. Hanya sangat disayangkan
disamping begitu banyak kegunaannya, kelompok logam-logam berat ini sangat beracun
misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain. Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di dalam
tubuh manusia, dimana setelah logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya
melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi
oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika jumlahnya telah
cukup besar baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat, biasanya logam-
logam berat ini menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati, ginjal yang dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian
ataupun udara dapat melalui berbagai hal misalnya, pembuangan secara langsung limbah
industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena
banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke
udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara
membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya
memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut ke udara. Pencemaran dengan cara
ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga
akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit.
Dalam kasus Buyat, logam berat mercury kemungkinan dapat berasal dari limbah proses
pemisahan biji emas atau dari tanah bahan tambangnya sendiri memang mengandung
mercury. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung
logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low TemperatureThermal
Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation. Pada sistem thermal
desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak
langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material
akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem ini yang
terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi oksidasi. Cara ini
sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap misalnya,