Top Banner
BAB 1 Auditing dan Sistem Informasi 1.1 Pengantar Perkembangan sistem informasi yang digunakan oleh klien berdampak dengan keahlian yang harus dikuasai oleh auditor yang semula pendekatan yang dilakukan dengan cara manual maka dengan perubahan tersebut auditor dituntut untuk menguasai proses sistem informasi yang dipakai klien dan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) dengan menyesuaikan proses audit dan prosedur yang digunakan pada saat melaksanakan pekerjaan lapangan misalnya perubahan lingkungan sistem akuntansi yang manual menjadi sistem informasi akuntansi berbasis komputer menyebabkan auditor harus mempelajari karaktristik lingkungan sistem tersebut. Agar pelaksanaan auditing dapat berjalan dengan efektif dan efisien, auditor sudah seharusnya menyesuaikan teknik-teknik auditnya dengan sistem informasi klien. Untuk memperoleh pemahaman tentang efinisi audit, type-type audit, jenis-jenis auditor, pengetahuan sistem, informasi, berikut akan dibahas secara rinci. 1.2. Definisi Audit 1
33

1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Jan 18, 2017

Download

Documents

trandat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

BAB 1

Auditing dan Sistem Informasi

1.1 Pengantar

Perkembangan sistem informasi yang digunakan oleh klien berdampak dengan

keahlian yang harus dikuasai oleh auditor yang semula pendekatan yang dilakukan

dengan cara manual maka dengan perubahan tersebut auditor dituntut untuk menguasai

proses sistem informasi yang dipakai klien dan Teknik Audit Berbantuan Komputer

(TABK) dengan menyesuaikan proses audit dan prosedur yang digunakan pada saat

melaksanakan pekerjaan lapangan misalnya perubahan lingkungan sistem akuntansi yang

manual menjadi sistem informasi akuntansi berbasis komputer menyebabkan auditor

harus mempelajari karaktristik lingkungan sistem tersebut. Agar pelaksanaan auditing

dapat berjalan dengan efektif dan efisien, auditor sudah seharusnya menyesuaikan teknik-

teknik auditnya dengan sistem informasi klien.

Untuk memperoleh pemahaman tentang efinisi audit, type-type audit, jenis-jenis auditor,

pengetahuan sistem, informasi, berikut akan dibahas secara rinci.

1.2. Definisi Audit

Ada beberapa definisi audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi,

antara lain:

Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke :

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to

determine and report on the degree of correspondence between the information and

established criteria. Auditing should be done by a competent independent person”.

Menurut Mulyadi :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan

1

Page 2: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan”.

Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:

1. Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang

dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut,

2. Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk

menentukan lingkup tanggungjawab auditor,

3. Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk

memenuhi tujuan audit,

4. Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen

dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan

yang akan diambilnya.

1.3. Tipe-tipe Audit

Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : audit laporan

keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

1. Audit laporan keuangan (financial statement audit). Audit laporan keuangan

adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal maupun internal terhadap

laporan keuangan auditee untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan

tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit

lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham,

dan kantor pelayanan pajak.

2. Audit kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk menentukan

apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang

tertentu. Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari

sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia mungkin bersumber dari manajemen

2

Page 3: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

dalam bentuk prosedur-prosedur pengendalian internal. Audit kepatuhan dapat

dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal.

3. Audit operasional (operational audit). Audit operasional merupakan penelahaan

secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan

tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan

yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional

tertentu.

Tujuan audit operasional adalah untuk :

1. Menilai kinerja, kinerja dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan, standar-

standar, dan sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh manajemen

2. Mengidentifikasikan peluang dan

3. Memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak-

pihak yang mungkin meminta dilakukannya audit operasional adalah

manajemen dan pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak

yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

1.4. Jenis-jenis Auditor

Auditor biasanya diklasifikasikan dalam dua kategori berdasarkan siapa yang

mempekerjakan mereka, yaitu : Auditor eksternal, dan auditor internal,

1. Auditor eksternal. Audit eksternal merupakan pihak luar yang bukan merupakan

karyawan perusahaan, berkedudukan independen dan tidak memihak baik

terhadap auditeenya maupun terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan

auditeenya (pengguna laporan keuangan). Auditor eksternal dapat melakukan

setiap jenis audit.

2. Auditor Internal. Auditor internal adalah pegawai dari perusahaan yang diaudit,

auditor ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen dalam

lingkungan perusahaan sebagai suatu bentuk jasa bagi perusahaaan.. Fungsi

dasar dari Internal Audit adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pegawai

perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercayainya, efisiensi, dan

3

Page 4: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

kegunaan catatan-catatan (akutansi) perusahaan, serta pengendalian intern yang

terdapat dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan

perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan

memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang di

audit. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor melakukan kegiatan–

kegiatan berikut:

Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan sistem

pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern, dan pengendalian

operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan

biaya yang tidak terlalu mahal,

Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedurprosedur yang

telah ditetapkan oleh manajemen

Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan

dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan

dan penyalahgunaan

Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi

dapat dipercaya

Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang

diberikan oleh manajemen

Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan

efisensi dan efektifitas

Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya tersebut dapat disimpulkan bahwa

internal auditor antara lain memiliki peranan dalam :

Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention),

Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection), dan

Penginvestigasian Kecurangan (Fraud Investigation).

1.5. Pengertian sistem

4

Page 5: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau

subsistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Barry E. Cushing, 1974).

Sistem adalah suatu grup dari elemen-elemen baik berbentuk fisik maupun bukan

fisik yang menunjukan suatu kumpulan saling berhubungan di antaranya dan berinteraksi

bersama-sama menuju satu atau lebih tujuan, sasaran atau akhir dari sistem (M. J

Alexander, 1974).

Stephen A. Moscove dan Mark G (1984) mendefinisikan sistem sebagai berikut:

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dari interaksi subsistem yang berusaha

untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut O’Brien, sistem merupakan sekumpulan komponen-komponen yang

saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dengan menerima

masukan dan menghasilkan pengeluaran melalui proses transformasi yang terorganisir.

Menurut Mathiassen, system adalah sekumpulan komponen yang

mengimplementasikan kebutuhan pemodelan fungsi dan antar muka.

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah

kumpulan dari komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berinteraksi

dan berhubungan membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan atau sasaran sistem

tersebut. Misalnya, sistem akuntansi dapat terdiri dari beberapa susbsistem-subsistem,

yaitu subsistem akuntansi penjualan, subsistem akuntansi pembelian, subsistem akuntansi

penggajian, subsistem akuntansi biaya dan sebagainya. Bahkan sistem akuntansi itu

sendiri merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar.

1.6. Pengertian Informasi

Menurut Kenneth C. Laudon dan Jane Price Laudon (1999), informasi adalah data

yang telah dibentuk menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti dan bermanfaat bagi

umat manusia.

Menurut John Burch dan Gary Grudnitski (1986), informasi adalah data yang

telah diletakan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan

kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan keputusan.

5

Page 6: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Menurut O’Brien, informasi adalah adata yang telah diubah ke dalam sebuah

bentuk yang mempunyai arti dan berguna bagi pemakai tertentu atau khusus.

Menurut Mcleod, informasi adalah data yang telah diproses sehingga menjadi

data yang mempunyai arti dan berguna bagi pemakainya.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi (Jogiyanto

1999) adalah:

1. data yang diolah

2. menjadi bentuk yang lebih berguna (relevan, akurat, dan tepat waktu) dan

lebih berarti bagi yang menerimanya.

3. menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) dan suatu kesatuan yang

nyata (fact dan entity).

4. digunakan untuk pengambilan keputusan.

Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan kenyataan yang

menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Data merupakan bentuk

yang masih mentah yang perlu diolah lebih lanjut melalui suatu model untuk dihasilkan

informasi. Kemudian dari informasi tersebut digunakan untuk membuat keputusan dan

melakukan tindakan. Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat

yang tertentu. Kesatuan (fact dan entity) adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat,

benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi.

1.7. Pengertian Sistem Informasi

Menurut James B. Bower, Robert E. Schlosser dan Maurice S. Newman (1985):

suatu sistem informasi adalah suatu cara yang sudah tertentu untuk menyediakan

informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan

untuk organisasi bisnis dengan cara yang menguntungkan.

Sedangkan menurut John F. Nash dan Martin B. Roberts (1984): suatu sistem

informasi adalah suatu kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-

prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting,

6

Page 7: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang

lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan ekstenal yang penting dan menyediakan

suatu dasar untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

1.8. Pengertian Teknologi Informasi

Teknologi Informasi adalah suatu hardware (perangkat keras) dan software

(perangkat lunak) yang digunakan oleh sistem informasi, hardware atau perangkat keras

merupakan peralatan fisik yang terlibat dalam pemrosesan informasi seperti computer,

workstation, peralatan jaringan, tempat penyimpanan data serta peralatan transmisi.

Software adalah program computer yang menginterpretasikan apa yang harus dilakukan.

Teknologi Informasi adalah teknologi computer untuk memproses dan

menyimpan informasi, sama baiknya dengan teknologi komunikasi untuk transmisi

informasi

1.9. Audit SI

Audit sebuah system teknologi informasi untuk saat ini adalah sebuah keharusan.

Audit perlu dilakukan agar sebuat system mampu memenuhi syarat IT Governance. Audit

system informasi adalah cara untuk melakukan pengujian terhadap system informasi yang

ada di dalam organisasi untuk mengetahui apakah system informasi yang dimiliki telah

sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi, menguji performa system informasi dan

untuk mendeteksi resiko-resiko dan efek potensial yang mungkin timbul.

7

Page 8: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Metodologi Audit IT

Dalam pelaksanaanya, auditor TI mengumpulkan bukti-bukti yang memadai

melalui berbagai teknik termasuk survey, wawancara, observasi dan review dokumentasi.

Satu hal yang unik, bukti-bukti audit yang diambil oleh auditor biasanya

mencakup pula bukti elektronis. Biasanya, auditor TI menerapkan teknik audit

berbantuan computer, disebut juga dengan CAAT (Computer Aided Auditing

Technique). Teknik ini digunakan untuk menganalisa data, misalnya saja data transaksi

penjualan, pembelian, transaksi aktivitas persediaan, aktivitas nasabah, dan lain-lain.

Langkah dasar Audit SI

Audit dalam konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem

komputer berjalan semestinya. Tujuh langkah proses audit:

1. Implementasikan sebuah strategi audit berbasis manajemen risiko serta control

practice yang dapat disepakati semua pihak.

2. Tetapkan langkah-langkah audit yang rinci.

3. Gunakan fakta/bahan bukti yang cukup, handal, relevan, serta bermanfaat.

4. Buatlah laporan beserta kesimpulannya berdasarkan fakta yang dikumpulkan.

5. Telaah apakah tujuan audit tercapai.

6. Sampaikan laporan kepada pihak yang berkepentingan.

7. Pastikan bahwa organisasi mengimplementasikan managemen risiko serta control

practice.

Sebelum menjalankan proses audit, tentu saja proses audit harus direncanakan

terlebih dahulu. Audit planning (perencanaan audit) harus secara jelas menerangkan

tujuan audit, kewenangan auditor, adanya persetujuan managemen tinggi, dan metode

audit. Metodologi audit:

1. Audit subject. Menentukan apa yang akan diaudit.

2. Audit objective. Menentukan tujuan dari audit.

3. Audit Scope. Menentukan sistem, fungsi, dan bagian dari organisasi yang

secara spesifik/khusus akan diaudit.

8

Page 9: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

4. Preaudit Planning. Mengidentifikasi sumber daya dan SDM yang

dibutuhkan, menentukan dokumen-dokumen apa yang diperlukan untuk

menunjang audit, menentukan lokasi audit.

5. Audit procedures and steps for data gathering. Menentukan cara

melakukan audit untuk memeriksa dan menguji kendali, menentukan siapa

yang akan diwawancara.

6. Evaluasi hasil pengujian dan pemeriksaan. Spesifik pada tiap organisasi.

7. Prosedur komunikasi dengan pihak manajemen. Spesifik pada tiap

organisasi.

8. Audit Report Preparation. Menentukan bagaimana cara memeriksa hasil

audit, yaitu evaluasi kesahihan dari dokumen-dokumen, prosedur, dan

kebijakan dari organisasi yang diaudit. Struktur dan isi laporan audit tidak

baku, tapi umumnya terdiri atas:

o Pendahuluan. Tujuan, ruang lingkup, lamanya audit, prosedur audit.

o Kesimpulan umum dari auditor.

o Hasil audit. Apa yang ditemukan dalam audit, apakah prosedur dan

kontrol layak atau tidak

o Rekomendasi. Tanggapan dari manajemen (bila perlu).

o Exit interview. Interview terakhir antara auditor dengan pihak manajemen

untuk membicarakan temuan-temuan dan rekomendasi tindak lanjut.

Sekaligus meyakinkan tim manajemen bahwa hasil audit sahih

1.10. Perkembangan Pendekatan Audit Sistem Informasi

Perkembangan teknologi informasi, perangkat lunak, sistem jaringan dan

komunikasi dan otomatisasi dalam pengolahan data berdampak perkembangan terhadap

pendekatan audit yang dilakukan, tiga pendekatan yang dilakukan oleh auditor dalam

memeriksa laporan keuangan klien yang telah mempergunakan Sistem Informasi

Akuntansi yaitu (Watne, 1990) :

1. Auditing Around The Computer. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang

mula-mula ditempuh oleh auditor. Dengan pendekatan ini komputer yang

9

Page 10: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

digunakan oleh perusahaan diperlakukan sebagai Black Box. Asumsi yang

digunakan dalam pendekatan ini adalah bila sampel output dari suatu sistem

ternyata benar berdasarkan masukan sistem tadi, maka pemrosesannya tentunya

dapat diandalkan. Dalam pemeriksaan dengan pendekatan ini, auditor melakukan

pemeriksaan di sekitar komputer saja.

2. Auditing With The Computer. Pendekatan ini digunakan untuk mengotomatisati

banyak kegiatan audit. Auditor memanfaatkan komputer sebagai alat bantu dalam

melakukan penulisan, perhitungan, pembandingan dan sebagainya. Pendekatan ini

menggunakan perangkat lunak Generalized Audit Software, yaitu program audit

yang berlaku umum untuk berbagai klien.

3. Auditing Through The Computer. Pendekatan ini lebih menekankan pada langkah

pemrosesan serta pengendalian program yang dilakukan oleh sistem komputer.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa jika program pemrosesan dirancang

dengan baik dan memiliki aspek pengendalian yang memadai, maka kesalahan

dan penyimpangan kemungkinan besar tidak terjadi.pendekatan ini biasanya

diterapkan pada sistem pengolahan data on-line yang tidak memberikan jejak

audit yang memadai.

1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Audit Sistem Informasi dapat dilakukan dengan berbagai macam tahap-tahap. Tahap-

tahap audit terdiri dari 5 tahap sebagai berikut :

1. Tahap pemeriksaan pendahuluan

2. Tahap pemeriksaan rinci.

3. Tahap pengujian kesesuaian.

4. Tahap pengujian kebenaran bukti.

5. Tahap penilaian secara umum atas hasil pengujian.

10

Page 11: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

1. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan.

Sebelum auditor menentukan sifat dan luas pengujian yang harus dilakukan,

auditor harus memahami bisnis auditi (kebijakan, struktur organisasi, dan praktik

yang dilakukan). Setelah itu, analisis risiko audit merupakan bagian yang sangat

penting. Ini meliputi review atas pengendalian intern. Dalam tahap ini, auditor juga

mengidentifikasi aplikasi yang penting dan berusaha untuk memahami pengendalian

terhadap transaksi yang diproses oleh aplikasi tersebut. pada tahap ini pula auditor

dapat memutuskan apakah audit dapat diteruskan atau mengundurkan diri dari

penugasan audit.

2. Tahap Pemeriksaan Rinci.

Pada tahap ini auditnya berupaya mendapatkan informasi lebih mendalam untuk

memahami pengendalian yang diterapkan dalam sistem komputer klien. Auditor harus

dapat memperkirakan bahwa hasil audit pada akhirnya harus dapat dijadikan sebagai

dasar untuk menilai apakah struktur pengendalian intern yang diterapkan dapat dipercaya

atau tidak. Kuat atau tidaknya pengendalian tersebut akan menjadi dasar bagi auditor

dalam menentukan langkah selanjutnya.

3. Tahap Pengujian Kesesuaian.

Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan secara terinci saldo akun dan transaksi.

Informasi yang digunakan berada dalam file data yang biasanya harus diambil

menggunakan software CAATTs. Pendekatan basis data menggunakan CAATTs dan

pengujian substantif untuk memeriksa integritas data. Dengan kata lain, CAATTs

digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui integritas dan keandalan data itu

sendiri.

.

11

Page 12: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

4. Tahap Pengujian Kebenaran Bukti.

Tujuan pada tahap pengujian kebenaran bukti adalah untuk mendapatkan bukti

yang cukup kompeten,. Pada tahap ini, pengujian yang dilakukan adalah (Davis at.all.

1981) :

1. Mengidentifikasi kesalahan dalam pemrosesan data

2. Menilai kualitas data

3. Mengidentifikasi ketidakkonsistenan data

4. Membandingkan data dengan perhitungan fisik

5. Konfirmasi data dengan sumber-sumber dari luar perusahaan.

5. Tahap Penilaian Secara Umum atas Hasil Pengujian.

Pada tahap ini auditor diharapkan telah dapat memberikan penilaian apakah bukti yang

diperoleh dapat atau tidak mendukung informasi yang diaudit. Hasil penilaian tersebut

akan menjadi dasar bagi auditor untuk menyiapkan pendapatanya dalam laporan auditan.

Auditor harus mengintegrasikan hasil proses dalam pendekatan audit yang diterapkan

audit yang diterapkan. Audit meliputi struktur pengendalian intern yang diterapkan

perusahaan, yang mencakup : (1) pengendalian umum, (2) pengendalian aplikasi, yang

terdiri dari : (a) pengendalian secara manual, (b) pengendalian terhadap output sistem

informasi, dan (c) pengendalian yang sudah diprogram.

5.1. Pengendalian Umum.

Pemahaman Pengendalian Umum

Pengendalian umum pada perusahaan biasanya dilakukan terhadap aspek fisikal maupun

logikal. Aspek fisikal, terhadap aset-aset fisik perusahaan, sedangkan aspek logikal

biasanya terhadap sistem informasi di level manajemen (misal: sistem operasi).

Pengendalian umum sendiri digolongkan menjadi beberapa, diantaranya adalah:

Pengendalian organisasi dan otorisasi.

12

Page 13: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Yang dimaksud dengan organisasi disini adalah secara umum terdapat pemisahan tugas

dan jabatan antara pengguna sistem (operasi) dan administrator sistem (operasi). Disini

juga dapat dilihat bahwa pengguna hanya dapat mengakses sistem apabila memang telah

diotorisasi oleh administrator.

Pengendalian operasi.

Operasi sistem informasi dalam perusahaan juga perlu pengendalian untuk memastikan

sistem informasi tersebut dapat beroperasi dengan baik selayaknya sesuai yang

diharapkan.

Pengendalian perubahan.

Perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap sistem informasi juga harus dikendalikan.

Termasuk pengendalian versi dari sistem informasi tersebut, catatan perubahan versi,serta

manajemen perubahan atas diimplementasikannya sebuah sistem informasi.

Pengendalian akses fisikal dan logikal.

Pengendalian akses fisikal berkaitan dengan akses secara fisik terhadap fasilitas-fasilitas

sistem informasi suatu perusahaan, sedangkan akses logikal berkaitan dengan

pengelolaan akses terhadap sistem operasi sistem tersebut (misal: windows).

5.2. Pengendalian Aplikasi.

Pemahaman Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi yang dimaksud disini adalah prosedur-prosedur pengendalian yang

didisain oleh manajemen organisasi untuk meminimalkan resiko terhadap aplikasi yang

diterapkan perusahaan agar proses bisnisnya dapat berjalan dengan baik.

Hubungan Pengendalian Umum dan Aplikasi

Hubungan antara pengendalian umum dan aplikasi biasanya bersifat pervasif. Artinya

apabila pengendalian umum terbukti jelek, maka pengendalian aplikasinya diasumsikan

jelek juga, sedangkan bila pengendalian umum terbukti baik, maka diasumsikan

pengendalian aplikasinya juga baik.

Macam Aplikasi

Aplikasi yang dimaksud biasanya berwujud perangkat lunak, yang dapat dibagi menjadi

dua tipe dalam perusahaan untuk kepentingan audit PDE:

1. Perangkat lunak berdiri sendiri. Tipe ini biasanya terdapat pada organisasi yang

belum menerapkan SIA dan sistem ERP, sehingga masih banyak aplikasi yang berdiri

13

Page 14: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

sendiri pada masing-masing unitnya. Sebagai contoh: aplikasi (software) MYOB pada

fungsi akuntansi dan keuangan.

2. Perangkat lunak di server. Tipe ini biasanya terdapat pada organisasi yang telah

menerapkan SIA dan sistem ERP. Aplikasi terinstall pada server sehingga tipe struktur

sistemnya memakai sistem client-server . Client hanya dipakai sebagai antar-muka

(interface) untuk mengakses aplikasi pada server.

Macam Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi dalam organisasi sendiri biasanya dibagi menjadi beberapa:

1. Organisasi Aplikasi

2. Akses Aplikasi

3. Input

4. Proses

5. Output

6. Master File/Database

Pemahaman atas Pengendalian Organisasi dan Akses Aplikasi

Pada modul ini, kita akan mencoba memahami terlebih dahulu pengendalian aplikasi:

organisasi dan akses. Pada pengendalian organisasi, hampir sama dengan pengendalian

umum organisasi, namun lebih terfokus pada aplikasi yang diterapkan perusahaan. Siapa

pemilik aplikasi, tugas administrator, pengguna, hingga pengembangan aplikasi tersebut.

Untuk pengendalian akses, biasanya terpusat hanya pada pengendalian logika saja untuk

menghindari akses tidak terotorisasi. Selain itu juga terdapat pengendalian role based

menu dibalik pengendalian akses logika, dimana hanya pengguna tertentu saja yang

mampu mengakses menu yang telah ditunjuk oleh administrator. Hal ini berkaitan erat

dengan kebijakan TI dan prosedur perusahaan berkaitan dengan nama pengguna dan

sandi nya.

Pemahaman atas Pengendalian Input

Modul ini melanjutkan pengendalian akses dari modul 3.0b, yang pertama melihat pada

proses

pengendalian input. Inti dari pengendalian input adalah memastikan data-data yang

dimasukkan ke dalam sistem telah tervalidasi, akurat, dan terverifikasi. Beberapa

pengendalian input otomatis yang biasa diprogram:

14

Page 15: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Validation checks

1. Format checks: sesuai dengan format yang ditentukan

2. Range and limit checks

3. Check digits

4. Validity checks (lookup)

5. Compatibility checks (data dan turunan)

Duplicate Checks

Membandingkan dengan input transaksi sebelumnya

Matching

Membandingkan (verifikasi) instan pada satu modul dengan instan modul lain yang

terhubungkan, contoh: penerimaan barang dengan tagihan

Pemahaman atas Pengendalian Proses

Pengendalian proses biasanya terbagi menjadi dua tahapan, yaitu (1) tahapan transaksi,

dimana proses terjadi pada berkas-berkas transaksi baik yang sementara maupun yang

permanen dan (2) tahapan database, proses yang dilakukan pada berkas-berkas master.

Adapun tipe pengendalian proses adalah sebagai berikut:

1. Run to run control

2. Pivot totals

3. Control/Hash totals: non numerical control

4. Control accounts

5. Data file control: menghitung instan entitas

6. Transaction validation control

7. File reconciliation control

Pemahaman atas Pengendalian Output

Pada pengendalian ini dilakukan beberapa pengecekan baik secara otomatis maupun

manual (kasat mata) jika output yang dihasilkan juga kasat mata.

Beberapa tipe pengendalian output:

1. Ekspektansi output (logs)

2. Kelengkapan output (misal dengan no halaman)

3. Pengendalian atas spooled output

4. Reasonableness

15

Page 16: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

5. Output rutin

6. Distribusi output

7. Orang yang tepat, ditempat yang benar dalam waktu yang reasonable

8. SQL output

Pemahaman atas Pengendalian Berkas Master

Pada pengendalian ini harus terjadi integritas referensial pada data, sehingga tidak akan

diketemukan anomali-anomali, seperti:

Anomaly penambahan

Anomaly penghapusan

Anomaly pemuktahiran/pembaruan

6. PENGENALAN KERTAS KERJA

Kertas Kerja:

Kertas kerja audit adalah catatan yang dibuat auditor tentang prosedur yang diterapkan,

pelaksanaan pengujian dan bukti yang diperoleh serta kesimpulan yang diperoleh selama

audit.

Kertas kerja merupakan pendukung utama laporan audit, alat koordinasi dan supervisi,

bukti bahwa auditor telah melakukan audit sesuai dengan standar auditing yang

Berterima umum.

Tujuan Kertas Kerja:

Untuk mendokumentasikan semua bukti audit yang diperoleh selama

pelaksanaan audit.

Untuk mengorganisasikan/mengkoordinasikan semua tahap atau langkah-

langkah audit.

Untuk membantu auditor senior, partner atau pimpinan kantor akuntan dalam

mereview pekerjaan yang dihasilkan oleh stafnya.

Untuk mempermudah atau sebagai dasar penyusunan laporan audit

16

Page 17: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Sebagai bukti dan penjelasan secara rinci atas pendapat auditor serta temuan-

temuan yang telah dilaporkan dalam laporan audit.

Pedoman Pembuatan Kertas Kerja

Setiap kertas kerja harus bertujuan

Setiap topik dibuatkan kertas kerja sendiri

Indentitas (judul) yang jelas

Diberi indeks atau indeks silang

Semua langkah (prosedur audit) harus dijelaskan

Berisi komentar auditor yang mencerminkan kesimpulan

Ada paraf dan tanggal pembuatan/evaluasi

Penyimpanan terpisah antara yang sudah selesai dengan yang belum selesai

Jenis Kertas Kerja

Kertas kerja neraca saldo

Jadwal dan analisis

Memo audit dan informasi pendukung

Jurnal penyesuaian dan pengklasifikasian kembali

STANDAR UMUM KERTAS KERJA

Fungsi Kertas Kerja

Pendukung pendapat auditor.

Membantu dalam pengarahan dan pengawasan pekerjaan.

Penyediaan catatan tentang:

1. Prosedur audit yang dilakukan.

2. Pengujian yang dilakukan

3. Informasi yang diperoleh.

4. Kesimpulan yang dicapai.

Menyediakan bukti bahwa audit telah diarahkan menurut Standar Profesional

Audit Internal

17

Page 18: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Kelengkapan Kertas Kerja

Kertas kerja harus akurat dan lengkap

1. Tidak ada pertanyaan signifikan dalam lingkup

atau yang berhubungan dengan tujuan audit yang tidak dapat terjawab.

2. Kertas kerja harus berdiri sendiri, dalam hal ini

harus dinyatakan secara jelas bahwa pekerjaan telah dilaksanakan,

bagaimana dan dari mana sampel dipilih, tujuan kertas kerja, temuan apa

saja yang telah dibuat, dan lain-lain.

Setiap bagian dari kertas kerja harus terdiri dari:

1. Gambaran judul

2. Identifikasi sumber jika jelas

3. Tanggal persiapan auditor awal

4. Nomer indeks kertas kerja

7. Prinsip Laporan Audit

Hasil Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

berkomunikasi dengan klien. Laporan audit berupa komunikasi dan ekspresi auditor

terhadap objek yang diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tadi dapat dimengerti

maka laporan itu harus mampu dipahami oleh penggunanya.

Laporan audit ini terdiri dari:

1. Maksud dan tujuan dari review pengendalian terhadap penerapan TI di klien.

2. Ruang lingkup dan referensi pengendalian yang digunakan sebagai bahan

acuan penilaian pengendalian TI yang diterapkan dalam klien.

3. Metodologi review merupakan langkah-langkah audit dan teknik pemerolehan

informasi untuk mendukung laporan review.

18

Page 19: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

4. Pernyataan penjelasan hasil review:

a. Permasalahan, menjelaskan pokok masalah yang saat ini dihadapi oleh

klien.

b. Temuan, menjelaskan bukti audit untuk mendukung kesimpulan masalah.

c. Kriteria/standar, menjelaskan pengendalian yang seharusnya diterapkan

oleh klien.

d. Kondisi, menjelaskan sebab dan akibat serta aktifitas/kegiatan terkini.

e. Risiko, menjelaskan potensi dan dampak negatif terhadap hilangnya atau

tidak diterapkannya pengendalian.

f. Tanggapan manajemen, menjelaskan komentar dan tanggapan manajemen

terhadap permasalahan dan temuan yang telah disampaikan.

g. Rekomendasi, menjelaskan saran-saran perbaikan dan implementasi

penge pengendalian yang harus diterapkan dalam kegiatan/aktifitas klien.

Pelaksanaan audit system informasi dilaksanakan berdasarkan risk-based approach

dengan mengacu pada:

1. Pernyataan Standar Audit 57, 59, 60, 63, 64 dan 65

2. COBIT 4.0

3. ISO 17799:2005

4. best practices lainnya (ISACA Guidelines, CISA 2007, COSO, Sarbanes-Oxley

Act, SANS) Pelaksanaan audit dilakukan dengan

Cara yang dapat dilaksanakan adalah:

1. Penyampaian kuisioner

a. Kuisioner Pengendalian Sistem Informasi

b. Kuisioner I – Analisis Pengelolaan Teknologi Informasi, Management

Awareness

c. Kuisioner II – Analisis Pengelolaan Teknologi Informasi, Information

Technology Controls Diagnostic

19

Page 20: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

2. Wawancara

3. Observasi

a. Major application

b. Infrastruktur pendukung data center: air conditioning, smoke detector, fire

extinguisher, hydrant, dll.

c. Sistem Operasi

d. Database

e. Internet, LAN, WAN

f. Perangkat Keras dan Lunak

g. Kebijakan dan Standard Operation Procedure

4. Studi kebijakan, prosedur, dan dokumentasi

5. Pengujian dengan menggunakan perangkat lunak

Referensi Control Objective for Information and related Technology (COBIT):

1. Mengamankan Aset Sistem Informasi (Assets Safeguarding)

Aset informasi suatu entitas seperti perangkat keras (hardware), perangkat

lunak (software), sumber daya manusia, file/data dan fasilitas Teknologi

Informasi lainnya harus dijaga dengan sistem pengendalian internal yang baik

agar tidak terjadi misefisiensi, mis-efektifitas, dan penyalahgunaan aset entitas.

Dengan demikian sistem pengamanan aset sistem informasi merupakan suatu

hal yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh entitas.

2. Efektifitas sistem

Efektifitas sistem informasi entitas memiliki peranan penting dalam proses

pengambilan keputusan usaha/bisnis. Suatu sistem informasi dapat dikatakan

efektifbila sistem informasi memberikan manfaat dan ketepatgunaan teknologi

informasi dalam operasi dan administrasi.

3. Efisiensi sistem

20

Page 21: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

Efisiensi menjadi sangat penting ketika sumber daya kapasitas yang dimiliki

oleh entitas terbatas. Jika cara kerja dari sistem aplikasi komputer menurun

maka pihak manajemen, dalam hal ini mewakili entitas, harus mengevaluasi

apakah efisiensi sistem masih memadai atau harus menambah sumber daya,

karena suatu sistem dapat dikatakan efisien jika sistem informasi dapat

memenuhi kebutuhan user dengan sumber daya informasi yang minimal.

4. Memberikan dan mengelola ketersediaan layanan sistem informasi

(Availability) Berhubungan dengan ketersediaan dukungan/layanan teknologi

informasi. Teknologi Informasi hendaknya dapat mendukung secara

berkelanjutan terhadap proses usaha/bisnis entitas. Makin sering terjadi

gangguan (system downtime) maka berarti tingkat ketersediaan sistem rendah.

5. Menjaga kerahasiaan (Confidentiality)

Fokus kerahasiaan disini ialah perlindungan terhadap informasi dan supaya

terlindung dari akses dari pihak-pihak yang tidak berwenang dan

bertanggungjawab.

6. Meningkatkan kehandalan (Reability)

Berhubungan dengan kesesuaian dan keakuratan bagi manajemen dalam

pengelolaan organ isasi, pelaporan dan pertanggungjawaban.

7. Menjaga integritas data (Data Integrity)

Integritas data adalah salah satu konsep dasar sistem informasi. Data memiliki

atributatribut seperti: kelengkapan, kebenaran, dan keakuratan. Jika integritas

data tidak terpelihara, maka suatu entitas tidak akan lagi memiliki

informasi/laporan yang benar, bahkan entitas dapat menderita k kerugian karena

pengawasan yang tidak tepat atau keputusan-keputusan yang salah. Faktor

utama yang membuat data berharga bagi entitas dan pentingnya untuk menjaga

integritas data adalah:

a. Makna penting data/informasi bagi pengambilan keputusan adalah

peningkatan kualitas data sehingga dapat memberikan informasi bagi para

pengambil keputusan.

21

Page 22: 1.11. Tahap-tahap Audit Sistem Informasi

b. Nilai data bagi pesaing entitas, jika data tersebut berguna bagi pesaing maka

kehilangan data akan memberikan dampak buruk bagi entitas. Pesaing dapat

menggunakan data tersebut untuk mengalahkan entitas saingannya sehingga

mengakibatkan entitas menjadi kehilangan pasar, berkurangnya keuntungan,

dan sebagainya.

8. Menaati seluruh peraturan dan aturan yang ada dan berlaku saat ini, baik itu di

internal dan eksternal organisasi/entitas (Compliance)

Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku baik itu didalam dan luar entitas

memberikan dampak positif dan bernilai tambah guna memberikan keyakinan

yang cukup bagi para pihak yang berkepentingan entitas khususnya para

regulator bahwa entitas menerapkan prinsip kehati-hatian dengan tidak

meniadakan prinsip biayamanfaat dalam melakukan kegiatan usaha/bisnis

entitas khususnya kegiatan teknologi informasi.

22